BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem nasional pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (UU Sisdiknas, 2012). Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, diataranya pembaharuan kurikulum, jaminan mutu pendidikan serta kompetensi lulusannya secara profesional, penyusunan standar tersebut berlaku secara nasional.
2.1
Standar Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan
Universita Sumatera Utara
Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan pada saat ini juga telah berbenah dalam meningkatkan jaminan mutu pendidikan, dimana diploma keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana dalam melaksanakan suatu proses asuhan keperawatan. Untuk menyelenggarakan program pendidikan ini, institusi pengelola harus mendapatkan ijin penyelenggaraan dari pihak yang berwenang. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan organisasi pendidikan keperawatan bekerja sama dengan organisasi profesi keperawatan yang menggambarkan bahwa pengelolaan pendidikan tinggi keperawatan
belum
sesuai
dengan
kaidah
penyelenggaraan
pendidikan
keperawatan dan tingkat kemampuan pengelolah bervariasi, hal ini disebabkan belum tersedianya suatu standar pendidikan yang menjadi acuan bagi pengelolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan keperawatan secara berkualitas. Kondisi tersebut mendorong organisasi pendidikan keperawatan bekerjasama dengan organisasi profesi keperawatan menyusun standar pendidikan keperawatan di Indonesia agar dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan pendidikan keperawatan di seluruh Indonesia.
Nurachmah, Supartini, & Irawaty (2012) dalam penyusunan standar pendidikan keperawatan di Indonesia merujuk kepada landasan hukum yang telah berlaku di negara Indonesia yang diantaranya berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem nasional pendidikan, UU Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan suatu institusi pendidikan perguruan tinggi, UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, UU 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, PP
Universita Sumatera Utara
No 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Kepmendiknas
nomor
234/U/2000
tentang
pendirian
perguruan
tinggi.
Berdasarkan landasan hukum tersebut maka dibentuklah suatu standar pendidikan Diploma Tiga Keperawatan menjadi tolok ukur minimal yang dipenuhi oleh pengelola institusi yang terdiri atas 7 (tujuh) kriteria standar yang terdiri atas: 1. Kriteria standar 1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian. a. Visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi pencapaian program pendidikan Diploma Tiga Keperawatan jelas, realistik, saling berkaitan dan konsisten dengan kurikulum dan rencana pengembangan institusi. b. Strategi pencapaian sasaran dengan rentang waktu yang jelas dan didukung oleh dokumen. c. Pemahaman visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi oleh seluruh pemangku kepentingan internal (internal stakeholders): sivitas akademika (dosen dan mahasiswa) dan tenaga kependidikan.
2. Kriteria Standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem pengelolahan dan Penjaminan Mutu a. Tata Pamong uraian tugas pokok dan fungsi setiap jabatan jelas dan tercantum dalam statuta institusi. b. Kepemimpinan yang terdiri dari: 1. Kepemimpinan operasional: Pengelola program pendidikan diploma tiga keperawatan menjabarkan visi misi kedalam kegiatan operasional. 2. Kepemimpinan organisasi: Pengelola program pendidikan diploma tiga keperawatan
mampu
melaksanakan
fungsi
perencanaan,
Universita Sumatera Utara
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian kepada seluruh unsur yang ada. 3. Kepemimpinan publik: Pengelola program pendidikan diploma tiga keperawatan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dan menjadi rujukan bagi publik. c. Sistem Pengelolaan 1. Memiliki Rencana Induk Pengembangan (RIP), Rencana Strategis (RENSTRA) serta Rencana Operasional (RENOP). 2. Memiliki kalender akademik. 3. Memiliki mekanisme koordinasi yang jelas antara institusi pendidikan dan wahana pembelajaran klinik dan komunitas. 4. Memiliki perencanaan program pembelajaran jelas dan memadai. 5. Memiliki sistem monitoring dan evaluasi program. d. Sistem Penjaminan Mutu 1. Memiliki satuan organisasi bertanggung jawab terhadap penjamin mutu. 2. Standar manual prosedur mengacu pada Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Dokumen lengkap pelaksanaan penjaminan mutu program. 4. Umpan balik untuk peningkatan mutu proses pembelajaran terdiri dari; sumber umpan balik, hasil umpan balik, dan tindak lanjutnya. 5. Memiliki program untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) program studi.
3. Kriteria Standar 3: Mahasiswa dan Lulusan
Universita Sumatera Utara
a. Mahasiswa 1. Calon mahasiswa berijasah Sekolah Menengah Umum /Madrasah Aliyah jurusan IPA 2. Memiliki pedoman seleksi penerimaan mahasiswa baru. 3. Lulus seleksi ujian masuk perguruan tinggi. 4. Rasio dosen tetap dan mahasiswa adalah 1:20 5. Tersedia layanan bagi mahasiswa yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan kreatifitas dan penalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan. b. Lulusan 1. Lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga uji kompetensi profesi. 2. Melakukan perekaman dan pelacakan data lulusan secara terstruktur. 3. Alumni berpartisipasi dalam mendukung pengembangan akademik dan non-akademik program studi.
4. Kriteria Standar 4: Sumber Daya Manusia a. Ketua Program Studi Diploma Tiga 1. Berkualifikasi minimal S2 Keperawatan atau S2 Kesehatan dengan latar belakang pendidikan Ners. 2. Maksimal berusia 61 tahun saat dilantik. 3. Memiliki jabatan fungsional akademik minimal Lektor. 4. Memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan. 5. Memiliki integritas diri yang baik dan dapat menjadi model peran.
