BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Berbahaya Berdasarkan Permendag No.4 thn 2006 yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun (toksisitas), karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Jenis Bahan Berbahaya yang diatur distribusi dan pengawasannya dalam Peraturan ini antara lain Formalin, Boraks, Kuning Metanil, Rodamin-B, dan Bahan Berbahaya lainnya dengan Nomor CAS sebagaimana tercantum . Produsen Bahan Berbahaya (P-B2) adalah perusahaan yang memproduksi Bahan Berbahaya di dalam negeri dan mempunyai Izin Usaha Industri dari Instansi yang berwenang. Importir Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2) adalah Importir bukan produsen, pemilik Angka Pengenal Importir Umum (API-U), yang mendapat tugas khusus untuk mengimpor Bahan Berbahaya dan bertindak sebagai distributor untuk menyalurkan Bahan Berbahaya yang diimpornya, kepada perusahaan lain yang membutuhkan yang dalam hal ini adalah pengguna Akhir Bahan Berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Importir Produsen Bahan Berbahaya (IP-B2) adalah Impotir Produsen yang diakui oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan disetujui untuk mengimpor sendiri Bahan Berbahaya yang diperuntukkan semata-mata hanya untuk kebutuhan produksinya sendiri. Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya (DT-B2) adalah perusahaan yang diberi izin oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan setelah
mendapat penunjukan dari Produsen Bahan Berbahaya untuk menyalurkan Bahan Berbahaya kepada Pengguna Akhir secara langsung atau melalui Pengecer Terdaftar. Pengecer Terdaftar Bahan Berbahaya (PT-B2) adalah perusahaan yang diberi izin oleh Gubernur, Gubernur DKI Jakarta, atau Bupati/Walikota setelah mendapat penunjukan dari DT-B2 untuk memperdagangkan Bahan Berbahaya kepada PA-B2. Pengguna Akhir Bahan Berbahaya (PA-B2) adalah perusahaan industri yang menggunakan Bahan Berbahaya sebagai bahan baku/penolong yang diproses secara kimia fisika, sehingga, terjadi perubahan sifat fisika dan kimianya serta mempunyai nilai tambah, dan badan usaha atau lembaga yang menggunakan Bahan Berbahaya sesuai peruntukannya yang memiliki izin dari Instansi yang berwenang. Distribusi adalah peredaran Bahan Berbahaya dari PB-2 kepada PA-B2 atau kepada DT-B2, atau dari IT-B2 kepada PA-B2, atau dari DT-B2 kepada PA-B2, dan PT-B2, atau dari PT-B2 kepada PA-B2. Distribusi Bahan Berbahaya dilakukan oleh P-B2, IT-B2, IP-B2, OT-B2, dan PT-B2.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Formalin Cahyadi (2008) yang mengutip dari Fessenden ( 1982) Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna atau hampir tidak bewarna merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan, dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter ialah 1,08 gram. Dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform dan eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron sunyi pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan molekul air. Formalin murni tidak tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam 30-50% (b/b) larutan mengandung air. Formalin (37% CH 2 O) adalah larutan yang paling umum. Pada umumnya, metanol atau unsur-unsur lain ditambahkan ke dalam larutan sebagai alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi formalin, dalam bentuk padat, formalin dijual sebagai trioxane (CH 2 O) 3 dan polimernya para formalin, dengan 8-100 unit formalin (WHO, 2002). Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C, secara alami formalin juga dapat ditemui dalam asap pada proses pembakaran makanan yang bercampur fenol, keton dan resin (Winarno dan Rahayu, 2007). Formalin dapat masuk ke dalam tubuh dengan jalan inhalasi uap, kontak langsung dengan larutan yang mengandung formalin atau dengan jalan memakan atau meminum makanan yang mengandung formalin.
Universitas Sumatera Utara
Komposisi dan bentuk formalin mengandung 35-40% formalin dan metanol, berupa gas tak bewarna pada suhu dan tekanan biasa. Sedangkan efek farmakologi atau kesehatan formalin adalah sebagai berikut. Berdasarkan uji karsinogenik dan tumor formalin terhadap sejumlah tikus yang dipapari formalin pada konsentrasi 615 bpj menunjukkan 1,5 – 43,2% mengalami kanker, sedangkan uji terhadap mencit yang dipapari formalin pada konsentrasi 15 bpj, 2,4% mencit mengalami tumor (Cahyadi, 2008). Departemen Kesehatan RI berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 mendefinisikan bahan tambahan pangan seperti yang disusun oleh Codex Alimentarius, formalin bersama boraks termasuk dalam daftar bahan tambahan kimia yang dilarang digunakan (Kurniawati, 2004).
2.2.1. Penggunaan Formalin Formalin digunakan sebagai obat pembasmi hama untuk membunuh virus, bakteri, jamur dan benalu yang efektif pada konsentrasi tinggi. Selain itu formalin digunakan sebagai disinfektan untuk rumah, perahu, gudang, kain, sebagai germisida dan fungisida tanaman dan buah-buahan, digunakan pada pabrik sutra sintetik, fenilik resin, selulosa ester, bahan peledak, mengeraskan film pada fotografi, mencegah perubahan dan mengkoagulasikan lateks, dasn sebagainya. Formalin banyak digunakan pada industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut dan meningkatkan ketahanan bahan tenunan. Dalam bidang farmasi formalin digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin, dan juga untuk obat penyakit kutil karena kemampuannya merusak protein (Cahyadi, 2008). Penyalahgunaan formalin yang terdapat pada makanan karena kegunaannya sebagai zat bakteriostatik dalam produksi dan
formalin ditambahkan kedalam
makanan untuk mempertahankan karakteristiknya. Formalin dan turunannya juga terdapat dari banyak produk konsumer lainnya untuk melindungi produk dari kerusakan akibat kontaminasi mikroorganisme (WHO, 2002). Selain itu interaksi antara formalin dengan protein dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dan untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar, memang dikehendaki oleh pembeli. Penyalahgunaan pemakaian formalin dimaksudkan untuk memperpanjang umur penyimpanan, karena formalin adalah senyawa antimikroba serbaguna yang dapat membunuh bakteri, jamur bahkan virus. Penyimpanan ini sangat menguntungkan bagi produsen maupun pedagang. Ayam, ikan, tahu atau makanan lain dapat disimpan dalam jangka waktu relatif lebih lama dan tidak mudah rusak tanpa harus di masukkan ke dalam lemari pendingin. Setidaknya jika barang yang tidak laku dijual hari ini, ayam atau tahu yang telah diformalin dapat dijual kembali keesokan harinya dan tetap terlihat segar. Penyalahgunaan pemakaian formalin dimaksudkan untuk memperpanjang umur penyimpanan, karena formalin adalah senyawa antimikroba serbaguna yang dapat membunuh bakteri, jamur bahkan virus. Alasan lain penyalahgunaan pemakaian formalin sebagai bahan pengawet makanan adalah tingginya harga solar dan
Universitas Sumatera Utara
mahalnya harga es balok untuk mengawetkan ikan saat nelayan melaut (Dewanti, 2006). 2.2.2. Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Formalin Ada perbedaan antara bahan mie basah dan bakso dan yang mengandung bahan pengawet formalin. Para pedagang biasanya membubuhi formalin dengan kadar
minimal,
sehingga
pembeli
pada
umumnya
bingung
ketika
harus
membedakannya dengan bahan mie basah dan bakso. Pada daging ayam misalnya, karena hanya dibubuhi sedikit formalin, bau obat tidak tercium. Kalau ayam berformalin, ciri yang paling mencolok adalah tidak ada lalat yang mau hinggap. Jika kadar formalinnya banyak, ayam agak sedikit tegang (kaku). Yang paling jelas adalah jika daging ayam dimasukkan ke dalam reagen atau diuji laboratorium, nanti akan muncul gelembung gas. (Badan POM RI, 2006) Tahu berformalin tahan lama dan tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25°C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10°C). Tahu terasa membal atau kenyal jika ditekan namun tidak padat. Bau agak menyengat berbau formalin (dengan kandungan formalin sekitar 0.5-1ppm). Sedangkan tahu tanpa pengawet paling-paling hanya tahan dua hari dan biasanya mudah hancur (Eddy, 2005). Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin adalah tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25°C), warna insang merah tua dan tidak cemerlang bukan merah segar, warna daging ikan putih bersih, sisik-sisiknya mengkilat dan dagingnya kenyal. Sedangkan ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin adalah tidak rusak sampai
Universitas Sumatera Utara
lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25°C), bersih cerah, tidak berbau khas ikan asin dan tidak ada lalat yang hinggap (Kurniawati, 2004).
2.3. Dampak Formalin terhadap Kesehatan Karakteristik risiko yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang berhubungan dengan
formalin adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi
formalin yang terdapat di udara dan juga dalam produk-produk pangan (WHO, 2002). Formalin jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebakan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin jika menguap di udara, berupa gas yang tidak bewarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan dan mata (Cahyadi, 2008). Pemaparan
formalin
terhadap
kulit
menyebabkan
kulit
mengeras,
menimbulkan kontak dermatitis dan reaksi sensitivitas, sedangkan pada sistem reproduksi wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksemia, dan anemia pada kehamilan, peningkatan aborsi spontan, serta penurunan berat badan bayi yang baru lahir. Uap dari formalin menyebabkan iritasi membran mukosa hidung, mata dan
Universitas Sumatera Utara
tenggorokan apabila terhisap dalam bentuk gas pada konsentrasi 0,03 - 4 bpj selama 35 menit. Dapat terjadi iritasi pernapasan parah, seperti batuk, disfagia, spasmus laring, bronkitis, pneumonia, asma, edema paru, dapat pula terjadi tumor hidung pada mencit ( Cahyadi, 2008). Formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat disertai radang, ulcus, dan hidrosis membran mukosa. Hal ini karena sifatnya yang merupakan iritan kuat membran mukosa. Dapat juga menyebabkan muntah dan diare berdarah. Formalin (larutan
formalin), paparan
formalin melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urine (hematuria) dan asidosis metabolik. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan sebesar 30 ml. Formalin dapat mematikan sisi aktif dari protein- protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti. Pada dasarnya, formalin dalam jaringan tubuh sebagian besar akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim formalin dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian dirubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi
formalin yang tidak
mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang(cross-linked). Ikatan silang formalin dengan DNA dan protein ini diduga bertanggungjawab atas terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel
Universitas Sumatera Utara
kanker. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen. Dalam pada itu, International Agency Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1 (cukup bukti sebagai karsinogen pada manusia); khususnya pada saluran pernafasan (WHO, 1989). LD 50 oral dari larutan formalin 2% pada tikus berkisar antara 500-800 mg/kg berat badan. Sedangkan bagi guine pigs adalah 260 mg/kg berat badan. Untuk larutan formalin 37% dosis 523 mg/kg berat badan adalah mematikan bagi pria dewasa (Blackie,1991) 2.2.4. Uji Formalin dalam Makanan Secara kualitatif dengan metode asam kromatopat 5% dalam larutan H 2 SO 4 60% . Sebanyak 10 gram contoh dicampurkan dengan 50 ml air dengan cara menggerusnya dalam lumpang. Campuran dipindahkan kedalam labu Kjedahl dan diasamkan dengan H 3 PO 4 10%. Labu kjedahl dihubungkan dengan pendingin dan di destilasi. Destilat ditampung dalam labu ukur 25 ml. Sebanyak 1 ml destilat, dimasukkan ke dalam tabung pereaksi, ditambahkan 5 ml pereaksi asam kromatopat 5% dalam larutan H 2 SO 4 60% . Tabung pereaksi dipanaskan dalam penangas air yang mendidih selama 15 menit, dan diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya formalin ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (MA PPOMN/ MA 03/ 2000).
2. 3. Asam Borat
Universitas Sumatera Utara
Asam borat merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. nama kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk serbuk hablur kristal transparan
atau granul putih tak bewarna dan tak berbau serta agak manis
(Farmakope Edisi IV, 1995). Jika dilarutkan dalam air akan menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Cahyadi, 2008) Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Ia tidak berwarna dan gampang larut dalam air. Sebagai contoh gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat (Yuliarti,2007). Asam borat (H 3 BO 3 ) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H 2 SO 4 ) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau
Universitas Sumatera Utara
digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Boraks atau yang lebih dikenal dengan nama bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh pembeli secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian (Yuliarti,2008). 2.3.1. Penyalahgunaan Boraks Berdasarkan beberapa literatur , penyalahgunaan pemakaian boraks atau bleng biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini: a) Karak/lempeng (kerupuk beras), sebagai pembantu memjadi pengeras dalam pembuatan adonan kerupuk. b) Lontong, sebagai pengeras. c) Ketupat, sebagai pengeras. d) Bakso, sebagai pengawet dan pengeras. e) Kecap, sebagai pengawet.( Yuliarti, 2007)
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Toksisitas Boraks Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan pembeli. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Efek negatif Boraks apabila terdapat pada makanan, maka dalam jangka waktu lama walau hanya sedikit akan terjadi akumulasi (penumpukan) pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10- 20 g atau lebih (Yuliarti, 2007).
2.3.2. Uji Kualitatif Boraks
Universitas Sumatera Utara
Uji kualitatif boraks dapat dilakukan dengan cara reaksi nyala, dimana dengan penambahan metanol dan H 2 SO 4(p) dan dibakar, bila memberikan warna nyala hijau maka positif boraks akan. Sebelumnya makanan yang akan di uji harus diabu kan terlebih dahulu dengan penambahan suspensi Na 2 CO 3 dalam air (MA PPOMN/ MA 02/2000).
2.4. Kegiatan Ekonomi Untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, manusia melakukan berbagai kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi manusia dilakukan dengan didorong oleh prinsip dan motif ekonomi tertentu (Apridar, 2010). Hal ini terlihat dalam konsep dibawah ini :
Motif ekonomi
Tindakan ekonomi
Prinsip ekonomi
Tiga Kegiatan ekonomi
Distribusi
Produksi
Konsumsi
Didasari oleh: 1. 2. 3. 4.
Motif keuntungan Motif kekuasaan Motif sosial Motif penghargaan Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Kegiatan Ekonomi 2.4.1. Tindakan Ekonomi Setiap kegiatan yang dilakukan manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia beraneka ragam dan apabila semua kebutuhan itu telah terpenuhi maka tercapailah kemakmuran. Untuk mencapai kemakmuran tergantung dari kebutuhan dari setiap orang, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut tergantung dari pendapatan yang mereka miliki. Walaupun dengan pendapatan yang terbatas manusia berusaha dengan bijaksana untuk mengatur pengeluarannya. Tindakan yang dilakukan manusia tentu ada yang mendorongnya. Apa yang mendorong tindakan ekonomi mereka? tindakan mereka didorong oleh kekuatan yang ada pada diri mereka. Kekuatan yang ada dalam diri manusia untuk melakukan tindakan atau kegiatan disebut motif. Motif ini ada yang berasal dari dalam diri yang disebut motif intrinsik dan ada juga yang berasal dari luar diri manusia yang disebut dengan motif ekstrinsik.
Dalam tindakan ekonomi yang
dilakukan manusia berasal dari diri sendiri maupun berasal dari luar diri manusia (Apridar, 2010). Manusia melakukan berbagai macam tindakan agar semua kebutuhannya terpenuhi dan dapat mencapai kemakmuran. Segala kegiatan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya disebut dengan tindakan ekonomi. Kegiatan ekonomi meliputi tiga hal yaitu kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ekonomi manusia tentu saja harus rasional agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kegiatan yang rasional adalah kegiatan dilakukandengan pikiran dan akal yang sehat. Sebagai contoh sebagai pengusaha dalam menghasilkan barang, tentu harus mempertimbangkan tentang bahan baku yang murah dan berkualitas, tenaga kerja yang murah tetapi terampil sehingga hasil produksi itu berkualitas dengan harga yang murah. Apabila produsen dalam menghasilkan barang tidak melihat bahan baku dan tenaga kerja maka hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. 2.4.2. Motif Ekonomi Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kekuatan yang mendorong manusia melakukan kegiatan ekonomi disebut motif. Keinginan atau alasan yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi. Tindakan manusia selau didorong oleh suatu keinginan. Hal itu berlaku pada semua tindakan manusia tanpa kecuali. Oleh karena itu, kegiatan manusia tidak terlepas dari dorongan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan (Apridar, 2010). Keinginan atau motif yang mendorong manusia melakukan kegiatan ekonomi ada bermacam-macam. Secara garis besar motif ekonomi dapat dibedakan menjadi empat macam,yaitu: 1. Motif untuk memenuhi kebutuhan. 2. Motif untuk berbuat sosial. 3. Motif untuk memperoleh penghargaan. 4. Motif untuk memperoleh kekuasaan (kekuasaan). Dari motif–motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Motif untuk Memenuhi Kebutuhan Motif paling penting yang mendorong manusia melakukan kegiatan ekonomi, yaitu ingin memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia dengan harapan dapat memperoleh penghasilan. Penghasilan itulah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila penghasilannya tidak mencukupi maka berusaha mendapatkan penghasilan tambahan dengan melakukan kegiatan ekonomi lainnya. 2. Motif Berbuat Sosial Rasa kemanusiaan selalu ada pada setiap orang. Selain ingin memenuhi kebutuhan manusia punya keinginan untuk menolong orang lain atau ingin membantu sesama manusia. Sebagai contoh, seorang guru selain mengajar di sekolah ia juga membuka les di rumah dengan harapan ingin mendapat tambahan penghasilan juga ada keinginan untuk membantu siswa dalam belajar. Apa yang dapat kamu lakukan untuk motif ini? pernahkah kamu membantu orang lain dengan kemampuan yang kamu miliki? apabila kamu ingin menolong orang lain harus dari niat diri sendiri bukan atas dorongan dari orang lain. Ada banyak cara kegiatan yang dilakukan dengan motif sosial ini. Contoh lain, kamu membantu orang lain misalnya dengan menyumbangkan baju yang tidak terpakai. 3. Motif untuk Mendapatkan Penghargaan
Universitas Sumatera Utara
Selain motif memenuhi kebutuhan dan motif sosial ada keinginan lain dari manusia, yaitu untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang dimaksud bukan sekedar mendapat pujian atau piagam tetapi juga ingin status sosial yang lebih tinggi dari masyarakat sekitar. Kita bisa melihat orang yang ada di sekitar kita, selain mempunyai harta yang melimpah melebihi orang yang ada di sekitarnya ia berharap memperoleh penghargaan atau menjadi orang terpandang dalam masyarakat. 4. Motif untuk Mendapat Kekuasaan Motif lain yang mendorong manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah motif memperoleh kekuasaan. Kekuasaan ini merupakan kekuasaan tindakan, prinsip, dan motif ekonomi untuk diri sendiri. Sebagai manusia memang tidak puas terhadap apa yang diperoleh. Ini memang wajar kalau kita melakukan kegiatan dan usaha ini berhasil maka yang dilakukan selanjutnya adalah mengembangkan usaha itu. 2.4.3. Prinsip Ekonomi Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan setiap waktu selalu bertambah, sedang alat pemuas kebutuhan yang tersedia terbatas. Oleh karena itu, agar manusia dapat memenuhi kebutuhan pada kepuasan yang maksimal maka manusia harus memilih. Tindakan memilih ini perlu dilakukanoleh siapa saja baik produsen, distributor maupun konsumen. Kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi harus mendasarkan kegiatannya pada prinsip ekonomi. Bagi
Universitas Sumatera Utara
pelaku produksi tindakan yang dilakukan harus menggunakan bahan baku yang bagus, tenaga kerja yang terampil, mesin yang modern, sehingga dalam melakukan proses produksi dapat efisien dan barang hasil produksinya berkualitas. Bagi distiributor berusaha agar barang yang disalurkan tepat sasaran. Dan bagi konsumen dapat membeli barang dengan harga yang murah dan kualitas bagus (Case, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa semua kegiatan ekonomi manusia harus berdasar pada prinsip ekonomi. Apa yang dimaksud prinsip ekonomi? Berikut ini ada beberapa pengertian prinsip ekonomi pada umumnya (Case, 2008).
1. Prinsip ekonomi adalah dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. 2. Prinsip ekonomi adalah dengan pengorbanan yang kita keluarkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan diharapkan. 3. Prinsip ekonomi adalah berusaha dengan alat yang tersedia untuk memperoleh hasil yang maksimal. Bahkan dalam dunia usaha prinsip ekonomi berhubungan dengan sebutan efisien dan efektif. Efisien artinya ketepatan agar tidak terjadi pemborosan dan efektif artinya apa yang dilaksanakan tepat untuk mencapai target tertentu. Prinsip ekonomi baik sekali digunakan dalan segala kegiatan ekonomi, baik kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi. Orang yang berpedoman pada prinsip ekonomi selalu melakukan
pertimbangan-pertimbangan
sehingga
pengorbanan
kita
dapat
memperoleh hasil yang maksimal. Prinsip ekonomi dapat diterapkan dalam kegiatan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan-kegiatan ekonomi itu tentu saja dengan tujuan yang berbeda. Di bawah ini contoh penerapan dalam kegiatan ekonomi (Apridar, 2010). 1. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan produksi, antara lain: a. Menggunakan bahan mentah atau bahan baku dengan mutu baik dengan harga murah. b. Mendirikan tempat perusahaan yang dekat dengan bahan mentah/bahan baku. c. Menggunakan tenaga kerja yang terampil. d. Menggunakan mesin yang modern dengan harga murah tetapi produktif. e. Harus selalu hemat baik itu dana ,jam kerja, ataupun tenaga kerja. 2. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan distribusi, antara lain: a. Membeli barang pada produsen yang tepat. b. Menyalurkan barang dengan prinsip tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat tempat. c. Menempatan perusahaan diantara produsen dan konsumen. d. Meningkatkan mutu pelayanan. e. Menggunakan sarana distribusi yang murah. 3. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi,antara lain: a. Membeli barang dengan memilih terlebih dahulu. b. Membeli barang dengan menawar harga yang paling murah.
Universitas Sumatera Utara
c. Memilih barang yang kualitas bagus. d. Membeli barang sesuai dengan yang direncanakan. e. Setiap awal bulan membuat daftar kebutuhan berdasar skala prioritas. f. Berusaha mencari tambahan penghasilan. Penerapan prinsip ekonomi sangat penting apalagi di era globalisasi, dimana semua barang secara bebas masuk dan keluar dari dalam negeri. Pada saat seperti ini produsen dituntut dapat menghasilkan barang yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Tugas produsen ini sangat berat, tetapi harus tetap dilaksanakan agar barang hasil produksinya dapat terjual. Begitu juga distiributor harus melakukan penyaluran dengan efektif dan efisien. Sebaiknya distributor menggunakan saluran distribusi yang tepat (Case, 2008).
2.5. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (knowledge) apa yang diketahui dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah dilihat
atau
sesudah menyaksikan, mengalami setelah diajari (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan guru sekolah dasar dalam memililih makanan yang mengandung bahan tambahan makanan. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan dapat memberi pengaruh yang baik terhadap tindakan guru sekolah dasar dalam memilih makanan yang aman dan sehat. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan 2 hal utama yaitu (Mar’at, 1981) : a. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. b. Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka tertentu. Dalam domain kognitif, pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar 3. Aplikasi (Application)
Universitas Sumatera Utara
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yng telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dsb dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dsb. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan utnuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Untuk pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayankan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
Universitas Sumatera Utara
atau responden. Untuk mengetahui kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat kita sesuaikan dengan tindakan tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Rogers (1947) dikutip dari Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : 1. Awarness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial , orang telah mencoba perilaku baru. 5. Adoption , subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.6. Landasan Teori Penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks dalam mie bakso merupakan perilaku yang menyimpang. Seperti yang dikatakan oleh Robert Kwick (1974) bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku
Universitas Sumatera Utara
manusia. Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor – faktor tersebut antara lain : pengetahuan, motivasi, emosi, proses belajar, dan lingkungan. Faktor dari dalam (intern) :
Faktor dari luar (ekstern):
Pengetahuan
Lingkungan fisik
Kecerdasan
Perilaku individu
Persepsi
Lingkungan non fisik (iklim, sosial ekonomi, kebudayaan)
Emosi Motivasi
Gambar 2.2. Variabel yang Memengaruhi Perilaku
Menurut Davis (1985) motif dimengerti sebagai ungkapan kebutuhan seseorang ; karenanya motif bersifat pribadi dan internal. Apabila digambarkan secara sederhana, hubungan antara kebutuhan dengan pengetahuan dapat diikhtisarkan dalam model motivasi sebagai berikut :
Kebutuhan individu
Pengetahuan
Keinginan
Motivasi
Tindakan
Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Variabel
Variabel Dependen
Independen Pengetahuan
Penggunaan formalin dan boraks dalam pangan siap saji (bakso) Motif ekonomi
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara