ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1
Definisi Lansia Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami p erubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (menjadi
tua) adalah
suatu
proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008). 2.1.2
Batasan Lansia Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age)
antara 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan us ia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini/prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut/senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan risiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal dip anti, menderita penyakit berat, atau cacat. 2.1.3
Teori Penuaan Menurut Nugroho (2008), teori penuaan dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu: 1.
Teori Genetik a.
Teori genetic clock Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
b.
Teori mutasi somatik Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
2.
Teori Nongenetik a.
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory) Mutasi
yang
berulang
dapat
menyebabkan
berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). b.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory) Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua. c.
Teori menua akibat metabolisme Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 2010).
d.
Teori rantai silang (cross link theory) Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
e.
Teori fisiologis Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
3.
Teori sosiologis a.
Teori interaksi sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. b. Teori aktivitas atau kegiatan
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin, ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia, mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. c.
Teori kepribadian berlanjut (continuity theory) Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.
d. Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss) yaitu : Kehilangan peran (loss of role), hembatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values). 2.1.4
Perubahan yang Terjadi pada Lansia Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan
jaringan
untuk
memeperbaiki
diri/mengganti
dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2010). Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. 3.
Perubahan-perubahan fisik pada lansia Menurut Fatimah (2010) perubahan fisik yang terjadi pada lansia : a.
Perubahan sel Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia
mengakibatkan
penurunan tampilan dan fungsi fisik. Lansia menjadi l ebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, massa tubuh berkurang dan massa lemak bertambah.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b.
Perubahan kardiovaskular Perubahan struktur jantung dan sistem vaskuler mengakibatkan penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Katup jantung menjadi lebih tebal dan kaku, jantung serta arteri kehilangan elastisitasnya. Timbunan kalsium dan lemak berkumpul di dalam dinding arteri, vena menjadi sangat berkelok-kelok.
c.
Perubahan sistem pernapasan Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru. Peningkatan volume residu paru dan penurunan kapasitas vital paru dan penurunan luas permukaan alveoli. Penurunan efisiensi batuk, berkurangnya aktivitas silia dan peningkatan ruang rugi pernapasan membuat lanjut usia lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
d.
Perubahan kulit Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastik berkurang dan kolagen menjadi lebih kaku. Lemak subkutan terutama di ekstremitas berkurang. Hilangnya kapiler di kulit mengakibatkan penurunan suplai darah, kulit menjadi hilang kekenyalannya, keriput dan menggelambir. Pigmentasi rambut menurun dan rambut menjadi beruban, distribusi pigmen kulit tidak rata dan tidak beraturan terutama pada bagian yang selalu terpajan sinar matahari. Kulit menjadi lebih kering dan rentan terhadap iritasi karena penurunan aktivitas
TESIS
kelenjar
sebasea
dan
kelenjar
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
keringat
sehingga
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyebabkan kulit lebih rentan terhadap gatal-gatal. Perubahan ini membuat toleransi terhadap suhu dan pajanan sinar matahari yang ekstrim menurun. 4.
Perubahan psikososial Pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan. Seorang lansiajuga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami panyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangakaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2008). Biasanya
sifat-sifat
streotipe
para
lansia
sesuai
dengan
pembawaannya pada waktu muda. Beberapa t ipe yang dikenal adalah sebagai berikut (Darmojo, 2010) : a.
Tipe konstruktif Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya.
b.
Tipe ketergantungan (dependent) Orang lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, t ak berambisi, masih tau diri, tak inisiatif dan
mempunyai
bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai
istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. c.
Tipe Defensif Orang ini biasanya dulunya
mempunyai
pekerjaan/jabatan
tidak s tabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat
TESIS
dikontrol, memegang
teguh
pada kebiasaannya, bersifat
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kompulsif aktif. Anehnya mereka takut mengahadapi “menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun. d.
Tipe bermusuhan (hostility) Mereka
menganggap
orang
lain
yang
menyebabkan
kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu
untung
pada
pekerjaan-pekerjaan aktif untuk
menghindari masa yang sulit/buruk. e.
Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters) Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosioekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang
tak
bahagia,
mempunyai s edikit hobi, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian. Orangtua sering mengalami depresi atau rasa tertekan karena merasa
kesepian,
kurang
berharga,
atau
karena
berkurangnya
penghasilan, yang sering disertai dengan hilangnya nafsu makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan. Depresi seperti ini lebih banyak
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terjadi pada orang usia lanjut yang hidup sendiri atau tinggal di Institusi atau panti – panti werdha/jompo (Almatsier, 2011). 5.
Perkembangan spiritual Menurut Caroline (2007) yang mengutip pendapat Hiatt (2000), perkembangan spiritual sangatlah personal dan melibatkan
serangkaian
langkah atau siklus yang terjadi tidak dalam urutan teratur atau urutan waktu dalam hidup seseorang. Tidak seperti perkembangan fisik atau psikologis, perkembangan spiritual melalui cara yang ganjil : paruh pertama hidup terdiri dari dari perkembangan ego, dalam tengah umur orang itu merasa bahwa ego sangatlah dangkal dan mulai mengubah identitas diri pada “diri” sejati (yakni: bagian dari pribadi manusia yang tidak tergantung pada sejarah hidup tertentu dan pilihan yang dibuat). Diri pribadi ini merupakan cerminan psikologis dari spirit, dan pada periode hidup inilah rupanya manusia sungguh-sungguh menjadi makhluk spiritual. Kesadaran spiritual sering dipicu oleh pengalaman hidup, seperti, memiliki anak, mengalami penyakit, mengahdapi maut atau kematian orang lain, atau menghadapi krisis dalam relasi personal. Pengalaman lain yang bisa ditambahkan untuk mengenalkan penyadaran spiritual adalah berdoa, melakukan kegiatan fisik, mendengarkan musik, menikmati karya seni dan tinggal sendirian. Menurut Tamher (2009) yang mengutip pendapat Zuckerman (2003), lansia yang religious ternyata usianya lebih panjang dibandingkan para lansia yang tidak menjalankan ibadah. Bahkan pada mereka yang tidak religious ternyata angka kematiannya dua kali lebih besar dibandingkan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan mereka (lansia) yang rajin beribadah. 2.1.5
Lansia Panti Panti Werdha merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia
yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Panti werdha yang dikelola oleh pemerintah memiliki sasaran pelayanan pada usia lanjut berusia 60 tahun keatas yang tidak memiliki keluarga, terlantar, tidak mempunyai keluarga yang dapat membantu kehidupannya sehari-hari, karena kemauannya sendiri atau terpaksa (Darmojo, 2010). Menurut Nugroho (2008) pelayanan yang diberikan pada sistem ini yaitu : 1.
Pemenuhan kebutuhan setiap hari, kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
2.
Bimbingan keagamaan.
3.
Pelayanan
kesehatan,
penyuluhan
kesehatan,
pemeriksaan
dokter,
pelayanan dokter Puskesmas, menyediakan obat-obat ringan. 4.
Pembinaan fisik guna menjaga kesehatan seperti senam yang bermanfaat untuk peregangan otot, pernafasan dan jantung.
5.
Kegiatan-kegiatan
bersama
untuk
meningkatkan
kebersamaan
dan
interaksi sosial.
TESIS
6.
Kesehatan, memberikan penyuluhan hidup sehat dan bersih.
7.
Konseling.
8.
Bantuan tambahan modal usaha bagi usia lanjut.
9.
Rekreasi dan senam ringan.
