9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1. Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process. Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah
yang
ditemui
dan
harapan
lansia
disebut
gerontology
(Erfandi, 2009). Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah,2008).
9
10
2.1.2. Batasan Lanjut Usia Batasan usia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun; lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun; lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun (Azizah, 2008). Menurut Setyonegoro (2000) lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 19 sampai 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 sampai 75 tahun (young old), 75 sampai 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old) (Azizah, 2008). Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia
yang berbunyi
sebagai
berikut
lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun. 2.1.3. Tipe-tipe Lanjut Usia Menurut Kuntjoro (2002) tipe kepribadian lanjut usia adalah tipe kepribadian konstruktif (construction personality), orang ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. Tipe kepribadian ini biasanya dimulai dari masa mudanya. Lansia bisa menerima fakta proses menua dan menghadapi masa
11
pensiun dengan bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan fisik dan mental. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan merasa sedih yang mendalam. Tipe ini lansia senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan masih dapat diterima oleh masyarakat. Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality), lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun. Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri hati dengan yang muda. Tipe kepribadian defensive, Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan menyenangi masa pensiun. Dan tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari keadaan.
12
2.1.4. Perubahan-perubahan pada Lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia. Keadaan fisik, faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Perubahan secara fisik meliputi sistem pernapasan, sistem pendengaran,
sistem
penglihatan,
sistem
kardiovaskuler,muskuloskletal,
gastrointestinal dan sistem integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kesehatan psikososial yaitu kesepian terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran. Duka cita (bereavement), meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan. Depresi merupakan duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi (Azizah,2011). Gangguan cemas, dibagi dalam beberapa golongan fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguanobsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
13
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. Parafrenia adalah suatu bentuk skizofrenia pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. Dan sindroma diogenes merupakan suatu
kelainan
dimana
lansia
menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
2.2. Perawatan Lanjut Usia Menurut Wahjudi(2008) ada lima perawatan lansia yang penting yaitu pemenuhan kebersihan perorangan (personal hygiene) lansia, pemenuhan kebutuhan gizi lansia, pemenuhan pemeliharaan kesehatan lansia, peneveghan postensi kecelakaan pada lansia, dan pencegahan menarik diri dari lingkungan. 2.2.1. Pemenuhan Kebersihan Perorangan (Personal Hygiene) Lansia Perawatan yang harus diberikan kepada klien lanjut usia, terutama yang berhubungan dengan kebersihan perorangan, yaitu Pertama kebersihan mulut dan gigi, kebersihan gigi dan mulut harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan masih mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat giginya sndiri sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari pada pagi hari saat bangun tidur dan malam sebelum tidur.
14
Kedua kebersihan kulit dan badan usaha membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi setiap hari secara teratur paling sedikit sekali dalam sehari. Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, dan memberikan kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu dilakukan selama perawatan kulit adalah: memeriksa ada atau tidaknya lecet, mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu kering atau keriput, menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan, dan menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput. Ketiga kebersihan kepala dan rambut, membersihkan kepala dan rambut dilakukan dengan mencuci rambut/keramas sekurang-kurangnya 2 kali dalam seminggu. Jika lansia tidak mampu mencuci rambut sendiri baik karena sakit dan kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan anggota keluarga. Keempat pemeliharaan kuku, menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara teratur sekali dalam seminggu karena kuku merupakan tempat berkumpulnya kotoran bahkan kuman dan penyakit. Kelima kebersihan tempat tidur dan posisi tidur, perlu menjaga kebersihan tempat tidur karena tempat tidur yang bersih memberikan rasa nyaman sewaktu tidur. Posisi tidur harus diatur sedekimian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus
15
sering diubah agar tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus. 2.2.2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Biasanya semakin bertambah umur manusia nafsu dan porsi makan semakin berkurang, sehingga keadaan fisiknya menurun. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor gizi serta tambahan vitamin serta tambahan makanan lainnya. Keluarga mengupayakan pemberian makanan atau penyajian perlu memperhatikan: makanan yang disajikan cukup memenuhi kebutuhan gizi, penyajian makanan pada waktunya secara teratur serta dalam porsi kecil tapi sering, berikan makanan bertahap dan bervariasi terutama bila nafsu makannya berkurang, perhatikan makanan agar sesuai selera, lansia menderita sakit, perlu diperhatikan makanannya sesuai dengan petunjuk dokter/ahli gizi dan berikan makanan lunak untuk menghindari opstifasi dan memudahkan mengunyah. 2.2.3. Pemenuhan Pemeliharaan Kesehatan Lansia Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin melakukan pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah penyakit dan menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada pada lansia, seperti tekanan darah dan gula darah, pemeriksaan Pap Smear dan lain-lain ke pusat pelayanan kesehatan. Menjaga lansia untuk makan, minum dan tidur secara teratur. Kebiasaan yang harus dihindari antara lain: merokok, minuman keras, malas berolah raga, makan berlebihan, tidur tidak teratur dan meminum obat yang tidak sesuai anjuran dokter. Oleh karena itu di tuntut perhatian keluarga lansia.
16
2.2.4. Pencegahan Potensi Kecelakaan pada Lansia Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan meningkatnya resiko kecelakaan. Oleh karena itu di tuntut untuk melakukan upaya peningkatan keamanan dan keselamatan lansia berupaanjuran penggunaan alat bantu jika mengalami kesulitan (berjalan, mendengar dan melihat), lantai diusahakan tidak licin, rata dan tidak basah, tempat tidur dan tempat duduk tidak terlalu tinggi, jika bepergian selalu ditemani keluarga dan tidak menggunakan penerangan yang terlalu redup/menyilaukan. 2.2.5. Pencegahan Menarik Diri dari Lingkungan Adapun upaya yang dilakukan keluarga antara lain berkomunikasi dengan lansia harus dengan kontak mata, meningkatkan usia untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisiknya, menyediakan waktu untuk berbincang dengan lansia, berikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya, mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan di masyarakat dan menghargai pendapat yang diberikan lansia. 2.2.6. Pendekatan Perawatan Lansia Menurut Wahjudi (2008) pendekatan fisik merupakan perawatan dengan memperhatikan kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada dua bagian yaitu: pertama klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
17
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia masih mampu melakukan sendiri. Kedua klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit, keluarga harus mengetahui cara perawatan lansia terutama tentang hal yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Pendekatan psikis dengan mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Pada dasarnya lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk keluarga yang memberikan perawatan. Oleh karena itu, keluarga harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya dan keluarga harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Pendekatan sosial dengan mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi keluarga bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, keluarga dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan keluarga.
18
Pendekatan spiritual dengan memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam maenghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberi reaksi yang berbeda, bergantung pada kepribadian dan cara mereka mengahadapi hidup. Oleh karena itu, keluarga harus meneliti dengan cermat, apa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat selanjutnya lebih terarah. Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya keluarga dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan penderitaannya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberi bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
2.3. Keluarga 2.3.1. Pengertian Keluarga Mubarak(2006) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi, 1998).
19
2.3.2. Tipe-tipe Keluarga Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi. 2.3.3. Struktur Keluarga Struktur keluarga ada lima bagian yaitupatrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. Dan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. 2.3.4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Samuel (2009) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: Mengenal masalah kesehatan keluarga dimana kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
20
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika
keluarga
mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. 2.3.5. Fungsi Keluarga Menurut Mubarak (2006) fungsi keluarga adalah fungsi biologis yaitu untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi kleuarga dan memelihara dan merawat anggota keluarga. Fungsi psikologis yaitu
21
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membina norma-norma
tingkah
laku
sesuai
dengan
tingkah perkembangan anak dan
meneruskan nilai-nilai keluarga. Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang, misalnya biaya pendidikan anak, jaminan hari tua. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa dan mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 2.3.6. Peran Keluarga terhadap Perawatan Lansia Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga memiliki peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan kehangatan keluarga, membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan
persiapan
makanan bagi lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberi
22
kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhanya. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam memperhatikan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasagan, pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut. Berdasarkan Depkes RI (2005) menyatakan bahwa peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain memberikan dorongan, kemudahan dan keterampilan serta kearifan yang dimiliki, mengembangkan kehidupan beragama, pembinaan psikis/mental dan pembinaan sosial ekonomi dan budaya. Berdasarkan Program Bina Keluarga Lansia (BKL) terdapat 17 peran keluarga terhadap lansia yaitu: menghormati dan menghargai orangtua, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasehat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara keluarga, memberi perhatian dengan baik maka kelak
23
anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita, membantu mencukupi kebutuhannya, berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan transport untuk kegiatannya, memeriksa kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup sehat, mencegah terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun diluar rumah, merujuk lansia yang sakit ketempat layanan kesehatan dan memelihara kesehatan lansia. 2.3.7. Tindakan Keluarga pada Lansia Beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan keluarga adalah: tindakan dalam mengatasi gangguan pikir lansia yaitu mengajak lansia mendiskusikan topik yang menarik bagi lansia dengan suara lembut dan jelas, menata ruangan tidak berubahubah atau menempatkan barang pada tempatnya, membuat jadwal harian yang tetap misalnya untuk mandi dan dalam memberikan penjelasan dilakukan secara berulangulang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Tindakan dalam mengatasi gangguan perasaan lansia yaitu: memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia, bicara dengan lansia secara teratur, kontak mata dan sentuhan, menceritakan kehidupan masa lalu lansia yang menyenangkan, mendukung lansia dalam mengembangkan hobi dan melibatkan lansia dalam kegiatan keluarga dan masyarakat. Tindakan dalam mengatasi masalah gangguan fisik/somatik pada lansia yaitu: menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman dengan cara menata ruangan dengan warna lembut dan jika perlu ada musik yang lembut, membantu untuk menyiapkan
24
makanan dan minuman yang meningkatkan selera makan misalnya dihidangkan hangat, lembut sesuai keinginan lansia, tindakan dalam mengatasi masalah gangguan perilaku pada lansia, melibatkan lansia pada kegiatan masyarakat, misalnya terlibat dalam kegiatan perkumpulan lansia/posyandu lansia/panti wredha dan membantu lansia dalam perawatan diri.
2.4. Perilaku Perilaku dari segi biologis mempunyai pengertian yaitu suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahkluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut pandang biologis semua mahkluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masingmasing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku seseorang boleh jadi merupakan penyebab utama timbulnya masalah kesehatan, tetapi dapat juga merupakan kunci utama pemecahannya. Dengan mengubah perilaku, maka akan dapat memecahkan dan mencegah timbulnya masalah kesehatan. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya
25
digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit) (Anonim, 2010). Perilaku kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Klasifikasi perilaku kesehatan adatiga, yaitu perilaku hidup sehat (healthy behavior), adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sakit (illness behavior), adalah perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab, gejala penyakit dan pengobatan penyakit. Dan perilaku peran sakit (the sick role behavior), dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peranan, yang mencangkup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). 2.4.1. Proses Perubahan Perilaku Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahanperubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005). Menurut WHO (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seseorang untuk merubah perilakunya,banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pikirkan mengenai dunia yang kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai yang kita miliki. Keempat faktor ini akan membantu kita untuk memilih jalan manakah yang akan ditempuh kalau menghadapi persoalan. Orang yang berarti bagi kita, perilaku dapat ditumbuhkan oleh
26
orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseorang amat berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha meneladaninya. Sumber daya, adapun sumber daya meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, ketrampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga mempengaruhi perilaku manusia. Dan budaya, pada umumnya perilaku, kepercayaan, nilai dan pemakaian sumber daya dimasyarakat akan membentuk pola hidup masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam lingkungan tertentu. Menurut Notoatmodjo (2005) untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat tetapi tergantung pada Proses intra-personal yaitu keuntungan apa yang diperoleh seseorang dengan merubah pendapatannya dan proses inter-personal yaitu apakah dengan menerima gagasan baru itu, dia tidak tersisih dari kelompok. Menurut WHO (1988) perubahan perilaku seseorang dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu Perubahan Alamiah (Natural change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktivitas. Perubahan Terencana (Planned Change) adalah perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Dan perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (Readdiness to change) adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,
27
maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesedian untuk berubah yang berbeda-beda. 2.4.2. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa,maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku setipa hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimiulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang tentang perawatan lansia tidak lepas dari pendidikan kesehatan, penyuluhan, media cetak maupun elektronik. Pengetahuan keluarga terhadap kesehatan perawatan lansia merupakan hal-hal yang berkaitan dalam berperilaku kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2000) adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan social ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang maka ia akan mudah
28
menerima informasi tentang sesuatu. Faktor yang mempengaruhi pengatahuan selanjutnya adalah informasi, budaya karena budaya yang diperoleh belum sesuai dengan budaya yang ada sekarang sehingga mempengeruhi informasi yang ada. Pengalaman sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang keempat, berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan lebih luas tentang sesuatu. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang terakhir adalah social ekonomi, hal ini berarti bahwa kemampuan keluarga untuk memberikan perawatan pada lansia disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki untuk dipergunakan semaksimal mungkin. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subyek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. Hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan angket atau kuesioner pada umumnya berupa prosentase yang menggambarkan tingkat pengetahuan baik, cukup atau pengetahuan kurang. Menurut Waridjan (1999), pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal dikatakan baik bila nilai jawaban benat berkisar pada rentang 80-100%, dikatakan cukup bila menjawab benar sebesar 65–79% dan pengetahuan dikatakan kurang bila persentase nilai benar kurang dari 65%.
29
2.4.3. Sikap Sikapmerupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanyan kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat kita. Mereka dapat mengakrabkan
kita
kepada
sesuatu,
atau
menyebabkan
kita
menolaknya
(WHO,1988). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya yang terdiri dari empat tingkatan yaitu: Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding), diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. Menghargai (valuting), diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang yang paling tinggi. Misalnya anak (keluarga) bertanggung jawab atas perawatan kesehatan orangtua (lansia).Untuk mengetahui sikap seseorang dapat diukur secara langsung dan tidak
30
langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan, sedangkan pengukuran tidak langsung dengan pemberian angket (Notoatmodjo, 2005). 2.4.4. Tindakan Menurut Notoatmodjo (2003), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Adapun tingkatan dari tindakan adalah:persepsi (perception)yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. misalnya: keluarga dapat memilih cara yang tepat dalam perawatan lansia. Respons terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua,misalnya: keluarga dapat merawat lansia dengan baik dan benar, mulai dari cara perawatan diri lansia, pemenuhan kebutuhan gizi lansia dan menjaga kesehatan lansia. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan sehingga praktek ini merupakan tingkat tiga, misalnya merawat lansia seperti memandikan lansia sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga. Adopsi (adoption)adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran
31
tindakan tersebut, misalnya merawat kebersihan lansia sudah menjadi tindakan yang berkembang dalam diri keluarga.
2.5. Penyuluhan Kesehatan 2.5.1. Pengertian Penyuluhan Perawatan Lansia Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara popular penyuluhan lebih menekankan “bagaimana” sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian berikut ini penyuluhan diberikan arti
lebih luas dan menyeluruh. Penyuluhan
merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik-terancana-terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat (Suharjo, 2003). Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suharjo, 2003). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
32
hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983). Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Penyuluhan akan membuat klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan datang (Sukardi, 1995). Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka penyuluhan perawatan lansia
adalah
suatu
pendekatan
edukatif
untuk
menghasilkan
perilaku
individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan cara perawatan lansia yang lebih baik. 2.5.2. Metode Penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain: Metode penyuluhan perorangan (individual), dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan
33
ini antara lain : Bimbingan dan penyuluhan, dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. Dan wawancara, cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan
dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. Metode penyuluhan kelompok, dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup: kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi. Metode penyuluhan massa merupakan metode penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
34
pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin. Seminar adalah metode yang hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. 2.5.2.1.Metode Ceramah Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui penyuluhan kesehatan salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh sorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi seperti waktu penyampaian informasi terbatas, orang yang mendengarkan sudah termotivasi, pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata, kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain, ingin menambahkan atau menekankan apa apa yang sudah dipelajar dan mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai.
35
Menurut Mubarak (2007), metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah yang ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode ceramah hanya cocok untuk menyampaikan informasi, bila bahan ceramah langka, kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima, bila perlu membangkitkan minat, bahan cukup diingat sebentar dan untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain. Menurut Depkes (2005), ceramah adalah salah satu cara untuk menyampaikan pelajaran dalam bentuk penjabaran/penjelasan oleh instruktur terhadap peserta. Metode ceramah seringkali disebut juga metode kuliah (The Lecture Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu. Tujuannya adalah agar peserta pelatihan mengetahui dan memahami materi pelatihan tertentu dengan jalan menyimak dan mendengarkan. Peranan fasilitator dalam metode ceramah sangat aktif dan dominan sedangkan peserta hanya duduk dan mendengarkan saja. Menurut Depkes tahun 2007, ceramah dapat dilakukan kepada kelompok dengan ukuran kecil danbesar. Ceramah sangat efektif untuk memperkenalkan subjek baru, atau mempersentasikan kesimpulan ataupun kajian kepada para peserta. Ceramah yang efektif dilakukan tahap demi tahap dan didukung oleh alat bantu. Ceramah yang baik adalah ceramah yang dipersiapkan sebelumnya dengan memasukkan keterlibatan aktif para peserta. Ceramah merupakan metode baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan
36
dalam menggunakan metode ceramah adalah
persiapan ceramah yang berhasil
apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Dan pelaksanaan, kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. 2.5.3. Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.5.3.1.Alat Bantu Penyuluhan (Peraga) Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,
37
merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang
untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang
lebih baik, dan membantu menegakkan
pengertian yang diperoleh. Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu lihat, alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2
bentuk yaitu alat yang diproyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain. Alat bantu dengar, alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lainlain. Dan alat bantu lihat-dengar alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, videocassette dan lain-lain. 2.5.3.2.Media Penyuluhan Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
38
Berdasarkan penggolongannya media penyuluhan ini dapat ditinjau dari berbagai pihak, seperti: Menurut bentuk umum penggunaannya penggolongan media penyuluhan berdasarkan penggunaannya, dapat dibedakan menjadi: bahan bacaan yaitu modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, dan bahan peragaan yaitu poster tungal, poster seri. Menurut cara produksi, media penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu Media cetak, media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker dan pamflet. Ada beberapa kelebihan media cetak ini antara lain: tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Tetapi media ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara, dan mudah terlipat. Media elektronika, media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam madia ini adalah televisi, radio, film, video film, CD dan VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini juga memiliki kelebihan antara lain: lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan diulangulang, serta jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih
39
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya. Media luar ruang, media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik, misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini antara lain biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya. 2.5.3.2.1. Leaflet Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Taufik, 2007). Menurut Depkes RI (2009) leaflet adalah tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak dan biasanya diselingi dengan gambar-gambar, dapat dibaca sekali pandang dan berukuran 20 x 30 cm. Leaflet memiliki keunggulan yaitu, dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, dan bila lupa akan dapat dilihat dan dibuka kembali, dapat digunakan sebagai bahan rujukan, isi informasi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain, bila diperlukan dapat dilakukan pencetakan ulang dan dapat digunakan sebagai
40
bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda. Kekurangan leaflet adalah apabila cetakannya kurang dapat menarik perhatian orang maka kemungkinan orang tersebut merasa enggan untuk menyimpannya, apabila huruf tulisannya terlalu kecil dan susunannya kurang menarik, kebanyakan orang juga malas untuk membacanya dan tidak bisa dipergunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf (Taufik, 2007). 2.5.3.2.2.Poster Menurut Depkes (2005), poster adalah medium berisikan pesan yang ditujukan bagi khalayak untuk dipelajari dan didiskusikan bersama-sama. Jika digunakan sebagai media penggerak diskusi, isi pesan yang disampaikan bersifat terbuka, sehingga memungkinkan tafsiran yang tidak persis sama. Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Secara umum poster yang baik hendaklah sederhana, dapat menyajikan suatu ide untuk mencapai suatu tujuan pokok, berwarna dan tulisannya jelas (Sadiman, 2006). Menurut Depkes (2005), poster memiliki 4 kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah lebih merangsang minat untuk diperhatikan, relatif tidak membutuhkan terlalu banyak waktu untuk mengembangkan dan menggandakannya, memungkinkan perbedaan gagasan (karena sifatnya yang terbuka/semi terbuka) dan tidak memerlukan tempat khusus untuk disimpan dan dibawa. Kelemahan poster yaitu dalam biaya pembuatan dan penggandaan persatuan media relatif mahal jika
41
jumlah total produksinya sedikit (skala ekonomi), memerlukan keterampilan baca tulis, perlu sedikit keahlian membaca gambar untuk menafsirkan dan kurang cocok untuk menyampaikan banyak pesan atau pesan detail.Kelebihan poster dari media lain adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengukit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media poster tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat. 2.5.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi dalam Penyuluhan Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian
42
sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran. 2.5.5. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Perubahan Perilaku Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005). Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur.Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baik perorang maupun kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media masa (Suhardjo, 2003).
43
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pemberian penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya penyuluhan kesehatan berupaya agar masyarakat mengetahui atau menyadari bagaimana memelihara kesehatan mereka. Lebih dari itu pendidikan kesehatan pada akhirnya
bukan
hanya
meningkatkan
pengetahuan
pada
masyarakat, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy behavior). Berarti tujuan akhir penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat dapat berperilaku hidup sehat.Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Proses perubahan prilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai malalui pembangunan kesehatan.
2.6. Teori S-O-R Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan.
44
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Perilaku
manusia
terjadi
melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Stimulus
Respon Tertutup Pengetahuan Sikap
Organisme
Respon Terbuka Praktik Tindakan
Gambar 2.1. Teori S-O-R
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Perilaku tertutup (covert behaviour) adalah perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan,
persepsi,
pengetahuan,
dan
sikap
terhadap
stimulus
bersangkutan. Perilaku terbuka (overt behaviour) adalah perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observeable behaviour”.
45
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan. 2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
2.7. Kerangka Konsep Penyuluhan kesehatan tentang perawatan lansia dengan - Metode ceramah dan leaflet - Metode ceramah dan poster
Sebelum 1. Pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia 2. Sikap keluarga 3. Tindakan keluarga
Sesudah 1. Pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia 2. Sikap keluarga 3. Tindakan keluarga
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian