BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara tropis yang dikenal memiliki beraneka ragam jenis tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran. Diantara berbagai buah-buahan tersebut, buah rambutan (Nephelium lappaceum.L) merupakan salah satu jenis buah yang digemari karena kandungan vitamin Cnya yang tinggi dan rasanya manis (Anonim, 2005). Rambutan (Nephelium lappaceum.L) merupakan buah musiman yang berasal dari daerah tropis dan merupakan salah satu tanaman yang banyak di Indonesia (Laksmi et. al., 1989). Menurut Tjandra, et al., 2011, secara tradisional tanaman rambutan digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit, antara lain kulit buahnya untuk mengatasi sariawan, daun untuk mengatasi diare, diabetes mellitus dan menghitamkan rambut serta akar untuk mengatasi demam. Pernyataan Dalimarta (2003) mengenai daun rambutan (Nephelium lappaceum Linn) yaitu daun rambutan mengandung senyawa fitokimia, antara lain flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid dan steroid serta total fenol. Dalam Anonim (2016) disebutkan bahwa senyawa saponin triterpenoid sering dimanfaatkan sebagai ekspektoran mengangkat lendir kotoran (obat batuk), namun untuk obat luar dapat bersifat membersihkan. Selanjutnya menurut Andarwulan (1996), pemanfaatan bahan alam yang mempunyai aktivitas biologis menjadi motivasi dilakukannya penelitian,
1
setelah senyawa senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologis seperti senyawa antioksidan sintetik Butylated Hydroxytoluen (BHT), Butylated Hydroxyanisole (BHA) dan Terbutylhydroxyquinone (TBHQ) dibatasi penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Sehingga menurut Rohdiana (2001) antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan. Dan menurut Middleton, et al. (2000), antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen reaktif, yang mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, inflamasi jaringan, kelainan imunitas, infark jantung dan penuaan dini. Teh pada umumnya berasal dari daun Camelia sinensis. sp. Khasiat teh relatif banyak hampir sebanyak khasiat kopi, hanya saja pengaruh teh tidak sekeras kopi. Bila diminum hangat, teh dapat memancing keluarnya keringat, menguatkan lambung dan memulihkan sembelit (Jampes, 2009). Namun perkembangan jaman dalam olahan pangan, menurut Yustika, (2015); Adri, Delvi dan Wikanastri (2013) minuman teh tidak hanya menggunakan daun teh saja tetapi dapat menggunakan daun lain contohnya daun kersen, daun sirsak, daun kelor, daun pacar air dan daun rambutan. Penelitian tentang teh daun rambutan belum pernah dilakukan, maka pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan teh (kering) yang berasal dari daun rambutan. Daun rambutan yang digunakan adalah daun rambutan Rapiah, yang dalam kutipan Anonim (2016) dan Dalimarta (2013) daun rambutan memiliki senyawa fitokimia dan total fenol yang bermanfaat sebagai antioksidan.
2
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kadar total fenol pada teh daun rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn) yang dibuat dengan variasi lama pengeringan.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, bahwa daun rambutan memiliki aktivitas antioksidan dan total fenol serta memanfaatkan daun rambutan rapiah menjadi teh.
D. Perumusan Masalah Senyawa fitokimia dan total fenol daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum Linn) bersifat antioksidan, belum pernah dilakukan penelitian pemanfaatan daun rambutan rapiah menjadi teh (kering). Dari uraian diatas dapat diambil perumusan masalah, pembuatan daun rambutan rapiah menjadi teh dengan variasi lama pengeringan apakah total fenol dan aktivitas antioksidan mengalami perbedaan.
E. Hipotesis Diduga perbedaan variasi lama pengeringan daun rambutan rapiah yang diolah menjadi teh kering akan menghasilkan total fenol dan aktivitas antioksidan yang berbeda.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Rambutan ( Nephelium lappaceum. L) 1. Morfologi dan Sistematika Daun Rambutan Rambutan merupakan tanaman tahunan (musiman) yang secara alami pohon rambutan dapat mencapai ketinggian 5-9 m. Batang rambutan berkayu keras, bentuk gilig, tumbuh kokoh dan berwarna kecoklatan sampai putih coklat. Percabangan horizontal dan terkadang sedikit miring ke atas. Daun rambutan berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul atau sedikit runcing dengan warna hijau muda sampai tua sesuai varietasnya (Rukmana, et. al, 2002). Daun rambutan rapiah dapat dilihat pada Gambar 1. Buah rambutan (Nephelium lappaceum Linn) memiliki sistematika tanaman sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Sapindales
Genus
: Nephelium
Spesies
: Nephelium lappaceum Linn
(Rukmana et. al, 2002) Daun rambutan rapiah yang sering digunakan sebagai penghias pohon saja tanpa ada pengolahan untuk digunakan, pada penelitian ini akan
4
dilakukan penelitian fitokimia (kualitatif), total fenol dan aktivitas antioksidan pada daun rambutan rapiah yang akan diolah menjadi teh kering.
Gambar 1. Daun Rambutan Rapiah Sumber: Anonim, 2016
Menurut Dalimarta (2003), pada bagian daun buah rambutan rapiah tersimpan zat warna yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada makanan, daun rambutan rapiah memiliki senyawa fitokimia dan kandungan total fenol yang berfungsi sebagai antioksidan.
2. Kandungan Kimia Daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum.L) memiliki kandungan senyawa saponin, tanin (Dalimarta, 2003). Selanjutnya penelitian Tjandra, et.al. (2011) mengatakan bahwa daun dan kulit rambutan memiliki kandungan senyawa golongan tanin, polifenol dan saponin. Sedangkan penelitian Maradona (2013) mengatakan bahwa daun rambutan (segar) yang
5
diekstrak dengan etanol memiliki kandungan kimia flavonoid, saponin, tanin dan hidrokuinin. Menurut Ulfah, 2016 daun rambutan memiliki senyawa fitokimia yang sifatnya antioksidan. Pada penelitian Harborne (1987) menyatakan bahwa kandungan kimia yang ada pada daun rambutan memiliki senyawa fitokimia yang dengan beberapa reaksi dan perlakuan pengolahan akan menghasilkan aktivitas antioksidan, serta pengujian senyawa senyawa fitokimia tersebut dapat dilakukan secara kualitatif dan dapat secara langsung diketahui senyawa fitokimia yang terkandung pada daun rambutan. Sampai saat ini, pembuatan teh (kering) dari daun rambutan rapiah belum pernah dilakukan dan dianalisa kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan.
B. Pengeringan Pengeringan terkandung
dalam
adalah
proses
bahan
pangan
penghilangan sampai
sejumlah
pada
kadar
air
yang
air
yang
dikehendaki. Ada dua tujuan utama dilakukan proses pengeringan bahan pangan, yaitu meningkatkan umur simpan dan mengurangi berat atau volume bahan. Pengeringan dapat meningkatkan umur simpan karena terjadi pengurangan kadar air bahan, sehingga perkembangan mikroorganisme dan enzim yang menyebabkan kerusakan menjadi terhambat. Hal ini akan meningkatkan umur simpan produk pangan tersebut. Selain meningkatkan umur simpan, pengeringan juga dapat mengurangi volume bahan pangan,
6
sehingga menghemat dan mempermudah pengangkutan dan pengepakan bahan pangan. (Imam, 2008). Secara umum, pengeringan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengeringan biasa (drying), pengeringan vakum (vacuum drying), dan pengeringan beku (freeze drying). Pengeringan biasa (drying) dan pengeringan vakum (vacuum drying) dilakukan dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam bahan secara langsung. Perbedaan diantara kedua jenis pengeringan tersebut terletak pada besarnya tekanan yang digunakan. Hubungan suhu pengeringan dan tekanan dalam grafik dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik garis laju hubungan suhu pengeringan dan tekanan Sumber: Imam, 2008
Pengeringan biasa (drying), tekanan yang digunakan adalah tekanan atmosfer (1 atm), sehingga suhu yang digunakan cukup tinggi. Potensi kerusakan pada tekstur produk akibat pengeringan biasa (drying) sangat besar. Sedangkan pada pengeringan vakum (vacuum drying) dilakukan pada tekanan vakum (<1atm), sehingga suhu yang digunakan rendah dan potensi
7
kerusakan pada tekstur produk kecil.Pengeringan beku (freeze drying) dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah pembekuan air menjadi kristal es. Sedangkan tahap kedua adalah sublimasi kristal es menjadi uap air. Potensi kerusakan tekstur produk akibat pengeringan beku (freeze drying) sangat kecil (Much. Taufik, 2013).
C. Teh Menurut Rohdiana (2015) pada umumnya teh dihasilkan dari bahan baku yang sama yaitu tanaman teh atau Camellia sinensis. Tanaman teh yang dibudidayakan secara komersial terdiri dari dua varietas utama yaitu Camelia sinensis (L.) O. Kuntze var. sinensis dan Camellia sinensis (Master) Kitamura var. assamica. Camellia sinensis (L.). Pada pengolahan pembuatan teh dilakukan proses pelayuan dan pengeringan dengan berbagai macam fermentasi. Istilah fermentasi belakangan menjadi kurang popular dan diganti dengan istilah oksidasi enzimatis atau disingkat menjadi oksimatis. Bagan pembuatan teh secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3. Teh mempunyai karakter mutu dan aktivitas biologis yang sangat potensial, masyarakat dunia telah memposisikan teh sebagai minuman kedua setelah air mineral/ air putih. Meurut Jampes (2009), Teh mempunyai khasiat yang relatif banyak hampir sebanyak khasiat kopi namun pengaruh teh tidak sekeras kopi. Bila diminum hangat atau panas, teh dapat memancing keluarnya keringat, memperlancar BAK (buang air kecil), menguatkan lambung, membangkitkan fungsi otak dan memulihkan sembelit.