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.1.6
Lansia Rumah Menurut Demartoto (2007) yang dikutip oleh Setyoadi (2010) pelayanan
lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan lembaga. Pelayanan berbasis keluarga
dan masyarakat
cenderung
sulit
dipisahkan, sehingga terdapat pengelompokan secara umum terhadap lansia, yaitu lansia dengan pelayanan panti dan lansia dengan pelayanan komunitas (non panti). Pelayanan berbasis komunitas merupakan pelayanan yang paling banyak diperoleh lansia di Indonesia. Tingginya jumlah lansia dan terbatasnya panti werdha di Indonesia, menyebabkan banyak lansia yang tinggal di komunitas. Selain itu ada tradisi masyarakat dimana seorang anak dan keturunan merupakan pengurus dan sumber potensi untuk mencapai kebutuhan orangtua. Dasar pelayanan komunitas adalah memaksimalkan dayaguna dan keikutsertaan masyarakat termasuk lansia dengan meningkatkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat. Beberapa permasalahan lansia dapat ditangani melalui keluarga karena membutuhkan pelayanan intensif dan jangka panjang yang hanya dapat disediakan melalui pelayanan profesional dalam lembaga. 2.2
Perilaku Pola Hidup Sehat pada Lansia
2.2.1
Pengertian Pola Hidup Sehat Pola h idup s ehat ad alah u paya u ntuk m emberdayakan an ggota r umah
tangga agar sadar, mau, serta mampu melakukan perilaku hidup sehat (Suratno & Rismiati, 2001). S edangkan m enurut K otler (2002) pola h idup s ehat ad alah gambaran d ari ak tivitas a tau k egiatan s eseorang yang di dukung ol eh ke inginan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan m inat, s erta b agaimana p ikiran s eseorang d alam m enjalaninya d an berinteraksi dengan lingkungannya. 2.2.2
Pola Hidup Sehat pada Lansia Pola h idup s angat m empengaruhi p enampilan u ntuk menjadi aw et m uda
dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun keatas, s angatlah p enting. A supan g izi s eimbang s angat d iperlukan t ubuh jika ingin aw et m uda d an b erusia l anjut d alam k eadaan t etap s ehat. T idak d apat disangkal, ba nyak ke ndala y ang di hadapi m anusia s aat memasuki p ertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat at au s udah t erserang b eragam p enyakit s eperti s troke, h ipertensi, j antung, dan s ebagainya. Bahkan ke tajaman pe nglihatan m anusia s udah b erkurang s ejak berusia 4 0 t ahun. K emampuan tersebut berkurang t erutama u ntuk m elihat j arak dekat sehingga memerlukan kaca mata berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, n amun m udah d iatasi d engan m enggunakan k acamata. P enyebabnya bisa bermacam-macam namun lebih sering karena ketuaan itu sendiri dan akibat hipertensi (Hanata, 2010). Masa t ua b agi s ebagian m asyarakat ad alah m asa y ang m enakutkan o leh karena itu berbagai upaya dilaukan untuk menyiapkan investasi kesehatan diusia tua. Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap orang akan mengalami fase yang mengarah ke pada pe nuaan. S eseorang d ianggap b erhasil m enjalani p roses penuaan j ika da pat t erhindar da ri b erbagai pe nyakit, org an t ubuhnya da pat berfungsi d engan b aik, s erta k emampuan b erfikirnya at au k ognitif m asih t ajam. Para lansia yang berhasil mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil m enghadapi p enuaan s ehingga d apat b ekerja ak tif t erutama d isektor
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
informal. M ereka b iasanya d apat b erbagi pengalaman d an t elah m encapai t ahap perkembangan p sikologis d imana m ereka d ianggap b ijaksana menyikapi kehidupan dan mendalami kehidupan spiritual (Gunawan, 2001). Agar t etap ak tif s ampai t ua, s ejak m uda s eseorang p erlu melakukan mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik atau olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana hidup yang realistis seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia, paling tidak individu sudah punya bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak bila pensiun sesuia dengan kemampuan dan minatnya. Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh ke mandirian b aik da lam t ingkah l aku ke hidupan s ehari-hari, be kerja maupun berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan s osial, s eseorang d apat m emilih m asa tua y ang l ebih m embahagiakan, terhindar dari banyak masalah kesehatan (Nugroho, 2008). Pola h idup d an p ola m akanan j uga b isa mempengaruhi t erjadinya p roses penuaan. M isalnya p ola m akanan y ang t idak s eimbang an tara as upan d engan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kura ng m engkonsumsi s ayuran dan bua h da n s ebagainya. S elain i tu, makanan y ang m elebihi k ebutuhan t ubuh yang b isa m enyebabkan o besitas at au kegemukan. Pola hidup juga bisa mempengaruhi hal tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik. Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus at au k encing m anis, p enyakit j antung, h ipertensi, k anker at au k eganasan dan l ain-lain. Jika s udah terjadi p enyakit t ersebut h arus d iterapi dan s elanjutnya
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
harus m enerapkan po la h idup m aupun pol a m akan y ang be nar, s ehingga kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih berat (Muhammadun, 2009). Menginjak u sia 4 0 t ahun k eatas, t idak perlu m enghindari pada s atu jenis makanan t ertentu. S epanjang o rang t ersebut d alm k eadaan s ehat a tau tidak menderita s uatu p enyakit, t idak p erlu m enghindari t erhadap jenis m akanan tertentu. Ter penting ad alah s elalu m enerapakan p ola h idup m aupun p ola m akan yang sehat. Menurut Hanata (2010) 2.2.3
Perilaku Hidup Sehat pada Lansia Becker (1979) membuat klasifikasi tentang p erilaku hi dup sehat i ni ya itu
sebagai berikut: 1.
Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
2.
Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3.
Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok.
4.
TESIS
Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tuntutan akibat penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi berkurang yang tanpa disadari ini juga membahayakan kesehatan. 5.
Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres
tidak
menyebabkan
gangguan
kesehatan.
Kita
harus
dapat
mengendalikan stres atau mengelola stres dengan kegiatan yang positif. 6.
Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Sasaran perilaku h idup s ehat pada lansia yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran perilaku hi dup s ehat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1.
Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut:
2.
a.
Mandi dua kali sehari
b.
Mandi pakai sabun
c.
Menjaga kebersihan pakaian
d.
Menjaga kebersihan lingkungan
Kebersihan Rambut Menurut I rianto (200 7) u ntuk s elalu m emelihara r ambut d an k ulit
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kepala d an k esan can tik s erta t idak b erbau ap ek, p erlu d iperhatikan h al-hal sebagai berikut : a.
Memperhatikan kebersihan rambut dengan m encuci rambut sekurangkurangnnya dua kali seminggu
3.
b.
Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain
c.
Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
Kebersihan Gigi Hal-hal yang pe rlu diperhatikan d alam m enjaga k ebersihan g igi adalah sebagai berikut:
4.
a.
Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan
b.
Memakai sikat gigi sendiri
c.
Menghindari makanan yang merusak gigi
d.
Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e.
Memeriksakan gigi secara rutin
Kebersihan Tangan, kaki dan kuku Menurut O dang (1995) dalam I rianto (2007), m enyatakan b ahwa dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal berikut:
5.
a.
Membersihkan tangan sebelum makan
b.
Memotong kuku secara teratur
c.
Membersihkan lingkungan
d.
Mencuci kaki sebelum tidur
Kebiasaan Berolah Raga Olah r aga yang t eratur m encakup k ualitas g erakan d an k uantitas
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam arti d an fre kuensi y ang di gunakan unt uk be rolah ra ga. D engan demikian ak an m enentukan s tatus k esehatan s eseorang. D orongan be rolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam (Irianto, 2007). 6.
Kebiasaan Tidur yang Cukup Tidur yang c ukup di perlukan ol eh t ubuh ki ta unt uk m emulihkan tenaga. D engan t idur yang c ukup, ke mampuan d an ke terampilan a kan meningkat, s ebab s usunan s araf s erta t ubuh t erpelihara agar t etap s egar d an sehat. Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. T idur y ang s ehat a pabila lingkungan t empat t idur uda ranya be rsih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang n yaman. M isalnya, t ungkai d iletakkan ag ak t inggi a gar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah.
7.
Gizi dan Menu Seimbang keadaan g izi s etiap i ndividu m erupakan f aktor yang am at p enting karena z at g izi z at k ehidupan y ang es ensial b agi p ertumbuhan d an perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan pada pertumbuhan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produkt if. Sebaliknya, ke kurangan gizi pa da l ansia a kan m engakibatkan lemahnya kemampuan motorik, cepat lelah dan sakit-sakitan (Tarigan, 2004).
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3
Kualitas Hidup
2.3.1
Definisi Kualitas Hidup WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai `individual's perceptions of
their position in life in the context of the culture and value systems in which they live and in relation to their goals, expectations, standards and concerns'. Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupannya dalam lingkup budaya dan sistem nilai kehidupan mereka serta dalam hubungan dengan tujuan, harapan, standar yang mereka anut dan perhatian. Definisi ini juga menggambarkan suatu konsep dengan sebaran yang luas yang dipengaruhi oleh keadaan kompleks dari kesehatan fisik individu, psikis, derajat ketergantungan, hubungan sosial dan hubungan mereka terhadap lingkungannya (WHO, 2004). Definisi sehat ini adalah keadaan kemampuan fisik, mental dan sosial bukan saja tidak adanya penyakit atau kecacatan. Definisi ini menekankan pada mind and body, serta hubungannya dengan aspek sosial dan kesejahteraan. Nakajima pada tahun 1998 mengungkapkan bahwa sehat merupakan hak asasi yang utama bagi manusia, oleh karena itu sehat tidak hanya memperpanjang hidup
dalam
memperpanjang
pengertian f isik umur
dengan
saja
akan
tetapi
mengurangi kecacatan,
menekankan
pada
disabilitas
serta
meningkatkan proteksi kesehatan yang lebih besar. Berdasarkan hal itu, sehat didefinisikan sebagai rasio kesehatan baik dalam proporsi kesehatan yang baik maupun buruk diukur dengan indikator ”health expectancy” (WHO, 2004).
