25
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara . Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 setelah sesudah hari 1 menstruasi. Mardiana (2007). Menurut Syahfitri (2012) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.2. Tujuan SADARI 10 Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-kelainan tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang diakibatkan gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita. Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar . Wibisono (2009). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik struktur,bentuk ataupun tekstur. Saryono (2008).
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.3. Manfaat SADARI Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah. Manuaba (2010) 2.1.4. Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter. Menurut (Dinawati dalam Syahfitri, 2012) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Melihat Perubahan Dihadapan Cermin Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.
Universitas Sumatera Utara
28
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
Kemudian berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
Universitas Sumatera Utara
29
Setelah itu menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.
Universitas Sumatera Utara
30
2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan Berbaring
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan.
Universitas Sumatera Utara
31
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
Universitas Sumatera Utara
32
Diawali dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Kemudian gerakkan ke sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan. Lakukan tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Kemudian ulangi sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Lalu periksa bagian bawah areola mammae.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
Universitas Sumatera Utara
33
Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak. 2.1.5. Waktu Dilakukan SADARI Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa lebih lunak. Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40. Selain SADARI, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39 tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun. Lakukan mamogram secara rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun. Pamungkas (2011).
2.2. Konsep Perilaku 2.2.1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat di amati langsung maupun tidak dapat di amati oleh pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Notoadmodjo (2007). Perilaku dibedakan menjadi 2 teori stimulasi organisme (S-O-R) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
34
a.
Perilaku Tertutup/Covert Behavior Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk terslubung atau tertutup.
Respon atau reaksi ini masih dalam batas perhatian, presepsi, pengetahuan/kesadaran atau sikap yang terjadi pada seseorang yang mendapat rangsangan. Contoh : wanita mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan rutin terhadap payudara, ibu mengetahui tentang sadari, dll.
b. Perilaku Terbuka/Open Behavior Respon yang terjadi pada seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk nyata atau terbuka. Responya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh orang lain. Misalnya : seorang ibu hamil memeriksakan kehamilanya secara rutin, ibu membawa anaknya untuk di imunisasi, penderita penyakit TB paru berobat secara teratur, dan sebagainya. Fitriani (2011 ). Berdasarkan batasan perilaku tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) adalah perilaku atau usahausaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
Universitas Sumatera Utara
35
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif atau tanpa tindakan (Notoatmodjo, 2010). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan. 2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang dihadapi di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
Universitas Sumatera Utara
36
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budidaya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar. 2.2.2. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan,
Universitas Sumatera Utara
37
menyebutkan. Contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi ( Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation)
Universitas Sumatera Utara
38
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan tiga cara yaitu melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal atau resmi (sekolah) maupun dari pendidikan non formal (tidak resmi).
2.2.3. Sikap (Attitude) Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2010). Menurut Azwar (2007), sikap terdiri dari : a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
Universitas Sumatera Utara
39
dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri ( Azwar, 2007 ). Sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon (secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2006). Sikap bukanlah suatu benda, ini adalah proses suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek tetapi semua faktor yang hadir dalam setiap situasi (Ahmadi, 2003). Menurut Newcomb, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
Universitas Sumatera Utara
40
aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Allport
(1954)
didalam
Notoatmodjo
(2010),
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kencenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek. Ciri-ciri sikap adalah: 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sikap ini membedakan dengan sifat-sifat biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.
Universitas Sumatera Utara
41
4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. 5. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan. Sedangkan sikap yang negatif terdapat kecenderungan untuk menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap dapat pula dibedakan atas: 1. Sikap positif Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap negatif Sikap yang menunjukan atau yang memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Fungsi sikap: 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. 2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman. 4. Sebagai pernyataan kepribadian.
Universitas Sumatera Utara
42
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007). Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain: 1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tergantung pada situasi saat itu. 2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain. 3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap: a) Faktor intern yaitu : faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar
melalui
persepsi,
oleh
karena
itu
kita
harus
memilih
rangsanganrangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungankecenderungan dalam diri kita. b) Faktor ekstern : yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
43
1.Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap. 2.Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut. 3.Sifat orang / kelompok yang mendukung sikap tersebut. 4.Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. 5.Situasi pada saat sikap dibentuk. 2.2.4. Tindakan (Practise) Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Tindakan terdiri dari 4 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2010) : 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. 2. Respon terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lama memasak, menutup pancinya dan sebagainya. 3. Mekanisme (Mecanism)
Universitas Sumatera Utara
44
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasikan bayinya pada umurumur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 4. Adaptasi (Adaptation) yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Tingkatan tindakan (Notoatmodjo, 2007) : a. Persepsi ( perception ) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin ( guided response ) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. c. Mekanisme ( mechanism ) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat tiga. d. Adopsi ( adoption )
Universitas Sumatera Utara
45
Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
2.3. Landasan Teori Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan perubahan perilaku. Oleh karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainya. Banyak teori tentang perilaku, tetapi yang digunakan pada tesis ini adalah teori Green. Green mengindentivikasi tiga faktor yang mempengaruhi prilaku, baik individual maupun secara kolektif, termasuk aksi-aksi organisasional dalam kaitan dengan lingkungan, masing-masing memiliki tipe pengaruh yang berbeda terhadap perilaku. Menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrance Green (1980) dikutip dari Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu yang terwujud dari dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
Universitas Sumatera Utara
46
2. Faktor pendukung (enabling factor) yaitu yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan. 3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain.
2.4. Kerangka Konsep Variabel Indipendent -
-
Variabel Dependent
Pengetahuan Wanita Diatas 20 Tahun Sikap Wanita Diatas 20 Tahun
Dukungan Keluarga SADARI
Universitas Sumatera Utara
47
-
Persepsi ketersediaan sumberdaya kesehatan keterjangkauan sumber daya Karakteristik
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional. Rancangan penelitian Cross sectional adalah merupakan penelitian dimana peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Sutinah, 2009).
Universitas Sumatera Utara