BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Koping Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010). Individu dapat mengatasi stres dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2008). 1.1 Metode koping Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode koping yang di gunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu: metode koping jangka panjang dan metode koping jangka pendek. Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realitas dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama, hal ini seperti; berbicara dengan orang lain, teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dalam kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/masalah, membuat berbagai alternatif
Universitas Sumatera Utara
tindakan untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masalalu. Sedangkan metode koping jangka pendek digunakan untuk mengurangi stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah; mengunakan alkohol, melamun fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah. Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah seperti yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004) adalah; mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasa, mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan, penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang di alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.
2. Konsep stres dan Adaptasi Menurut Hans Selye (1950, dalam Hawari, 2008) yang dimaksud dengan stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek yaitu; diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda. Sementara itu stres yang bersumber dari masalah keluarga dapat terjadi karena adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara anggota keluarga. Pada sisi lain masyarakat dan lingkungan juga menjadi salah satu sumber stres. Kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat merupakan penyebab stres dari lingkungan dan masyarakat (Hidayat, 2008). Hawari (2001), menyatakan bahwa stres dapat dirasakan dari perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya, seperti hal-hal berikut: gangguan penglihatan, pendengaran berdenging, daya mengingat menurun, wajah nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum, kulit muka kedutan, mulut dan bibir terasa kering, tenggorokan serasa tercekik, tubuh terasa panas atau dingin, keringat berlebihan, nafas terasa berat dan sesak, jantung berdebar-debar, lambung terasa kembung, mual dan pedih, perut mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare, buang air kecil sering, otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang, kadar gula meninggi, libido bisa menurun atau sebaliknya meningkat. Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi kebutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan prilaku adaptif (Hidayat, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Adaptasi secara fisiologis dapat di bagi menjadi dua yaitu LAS (Local Adaptation Syndroma) dan GAS (General Adaptation Syndrom). LAS adalah proses adaptasi yang bersifat lokal, sedangkan GAS adalah reaksi lokal yang tidak dapat diatasi dan menyebabkan gangguan secara sistemik, lalu tubuh akan mealakukan proses penyesuaian seperti berkeringat, seluruh tubuh terasa panas dan lain-lain (Hidayat, 2008).
3. Mekanisme Koping dan Strategi Koping Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut. Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan realitas ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya, projeksi yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada org lain, regresi yaitu menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap
Universitas Sumatera Utara
perkembangan yang lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan, mencari dukungan sosial seperti keluarga mencari dukunga atau bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya, mencari dukungan spiritual seperti mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain. Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang (Fight), prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004). Pada prilaku menyerang, individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Prilaku yang di tampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan agreesif (menyerang) terhadap obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau bahkan terhadap diri sendiri. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya. Seperti kompromi juga merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan. Prilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara physik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya; individu melarikan diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu (Ramun, 2004). Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004). Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 (dua) yaitu : mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan). Sedangkan
mekanisme
koping
maladaptif
adalah
mekanisme
yang
menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja
Universitas Sumatera Utara
berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi). Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping, yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Sementara itu keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping. Pada sisi lain keterampilan juga menjadi salah satu sumber koping, yaitu keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan memecahkan
masalah
meliputi
kemampuan
untuk
mencari
informasi,
Universitas Sumatera Utara
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Sedangkan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. Dukungan sosial dan materi juga merupakan faktor strategi koping. Dukungan sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sedangkan materi merupakan dukungan sumber daya berupa uang, barang barang dapat dibeli.
4. Perawatan BBLR di NICU World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR)(Asrining, 2003). Bayi yang termasuk dalam BBLR adalah NKB SMK (neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan), NKB KMK (neonatus kurang bulan – kecil masa kehamilan), NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan). Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir yaitu; bayi dengan berat lahirnya yaitu; bayi berat lahir rendah dengan berat badan lahir antara 15002500gram, bayi berat lahir sangat rendah dengan berat badan lahir antara 1000
Universitas Sumatera Utara
sampai 1500gram, bayi berat lahir amat sangat rendah dengan berat badan lahir kurang dari 1000gram (Maryunani, 2009). Mengidentifikasi BBLR juga dapat di identifikasi menurut masa gestasinya, yaitu; prematuritas murni dengan masa gestasi 37 minggu, dan dismaturitas dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu (Proverawati, 2010). Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia kehamilan saat bayi di lahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaanya dengan bayi yang lahir cukup bulan. Tanda dan gejala bayi prematur antara lain; umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, tumit mengilap, telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun kedalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mamae masih
Universitas Sumatera Utara
kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Asrining, 2003). Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang prematur terjadi karena ketidak matangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, termoregulasi (Maryunani, 2009). Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Beberapa peralatan yang ada di NICU yang biasa digunakan pada perawatan bayi adalah sebagai berikut: Feeding tube adalah selang untuk alat bantu memberikan makan pada bayi BBLR, sering bayi di NICU tidak bisa mendapatkan makanan yang mereka butuhkan melalui mulut langsung, sehingga perawat akan memasang selang kecil melalui mulut sampai ke lambung. Sebagai jalan untuk memasukan ASi atau susu formula. Infant warmers adalah tempat tidur dengan penghangat yang ada diatasnya, sehingga bayi dapat terhindar dari hipotermi. Orang tua dapat menyentuh bayi di warmers, yang tentunya berbicara dulu kepada perawat. Inkubator adalah tempat tidur kecil yang tertutup oleh plastik keras yang transparan, suhu di inkubator diatur sesuai dengan kondisi bayi. terdapat lubang
Universitas Sumatera Utara
disetiap samping inkubator sebagai jalan untuk perawat dan dokter memeriksa pasien. Orang tua dapat menyentuh bayinya lewat lubang tersebut. Jalur infus sebuah kateter kecil yang fleksibel yang dimasukan kedalam pembuluh darah vena. Hampir semua bayi yang dirawat di NICU diinfus untuk kebutuhan cairan dan obat-obatan, biasanya di lengan atau kaki atau bahkan dapat dibuat umbilical chateter (sebuah kateter yang dimasukan ke umbilical) pada situasi tertentu dibutuhkan IV line yang lebih besar untuk memasukan cairan dan obat-obatan, ini dilakukan oleh dokter bedah pediatrik. Monitor adalah alat yang di sambungkan kepada agar staff NICU akan selalu mengetahui tanda-tanda vital mereka. Dalam satu monitor dapat terekam beberapa tanda-tanda vital, antara lain denyut nadi, pernafasan, tekanan darah, suhu dan SpO2 (kandungan oksigen dalam darah ). Blue light therapy adalah alat terapi cahaya yang digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya lebih tinggi dari normal, biasanya digunakan di atas bayi dengan bayi telanjang dan matanya ditutup dengan pelindung mata khusus, lamanya terapi cahaya tergantung dari penurunan kadar bilirubin, biasanya diperiksa ulang setelah 24 jam pemakaian cahaya. Bubble CPAP merupakan alat bantu napas dengan menggunakan canul kecil ke dalam lubang hidung bayi, hal ini biasanya digunakan untuk bayi yang sering lupa napas (apnoe). Ventilator adalah mesin napas yang digunakan untuk bayi yang mempunyai gangguan nafas berat, hal ini dengan menggunakan selang kecil melalui hidung atau mulut sampai ke paru (Asmarani,2010).
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan BBLR, tidak jauh berbeda dengan perawatan pada bayi baru lahir normal. Cara melakukan pengkajian dan perencanaan adalah sama, perbedaannya terletak pada tehnik-tehnik pelaksanaan tindakan keperawatan. Begitu pula dalam melakukan evaluasi, kriteria hasil yang ditetapkan dari tiap tahap perencanaan tidak dapat sekaligus mengharapkan dalam batas normal, namun dilihat dari peluang untuk seberapa jauh perubahan ke arah normal dapat dicapai (Doengoes, 2001). Berdasarkan penjelasan diatas terkait kriteria bayi yang dirawat di dalam inkubator dapat diidentifikasi beberapa masalah keperawatan dan intervensi yang mungkin pada BBLR selama perawatan dalam inkubator (Martin, 1987) : Pertukaran gas yang terganggu yang berhubungan dengan kurangnya surfactant. Perencanaan yang dapat di lakukan adalah mengamati dan melaporkan tanda-tanda dan gejala-gejala aspirasi seperti, tachypnea, sianosis, gerak cuping hidung, lalu mempertahankan saluran pernafasan terbuka dengan penyedotan bila di perlukan, memberikan oksigen bersama dengan pemonitoran gas darah dan memonitor fungsi pengaturan ventilator, memeriksakan konsentrasi oksigen tiap jam. Setelah dilakukan perencanaan tersebut maka hasil yang di harapkan adalah bayi bernafas secara normal atau bernafas ringan dengan ventilator. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan air yang tidak dapat dirasakan dan intake cairan yang tidak adekuat. Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan jalur intravena dan memonitor infiltrasi, memberikan cairan yang tepat dan jumlah yang tepat per jam, mengamati tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit, output urin, membran
Universitas Sumatera Utara
mukus, karakter fontanel, dan menimbang secara harian pada waktu yang sama. Hasil yang di harapkan adalah bayi kehilangan berat badan minimal dan bertambah terus. Berkaitan dengan perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan lebih kecil dari kebutuhan kalori. Maka perencanaan yang dapat di buat adalah memberikan asupan kalori yang adekuat, mengukur lingkaran abdomen bila diperlukan, dan membiarkan orangtua berpartisipasi dalam rencana pemberian makan. Setelah melaksanakan perencanaan tersebut maka
bayi
disesuaikan
dengan
metode
pemberian
makan
dan
bayi
mempertahankan pergerakan bowel normal. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tape dan material abrasif lainnya yang digunakan sebagai alat-alat pemonitoran. Perencanaan yang dapat dilakukan yaitu memasang sedikit mungkin tape pada kulit, menggunakan opsite untuk alat-alat kulit lainnya, mempertahankan lotion yang memiliki kontak kulit langsung dengan minimum, menempatkan bayi pada water bed atau sheepskin, memutar dan mengatur kembali posisi secara sering. Setelah perencanaan di lakukan maka hasil yang di harapkan adalah dapat mempertahankan kesehatan kulit bayi. Potensial untuk injuri atau tekanan hawa dingin berhubungan dengan mekanisme pengaturan temperatur immature. Perencanaan yang dapat di lakukan adalah mempertahankan lingkungan termis normal, memonitor temperatur kulit dengan cara memeriksa temperatur unit inkubator, menghindari bayi pada kehilangan panas melalui penguapan, konveksi, konduksi, dan radiasi. Hasil yang
Universitas Sumatera Utara
di harapkan dari perencanaan tersebut adalah bayi tidak mengalami tekanan hawa dingin dan dapat mempertahankan temperatur yang stabil. Resiko infeksi, potensial berhubungan dengan sistem kekebalan immature. Perencanaan yang dapat di lakukan adalah membatasi kontak dengan bayi secara tepat yaitu pantau petugas, orangtua, dan pengunjung terhadap infeksi, lesi kulit, demam atau herpes, memelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi, menginspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. Hasil yang di harapkan adalah bayi bebas dari tanda-tanda infeksi. Masalah keperawatan yang terakhir adalah defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan bayi prematur. Perencanaan yang dapat di lakukan yaitu memberikan informasi yang adekuat dan realistis kepada orangtua mengenai kondisi bayi, menganjurkan orangtua untuk berkunjung dan melakukan tugas pengasuhan pada bayi. hasil yang di harapkan yaitu orangtua mengindikasikan pengetahuan dan keahlian dengan melaksanakan tugas-tugas pengasuhan dan orangtua mengunjungi NICU secara reguler.
4.1 Lama Perawatan BBLR Lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung kasus. Namun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati tanggal kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya. Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ
Universitas Sumatera Utara
vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai risiko yang mengancam sudah bisa dihindari. Salah satu indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil sudah baik (Rahayu, 2010).
4.2 Perawatan Berorientasi Keluarga Dewasa ini banyak NICU yang menganjurkan agar para orang tua melibatkan diri dalam melayani kebutuhan harian pada bayi. Staf NICU mengajari para orang tua apa yang dapat mereka lakukan, di mana menyimpan keperluan bayi, serta bagaimana cara memegang, menyentuh dan merawat bayi. Pelibatan orang tua dalam perawatan bayi berkisar pada penggantian popok sampai pada pemberian susu. Jika perlu, lebih dari satu kali biasanya perawat mengajar orang tua cara mengganti popok bayi yang berada di antara berbagai peralatan yang memonitornya, mencuci mukanya yang kecil dan merawat bayi ketika berada dalam inkubator. Di hari-hari pertama, mungkin orang tua baru diperbolehkan untuk hanya menyentuh bayi, tetapi jika bayi sudah cukup kuat, orang tua dapat merawat bayinya sendiri (Rahayu, 2010).
Universitas Sumatera Utara