BAB 2 PEMBAHASAN 2.2 Mediation Hewan ternak merupakan aset terpenting dari usaha peternakan, oleh karena itu penting untuk senantiasa menjaga dan menghindarkan dari penyakit. Salah satu upaya yang bersifat prefentif adalah dengan cara pemberian vaksin. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk
merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, dan dapat menahan serangan penyakit. Vaksinasi mempunyai peranan penting untuk pengendalian epidemi penyakit viral seperti Bovine Viral Diarrhea dan Infectious Bovine Rhinotracheitis. Vaksin toksoid merupakan vaksin tertua yang telah lama digunakan untuk pencegahan penyakit clostridial yang
antara
lain
adalah
enterotoxemia,
blackleg,
malignant
edema,
bacillary
haemoglobinuria, dan black disease. Penyakit tersebut umumnya yang bersifat per-akut atau akut dan terkadang mematikan. Vaksinasi merupakan cara efektif untuk mencegah terjadinya penyakit clostridial. Vaksin clostridia biasanya multivalen terdiri atas kultur dan toksin beberapa Clostridium spp. yang sudah dinonaktifkan. Penyakit-penyakit sapi perah lain dapat dicegah dengan vaksinasi adalah Salmonellosis, penyakit parasit (cacing paru-paru), penyakit jamur (ringworm), pneumonia (pasteurellosis, Respiratory syncytial virus (RSV), Para Influenza-3 (PI-3) dan Infectious Bovine Rhinotracheitis dan enteritis yang disebabkan oleh virus rota dan E.coli. Vaksin lainnya mungkin dapat mencegah penyakit klinis, tetapi tidak mencegah infeksi dan /atau pengembangan carrier. Dalam banyak kasus, imunisasi akan benar-benar efektif atau hanya mampu mengurangi keparahan penyakit.
Hewan ternak yang sudah diberikan tindakan preventif untuk mencegah terjangkitnya penyakit bukan berarti hewan tersebut akan terus dalam kondisi sehat, masih ada kemungkinan ternak tersebut terkena penyakit. Jika ternak sudah terjangkit maka hewan ternak tersebut akan menunjukan tanda-tanda, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan mediation pada hewan ternak tersebut.
Tujuan utama dalam mediasi pada ternak adalah untuk mengembalikan kondisi ternak yang sakit hingga pulih seluruhnya secepat dan semurah mungkin. Deteksi awal sapi yang sakit dan perawatan awal merupakan faktor terpenting dalam penanggulangan penyakit. Pastikan semua ternak yang dirawat telah teridentifikasi penyakitnya dan telah mendapatkan perawatan berkala hingga pulih. Pemilihan obat serta dosis yang tepat dan perawatan secara intensif akan sangat berpengaruh dalam efisiensi pengobatan. 2.2.1 Diagnosa penyakit Tanda-tanda vital merupakan salah satu hal yang harus dipahami oleh peternak agar dapat mendiagnosis suatu penyakit. Tanda vital yang keluar dari batas normal menunjukan bahwa ternak tersebut sedang terkena penyakit. Tanda-tanda vital yang normal pada sapi potong adalah:
Suhu tubuh: 100,4-103,1˚F Detak jantung: 40-70bpm Pernafasan: 18-28/menit
Jika terdapat abnormalitas pada tanda-tanda vital hewan ternak, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah diagnosis dan pengenalan ciri-ciri ternak yang sakit, pengenalan penyakit yang sakit sangat penting karena semakin cepat ternak yang sakit tersebut teridentifikasi maka semakin cepat pula waktu pengobatan yang dibutuhkan, identifikasi ternak sakit juga akan meminimalisir kemungkinan ternak tersebut mati. Secara umum ciri-ciri sapi yang sakit adalah:
Tidak makan, lesu. Terbaring atau berdiri, terpisah dari kelompoknya. Tidak memandang, resah atau gemetar, bereaksi dengan hebat dan bersuara.
Pernafasan terburu-buru, cepat atau tidak teratur. Tidak berjalan atau pincang. Menggerakkan kepala secara tidak normal,
kesatu sisi atau ke atas. Kepala terkulai, berjalan ditempat. Hewan kurus. Terlihat penonjolan tulang rusuk, tulang punggung, tulang
pinggul atau tulang lainnya. Legok lapar terlihat jelas. Pada kulit ada bagian yang luka, gundul, iritasi atau ada parasit. Bulu kusam atau kotor. Kotoran berasal dari vagina atau diare. Ada luka atau pembengkakan. Hewan kekurangan cairan yang ditandai dengan kulit yang tidak lemas atau
tidak elastis. Bila dicubit, kulit terangkat, tidak kembali dengan segera Perut kembung (timpani)
2.2.2 Perawatan dan pengobatan Jika ada sapi yang sakit maka tindakan selanjutnya adalah dengan segera memisahkan sapi tersebut ke kandang karantina. Kandang karantina merupakan kandang khusus untuk perawatan dan pengobatan sapi yang sakit, sapi yang sakit dipindahkan ke kandang karantina dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan dan mencegah penularan terhadap hewan lainnya. Ketentuan dari kandang karantina adalah:
Letaknya terpisah dari kandang lain.
Tersedia ruang peralatan kesehatan dan obat-obatan serta peralatan laboratorium
Jauh dari aliran sungai tapi mudah dijangkau baik oleh tenaga kerja, ternak/angkutannya.
Berukuran relatif kecil, menampung ternak dalam jumlah yang sedikit. Memiliki suplai pakan dan air minum secara ad libitum. Dilengkapi dengan
tambahan nutrisi bagi ternak misalnya Blok mineral. Memiliki permukaan yang lembut dan kering, Menggunakan jenis atap tertutup seluruhnya.
Tindakan yang harus dilakukan setelah sapi dipindahkan ke kandang karantina adalah perawatan dan pengobatan, tentunya tindakan ini dilakukan jika ternak tidak terkena penyakit serius yang akan membahayakan nyawanya atau tidak ekonomisnya tindakan perawatan dan pengobatan. Tindakan perawatanyang dilakukan adalah:
Merawat ternak secepatnya. Menyediakan tempat lapang dan kering untuk ternak berbaring. Menghindari suara bising Menyediakan akses air yang mudah dijangkau. Menyediakan pakan dengan palatabilitas tinggi. Memberikan obat (jika dibutuhkan) sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan ,dan menyembuhkan penyakit. Dalam pemberian obat, sangat penting untuk memberikan dosis
yang tepat pada ternak. Pemberian dosis yang tepat dapat meng efektifkan pengobatan pada hewan. Dengan mengenali penyakit yang menjangkiti ternak maka obat yang tepat dapat diberikan. Umumnya penyakit pada hewan ternak dibagi kedalam 4 kelompok:
Penyakit pernafasan Yang termasuk kedalam penyakit pernafasan adalah penyakit demam kapal, infeksi rhinotrachitis, virus diare sapi, Catarrhal ganas, difteri, dll. Obat yang biasa digunakan pada penyakit pernafasan ialah: a. Combiotic Sangat baik untuk mengobati demam kapal namun kurang efektif untuk mengobati pneumonia, diberikan secara intramuskular. b. Terramycin atau aueromycin (Oxytetracycline) Indikasi Untuk pengobatan pada sapi, domba/kambing,babi terhadap infeksi oleh bakteri gram positif maupun gram negatif dan beberapa
spesies
protozoa,
Mycoplasma,
Chlamydia
dan
Rickettsiae. Dosis dan cara pemberian 1 ml per 10 kg berat badan. c. Tylan 200 (Tylosine) Tylosin merupakan obat pilihan untuk mengobati penyakit karena infeksi bakteri gram positif. Secara invitro sangat efektif melawan Mycoplasma yang ada pada saluran pernafasan sapi, domba, babi dan penyebab pnemonia, d. Sulfadiazine Mengobati infeksi terhadap saluran pernafasan. e. Obat jenis kortikostroid. Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti
inflamasi. Penyakit Clostridial Kelompok penyakit ini termasuk penyakit Blackleg, Maligant Edema, Redwater, Botulisme, Enterotoxemia. Semua penyakit Clostridial kecuali Botulisme disebabkan oleh racun eksternal makanan, dapat dicegah melalui vaksinasi. Perawatan pada kelompok penyakit ini tidak akan terlalu efektif, dosis besar dari Penisilin
dan Cycline dapat membantu. Penyakit Pencernaan Umumnya obat untuk penyakit-penyakit pencernaan adalah de-toksin mulut dan pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan dari penyebab penyakit. Ada juga beberapa obat khusus untuk penyakit pencernaan, diantaranya: a. Furacins dan Chloromycetin Antibiotik, digunakan untuk pengobatan penyakit Salmonella.
b. Amprollium Antibiotik. Digunakan untuk mengobati Coccidiosis. c. Sodium Thisulfat untuk mendeteksi dan mengisolasi pathogen Enterobacteria.
Digunakan untuk mengobati penyakit Laminitis. d. Poloxyline Digunakan untuk ternak yang terkena Bloat. Penyakit Syaraf Obat untuk penyakit nyaraf pada sapi diantaranya: a. Terramycin Antibiotik. Digunakan untuk mengobati penyakit Haemophilus Somnus. b. Thiamin (Vitamin B) Digunakan untuk pengobatan penyakit Enchepalomalcaia. Penyakit lainnya a. Actinomycosis Diobati dengan antibiotik Dehidrostrptomycin. b. Pinkeye Diobati dengan Kortikoid (menyerap Na dalam darah) dan Antibiotik. c. Footrot Diobati dengan KMNO4 (Antitoksin) dan Antibiotik. d. Anthrax Dapat dicegah dengan vaksin anthrax. e. Bluetongue Dapat dicegah dengan vaksinasi.
Dalam pengobatan, untuk mempercepat pengobatan dapat juga ditambah obat pendukung yang berfungsi untuk membantu memulihkan kondisi tubuh ternak. Obat pendukung tersebut diantaranya:
Elektrolit Digunakan untuk mengatasi dehidrasi dan kehilangan mineral. Vitamin a. Vitamin ADE Meningkatkan sistem imun. b. Vitamin B Kompleks Menstimulasi pertumbuhan bakteri rumen. Aspirin Menurunkan suhu tubuh ternak. Ekspektoran Menghilangkan penyumbatan pada saluran pernafasan.
Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan adalah untuk tidak dengan
terburu-buru
mengembalikan
ternak
ke
kandang
pemeliharaan,
ternak
membutuhkan waktu untuk mengembalikan kondisi tubuhnya. Akibat dari pengembalian ternak yang tergesa-gesa adalah turunnya produksi bahkan hingga kematian. 2.2.3 Pencatatan medik Ternak yang sudah pulih total, pulih sebagian ataupun mati diharuskan untuk dicatat, pencatatan dimaksudkan untuk memudahkan peternak dalam mendiagnosis dan menangani penyakit di masa yang akan datang serta untuk keperluan evaluasi tindakan preventif yang dilakukan. Pencatatan penyakit biasanya ditulis dalam kartu catatan medik ternak yang berisi: Nomor kandang. Nomor identitas ternak. Jenis kelamin. Tanggal. Tindakan perawatan Suhu rektal Bobot badan Diagnosa dan prognosa Obat yang digunakan Tingkat kepulihan 2.2.4 Good management practice kesehatan ternak a. Memproses ternak sejak datang. Pemrosesan dilakukan dengan memisahkan ternak yang baru datang pada kandang khusus untuk mencegah terjadinya wabah penyakit. b. Melakukan vaksinasi jika dibutuhkan. Vaksin yang dibeli harus dalam keadaan segar dan ditngani dengan baik, tidak lupa juga untuk mengikuti petunjuk pemberian vaksin tersebut. c. Melakukan pemisahan, perawatan dan pengobatan ternak sakit dengan segera. d. Pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi perawatan. e. Melakukan pencatatan pada ternak yang terkena penyakit. Earl L, Drake DVM 1982. Stocker-feeder Management Guide cattleman's library. University of Idaho. Idaho Section 7 halaman 20 Guyer, Paul Q. 1982. Stocker-feeder Management Guide cattleman's library. University of Idaho. Idaho Section 7 halaman 10 Schipper, I A. 1982. Stocker-feeder Management Guide cattleman's library. University of Idaho. Idaho Section 6 halaman 1