BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi Kesehatan Promosi
kesehatan
merupakan
proses
meningkatkan
kesehatan
dan
mensosialisasikan kepada masyarakat agar meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai aspek perilaku yaitu agar memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan dan peningkatan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Green dan Krevler (2005) juga mengemukakan bahwa perilaku ditemukan oleh 3 faktor utama, yaitu : Faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan pengetahuan dan sikap seseorang lebih sehat. Faktor pemungkin (enabling factor), merupakan sarana, prasarana dan fasilitas agar terjadinya perilaku yang lebih baik. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor pengubah perilaku.
2.2. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada masyarakat agar dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi sehingga masyarakat lebih mandiri untuk menjaga kesehatannya (Sarwono, 2004).
9
10
2.3. Metode Simulasi Metode simulasi adalah pembelajaran yang memperagakan kepada peserta untuk meniru suatu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari yang berkaitan dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya (Mubarak, 2007). Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan akselerasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar; 2) Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan; 3) Menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi; 4) Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu; 5) Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati serta 6) Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya. Kelebihan metode simulasi adalah sebagai berikut : 1) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain tanpa menanggung kerugian; 2) Melibatkan pembelajar secara aktif dan memberikan kesempatan kepada pembelajar secara langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya; 3) Meningkatkan berfikir secara kritis; 4) Belajar mengalami suat kegiatan tertentu; 5) Dapat meningkatkan motivasi pembelajaran; 6) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai; 7) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata; 8) Dapat membentuk kemampuan menilai
11
situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul serta 9) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap berhati-hati. Kekurangan metode simulasi sebagai berikut : 1) Kurang efektif menyampaikan informasi umum; 2) Kurang efektif untuk kelas yang besar; 3) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan; 4) Dibutuhkan waktu yang lama; 5) Media berlatih yang merupakan siatuasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebelumnya; 6) Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002). Hasil penelitian Maharani (2010) bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan. Permatasari (2013) juga menyimpulkan bahwa penyuluhan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan siswi SMA Negeri 2 di Kecamatan Pontianak Barat. Hidayati (2013) juga menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui metode ceramah tentang kanker payudara dan demonstrasi ketrampilan praktek SADARI berpengaruh terhadap pengetahuan siswi tentang kanker payudara dan ketrampilan praktik SADARI di SMA Futuhiyyah Kabupaten Demak.
2.4. Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang mempunyai aktifitas masing-masing disepanjang kegiatan yang dilakukannya seperti: berjalan, berfikir, berbicara, berpendapat, bereaksi dan lain
12
sebagainya. Bloom membedakan perilaku dalam tiga bentuk komponen yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: perilaku dalam bentuk pengetahuan yang artinya mengetahui situasi atau rangsangan dari luar, perilaku dalm bentuk sikap artinya tanggapan bathin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar subjek, dan perilaku dalm bentuk tindakan artinya sudah kongkrit yang berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Penelitian Rongers (1974) mengungkapkan bahwa seseorang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu: 1.
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
2.
Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut bagi dirinya, hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.
3.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik lagi.
4.
Trial (percobaan) dimana orang mulai mencoba berperilaku baru.
5.
Adoption (adopsi) dimana subjek sudah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Seorang ahli perilaku mengungkapakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan
antara perangsang atau stimulus dan respon. Skiner membedakan perilaku menjadi dua respon yaitu : (Notoatmodjo, 2010).
13
1.
Respon atau refleksif adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan yang disebut electing stimuli karena menimbulkan respon- respon yang relatif tetap.
2.
Operan respon atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan bekembang diikuti oleh perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena rangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme (Notoatmodjo, 2007). Teori determinan Perilaku memiliki beberapa bagian, yaitu :
1.
Teori Lawrence Green (1980) faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya
fasilitas-fasilitas
atau
sarana-sarana
kesehatan
misalya
puskesmas, obat-obatan dan lain- lain. 3) Faktor pendorong / pemungkin (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007). 2.
Teori WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan orang berperilaku adalah karena adanya beberapa alasan yaitu: (WHO, 2005) 1)
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
2)
Kepercayaan sering kita peroleh dari orang tua, kakek atau nenek,
14
seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 3)
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
4)
Orang penting sebagai referensi. Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting, apabila seseorang itu penting baginya maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
5)
Sumber daya mencakup uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
6)
Perilaku normal. Kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.