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.2
Komponen Kualitas Hidup WHO m erumuskan m etode pe ngukuran kualitas hi dup y aitu WHOQOL
(WHO-Quality of Life) yang digunakan pa da s urvey ke sehatan a tau p ada s tudi epidemiologi unt uk m engidentifikasi ke butuhan d an m erancang ke bijakan da n untuk m emonitor k ebijakan k esehatan pada k ualitas h idup. Kelompok WHO Quality of Life (QOL) Group telah m elakukan p enelitian di 1 4 n egara yang berbeda b udaya n orma d an adat i stiadat yaitu Th ailand, I srael, I ndia, A ustralia, Panama, A merika S erikat, B elanda, Kroasia, J epang, Z imbabwe, S panyol, Inggris, Rusia dan perancis Dengan demikian WHO telah berhasil mengatasi hal yang paling kontroversial tentang emics dan etics dengan mengaplikasikan sebuah instrumen ini diharapkan memenuhi persyaratan secara cross-culture (Warner R, 1999). Pengukuran kua litas hi dup di lakukan menggunakan i nstrumen W orld Health Organization Quality of Life-100 (WHOQOL-100) (The WHOQOL Group, 1998). WHOQOL-100 terdiri dari 100 pertanyaan yang mencakup 25 segi (facets) dan s udah di terjemahkan da lam berbagai ba hasa di 14 ne gara t ersebut. Menurut WHOQOL Group (1998) kualitas hidup memiliki 6 domain yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan da n ke adaan s piritual. WHOQOL-100 ini k emudian d ibuat l agi menjadi i nstrumen WHOQOL-BREF
yang m erupakan v ersi s ingkat da ri
WHOQOL-100, dimana enam domain tersebut kemudian dipersempit lagi menjadi empat dom ain y aitu dom ain ke sehatan fisik, ps ikologis, hubung an s osial da n lingkungan, yaitu :
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.
Domain Kesehatan Fisik (Physical Health) terdiri dari 7 pertanyaan.
2.
Domain Psikologis (Psychological) terdiri dari 6 pertanyaan.
3.
Domain Hubungan Sosial (Social Relationship) terdiri dari 3 pertanyaan.
4.
Domain Lingkungan (Environment) terdiri dari 8 pertanyaan.
WHOQOL-BREF juga mengukur 2 facets dari kualitas hidup secara umum yaitu: 1.
Kualitas hidup secara keseluruhan (Overall Quality Of Life).
2.
Kesehatan secara umum (General Health). WHOQOL-BREF dapat di gunakan b ila w aktu y ang di perlukan unt uk
menyelesaikan 1 00 p ertanyaan t erlalu l ama d an t ingkat d ari s egi ( facets) s ecara rinci t idak d iperlukan, m isalkan p ada s urvei ep idemiologi d an p ercobaan k linik. Hasil p enelitian m enggunakan WHOQOL-100 di 14
negara m enunjukkan
beberapa p ertanyaan v alid unt uk m enyusun WHOQOL-BREF (The W HOQOL Group, 1998). WHOQOL-BREF terdiri dari 24 facets yang mencakup 4 domain dan terbukti dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup seseorang. Berikut 6 domain kualitas hidup dalam WHOQOL (The WHOQOL Group, 1998), yaitu : 1.
Domain kesehatan fisik WHOQOL membagi domain kesehatan fisik pada tiga bagian, yaitu: a.
Nyeri dan ketidaknyamanan Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya. b.
Tenaga dan lelah Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.
c.
Tidur dan istirahat Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.
2.
Domain Psikologis WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a.
Perasaan positif Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian penting dari segi ini.
b.
Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi Aspek
TESIS
ini
mengeksplor
pandangan
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
individu
terhadap
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan. c.
Harga diri Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari harga diri focus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.
d.
Gambaran diri dan penampilan Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya.
e.
Perasaan negatif Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk
patah
semangat,
perasaan
berdosa,
kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam
hidup.
Segi
ini
termasuk
pertimbangan
dari seberapa
menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
Domain Tingkat kebebasan WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu: a.
Pergerakan Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi.
b.
Aktivitas hidup sehari-hari Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana i ndividu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya.
c.
Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas h idup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh nyeri).
d.
Kapasitas pekerjaan Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Bekerja
didefenisikan sebagai
aktivitas
besar dimana
individu
disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga. 4.
Domain Hubungan sosial WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu: a.
Hubungan perorangan Aspek
ini
menguji
tingkatan
perasaan
individu
pada
persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. b.
Dukungan sosial Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.
c.
Aktivitas seksual Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
Domain Lingkungan WHOQOL membagi domain lingkungan pada tujuh bagian, yaitu: a.
Keamanan fisik dan keamanan Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan individu.
b.
Lingkungan rumah Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal
(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas
sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal. c.
Sumber penghasilan Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup.
d.
Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan.
e.
Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri. f.
Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.
g.
Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim) Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
h.
Transportasi Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi.
6.
Domain Spiritual/ Agama/ Kepercayaan Seseorang Aspek
ini
menguji
kepercayaan
individu
dan
bagaimana
dampaknya pada kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya, memberi
kekuatan
pada
pengalaman,
aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sedangkan 4 dom
ain kua litas hi dup dalam WHOQOL-BREF (The
WHOQOL Group, 1998), yaitu : 1.
Domain Kesehatan Fisik a.
Aktivitas sehari-hari Menggambarkan ke sulitan da n k emudahan y ang di rasakan individu pada saat melakukan kegiatan sehari-hari.
b.
Sakit dan ketidaknyamanan Merupakan i tem y ang m enggambarkan s ejauh m ana perasaan keresahan yang di rasakan i ndividu t erhadap ha l-hal yang m enyebabkan individu merasa sakit.
c.
Tidur dan istirahat Menggambarkan k ualitas t idur d an i stirahat y ang d imiliki o leh individu. I stirahat d an t idur m erupakan s atu k esatuan y ang s aling berhubungan dan saling mempengaruhi.
d.
Mobilitas Menggambarkan t ingkat pe rpindahan y ang m ampu di lakukan oleh individu dengan mudah dan cepat.
e.
Energi dan kelelahan Mengeksplor t enaga, da n ke inginan individu unt uk da pat melakukan aktivitas.
f.
Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis Menggambarkan s eberapa be sar ke cenderungan i ndividu dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
g.
Kapasitas kerja Menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu.
2.
Domain Psikologis a.
Body image dan apprearance Sikap seseorang t erhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap i ni m encakup pe rsepsi da n pe rasaan s eseorang t entang ukura n, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b.
Self-estem Menggambarkan
bagaimana
individu
menilai
atau
menggambarkan dirinya sendiri. Self-estem ini menilai apa yang individu rasakan tentang dirinya. Hal ini dapat memiliki jarak dari perasaan positif hingga perasaan yang negatif tentang diri mereka sendiri. c.
Perasaan positif Item yang m engacu k epada s eberapa b anyak p engalaman perasaan p ositif i ndividu da ri ke sukaan, ke seimbangan, ke damaian, kegembiraan, h arapan, k esenangan d an k enikmatan d ari h al-hal b aik dalam h idup. P andangan i ndividu d an p erasaan p ada masa d epan merupakan bagian penting dari segi ini.
d.
Perasaan negatif Berfokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu, termasuk patah s emangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, k egelisahan, k ecemasan, d an k urang b ahagia dalam hidup.
Segi i ni t ermasuk p ertimbangan d ari s eberapa m enyedihkah
perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
e.
Hidup Menggambarkan s ejauh mana individu m erasakan kehidupannya atau sejauh mana individu merasakan hidupnya berarti.
f.
Berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi Merupakan pa
ndangan i
ndividu t
erhadap
pemikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi, dan kemampuannya dalam membuat keputusan. H al i ni j uga t ermasuk k ecepatan d an k ejelasan i ndividu memberikan gagasan. 3.
Domain Hubungan Sosial a.
Dukungan sosial Item yang m engacu p ada ap a y ang d irasakan i ndividu p ada tanggung j awab, dukun gan, da n t ersedianya ba ntuan da ri ke luarga da n teman. H al i ni be rfokus k epada a pa y ang di rasakan i ndividu pa da dukungan k eluarga d an t eman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.
b.
Aktivitas seksual Tingkatan p erasaan i ndividu p ada p ersahabatan, c inta, d an dukungan da ri hubung an yang de kat dalam ke hidupannya. T ingkat dimana i ndividu m erasa m ereka b isa b erbagi p engalaman b aik s enang maupun sedih dengan orang yang dicintai.
c.
Relasi sosial Menggambarkan hubungan individu dengan orang lain.
4.
Domain Lingkungan Domain l ingkungan m erupakan d imensi yang m enilai h ubungan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
individu de engan l ingkungan t empat t inggal, s arana, d an pr asarana y ang dimiliki. a.
Sumber finansial Merupakan item y ang m engeksplor p andangan i ndividu pa da sumber p enghasilan. Fokusnya i tem i ni ad alah apakah i ndividu d apat menghasilkan atau tidak yang berakibat pada kualitas hidup individu.
b.
Freedom, physical safety dan security Menggambarkan t
ingkat k
eamanan i ndividu yang d apat
mempengaruhi kebebasan dirinya. c.
Perawatan dan perhatian sosial Menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di k edekatan s ekitar. M aksud d ekat b erarti b erapa l ama w aktu y ang diperlukan untuk mendapatkan bantuan.
d.
Lingkungan rumah Item yang m enguji t empat y ang t erpenting d imana i ndividu tinggal ( tempat p erlindungan d an m enjaga b arang-barang). K ualitas sebuah r umah d apat d inilai d ari k enyamanan, t empat t eraman i ndividu untuk tinggal.
e.
Kesempatan u ntuk m endapatkan b arbagai i nformasi b aru d an keterampilan Merupakan i tem y ang m enguji k esempatan individu d an keinginan u ntuk m empelajari k eterampilan b aru, m endapatkan pengetahuan b aru, d an p eka t erhadap a pa yang t erjadi. D alam h al i ni termasuk prog ram pe ndidikan form al, a tau pe mbelajaran or ang d ewasa
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
atau aktivitas pada waktu luang baik dalam kelompok maupun sendiri. f.
Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi Kemampuan i ndividu, k esempatan,
dan ke inginan unt uk
berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan, dan relaksasi. g.
Lingkungan fisik Pandangan i ndividu p ada l ingkungannya. Hal i ni m encakup kebisingan, polusi, iklim, dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
h.
Transpotasi Pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi.
2.3.3
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Menurut Smith, dkk (2004) terdapat perbedaan yang signifikan kualitas
hidup lansia yang tinggal dikota dengan yang tinggal di pinggiran kota, kualitas hidup lansia yang tinggal di pinggiran kota lebih rendah dari yang tinggal dikota, menurutnya ada 3 hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup pada lansia yaitu persepsi individu tentang kesehatannya, persepsi tentang keuangannya dan persepsi waktu luang/kesendiriannya. Faktor yang berpotensi penting dalam mempengaruhi kualitas hidup lansia yaitu: 1.
Sosiodemografi Sosiodemografi berasal dari kata utama sosio dan demografi. Demografi yakni ilmu yang mempelajari tentang ukuran, karakteristik serta perubahannya (Anderson dan McFarlene, 2000). Komponen demografi digunakan dalam penelitian sosial dengan variabel seperti gender/jenis
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kelamin, u sia, pendidikan, pe kerjaan, s tatus pernikahan, pe nghasilan, e tnis, komposisi rumah, status ekonomi dan agama (Vaus, 2002). Penelitian Hagerty (2000) dan Shinn (1986) juga menemukan adanya pengaruh dari variabel demografis seperti penghasilan, status pernikahan, dan ti ngkat p endidikan t erhadap k ualitas hi dup (Liao, Fu, & Yi, 2005 ). Berikut merupakan beberapa faktor demografi
yang mempengaruhi
kualitas hidup berdasarkan hasil-hasil penelitian, yaitu : a.
Usia Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) dan Dalkey (2002) m engatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ku alitas
hidup.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting b agi individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (dalam Papalia, Sterns, Feldman, dan C amp, 2007), individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih t inggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, M ., Warner, R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L (2001) pada responden b erusia tua menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan karena individu pada m asa usia tua sudah melewati masa untuk melakukan perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan l ebih positif dibandingkan saat masa mudanya.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b.
Gender/Jenis kelamin Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) m engatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk (2003) m enemukan a danya pe rbedaan a ntara kua litas hi dup a ntara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, W ahl, Rus toen, H anestad, Lerdal & M oum (2004) m enemukan bahwa k ualitas h idup p erempuan c enderung l ebih t inggi d aripada l akilaki. Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki p erbedaan d alam p eran s erta ak ses d an k endali t erhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan/ hal-hal yang penting bagi laki-laki dan p erempuan j uga ak an b erbeda. H al i ni m engindikasikan ad anya perbedaan a spek-aspek ke hidupan da lam hubung annya de ngan kua litas hidup pa da l aki-laki d an p erempuan. ( Ryff & S inger d alam P apalia, Sterns, Feldman, & Ca mp, 2007) m engatakan ba hwa s ecara um um, kesejahteraan l aki-laki d an p erempuan t idak j auh b erbeda, n amun perempuan l ebih ba nyak t erkait de ngan aspek hubung an yang be rsifat positif s edangkan k esejahteraan t inggi pada p ria l ebih t erkait d engan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
c.
Pendidikan Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat m empengaruhi
kualitas
hidup
subjektif.
Penelitian
yang
dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum (2004)
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat p endidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. d.
Pekerjaan Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat p erbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal
&
Moum (2004) menemukan
bahwa status pekerjaan
berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita. e.
Status pernikahan Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat p erbedaan
kualitas
hidup
antara
individu
yang
tidak
menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. C ampbell, Converse & Rogers (1976), Scuessler & Fisher (1985), Zapf dkk (1987) menemukan bahwa status pernikahan merupakan prediktor t erbaik dari kualitas hidup secara keseluruhan (dalam Lee, 1998). P enelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meinggal (Campbell, Converse &
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rogers; Clemente & Sauer; Glenn & Weaver, dalam Lee, 1998). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum (2004) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status m enikah atau koh abitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. f.
Penghasilan Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati s ecara subjektif. Penelitian yang d ilakukan oleh Noghani, Asgharpour, S afa, dan Kermani (2007) juga menemukan adanya kontribusi yang l umayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
g.
Etnis Penelitian dan argumentasi yang mengindikasikan adanya pengaruh dari faktor budaya terhadap kualitas hidup oleh Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota/wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Selain itu, terdapat b anyak argumentasi yang mengatakan bahwa faktor budaya memiliki peran p enting
dalam
memberikan penjelasan mengenai perbedaan persepsi kualitas hidup antar individu yang berbeda bangsa/negara bahkan lebih daripada faktor ekonomi (Diener dkk; Falkenberg; Oishi dkk; Shinn, dalam Liao, Fu, & Yi, 2005 ). Diener dan Suh (2000) mengatakan bahwa kriteria
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
individu dalam menilai k ehidupannya berbeda-beda tergantung dari nilai-nilai yang berlaku dalam m asyarakatnya. Hal ini juga sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power, 2003), bahwa persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. 2.
Status Kesehatan WHO (2004) menyebutkan bahwa status kesehatan adalah suatu variabel yang memiliki makna dari kondisi fungsional, sosial dan kultural, keluhan s ubyektif
dan
sosiopsikologi
yang
mempengaruhi
peran,
kemandirian dan p ersepsi terhadap kesehatan. Status kesehatan dapat juga diartikan sebagai s uatu tindakan kategorisasi terhadap faktor yang mempengaruhi k ualitas hidup dan kemampuan fungsional (Jenkinson dan McGee, 1998). F aktor tersebut meliputi faktor psikososial, nyeri, emosi, harga diri, pe nghargaan terhadap diri sendiri, kemampuan intelektual, peran sosial, j aringan sosial dan penilaian berbagai elemen kesehatan (Jenkinson dan McGee,1998). Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi p emeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau demean Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan k epada usia lanjut di Posyandu Lansia yaitu : a.
Pemeriksaan emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b.
Pemeriksaan status gizi.
c.
Penimbangan berat badan dan p engukuran tinggi badan kemudian dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
d.
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
f.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g.
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i.
Penyuluhan Kesehatan (Depkes, 2006). Menurut Depkes (2006) posyandu lansia hanya menggunakan
sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut : a.
Meja
I
:
pendaftaran
lansia,
pengukuran
tinggi
badan
dan
penimbangan berat badan. b.
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga.
d.
Seperti pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar
dalam
kehidupan,
seperti
makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagainya (Depkes, 2006). e.
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental bisa dilakukan pelayanan pojok gizi. Pengkajian p ada l ansia m enggunakan i ndeks k emandirian p ada
aktivitas k ehidupan s ehari-hari ( Indeks KATZ) unt uk m engukur t ingkat kemandirian l ansia. P engukuran p ada mental em osional d igunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) unt uk m engetahui fung si intelektual l ansia, M ini M ental S tate Ex am ( MMSE) u ntuk m enguji as pekaspek k ognitif d an f ungsi m ental, p engakajian e mosional lansia sebagai identifikasi m asalah em osional l ansia d an I ndeks B ARTHEL u ntuk mengetahui kemampuan fungsional lansia. 3.
Dukungan Sosial Orford (1992) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, p erhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial ini lebih mengarah pada variabel tingkat individual, merupakan sesuatu yang dimiliki tiap orang dan dapat di ukur dengan pertanyaan tertentu. Tingkat dukungan sosial ini tergantung pada kebiasaan seseorang atau kemampuan sosial seseorang. Konstruk ini d apat diukur dengan mengetahui aspek
dukungan sosial
yang diterima dari orang lain, sehingga akhirnya muncul beberapa asumsi. Asumsi pertama menyatakan bahwa dukungan sosial mengukur aspek eksternal dari k omunitas seseorang. Asumsi kedua menganggap dukungan sosial sebagai k arakteristik dari jaringan komunitas d an tidak bersifat individual.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dukungan sosial adalah sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain (Sheridan dan Radmacher, 2008). S
iegel (2008)
menyebutkan bahwa dukungan sosial dapat diartikan sebagai bentuk informasi yang menyatakan bahwa dia merasa dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai melalui jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Sarafino (2006), menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada k enyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang
lain
atau k elompok kepada individu. Taylor (2003), juga
menambahkan dukungan sosial sebagai informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi d an saling dibutuhkan yang didapat dari orang tua, suami, atau orang yang dicintai, sanak keluarga, teman, hubungan sosial dan komunitas. Proses menua secara sosial dapat dilihat dari adanya perubahan terhadap perubahan perilaku ketika berhubungan dengan masyarakat. Lansia secara perlahan mengalami pemutusan hubungan sosial, penurunan aktivitas dan mendapatkan posisi sosial sesuai dengan stratifikasi yang berkembang di d alam masyarakat (Mauk, 2010). D engan kondisi yang s emakin lemah lansia memerlukan dukungan sosial
dari keluarga, teman m aupun
masyarakat sekitar. a.