8
Namun semakin berkembangnya jaman dalam olahan bahan pangan, menurut Adri, Delvi dan Wikanastri (2013) Teh adalah seduhan dari daun kering yang dapat dikonsumsi secara minimal dengan penyeduhan air mendidih sehingga zat warna dan kandungan yang ada pada daun kering dapat diserap khasiatnya, jadi minuman teh tidak hanya menggunakan daun teh saja tetapi dapat menggunakan daun lain contohnya daun sirsak, dan menurut Yustika (2015) minuman teh juga dapat menggunakan daun kersen, daun stevia, daun alpukat, dan lain lain. Adapun analisa yang pada umumnya dilakukan pada teh daun sirsak, daun kersen, daun alpukat dan daun stevia yaitu total fenol dan aktivitas antioksidan. Berikut proses pengolahan teh secara sederhana menurut Rohdiana (2015) dan pengujian teh :
Gambar 3. Proses Pengolahan Teh Secara Sederhana Sumber: Rohdiana, 2015
9
1. Total Fenol Senyawa fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol pada bahan makanan dapat dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam folat (Widiyanti, 2006 dan Oktaviana, 2010). Standar yang digunakan pada analisis kandungan fenol adalah asam galat, hal ini karena asam galat bersifat stabil, memiliki sensitifitas yang tinggi, dan harganya cukup terjangkau. Kandungan fenolik dari standar asam galat ditentukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau (Xu dan Chang, 2007 dalam Rahayu dkk, 2015). Penentuan kandungan total fenol dilakukan pada panjang gelombang 780 nm.
2. Aktivitas Antioksidan Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antioksidan seperti tiol atau asam askorbat (Vitamin C) mengakhiri reaksi berantai ini. Untuk menjaga keseimbangan tingkat oksidasi, tumbuhan dan hewan memiliki sistem yang kompleks dari susunan antioksidan. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memperlambat/ menghambat gangguan radikal bebas salah satunya yaitu daun rambutan. Metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan yaitu metode uji dengan DPPH (1,1- Diphenyl 2-Pikrilhidrazyl). Metode DPPH
10
merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Kolevan, van Beek, Linssen, de Groot dan Evstatieva, 2002; Prakash, et.al., 2010). Gugus kromofor dan auksokrom pada DPPH dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut Cuppett et.al. (1997), antioksidan merupakan suatu senyawa yang ketika berada pada konsentrasi rendah dibandingkan dengan substrat yang dapat dioksidasi, secara nyata dapat memperlambat oksidasi substrat tersebut. Antioksidan terdapat secara alami dalam hampir semua bahan pangan dan tanaman. Menurut Suradikusuma (1989), antioksidan yang terkandung antara lain vitamin C, senyawa flavonoid, senyawa fenolik.
Gambar 4. Gugus Kromofor dan Auksokrom DPPH Sumber: Kolevan, 2002; Prakash, et al, 2010
11
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian, dan Laboratorium Kimia - Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, Jalan SoekarnoHatta Tlogosari, Semarang.
B. Alat dan Bahan Penelitian Berikut ini adalah alat dan bahan yang diggunakan selama penelitian dilaksanakan, yaitu:
1.
Alat Penelitian. a.
Alat untuk preparasi daun rambutan adalah baskom, pisau, telenan, timbangan analitik digital, loyang berlubang, wajan.
b.
Alat untuk pengeringan daun rambutan adalah kabinet dryer dengan kapasitas 6 rak.
c.
Alat yang digunakan untuk analisis: spektrofotometer, becker glass, pengaduk kaca, tabung reaksi,vortex dan lain-lain.
2. Bahan - bahan Penelitian. a.
Daun buah rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum. Linn) yaitu bagian Daun muda (pucuk), Daun setengah tua, dan Daun Tua.
12
b.
Bahan yang digunakan untuk analisis :1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) 0.2 M, Asam Galat, Reagen Folin Ciocalteau, HCl, Kloroform, Mayer/ dragendorf, NaOH, H2SO4, alkohol, CH3COOH, NaCl, FeCl3 , Na2CO3 2%.
C.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu lama pengeringan yang diambil 5 perlakuan lama pengeringan, masing masing dilakukan 3 kali ulangan, tabel perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan pengujian pendahuluan yaitu uji kualitatif senyawa fitokimia pada tiga tingkatan daun rambutan rapiah, kemudian daun rambutan terpilih dilakukan proses pembuatan teh kering secara sederhana dengan mengacu pada penelitian Delvi Adri dan Wikanastri (2013). Selanjutnya teh kering daun rambutan rapiah diuji kadar total fenol dan aktivitas antioksidan. Data yang diperoleh dianalisis dengan General Linier Mean (GLM) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perlakuan, dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan tingkat signifikasi α = 0.05, dengan menggunakan SPSS 23.
13
Tabel 1. Tabel Perlakuan Dengan Variasi Lama Pengeringan Tabel Perlakuan P1
Lama Pengeringan 30 menit
P2
Lama Pengeringan 60 menit
P3
Lama Pengeringan 90 menit
P4
Lama Pengeringan 120 menit
P5
Lama Pengeringan 150 menit Suhu 50oC
D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pendahuluan untuk memilih daun rambutan rapiah dan tahap pembuatan teh. 1. Tahap Pendahuluan. Daun rambutan rapiah yang telah ditentukan tiga tingkatan yaitu daun muda (pucuk), daun setengah tua dan tua dilakukan pengujian fitokimia secara kualitatif. Kemudian dari hasil fitokimia dapat ditentukan daun rambutan rapiah terpilih yang disebut Daun P yang kemudian dilakukan pengolahan selanjutnya pada tahap pembuatan teh (kering). Pengujian senyawa fitokimia yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pengujian Fitokimia a. Identifikasi Alkaloid (Farnsworth, 1996). Sebanyak 1 g masing masing daun rambutan (muda, setengah
14
tua dan tua) dihaluskan kemudian di basa kan dalam 5 ml ammonia 30%. Dikocok kuat kemudian ditambah 20 ml kloroform dan dikocok kembali (sebagai larutan A). Setengah larutan A diekstrak dengan 10 ml HCl (1:10) sehingga diperoleh larutan B. Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, masing-masing ditambah pereaksi dragendorf atau Mayer. Bila terbentuk larutan yang berendapan merah bata (Dragendorf) atau endapan putih (Mayer) maka menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
b. Identifikasi Flavonoid (Tiwari, 2011) Sebanyak 0,5 g masing masing daun rambutan (muda, setengah tua dan tua) dihaluskan lalu ditambah 2 ml alkohol 70% dan ditambah 3 tetes larutan NaOH, jika terjadi perubahan intensitas warna pada penambahan H2SO4 maka menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
c. Identifikasi Saponin (Farnsworth, 1996) Sebanyak 0,5 g masing masing daun rambutan (muda, setengah tua dan tua) dihaluskan selanjutnya diitambah 2 ml aquadest, dikocok selama 10 detik. Hasil positif saponin jika menunjukkan adanya buih selama tidak kurang dari 10 menit dan buih stabil.
15
d. Identifikasi Triterpenoid dan Steroid (Farnsworth, 1996) Sebanyak 1 g masing masing daun rambutan (muda, setengah tua dan tua) dihaluskan kemudian dimasukkan pada beker gelas ditambah 20 ml eter ditunggu selama 2 jam tertutup rapat. Kenudian disaring dan diambil cairan/ filtratnya. 5 ml filtrat diuapkan pada cawan porselin hingga diperoleh residu atau sisa. Residu tersebut ditambah 2 tetes CH3COOH (asam asetat) anhidrat dan 2 tetes H2SO4 (p.a). jika positif senyawa steroid dan triterpenoid maka akan terbentuk larutan berwarna hijau atau merah.
e. Identifikasi Tannin (Farnsworth, 1996) Sebanyak 0,5 g masing masing daun rambutan (muda, setengah tua dan tua) dihaluskan kemudian diekstraksi dengan etanol, selanjutnya
diuapkan
sampai
kering
diatas
penangas
air
(waterbath). Setelah kering dilarutkan 20 ml air panas dan kemudian didinginkan. Ditambah 10 tetes NaCl 10% dan disaring. Larutan percobaan tersebut ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%. Bila terjadi perubahan warna biru kehitaman atau hijau coklat maka menunjukkan adanya senyawa tannin. Kemudian setelah didapatkan daun rambutan rapiah terpilih yang disebut daun rambutan rapiah P, dilakukan penelitian pembuatan teh daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum. L) pada daun P.
16
2. Tahap Pembuatan Teh (Kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn). Daun rambutan rapiah yang terpilih (Daun P) dilakukan pengolahan teh secara sederhana dengan mengacu pada penelitian Delvi Adri dan Wikanastri (2013) yaitu dengan tahap berikut, daun rambutan dibersihkan dengan air bersih dan mengalir, agar kotorankotoran yang terdapat pada daun rambutan dapat larut bersama air. Kemudian ditiriskan yang selanjutnya dipotong bentuk memanjang dan agak tipis denga lebar sekitar 3-5 mm dan panjang menyesuaikan bentuk daun buah rambutan. Setelah didapat potongan daun rambutan, selanjutnya dilakukan proses pelayuan pada suhu 70oC selama 4 menit, didinginkan selama 5 menit yang kemudian dilakukan penggulungan. Selanjutnya dikeringkan dengan kabinet dryer dengan suhu 50°C dengan lama pengeringan 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Kemudian dimasukkan dalam pengemasan vaccum atau tertutup. Dan setelah itu dilakukan pengujian kadar total fenol dan aktivitas antioksidan teh daun rambutan rapiah kering tersebut. Berikut adalah rangkaian penelitian pembuatan teh kering dengan 5 (lima) perlakuan lama pengeringan dan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali, dengan suhu yang sama yaitu 50oC. Berikut perlakuan penelitian teh kering daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum.Linn) dengan ulangan sebanyak tiga kali dengan mengacu pada penelitian Delvi Adri dan Wikanastri (2013):
17
P1 : Lama Pengeringan daun rambutan rapiah selama 30 menit. P2 : Lama Pengeringan daun rambutan rapiah selama 60 menit. P3 : Lama Pengeringan daun rambutan rapiah selama 90 menit. P4 : Lama Pengeringan daun rambutan rapiah selama 120 menit. P5 : Lama Pengeringan daun rambutan rapiah selama 150 menit. Dilakukan pengeringan dengan suhu yang sama yaitu 50 .
Penulis melakukan beberapa variabel pengamatan dengan pengujian sebagai berikut: a. Pengujian Total Fenol (Jeong et. al, 2011) Penetuan kandungan total fenol teh kering daun rambutan rapiah dapat ditentukan dengan metode Jeong et al. dalam Kiay et al. (2011), sebanyak 0,1 ml ekstrak teh daun rambutan raoiah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah 0,1 ml reagen Folin Ciocalteau 50%, campuran tersebut divortex selama 3 menit, lalu ditambahkan 2 ml larutan Na2CO3 2%, selanjutnya campuran disimpan pada ruang gelap selama 30 menit. Absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 750 nm dengan spektrofotometer UV-Vis Genesys 20. Hasil diplotkan terhadap kurva standar asam galat yang dipersiapkan dengan cara yang sama. Kandungan total fenol dinyatakan sebagai mg ekuivalen asam galat/g ekstrak (mgGAE/g).
18
b. Pengujian Aktivitas Antioksidan (Molyneux, 2004) Pengujian
aktivitas
antioksidan
dengan
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis Genesys 20, masing masing konsentrasi bahan uji sebanyak 2 ml (dibuat ekstrak dengan melarutkan serbuk teh kering daun rambutan rapiah dan aquadest panas lalu didinginkan) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambah larutann DPPH 0,1 M sebanyak 2 ml, dihomogenkan dengan vortex (pengocok tabung reaksi). Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit. Lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum lamda (λ max) 517 nm. Dengan rumus perhitungan aktivitas antioksidan sebagai berikut: %inhibisi=
x 100% Absorbansi kontrol
Diagram alir proses pemilihan daun rambutan rapiah dapat dilihat pada Gambar 5 dan proses pembuatan teh (kering) daun rambutan rapiah dengan variasi lama pengeringan dapat dilihat pada Gambar 6.
19
Berikut Diagram Alir Tahap Pemilihan Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn) dan Tahap Pembuatan Teh Kering Daun Rambutan Rapiah :
Daun Rambutan Rapiah ( Nephelium lappaceum Linn ) Daun Muda
Daun Setengah Tua
Daun Tua
Pengujian Fitokimia (Kualitatif), meliputi: 1. Alkaloid 2. Flavonoid 3. Saponin 4. Triterpenoid dan Steroid 5. Tanin
Daun Terpilih (Daun P) Gambar 5. Diagram Alir Tahap Pendahuluan Pemilihan Daun Rambutan Rapiah ( Nephelium lappaceum Linn )
20
Daun Rambutan Rapiah ( Nephelium lappaceum Linn ) Terpilih (Daun P) Pencucian sampai bersih
Kotoran-kotoran
Penirisan Pemotongan menjadi lebih kecil (3-5 mm) Pelayuan Suhu 70oC selama 4’ Pendinginan selama 5’ Penggulungan Pengeringan suhu 50oC dengan lama waktu 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Teh Kering Daun Rambutan
Kadar Total Fenol
Aktivitas Antioksidan
Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan Teh Kering Daun Rambutan (Nephelium lappaceum Linn)
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fitokimia (Kualitatif) Senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun rambutan rapiah (Nephelium
lappaceum.
Linn)
mempunyai
peranan
penting
untuk
menentukan bagian daun yang akan dilanjutkan ke penelitian pembuatan teh daun rambutan rapiah. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit yang ada pada daun rambutan sehingga dapat diketahui senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Hasil analisa secara kualitatif senyawa fitokimia pada daun rambutan rapiah muda, setengah tua dan tua dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Senyawa Fitokimia Pada Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum.L) Bahan Uji
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Triterpenoid dan Steroid
Tanin
Daun pucuk (muda) Daun setengah tua Daun tua
+ -
++ + +
+ + +
+ + +
+ + ++
Keterangan : + (Positif satu) : Positif lemah (sedikit) ++ (Positif dua) : Positif kuat (banyak) -
(Negatif)
: Negatif (tidak ada)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara kualitatif kandungan senyawa fitokimia yang lengkap terdapat pada daun rambutan rapiah (Nephelium lapaaceum.L) muda memiliki senyawa alkaloid, flavonoid,
22
saponin, tanin, triterpenoid dan steroid. Pada daun rambutan setengah tua dan tua memiliki senyawa flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid. Dari data tersebut, penulis memanfaatkan daun rambutan rapiah muda yang digunakan untuk pembuatan teh (kering) daun rambutan. Menurut Ulfah (2016), pada daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum Linn) terkandung senyawa fitokimia yang dapat dijuji secara kualitatif yakni memiliki kandungan alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid dan steroid.
B. Kadar Total Fenol Hasil analisa kadar total fenol dari hasil pengujian teh (kering) daun rambutan rapiah dengan perlakuan perbedaan lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel. 3 dan diagram garis dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan perhitungan statistik selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 3. Kadar Total Fenol Teh Kering Daun Rambutan Rapiah (mgGAE/g) Perlakuan
Hasil
P1 14,981e P2 12,846d P3 11,950c P4 10,294b P5 8,848a Keterangan : Notasi superskrip yang berbeda pada masing-masing baris menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
23
Total Fenol(mgGAE/g) 16,00000 14,98107
14,00000 Total Fenol (mgGAE/g)
12,84644
12,00000
11,94958 10,29370
10,00000
P1
8,84840
8,00000
P2 P3 P4
6,00000
P5
4,00000 2,00000 0,00000 P1
P2
P3
P4
P5
Gambar 7. Diagram Garis Kadar Total Fenol Teh (kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn)
Total Fenol adalah rangkaian dari beberapa senyawa senyawa yang masing masing senyawa mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih
gugus
hidroksil.
Senyawa
fenol
pada
bahan
pangan
dapat
dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam folat, turunan asam hidroksi dan flavonoid (katekin, proantosianin, antisianidin, flavon, flavonol dan glikosidanya) (Kinsella et. al., 1993). Menurut Fessenden dan Fessenden, (1982) fenol merupakan senyawa dengan satu gugus OH yang terikat pada cincin aromatik. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antraquinon, asam fenolat, kumarin, flavonoid, lignin dan tanin. Menurut Harborne (1987), senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosidanya. Semua
24
senyawa fenolik termasuk fenol sederhana yang dapat bereaksi dengan reagen Follin-Ciocalteu, walaupun bukan penangkap radikal (antiradikal) efektif. Menurut Lee et. al dalam Primadini (2010), adanya inti aromatik pada senyawa. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa total fenol tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (14,9811 mgGAE/g) dan terendah terdapat pada P5 (8,8484 mgGAE/g). Berdasarkan uji lanjut Duncan, terdapat beda nyata antar perlakuan (p<0,05) P1 (14,9811 mgGAE/g), P2 (12,8464 mgGAE/g), P3 (11,9496 mgGAE/g), P4 (10,2937 mgGAE/g) dan P5 (8,8484 mgGAE/g). Pada Gambar 7 menunjukkan adanya perbedaan total fenol teh daun rambutan rapiah pada setiap perlakuan. Total fenol tertinggi terjadi pada perlakuan lama pengeringan 30 menit (14,9811 mgGAE/g), hasil total fenol menunjukkan semakin bertambah waktu lama pengeringan maka hasil total fenol semakin rendah. Menurut Nasution Tjiptadi (1975), teh mengandung komponen lain selain polifenol seperti bahan organik, karbohidrat, pigmen, enzim dan vitamin, maka reaksi yang dihasilkan jika semakin lama waktu pengeringan maka total fenol akan semakin rendah. Semakin waktu yang digunakan pada pengeringan maka akan menimbulkan efek kerusakan atau hilangnya beberapa fenol yang terkandung pada daun rambutan rapiah, sehingga pereaksi Follin-Ciocalteu yang digunakan untuk mengetahui kadar total fenol menghasilkan nilai yang semakin rendah.
25
C. Aktivitas Antioksidan Hasil analisa aktivitas antioksidan teh (kering) daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum. L) dengan perlakuan lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4 dan diagram garis dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4. Aktivitas Antioksidan Teh (Kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum.L) (%) Perlakuan
Hasil
P1 28,0589a P2 29,7244b P3 41,9337c P4 42,6459d P5 45,0499e Keterangan : Notasi superskrip yang berbeda pada masing-masing baris menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
26
Kadar Aktivitas Antioksidan (%) Hasil Aktivitas Antioksidan (%)
50,000 45,000 40,000
45,050
42,646
41,934
P1
35,000 30,000 25,000
P2
29,724
28,059
P3
20,000
P4
15,000
P5
10,000 5,000 0,000 P1
P2
P3
P4
P5
Gambar 8. Diagram Batang Kadar Aktivitas Antioksidan Teh (Kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn)
Menurut Winarsi (2007), Senyawa antioksidan pada pengertian biologis adalah senyawa yang mampu menangkal radikal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Cara kerja senyawa antioksidan ini yaitu dengan mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitasnya dapat terhambat Hasil analilsa antioksidan teh (kering) daun rambutan rapiah dengan metode DPPH yang tersaji pada Gambar 8, dapat dilihat bahwa semakin lama pengeringan maka semakin tinggi aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada sampel teh daun rambutan rapiah dengan lama pengeringan 150 menit, yaitu sebesar 45,05% dan terendah 28,06% dengan lama pengeringan 30 menit. Pada Tabel 4 dapat dilihat pula bahwa aktivitas antioksidan tertinggi terdapat
27
pada perlakuan P5 (45,05%) dan terendah pada perlakuan P4 (28,06%). Berdasarkan uji lanjut Duncan (DMRT), terdapat beda nyata antar perlakuan (p<0,05) P1 (28,06%), P2 (29,72%), P3 (41,93%), P4 (42,65%) dan P5 (45,05%).
Kondisi
tersebut
disebabkan
pada
proses
pengeringan
mengakibatkan meningkatkan zat aktif yang terkandung dalam daun teh (Winarno, 2004). Menurut Gordon (1994), aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
pengeringan
dengan
variasi
waktu
yang
berbeda
sehingga
mengakibatkan beberapa antioksidan rusak dan meningkatkan daya aktivitas antioksidan, dengan mekanisme kerja yaitu antioksidan dibedakan menjadi antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil, dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai serta antioksidan tersier. Menurut Ong et. al.(1995) mekanisme kerja antioksidan antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal; mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif;mengubah jenis oksigen reaktif menjadi kurang toksik; mencegah kemampuan oksigen reaktif dan memperbaiki kerusakan yang timbul. Menurut Gordon (1994), contoh antioksidan primer ialah, enzim superoksida dimustase (SOD), katalase dan glutation dimustase; antioksidan sekunder diantaranya ialah vitamin E, vitamin C dan β-karoten; antiioksidan tersier yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase, sehingga pada kondisi tertentu zat aktif yang ada pada suatu bahan alam akan meningkatkan daya aktivitasnya agar beberapa senyawa yang
28
berfungsi sebagai antioksidan dapat stabil dan dapat memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan. Hasil analisa aktivitas antioksidan ini berbanding terbalik dengan total fenol yang dihasilkan, karena perlakuan P1 pada uji aktivitas antioksidan menghasilkan nilai terendah sedangkan pada uji total fenol menghasilkan nilai tertinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson pada Tabel 5,pada baris Pearson Correlation antara aktivitas antioksidan terhadap total fenol maupun sebaliknya menghasilkan korelasi (r) sebesar -0,901. Pada baris Sig. (2-tailed) menunjukkan angka 0,037, p<0,05 (signifikan) namun korelasi (r) yang menunjukkan tidak berkorelasi positif karena hasil aktivitas antioksidan tertinggi belum tentu memiliki total fenol yang tinggi pula. Hasil pengujian yang sama pada penelitian Djapiala et.al (2013) pengujian kandungan total fenol tidak berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak teh rumput laut Caulerpa racemosa. Hal ini dikarenakan tidak semua senyawa fenol merupakan senyawa yang dapat berfungsi sebagai aktivitas antioksidan, meskipun pada nilai Sig.(2-tailed) menunjukkan angka 0,037<0,05.
29
Tabel 5. Hasil Korelasi Pearson antara Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol Teh (kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum.L)
Aktivitas Antioksidan
Pearson Correlation
Total Fenol
1
-,901
Sig. (2-tailed) N
Total Fenol
Aktivitas Antioksidan
,037 5
5
Pearson Correlation
-,901
1
Sig. (2-tailed)
,037
N
5
5
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum Linn) yang digunakan dalam penelitian adalah daun pada bagian pucuk (daun muda).
2.
Kadar total fenol tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 14,981 mgGAE/g dan aktivitas antioksidan tertinggi pada perlakuan P5 sebesar 45,05%.
3.
Perlakuan terbaik pada penelitian pembuatan teh daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum Linn) yaitu P5 pada lama pengeringan 150 menit dengan aktivitas antioksidan sebesar 45,05% dan total fenol sebesar 8,848 mgGAE/g.
B. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui kandungan enzim yang sifatnya sebagai antioksidan dan nilai Effective Conccentration 50 (EC50) untuk mengetahui nilai antioksidan pada teh (kering) daun rambutan rapiah (Nephelium lappaceum Linn) dengan variasi lama pengeringan karena pada penelitian ini belum dilakukan uji mengenai kandungan tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono. 1996. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII Anonim, 2005. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim, 2016. https://berkahtanimanunggal.wordpress.com/rambutan-rapiah/. Diakses tgl 23 Agustus 2016 Anonim, 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Rambutan. Diakses tanggal 23 Agustus 2016. Anonim, 2016. http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/sdg/509rambutan-rapiah. Diakses tanggal 8 Mei 2016 Cuppett, S., M. Svhneff, dan C. Hall. 1997. Natural Antioxidant Are They Reakity?. Didalam: F. Shahidi (ed). Natural Antioxidant. Illnois: AOCS Press. Pp 12-24 Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Hal. 150-152 Adri, Delvi dan Wikanastri. H. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan..Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah. Semarang. (Jurnal Pangan dan Gizi Vol.04 No. 07 Tahun 2013) Djapiala, Fera Yusniarti. Lita. A. D. Y. Montolalu. Dan Feny Mentang. 2013. Kandungan Total Fenol dalam Rumput Laut (Caulerpa racemosa) yang Berpotensi sebagai Antioksidan. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 1, No.3. Gordon I. 1994. Functional Food, Food Design, Pharmafood. New York: Champman dan Hall. Farnsworth, N. R. 1996. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences.
32
Fessenden, R.J. dan J S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Harborne,J.1987. Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.(K. Padmawinata, & I. Soediro, Trans.) Bandung : ITB. Hilal dan Engelhardt. 2007. Jurnal Pengolahan Teh. Food Review. Imam. 2008. Pengolahan Bahan Pangan dengan metode Pengeringan (Dryer). Diakses pada Agustus 2016. Jeong, Jeong. Kiay. 2011. Penentuan Kadar Total Fenol Dalam Bahan Alam dan Pangan. Diakses pada Agustus 2016 Jampes, Syaikh Ikhsan. 2009. Kitab Teh, Kopi dan Rokok. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Kinsella, J.E., German, B, Kanner J. 1993. Possible Mechanism for the Protective Role of Antioxidants in wine and Fruits Juice. Agriculture Food Technology Journal. 4:85-89. Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., dan Evstatieva, L.N., 2002, Screening of Plant Extracts For Antioxidant Activity: A Comparative Study on Three Testing Methods, Phytochemical Analysis, 13, 8-17. Laksmi. 1989. Buah Rambutan dan Morfologinya. http://drwarta.blogspot.co.id/2012/07/manfaat-buah-rambutan-obatdiabetes.html diakses pada Agustus 2016 Lee, Shang. Theodoris. Lieanie, Lida. 2003 dalam Primadini (2010). Pusat Penelitian Teh dan Kina, diakses pada Agustus, 2015 Lila, Mary Ann. 2004. Daun Rambutan dan Khasiatnya pada Tubuh dan Pencernaan. Jurnal Pangan Indonesia. Gramedia. Maradona, Doni. 2013. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Durian, Daun Lengkeng, Daun Rambutan Terhadap Bakteri Streptococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidyatullah. Jakarta. Middleton. E., Kaswandi. C., Theoharides. TC. 2000. The Effects of Plants Flavonoids on Mammalian Cells: Implications For Inflamation, Heart
33
Disease, and Cancer. The Americans Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics, Pharmacol Rev 52: 673- 751. Molyneux, P. 2004. The Use of the stable radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. J. Sci. Technol. 26(2) : 211-219. Taufik, Much. 2013. http://www.mohtaufik.com/2013/09/pengeringan-bahanpangan.html diakses Juni 2016 Nasution, Z dan W. Tjiptadi. 1975. Pengolahan Teh. Bogor: Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB. Ong ASH, Niki E, Packer L. 1995. Nutrition, Lipids, and Desease. Hlmn 1-7.ISBN 0-935315-64-0.Illnois: AOCS Champaign Pr. Prakash,A.,Rigelhof,F.,dan Miller,E. 2010. Antioxidant Activity. http://www.medallionlabs.com, diakses tanggal 9 Mei 2016. Rohdiana, D. 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh. Majalah Jurnal Indonesia, 12 (1), 53-58 Rohdiana, D. 2015. Teh: Proses, Karakteristik dan Komponen Fungsionalnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (dalam FoodReview Indonesia Vol. X No.8). Rukmana, Rahmat, Yuniarsih, Oesman. 2002. Rambutan Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius. Suradikusuma, E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor: Dendikbud Dirjen Dikti, PAU Ilmu Hayati, IPB, Bogor Tiwari, Prashant., Kumar, Bimlesh., Kaur, Mandepp., Kaur, Gurpreet., Kaur, Harleen. 2011. Phytochemical screening and Extract: A Review. Department of Parmacheutical Sciences, Lovely school of Pharmaceutical Sciences. Punjab. Tjandra, Oentarini, Rusliati Tati, Zulhipri. 2011. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Profil Fitokimia Kulit Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Ulfah, Sonia. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum Linn) Dengan Metode DPPH (2,2 Difenil- 1-
34
Pikrilhidrazil). Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Widiyanti, 2006 dalam Oktaviana, 2010. Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada Berbagai Teknik Pengeringan dan Proporsi Pelarutan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarsi, Heri. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Xu dan Chang. 2007 dalam Rahayu dkk, 2015. Total Fenolik, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan dari Produk Teh Hijau dan Tanaman Teh Hitam Tanaman Bangun dengan Perlakuan Ramuan ETT Rumput Laut. Yustika, E. 2015. Pemanfaatan Daun Kersen (Muntingia calabura. L) dan Daun Sirsak Dalam Pembuatan Teh Dengan Penambahan Pemanis Daun Stevia. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Analisis Data Kadar Total Fenol Teh (kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn) Data Hasil Analisa Kadar Total Fenol (mgGAE/g) Ulangan//Kode Sampel U1
P1
P2
P3
P4
P5
15,012
12,637
11,884
10,540
8,702
U2
14,988
12,901
12,015
10,001
8,841
U3
14,944
13,002
11,950
10,339
9,002
Jumlah
44,943
38,539
35,849
30,881
26,545
Rata-rata
14,981
12,846
11,950
10,294
8,848
Between-Subjects Factors
Perlakuan
Blok/Ulangan
Value Label
N
1
P1
3
2
P2
3
3
P3
3
4
P4
3
5
P5
3
1
1
5
2
2
5
3
3
5
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: TotalFenol Source Intercept
Hypothesis
Blok/Ulangan
of Squares
Mean
df
Square
2082,883
1
,030
2
,015a
66,649
4
16,662
Error
,245
8
,031b
Hypothesis
,030
2
,015
Error
,245
8
,031b
Error Perlakuan
Type III Sum
Hypothesis
F
Sig.
2082,883 136746,216
,000
544,605
,000
,498
,625
37
Duncana,b Subset Perlakuan
N
1
P5
3
8,848400
P4
3
P3
3
P2
3
P1
3
Sig.
2
3
4
5
10,293700 11,949583 12,846437 14,981073 1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,031. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. b. Alpha = ,05.
38
Lampiran 2. Analisis Data Kadar Aktivitas Antioksidan Teh (kering) Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum Linn). Data Hasil Analisa Aktivitas Antioksidan (%) Ulangan//Kode P1 P2 Sampel U1 28,0576 29,1512
P3
P4
P5
42,0087
43,0009
44,9998
U2
28,1025 30,0056
41,9426
42,9223
45,0578
U3
28,0167 30,0163
41,8498
42,0145
45,0922
Jumlah
84,1768 89,1731 125,8010 127,9377 135,1498
Rata-rata
28,0589 29,7244
41,9337
42,6459
45,0499
Between-Subjects Factors
Perlakuan
Blok/Ulangan
Value Label
N
1
P1
3
2
P2
3
3
P3
3
4
P4
3
5
P5
3
1
1
5
2
2
5
3
3
5
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: AktivitasAntioksidan Source Intercept
Hypothesis Error
Perlakuan Hypothesis
Blok/ Ulangan
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
21074,130
1
,120
2
,060a
758,197
4
189,549 b
,995
8
Hypothesis
,120
2
,060
8
b
,995
Sig.
21074,130 351786,405
Error
Error
F
,124
,124
,000
1524,136
,000
,482
,635
39
Duncana,b Subset perlakuan
N 1
P1
3
P2
3
P3
3
P4
3
P5
3
2
3
4
5
28,058917
Sig.
29,724357 41,933677 42,645895 45,049 933 1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,124. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. b. Alpha = 0,05.
40