BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Obat Pengelolaan obat merupakan satu aspek manajemen yang penting, oleh karena ketidakefisiensinya akan memberi dampak yang negatif terhadap sarana kesehatan baik secara medis maupun ekonomis. Pengelolaan obat di rumah sakit meliputi tahaptahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masingmasing tahap akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada (Indrawati dkk, 2001). Menurut Aditama (2003), bahwa fungsi manajemen obat membentuk sebuah siklus pengelolaan (1) fungsi perencanaan dan proses penentuan kebutuhan, mencakup aktifitas menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik, (2) fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, (3) fungsi pengadaan, merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan operasional sesuai fungsi perencanaan dan penentuan kepada instansi pelaksana, (4) Fungsi Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, diadakan melalui fungsi pengadaan dilakukan oleh instansi pelaksana, (5) fungsi pemeliharaan, merupakan proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris, dan (6) fungsi penghapusan,
Universitas Sumatera Utara
berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku, serta (7) fungsi pengendalian, merupakan usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Pengendalian obat perlu dilakukan dari tahap perencanaan sampai dengan penggunaan obat. Pengendalian dilakukan pada bagian perencanaan yaitu dalam penentuan jumlah kebutuhan, rekapitulasi kebutuhan dan dana. Pengendalian juga diperlukan pada bagian pengadaan yaitu dalam pemilihan metode pengadaan, penentuan rekanan, penentuan spesifikasi perjanjian dan pemantauan status pemesanan. Di bagian penyimpanan pengendalian diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan obat. Sedangkan pengendalian di bagian distribusi diperlukan dalam hal pengumpulan informasi pemakaian dan review seleksi obat. Sebagaimana digambarkan dalam siklus berikut ini.
Gambar 2.1. Siklus Pengelolaan Obat Rumah Sakit (Aditama 2003) Obat sebagai salah satu unsur penting bagi pengobatan, mempunyai kedudukan sangat strategis dalam upaya penyembuhan dan operasional RS. Di RS pengelolaan obat dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan terkait erat dengan anggaran RS.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2008) dbahwa pengelolaan obat terdiri dari beberapa siklus kegiatan yaitu : a) Perencanaan Obat Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan
obat
dengan
menggunkan
metode
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, Epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Kementerian kesehatan RI, 2004). Metode konsumsi didasarkan atas analisis data konsumsi obat sebelumnya. Perencanaan kebutuhan obat menurut pola konsumsi mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : pengumpulan dan pengolahan data, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Jumlah kebutuhan obat menurut metode konsumsi dapat dihitung dengan rumus berikut: A = ( B+C+D ) - E Keterangan : A = Rencana Pengadaan B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan C = Buffer stock (10%– 20%) D = Lead time 3 – 6 bulan E = Sisa stok
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan metode konsumsi adalah data yang diperoleh akurat, metode paling mudah, tidak memerlukan data penyakit maupun standar pengobatan. jika data konsumsi lengkap pola penulisan tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan maka kemungkinan kekurangan atau kelebihan obat sangat kecil. Kekurangannya antara lain tidak dapat untuk mengkaji penggunaan obat dalam perbaikan penulisan resep, kekurangan dan kelebihan obat sulit diandalkan, tidak memerlukan pencatatan data morbiditas yang baik (Depkes RI,2004). Metode epidemiologi didasarkan pada jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan. Keunggulan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran, standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki pola penggunaan obat. Sedangkan kekurangannya antara lain membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data penyakit sulit diperoleh secara pasti, diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik. Seleksi obat dalam rangka efisiensi dapat dilakukan dengan cara analisis VEN dan analisis ABC. Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat yang berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok V adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial, yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat-obat penyelamat (life saving drugs), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar. 2. Kelompok E adalah obat-obatan yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelompok N adalah merupakan obat-obatan penunjang yaitu obat-obat yang kerjanya ringan dan bisa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan (Ratnaninggrum, 2002) Menurut Suciati (2006), analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya yaitu: a) Kelompok A: kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan. b) Kelompok B: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%. c) Kelompok C: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan. Langkah-langkah menentukan kelompok A, B dan C: a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan cara kuantum obat x harga obat. b) Tentukan rankingnya mulai dari dana terbesar sampai terkecil. c) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan. d) Hitung kumulasi persennya. e) Obat kelompok A termasuk dalam 70%. f) Obat kelompok B termasuk dalam 20%. g) Obat kelompok C termasuk dalam 10%.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengadaan Obat Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan adalah sebuah tahapan yang penting dalam manajemen obat dan menjadi sebuah prosedur rutin didalam sistem manajemen obat yang berlalu di banyak negara. Sebuah proses pengadaan yang efektif akan menjamin ketersediaan obat dalam jumlah yang benar dan harga yang pantas serta kualitas obat yang terjamin (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan obat yang tepat jenis maupun jumlahnya, memperoleh harga yang murah, menjamin semua obat yang dibeli memenuhi standar kualitas, dapat diperkirakan waktu pengiriman sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan obat, memilih supplier yang handal dengan service memuaskan, dapat menentukan jadwal pembelian untuk menekan biaya pengadaan dan efisien dalam proses pengadaan. Menurut WHO (1999), ada empat strategi dalam pengadaan obat yang baik (a) Pengadaaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat, (b) Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang berkualitas, (c) Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat, (d) Mencapai kemungkinan termurah dari harga Total. c. Penyimpanan Obat Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan : 1) dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, 2) dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya, 3) mudah tidaknya meledak/terbakar, 4) tahan
Universitas Sumatera Utara
tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan adalah sebagai berikut : a. Simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan di atas rak. ‘Kesamaan’ berarti dalam cara pemberian obat (luar,oral,suntikan) dan bentuk ramuannya (obat kering atau cair) b. Simpan obat sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur FEFO (First Expired First Out). Obat dengan tanggal kadaluwarsa yang lebih pendek ditempatkan di depan obat yang berkadaluwarsa lebih lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluwarsa sama, tempatkan obat yang baru diterima dibelakang obat yang sudah ada. c. Simpan obat tanpa tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur FIFO (First In First Out). Barang yang baru diterima ditempatkan dibelakang barang yang sudah ada d. Buang obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi dan cara pemusnahan. Indikator penyimpanan obat yaitu: 1) Kecocokan antara barang dan kartu stok,indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak menyebabkan terjadinya akumulasi obat dan kekosongan obat.
Universitas Sumatera Utara
2) Turn Over Ratio (TOR), indikator ini digunakan untuk mengetahui kecepatan perputaran obat, yaitu seberapa cepat obat dibeli, didistribusi, sampai dipesan kembali, dengan demikian nilai TOR akan berpengaruh pada ketersediaan obat. TOR yang tinggi berarti mempunyai pengendalian persediaan yang baik, demikian pula sebaliknya, sehingga biaya penyimpanan akan menjadi minimal, 3) Persentase obat yang sampai kadaluwarsa dan atau rusak, indikator ini digunakan untuk menilai kerugian rumah sakit, 4) Sistem penataan gudang, indikator ini digunakan untuk menilai sistem penataan gudang standar adalah FIFO dan FEFO, 5) Persentase stok mati, stok mati merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan item persediaan obat di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal 3 bulan, 6) Persentase nilai stok akhir, nilai stok akhir adalah nilai yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah barang yang tersisa pada periode tertentu, nilai persentese stok akhir berbanding terbalik dengan nilai TOR Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) dalam Standar Akreditasi RS menjelaskan bahwa obat bisa disimpan dalam tempat penyimpanan, di dalam pelayanan farmasi atau kefarmasian, atau di unit asuhan pasien pada unit-‐unit farmasi atau di nurse station dalam unit klinis. Standar 1 menyiapkan mekanisme pengawasan bagi semua lokasi dimana obat disimpan. Dalam semua lokasi tempat obat disimpan, hal berikut ini adalah jelas :