Dimensi Dukungan Sosial Orford (1992) mengemukakan lima dimensi dari dukungan sosial, yaitu :
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1) Dukungan Instrumental Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Menurut Jacobson (Orford, 1992) dukungan ini mengacu pada penyediaan benda benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis dalam. Begitu juga dengan Will (Orford, 1992) yang menyatakan bahwa dukungan
ini
meliputi
aktivitas-aktivitas
seperti penyediaan
benda-benda, misalnya alat-alat kerja, buku-buku, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis. 2) Dukungan informasional Dukungan
informasional
adalah
dukungan
berupa
pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Douse (Orford, 1992) membagi dukungan ini ke dalam dua bentuk. Pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu k eahlian yang dapat member solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian informasi yang dapat membantu informasi dalam mengevaluasi p erformance pribadinya. Wills (Orford, 1992) menambahkan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat dan bimbingan. 3) Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Orford (1992) berpendapat bahwa duku ngan jenis ini dapat ditunjukkan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan cara menghargai, mendorong dan menyetujui terhadap suatu ide, gagasan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Cohent dan Wills (Orford, 1992), juga menyatakan bahwa dukungan
ini dapat
berupa
pemberian
informasi kepada
seseorang bahwa dia dihargai dan diterima. Dimana harga diri seseorang
dapat
ditingkatkan
dengan
mengkomunikasikan
kepadanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan. 4) Dukungan Emosi Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang b ersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi.
Tolsdorf d an
Wills
(Orford,
1992),
menjelaskan bahwa tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih dan emosi. Leavy (Orford, 1992) menyatakan dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membawa individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dicintai dan bahwa orang lain memberi perhatian dan rasa nyaman. 5) Dukungan Integrasi Sosial Dukungan integrasi sosial adalah perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Cohen & Wills (Orford, 1992), menyatakan dukungan ini d apat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas, juga melakukan rekreasi di waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
afiliasi dan kontak dengan orang lain membantu mengalihkan perhatian
seseorang
dari
masalah
yang
mengganggu
serta
memfasilitasi suatu suasana hati yang positif. Barren dan Ainlaiy (Orford, 1992), juga menambahkan bahwa dukungan ini dapat meliputi membuat l elucon, membicarakan m inat, melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan. b.
Model Kerja Dukungan Sosial Dukungan sosial akan mempengaruhi individu tergantung pada ada atau tidaknya tekanan dalam kehidupan individu. Tekanan tersebut dapat berasal d ari individu itu sendiri atau dari luar dirinya untuk menghindari gangguan baik secara fisik dan psikologis. Individu membutuhkan orang lain disekitarnya untuk memberi dukungan guna memperoleh kenyamanannya. Menurut Sarafino (2006) ada dua model teori untuk mengetahui bagaimana dukungan ini bekerja dalam diri individu., yaitu : 1) The buffering hypothesis Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek-efek negatif dari tingkat stres yang tinggi, yaitu dengan dua cara berikut : a) Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stres, bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan tingkat
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dukungan sosial yang tinggi dapat berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan menolong misalnya
dengan
meminjamkan
individu
tersebut,
uang atau memberikan
nasehat bagaimana mendapatkan uang tersebut. b) Dukungan sosial dapat merubah respon seseorang terhadap stressor yang telah diterima sebelumnya.
Contohnya,
individu
dengan duku ngan sosial yang tinggi mungkin
memiliki
seseorang
yang memberikan
solusi
terhadap
masalah individu, atau menjadi melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting, atau membuat individu dapat melihat titik terang dari masalah tersebut. 2) The direct effect hypothesis Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan duku ngan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada g aya hidup yang sehat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ba hwa dukung an s osial merupakan ke tersediaan s umber da ya yang m emberikan kenyamanan yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan dia j uga merupakan anggota dari kelompok yang memiliki kepentingan yang s ama, dalam bentuk informasi, emosi, instrumental dan penghargaan. S ecara umum sumber dukungan individu
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berasal luar yakni berupa dukungan keluarga dan lingkungan (Lee, 1999). a.
Dukungan keluarga Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai konfirmasi verbal dan nonverbal, saran, bantuan yang n yata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab de ngan subyek
di
dalam
lingkungan
keluarganya.
dikemukakan juga oleh Sarason (1983)
Pendapat
senada
yang m engatakan bahwa
dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, k epedulian dari orang-orang yang diandalkan, menghargai, menyayangi kita. Dukungan keluarga tersebut mencakup : jumlah sumber dukung an da n tingkat kepuasan akan dukungan. Komponen dukungan keluarga m enurut Cutruna (1994) terdapat 6 komponen a ntara lain : kerekatan emosi, integrasi
sosial,
adanya
pengakuan ke tergantungan
yang dapat
diandalkan, bimbingan dan kesempatan unt uk m engasuh. (K untjoro, 2002). Dukungan dari anak, cucu memegang p eranan penting sebagai mediator dalam kontak sosial. Hubungan a ntara orang tua dan keluarga sebagai bentuk dukungan moral yang re ndah sehingga mempengaruhi frekwensi keluarga mengunjungi orang t uanya ( Lee, 1999). Cuc u
merupakan
salah
satu
hal
posisif
yang
dapat
menghubungkan antara anak dengan orang tua (Chen, 1992 dalam Lee, 1999). Saat ini b anyak lansia yang hanya memiliki kurang dari satu anggota keluarga d ekat dan pasangan merupakan satu-satunya teman hidup lansia. B anyak anggota keluarga tinggal jauh dan kurang bertanggungjawab terhadap orang tuanya (Lee, 1999).
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dukungan
keluarga
dapat
diukur
dengan
menggunakan
Perceived Social Support Questionnaire Family (PSS-Fa). Alat ukur i ni digunakan untuk mengetahui persepsi individu terhadap dukungan yang didapatkan dari keluarga sesuai dengan yang dibutuhkan. Bentuk dukungan keluarga ini adalah dukungan fisik, informasi dan umpan balik dari keluarga (Procidano dan Heler, 1983 dalam Lee, 1999). b.
Dukungan lingkungan Dukungan lingkungan merupakan salah satu bentuk sumber daya e ksternal yang ada disekitar individu sebagai bentuk dukungan sosial y ang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Lee, 1999). Bentuk dukungan sosial dapat berupa dukungan instrumental (tangible assisstance), informasi, emosional, harga diri dan dukungan kelompok sosial (Taylor, 1999 dalam creasoft.wordpress.com, 2008). Dukungan lingkungan yang baik akan dapat menjaga fisik, mental dan sosial lansia. Menurut Lawton (1987 dalam Lee, 1999) faktor lingkungan adalah sesuatu yang lebih h olistik dan sangat berpengaruh terhadap lansia. Dalam konteks dukungan sosial lingkungan dapat diartikan sebagai semua komponen yang ada diluar lansia yang berpengaruh terhadap lansia, antara lain tempat, benda, orang, ide, kepercayaan, organisasi, sistem tranportasi, keamanan, privacy, hubungan dengan orang lain, budaya dan kebijakan (Cookman, 1996 dalam Lee, 1999). Pungukuran terhadap tingkat dukungan lingkungan dilakukan dengan Supportive Environment Scale (SES), yang berisi opini seseorang terhadap kondisi rumahnya dan lingkungan komunitas.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.4
Pemetaan Intervensi (Intervention Mapping)
2.4.1
Pengertian Pemetaan Intervensi Pemetaan i ntervensi m erupakan al at tambahan unt uk pe rencanaan d an
pengembangan t indakan a tau intervensi promosi ke sehatan. Pada proses i ni dipetakan alur k ebutuhan atau m asalah y ang d ikenal u ntuk m engidentifikasi pemecahan m asalah. M eskipun p emetaan intervensi a dalah s uatu r angkaian langkah (Bartholomew, 2006 ) m emandang proses perencanaan sebagai pros es berulang (iteratif) daripada sebagai proses linier. Perencana proses bergerak bolak balik diantara tugas d an langkah. P rosesnya j uga b ersifat k umulatif y aitu s etiap langkah didasarkan pada langkah sebelumnya dan perlu diperhatikan pada langkah tertentu dapat mengarah pada hal yang keliru dan keputusan yang tidak tepat. 2.4.2
Tujuan Pemetaan Intervensi Pemetaan i ntervensi bertujuan untuk m embantu perencana p rogram
promosi kesehatan agar dapat membuat keputusan yang efektif p ada setiap tahap di pe rencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi de ngan menggunakan suatu kerangka kerja (Bartholomew, 2006). 2.4.3
Tahapan Pemetaan Intervensi Pemetaan i ntervensi m endeskripsikan p roses p erencanaan d
an
pengembangan prog ram promosi k esehatan d alam en am langkah m engikuti pemetaan proses dan menggunakan proses inti sebagai berikut :
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Evaluation
Step 1 Need Assesment
- Plan need assesment with PRECEDE model - Assess health, quality of life, behavior, and environment - Assess capacity - Establish program outcome
Step 2 Matrices
-
State expected changes in behavior and environment Specify performance objectives Specify determinants Create matrices of change objectives
Step 3 Theory-Based Methods and Practical Strategies
-
Review program ideas with interested participants Identify theoretical methods Choose program methods Select or design strategies Ensure that strategies match change objectives
Step 4 Program
- Consult with intended participants and implementers - Create program scope, squence, theme, and materials list - Develop design documents and protocols - Review available materials - Develop program materials - Pretest program materials with target groups and implementers and oversee materials production
Step 5 Adoption and Implementation Plan
- Identify adopters and users - Specify adoption, implementation, and sustainability performance objectives - Specify determinants and create matrix - Select method and strategies - Design interventions to affect program use
Step 6 Evaluation Plan
-
Describe the program Describe program outcomes and effect questions Write questions based on matrix Write process questions Develop indicators and measures Specify evaluation designs
Implementation
Gambar 2.1 Proses Intervention Mapping (Bartholomew, 2006)
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Proses i ni s ecara b erurutan d apat d ijabarkan k edalam en am l angkah sebagai berikut (Bartholomew, 2006) : 1.