2.4.1. Pengetahuan Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencegahan kanker payudara melalui SADARI dapat menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini kanker payudara. Apabila seorang remaja putri memiliki pengetahuan yang luas maka akan menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” sutua hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap
15
suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak, 2012). Pengetahuan dan pendidikan ibu tentag kanker payudara akan membentuk sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker payudara. Hal ini juga merupakan faktor domain dalam pemeriksaan deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki wanita usia subur tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi dini kanker payudara (Aziz, 2007). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan adalah isi dari tahu dan isi terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, proses adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan terdiri dari (1) penggambaran tentang lingkungan berbeda-beda pada setiap individu. Penggambaran oleh akal manusia hanya mengandung bagian-bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal individu, sehingga dapat berfokus pada bagian khusus saja; (2) persepsi/ pandangan;
16
(3) pengamatan yaitu persepsi atau pandangan setelah diproteksikan kembali oleh individu menjadi suatu pengamatan penggambaran yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan individu tertarik akan lebih intensif memusatkan akal pada halhal yang khusus. Pengetahuan dapat diperoeh dari pemikiran diri sendiri, disamping itu dapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikan kepada orang lain, menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Lebih-lebih jika pengetahuan itu dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari generasi ke genarasi berikutnya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan (Mubarak, 2012). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu 1) Awareness (kesadaran), yaitu pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi; 2) How-to (pemahaman), yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar; 3) Principles (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini adalah tentang caramelakukan SADARI (Notoatmodjo, 2010). Menurut hasil penelitian Handayani dkk, (2012) menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa
17
sikap remaja putri di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi pada kategori baik yaitu 33 responden (46,4%) sedangkan 38 responden (53,6%) pada kategori kurang. Kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI berpengaruh para perilaku remaja dalam melakukan SADARI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiani (2013) bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta. 2.4.2. Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu keadaan sehingga tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dari sikap tersebut. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1) Menerima (Receiving) bahwa seseorang mau menerima stimulus yang diberikan (Objek); 2) Menanggapi (Responding) saat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dihadapi; 3) Menghargai (Valuing) seseorang memberikan nilai yang positif terhadap keadaan sehingga dapat mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons; 4) Bertanggung jawab (Responsible) merupakan sikap yang paling tinggi dalam suatu perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010). Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap manusia antara lain : 1) Pengalaman pribadi; 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting; 3) Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah; 4) Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya; 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari
18
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada giliranya konsep tersebut mempengaruhui sikap. Sikap dan pendidikan remaja putri tentang kanker payudara akan membentuk keadaan yang positif jika remaja putri mengetahui pentingnya deteksi dini kanker payudara. Hal ini juga merupakan faktor yang harus dijelaskan serta dikenalkan kepada remaja putri tentang bahaya kanker payudara. Sehingga rasa kesadaran pada remaja putri untuk melakukan deteksi dini kanker payudara lebih meningkat. Menurut penelitian Tri Viviyawati. Hasil analisa data tingkat pengetahuan diperoleh nilai p<0,001 dan analisa data sikap diperoleh nilai p<0,001 ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan ‘SADARI’ sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK N1 Karanganyar tahun 2014. 2.4.3. Tindakan Suatu sikap yang belum terwujud dalam bentuk tindakan. Agar mewujudkan sikap yang berubah menjadi perbuatan diperlukan memberitahukan terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap agar menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1) Persepsi (Perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama; 2) Respon Terpimpin (Guide Response). Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah
19
indikator tingkat kedua; 3) Mekanisme (Mechanisme). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga; 4) Adaptasi (Adaptation). Tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2007). Tindakan dan pendidikan remaja putri tentang kanker payudara akan membentuk suatu keadaan dimana pentingnya untuk melakukan pemeriksaan SADARI. Remaja putri harus lebih dikenalkan dan disosialisasikan tentang langahlangkah tentang SADARI agar remaja putri lebh intensif melakukannya setiap bulan sehingga remaja putri lebih mengenal jika ada kelainan pada payudaranya sendiri.
2.5. Kanker Payudara Kanker mammae (kanker payudara) adalah kanker yang terjadi pada sel-sel payudara yang tidak normal sehingga terus tumbuh berlipat ganda dan menjadi benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan bentuk pertumbuhan sel yang abnormal pada payudara. Sel abnormal atau sel metaplasia yaitu sel yang dapat berubah tetapi masih dalam batas normal, jika sel metaplasia dipengaruhi faktor lain (fast food) maka akan menjadi sel displasia (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar) sehingga sel tersebut berkembang menjadi kanker dengan waktu 10-15 tahun (Kasdu, 2005). Penyebab resiko bisa meningkatkan terjadinya kanker payudara adalah; 1) Usia, meningkat pada usia remaja keatas; 2) Genetik, jika ibu atau saudara wanita mengidap penyakit kanker payudara, akan kemungkinan memiliki resiko kanker
20
payudara; 3) Pemakaian obat-obatan, misalnya therapy hormon pengganti {hormone replacement therapy (HRT)} ; 4) Diet yang tidak sehat/tidak seimbang; 5) Faktor lain adalah; tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak; 7) Paparan di tempat kerja (paparan dari gelombang elektromagnetik); 8) Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebihan (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). Pada fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala) dan tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi biasanya terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Biasanya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Nyeri yang terasa pada bagian payudara kemungkinan adanya kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut (Suryaningsih, 2009). Tingkatan perkembangan kanker payudara adalah: 1.
Stadium 0. Pada stadium ini disebut dengan ductal carcinoma in situ atau non invasive cancer yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.
21
2.
Stadium I. Mulai penebalan kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening.
3.
Stadium II A. Sudah ada benjolan kanker yang berukuran dua sentimeter sehingga tidak dapat terdeteksi dari luar. Karena tidak terdeteksi maka akan sulit mengindikasikan orang terjangkit kanker payudara atau tidak. Namun meskipun begitu dengan kecanggihan alat-alat medis kedokteran pada stadium ini masih bisa ditemukan di sekitar titik-titik saluran getah bening di ketiak. Dengan pemeriksaan dini ini maka sel kanker dapat tidak menyebar ke bagian tubuh dan tidak akan berlanjut ke stadium berikutnya. Kemungkinan sembuh adalah sekitar 70%.
4.
Stadium II B. Benjolan pada stadium dua telah berukuran kurang lebih dua sentimeter namun tidak lebih dari lima sentimeter dengan penyebaran sudah sampai ke kelenjar susu dan daerah ketiak. Pada stadium ini kemungkinan sembuh adalah 30-40 %. Jika sudah diketahui penderita kanker pada stadium 2 maka biasanya dilakukan operasi dengan pengangkatan sel-sel kanker yang ada pada tubuh. Setelah operasi biasanya dokter akan melakukan penyinaran untuk memastikan bahwa tidak ada lagi sel-sel yang tertinggal.
5.
Stadium III A. Pada tahap stadium 3 A ini kanker payudara telah 87% telah menyebar ke daerah limfa dan telah berukuran lebih dari lima sentimeter dan telah menyebar ke titk-titik pada pembuluh getah bening ketiak. Diameter tumor juga bisa lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titk-titik pembuluh getah bening ketiak.
22
6.
Stadium III B. Benjolan pada stadium III B lebih panjang lagi dan telah menyebar ke seluruh bagian kulit dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Dapat menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai inflammatory breast cancer. Bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh. Jika kondisi pasien sudah pada tahap stadium III B maka hal yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
7.
Stadium III C. Benjolan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening. Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening di bawah tulang selangka.
8.
Stadium IV. Pada stadium 4 kanker sudah begitu parah sudah menjalar ke bagian tubuh lain. Sehingga tidak ada jalan lain selain pengangkatan payudara. Kanker juga telah bermetafisis yaitu kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di sekitar ketiak ke bagian lain seperti paru, tulang, hati, dan otak kanker pada payudara itu bisa membengkak dan pecah, kalau sudah begini bau busuk dan anyir akan keluar dari buah dada. Keluhan ini adalah sesak nafas karena kanker menekan payudara. Menurut IUCC dalam Pamungkas (2011), pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor resiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada
23
dilingkungan kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau dan alkohol. Menurut Nina dalam Hawari (2004), pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memilki siklus haid normal merupakan population at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Diantaranya adalah dengan melakukan SADARI dan skrining melalui mammografi. Menurut beberapa penelitian, menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak. Pencegahan tersier ini lebih pendekatan kepada penderita karena lebih menumbuhkan percaya diri dan pikiran positif pada penderita kanker payudara. Penanganan pada penderita kanker payudara akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan (Hawari, 2004). Menurut (Purwoastuti, 2008), kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Hindari makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian, konsumsi makanan berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan peningkatan kanker payudara. 2) Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar. 3) Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat
24
mengurangi risiko terkena kanker payudara. 4) Lakukan pemeriksaan SADARI setiap bulan. Setiap perempuan harus mewaspadai akan perubahan yang terjadi pada payudaranya sendiri. Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita itu sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode SADARI atau breast self exam/ BSE (Kasdu, 2005). Menurut penelitian Lindra Anggorowati. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah p<0,001 memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah obesitas, usia anak melahirkan anak pertama, riwayat pemberian ASI dan usia menarche di RSUD Kudus tahun 2010. 2.6. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Singh, 1999). Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun. SADARI dilakukan 3 hari setelah menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi (Swart, 2010).
25
Tujuan utama SADARI adalah menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Ternyata 75-85% keganasan payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 harisetelah menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa lunak. Menurut Suryaningsih (2009), cara melakukan SADARI adalah sebagai berikut: Langkah pertama adalah: 1) Memulainya dengan melihat payudara anda dicermin. 2) Posisi pundak tegap. 3) Kedua tangan dipinggang. Yang harus anda lihat adalah ukuran payudara, bentuk payudara, warna payudara. Payudara yang bermasalah jika kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan, puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam, kemerahan, nyeri, ruam-ruam atau bengkak. Langkah kedua adalah: 1) Angkat tangan anda. 2) Amati jika ada perubahanperubahan payudara. Langkah ketiga adalah: 1) Saat anda bercermin, anda cermati puting anda. 2) Periksalah ada cairan yang keluar dari kedua putting atau tidak. (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah). 3) Periksalah puting anda apakah terdapat tanda-tanda yang tidak wajar seperti ada luka atau koreng. Puting yang bermasalah: puting yang bermasalah adalah berwarna kuning bercampur darah, mengoreng.
26
Pada langkah keempat ini rasakan payudara anda dengan cara berbaring dan lakukan pemijitan. Langkah 4a yaitu merasakan payudara dengan cara berbaring. Caranya: 1) Pergunakanlah tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. 2) Pijatlah dengan pelan namun mantap (tapi bukan keras), pijat dapat dilakukan dengan tiga ujung jari anda(telunjuk, tengah, dan manis). 3) Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara. 4) Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara. Langkah 4b yaitu pijatlah payudara sambil berbaring. Caranya: 1) Mulai pijatlah seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan. 2) Setelah itu pijat juga dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara. 3) Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh payudara anda. 4) Mulailah dari puting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar sampai anda mencapai bagian tepi payudara. 5) Anda juga dapat membuat gerak naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar wanita dianggap lebih efektif. 6) Pastikan anda meraka seluruh jaringan payudara dari depan (puting) sampai bagian belakang. 7) Pakailah pijatan-pijatan yang sesuai dengan anotomi payudara yaitu: ringan untuk kulit dan jaringan tepat di bawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam. 8) Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda. Langkah kelima adalah: 1) Rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk. 2) Anda dapat merabanya saat mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin.
27
Gambar 2.1. Cara Melakukan SADARI Sumber : Suryaningsih Menurut penelitian Dewi Permatasari. Efektivitas penyuluhan SADARI terhadap tingkat pengetahuan siswi SMA N 2 di Kecamatan Pontianak Barat tahun 2013. Hasil analisis statistik uji wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 0,1 diperoleh nilai p < 0,00 yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan tingkat pengetahuan SADARI antara pra-penyuluhan dan pasca-penyuluhan. 2.7. Remaja Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescene yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitive dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dengan rentang kehidupan. Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 2012). Menurut WHO batasan usia remaja 12-24 tahun, namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih bergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja (Widyastuti, 2009).
28
Menurut Widyastuti (2009), perubahan fisik remaja putri ditandai dengan tanda-tanda seks sekunder, yaitu: 1) Rambut kemaluan tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.Bulu ketiak dan bulu pada wajah mulai tampak setelah haid; 2) Pinggul berkembang, membesar dan membulat.Hal ini sebagai akibat berkembangnya lemak di bawah kulit; 3) Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan putting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan perkembangan dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara lebih besar dan lebih bulat; 4) Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. 2.8. Landasan Teori Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual maka keseluruhan teori-teori yag telah dipaparkan di atas rangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut : Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan. Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Model pembelajaran ini diterapkan di dalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika (pengendalian). Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati
29
kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator. Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tersebut didapat dari penambahan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses: Stimulus
Organisme
Respons, sehingga teori skiner
ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons). STIMULUS
ORGANISME
Respon Tertutup Pengetahuan Respon Terbuka
Gambar 2.2. Teori S-O-R 2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut:
30
Variabel Independen Variabel Dependen
Penyuluhan dengan Metode Simulasi
Perilaku siswa tentang SADARI
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep di atas menggambarkan bahwa penyuluhan dengan metode simulasi mempengaruhi perilaku siswa yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan tentang SADARI. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan metode simulasi dilakukan post-test.