Universitas Sumatera Utara
a) Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk; b) Bahan yang terkontrol (controlled substances) dilaporkan secara akurat sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku c) Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan; d) Elektrolit pekat konsentrat tidak disimpan di unit asuhan kecuali merupakan kebutuhan klinis yang penting dan bila disimpan dalam unit asuhan dilengkapi dengan pengaman untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hal‐hal (diberi nilai pada Sasaran Keselamatan Pasien). e) Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara periodik sesuai kebijakan rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar; dan f) Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identfikasi dan penyimpanan obat yang dibawa oleh pasien d. Pendistribusian Obat Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di RS untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk di jangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan : 1) efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada, 2) metode sentralisasi atau desantrilisasi, 3) sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Universitas Sumatera Utara
Suciati dan Adisasmito (2006) dalam penelitiannya dapat diambil kesimpulan antara lain : 1. Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan obat di Rumah Sakit yaitu standarisasi obat atau formularium, anggaran, pemakaian periode sebelumnya, stok akhir dan kapasitas gudang, lead time dan stok pengaman, jumlah kunjungan dan pola penyakit, standar terapi, penetapan kebutuhan obat dengan menggunakan ABC Indeks Kritis. 2. Penggunaan ABC Indeks Kritis secara efektif dapat membantu Rumah sakit dalam membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek pemakaian, nilai investasi, kekritisan obat dalam hal penggolongan obat vital, essensial dan non essensial. Standar terapi merupakan aspek penting lain dalam perencanaan obat karena akan manjadi acuan dokter dalam memberikan terapinya.
2.2. Persediaan Obat Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu konsep mengelola sangat penting diterapkan agar tujuan efektifitas dan efisiensi tercapai. Manajemen persediaan yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang telah dijadualkan dapat membuat suatu
Universitas Sumatera Utara
kepanikan apabila stok persediaan habis, sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan seperti biaya keamanan, biaya gudang, resiko penyusutan yang kerap kali kurang diperhatikan pihak manajemen Menurut Crandall dan Markland (1996) dalam Titta H.S (2008), strategi manajemen persediaan berdasarkan jenis permintaannya dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Provide. Pada kondisi ini perusahaan berusaha untuk selalu memiliki kapasitas yang mencukupi untuk memenuhi permintaan puncak pada sepanjang tahun. Sehingga perusahaan cenderung memiliki kelebihan kapasitas. Hal ini dilakukan karena perusahaan tidak ingin kehilangan penjualan atau tidak mampu memberikan pelayanan terhadap pelanggannya. 2. Match. Perusahaan berusaha untuk mengantisipasi pola permintaan sehingga perusahaan dapat mengubah tingkat kapasitas sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada saat permintaan tinggi, perusahaan mempunyai beberapa strategi untuk meningkatkan kapasitasnya dan disaat permintaan rendah, perusahaan juga memiliki beberapa strategi untuk mengurangi jumlah kapasitas. 3. Influence. Perusahaan yang termasuk dalam jenis ini adalah perusahaan yang mampu
mengubah
pola
permintaan
konsumennya
dan
mampu
mendayagunakan sumber-sumber yang dimilikinya dengan lebih berdaya guna. 4. Control. Perusahaan dengan jenis permintaan ini adalah perusahaan dengan tipe jasa yang unik dan membutuhkan biaya sumber daya yang tinggi untuk
Universitas Sumatera Utara
