BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep skripsi 2.1.1 Pengertian Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Riewanto, 2003). Skripsi adalah proses penelitian ilmiah atau eksperimen ilmiah yang melibatkan pengumpulan data yang sangat banyak, bertujuan, dan sistematis. Analisa dan
interpretasi data kemudian dilakukan untuk
mendapatkan
pengetahuan baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Skripsi memiliki tujuan akhir untuk mengembangkan suatu kerangka pengetahuan ilmiah yang terorganisasi (Dempsey, 2002). Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan
akademis di Perguruan Tinggi (Purwadarminta,
2005dalam Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan Skripsi Menurut Dempsey (2002) skripsi melibatkan proses penemuan jawaban untuk
suatu
pertanyaan
atau
solusi
suatu
masalah,
menemukan
dan
menginterpretasikan fakta baru, menguji teori guna merevisi teori atau hukum yang sudah diterima berdasarkan fakta baru tersebut, dan merumuskan teori yang baru. Akhirnya, tujuan akhir skripsi adalah mengembangkan rangka pngetahuan ilmiah yang sistematis dan dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena. 2.1.3 Persyaratan Penyusunan skripsi Menurut Arikunto (2005) dikutip dari Pranata (2005) tanpa adanya karya tulis ilmiah berupa skripsi, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia. Ada tiga persyarataan penting dalam melakukan penyusunan skripsi yaitu : sistematis,
berencana,
dan
mengikuti
konsep
ilmiah.Sistematis
artinya
dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang apling sederhana smpai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur tentang langkah-langkah pelaksanaan nya.Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila diterapkan dalam kegiatan skripsi maka urutannya sebagai berikut: 1.
Penelitian dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan
Universitas Sumatera Utara
2.
Merumuskan
masalah,
sehingga
masalah
tersebut
jelas
batasan,
mengadakan
tindakan
kedudukan, dan alternatif cara untuk pemecahan masalah. 3.
Menetapkan
hipoteesis
sebagai
titik
tolak
menentukan alternatif pemecahan masalah yang dipilih. 4.
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
5.
Mengambil
kesimpulan
berdasarkanhasil
pengolahan
data
dan
generalisasi
dari
dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan. 6.
Menentukan
kemungkinan
untuk
mengadakaan
kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang akan datang. Berdasarkan buku panduan program pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan (2010) menjelaskan bahwa syarat penyususnan skripsi didasarkan pada BAB V pasal 20 tentang: 1.
Program Studi yang mewajibkan mahasiswa menyusun skripsi, mhasiswa tersebut harus memperolah minimal 110 sks tanpa nilai D dan E serta memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan masing-masing fakultas.
2.
Mahasiswa yang telah memenuhi ayat 1 (di atas) wajib menyampaikan penyusunan rencana skripsi sesuai dengan lingkup masalah yang menjadi perhatian jurusan/bagian program studi yang bersangkutan.
2.1.4 Prosedur Skripsi Menurut Arikunto (2006) prosedur skripsi masih dapat disebutkan langkah-langkah penelitian yang lain dan lebih menitikberatkan pada kegiataan administrasi, yaitu: penyusunan rangsangan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga langkah di atas memiliki pendekatan praktik, sesuai dengan maksud skripsi. Namun pada dasarnya, ketiga langkah tersebut terlalu besar jaraknya. Oleh karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis. Langkah-langkah pemikiran tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut: memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar yakni berupa hipotesa, memilih pendekatan, menentukan variabel dan sumber data, menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, analisa data, menarik kesimpulan, dan menulis laporan. 2.1.4.1 Penyusunan Skripsi Penyusunan skripsi memiliki ketentuan yang ditetapkan dalam buku panduan program Studi Ilmu keperawatan (2006) pasal 21 yakni: 1.
Setelah mahasiswa menyerahkan perencanaan penyusunan skripsi, ketua jurusan/bagian menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan /bagian luar USU.
2.
Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku di masing-masing fakultas.
3.
Rencana skripsi harus sudah diajukan dan dapat persetujuan selambatlambatnya 1 tahun (2 semester) sebelum masa studi maksimum berakhir, dan hrus memenuhi syarat.
4.
Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program studi/bagian bahasa asing maka skripsi ditulis dalam bahasa asing.
Universitas Sumatera Utara
5.
Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 12 bulan terhitung sejak rencana skripsi disetujui.
6.
Persetujuan selesainya skripsi paling lambat 3 bulan sebelum masa studi berakhir.
2.1.4.2 Pembimbing Skripsi Peraturan pembimbing skripsi didasarkan pada buku panduan program studi pada pasal 22 yakni: 1.
Persyaratan pembimbing skripsi ditetapkan oleh fakultas/jurusan/bagian.
2.
Selama pelaksanaan sebagai tugas bimbingan, pembimbing skripsi harus membuat jadwal bimbingan dan mengisi lembar bukti bimbingan (LBB).
3.
Jika pembimbing skripsi tidak dapat menjalankan tugasnya, ketua jurusan/ketua bagian dapat menunjukkan penggantinya.
2.1.4.3 Format Skripsi Format skripsi didasarkan pada buku panduan program studi 2010 pada pasal 23 yakni:Format skripsi diatur oleh fakultas masing-masing, tugas akhir diketik pada kertas HVS atau sejenis yang berukuran kwarto dengan 2 spasi, catatan kuliah dan atau lainnya yang ditentukan fakultas, tidak boleh dimasukkan sebagai rujukan kepustakaaan. 2.1.4.4 Persyarataan dan Pelaksanaan Ujian Skripsi Persyaratan dan pelaksanaaan ujian skripsi ini juga didasarkan pada buku panduan program studi. Yang menjadi persyaratan ujian skripsi didasarkan pada pasal 24 yang isinya:
Universitas Sumatera Utara
1.
Naskah skripsi telahmemenuhi syarat baik isi, bahasa dan teknik penulisan dan urutan format yang telah ditetapkan masing-masing fakultas serta disetujui dan ditanda tangani oleh pembimbing skripsi.
2.
Panitia ujian skripsi harus sudah menerima salinan yang telah disetujui pembimbing selambat-lambatnya satu minggu sebelum ujian skripsi tersebut dilaksanakan.
3.
Melampirkan Lembar Bukti Bimbingan (LBB).
4.
Telah lulus semua mata kuliah yang direncanakan untuk program studi yang diambil kecuali skripsi dengan IPK≥ 2,00.
5.
Telah melengkapi persyaratan administrasi, yaitu terdaftar sebagai mahasiswa pada semester yang berjalan, melampirkan surat bebas peminjaman buku dari perpustakaan USU, dan menyelesaikan segala kewajibannya terhadap USU, fakultas/jurusan/bagian.
Dan dalam pelaksanaan ujian skripsi didasarkan pada pasal 25 yakni: 1.
Ketua jurusan/bagian mengusulkan kepada Dekan bahwa seorang mahasiswa telah memenuhi syarat untuk ujian skripsi.
2.
Berdasarkan usulan Ketua jurusan/bagian, Dekan menetapkan tanggal ujian skripsi dan panitia ujian sesuai dengan ketentuan masing-masing fakultas/jurusan/program studi dan jadwal yang diatur oleh kalender akademik.
3.
Anggota penguji skripsi minimal 3 (tiga) orang yaitu pembimbing dan staf pengajar lainnya.
4.
Penguji yang dimaksud diatas harus ahli dalam materi skripsi yang ditulis.
Universitas Sumatera Utara
5.
Pada waktu ujian skripsi para pembimbing sebagai anggota penguji tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
6.
Apabila
ujian
skripsi
sudah
ditentukan
waktunya
oleh
fakultas/jurusan/bagian ternyata seorang pembimbing sebgai anggota penguji
berhalangan
hadir
dengan
sebab
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, ketua jurusan/bagian dan pembimbing/penguji yng haadir bermusyawarah dengan pembimbing fakultas untuk pergantian pembinmbing yang tidak hadir tersebut dengan memperhatikan pasal 25 poin 4. 7.
Komponen yang dinilai pada ujian skripsi ialah: penguasaan materi, metodologi penelitian, kemampuan penyampaian dan mengemukakan pendapat, sistematika penulisan, dan penampilan mahasiswa pada saat ujian.
8.
lama sidang ujian skripsi maksimal 90 menit.
9.
Keberhasilan mahasiswa di dalam ujian skripsi ditetapkan bersama oleh panitia ujian skripsi dalam sidang tertutup.
10.
Keputusan panitia ujian skripsi dicantumkan dalam berita acara.
11.
Kepada mahasiswa yang telah menjalani ujian skripsi diberikan petikan berita
acara
ujian
skripsi
guna
memenuhi
kewajiban-kewajiban
perbaikan/penyempurnaan yang disebutkan di dalam berita acara ujian tersebut. 12.
Mahasiswa yang tidak lulus di dalam ujian skripsi diberikan kesempatan mengulang ujian skripsi selama tidak melewati masa studi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Hambatan dalam Penyusunan Skripsi Menurut Danim (2003), salah satu kendala yang dapat disebut sebagai kendala utama penyelesaian akhir program, adalah kesukaran penulisan skripsi akhir program dan hal ini seringkali dijadikan salah satu faktor penghambat. Beberapa hambatan dalam kesalahan umum yang sering terjadi dikalangan mahasiswa dalam proses perkuliahan karya tulis akhir (skripsi), terutama pada program S1 adalah sebagai berikut: kesalahan dalam perumusan studi penelitian, kesalahan dalam penelusuran pustaka, kesalahan dalam proses pengumpulan data penelitian, kesalahan dalam penggunaan instrument pengukuran standart, kesalahan dalam penerapan alat-alat statistik, kesalahan dalam menyusun rancangan penelitian dan metodologinya, kesalahan dalam teknik pengumpulan data, kesalahan dalam aplikasi metode penelitian. Potensi dasar mahasiswa kurang memadai, intensitas bimbingan oleh pembimbing masih lemah, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan fasilitas dapat
menimbulkan
makin besar
faktor
penghambat
tersebut,
Administrasi penelitian yang sangat birokratis juga sudah bukan rahasia lagi dikalangan mahasiswa (Pranata, 2005). 2.2 Konsep Stres 2.2.1 Pengertian Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang..
Universitas Sumatera Utara
2.2.2Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi Aspek-aspek stres menurut Hardjana (1994) ada empat, yaitu : a. Aspek Biologis aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, sembelit, mencret, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan. b. Aspek Intelektual Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor yang sehat, pikiran dipenuhi satu pikiran saja, mutu kerja rendah, pikiran kacau. c. Aspek Emosional Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, gugup, mudah tersinggung, gelisah, rasa harga diri menurun, gampang menyerang orang, merasa sedih dan depresi. d. Aspek Interpersonal Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal seperti mendiamkan orang lain, senang mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara berlebihan, kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah membatalkan janji, menyerang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2002). Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain: a. Variabel dalam diri individu Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi. b. Karakteristik kepribadian Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, locus of control, kekebalan, ketahanan. c. Variabel sosial-kognitif Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan. d. Hubungan dengan lingkungan sosial Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal. e. Strategi koping Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Perkawinan Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya. 2) Problem orang tua Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya. 3) Hubungan interpersonal Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar yang mengalami konflik. 4) Pekerjaan Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya. 5) Lingkungan hidup Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan. 6) Keuangan Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang, kebangkrutan
Universitas Sumatera Utara
usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang. 7) Hukum/peraturan Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat merupakan sumber stres pula. 8) Perkembangan Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan sebagainya. 9) Kondisi fisik atau cidera 10) Faktor keluarga Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap orang tua. 11) Lain-lain Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya (Atkinson, 1999). Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi stres di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi antara lain: 1. Faktor internal mahasiswa a. Jenis kelamin Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria.
Universitas Sumatera Utara
b. Status sosial ekonomi. Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung
memiliki tingkat
stres
yang
tinggi.
Rendahnya
pendapatan
menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup. c. Karakteristik kepribadian mahasiswa Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan atau kepribadian tipe B memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan. d. Strategi koping mahasiswa Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya. e. Inteligensi Mahasiswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih tinggi akan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki inteligensi rendah, karena tingkat inteligensi berkaitan dengan penyesuaian diri. Mahasiwa yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri(Gunawati & Hartati, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor eksternal a. Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi). Tugas akademik (skripsi) yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres. b. Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya. Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya(Gunawati & Hartati, 2006). Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005). 2.2.4 Tahapan stres Lazarus dan Launier (1978) dikutip dari Ratna (2006) mengemukakan tahapantahapan proses stres sebagai berikut: a. Stage Of Alarm Individu mengidentifikasi suatu stimulus yang membahayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiagaan dan orientasinya pun terarah kepada stimulus tersebut. b. Stage Of Appraisal Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenai nya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut. Tahapan penilaian ini dibagi menjadi 2, yaitu: 1.
Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut implikasinya
Universitas Sumatera Utara
terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan atau merugikan atau membahayakan individu tersebut. 2.
Secondary Cognitive appraisaladalah evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman individu
pada
situasi
serupa,
persepsi
individu
terhadap
kemampuan dirinya dan lingkungannyaa serat berbagai sumber daya pribadi dan lingkungan. c. Stage Of Searing For Coping Strategi Konsep ‘coping’ yang diartikan sebagi usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta mengelola konflik antar berbagai tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan oleh suatu stressor (sumber stres) akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengola dan menghadapi stressor tersebut yaitu dengan menerapkan strategi yang akan digunakan, ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi dimana stres tersebut berlangsung. d.
Stage Of The stress Response Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang akut, seperti sedih, cemas, marah dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuro endokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-reaksi seperti ini timbul akibat
Universitas Sumatera Utara
adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan reaksi-reaksi untuk menghadapi stres yang berkepanjangan. 2.3 Konsep Koping 2.3.1 Pengertian koping Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1998). Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menangani stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu (Lazarus, 1985) Koping dapat didefenisikan melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan individu saat wawancara (Ratna, 2006). Koping menunjukkan upaya baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasi suatu situasi atau kejadian yang penuh dengan tekanan, dengan kata lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha menangani dan menguasai situasi stres sebagai akibat dari masalah yang sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (zainun, dikutip dari Mutadin, 2002). Koping dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu dari aspek fisiologis dan psikologis (Kelliat, 1999).Setiap orang mungkin mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi stres (Ratna, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Sumber-sumber Koping Folkman, et al (1997) dalam Ratna, 2006 menggambarkan lima jenis sumber koping untuk mengurangi efek yang buruk dari stres dan mempengaruhi penyesuaian diri. Sumber koping yang pertama adalah keahlian menyelesaikan masalah dimana orang akan lebih efektif dalam mengidentifikas masalah dan mengembangkan solusi yang dapat mengatasi stres. Kedua yaitu jaringan sosial yang didefenisikan sebagai hubunga dukungan yang potensial seperti pasangan, teman, keluarga yang memfasilitasi adaptasi positif terutama selama kritis. Ketiga adalah sumber-sumber yang bermanfaat seperti penghasilan, pendidikan, intervensi dari luar dan peayanan professional lainnya. Keempat adalah keyakinan umum
maupun
spesifik
termasuk
kontrol
diri,
self
efeciency,
dan
spiritulitas.Kelima yaitu kesehatan, energi, moral yang mencerminkan tingkat kesejahteraan fisik, emosi. 2.3.3 Mekanisme Koping Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang mengganggu ekuilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri cara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan ketegangan tersebut.Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana
Universitas Sumatera Utara
manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan seimbang dapat tercapai (Sulistiawati, dkk. 2005). Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut. Efektivitas koping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme koping, yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru: perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ. Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Penggolongan mekanisme koping menurut Lazzarus and Folkman dalam ratna 2006, yaitu: a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif dalam penanganan stres atau coping dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Strategi yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah antara lain : menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternaif, menimbang nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih. b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau HIV/ Aids. Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus adalah: 1.
Planful problem solving (Problem-focused) Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah
2.
Confrontative coping(Problem focus) Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi
3.
Seeking social support (Problem or emotion- focused) Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.
4.
Distancing (Emotion – focused) Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi untuk menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi
5.
Escape – Avoidanceting (Emotion – focused) Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi
6.
Self Control (Emotion – focused) Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan apapun tindakan dalam hubungannya dengan masalah.
Universitas Sumatera Utara
7.
Accepting Responsibility (Emotion – Focused) Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya
8.
Possitive Reappraisal (Emotion – focused) Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang dihadapi.
2.4 Konsep kepribadian 2.4.1 Pengertian Kepribadian dalah kumpulan sifat dan cara individu bertingkah laku dalam proses penyesuaian diri dengan kondisi tertentu yang tidak dapat dimanipulasi oleh individu tersebut (Rosliana, 1998 dalam Nisfa & Freyana, 2003). Menurut pendapat lain kepribadian adalah ciri atau karakteristik gaya, atau sifat-sifat yang memang khas dari diri kita (Ratna, 2006). 4.2 Tipe Kepribadian Menurut Friedman dan Rosenman (1974) di kutip dari Taufik (1996) kepribadian yang terkenal ada dua, yaitu: a. Tipe kepribadian A Tipe kepribadian A berkaitan dengan tipe yang berisiko tinggi terkena stres. Berikut ciri-ciri dari kepribadian tipe A adalah berpikir atau mengerjakan dua hal sekaligus, mengharuskan dirinya untuk selalu aktif, merencanakan kegiatan yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak dapat melihat atau tidak tertarik pada lingkungan atau hal-hal yang indah (homo himini lupus), menyuruh orang lain dengan berbicara cepat, cenderung tidak sabar atau tergesa-gesa dalam mengerjakan segala sesuatu, berkeyakinan bahwa segala sesuatu dapat
Universitas Sumatera Utara
terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya dengan orang lain, mudah tersinggung, sangat ambisius, agresif dan meledakledak, berjiwa kompetitif, dan tidak bisa diam (misalnya: suka jadi pusat perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, mengepalkan tinju, menghela nafas, mengetuk-ngetuk meja, dan sering menggoyang-goyangkan tangan dan kaki) (Muis, 2009). Kepribadian tipe A harus tahu memanfaatkan istirahat dan santai. Sekalipun untuk waktu yang sangat singkat dengan melakukan meditasi, hobbi, seni, mendengarkan musik, melakukan permainan, dan kegiatan yang terbuka lainnya (Friedman, 1974 dalam Ratna, 2006). Masalah utama pada individu dengan kepribadian tipe A adalah stres. Individu yang berkemauan keras dan melakukan tekanan-tekanan sendiri pada diri, maka tubuh mereka akan bereaksi dengan memproduksi hormon-hormon stres dalam jumlah lebih besar. Hormon-hormon ini dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan tubuh hingga kematian (Ratna, 2006). b. Tipe Kepribadian B Sedangkan ciri-ciri individu dengan kepribadian tipe B merupakan kebalikan dari tipe A. Ciri-ciri tersebut adalah lebih rileks dan tahu cara yang tepat dalam menghadapi banyak hal atau masalah, mampu memahami situasi yang ada, memiliki rasa humor yang tinggi, ramah dan bersahabat, selalu butuh teman dan bisa menerima kritik, lebih suka bekerja sama dan tidak memaksakan dirinya
Universitas Sumatera Utara
untuk dapat menghadapi tantangan, spontan dan penyabar, menyukai kegiatankegiatan sosial, tidak mudah stres karena mampu memandang segala sesuatu dengan bijaksana dan memikirkan cara beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi (Muis, 2009). Dia merupakan pribadi yang tenang dan berpandangan bahwa hidup harus dijalani seperti air mengalir yaitu dengan mengikuti arus. Individu dengan kepribadian tipe B lebih rendah untuk mengalami stres ataupun sumber keadaan yang dapat memperburuk prognosa suatu penyakit (Ratna, 2006). 4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian a. Faktor genetik Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi:
tingkat
aktivitas,rentang
atensi,
adaptabilitas
pada
perubahan
lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk. b. . Faktor lingkungan •
Keluarga -
Keluarga merupakan bagian kecil dari masyarakat, dimana kegiatan-kegiatan dilangsungkan. Pengaruh orang tua, terutama pada masa balita, besar sekali. Pengaruh ini biasanya melekat pada anak-anak hingga dewasa. Oleh karena itu, keluarga merupakan
Universitas Sumatera Utara
“The first molder”. Keluargalah yang membentuk dasar identitas diri dan kepribadian. -
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan
kehadiran
pengasuhnya
dapat
mempengaruhi
kepribadian.Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973). •
Masyarakat -
Kebudayaan Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma sosial budaya yang berbeda dari masyarakat lain. Norma sosial budaya ini mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Perbedaan nilai dan norma kebudayaan signifikan terhadap perbedaan kepribadian. Misalnya orang yang berasal dari suku di luar Jawa akan melihat orang Jawa sebagai individu yang halus baik tuturkata maupun gerakannya. Perempuan Jawa pantang berbicara dan tertawa keras. Sedangkan oorang dari sukubangsa Batak seolaholah selalu berbicara dengan suara lantang.
Universitas Sumatera Utara
-
Penerimaan sosial.
Anak
yang
diterima
dalam
kelompok
sosialnya
dapat
mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
-
Pengalaman
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan. Melalui pergaulan seseorang akan menilai dirinya
sesuai
kepribadian
dengan
dipengaruhi
nilai nilai
dikelompoknya. kelompok
Pembentukan masyarakatnya.
Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari teman-teman sebaya atau teman sepermainan.
c. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gentersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktif dan yang bersipat aktif. Bilakita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dannasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah.
Universitas Sumatera Utara
d. Keadaan Fisik Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain. Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya. Anak yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Bandingkan jika anak secara fisik kuat dan jarang sakit, bagaimana perlakuan yang diterimanya dari orang lain? Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk konsep diri dan akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya. Keadaan fisik seseorang diwarisi dari ayah dan ibunya. Ketika berada dalam kandungan, perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari ibu dan keadaan kejiwaan ibu. Jika asupan nutrisi dan keadaan kejiwaan ibu baik, anak akan tumbuh baik begitupun sebaliknya. Beberapa penyakit juga diturunkan dari orangtua, seperti diabetes, darah tinggi dan kelainan darah. Menurut penelitian, kemampuan IQ anak pun dipengaruhi oleh IQ orangtua kandungnya. e. Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
Universitas Sumatera Utara
e. Keberhasilan dan kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
Universitas Sumatera Utara