Universita Sumatera Utara
b. Tenaga dosen 1. Pendidikan minimal S2 Keperawatan dan atau S2 Kesehatan dengan latar belakang pendidikan Ners. 2. Dosen memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). 3. Dosen memiliki jabatan fungsional akademik minimal lektor. 4. Memiliki sertifikat PEKERTI, dan atau AA (ancangan aplikasi). 5. Berpengalaman klinik minimal 2 tahun di bidang keperawatan. 6. Kreatif, dedikatif, inovatif dan berkomitmen tinggi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran mahasiswa baik di kelas maupun di wahana klinik dan komunitas. 7. Memiliki sertifikat dosen profesional. 8. Menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan. 9. Memiliki integritas diri dapat menjadi model sebagai dosen professional. c. Dosen Tidak Tetap 1. Pendidikan minimal S2 di bidang keilmuan yang relevan dengan bidang ilmu yang diampu. 2. Memiliki jabatan fungsional akademik minimal Lektor 3. Memiliki sertifikat pelatihan PEKERTI, dan atau AA (ancangan aplikasi) dan atau sertifikat sesuai bidang yang diampu. 4. Memiliki integritas diri yang dapat menjadi model peran sebagai Dosen. d. Pembimbing Klinik
Universita Sumatera Utara
1. Berijasah minimal Ners dengan sertifikasi yang relevan dengan bidangnya. 2. Memiliki surat tanda registrasi (STR) perawat. 3. Memiliki pengalaman klinik minimal 3 tahun. 4. Memiliki sertifikat pelatihan pembimbing klinik. 5. Memiliki integritas diri yang dapat menjadi model peran sebagai perawat professional. e. Tenaga kependidikan 1. Berijasah minimal D3 sesuai dengan area tugasnya. 2. Kreatif, dedikatif, inovatif dan memiliki komitmen tinggi untuk terlibat secara aktif sesuai dengan pekerjaannya.
5.
Kriteria Standar 5: Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik a. Landasan
filosofis
kurikulum
mencakup
konsep
sehat-sakit,
etika
keperawatan, keberagaman budaya, hubungan perawat-klien, dan caring (pengasuhan). b. Ketentuan
tentang
kurikulum
pendidikan
program
diploma
tiga
keperawatan. 1. Beban studi antara 110-120 SKS, dengan masa pendidikan minimal 6 semester dan maksimal 10 semester. 2. Berbasis Kompetensi. 3. Perbandingan jam teori dan jam praktik adalah 30% dan 70%. Dari 70% dijabarkan menjadi 30% praktik 70% praktik klinik dan komunitas (minimal 2000 jam).
Universita Sumatera Utara
4. Muatan issue nasional 20%, antara lain: Perawatan HIV/AIDS, TBC, Malaria, MTBS, penyakit akibat sanitasi lingkungan buruk. 5. Sesuai Visi dan Misi yang mencirikan kekhasan dari institusi 6. Melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar kompetensi. c. Proses Pembelajaran 1. Memperhatikan filosofi pendidikan dan metode pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa (Student Centered Learning). 2. Sarana prasarana sesuai ketentuan. 3. Jumlah mahasiswa pada proses pembelajaran di kelas 40-50, tutorial 1215, laboratorium 10-12, klinik 4-8 per ruang. 4. Tersedia berbagai pedoman, antara lain: a. Panduan Akademik b. Panduan Tugas Akhir c. Rencana Pembelajaran d. Pedoman Kerja Mahasiswa e. Pedoman Praktik Laboratorium f. Pedoman Praktik Klinik dan Komunitas g. Modul Pembelajaran. 5. Kegiatan pembelajaran dilakukan dikelas, laboratorium,
perpustakaan,
klinis dan komunitas. 6. Peran dan fungsi pedidik, meliputi: fasilitator, motivator, tutor, model peran, narasumber dan pemberi umpan balik. d.
Evaluasi pembelajaran
Universita Sumatera Utara
1. Hasil belajar mahasiswa harus dievaluasi secara berkala meliputi evaluasi struktur, proses, dan hasil. 2. Sistem evaluasi kinerja mahasiswa berorientasi pada pencapaian kompetensi. 3. Hasil evaluasi dijadikan sebagai acuan pengembangan bagi mahasiswa, program pendidikan, dan penentuan beban studi selanjutnya. e. Suasana Akademik 1. Tersedianya kebijakan tertulis yang disusun oleh pimpinan institusi pendidikan tentang suasana akademik antara lain: otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, kemitraan dosenmahasiswa. 2. Ketersediaan dan kelengkapan jenis prasarana, sarana serta dana yang memungkinkan terciptanya interaksi akademik antara sivitas akademika. 3. Interaksi akademik berupa program dan kegiatan akademik, selain perkuliahan dan tugas-tugas khusus, untuk menciptakan suasana akademik (seminar, simposium, lokakarya, bedah buku). 4. Pengembangan
perilaku
kecendekiawanan
(kemampuan
untuk
menanggapi dan memberikan solusi pada masalah masyarakat). 5. Tersedianya program pembekalan mahasiswa tentang etika profesi, budaya keselamatan kerja dalam kegiatan praktikum/praktik.
6.
Kriteria Standar 6: Pembiayaan, Sarana dan Prasana Serta Sistem Informasi a. Pembiayaan
Universita Sumatera Utara
1. Biaya penyelenggaraan program pendidikan Diploma Tiga Keperawatan terdiri dari biaya operasional dan biaya investasi atau pengembangan yang dihimpun berasal dari berbagai sumber. 2. Semua biaya terdokumentasi dengan baik. 3. Terdapat anggaran pendapatan dan pengggunaan yang realistis yang didistribusi dalam rencana tahunan dan rencana 5 tahunan. 4. Rencana alokasi anggaran terdistribusi untuk kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi secara proporsional. 5. Terdapat rencana investasi untuk 5 tahun ke depan dengan sumber dana yang jelas, sesuai analisis kebutuhan dan prioritas. b. Sarana dan Prasarana 1. Ruang kuliah, tutorial, dan diskusi dengan ukuran minimal 1 m2/mahasiswa. 2. Memilik auditorium yang memadai dengan kapasitas minimal 100 orang. 3. Memiliki perpustakaan dengan koleksi buku-buku teks keperawatan minimal 165 judul, terbitan maksimal 5 tahun terakhir termasuk e-book, berlangganan jurnal keperawatan dalam negeri yang terakreditasi dan jurnal luar negeri, memiliki prosiding dalam 3 tahun terakhir, memiliki karya tulis/skripsi/tesis/disertasi. 4. Memiliki laboratorium keperawatan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Keperawatan Dasar, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Gawat
Darurat,
Keperawatan
Anak,
Keperawatan
Maternitas,
Keperawatan Jiwa, dan Keperawatan Komunitas).
Universita Sumatera Utara
5. Memiliki laboratorium komputer dengan rasio minimal satu PC untuk 10 mahasiswa serta memiliki akses internet. 6. Memiliki laboratorium bahasa (opsional, bisa menyatu dengan laboratorium komputer). 7.
Memiliki ruang konseling mahasiswa.
8.
Ruang pimpinan, ruang administrasi akademik, ruang administrasi kepegawaian, dan ruang rapat.
9.
Ruang dosen per bagian atau kelompok keilmuan keperawatan dengan luas ruang dosen minimal 4 (empat) m2 per dosen yang dilengkapi alat kantor yang sesuai untuk masing-masing dosen.
10. Ruang tunggu dosen tamu. 11. Ruang organisasi mahasiswa. 12. Fasilitas pelayanan kesehatan. 13. Fasilitas penunjang seperti kantin kampus, kamar ganti pakaian, kamar mandi untuk laki-laki dan wanita, ruang ibadah, gudang penyimpanan arsip atau alat, fotokopi dan sarana olah raga serta parkir kendaran. 14.
Fasilitas pembelajaran meliputi; kursi mahasiswa, meja dan kursi dosen, komputer, LCD, Slide projector, Audio system, dan papan tulis.
c. Wahana Pembelajaran 1. Wahana Pembelajaran klinik (Rumah Sakit) a. Wahana utama minimal RS kelas C terakreditasi. b. Wahana pendukung adalah beberapa RS tipe D sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Universita Sumatera Utara
c. Ada bukti kerjasama (MoU). 2. Wahana Pembelajaran di Komunitas: a. Wahana pembelajaran di komunitas meliputi: institusi dan wilayah binaan berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai. b. Institusi meliputi Puskesmas, Panti Wreda, Sekolah umum yang relevan. c. Wilayah binaan meliputi RT, RW, dan Desa/Kelurahan untuk melakukan praktik keperawatan di komunitas. d. Memiliki Surat Kerjasama. d. Sistem informasi 1. Fasilitas teknologi informasi untuk mengelola data dan informasi terkait yang dapat digunakan oleh dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. 2. Tersedia jaringan internet yang memadai. 3. Sistem administrasi manajemen menggunakan sistem informasi berbasis komputer yang terhubung jaringan. 4. Perpustakaan didukung oleh sistem informasi manajemen perpustakaan yang dapat mendukung pencarian informasi dan koleksi perpustakaan.
7.
Kriteria Standar 7: Penelitian, Pelayanan/Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama a. Penelitian 1. Memiliki unit penelitian dan pengabdian masyarakat. 2. Memiliki perencanaan penelitian dan pengabdian masyarakat yang baik dengan sumber dana yang jelas.
Universita Sumatera Utara
3. Menghasilkan penelitian. 4. Melibatkan mahasiswa dalam penelitian. 5. Hasil penelitian dipublikasikan. 6. Memiliki karya ilmiah yang telah memproleh HaKI. b. Pelayanan/pengabdian kepada masyarakat 1. Memiliki unit pengabdian masyarakat. 2. Melaksanakan pengabdian masyarakat. 3. Memiliki perencanaan pengabdian masyarakat yang baik dengan sumber dana yang jelas. 4. Melibatkan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat. c. Kerja sama Memiliki kerjasama/kemitraan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Dalam
meningkatkan standar pendidikan maka evaluasi-diri dan
akreditasi standar merupakan kompetensi atau kualitas minimum yang dituntut dari suatu lembaga Perguruan Tinggi
dan lulusannya. Untuk dapat diukur
masing-masing standar itu diuraikan menjadi parameter dan indikator. Standar atau baku adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau sesuatu yang dianggap tetap nilainya dan dapat dipakai sebagai ukuran nilai/harga (BAN-PT, 2000).
2.2
Mutu Pendidikan Mutu suatu produk adalah “keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk
bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan
Universita Sumatera Utara
memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan” (Prawirosentono, 2004). Selanjutnya Pohan (2007) menyatakan bahwa mutu adalah bagaimana menyediakan kebutuhan konsuman dengan barang atau jasa yang terbaik mutunya. Mutu adalah seluruh karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat. Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masingmasing
pihak.
Produsen
(penyedia
barang/jasa)
atau
konsumen
(pengguna/pemakai barang, jasa) akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang/jasa. Perbedaan ini mengacu kepada orientasi masing-masing pihak mengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen maupun produsen adalah kepuasaan. Barang/jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun konsumennya (Suhardan dkk, 2009). Dalam meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas, 2003) dikemukakan bahwa: pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. Dengan menyelenggarakan penjaminan mutu diharapkan PTS mampu berkembang secara berkelanjutan. Pendidikan kesehatan yang profesional harus fokus tentang bagaimana siswa dapat belajar untuk pemecahan masalah serta memiliki
kualitas
perbaikan
terus-menerus
(Continuous
Quality
Improvement/CQI). Perbaikan harus didasarkan pada membangun pengetahuan dan mengaplikasikannya dengan tepat, pengetahuan diperlukan untuk perbaikan
Universita Sumatera Utara
terus menerus, Penerapan CQI dalam program pendidikan para mahasiswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan teknik untuk memecahkan suatu permasalahan yang mereka temukan ditempat mereka bekerja. Agar CQI dapat terlaksana bagi para mahasiswa maka metode Personal Improvement Project (PIP) adalah cara yang efektif dilaksanakan oleh para siswa. Selain itu, komitmen dosen adalah penting untuk mengintegrasikan pembelajaran CQI ke silabus (Jane & Hanestad, 2002). Mutu pendidikan tinggi perlu dijamin melalui penjaminan mutu. Hal ini dilakukan, bukan saja untuk kepentingan perguruan tinggi yang bersangkutan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Perguruan tinggi yang menjamin mutu pendidikannya dan sekaligus mutu lulusannya akan diminati masyarakat. Hanushek (2005) menekankan bahwa fokus pada sekolah lebih dari pada kualitas sekolah adalah seperti memperluas kuantitas tanpa benar-benar memperluas modal manusia. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka harus dipastikan bahwa sumber daya pendidikan di institusi memenuhi kebutuhan. Sumber daya pendidikan meliputi segala sesuatu yang
bernilai
dalam
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
dan
mengembangkan sikap yang diinginkan dalam mahasiswa (Scottish, 1997). Sallis (2008) mengatakan indikator mutu pendidikan dapat terlihat dari dua sudut pandang yaitu sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan (service provider), dan siswa sebagai pengguna jasa (costumer/stakeholder). Selanjutnya indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga
Universita Sumatera Utara
administrasi, laporan dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-komponen lainnya. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, institusi PT harus membangun sistem penjaminan mutu internal secara aktif. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah terlaksana dengan baik dan benar, institusi PT harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, institusi PT akan mampu meningkatkan, penyelenggara
menegakkan program
otonomi,
mengembangkan
akademis/profesional,
dan
diri
turut
serta
sebagai dalam
meningkatkan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan (BAN-PT, 2000). Berdasarkan pembobotan penilaian
akeditasi BAN-PT terhadap
standar
pendidikan yaitu total nilai bobot pada standar variabel visi, misi, sasaran dan strategi pencapaian (X 1 ) adalah 3%, variabel tata pamong, kepemimpinan, pengelolaan, dan penjaminan mutu (X 2 ) adalah 6%, variabel mahasiswa dan lulusan (X 3 ) adalah 17,97%, variabel sumber daya manusia (X 4 ) adalah 22,94%, variabel kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (X 5 ) adalah 20,67%, variabel pembiayaan, prasarana, serta sistem informasi (X 6 ) adalah 20,04%, dan variabel penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama (X 7 ) adalah 10,01% (Pedoman Penilaian Akreditasi BAN-PT, 2009). Wijatno (2009)
dalam penilaian standar akreditasi mencakup standar
tentang komitmen institusi PT serta program studi terhadap kapasitas institusional
Universita Sumatera Utara
dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan yang meliputi 7 (tujuh) standar diantaranya sebagai berikut: 1.
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, serta Strategi Pencapaian Visi, misi, tujuan dan sasaran merupakan suatu strategi institusi PT dan
program studi untuk meraih cita-cita dimasa yang akan datang, oleh sebab itu strategi dan upaya perwujudan visi, pelaksanaan/penyelenggaraan misi, dan pencapaian tujuan harus dipahami dan di dukung dengan penuh komitmen, serta melibatkan partisipan seluruh pemangku kepentingan, dalam hal ini civitas akademik (dosen dan mahasiswa). Seluruh rumusan yang ada harus mudah dipahami, dijabarkan secara logis, sekuen, dan pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur pikir (logika) yang wajar secara akademis (Wijatno, 2009). Selanjutnya Wijatno menekankan visi yang baik harus futuristik, menantang, dan memotivasi seluruh pemangku kepentingan untuk berkontribusi, realistis terhadap kemampuan, faktor-faktor internal maupun eksternal. Misi institusi PT harus tetap mengacu kepada visinya karena keterlaksanaan misi harus merupakan upaya dalam mewujudkan visi institusi PT dan program studi tersebut. Untuk mencapai tujuan dan sasaran visi dan misi, diperlukan strategi dalam pencapaiannya. Strategi pencapaian yang baik harus ditunjukkan dengan kegiatan terjadwal, bukti tertulis, dan fakta di lapangan.
2.
Governance, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu Governance merupakan sistem untuk memelihara efektivitas peran para
konstituen dalam pengembangan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penyelenggaraannya.Untuk membangun good governance, institusi PT harus
Universita Sumatera Utara
memiliki kepemimpinan yang kuat dan efektif serta dapat mempengaruhi seluruh prilaku individu dan kelompok yang terkait dalam pencapaian visi, misi institusi PT. Kepemimpinan yang kuat dapat menstimulus anggotanya secara intelektual dan arif untuk mewujudkan visi, misi, organisasi, serta mampu memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh unsur terkait (Wijatno, 2009).
3.
Mahasiswa dan Lulusan Pimpinan institusi PT harus memberikan pelayanan prima kepada
mahasiswa dan lulusannya; termasuk di dalamnya, segala urusan yang berkenaan dengan upayah memperoleh mahasiswa bermutu tinggi melalui sistem dan program rekrutmen, sampai proses evaluasi keberhasilan mahasiswa (outcome) dalam menempuh pendidikan, penelaah kebutuhan, dan kepuasan mahasiswa serta pemangku kepentingan. Dengan demikian, PT mampu menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi serta memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemangku kepentingan.
4.
Sumber Daya Manusia Dosen merupakan komponen sumber daya utama yang merupakan pendidik
profesional dan ilmuan dengan tugas pokok dan fungsinya mengakuisisi, mentranformasi, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan,
teknologi,
dan
seni
melalui
pendidikan,
penelitian,
dan
pelayanan/pengaddian masyarakat. Karna itu pimpinan PT dan dosen sangat menentukan mutu penyelenggaraan program akademis. Program-program peningkatan mutu dosen harus direncanakan dan dilaksanakan selaras dengan
Universita Sumatera Utara
kebutuhan untuk mewujudkan visi, menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wijatno, 2009). 5.
Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik Wijatno (2009) pembelajaran merupakan pengalaman belajar yang
diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, praktikum atau praktik, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran
lainnya.
Pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
berbagai
pendekatan, strategi dan teknik yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pendekatan pembelajaran di gunakan berpusat pada mahasiswa (student centered) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan berkelompok. Selanjutnya Wijatno menekankan suasana kademik yang baik merupakan kondisi yang harus dibangun untuk menumbuhkembangkan semangat dan interaksi akademis antar mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, pakar, dosen tamu, narasumber, untuk meningkatkan mutu kegiatan akademis di dalam maupun di luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan adanya kebijakan program dan kegiatan akademis yang mendukung terciptanya suasana akademis (academic atmosphere).
6.
Pembiayaan, Sarana Prasarana, serta Sistem Informasi Wijatno (2009) mengatakan saran dan prasarana adalah sesuatu yang
penting dalam mendukung penyelenggaraan program akademis, dimana sarana prasarana tersebut harus memenuhi kelayakan, baik dari sisi jenis, jumlah, luas,
Universita Sumatera Utara
waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini sangat penting sehingga memerlukan suatu pengoperasian dan perawatan yang memadai. Pengelolaan prasarana dan sarana harus memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesabilitas, pemeliharaan, dan perbaikan, penggantian dan pemutahiran, serta kejelasan peraturan dan efisiensi dalam penggunaannya. Sistem pembiayaan, sarana dan prasarana harus menjamin kelayakan, keberlangsungan, dan keberlanjutan program akademik. Proses Penyelenggaraan akademik yang dikelola dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila memiliki akses yang memadai diantaranya adalah ketersedianan anggaran yang cukup dalam proses penyelenggaraan akademik yang bermutu, selain itu ketersediaan sarana dan prasaran untuk mendukung penyelenggaraan program akademik memenuhi kelayakan dari segi jumlah, jenis, luas, waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu.
7.
Penelitian, Pelayanan/Pengaddian Masyarakat, dan Kerjasama Penelitian merupakan salah satu tugas pokok institusi PT dalam
memberikan kontribusi dan manfaat terhadap proses pembelajaran. Untuk itu sumber daya dosen dan mahasiswa harus terlibat dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu dan terencana dengan berorientasi pada kebutuhan pemangku kepentingan. Hasil penelitian didiseminasikan melaui persentasi ilmiah dalam forum ilmiah nasional dan internasional dan/atau dipublikasikan dalam jurnal nasional yang terakreditasi dan internasional agar bermanfaat bagi pemangku kepentingan. Sementara itu kegiatan kerja sama dalam rangka memanfaatkan serta kepakaran dosen, mahasiswa, dan sumber daya lain yang dimiliki institusi PT
Universita Sumatera Utara
secara
saling
menguntungkan
dengan
pemangku
kepentingan
dalam
melaksanakan tridarma PT. 2.3
Proses Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu cara untuk dapat merangsang,
memelihara, dan meningkatkan terciptanya proses berpikir dari setiap individu yang belajar, ciri utama dari pembelajaran adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen-komponen pembelajaran diantaranya: pendidik, peserta didik, metode, media yang tersedia, sarana, materi yang diajarkan, dan hasil dari proses tersebut. Beberapa komponen tersebut kemudian dibangun dengan cara sistematik, hal tersebut menjadi hubungan erat antara kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi suatu kondisi yang saling berkaitan, berinteraksi, mempengaruhi, dan menunjang satu sama lainnya (Mulyasa, 2009). Selanjutnya
Mulyasa
menekankan
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya: (1) pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) pembentukan kompetensi, (4) penutup.
2.3.1 Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mulyasa (2009), apapun dan bagaimanapun bentuk kurikulumnya hal yang paling penting yang perlu diperhatikan oleh para pendidik adalah bagaimana menjabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dengan kata lain, tugas utama seorang tenaga pendidik dalam kaitannya dengan dokumen
Universita Sumatera Utara
kurikulum adalah membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu ditekankan, karena hasil pengamatan, bahkan pengakuan jujur para pendidik menunjukkan sedikit sekali pembuat yang membuat perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik tersebut sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa, dan negara pada umumnya.
2.3.2 Pentingnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi pengajaran, dimana ini akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas SDM, baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Oleh karena itu, baik dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, pendidik tetap harus membuat RPP. Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi pengajaran, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. 1. Fungsi perencanaan RPP hendaknya dapat mendorong pendidik lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran pendidik wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tak tertulis. 2. Fungsi pelaksanaan
Universita Sumatera Utara
Untuk mensukseskan implementasi pengajaran, RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan
demikian,
RPP
berfungsi
untuk
mengefektifkan
proses
pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Seorang pendidik yang profesional harus mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis, dan sistematis. Karena disamping itu untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengembangkan profesional accountability sehingga pendidik dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya. Cyntia (1993:113) yang dikutip Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan fase pengembangan rencana pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan membantu
pendidik
dalam
mengorganisasikan
materi
standar,
serta
mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, tampa rencana pembelajaran, seorang pendidik akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Mulyasa (2009) rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan pendidik untuk menunjang pembentukan kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya
Gagne
dan
Briggs
(1998)
yang
dikutip
Mulyasa
(2009)
mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memperhatikan empat asumsi sebagai berikut:
Universita Sumatera Utara
1.
Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dan langkah-langkah yang ditempu dalam proses pembuatannya. Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berinterelasi, memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik.
2.
Rencana pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik. Kualitas rencana pembelajaran banyak bergantung pada bagaimana rencana tersebut dibuat, apakah bersifat ilmiah, intuitif, atau keduanya. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik, yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diuji coba dan diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan.
3.
Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Penataan berbagai unsur pembelajaran dengan baik akan sangat membantu memudahkan proses belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu (a) informasi harus disiapkan dengan baik, (b) diberikan contohcontoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik, (c) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam
Universita Sumatera Utara
proses pembelajaran, (d) menggunakan sarana dan alat pendukung yang bervariasi, dan (e) memilih dan menggunakan metode yang bervariasi. 4.
Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk memenuhi sarat administrasi. Asumsi keempat ini bersifat menegaskan akan pentingnya asumsi pertama dan kedua, yakni bahwa program satuan pembelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah.
2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Mulyasa (2009)
mengatakan dalam implementasi pengajaran akan
bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesanpesan kurikulum dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Pendidik harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum. Pada umumya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup. 1.
Pembukaan Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk memulai
pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut: 1) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang akan disajikan.
Universita Sumatera Utara
2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis-garis besar materi yang akan dipelajari. 3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan. 5) Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjelajahi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Disamping upayah-upayah diatas, dalam implementasi pengajaran banyak cara yang dapat dilakukan pendidik untuk memulai atau membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan pretest. 1. Pembinaan keakraban Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik
memasuki
proses
pembelajaran.
Suasana
yang
akrab
akan
menumbuhkan hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik dan antara peserta didik denga peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini sebaiknya pendidik memperhatikan perbedaan individual dan karakteristik peserta didik. Pembinaan keakraban ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Universita Sumatera Utara
1) Pada awal pertemuan pertama, pendidik memperkenalkan diri kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah. 2) Pendidik melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir. 3) Berdasarkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik diminta memperkenalkan diri dengan memberi salam, serta memperkenalkan diri mereka masing-masing. 2. Pretest (tes awal) Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan pretest. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan ini pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagaimana penjajagan terhadap kemampuan peserta didik terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretest memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
2.
Pembentukan kompetensi Pembentukan
kompetensi
peserta
didik
merupakan
kegiatan
inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi pesetta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan
Universita Sumatera Utara
ini menuntut adanya pengembangan atau modifikasi. Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreatifitas pendidik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan pendidik sebagai fasilator untuk mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi, kebutuhan, serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan standar kompetensi minimal (SKM) yang harus dicapai peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi tersebut. 2) Pendidik menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis. Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar tersebut benar-benar dapat dikuasai. 3) Membagikan materi atau sumber belajar berupa hand out dan fotocopy beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar tersebut sebagian terdapat diperpustakaan, jika materi yang diperlukan tidak tersedia di perpustakaan maka pendidik memberikan fotocopy dari sumber lain, seperti majalah, surat kabar, atau melakukan down load dari internet.
Universita Sumatera Utara
4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik, lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah dijelaskan oleh pendidik dan dipelajari oleh peserta didik. 5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan dan arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar. 6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan dengan teman lain, lalu pendidik menjelaskan setiap jawabannya. 7) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas, pendidik memberikan kesempatan bertanya, tugas, atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.
Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling tukar informasi antar peserta didik dan antar peseta didik dengan pendidik mengenai materi yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan keselarasan pikiran.
3.
Penutup Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan pendidik untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup pendidik harus mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman
Universita Sumatera Utara
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh pendidik, oleh peserta didik atas permintaan pendidik, atau oleh peserta didik bersama dosen). 2. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifitasan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. 4. Memberikan protes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Selanjutnya
Mulyasa
(2009)
menekankan
dalam
implementasi
pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran perlu dilakukan secara profesional, agar mendapatkan hasil memuaskan dan menimbulkan kesan menyenangkan. Untuk kepentingan tersebut, berikut dikemukakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pendidik untuk menutup pembelajaran, diantaranya meninjau kembali materi yang telah diajarkan, evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap materi yang telah dipelajari. 1) Meninjau kembali. Meninjau kembali pembelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkumkan materi pokok atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar dan tujuan yang telah dirumuskan.
Universita Sumatera Utara
Kegiatan merangkumkan dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan pendidik, atau bersama-sama pendidik.
2) Mengevaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Hasil evaluasi dapat memberikan penilaian terhadap peserta didik dan memperbaiki program pembelajaran. 3) Tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh pendidik agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2.4 Landasan Teori Proses pendidikan merupakan berubahnya menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap keberlangsungan proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila terdapat pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang mencakup (dosen, mahasiswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran
Universita Sumatera Utara
yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Untuk menghasilkan suatu institusi pendidikan yang berkualitas maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pemenuhan sumberdaya. Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya adalah daya kerja suatu lembaga/institusi agar orang-orang yang ada didalam organisasi dapat melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama maka diperlukan daya kerja. Menurut Sinungan (2005)
bahwa sumberdaya pada umumnya yang
terdapat pada suatu lembaga dikelompokkan atas 2 macam yaitu: (1) sumberdaya manusia (human resources), dan (2) sumberdaya non manusia. Donabedian (2003) dalam bukunya An Introduction to Quality Assurance in Health Care, mengatakan
bahwa ada tiga katagori layanan dalam
meningkatkan mutu suatu Institusi yaitu struktur, proses, dan output. 1.
Standar struktur. Standar struktur adalah standar yang menjelaskan semua peraturan yang berlaku pada suatu institusi pendidikan yang didalamnya mencakup hubungan suatu organisasi, visi-misi organisasi, sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya tak bergerak (human-non resources). Standar struktur sering juga disebut rule of the games.
2.
Standar Proses. Standar proses adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dalam hal ini adalah proses pembelajaran, pedoman yang terdapat pada kegiatan pembelajaran, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja. Standar proses sering disebut dengan playing the games.
Universita Sumatera Utara
3.
Standar Keluaran. Standar keluaran merupakan hasil akhir produk yang telah dilaksanakan. Keluaran (output) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil layanan yang telah dilaksankan. Sanjaya (2008) salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Didalam komponen-komponen sistem pembelajaran terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan didalam keberhasilan sistem pembelajaran, ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Komponen Sistem Proses Pembelajaran
S
Input
Proses
Tujuan
S1
Output
Isi/Materi
Metode
Media
Evaluasi
Gambar 2.1 Komponen Sistem Proses Pembelajaran Pada Gambar 2.1 tersebut dapat dilihat bahwa sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,
Universita Sumatera Utara
materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi (Sanjaya, 2008). Institusi
pendidikan
keperawatan
menghadapi
tantangan
dalam
mempersiapkan perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan praktek keperawatan dan menjadi akuntabel serta bertanggung jawab atas perawatan kesehatan baik individu, keluarga dan masyarakat (Bourbonnais, 1984). Perbaikan kurikulum terus menerus dilakukan untuk memunculkan ide-ide baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat ini (Hooten 1976). Perkembangan pengetahuan menuntut perbaikan dan perubahan kurikulum untuk itulah setiap institusi pendidikan berusaha untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan keperawatan yang mengenali kebutuhan untuk menggunakan model keperawatan sebagai dasar pengembangan kurikulum. Salah satu pengembangan kurikulum dalam model proses pembelajaran yang berlaku saat ini adalah model pembelajaran berbasis aktif. Proses pembelajaran secara aktif antara dosen dan mahasiswa secara luas diterima saat ini dan disebut bagian dari bentuk mutu pendidikan. Silberman (1996) menyebutkan bahwa para pelajar sangat dituntut untuk melakukan hal tersebut dengan hal mencari tahu sendiri, melakukan suatu percobaan, mencoba keterampilan, dan melakukan tugas yang bergantung pada pengetahuan yang sudah mereka miliki atau mereka pelajari terlebih dahulu. Menurut Confrey (1995) belajar merupakan akuisisi aktif ide-ide dan konstruksi pengetahuan, bukan suatu proses yang pasif. Dengan kata lain, belajar membutuhkan individu untuk menjadi aktif dan menjadi terlibat dalam
Universita Sumatera Utara
pembangunan model mental pribadi yang mandiri. Hazzan et al (2011) dalam proses pembelajaran berbasis aktif learning, model pengajaran yang dipergunakan adalah berdasarkan proses: (1) pemicu, (2) learning activity, (3) diskusi, (4) kesimpulan. 1) Pemicu. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkenalkan topik dengan cara para dosen memberikan pemicu pembelajaran aktif berbasis menantang. Secara khusus, pemicu harus meningkatkan dan mendorong bermakna belajar dan harus memiliki potensi untuk meningkatkan beragam pertanyaan, dilema, sikap, dan persepsi. 2) Kegiatan. Dalam tahap ini, para siswa bekerja pada pemicu yang disajikan kepada mereka. Tahap ini mungkin pendek, atau mungkin lebih lama dan mengambil sebagian besar pelajaran. 3) Diskusi. Pada tahapan ini para mahasiswa melakukan proses pembahasan topik baik secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok-kelompok kecil, seluruh kelas dikumpulkan. Selanjutnya instruktur menyoroti ide-ide penting yang disajikan oleh para siswa dan menekankan prinsip yang berasal dari ide-ide. 4) Ringkasan. Ini tahap model menempatkan topik ke dalam konteks kursus dan menekankan konsep-konsep yang dibahas, serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan bersama yang dilakukan. Sujanto (2009) menjelaskan bahwa Pendidikan merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan (input-proses-output) yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan keefektifan suatu institusi yang terdiri dari:
Universita Sumatera Utara
a. Tujuan input pendidikan: 1. Mahasiswa: sebagai masukan utama. 2. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas 3. Sumberdaya tersedia dan siap 4. Staff yang kompeten dan dediksi tinggi. 5. Memiliki harapan prestasi yang tinggi 6. Fokus pada pelanggan (mahasiswa/masyarakat) 7. Input manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja,aturan jelas, pengendalian mutu yang jelas. b. Tujuan proses pendidikan 1. Proses belajar-mengajar yang efektif 2. Kepemimpinan Institusi yang kuat 3. Lingkungan Institusi yang aman dan tertib 4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif 5. Institusi pendidikan memiliki budaya mutu 6. Institusi pendidikan memiliki team work yang kompak dan cerdas. 7. Institusi memiliki keterbukaan (tranparansi) manajeman. 8. Institusi melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. 9. Institusi responsif dan antisipatif terhadap perubahan kebutuhan. 10. Institusi memiliki akuntabilitas publik yang kuat. 11. Mampu memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik. 12. Institusi memiliki kemauan untuk berubah c. Tinjaun output pendidikan 1. Prestasi mahasiswa yang tinggi: sebagai hasil PBM yang bermutu
Universita Sumatera Utara
2. Prestasi Insitusi (akademik dan non akademik) Berdasarkan beberapa teori tersebut diatas, peneliti mencoba untuk membuat kerangka teori yang tertuang pada Gambar 2.2 berikut ini.
Universita Sumatera Utara
Kerangka Teoritis Quality control Struktur
SDM (mahasiswa & staff pengajar)
Proses
Proses Pembelajaran
Outcomes
Prestasi Mahasiswa
Student Centered Learning Kurikulum
IPK Meningkat Active Learning
Kompetensi Tupoksi yang jelas
Lulusan 100 % Evaluasi Pembelajaran Lingkungan yang Kondusif Good Team Working
Prestasi Institusi Akreditasi BAN-PT Memuaskan Peningkatan Jumlah Mahasiswa Baru
Gambar 2.2 Kerangka Teoritis
Universita Sumatera Utara
Selanjutnya Jane & Hanestad (2002) dalam penelitiannya menemukan pentingnya hubungan pengetahuan profesional dan pengetahuan perbaikan untuk perbaikan kualitas berkesinambungan (Continues Quality Improvement/CQI). Temuan tersebut melibatkan 44 mahasiswa untuk mengikuti petunjuk dalam buku kerja menggambarkan PIP (Personal Improvement Project) selama 8 minggu dengan menjawab kuesioner. 45 % mereka mengatakan cara belajarnya lebih baik.89 % menyatakan bahwa penelitian ini telah membantu mereka untuk mulai belajar CQI, dan 75 % bahwa mereka bisa merasakan manfaat pembelajaran klinis. Hal ini menunjukkan bahwa untuk program pembelajaran CQI menjadi efektif apabila para pendidik, mahasiswa dan praktisi klinis duduk bersama dalam memecahkan suatu permasalah yang terjadi. Hal ini akan bisa terlaksana apabila Institusi pendidikan tersebut memiliki sistem penjaminan mutu internal. Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Ribek & Rahayu (2009) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Denpasar“, yang menyimpulkan pentingnya penerapan standar pendidikan nasional guna meningkatkan mutu pendidikan suatu institusi. Melaksanakan dan membuat program Quality Assurance dan peningkatan mutu pendidikan adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh Universitas maupun perguruan tinggi guna meningkatkan penilaian kualitas dalam proses pendidikan. Hubball & Gold (2007) untuk memastikan kualitas pengalaman belajar menyatakan bahwa penting pemeriksaan Kurikulum yang sedang digunakan dalam keberlangsungan
proses pembelajaran yang sedang
Universita Sumatera Utara
berlangsung
dengan
memperhatikan
dan
mempertimbangkan
kemajuan
pengetahuan serta perubahan lingkungan dengan memperhatikan kesesuaian dengan program pembelajaran. Sebuah proses perbaikan dan evaluasi kurikulum terus menerus
(Hill, 2007) dapat meminimalkan kesenjangan antara
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Terdapat dua alasan dalam peningkatan penjaminnan kualitas
dan peningkatan proses pengajaran
oleh departeman pendidikan yaitu meningkatkan atau menghambat perubahan beroperasi pada tingkat ini (Knight, 2006). Dengan adanya kemauan dan sifat mau berubah dari para staff pengajar maka ini akan dapat menfasilitasi akan kendala tersebut, sehingga terciptanya perbaikan dan peningkatan kualitas.
2.5 Kerangka Konsep Penelitian ini dilakukan pada institusi Akademi Keperawatan Surya Nusantara
Pematangsiantar,
dengan
memberikan
kuesioner
untuk
mendiskripsikan bagaimana implementasi standar pendidikan keperawatan di Akper Surya Nusantara dan mendeskripsikan implementasi peningkatan mutu dalam proses pembelajaran pada institusi tersebut, serta mengidentifikasi hubungan keterkaitan variabel X (bebas) penerapan standar pendidikan keperawatan yang mencakup standar visi, misi, sasaran dan strategi pencapaian, standar tata pamong, kepemimpinan, pengelolaan, dan penjaminan mutu, standar mahasiswa dan lulusan, standar sumber daya manusia, standar kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik, standar pembiayaan, prasarana, serta sistem informasi dan standar penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama, terhadap variabel Y (terikat) yaitu mutu pendidikan dalam hal ini yang diteliti adalah
Universita Sumatera Utara
bagaimana peningkatan mutu dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Kerangka Konsep
Standar Pendidikan Keperawatan 1. Standar Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 2. Tata Pamong, Kepemimpinan, Pengelolaan dan Penjaminan Mutu 3. Mahasiswa dan Lulusan 4. Sumber Daya Manusia 5. Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik 6. Pembiayaan, Prasarana, dan Sistem Informasi 7. Penelitian, Pengabdian Masyarakat, serta Kerjasa
Mutu Proses Pembelajaran
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Universita Sumatera Utara