mampu menyrediakan kapasitas ataupun pelayanan seperti yang telah dijanjikan kepada konsumennya. Sebagai hasilnya perusahaan berusaha untuk menjaga agar variasi permintaan yang terjadi dapat seminimum mungkin. Rumah sakit adalah perusahaan jasa yang membutuhkan persediaan dalam pelayanan jasanya. Salah satu jenis persediaan yang dibutuhkan oleh pihak rumah sakit dan sangat penting adalah persediaan obat. Rumah sakit perlu menyediakan jenis dan jumlah obat tertentu untuk melayani dan menyembuhkan pasiennya. Masalah yang dihadapi oleh pihak rumah sakit adalah jenis dan jumlah obat yang harus disediakan tersebut berbeda untuk periode waktu yang berbeda. Ketersediaan obat adalah kecukupan obat (dalam bulan) di gudang obat farmasi. Obat digolongan menurut VEN yaitu Vital, Essensial, dan Non Essensial Hasil penelitian menurut Crandall-Markland (1996) dalam Titta H.S (2008) menunjukkan bahwa rumah sakit cenderung menggunakan provide dan match sebagai strategi permintaannya, artinya bahwa rumah sakit cenderung untuk mempunyai kapasitas yang dapat memenuhi permintaan terutama pada permintaan tinggi atau puncaknya, kapasitas berlebih dianggap lebih baik dibandingkan kehilangan kesempatan melayani pasiennya; atau rumah sakit mempunyai kecenderungan untuk melakukan antisipasi pola permintaan sehingga rumah sakit dapat mengubah kapasitas sesuai dengan yang dibutuhkan, dalam hal ini peramalan mempunyai arti yang sangat penting. Dalam pengendalian persediaan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yakni stockout, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada di
Universitas Sumatera Utara
persediaan. Stockout adalah manajemen persediaan terdapat sisa obat akhir kurang dari jumlah pemakaian rata-rata tiap bulan selama satu bulan disebut stockout (Waluyo, 2006). Stockout adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan obat, stok kosong (Setyowati dan Purnomo, 2004).Obat dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-rata pemakaian obat per bulan (Muzakin,2008).
2.3. Penganggaran Anggaran merupakan suatu alat bagi manajemen dalam melakukan perencanaan dan pengendalian terhadap perusahaan. Anggaran menurut Munandar (2007) adalah “Business Budget (anggaran perusahaan) atau budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan (unit moneter), dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.” Anggaran yang merupakan suatu alat untuk melakukan perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Melalui anggaran, perusahaan mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen ke semua anggota organisasi, mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian organisasi, menugaskan tanggung jawab kepada manajer, juga memperoleh komitmen dari manajer yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer. Fungsi anggaran yang pada umumya digunakan oleh perusahaan, memiliki karakteristik yang sama dengan fungsi manajemen. Namun, fungsi anggaran
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tujuan yang lebih spesifik. Fungsi anggaran yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Proses perencanaan memadukan gagasan, prakiraan, ketersediaan sumber daya, dan realitas finansial untuk menciptakan serangkaian tindakan guna mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. 2) Koordinasi Penganggaran mengkoordinasikan berbagai segmen organisasi dan membuat setiap manajer mengetahui bagaimana kegiatan-kegiatan yang berbeda terjalin erat satu sama lain. Proses penganggaran mensyaratkan bahwa anggaran rinci dan baik disusun dengan mencakup setiap aktivitas, departemen atau fungsi di dalam perusahaan. Dengan cara seperti ini proses penganggaran menyediakan koordinasi aktivitas, departemen, dan fungsi organisasi sehingga setiap aspek operasi menyodorkan kontribusi bagi keseluruhan rencana perusahaan. 3) Pengendalian Sistem kontrol dibentuk guna mengevaluasi kinerja sesungguhnya para karyawan berdasarkan ukuran kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Anggaran merupakan bagian integral dari sistem kontrol. Proses pengendalian mengikuti tiga urutan tahap
yang saling berhubungan,
yaitu: pencatatan kinerja aktual,
membandingan kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan, dan pemberian umpan balik reguler supaya memungkinkan pemantauan yang berkelanjutan atas kejadian. Dalam menyusun anggaran, pengelompokan anggaran sangatlah penting. Dengan
Universitas Sumatera Utara
mengelompokkan anggaran maka akan lebih mudah dalam menyusun jenis anggaran yang diinginkan sesuai dengan keperluan. Menurut Nafarin (2009), anggaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut: 1. Segi Dasar Penyusunan Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran variabel dan anggaran tetap. Anggaran variabel (variable budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran tetap (fixed budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. 2. Segi Cara Penyusunan Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran periodik dan anggaran kontinu. Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu. Anggaran kontinu (continous budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat. 3. Segi Jangka Waktu Dilihat dari segi jangka waktunya, anggaran terdiri dari atas anggaran jangka pendek dan anggaran jangka panjang. Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
4. Segi Bidang Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran tersebut bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget). Anggaran operasional (operational budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contohnya adalah anggaran penjualan/pendapatan, anggaran biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan anggaran beban usaha. Anggaran keuangan (financial budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran sediaan, dan anggaran utang. 5. Kemampuan Menyusun Dilihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri atas anggaran komprehensif dan anggaran parsial. Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. 6. Segi Fungsi Dilihat dari segi fungsi, anggaran terdiri atas anggaran tertentu dan anggaran kinerja. Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan). 7. Segi Metode Penentuan Harga Pokok Produk Dilihat dari segi metode penentuan harga pokok produk, anggaran terdiri atas anggaran tradisional dan anggaran berdasar kegiatan. Anggaran tradisional (traditional budget) atau anggaran konvensional terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran berdasar sifat. Anggaran berdasar fungsional (fungsional based budget) adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penentuan harga pokok penuh (full costing) dan berfungsi untuk menyusun anggran induk atau anggaran tetap. Anggaran berdasar sifat (characteristic based budget) adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penentuan harga pokok variabel (variable costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel. Menurut Nafarin (2009) terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran, antara lain: a) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. b) Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan. c) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan. d) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
e) Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat. f) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Menurut Wulandari (2006), penganggaran atau perencanaan dan pengendalian laba yang menyeluruh ditetapkan sebagai pendekatan yang sistematis dan formal untuk melakukan tahap-tahap penting dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian yang menjadi tanggung jawab manajemen. Penggunaan anggaran untuk melakukan pengendalian, evaluasi kinerja, komunikasi dan meningkatkan koordinasi menyiratkan
bahwa
penganggaran
merupakan
aktivitas
manusia.
Sehingga
keberhasilan atau kegagalan penganggaran bergantung pada bagaimana manajemen mempertimbangkan implikasinya terhadap perilaku karyawannya.
2.4. Penganggaran Obat Rumah Sakit Proses penganggaran di rumah sakit merupakan salah satu proses yang manajemen keuangan yang sangat penting. Kepentingan dari proses ini dapat dilihat dari fungi suatu anggaran bagi rumah sakit, yaitu sebagai alat perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional rumah sakit.. Terpenuhinya fungsi dari anggaran tersebut akan membantu pengelola rumah sakit dalam mencapai efisiensi dan efektifitas pengelolaan secara keseluruhan. Menurut Adikoesoemo (1994) dalam Prita Andini (2007), anggaran pada rumah sakit selain berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan keuangan dan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan di masa datang, juga merupakan bagian dari progam pengendalian keuangan organisasi. Tujuan pengendalian keuangan rumah sakit yaitu merencanakan dan mengendalikan kegiatan rumah sakit agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pendapatan rumah sakit paling sedikit sama atau lebih besar dari biaya. Pendapatan harus diamankan baik dari pasien yang berobat jalan, rawat inap, kamar operasi dan sebagainya, serta adanya pasien-pasien yang tidak mampu.
2.5. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian Renie dan Pudjirahardjo (2013), di RS Haji Surabaya, menjelaskan bahwa selama ini perencanaan obat di unit logistik Instalasi farmasi RSU Haji Surabaya masih belum dilaksanakan secara efektif karena masih terdapat stagnant dan stockout. Laporan persediaan menunjukkan kejadian stockout yang terjadi sebesar 54% dan stagnant sebesar 39%. Kejadian stagnant dan stockout obat menimbulkan biaya sebesar Rp 255.933.139. Penyebab stockout obat karena adanya floor stock, kurangnya tenaga kerja untuk kegiatan inventory dan perencanaan pengadaan yang tidak akurat. Sedangkan penyebab stagnant obat karena adanya pengadaan obat yang berlebihan dan perilaku user dalam penggunaan obat. RSU Haji Surabaya perlu membuat plan of action yang sesuai dengan kebutuhan riil, menghitung safety stock setiap jenis obat agar dapat disesuaikan dengan obat fast, medium dan slow moving. Penelitian Yuransyah (2009), di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis indikator pengelolaan obat dan diskusi kelompok kecil, menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan menunjukkan hasil yang efisien pada alokasi dana, berapapun anggaran yang dibutuhkan oleh unit
Universitas Sumatera Utara
Instalasi Farmasi akan selalu dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit, diketahui perbandingan jumlah item obat yang dipakai dengan item obat yang direncanakan belum efisien. Pada tahap penyimpanan hasil yang belum efisien pada indikator kecocokan antara obat dengan kartu stok (73,67%), TOR meningkat tiap tahunnya yaitu berturut-turut dari tahun 2006-2008: 6,4 kali – 8,8 kali, sistem penataan gudang masih belum sepenuhnya sesuai FEFO (13,67%), dan persentase obat kadaluwarsa masih tinggi yaitu 1,15%. Penelitian Nofriana (2011) di RSUD Dr.Soedarso Pontianak, bahwa 1) Proses belanja obat di RSUD dr. Soedarso menggunakan metode konsumsi dilakukan oleh apoteker disetiap depo dan disetujui oleh Kepala IFRS. Tim perencanaan khusus obat belum terbentuk. Formularium sudah lama tidak direvisi. Rumah sakit belum punya standar pengobatan. 2) Hasil analisis ABC menunjukkan bahwa , yang termasuk kategori A adalah 30 item obat, kategori B 60 item obat kemudian kategori C 257 item obat. Obat yang masuk kriteria V adalah 9 item obat, kriteria E 153 item obat dan kriteria N sebanyak 185 item obat. Kategori A ternyata didominasi oleh 13 item obat yang masuk kriteria N, dengan menyerap biaya belanja obat sebesar Rp 1,86 milyar. 2.6. Landasan Teori Kementerian Kesehatan RI (2012), bahwa manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan simptomatik, preventiff, kuratiff dan paliatiff, terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam koordinasi para
Universitas Sumatera Utara
staf rumah sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan
(transcribe),
pendistribusian,
persiapan
(preparing),
penyaluran
(dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Menurut Aditama (2003), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat membentuk sebuah siklus pengelolaan seperti pada Gambar 2.2. berikut ini:
Perencanaan
Penghapusan Pemeliharaan
Penganggaran Pengawasan
Penyaluran
Pengadaan
`Penerimaan dan Penyimpanan
Gambar 2.2. Siklus Pengelolaan di Bidang Logistik Gambar 2.2. di atas menunjukkan pengelolaan obat meliputi fungsi yaitu: 1. Fungsi perencanaan dan proses penentuan kebutuhan, mencakup aktifitas menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. 2. Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar.
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi pengadaan dan Penerimaan, merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan operasional sesuai fungsi perencanaan dan penentuan kepada instansi pelaksana, dan menerima obat dari pemasok obat. 4. Fungsi, penyimpanan dan penyaluran, diadakan melalui fungsi pengadaan dilakukan oleh instansi pelaksana. 5. Fungsi pemeliharaan, merupakan proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris. 6. Fungsi penghapusan, berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. 7. Fungsi pengendalian, merupakan usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik.
2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian seperti pada gambar 2.3. Manajemen Obat 1. Perencanaan Obat 2. Penganggaran Obat 3. Pengadaan dan Penerimaan Obat 4. Penyimpanan dan Penyaluran Obat 5. Pemeliharaan Obat 6. Penghapusan Obat 7. Pengendalian Obat
Ketersediaan Obat
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara