BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.)
Terung Belanda Solanum betaceaum (syn Cyphomandra betaceae) merupakan salah satu tanaman perdu famili Solanaceae. Terung Belanda dikenal dengan nama Tamarillo yang diadopsi dari New Zealand yang dijadikan nama standar yang digunakan dalam standar industri perdagangan.
2.1.1 Klasifikasi Terung Belanda
Gambar 2.1 Terung Belanda
Klasifikasi Kingdom
:
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi
:
Angiospermae
Klass
:
Dicotyledonae
Subklass
:
Asteridae
Ordo
:
Solanales
Famili
:
Solanaceae
Genus
:
Solanum
Spesies
:
Solanum betaceaum Cav.
(Departemen Kesehatan dan Kesehatan Sosial, 2001)
2.1.2 Daerah Tumbuh
Terung Belanda merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian antara 10001800 m di atas permukaan laut sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Pada dataran rendah, pohon Terung Belanda tidak mampu berbunga, sedangkan pada daerah sejuk dapat mendorong pembungaan.
Tanaman ini berbuah matang pada musim dingin di daerah subtropis, dan jika ditanam di daerah tropis buah matang setelah udara dingin. Terung Belanda tumbuh baik di daerah yang memiliki drainase baik, kandungan organik dan kelembapan sedang serta tidak tahan terhadap genangan air. Pohonnya berbuah lebat, berumur panjang dan responsif terhadap pupuk kandang dan tempat-tempat kering. Pohon Terung Belanda mulai berbuah setelah 1,5-2 tahun dan usia produktifnya antara 5-6 tahun. (Anonim, diakses 2009)
Terung Belanda merupakan buah nonklimaterik yang tidak akan mudah rusak setelah pemanenan. Pada buah-buahan nonklimaterik, produksi karbondioksida dan gas etilen setelah pemanenan sangat rendah dan tidak terjadi peningkatan selama tahap pematangan. Lama musim panen Terung Belanda selama 6-7 bulan atau lebih. (Anonim, diakses 2009)
2.1.3 Morfologi Tumbuhan
Tanaman ini memiliki daun yang berbulu berbentuk hati besar dan berwarna hijau. Daun yang hijau ini akan mudah sekali dirusak oleh terpaan angin yang kencang. (Kumalaningsih, 2006)
Bunga Tamarillo akan muncul pada akhir musim gugur sampai pada awal musim semi. Warnanya pink dan terletak pada ujung cabang batang serta biasanya berkelompok. Tanaman ini memiliki benang sari dan putik serta kelopak bunga yang berwarna ungu hijau. Tanaman ini melakukan penyerbukan sendiri tetapi kadang juga dibantu
oleh
lebah
dan
angin
meskipun
sangat
kecil
kemungkinannya.
(Kumalaningsih, 2006)
Tanaman ini memiliki tangkai panjang, satu dengan lainnya tumbuh sendirian atau ada yang berkelompok sebanyak 3-12. Buahnya berbentuk seperti telur dengan ukuran panjang antara 5-6 cm dan lebarnya di atas 5 cm. Warna kulitnya ada yang ungu gelap, merah darah, oranye atau kuning dan ada yang masih memiliki garis memanjang yang tidak jelas. Terung Belanda yang masih mentah berwarna hijau agak abu-abu. Warna ini akan berubah menjadi merah kecoklatan apabila buah sudah matang.