Penilaian kebutuhan (Needs assessment) Menurut Gilmore & Campbell (1996), needs assessment adalah studi sistematik y ang m emperbandingkan an tara ap a y ang s edang t erjadi d engan apa y ang s eharusnya terjadi p ada s ebuah k elompok ( Bartholomew, 2006) . Sedangkan menurut Fertman & Allensworth (2010), needs assessment adalah pengumpulan i nformasi u ntuk m engetahui b agaimana k esehatan i ndividu dalam k elompok d apat atau mungkin d apat d itingkatkan m embutuhkan informasi t entang s tatus k esehatan s ekarang d an s tatus k esehatan y ang ideal. Perencana p rogram t idak p erlu mengkhawatirkan p erbedaan an tara kebutuhan da n pe rsepsi ke butuhan unt uk t iga a lasan (Gilmore & C ampbell, 1996), y aitu: (a) Kebutuhan s elalu b erubah p ada k arakter d an k ualitas; ( b) Kebutuhan s elalu d iinterpretasikan o leh s eseorang; (c ) Kebutuhan y ang dilaporkan ol eh s eseorang adalah s umber i nformasi yang p enting. Penilaian kebutuhan ha rus t erdiri d ari opi ni da ri s takeholder atau pi hak y ang t ertarik pada masalah dan solusi dari masalah tersebut (Bartholomew, 2006). Sebelum memulai untuk merencanakan intervensi, perencana menilai masalah kesehatan, perilaku yang terkait dan kondisi lingkungan, dan faktorfaktor pe nentu terkait untuk populasi b erisiko. Penilaian i ni meliputi dua komponen: (1) ilmiah, epidemiologi, perilaku, dan perspektif sosial dari kelompok berisiko atau masyarakat dan permasalahannya; (2) dan upaya untuk "mengenal", atau mulai memahami, karakter masyarakat, anggotanya, dan kekuatan. Produk dari langkah p ertama ini adalah de skripsi/gambaran
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dari masalah k esehatan, dampaknya t erhadap kualitas h idup, penyebab perilaku dan lingkungan s erta f aktor penentu perilaku d an lingkungan. Perencana melengkapi tugasnya berikut: a.
Membentuk kelompok pe rencanaan yang m encakup peserta prog ram potensial dan merencanakan penilaian kebutuhan (catatan: grup ini akan berkembang selama proses perencanaan). Peserta y ang m enjadi an ggota k elompok p erencanaan ad alah peserta pertemuan yaitu sekumpulan orang yang memiliki potensi dalam program dan dapat merencanakan penilaian dalam kebutuhan. Partisipan ini d apat b erupa kumpulan ora ng yang t ergabung d alam m asyarakat, komunitas organisasi, staf yang bekerja dengan masyarakat dan manajer atau p emimpin d ari o rganisasi masyarakat. P artisipan b ertugas u ntuk mereview performance objectives, d eterminan d an m enetapkan m etode dan strategi (Krieger, 2002).
b.
Melakukan penilaian ke butuhan menggunakan proses i nti, mengatur informasi yang dihasilkan dan menentukan prioritas. Penilaian kebutuhan m enggunakan Precede Model (Green & Kreuter, 2005) untuk menganalisis kesehatan dan kualitas hidup masalah dan p enyebabnya s erta d alam menentukan p rioritas. Perilaku k esehatan dianggap s ebagai d ipengaruhi o leh f aktor individu m aupun l ingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda. Pertama : PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). Kedua PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in, Educational and Enviromental Development). S alah s atu
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede-Proceed. Precede bagian da ri fase (1-5) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed fase (6-9) berfokus pada implementasi dan evaluasi. sembilan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang l ebih u mum d an p indah k e h asil yang l ebih s pesifik. Secara bertahap, pros es m engarah ke pe nciptaan s ebuah prog ram, pe mberian program, dan evaluasi program (Fertman, 2010). PRECEDE Phase 5 Administration & Policy Diagnosis
HEALTH PROMOTION Health Education
Phase 4 Education & Organizational Diagnosis
Phase 3 Behavioral & Environmental Diagnosis
Phase 2 Epidemiological Diagnosis
Predisposing factors
Reinforcing factors
Behavior and lifestyle Health
Policy Regulation Organization
Phase 6 Implementation
Phase 1 Social Diagnosis
Predisposing factors
Phase 7 Process Evaluation
Quality of life
Environment
Phase 8 Impact Evaluation
Phase 9 Outcome Evaluation
PROCEED
Gambar 2.2 Kerangka Precede-Proceed
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Langkah-langkah Precede-Proceed 1) Fase 1: Diagnosis Sosial (Social Need Assessment) Diagnosis so sial ad alah p roses p enentuan p ersepsi masyarakat terhadap k ebutuhannya at au terhadap k ualitas h idupnya dan aspirasi m asyarakat untuk m eningkatkan kua litas hidupnya melalui p artisipasi d an p enerapan b erbagai i nfomasi y ang d idesain sebelumnya. Untuk m engetahui m asalah sosial digunakan i ndikator sosial. P enilaiaan d apat d ilakukan atas dasar d ata s ensus a taupun vital s tatistik y ang ad a, m aupun d engan m elakukan p engumpulan data s ecara l angsung d ari m asyarakat. B ila d ata l angsung dikumpulkan da ri m asyarakat, m aka pe ngumpulan da tanya dapat dilakukan de ngan i nforman kunc i, foru m y ang a da di m asyarakat, Focus Group Discussion (FGD), nominal group process, dan survei. 2) Fase 2: Diagnosis Epidemiologi Masalah kesehatan m erupakan h al yang sangat b erpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkannya dapat secara langsung m aupun t idak langsung, s ebagai co ntoh premature heart disease, langsung m empengarurhi kua litas hi dup s eseorang, sedangkan m alnutrisi m emberikan ef ek t idak langsung t erhadap kualitas hi dup ka rena h anya a kan m enurunkan produkt ifitas ke rja seseorang. Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas h idup s eseorang m asyarakat. O leh s ebab i tu, m asah kesehatan h arus d igambarkan s ecara r inci b erdasarkan d ata y ang ada,baik yang berasal dari data lokal regional maupun nasional. Pada
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
fase ini harus di identifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah k esehatan ( umur, j enis k elamin, s uku d an lain-lain) bagaimana p engaruh at au ak ibat d ari masalah k esehatan t ersebut (mortalitas, m orbiditas, disability, t anda d an g ejala y ang d i timbulkan) d an b agaimana car a m enaggulangi m asalah k esehatan tersebut ( imunisasi, perawatan/pengobatan, perubahan l ingkungan maupun perubahan p erilaku). I nformasi ini s angat d i p erlukan untuk menetapkan prioritas masalah, yang biasanya didasarkan atas pertimbangan b esarnya m asalah d an ak ibat ditimbulkannya serta kemungkinan untuk di ubah. 3) Fase 3 : Diagnosis perilaku dan lingkungan Pada fase i ni s elain diidentifikasikan m asalah p erilaku yang
mempengaruhi m
asalah k
esehatan j
uga
sekaligus diidentifikasikan m asalah l ingkungan ( fisik d an s osial) yang mempengaruhi p erilaku d an s tatus k egiatan ataupun k ualitas hidup s eorang at au m asyarakat. Di s ini s eorang pe rencana ha rus dapat m embedakan an tara masalah p erilaku yang da pat di k secara individual maupun yang harus di kontrol melalui institusi. Misalnya pada k asus m alnutrisi y ang d i s ebabkan k arena k etidakmampuan untuk m embeli b ahan m akanan m aka i ntervensi pendidikan t idak akan bermanfaat, jadi health promoter perlu melakukan pendekatan perubahan s osial (behavioral change) untuk mengatasi m asalah lingkungan.
Untuk m engidentifikan m asalah
mempengaruhi s
TESIS
tatus
kesehatan
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
perilaku y ang
seseorang,
digunakan
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
indikator
perilaku s
eperti: p
emanfaatan
pelayanan
kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan (consumption partern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, percistence ,frequency dan range. I ndikator l ingkungan yang di gunakan m eliputi: k eadaan sosial, e konomi, fi sik da n pelayanan ke sehatan, de ngan di mensinya yang terdiri dari: keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan lingkungan adalah : a) Memisahkan f aktor p erilaku
dan no n p erilaku pe nyebab
timbulnya masalah kesehatan; b) Mengidentifikasi p erilaku y ang d apat m encegah timbulnya masalah k dengan
esehatan d
an p
erilaku
yang be
rhubungan
tindakan p erawatan/pengobatan, s edangkan unt uk
faktor l ingkungan yang ha rus di lakukan ad alah m engeliminasi faktor non -perilaku yang t idak da pat di ubah, s eperti : faktor genetis dan demografis; c) Urutkan fa ktor p erilaku da n lingkungan be rdasarkan b esarnya pengaruh terhadap masalah kesehatan; d) Urutkan fa
ktor p erilaku da
n
lingkungan be
rdasarkan
kemungkinan untuk diubah; e) Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setelah i tu t etapkan t ujuan p erubahan p erilaku da n l ingkungan yang ingin dicapai program. 4) Fase 4 : Diagnosis pendidikan dan organisasional Determinan p erilaku yang m empengaruhi s tatus k esehatan seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari faktor : a) Faktor pre disposisi ( predisposing factor) s eperti p engetahuan, sikap persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang; b) Faktor pe mungkin ( enabling factor), y aitu fa ctor l ingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang; c) Faktor pe nguat ( reinforcing factor), s eperti p erilaku o rang l ain yang be rpengaruh (t okoh m asyarakat, g uru, pe tugas ke sehatan, orang t ua, pe megang ke putusan) yang d apat mendorong unt uk berperilaku. Pada f ase i ni s etelah d identifikasi f aktor pe ndidikan da n organisasional, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran y ang ak an d icapai berdasarkan fa ktor pre disposisi yang t elah d identifikasi. S elain i tu b erdasarkan f actor p emungkin dan penguat yang telah didentifikasi ditetapkan tujuan organisasional yang ak an dicapai m elalui u paya p engembangan o rganisasi d an sumber daya. 5) Fase 5: Diagnosis administratif dan kebijakan Pada f ase i ni d ilakukan an alisis k ebijakan s umber da ya da n peraturan yang be rlaku yang da pat m emfasilitasi at au m enghambat
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengembangan prog ram prom osi ke sehatan. “kebijakan” ad alah seperangkat pe ngaturan yang di gunakan s ebagai pe tunjuk unt uk melaksanakan s uatu k egiatan. “p eraturan” adalah p enerapan kebijakan da n pe nguatan hukum s erta pe rundang-undangan. “organisasional” adalah k egiatan m emimpin atau m engkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program. Pada di agnoisis at ministratif d ilakukan tiga p enelitian yaitu: sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang a da d i o rganisasi d an m asyarakat, s erta h ambatan pelaksanaan program.sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi d ukungan d an h ambatan p olitis, p eraturan d an organisasional y ang m emfasilitasi p rogram d an p engembangan lingkungan y ang dapat m endukung k egiatan m asyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Pada f ase i ni k ita m elangkah d ari p erencanaan d engan Precede ke i mplementasi d an ev aluasi dengan Proceed. Precede digunakan unt uk m enyakinkan ba hwa pr ogram a kan s esuai de ngan kebutuhan d an k eadaan i ndividu a tau masyarakat s asaran. Proceed untuk m enyakinkan ba hwa prog ram a kan t ersedia d apat d ijangkau, dapat di terima da n da pat di pe rtanggungjawabkan. O leh s ebab i tu, penilaian s umberdaya
yang d ibutuhkan d apat m eyakinkan
keberadaan prog ram, pe rubahan org anisasional d ibutuhkan un tuk program da pat di j angkau, pe rubahan politis d an p eraturan dibutuhkan un tuk meyakinkan prog ram da pat d iterima ol eh
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
masyarakat d an ev aluasi d ibutuhkan unt uk m eyakinkan prora m dapat di
pertanggungjawabkan pa
da pe
nentu ke
bijakan,
administrator, kons umen/klien, da n stakeholder terkait, yaitu unt uk menilai ap akah p rogram s esuai d engan s tandar yang t elah d i tetapkan. 6) Fase 6: Implementasi atau pelaksanaan Penyampaian program terjadi s elama f ase 6. Juga proses evaluasi ( fase 7), yang m ana d alam f ase ev aluasi yang p ertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program. 7) Fase 7: Proses evaluasi Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik data kuantitatif dan kualitatif untuk mengakses kemungkinan da lam prog ram s ebagaimana unt uk meyakinkan penyampaian program yang be rkualitas. S ebagai c ontoh, ke hadiran partisipan, d an p erilaku s elama b erjalannya p rogram ak an dikumpulkan, s ebagaimana s ebuah p enilaian s ebagaimana b aiknya rencana yang t ertulis (menjelaskan i si d ari yang t elah disampaikan, bagaimana itu akan d isampaikan, dan s eberapa b anyak w aktu yang dialokasikan) m enyelaraskan d engan p enyampaian s ebenarnya d ari pelajaran ( apa i si y ang s ebenarnya yang t elah d isampaikan, bagaimana i tu d isampaikan, d an s eberapa b anyak waktu yang diperlukan untuk m enyampaikan itu). P encapaian p endidikan da ri tujuan juga diukur dalam fase ini.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8) Fase 8: Pengaruh evaluasi Fokus d alam f ase i ni ad alah ev aluasi s umatif, y ang d iukur setelah p rogram s elesai, u ntuk m encari t ahu p engaruh i nterfensi dalam prilaku atau lingkungan. Waktunya akan bervariasi mulai dari sesegera m ungkin s etelah s elesai d ari m enyelesaikan aktivitas intervensi s ampai b eberapa tahun k emudian. Menyeimbangkan penilaian kebutuhan dengan penilaian atas kemampuan masyarakat. 9) Fase 9: Hasil atau keluaran evaluasi Fokus d ari f ase ev ualusi t erakhir s ama d engan f okus k etika semua p roses b erjalan–indikator ev aluasi d alam k ualitas h idup d an derajat kesehatan. c.
Balance the need assessment with an assessment of community capacity. Menurut (Goodman, 1998) t erdapat 10 d imensi y ang t erlibat dalam kapasitas komunitas, yaitu : 1) Citizen participan (partisipasi masyarakat) 2) Leadership (kepemimpinan) 3) Skills, including group process, conflict resolution, community assessment, problem sloving, program planning, intervention design and
implementation,
evaluation,
recource
mobilization
and
advocacy (kemampuan, t ermasuk d idalamnya ad alah p roses d alam kelompok, pe mecahan konfl ik, pe nilaian kom unitas, pe mecahan masalah, p erencanaan p rogram, d esain intervensi d an p elaksanaan, evaluasi, distribusi sumber daya dan advokasi)
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4) Resources internal and external to the community including social capacital (sumber d aya i nternal d an e ksternal d alam k omunitas termasuk modal sosial) 5) Social and interorganizational network (jaringan s osial d an interogasi) 6) Sense of community (gotong royong) 7) Understanding
of
community
history
(pemahaman s ejarah
masyarakat) 8) Community power (kekuatan masyarakat) 9) Community values (nilai masyarakat) 10) Critical refection (pemikiran kritis) Metode da lam m elakukan p enilaian k ebutuhan d an k apasitas dapat d ilakukan d alam b eberapa c ara y aitu i nterview d engan i nforman (in-depth i nterview), s urvei, p ertemuan, d okumentasi d ari ca tatan partisipan dan perencanaan program. d.
Menghubungkan penilaian kebutuhan untuk perencanaan ev aluasi dengan menetapkan hasil program yang diinginkan. Tugas t erakhir d alam l angkah need assessment adalah menghubungkan need assessment dengan evaluasi masa depan dari hasil program dengan membuat tujuan berdasarkan quality of life dari outcome program.
2.
Pembuatan matrik tujuan program (Matrices) Tahapan pembuatan matrik tujuan program memberikan landasan bagi intervensi dengan menentukan siapa dan apa yang akan berubah sebagai hasil
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dari intervensi. Produk dari tahapan i ni adalah seperangkat matrik tingkat ekologi
yang d ipilih
(yaitu,
individu m elalui
masyarakat)
yang
menggabungkan sasaran k inerja untuk s etiap t ingkat dengan terpilih determinan pribadi da n eksternal untuk m enghasilkan tujuan pe rubahan, target yang p aling langsung d ari intervensi. Dalam r angka m engembangkan tujuan kinerja luar individu, peran diidentifikasi pada setiap tingkat ekologis yang dipilih. Laporan apa yang harus diubah pada setiap tingkat ekologi dan yang h arus m embuat perubahan, adalah fokus
intervensi lebih s pesifik
daripada tujuan prog ram tradisional dan t ujuan. Langkah kedua pa da pemetaan i ntrevensi i ni perencana melengkapi tugasnya s ebagai berikut (Bartholomew, 2006) : a.
Menyatakan p erubahan atau prog ram hasil yang di harapkan untuk perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dan kondisi lingkungan.
b.
Membagi perilaku dan kondisi lingkungan menjadi tujuan kinerja.
c.
Memilih d eterminan p ersonal dan eksternal y ang p enting dan dapat berubah pada perilaku kelompok berisiko dan kondisi lingkungan.
d.
Membuat matrik tujuan perubahan untuk s etiap t ingkat intervensi perencanaan (individu, interpersonal, organisasi, komunitas, dan masyarakat) dengan menyilangkan tujuan kinerja dengan determinan dan serta menulis tujuan perubahan. Tabel 2.1
Performance Objective attitude
TESIS
Matrik Tujuan Perubahan
Personal Determinant External Determinant Skill & Knowledge Outcome Cues Reinforcement Norm Self expectation Efficacy
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
Penentuan m etode d an s trategi b erbasis t eori ( Theory-Based Methods and Practical Strategies) Langkah k etiga p ada p emetaan i ntervensi ad alah perencana mencari metode teori-informasi dan strategi p raktis untuk m empengaruhi perubahan perilaku kesehatan individu dan kelompok-kelompok kecil terkait dan untuk mengubah
faktor org anisasi
dan
masyarakat
untuk
mempengaruhi
lingkungan. Metode intervensi adalah pr oses didefinisikan o leh mana t eori postulat dan penelitian empiris memberikan bukti bagaimana perubahan dapat terjadi dalam p erilaku individu, ke lompok, atau s truktur sosial. S edangkan metode adalah teknik berbasis teori u ntuk mempengaruhi p erilaku atau kondisi l ingkungan, strategi adalah cara m engatur dan operasionalisasi metode intervensi. Pada t ahap ini perencana harus m elakukan be berapa ha l sebagai berikut (Bartholomew, 2006): a.
Ide Program ulasan dengan peserta dimaksud da n menggunakan perspektif mereka ketika memilih metode dan strategi.
b.
Menggunakan proses i nti untuk m engidentifikasi metode t eoritis yang dapat m
empengaruhi
perubahan da
lam
faktor pe
nentu
dan
mengidentifikasi kondisi di m ana suatu metode yang d iberikan kemungkinan besar akan efektif. c.
Memilih Program metode teoritis. (Catatan: Pastikan untuk membedakan antara metode teoritis dan strategi praktis dan memastikan bahwa semua komponen prog ram berisi metode Pertimbangkan gagasan aw al pada program dalam terang informasi dari teori dan bukti.).
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
d.
Memiilih atau merancang s trategi praktis unt uk memberikan metode untuk kelompok intervensi.
e.
Meyakinkan bahwa strategi akhir (masih) sesuai d engan t ujuan perubahan dari matrik.
4.
Penentuan program (Program) Produk pada langkah ini mencakup deskripsi ruang lingkup dan urutan komponen intervensi, materi p rogram y ang selesai, dan protokol program. Langkah ini menuntut kehati-hatian dan peninjauan kembali peserta program dimaksud dan konteks program. Ini juga membutuhkan uji coba dari strategi program dan ba han dengan pelaksana yang di maksudkan dan penerima. Langkah i ni memberikan panduan k husus untuk mengkomunikasikan program pada produsen. Pada langkah k eempat i ni, perencana melengkapi tugasnya sebagai berikut (Bartholomew, 2006) : a.
Mengkonsultasikan lagi dengan partisipan mengenai program pendidikan dan prom osi ke sehatan dan m embawa preferensi m ereka untuk rancangan program.
b.
Membuat cakupan program dan urutan, tema dan daftar materi program yang dibutuhkan.
c.
Menyiapkan dokumen de sain yang ak an m embantu berbagai profe si dalam m emproduksi b ahan yang m emenuhi tujuan prog ram dan mematuhi pedoman a tau parameter untuk m etode tertentu d an strategi khusus.
d.
Mereview ketersediaan materi program untuk ke mungkinan yang sesuai dengan tujuan perubahan, metode, dan strategi.
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
e.
Mengembangkan materi program.
f.
Melakukan pretest materi program dan mengawasi produksi akhir.
Penentuan a dopsi dan implementasi program (Adoption and Implementation Plan) Fokus dari langkah kelima i ni adalah menentukan adopsi dan pelaksanaan prog ram (termasuk p ertimbangan keberlangsungan pro gram). Pertimbangan untuk pelaksanaan prog ram dimulai p ada aw al penilaian kebutuhan dan revisited dalam langkah ini. Langkah ini membutuhkan proses pengembangan matrik persis s eperti i tu pada langkah ke dua kecuali b ahwa matrik ini d ikembangkan dengan adopsi da n kinerja p elaksanaan tujuan disandingkan
dengan
determinan
pribadi da
n
eksternal.
Yang
menghubungkan dari setiap tujuan kinerja de ngan determinan menghasilkan tujuan perubahan untuk m empromosikan program adopsi yang di gunakan. Tujuan ini k emudian dioperasionalkan dengan m enggunakan metode d an strategi untuk m embentuk rencana teori informasi untuk adopsi d an implementasi. Produk untuk langkah kelima i ni adalah rencana r inci untuk mencapai adopsi da n pelaksanaan prog ram dengan m empengaruhi perilaku individu at au k elompok yang akan m embuat keputusan t entang mengadopsi dan menggunakan program dan perencana melengkapi tugas sebagai berikut (Bartholomew, 2006): a.
Mengidentifikasi pengguna pot ensial dari prog ram promosi kesehatan (kembali kelompok perencanaan dan sistem linkage untuk m enjamin representasi).
TESIS
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b.
Menentukan tujuan ki nerja untuk di adopsi program, i mplementasi, dan keberlanjutan.
c.
Menentukan faktor penentu adopsi, implementasi, dan keberlanjutan dan membuat matrik tujuan perubahan untuk penggunaan program.
d.
Memilih metode dan strategi untuk mengatasi perubahan.
e.
Intervensi desain dan m engatur program unt uk mempengaruhi t ujuan perubahan terkait dengan penggunaan program.
6.
Penentuan perencanaan evaluasi (Evaluation Plan) Pada tahap ini, perencana menyelesaikan rencana evaluasinya yang benar dimulai dalam penilaian kebutuhan dan dikembangkan bersama dengan peta intervensi. Dalam pros es pemetaan intervensi, perencana membuat keputusan t entang tujuan perubahan, metode, strategi, dan i mplementasi. Keputusan, meskipun diinformasikan ol eh teori dan bukt i dari p enelitian, masih mungkin t idak optimal atau ba hkan mungkin benar-benar s alah. Melalui efek dan proses ev aluasi, perencana dapat menentukan a pakah keputusan yang benar pa da setiap l angkah pemetaan. Untuk mengevaluasi efek dari intervensi, peneliti menganalisis perubahan dalam k esehatan dan kualitas masalah k ehidupan, perilaku dan lingkungan, dan faktor-faktor penentu tujuan k inerja. Semua variabel t ersebut telah d idefinisikan dengan cara yang terukur selama langkah-langkah s ebelumnya. Pada tahap langkah enam
ini p erencana h arus m enyelesaikan t ugas s ebagai b erikut
(Bartholomew, 2006) : a.
TESIS
Menjelaskan program dan menyelesaikan model logika.
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b.
Proses m enulis pertanyaan evaluasi pertanyaan ev aluasi p rogram berdasarkan pada hasil program untuk kualitas hidup, kesehatan, perilaku dan lingkungan.
c.
Proses m enulis pertanyaan evaluasi b erdasarkan matrik, yaitu tentang tujuan kinerja dan faktor penentu seperti yang diungkapkan dalam tujuan perubahan.
d.
Proses m enulis pertanyaan ev aluasi berdasarkan metode deskripsi, kondisi, strategi, program dan pelaksanaan.
TESIS
e.
Mengembangkan indikator dan ukuran.
f.
Menentukan desain evaluasi.
ANALISIS KUALITAS HIDUP LANSIA......
DWI HELYNARTI SYURANDARI