Di dalam buah ini terdapat daging buah yang tebal berwarna kekuningan dibungkus oleh selaput tipis yang mudah dikelupas. Rasa buah ini seperti Tomat dan tekstrurnya seperti buah Plum dengan kandungan gizi yang relatif tinggi karena banyak mengandung vitamin A, C dan serat. Lapisan luar dari daging buah banyak mengandung air, sedikit kasar dan sedikit mengandung rasa manis. Biji buah ini keras, berwarna coklat muda sampai hitam. Bentuk biji agak tumpul, bulat dan kecil, tetapi lebih besar daripada biji Tomat. (Kumalaningsih, 2006)
2.1.4 Komposisi Kimia
Terung Belanda pada awalnya dikenal dengan nama Chypomandra betaceae (Cav.), akan tetapi kemudian direvisi oleh Sendtner menjadi Solanum betaceaum Cav. yang termasuk dalam famili Solanaceae. Dalam 100 g Terung Belanda mengandung 82,787,8 g air; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10,3 g; serat 1,4-4,29 g; abu 0,66-0,94 mg; β-karoten 50 mg; vitamin A 540 µg; dan vitamin C 23,3-44,9 mg. Jika buah ini dimasak, maka sebagian besar vitamin C akan hilang. (D. Suprihartini, 2007)
Terung Belanda adalah buah yang mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik, berisi beberapa kandungan vitamin yang sangat penting serta kaya akan besi dan potasium, kandungan sodium yang rendah serta berisi kurang dari 40 kalori (kurang lebih 160 kJ). Oleh karena kelengkapan dari kandungan gizi pada Tamarillo, maka di Amerika Serikat buah Terung Belanda terkenal sebagai buah yang mengandung rendah kalori, sumber serat, bebas lemak (jenis reds) atau rendah lemak (jenis golden), bebas kolesterol dan sodium dan sumber vitamin C dan E yang sempurna. (Kumalaningsih, 2006)
Terung Belanda selain kaya akan air juga mengandung provitamin A dan vitamin C serta mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium yang mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. (Anonim, diakses 2008)
Buah Terung Belanda juga mengandung senyawa-senyawa seperti beta karoten, antosianin dan serat. Diantara senyawa antioksidan yang dikandungnya, beta karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap serangan radikal bebas. Beta karoten merupakan salah satu jenis karotenoid yang banyak terdapat pada buah-buahan. Senyawa ini akan dikonversikan menjadi vitamin A (retinol) di dalam tubuh sehingga sering juga disebut sebagai provitamin A. (Kumalaningsih, 2006)
Menurut Kumalaningsih (2006), hasil analisis lengkap kandungan gizi buah Terung Belanda dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dalam 100 g Terung Belanda
Kandungan Nutrisi
Terung Belanda (tiap 100 g)
Vitamin A
540-5600 µg
Vitamin B1
0.03-0.14 mg
Vitamin B2
0.01-0.05 mg
Vitamin B6
0.01-005 mg
Vitamin C
15-42 mg
Vitamin E
2 mg
Niasin
0.3-1.4 mg
Potasium (kalium)
0.28-0.38 mg
Kalsium
6-18 mg
Fosfor
22-65 mg
Magnesium
16-25 mg
Besi
0.3-0.9 mg
Seng
0.1-0.2 mg
Protein
1.4-2 mg
Lemak
0.1-0.6 mg
Serat
1.4-4.7 mg
Kadar air
80-90 g (Kumalaningsih, 2006)
2.1.5 Manfaat dan Kegunaan Terung Belanda
Manfaat buah Terung Belanda adalah: 1. Mencegah kerusakan sel-sel dan jaringan tubuh penyebab berbagai penyakit seperti kanker, tumor dan lain-lain. 2. Melancarkan penyumbatan pembuluh darah (arterisklorosis) sehingga dapat mencegah penyakit jantung dan stroke serta dapat menormalkan tekanan darah. 3. Menurunkan kadar kolesterol dan mengikat zat racun dalam tubuh.
4. Meningkatkan stamina, daya tahan tubuh dan vitalitas. 5. Dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
Terung Belanda kaya akan provitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Serat yang tinggi dalam Terung Belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit atau konstipasi. Komponen lainnya yang terkandung di dalam Terung Belanda adalah vitamin E dan senyawa fenolik (termasuk antosianin dan flavonoid lainnya) serta karotenoid.
Di dalam buah Terung Belanda juga mengandung antosianin yang merupakan antioksidan yang kuat dan dapat menangkal berbagai radikal bebas. Antosianin pada buah-buahan bukan saja mempunyai sifat antioksidan yang tinggi tetapi turut bertindak sebagai anti radang, anti bakteri, anti kanker (bagi pencegahan kanker), memperbaiki fungsi penglihatan, anti tumor dan juga anti penuaan.
Menurut Hasan (2009), buah yang baik untuk diolah adalah pada tingkat kematangan 75-100% matang, tidak rusak, tidak busuk ataupun pecah. Buah Terung Belanda digunakan menurut berbagai cara, seperti masakan yang lezat dan makanan yang manis-manis. Buah mentah dapat digunakan untuk masakan kari dan sambal, sedangkan buah matang untuk sirup, jus, sup, adonan pengisi dan untuk rujak. Buah yang di belah dapat digunakan sebagai bumbu. Buah yang sudah dimatangkan sebaiknya juga dapat digunakan untuk menghasilkan sirup, jeli, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. (Anonim, diakses 2008)
2.2 Tanaman Lancing (Solanum mauritianum)
Solanum mauritianum adalah pohon kecil atau semak dari Amerika Selatan, termasuk Argentina Utara, Brasil Selatan, Paraguay dan Uruguay. Tanaman dapat tumbuh hingga tiga puluh tahun. Memiliki daun besar berbentuk oval dan berwarna abu-abu kehijauan dan ditutupi dengan bulu. Bunga berwarna ungu dengan pusat kuning.
Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun dan berbuah pada akhir musim semi hingga awal musim panas. Tanaman ini toleran terhadap berbagai jenis tanah dan dengan cepat berkembang jika ditanam di sekitar perkebunan, hutan, semak dan lahan terbuka.
Tanaman ini mengandung senyawa glykoalkaloid, solasodina, dengan kandungan tertinggi pada buah mentah hijau (2% - 3,5% berat kering). Solaurisin, Solaurisidin, dan Solasodamin juga telah ditemukan di Solanum mauritianum. (Anonim, diakses 2010)
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Lancing
Gambar 2.2 Tanaman Lancing
Klasifikasi Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Angiospermae magnoliophyta
Klass
:
Eudicots
Subklass
:
Asterids
Ordo
:
Solanales
Famili
:
Solanaceae
Genus
:
Solanum
Spesies
:
Solanum mauritianum
Selain itu tanaman ini juga memiliki sejumlah sinonim: •
Solanum auriculatum
•
Solanum carterianum
•
Solanum pulverulentum
•
Solanum tabaccifolium
•
Solonum verbascifolium (Anonim, diakses 2010)
2.3 Teknologi Sambung Pucuk
Sambung pucuk (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian. Kadangkadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica) disambung dengan tanaman kweni (Mangifera odorata). http://bogortabulampot.wordpress.com/plant-propagation/
Metode sambung pucuk atau grafting merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman yang berasal dari satu famili. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. http://sultra.litbang.deptan.go.id
Manfaat sambung pucuk pada tanaman: 1. Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur panjang) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya. 2. Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo. 3. Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi. http://sultra.litbang.deptan.go.id
2.4 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176 dengan rumus molekul C 6 H 8 O 6 . Bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, terlebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, dan temperatur yang tinggi. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dehidroaskorbat. Struktur vitamin C:
O=C │ HO ─ C O HO ─ C │ H─C │ HO ─ C ─ H │ CH 2 OH Gambar 2.3 Struktur vitamin C (S. Sudarmadji, 1992)
2.4.1 Sumber dan Peranan Vitamin C
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C nya. Semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitaminnya. Bayam, brokoli, cabe hijau dan kubis juga merupakan sumber yang baik, bahkan juga setelah dimasak. Sebaliknya beberapa jenis bahan pangan hewani seperti susu, telur, daging, ikan, dan unggas sedikit sekali kandungan vitamin C nya. Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih banyak vitamin C nya dibandingkan susu sapi.
Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin dan vascular endothelium. Penjagaan agar fungsi itu tetap mantap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress. (F.G. Winarno, 1992)
2.4.2 Manfaat dan Defisiensi Vitamin C
Manfaat utama vitamin C adalah sebagai antioksidan, pembentukan semacam jaringan tubuh, terutama untuk pembentukan jaringan ikat. Jaringan ikat adalah bahan pembungkus terpisah yang melindungi dan menyangga berbagai organ. Asam askorbat membantu absorpsi zat besi dalam usus. (P.M. Gaman, 1992)
Vitamin C selain sebagai anti oksidan juga dapat memperbaiki sel tubuh dan jaringan yang rusak akibat radikal bebas. Dalam merawat kecantikan, vitamin C mempunyai peranan penting dalam melancarkan peredaran darah sehingga kulit terlihat lebih segar. Vitamin ini juga akan merangsang pembentukan kolagen kulit dan menjaganya dari kerusakan. Vitamin C mempunyai sifat sebagai walter holder (menyimpan air) sehingga mampu menjaga kelembaban kulit dan mencegahnya dari kekeringan.
Mengkonsumsi vitamin C secara tepat dan teratur, dapat menghambat proses penuaan dini, menghaluskan kulit, sekaligus menghambat kerja enzim tirosin, yaitu enzim yang bertugas membantu pembentukan pigmen di kulit. Jika proses pigmentasi terhambat, kulit pun terlihat lebih bersih dan cerah. Dari sekian banyak manfaat yang telah dijabarkan, ternyata masih banyak lagi manfaat dari vitamin C yang belum terungkap, seperti dikutip Besthealthmag berikut ini: 1. Mencegah stroke Ada banyak bukti bahwa antioksidan yang tinggi yang terdapat di dalam buahbuahan dan sayuran membantu menangkal penyakit radiovaskular. Namun beberapa studi penting bahwa mereka dengan tingkat vitamin C tertinggi di dalam tubuh mereka berada pada resiko terendah untuk menderita stroke. 2. Melawan kanker Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa wanita yang mengasup banyak vitamin C dari makanan seperti buah-buahan dan sayuran (bukan suplemen), memiliki resiko lebih rendah terkena kanker payudara. Bahkan beberapa riset mengindikasikan bahwa vitamin C sebagai racun bagi sel-sel kanker tertentu. 3. Meningkatkan mood Sejak dulu sudah diketahui bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan perubahan psikologis. Belum lama ini peneliti dari Mc. Gill University menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C (500 mg dua kali sehari) bagi pasien rawat inap yang kekurangan vitamin C, secara signifikan membantu meningkatkan suasana hati mereka. 4. Memperbaiki kulit Vitamin C adalah antioksidan yang paling banyak dibutuhkan oleh kulit, dimana vitamin C tersebut membantu menetralkan radikal bebas yang terbentuk akibat paparan sinar matahari dan usia. Pemberian vitamin C yang dikombinasikan dengan bahan lain, dapat memperbaiki beberapa tanda-tanda penuan termasuk garis-garis halus, pigmentasi yang tidak merata, warna dan tekstur kulit. (Kompas, diakses 2012)
Penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C adalah: 1. Skorbut, pendarahan gusi
2. Mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, dan jika sudah terjadi sukar untuk disembuhkan 3. Hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak 4. Pembentukan tulang yang tidak normal pada bayi dan anak-anak 5. Kulit mudah mengelupas. (A. Poedjiadi, 2006)
Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan kita masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar (megadose) sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut biasa mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Tetapi sebaliknya, bila sebelumnya orang tersebut buruk keadaan gizinya, maka sebagian besar dari jumlah itu ditahan oleh jaringan tubuh. (F.G. Winarno, 1992)
Widya Karya Pangan Nasional Nas-LIPI, 1978, menyarankan konsumsi vitamin C perhari untuk anak-anak dan orang dewasa Indonesia antara 20-30 mg, sedangkan untuk ibu mengandung dan menyusui perlu ditambah 20 mg.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi, bila terjadi pada anak-anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi dan demam, dan timbul penyakit, pelunakan pembengkokan kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah tumbuh, gusinya membengkak, empuk, dan terjadi pendarahan.
Pada orang dewasa, skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, dan deformasi tulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penyakit sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan pemberian 100 sampai 200 mg vitamin C perhari. Bila penyakit sudah kronik diperlukan waktu lebih lama untuk penyembuhannya. (F.G. Winarno, 1992)
Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi karena sudah diketahui cara mencegahnya dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain lelah, lemas, lemah, nafas pendek, kejang otot, tulang otot persendian sakit, serta kurang nafsu makan, kulit menjadi kering, kasar dan gatal. Warna merah kebiruan di bawah kulit, pendarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut serta mata kering, dan rambut rontok. Disamping itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang-kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan saraf dapat terjadi berupa histeria, depresi diikuti oleh gangguan psikomotor. Gejala skorbut terlihat bila taraf asam askorbat dalam serum turun di bawah 0,20 mg/dl. (S. Almatsier, 2004)
2.4.3 Biosintesa Vitamin C
Gambar 2.4 Biosintesa Vitamin C di dalam Tumbuhan (J. Boudrant, 1990)
2.4.4
Analisa Vitamin C
Penentuan kadar vitamin C dapat ditentukan dengan titrasi Iodium. Pada saat reaksi oksidasi, Iodium akan direduksi menjadi Iodida. Iodium akan mengoksidasi senyawasenyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding Iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dari pada Iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan Iodium. (A. Rohman, 2007)
Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan Iodium. Indikator yang digunakan adalah amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari Iod-amilum. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C no.2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang.
O=C │ HO ─ C || HO ─ C
O
H─C │ HO ─ C ─ H │ CH 2 OH
│ + I2
O = C ─ OH │ HO ─ C ─ I │ HO ─ C ─ I H ─ C ─ OH │ HO ─ C ─ H │ CH 2 OH
│
Gambar 2.5 Reaksi antara Vitamin C dan Iodium (S. Sudarmadji, 1992)
Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah oleh 2,6 D (2,6 Na-dikhlorofenol indofenol). Asam askorbat dapat direduksi 2,6 D sehingga terjadi perubahan warna. Larutan 2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi larutan tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6 D maka kelebihan larutan 2,6 D sedikit saja sudah akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6 D dengan vitamin C standar. Reaksi yang terjadi selama titrasi adalah sebagai berikut:
O
C
OH
C
OH
C
H
C
OH
C
Cl
O
+
HO
NH
O
Cl
O
C
O
C
O
C
H
C
HO
C
O
+ H
H CH2OH
CH2OH
Vit C. Teroksidasi Cl
Vit. C
OH
NH
OH
Cl 2,6 D.tereduksi
Gambar 2.6 Reaksi antara Vitamin C dan 2,6 D (S. Sudarmadji, 1992)
2.5 β-Karoten β- karoten adalah salah satu zat antioksidan yang terdapat pada buah-buahan, antara lain terdapat pada wortel, kentang dan buah peach yang lezat. Zat antioksidan sangat berguna untuk melawan zat radikal bebas yang berasal dari zat-zat beracun. Radikal bebas adalah awal dari penyakit, termasuk disini adalah penyakit jantung yang sangat ditakuti. Dengan adanya zat antioksidan yang antara lain adalah β-karoten yang terdapat pada kentang, wortel, peach dan lain-lain, diketahui telah dapat mengurangi sebanyak kurang lebih 40% dengan hanya mengkonsumsi 50 mg β-karoten setiap hari dalam menu makanannya. Tentu saja dengan cara hidup yang sehat. (L. Lidya, 2010) Istilah karotena digunakan untuk menunjuk ke beberapa senyawa yang berhubungan yang memiliki formula C 40 H 56 .
Gambar 2.7 Struktur β-karoten
Karotena adalah pigmen fotosintesis berwarna jingga yang penting dalam fotosintesis. Zat ini membentuk warna jingga dalam wortel dan banyak buah dan sayur lainnya. β-karoten berperan dalam fotosintesis dengan menyalurkan energi cahaya yang diserap ke klorofil. Secara biokimia, karotena termasuk ke dalam golongan terpena, yang disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. β– karoten dikenal dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karotena (α-karotena) dan beta-karotena (β-karotena). Gamma-, delta-, dan epsilon- (γ, δ, εkarotena) juga dikenal dalam jumlah yang sedikit. β-karoten terdiri dari dua grup retinil, dan dipecah dalam mukosa dalam usus kecil oleh β-karoten dioksigenase menjadi retinol, sebuah bentuk dari vitamin A. Karotena dapat disimpan dalam hati dan diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan, sehingga ia dapat dianggap sebagai provitamin A. (T. Salamah, 2005) β-karoten diperkirakan memiliki banyak fungsi yang tidak dimiliki oleh senyawa lain. Jumlah yang diperlukan oleh tubuh memang hanya ukuran milligram perhari. Tetapi jika tidak terpenuhi dapat menimbulkan gangguan fungsi. Zat yang merupakan provitamin A ini terdapat dalam sejumlah sayuran dan buah-buahan. βkaroten merupakan unsur yang sangat potensial dan penting bagi vitamin A, unsur ini merupakan persenyawaan kimiawi yang hampir terlibat dalam berbagai reaksi kimiawi-fisiologik dalam rangkaian metabolisme. Biasanya, sayur-sayuran yang berwarna terang seperti wortel, banyak mengandung β-karoten. Akibat kekurangan β-karoten tidak segera dapat dirasakan, sehingga kebutuhan unsur ini jarang menjadi perhatian. Para peneliti dari institut kanker merekomendasikan, kebutuhan tubuh akan β-karoten setiap hari hanya 5-6 mg. Sebagaimana vitamin, meskipun jumlahnya hanya sedikit, tetapi sangat diperlukan sehingga kalau tidak terpenuhi kebutuhannya dapat menimbulkan gangguan fungsi. Menurut hasil penelitian, β-karoten bermanfaat menghambat kanker. Terutama kanker pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan sebagian jenis kanker serviks. Disamping itu, β-karoten juga dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas karena peran antioksidannya. Radikal bebas merupakan senyawa yang dapat merusak sel, bahkan dapat memacu timbulnya kelainan minimal pada tingkat sel yang
selanjutnya berubah menjadi pre-kanker. β–karoten memberikan perlindungan pada tingkat seluler dimana DNA yang merupakan suatu inti genetik pembawa sifat keturunan diproteksi terhadap berbagai gangguan sehingga terlindung dari senyawa lain yang mengacaukan kode genetiknya. (H. Winarsi, 2007)
2.5.1 Manfaat β-karoten
Tidak hanya ampuh melawan radikal bebas serta menjauhkan tubuh dari sel kanker. Beta karoten ternyata memiliki manfaat lain yang tidak kalah hebatnya. Seperti: 1.
Menjaga kesehatan jantung. Sebuah penelitian berhasil mengungkapkan bahwa orang yang darahnya mengandung beta karoten relatif tinggi, memiliki risiko rendah terhadap serangan penyakit jantung.
2. Melidungi tubuh dari efek buruk rokok dan polusi udara. 3. Melindungi seseorang dari ancaman alergi cahaya hingga 80%. 4. Membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Itu sebabnya suplemen β-karoten masuk dalam daftar pengobatan yang diberikan kepada pasien penderita AIDS.
Sumber lain juga menyebutkan beberapa manfaat dari β-karoten antara lain mengurangi resiko kanker payudara pada wanita. β-karoten tampaknya sangat efektif untuk wanita yang beresiko tinggi terkena kanker payudara, termasuk mereka yang memiliki riwayat keluarga dan mereka yang menggunakan alkohol secara berlebihan. β-karoten tampaknya juga dapat mencegah kanker rahim, kanker serviks, kanker tiroid, kanker kandung kemih, kanker kulit (melanoma, karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa), kanker otak dan kanker darah (leukemia).
Namun, beberapa penelitian menunjukkan kombinasi beta-karoten dengan vitamin C, vitamin E, selenium, dan seng dapat menurunkan tingkat kanker pada pria, tapi tidak perempuan. Para peneliti berspekulasi bahwa pria memiliki asupan rendah antioksidan makanan. Mengurangi risiko kanker ovarium pada wanita setelah menopause. Serta mencegah serangan asma dibantu dengan olahraga.
2.5.2 Biosintesa β-karoten
Gambar 2.8 Biosintesa β-karoten di dalam Tumbuhan (J. Hirschberg, 1997)
2.5.3 Analisa β-karoten Analisa kadar β-karoten dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Metode Spektrofotometri UV-Visibel Metode spektroskopi Visibel berdasarkan atas absorban sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai metode kolorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya, ion Fe3+ dengan CNS- menghasilkan larutan berwarna merah.
Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan sampel yang dibuat pada kondisi yang sama dalam tabung Nessler atau kolorimetri Dubosq. Dengan kolorimetri elektronik, jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Pada spektroskopi UV, yang diabsorpsi adalah cahaya ultraviolet, sehingga larutan yang tidak berwarna dapat diukur. Sebagai contoh, aseton dan asetaldehid seperti pada spektroskopi Visibel, pada spektroskopi UV maka energi cahaya yang diserap digunakan untuk transisi elektron (electron transition). Energi cahaya UV ternyata lebih besar dari energi cahaya Visibel, sehingga energi UV dapat menyebabkan transisi elektron σ atau π. Istilah yang banyak digunakan dalam spektroskopi adalah transmitan, serapan (absorban), dan daya serapan (absorptivitas). Istilah tersebut digunakan untuk spektroskopi UV-Vis (ultraviolet dan sinar tampak), spektroskopi inframerah dan spektroskopi absorpsi atom. (M. Bintang, 2010)
2. Metode Kolorimetri Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik. Warna itu biasanya
disebabkan
oleh
pembentukan
suatu
senyawa
berwarna
dengan
ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam penyusun
yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang sama. Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu. (Vogel, 1994)
3. Metode Kromatografi Kolom Absorpsi Kromatografi adsorpsi didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi permukaan. Proses ini terjadi secara terus-menerus selama pemisahan kromatografi karenanya sistem kromatografi berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Eluen akan terdistribusi diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan distribusinya untuk menjaga kesetimbangan ini. Untuk pemisahan campurancampuran dalam kolom, eluen dikarakterisasi dengan waktu retensi dan faktor retensi. Dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut dikarakterisasi dengan volume retensi yang merupakan volume fase gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. (A. Rohman, 2007)
4. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik yang mana solut atau zatzat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. (A. Rohman, 2007)