BAB 2 NOBUNAGA MUDA DAN USAHANYA UNTUK MENGUASAI PROVINSI MINO (1534-1567)
2.1 Masa Muda Nobunaga lahir di Istana Nagoya pada tahun 1534. Ia merupakan putra kedua dari Oda Nobuhide (1508-1549) yang merupakan kepala Klan Oda. Walaupun ia merupakan anak kedua, ia adalah putra pertama yang lahir dari istri sah Nobuhide, sehingga ia berhak menjadi penerus Oda dan berkuasa atas Owari, yang sekarang dikenal dengan nama prefektur Aichi. Nobunaga mempunyai nama kecil yaitu Kipposhi (Jansen (peneliti dan dosen pensiunan sejarah Jepang di Universitas Princeton), 2002). Sejak Nobunaga masih kecil, ayahnya, Oda Nobuhide menghabiskan waktunya di medan perang melawan penguasa wilayah Mino (sekarang prefektur Gifu), Saito Dōsan yang berada di sebelah Utara dan juga melawan ancaman dari Timur dari wilayah Suruga (sekarang Shizuoka), yang dikuasai oleh klan Imagawa. Hari-hari dimana Nobuhide bisa melepas lelah dan berkumpul dengan istri dan anak-anaknya dapat dihitung dengan jari, sehingga ia tidak bisa mendidik Nobunaga secara langsung. Ia meminta salah satu anak buahnya yang paling ia percaya yaitu Hirate Masahide untuk mendidik Nobunaga. Menurut dua sejarawan yaitu Weston dan Walter (2002: 141) sejak kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan "si bodoh dari Owari" (Owari no Utsuke 尾張の虚け) dari orang-orang di sekelilingnya. Berbeda dengan putra penguasa pada umumnya, ia sering bergaul dengan teman-temannya yang merupakan rakyat jelata, ia sering kabur ketika tiba waktu belajar dengan Masahide dan kemudian pergi bermain sumō 11 di tepi sungai dengan teman-temannya tersebut. Oleh karena hal inilah para pengikut klan Oda mulai kehilangan kepercayaan mereka terhadap Nobunaga. Ayahnya, Nobuhide adalah seorang samurai yang hebat. Nobuhide dapat mempertahankan wilayahnya yang tergolong miskin dan kecil dari serangan Imagawa dan Saito yang memiliki wilayah-wilayah yang jauh lebih kaya, akan 11
Permainan Sumō adalah sebuah bentuk gulat yang berumur 2000 tahun yang dianggap oleh orang banyak sebagai olahraga nasional Jepang. Dikutip dari Japan: An Illustrated Encyclopedia, 1993, halaman 1476.
12 Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
13
tetapi serangan-serangan dari luar bukan merupakan satu-satunya ancaman yang harus dihadapinya, Klan Oda yang dipimpinnya terpecah menjadi dua kubu akibat perebutan wilayah di Owari. Kubu Nobuhide bermarkas di kastil Kiyosu, dan kubu yang melawannya bermarkas di kastil Iwakura. Nobunaga tumbuh di lingkungan yang keras, hampir setiap hari terjadi peperangan di perbatasan, siapapun bisa menjadi pengkhianat baik dari para pengikut maupun keluarganya sendiri, tidak heran Nobunaga kemudian tumbuh menjadi seseorang yang berkepribadian keras kepala, mudah emosi dan tidak ragu untuk menghancurkan musuhnya siapapun itu. Menurut Weston dan Walter (2002) pada tahun awal 1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah. Ia menjabat sebagai kepala klan Oda dan pertempuran pertamanya adalah untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan pasukan Mino. Pertempuran sengit melawan musuh lama ayahnya, Saitō Dōsan dari Provinsi Mino akhirnya bisa diselesaikan secara damai berkat bantuan Hirate Masahide. Nobunaga kemudian dipertunangkan dengan putri kesayangan Saito Dōsan yang bernama Nōhime yang terkenal sangat cantik dan pandai. Berdasarkan novel sejarah yang berjudul Taiko yang ditulis Yoshikawa (1967) pada awalnya Saito Dōsan merasa enggan untuk menyerahkan putri yang sangat disayanginya kepada seorang pemuda yang memiliki reputasi yang buruk seperti Nobunaga, ia kemudian mengundang Nobunaga untuk bertemu pertama kalinya di kuil Shōtoku yang terletak di Gunung Kōya. Saito Dōsan ingin melihat calon menantunya dengan mata kepala sendiri dan kemudian berencana untuk menguji Nobunaga. Ia membawa pasukan dalam jumlah banyak dengan harapan bahwa hal itu akan membuat Nobunaga menjadi gentar. Pada hari pertemuan, Saito Dōsan dan beberapa pengikutnya sengaja bersembunyi di sebuah gubuk di tepi jalan menuju kuil Shōtoku untuk melihat wujud dari Oda Nobunaga yang menjadi buah bibir banyak orang. Ketika Nobunaga lewat, Saito Dōsan merasa terkejut dengan penampilannya yang serampangan yang tidak menggunakan pakaian resmi melainkan sebuah hakama berlengan satu, setelah menyimpulkan bahwa perkataan orang-orang benar bahwa Nobunaga adalah orang bodoh, ia kemudian bergegas kembali ke kuil melalui jalan pintas untuk menyambut Nobunaga. Ketika Nobunaga tiba di kuil Shōtoku, Saito Dōsan dan pengikutnya
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
14
baru saja tiba melalui pintu belakang, merekapun berganti pakaian dan bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Saito Dōsan yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap calon menantunya ini menolak menyambutnya dan memerintahkan salah satu anak buahnya, Hotta Doku untuk pergi dan menyambut Oda, meskipun anak buahnya menganggap bahwa perlakuan terhadap Nobunaga adalah hal yang tidak pantas karena ini adalah pertemuan pertama diantara kedua belah pihak, Saito Dōsan hanya menganggap Nobunaga sebagai calon menantu saja, sehingga tidak perlu dia sendiri yang keluar untuk menyambut Nobunaga. Ternyata diluar dugaannya, Nobunaga sudah berganti pakaian dan rambutnya telah ditata ulang ketika ia tiba di kuil Shōtoku. Nobunaga kemudian segera masuk ke dalam untuk menemui sang calon mertua tanpa mempedulikan sambutan dari Hotta Doku. Ketika tiba di ruangan yang sama dengan calon mertuanya, Nobunaga tidak langsung menegur Saito Dōsan, ia hanya berdiam diri di pojok ruangan sambil melihat sekeliling. Saito Dōsan pun enggan untuk menegur Nobunaga terlebih dahulu sehingga tercipta sebuah keheningan yang tampaknya membuat para pengikutnya gelisah. Akhirnya Hotta Doku dengan takut-takut memperkenalkan Saito Dōsan kepada Nobunaga, Nobunaga langsung mengubah sikapnya menjadi sopan kepada calon mertuanya, hal ini kemudian meluluhkan hati Saito Dōsan. Setelah berbincang-bincang sepanjang hari, Nobunaga kemudian pamit kepada calon mertuanya dan hendak kembali ke wilayahnya di Owari, Saito Dōsan pun mengantarkannya sampai ke gerbang kuil, dan ketika hendak berpisah Nobunaga tertawa, ketika ditanyakan oleh calon mertuanya alasan ia tertawa, Nobunaga menjelaskan bahwa ia teringat sebuah kejadian sewaktu dalam perjalanan ke kuil itu, ketika akan sampai ia melihat seorang tua yang bersembunyi didalam gubuk melihat dirinya, Nobunaga mengatakan bahwa orang itu sangat mirip dengan calon mertuanya, akan tetapi hal itu merupakan hal yang tidak masuk akal oleh karena itu ia menertawakan dirinya sendiri. Saito Dōsan dan pengikutpengikutnya terkejut ketika mendengar peristiwa ini dan tidak bisa berkata-kata, Nobunaga kemudian pergi meninggalkan kesan yang mendalam bagi Saito Dōsan, sejak saat itu ia yakin bahwa Nobunaga bukan hanya orang bodoh biasa seperti yang dikatakan orang banyak.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
15
Meskipun Nōhime merupakan istri resmi dari Oda Nobunaga, tetapi tampaknya Nobunaga lebih mencintai Kitsuno yang melahirkan putra pertamanya, Nobutada. Nōhime tidak pernah melahirkan anak, sehingga ia dianggap mandul. Banyak teori yang mengatakan bahwa Nōhime mungkin saja merupakan matamata yang ditugaskan untuk melaporkan segala gerak-gerik Nobunaga kepada ayahnya, atau bahkan ia adalah seorang pembunuh yang ditugaskan untuk membunuh Nobunaga, akan tetapi tidak ada bukti yang jelas untuk mendukung teori tersebut. Hubungan antara Nōhime dengan Nobunaga sebenarnya hanya bersifat politik, sehingga tampaknya tidak ada cinta diantara mereka, hal ini wajar terjadi kepada para samurai di zaman itu. Pada tahun yang sama (1548), ketika pasukan Oda Nobuhide menyerang Mikawa yang saat itu dikuasai klan Matsudaira, kepala klan Matsudaira, Matsudaira Hirotada meminta bantuan kepada kepala klan Imagawa, Imagawa Yoshimoto untuk melawan pasukan Oda Nobuhide. Imagawa Yoshimoto menyetujui permintaan Matsudaira Hirotada dengan syarat Hirotada harus mengirim anaknya, ini merupakan keputusan yang sangat sulit yang harus diambil oleh Hirotada. Keluarganya terbagi menjadi dua pihak, pihak yang satu lebih memilih untuk berpihak kepada klan Oda, dan pihak yang lain lebih setuju untuk memenuhi tuntutan klan Imagawa. Melalui perdebatan yang cukup sengit, Hirotada akhirnya memutuskan untuk mengirim anaknya, Matsudaira Takechiyo (yang nantinya berubah namanya menjadi Tokugawa Ieyasu) ke Sumpu sebagai sandera. Oda Nobuhide yang mengetahui hal ini, menculik Takechiyo dalam perjalanannya ke Sumpu. Nobuhide kemudian mengancam akan membunuh Takechiyo apabila Hirotada tidak memutuskan hubungan dengan klan Imagawa. Namun, Hirotada menganggap Nobuhide hanya menggertak dan menjawab bahwa ia tidak akan memutuskan hubungan dengan klan Imagawa dan ia rela mengorbankan anaknya sebagai bukti kesetiaannya terhadap klan Imagawa. Walaupun Hirotada menjawab demikian, Nobuhide tidak membunuh Takechiyo. Nobuhide hanya menahan Takechiyo di kuil Manshōji, di Nagoya selama 3 tahun.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
16
2.2 Penyatuan Provinsi Owari oleh Oda Nobunaga Menurut Jansen (2002) pada tahun 1549, Nobuhide meninggal. Nobunaga kemudian datang ke pemakaman ayahnya, walaupun seharusnya ia mengenakan pakaian resmi, ia hanya tampil di upacara persemayaman jenazah hanya menggunakan hakama dan menggulung rambutnya dengan chasen (pengaduk teh). Dikisahkan bahwa Nobunaga masuk dengan tergesa-gesa ke ruang tempat ayahnya disemayamkan, mengambil abu dupa dan kemudian melemparkannya ke dalam kendi abu milik ayahnya. Perlakuan seperti ini dianggap sangat tidak hormat, dan tampaknya Nobunaga melakukan hal ini karena ia merasa terbebani oleh kematian ayahnya yang meninggalkan banyak masalah, musuh baik dari luar maupun dari dalam masih banyak dan sekarang menjadi masalah yang harus ditanggung oleh Nobunaga. Karena kelakuannya ini, banyak pengikut dari klan Oda yang tidak menyukai Nobunaga dan lebih menyukai Nobuyuki, adiknya. Dan novelis sejarah Noguchi, Marx, & Franey (2007) menyatakan bahwa karena kejadian ini, pada tahun 1553 Hirate Masahide yang merupakan pengikut setia klan Oda sekaligus guru dari Oda Nobunaga melakukan seppuku, karena merasa bertanggung jawab atas pembentukan karakter moral Nobunaga. Kematian Masahide sangat disesali Nobunaga, Hirate Masahide adalah figur seorang ayah bagi Nobunaga, meskipun ia sering membangkang dan tidak mendengarkan nasehat dari Masahide mengenai perilakunya yang sembrono, Masahide-lah yang sejak kecil mengurusnya dan mendidiknya. Nobunaga kemudian meminta bantuan pendeta bernama Takugen untuk mendirikan tempat beristirahat arwah Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama Kuil Seishuji (政秀寺). Yoshikawa menulis dalam novel sejarahnya Taiko (1967) bahwa sebelum meninggal, Nobuhide mempercayakan klan Oda dan anaknya, Nobunaga kepada dua pengikutnya yang paling setia, yaitu Hirate Masahide dan Hayashi Sado. Dengan meninggalnya Hirate Masahide, Hayashi Sado adalah satu-satunya pengikut senior kepercayaan ayahnya yang masih hidup. Berbeda dengan Masahide, Sado menganggap junjungannya (Nobunaga) tidak memiliki masa depan dan lebih menyukai adik Nobunaga, Nobuyuki, hal inilah yang kemudian menjadi masalah yang harus dihadapi oleh Nobunaga nantinya.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
17
Kematian Nobuhide mengakibatkan klan Oda semakin terpecah belah. Imagawa Yoshimoto melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menyerang, lalu ia mengirimkan pamannya, Sessai Choro untuk menyerang anak sulung Oda Nobuhide, Nobuhiro. Sessai berhasil mengepung Nobuhiro di Kastil Anjo, kemudian mengirimkan pesan kepada Nobunaga untuk menyerahkan Takechiyo atau kakaknya akan dipaksa untuk melakukan seppuku. Nobunaga tidak dapat menolak hal ini, dan Takechiyo pun diserahkan ke pihak Imagawa. Takechiyo akhirnya menjadi tawanan di Suruga, meskipun ayahnya yang merupakan kepala klan Matsudaira meninggal, ia tidak diperbolehkan pulang ke tempat asalnya. Pada tahun yang sama (1549), Nobunaga kemudian bertemu dengan seorang pemuda dekil yang bernama Hiyoshi, ketika Nobunaga sedang keluar dari istana untuk berlatih militer dengan anak buahnya, Hiyoshi yang sejak awal mengikuti rombongan itu kemudian melemparkan tubuhnya ke dekat kaki Nobunaga dan kemudian bersujud dan bersumpah akan mengabdi kepada Nobunaga, Nobunaga kemudian tertarik dengan pemuda ini dan kemudian mengangkatnya sebagai seorang pelayan, disinilah kedua orang yang kemudian akan menjadi pemersatu Jepang bertemu, pemuda dekil yang pada saat itu diangkat menjadi pelayan, kelak akan menjadi tangan kanan Nobunaga yang paling setia dan cerdas, dan juga orang yang akan meneruskan cita-cita Nobunaga untuk menyatukan Jepang. Tanda-tanda pemberontakan terhadap kekuasaan Nobunaga terlihat semakin jelas, Shibata Katsuie, Hayashi Sado dan Hayashi Mimasaka sering berkumpul secara rahasia di istana Nagoya dimana Hayashi Sado ditugaskan, mereka membahas ketidakbecusan junjungannya, Oda Nobunaga dalam memimpin klan Oda, mereka mencoba untuk membujuk adik Nobunaga, Nobuyuki untuk mengadakan pemberontakan untuk menggantikan Nobunaga, akan tetapi rencana mereka ini bocor karena didengar oleh salah seorang ninja milik Nobunaga, hal ini kemudian dilaporkan kepada Nobunaga. Nobunaga yang mendengar hal ini tidak langsung menghukum mati para pemberontak akan tetapi ia langsung mengadakan kunjungan tiba-tiba ke istana Nagoya, Hayashi Sado, Hayashi Mimasaka dan Shibata Katsuie yang kebetulan pada saat itu sedang membahas rencana ini kaget bukan main dengan kedatangan Nobunaga, Shibata Katsuie kemudian bersembunyi di sebuah ruangan kecil sementara Sado dan Mimasaka menyambut
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
18
kedatangan junjungannya yang mendadak ini, Nobunaga kemudian menghirup teh yang disajikan oleh para pelayan sementara Sado dan Mimasaka pergi ke ruangan dimana Katsuie berada, mereka kemudian berencana untuk membunuh Nobunaga saat itu juga ketika makan siang, akan tetapi tiba-tiba Nobunaga datang keruangan itu dan menegur Katsuie, ia berkata bahwa ia melihat kuda yang mirip dengan kuda Katsuie sehingga ia penasaran apakah Katsuie sedang berada di Nagoya atau tidak, Katsuie kemudian segera bersujud meminta maaf karena kelancangannya tidak menyambut Nobunaga karena ia merasa tidak pantas dengan pakaian yang ia kenakan sekarang, saat itu ia mengenakan pakaian hakama sehari-hari bukan menggunakan kimono yang biasa dipakai bila menghadap ke junjungannya. Nobunaga yang mendengar hal itu hanya tersenyum dan kemudian mengatakan bahwa ia harus segera pergi karena masih ada urusan lain meninggalkan ketiga orang itu yang masih kebingungan. Pada tanggal 24 Agustus 1556, Oda Nobuyuki, Hayashi Sado, Hayashi Mimasaka, dan Shibata Katsuie mengadakan pemberontakan dan terjadi pertempuran antara pihak Nobunaga dan Nobuyuki yang diberi nama Pertempuran Inō (West & Seal (sejarawan dan pemilik situs internet sejarah Jepang), 2004a). Nobunaga yang marah dengan peristiwa ini maju ketengah-tengah pasukan musuh dan memanggil nama ketiga orang tersebut, meskipun para prajurit musuh merupakan pasukan pemberontak, tetapi mereka masih menganggap Nobunaga sebagai junjungannya sehingga tidak ada satu orangpun yang berani menyerangnya, Hayashi Mimasaka yang melihat kejadian ini kemudian lari untuk menyelamatkan diri, Nobunaga melihat Mimasaka dan kemudian sambil meneriakan namanya, ia mengejar Mimasaka dan kemudian membunuhnya, dalam sekejap saja pasukan pemberontak berhasil ditaklukkan oleh Nobunaga, Shibata Katsuie dan Hayashi Sado yang melihat kejadian ini kemudian memundurkan pasukannya dan lari ke istana Suemori. Oda Nobuyuki terkurung di dalam Istana Suemori yang dikepung pasukan Nobunaga. Sang ibu (Dota Gozen) datang untuk menengahi pertempuran di antara kedua putranya, dan Nobunaga dimintanya
untuk
mengampuni
Nobuyuki.
Diluar
perkiraan,
Nobunaga
memaafkan ketiga orang ini, Shibata Katsuie dan Hayashi Sado sangat tersentuh oleh kejadian ini, dan pandangan mereka mengenai junjungannya yang
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
19
merupakan orang yang bodoh dan tidak becus hilang sepenuhnya, akan tetapi hal ini tidak berlaku kepada Nobuyuki, ia menganggap kelemahan hati kakaknya adalah sebuah kesalahan dan menganggap bahwa Nobunaga adalah orang yang bodoh. Mengapa Nobunaga memaafkan ketiga orang ini? Bukankah hal ini benarbenar bertolak belakang dengan kepribadiannya yang mudah marah dan sembrono? Tampaknya Nobunaga berpikir apabila ia membunuh jendral-jendral seniornya, hal ini tidak akan menguntungkan baginya, karena musuh dari segala arah bisa menyerangnya kapan saja, dan ia membutuhkan orang-orang yang cakap untuk memimpin pasukannya, kehilangan kedua jendral ini adalah suatu kerugian yang besar yang tidak bisa diterima oleh Oda Nobunaga. Menurut data yang diperoleh dari Kodansha (1993) pada tahun berikutnya (1557), Nobuyuki kembali menyusun rencana pemberontakan. Nobunaga yang mendengar rencana ini dari laporan rahasia Shibata Katsuie berpura-pura sakit dan menjebak Nobuyuki untuk datang menjenguknya ke Istana Kiyosu. Nobuyuki dihabisi sewaktu datang ke Istana Kiyosu. Tampaknya Nobunaga tidak bisa mentolerir lagi kelakuan Nobuyuki, apabila ia tetap dibiarkan hidup, hal ini akan mengganggu kestabilan wilayahnya, ia terlebih dahulu harus memikirkan cara untuk mempersatukan Owari sebelum bisa memikirkan ancaman dari luar, oleh karena itu Nobuyuki yang dianggap pengganggu kemudian langsung ia habisi tanpa ampun. Walaupun Nobunaga dikenal sebagai penerus Nobuhide yang sah, namun klan Oda sendiri pecah menjadi beberapa pecahan. Bahkan hingga terjadinya perpecahan, Owari sebenarnya berada di bawah Shiba Yoshimune, kanrei Owari yang sebenarnya. Akan tetapi, Oda Nobutomo, saudara dari Nobuhide sekaligus wakil shugo Provinsi Owari, menggunakan Yoshimune sebagai bonekanya dan mencoba untuk merebut posisi Nobunaga sebagai penguasa wilayah Owari. Yoshimune tidak menyukai perlakuan Nobutomo sehingga hubungan di antara keduanya menjadi tegang. Di tengah panasnya hubungan dengan Yoshimune, Nobutomo menyusun rencana pembunuhan atas Nobunaga. Rencana pembunuhan ini dibocorkan Yoshimune kepada Nobunaga, sehingga ada alasan untuk menyerang Nobutomo. Setelah tahu rencananya pembunuhan yang disusunnya
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
20
terbongkar, Nobutomo sangat marah terhadap Yoshimune. Ketika sedang menangkap ikan di sungai ditemani pengawalnya, Yoshimune dibunuh oleh Nobutomo. Anak Yoshimune, Yoshikane dan juga keluarganya seperti adik Yoshikane yang kemudian dikenal sebagai Mōri Hideyori dan Tsugawa Yoshifuyu meminta pertolongan Nobunaga untuk melarikan diri ke tempat yang jauh. Peristiwa pembunuhan Shiba Yoshimune merupakan kesempatan bagi Nobunaga untuk memburu dan membunuh komplotan pembunuh Yoshimune dari keluarga Oda Kiyosu yang sudah lama merupakan ganjalan bagi Nobunaga. Oda Nobutomo berhasil dihabisi paman Nobunaga yang bernama Oda Nobumitsu yang merupakan penguasa Istana Mamoriyama. Nobunaga menaklukkan penguasa Istana Inuyama bernama Oda Nobukiyo yang sebenarnya masih satu keluarga. Setelah itu, Nobunaga menyingkirkan Oda Nobuyasu yang merupakan penguasa distrik Shimoyon dan masih ada hubungan saudara dengan Oda Nobunaga. Oda Nobuyasu adalah anggota keluarga Oda Kiyosu yang menjadi musuh besar Nobunaga. Nobunaga berhasil mengalahkan Oda Nobuyasu, dan mengusirnya dalam Pertempuran Ukino. Dari data yang diperoleh dari Sansom yang merupakan sejarawan Jepang Pra-Modern (1963) dapat diketahui bahwa pada tahun 1559, Oda Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan Provinsi Owari. Sungguh sebuah situasi yang mengerikan dimana didalam sebuah keluarga, antara saudara harus saling membunuh untuk mencapai kekuasaan, Nobunaga lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang seperti ini, tentu saja apabila melihat perjuangan Nobunaga untuk mempersatukan Owari seperti yang tertulis diatas, wajar saja baginya untuk kemudian memperlakukan musuh-musuhnya dengan kekejaman, karena apabila seseorang bisa membunuh saudara kandungnya sendiri, tentu ia tidak mempedulikan nyawa orang lain yang bukan saudaranya. Shiba Yoshikane yang merupakan boneka klan Oda digunakan Nobunaga untuk berdamai dengan para daimyō di wilayah tetangga. Nobunaga berhasil menjalin persekutuan dengan klan Shiba, klan Kira (penjaga wilayah Mikawa) dan klan Imagawa (penjaga wilayah Suruga). Keadaan berlangsung tenang selama beberapa waktu sampai terbongkarnya rencana komplotan pembunuh Nobunaga. Komplotan terdiri dari klan Ishibashi
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
21
yang masih keluarga dengan Shiba Yoshikane (pemimpin klan Shiba), dan klan Kira yang masih ada hubungan keluarga dengan klan Ashikaga. Keluarga shōgun Ashikaga masih merupakan garis utama keturunan klan Shiba. sewaktu diusir ke Kyōtō, Yoshikane pernah meminta perlindungan keluarga Ashikaga. Setelah menghabisi klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu, kekuasaan Provinsi Owari akhirnya benar-benar berada di tangan Nobunaga.
2.3 Pertempuran Okehazama Yoshikawa (1967) juga mengemukakan bahwa reputasi Nobunaga sebagai “Si Bodoh dari Owari” masuk sampai ke Suruga yang merupakan wilayah klan Imagawa. Imagawa Yoshimoto, yang merupakan kepala klan Imagawa pada saat itu, meremehkan kemampuan Nobunaga dan juga kekuatan Owari. Provinsi Suruga merupakan sebuah provinsi yang kaya, mereka memiliki pasokan beras yang banyak, dan tentara yang jumlahnya banyak. Menurut laporan dari matamata yang dikirim olehnya ke Owari, keadaan Owari sangat menyedihkan, pasukannya sedikit dan pemimpinnya bodoh, berdasarkan laporan ini, Yoshimoto kemudian membulatkan niatnya pergi ke Kyōtō untuk mendapatkan restu dari kaisar sebagai pemersatu seluruh wilayah Jepang. Menurut Turnbull, sejarawan spesialis sejarah militer negara Timur, terutama samurai Jepang (1979) lokasi pertempuran Okehazama sekarang terletak di kota Toyoaki, Prefektur Aichi. Menurut pengurutan sejarah yang dilakukan oleh Hall (1991) pada tahun 1560, penguasa wilayah Suruga yang bernama Imagawa Yoshimoto mengumpulkan 20000 sampai 45000 tentara dan memulai perjalanannya menuju Kyōtō. Klan Matsudaira yang ada di Mikawa juga bergabung dengan pasukan yang dipimpin Yoshimoto ini. Untuk memasuki Kyōtō, ia harus melewati wilayah Oda Nobunaga di Owari. Jumlah pasukan ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pasukan Nobunaga yang hanya sekitar 2000 orang (Turnbull, 1979: 54). Ditambah lagi pasukan ini juga harus berpencar di banyak titik di perbatasan. Imagawa Yoshimoto adalah musuh bebuyutan klan Oda sejak jaman dibawah kepemimpinan ayahnya, Nobuhide hingga sekarang dibawah Nobunaga
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
22
Yoshikawa (1967) menulis bahwa pada awalnya Yoshimoto memberikan pilihan kepada Nobunaga untuk menyerah, akan tetapi Nobunaga menolak sehingga pasukan Imagawa kemudian menyerang. Pertempuran sangat tidak seimbang karena jumlah pasukan klan Oda hanya sedikit. Benteng-benteng perbatasan pun berhasil dijatuhkan oleh tentara-tentara Mikawa, hal ini membuat para pengikut Nobunaga menjadi panik dan diantara para pengikutnya ada yang lebih memilih untuk menyerah, akan tetapi Nobunaga tetap tenang. Saat tengah malam, Nobunaga memerintahkan anak buahnya untuk tidur karena sudah berhari-hari mereka gusar dan tidak tidur. Yoshikawa (1967: 253) menyatakan dalam novel sejarahnya, Taiko, ketika fajar tiba, Nobunaga tiba-tiba bangkit menarikan tarian Kōwaka-mai dan menyanyikan lagu Atsumori yang berbunyi: hidup manusia Hanya lima puluh tahun di bawah langit... Jelas bahwa dunia ini Tak lebih dari mimpi yang sia-sia. Hidup hanya sekali. Adakah yang tidak akan hancur? Setelah puas menari dan menyanyi, tanpa menunggu pasukannya bersiapsiap Nobunaga langsung berangkat, pada awalnya ia hanya diikuti oleh segelintir pengikutnya, akan tetapi lama-kelamaan seluruh pengikutnya yang telah selesai bersiap-siap mulai bergabung dengannya dan membentuk barisan pasukan, pengikut-pengikutnya sudah tahu bahwa dalam pertempuran kali ini mereka semua kemungkinan besar akan mati, akan tetapi melihat junjungannya begitu bersemangat maju ke medan perang, pikiran itu terhapus dari benak mereka, yang tersisa hanyalah semangat yang membara untuk menjaga wilayah mereka dimasuki oleh pasukan musuh. Nobunaga kemudian pergi berdoa ke kuil Atsutajingū dengan hanya ditemani beberapa orang pengikutnya yang menunggang kuda. Sebagai pengalih perhatian, sejumlah prajurit diperintahkan untuk tinggal di tempat. Sementara itu, Nobunaga memimpin pasukan yang hanya terdiri dari 2.000 prajurit untuk menyerang pasukan Imagawa. Pasukan Imagawa Yoshimoto pada saat itu sedang mabuk kemenangan karena berhasil menaklukkan benteng-benteng perbatasan milik Owari, benteng-
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
23
benteng itu kemudian ditempati oleh pasukan dari Mikawa yang dipimpin oleh Ieyasu, sehingga Ieyasu tidak berhadapan langsung dengan Nobunaga di dalam peperangan ini. Pasukan Nobunaga maju dengan persiapan untuk mati terhormat, mereka terus mengawasi pasukan musuh dari atas bukit, pasukan Nobunaga diperintahkan untuk melepaskan perlengkapan-perlengkapan yang berat agar lebih mudah menerjang musuh dan mengambil kepala Yoshimoto karena pasukan Nobunaga pasti kalah jika berhadapan langsung dengan pasukan Imagawa yang berjumlah sepuluh kali lipat. Keberuntungan berpihak kepada Nobunaga karena pada sore hari, ketika hari mulai gelap, terjadi hujan guntur yang membuat pasukan Imagawa lengah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nobunaga, ia memerintahkan pasukannya maju langsung ke pasukan musuh untuk membunuh Imagawa. Karena pasukan Nobunaga yang berjumlah sedikit, pasukan Imagawa tidak sadar bahwa mereka sedang diserang, bahkan jendral-jendral Imagawa mengira bahwa sedang terjadi perkelahian didalam pasukannya sendiri. Akan tetapi ketika mereka sadar bahwa itu adalah pasukan Nobunaga, semuanya telah terlambat, barisan pasukan Imagawa berantakan dan Imagawa Yoshimoto sangat terkejut dan tidak menduga serangan mendadak dari pihak Nobunaga. Pengawal berkuda dari pihak Nobunaga, Hattori Koheita dan Mōri Shinsuke berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto dan mengambil kepalanya. Setelah kehilangan pemimpin, sisa-sisa pasukan Imagawa pulang melarikan diri ke Suruga. Sedangkan pasukan Mikawa yang dipimpin oleh Ieyasu mundur ke wilayahnya di Mikawa, ia menganggap tidak ada untungnya berperang dengan Nobunaga. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa Nobunaga adalah orang yang dapat membaca situasi dan kekuatan diri sendiri maupun lawan. Hal ini terbukti dari penyusupan yang ia lakukan ke musuh yang sedang berpesta, sehingga tidak ada satu orang pun yang sadar bahwa pasukan Nobunaga menyusup untuk membunuh mereka. Kemenangannya dalam Pertempuran Okehazama ini membuat nama Nobunaga yang pada saat itu berusia 26 tahun menjadi terkenal di seluruh Jepang. Sementara itu, klan Imagawa yang semakin melemah, akhirnya tidak lagi memegang kontrol atas klan Matsudaira. Sansom (1963) menyatakan bahwa pada 1561, suatu aliansi dibentuk antara Oda Nobunaga dan Matsudaira Motoyasu
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
24
(yang kemudian dikenal dengan Tokugawa Ieyasu) dari Provinsi Mikawa. Kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama, yakni menghancurkan klan Imagawa. Kemenangan di Okehazama merupakan sebuah kemenangan yang sangat berarti bagi klan Oda. Akibat kemenangan ini, reputasi Nobunaga sebagai si bodoh terhapus, dan namanya tersebar ke seluruh penjuru negeri. Akan tetapi kemenangan ini juga membawa keberuntungan bagi pihak lain, Tokugawa Ieyasu yang selama ini menjadi tawanan di wilayah Suruga, setelah kekalahan Imagawa, dapat kembali ke wilayahnya sendiri di Mikawa. Kedua hal ini lah yang secara langsung mendukung keberhasilan Nobunaga dalam usahanya mempersatukan Jepang nantinya.
2.4 Penaklukan Mino Dalam novel sejarahnya, Yoshikawa (1967) juga menjelaskan bahwa Kekuasaan di Mino tidak lagi dipegang oleh mertua Nobunaga, Saito Dōsan, ia terbunuh ketika anaknya, Saito Yoshiatsu melakukan kudeta. Tetapi di Mino, Saito Yoshitatsu meninggal mendadak karena sakit pada tahun 1561, dan posisinya digantikan oleh putranya, Saito Tatsuoki. Meskipun ia memegang posisi sebagai kepala klan, Tatsuoki yang masih muda, tidak bisa dibandingkan dengan ayah dan kakeknya yang sudah sangat berpengalaman. Penaklukan Saitō Tatsuoki dari Provinsi Mino merupakan tujuan berikut Nobunaga. Menurut Deal yang merupakan dosen sejarah (2007) pada tahun 1564, Nobunaga bersekutu dengan Azai Nagamasa dari Ōmi Utara (sekarang prefektur Shiga) untuk menjepit posisi klan Saitō. Berdasarkan perjanjian tersebut, adik perempuan Nobunaga yang bernama Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa. Kemudian ia memindahkan basis kekuatannya ke Benteng Komaki dan memulai propagandanya di Mino. Provinsi Mino adalah provinsi yang memiliki kekayaan yang besar, selain itu di provinsi ini juga terdapat banyak jendral-jendral hebat seperti “Si Macan” Osawa Jirozaemon, yang telah berkali-kali berhasil menangkal serangan-serangan dari Owari yang dilakukan oleh Oda Nobuhide, dan juga tiga serangkai yaitu Iyo, komandan Benteng Sone, Ando Noritoshi, komandan Benteng Kagamijima, dan Ujiie Hitachinosuke, Komandan Benteng Ogaki yang merupakan jendral-jendral Mino yang hebat yang memiliki pengetahuan militer yang luas. Orang-orang
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
25
inilah yang menjadi penghalang bagi Nobunaga untuk menguasai Provinsi Mino, ia melakukan serangan berskala kecil berkali-kali akan tetapi hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, ia juga memerintahkan jendral-jendral andalannya seperti Shiba Katsuie untuk membangun sebuah istana di tepi sungai Kiso di daerah Sunomata agar bisa dimanfaatkan sebagai pusat penyerangan wilayah Mino, akan tetapi usaha ini terus digagalkan oleh tentara Mino dibawah pimpinan Jendral Fuwa. Sansom (1963) memberikan penjelasan pada bukunya bahwa pada tahun 1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tōkichirō (Hideyoshi Toyotomi) untuk membangun Istana Sunomata yang akan digunakan sebagai batu loncatan penyerangan ke Mino. Hideyoshi menyanggupi perintah Nobunaga, dan karena pada saat itu namanya belum terkenal, pasukan Mino menganggap remeh kemampuan Hideyoshi, mereka membiarkan konstruksi istana itu berjalan tanpa gangguan agar mereka bisa mengambil istana itu ketika sudah selesai terbangun. Hideyoshi meminta bantuan kepada bekas majikannya, Koroku Hachisuka yang merupakan pemimpin rōnin12 yang bekerja untuk provinsi mino, pada awalnya Koroku tidak bersedia membantu pasukan Oda karena keluarganya sejak dulu sudah mengabdi kepada klan Saito, akan tetapi Hideyoshi berhasil membujuknya dengan mengatakan bahwa tidak ada masa depan lagi bagi klan Saito karena klan itu sudah membusuk dari dalam, dan tidak ada keuntungan bagi mereka apabila terus membela klan tersebut, akan tetapi apabila mereka bertempur dibawah klan Oda, mereka tidak perlu lagi menjadi rōnin, dan nama mereka akan terangkat menjadi pengikut setia klan Oda. Koroku yang berhasil dibujuk oleh Hideyoshi kemudian mengumpulkan seluruh ronin yang berada dibawah kekuasaannya, ia kemudian menyatakan apabila ada yang tidak setuju dengan pindahnya kesetiaannya kepada klan Oda, maka mereka boleh pergi, akan tetapi tidak ada satu rōnin pun yang pergi meninggalkan Koroku. Pembangunan benteng itu terus berlanjut tanpa gangguan, Hideyoshi yang dibantu oleh rōnin-rōnin dari Hachisuka bekerja keras sampai lupa makan dan istirahat, ketika Istana sudah setengah jadi, Osawa Jirozaemon datang untuk 12
Pengertian rōnin sejak Periode Muromachi mengacu pada samurai yang kehilangan pemimpinnya dan gaji mereka. Dikutip dari Japan: An Illustrate Encyclopedia, 1993, halaman 377.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
26
memperingatkan Jendral Fuwa mengenai bahaya yang mengancam apabila istana itu selesai dibangun dan dipakai sebagai basis penyerangan musuh, akan tetapi kekhawatiran Osawa ditepis oleh Fuwa sambil tertawa, Osawa kemudian pergi meninggalkan tempat itu dengan kesal karena nasehatnya tidak diindahkan oleh Fuwa. Sebelum sepuluh hari berlalu sejak Osawa memperingatkan Fuwa, ramalannya menjadi kenyataan. Pembangunan Istana Sunomata maju pesat hanya dalam waktu tiga malam saja. Fuwa kemudian memutuskan untuk menyerang dan mengambil alih istana yang telah dibangun oleh Hideyoshi. Pasukan Fuwa telah terlatih menyeberangi sungai dan melakukan penyerangan pada malam hari. Seperti yang mereka lakukan sewaktu menggagalkan pembangunan yang sebelumnya, mereka mendekati dan mengepung Sunomata di tengah malam, dan berencana untuk merebutnya hanya dengan satu kali serangan. Tapi kali ini mereka memperoleh sambutan yang berbeda. Hideyoshi dan para roninnnya sudah siap siaga. Mereka membangun benteng ini dengan kerja keras, oleh karena itu mereka tidak akan sudi menyerahkan benteng ini tanpa perlawanan. Cara bertempur ronin sangat berbeda dengan cara bertempur pasukan yang teratur, mereka memakai berbagai cara untuk mengalahkan musuhnya, mereka menyirami minyak ke kapal pasukan Fuwa untuk membakarnya, dan ketika pasukan Fuwa lari, para ronin mengejar dan menghabisi mereka. Kekalahan ini merupakan kegagalan yang memalukan bagi jendral Fuwa dan ia kemudian meminta bantuan kepada Osawa untuk menyerang Sunomata, akan tetapi Osawa yang pernah ditertawakan oleh Fuwa tidak berniat untuk membantu sama sekali. Fuwa kemudian mengirimkan serangan-serangan ke Sunomata untuk menebus kehormatannya akan tetapi gagal dan akhirnya ia mati di pertempuran. Nobunaga yang kemudian kagum dengan keberhasilan Hideyoshi, semakin mempercayai kemampuannya, pangkatnya dinaikkan menjadi komandan pasukan dan ia diperbolehkan untuk tinggal di istana Sunomata, meskipun satu langkah sudah berhasil ditempuh dengan pembangunan istana Sunomata, akan tetapi Mino masih memiliki jendral-jendral yang cukup tangguh, wilayah Nobunaga di Owari adalah wilayah yang kecil, sehingga ia tidak bisa menyia-nyiakan pasukannya dengan serangan yang tidak memiliki kemungkinan berhasil, ia ingin
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
27
mengalahkan pasukan Mino hanya dengan satu serangan besar saja, ditengah kebingunganya ini Hideyoshi kembali mengejutkan Nobunaga dengan membawa “Si Macan” Osawa Jirozaemon kehadapan Nobunaga, Osawa berniat untuk pindah ke pihak Nobunaga karena ia dicurigai sebagai pengkhianat oleh pihak Mino karena tidak membantu Fuwa menyerang istana Sunomata, Hideyoshi yang mendengar kabar ini kemudian menemui Osawa dan kemudian menawarkannya untuk mengabdi kepada klan Oda. Ternyata diluar dugaan Hideyoshi, Nobunaga tampak kesal, ia merasa Hideyoshi terlalu cepat percaya kepada seorang jendral musuh yang terkenal, mungkin saja Osawa berpura-pura untuk berpihak kepadanya dan kemudian ketika saatnya tepat, menikam Nobunaga dari belakang. Nobunaga yang sudah cukup berpengalaman mengenai pengkhianatan tidak mau mengambil resiko, ia kemudian mengeluarkan perintah rahasia untuk Hideyoshi agar ia membunuh Osawa diam-diam, Hideyoshi yang membaca perintah itu merasa terpukul, ia tidak mungkin membangkang kepada junjungannya, tetapi ia juga tidak mungkin membunuh orang yang percaya dan telah dijanjikan olehnya bahwa apabila ikut dengan klan Oda ia akan selamat. Hideyoshi kemudian mendapatkan sebuah ide, ia mengatakan kepada Osawa untuk membantunya meyakinkan tiga serangkai Mino untuk berpihak ke klan Oda sebagai bukti kesungguhan Osawa untuk berpihak ke klan Oda, Osawa kemudian menyanggupi ide tersebut dan satu persatu dari tiga serangkai kemudian berpihak kepada klan Oda dan akhirnya Nobunaga mendapatkan empat jendral hebat tanpa harus meneteskan darah sama sekali. Apakah Nobunaga sengaja memberikan perintah seperti itu kepada Hideyoshi agar bisa melihat kesungguhan Osawa yang berjanji akan berpihak padanya? Nobunaga merupakan seseorang yang sudah makan asam garam mengenai pengkhianatan, ia tentu memerlukan bukti yang jelas mengenai kesetiaan seseorang, mungkin saja ia memang memerintahkan hal itu agar bisa melihat kesungguhan Osawa, tetapi yang jelas sekarang penghalang besar Nobunaga untuk menyerang Mino sudah hilang. Nobunaga terkenal sebagai seseorang yang keras kepala dan tidak sabaran, setelah semua penghalangnya hilang, ia segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang Mino, banyak dari pengikutnya termasuk Hideyoshi Toyotomi yang
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
28
menentang keputusan ini, akan tetapi Nobunaga tidak menghiraukan pendapat mereka dan tetap menjalankan rencananya menyerang Mino. Pada musim panas tahun itu (1566), sebuah pasukan besar akan berangkat dari gunung Komaki menuju Mino. Sunomata akan digunakan sebagai basis penyerangan mereka. Pertempuran untuk menyeberangi sungai dan memasuki wilayah musuh berlangsung lebih dari satu bulan. Banyak prajurit yang terluka yang dikirim kembali. Laporan mengenai kemenangan tidak pernah datang. Pasukan Nobunaga tidak lagi memiliki semangat untuk bertempur. Mulai saat itu Nobunaga pun terdiam. Kelihatan jelas bahwa ia mendapatkan pelajaran bahwa tidak semua pertempuran akan berakhir seperti pertempuran Okehazama. Serangannya kali ini gagal dan ia kemudian menarik pasukannya kembali ke gunung Komaki. Selama musim dingin, tidak terjadi pertempuran diantara kedua pihak. Baik pihak Owari maupun pihak Mino memperkuat pertahanan masing-masing. Bersamaan dengan gencatan senjata yang tidak resmi, jumlah pedagang yang melakukan perjalanan diantara kedua provinsi itu semakin meningkat, dan warga kota Inabayama yang merupakan Ibu kota provinsi Mino mengira pasukan Owari sudah menyerah. Pada musim semi di tahun berikutnya (1567), Nobunaga mengundang seorang ahli upacara teh dan seorang penyair ke benteng, dan mengisi hariharinya dengan menjalankan Upacara Teh dan mengadakan acara menulis sajak. Bagi pihak musuh terlihat Nobunaga sudah menyerah untuk menyerang wilayah Mino dan hanya memanfaatkan masa damai ini untuk menikmati hidup, seakanakan tidak ada hal lain yang membebani pikirannya. Akan tetapi pada musim panas keadaan di Owari kembali menegang, pos-pos perbatasan kembali dijaga dengan ketat, hal ini membuat pihak Mino menjadi was-was dan mengirimkan mata-mata untuk mencari kabar, akan tetapi laporan yang mereka terima tetap seperti biasa yaitu masih terdengar suara-suara perayaan dari dalam kastil dan benteng-benteng. Yoshikawa (1967) menyatakan bahwa pada musim Gugur Oda Nobunaga melakukan serangan tiba-tiba melalui kastil Sunomoto, ia memimpin langsung pasukan sebesar sepuluh ribu orang, berita ini pada awalnya hanya dianggap sebagai gertakan saja, karena mereka menganggap bahwa Nobunaga tidak akan
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
29
bisa menggalang sepuluh ribu prajurit dengan wilayahnya yang kecil seperti sekarang. Akan tetapi mata-mata kemudian melaporkan bahwa kekuatan klan Oda yang menyerang benar-benar berjumlah sepuluh ribu orang, hal ini membuat pihak Mino panik dan terlambat dalam mengantisipasi keadaan sehingga pasukan Nobunaga bisa masuk ke wilayah Mino tanpa mengalami banyak gangguan. Siang dan malam pasukan Oda mendesak maju, dari Atsumi dan dataran Kano di Selatan, dan dari hulu anak-anak sungai Nagara, sampai ke Goto dan Kagamijima di Barat. Kebakaran-kebakaran yang mengikuti gerak maju pasukan Oda berubah menjadi lautan api. Dan pada hari ketujuh bulan itu, orang-orang Oda mengepung Inabayama, benteng utama pihak musuh. Tekad Nobunaga untuk menaklukan Mino terlihat jelas, saat itu merupakan pertama kalinya Nobunaga memimpin pasukan berjumlah besar. Ia telah mengerahkan kekuatan seluruh provinsi, dan apabila ia kalah dalam pertempuran ini, maka ia tidak akan memiliki kekuatan lagi dan Owari akan lenyap dari muka bumi. Ketika pasukan Oda Nobunaga tiba di Inabayama, gerakan pasukannya berhenti, dan selama beberapa hari kedua belah pihak terlibat pertempuran sengit. Kedudukan
benteng
Inabayama
yang
berada
diatas
gunung
sangat
menguntungkan, akan tetapi hal yang paling merugikan pasukan Oda adalah perbedaan modal dan kekayaan, kekayaan pihak Mino menyebabkan mereka bisa membeli persenjataan api dalam jumlah yang besar. Setelah beberapa hari, pasukan Oda mulai terlihat lelah, Nobunaga kemudian mengumpulkan semua jendralnya dan berdiskusi mengenai bagaimana mengatasi masalah ini. Nobunaga berpendapat bahwa apabila mereka menyerang terus seperti ini, tidak akan ada jalan untuk menang, sehingga ia meminta saran dari jendral-jendralnya. Hideyoshi merupakan yang pertama memberikan usul kepada Nobunaga, ia mengusulkan untuk menyelundupkan pasukan kecil ke belakang Inabayama melalui gunung Zuiryuji. Karena tidak ada lagi jendral yang bisa memberikan saran yang lebih baik, Nobunaga kemudian memutuskan untuk mengikuti rencana Hideyoshi, Nobunaga kemudian menunjuk Hideyoshi untuk memimpin pasukannya menyelundup ke belakang benteng Inabayama.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
30
Pasukan Oda tidak memiliki waktu yang banyak, apabila peperangan terus diulur, maka mereka akan kalah, harapan satu-satunya adalah berhasilnya Hideyoshi menyelinap kebelakang Inabayama dan mengacaukan benteng dari bagian belakang, satu hari kemudian, terlihat asap yang datang dari benteng Inabayama, Hideyoshi berhasil membakar bagian belakang benteng Inabayama dan menciptakan kekacauan, hal ini dimanfaatkan oleh Nobunaga untuk memerintahkan pasukannya menyerang. Pasukan Oda menyusuri jalan menuju gerbang utama benteng dan kemudian terjadi pertempuran yang sengit, dan tidak sampai setengah hari mereka berhasil menaklukkan benteng Inabayama. Benteng Inabayama adalah sebuah benteng yang sangat kuat, apabila diserang secara langsung akan sulit menaklukannya, Nobunaga yang sudah mengalami kegagalan yang pahit paham betul mengenai hal ini, ia kemudian memanfaatkan kecerdasan Hideyoshi dan mempercayakan sepenuhnya nasib pasukannya kepada Hideyoshi, tampaknya serangan dari belakang yang dilakukan Hideyoshi menimbulkan kekacauan didalam benteng tersebut, para pasukan Mino mengira ada pengkhianat diantara mereka sehingga mereka bertarung sendiri, ditambah lagi pasukan Oda yang masuk untuk menghabisi mereka sehingga pasukan yang bertahan tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti. Yoshikawa (1967: 376-377) mengemukakan bahwa ditengah kekacauan ini Nobunaga menulis surat untuk Saito Tatsuoki sang penguasa Mino yang berbunyi: Hari ini marga Tuan yang tak bermoral telah diselubungi api pembalasan dewa-dewa, dan akan segera diluluhlantakkan oleh prajurit-prajuritku. Warga provinsi ini menanti-nati hujan yang akan memadamkan api ini, dan sorak-sorai kegembiraan sudah terdengar dari kota benteng. Tuan keponakan istriku. Bertahun-tahun aku mengasihani kekecutan hati dan ketololan Tuan, dan aku tak sanggup menghukum tuan dengan pedangku. Sebaliknya aku bersedia menyelamatkan nyawa Tuan dan memberikan upah untuk Tuan. Jika Tuan ingin hidup, segeralah menyerah, dan kirim utusan ke perkemahanku. Setelah Tatsuoki membaca surat itu, ia memerintahkan pasukannya untuk menyerah, dan kemudian ia dan anggota keluarganya meninggalkan benteng disertai tiga puluh pengikut saja untuk menghadap Nobunaga. Nobunaga
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
31
kemudian mengasingkan Tatsuoki ke Kaisei, dan berjanji akan menganugerahkan sedikit tanah kepada adik Tatsuoki, Shingoro, agar garis keturunan keluarga Saito tidak musnah. Nobunaga berhasil menaklukkan pasukan Saitō Tatsuoki berkat bantuan klan Takenaka, Kelompok Tiga Serangkai dari Mino bagian Barat (pasukan dari klan Inaba, klan Ujiie, dan klan Andō), klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori. Hall (1991) mengemukakan bahwa dengan ditaklukkan Provinsi Mino pada tahun 1567, Nobunaga menjadi daimyō dua provinsi sekaligus di usia 33 tahun. Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari Provinsi Mino, karena pada saat itu menguasai Mino sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Nama bekas pusat kekuasaan klan Toki dan klan Saitō di Inabayama diganti namanya oleh Nobunaga menjadi Gifu. Aksara kanji "Gi" untuk kota Gifu diambil dari nama Gunung Gi (Qi dalam bahasa Tiongkok) yang merupakan tempat berdirinya Dinasti Zhou. Nobunaga konon bermaksud menggunakan kesempatan ini sebagai titik awal pendirian dinasti Nobunaga. Totman (2000) menulis dalam bukunya bahwa pada tahun itu juga (1567), Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan ambisinya menguasai seluruh Jepang. Nobunaga mulai menggunakan stempel bertuliskan Tenka Fubu (天下布武 di bawah langit, menguasai dengan kekuatan militer) atau penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan militer. Setelah pertempuran itu Nobunaga berniat untuk membenahi pemerintahan dan mengistirahatkan pasukan, ia kemudian mengikuti paham “menjadi tetangga yang baik dan mempersiapkan masa depan.” Bagi klan Oda, marga Takeda dari provinsi Kai merupakan ancaman dari belakang. Nobunaga kemudian menyusun rencana untuk menikahkan putri adopsi Nobunaga dengan putra Takeda Shingen, Takeda Katsuyori. Tidak lama kemudian pernikahan ini dikaruniai seorang anak yang diberi nama Taro, dan Takeda Shingen tampak senang sekali dengan pernikahan ini, akan tetapi sang ibu meninggal ketika melahirkan Taro. Nobunaga segera menyusun rencana lagi untuk mempertunangkan anak sulungnya, Nobutada, dengan putri Takeda Shingen, untuk mencegah retaknya hubungan antara kedua klan tersebut.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009
32
Nobunaga juga mengusulkan ikatan perkawinan kepada klan Tokugawa dari Mikawa agar persekutuan militer yang telah mereka jalin dapat diperkuat dengan ikatan keluarga. Pada saat dipertunangkan, usia putra tertua Ieyasu, Takechiyo dan putri Nobunaga sama-sama berusia delapan tahun. Pendekatan seperti ini juga digunakan terhadap marga Sasaki di Omi. Dengan demikian, benteng di Gifu disibukkan dengan perayaan selama dua tahun berikut. Penguasaan provinsi Mino merupakan langkah terpenting Nobunaga dalam mewujudkan ambisinya menguasai Jepang, usahanya yang dimulai dari sebuah wilayah kecil yaitu Owari yang tidak memiliki kekayaan yang berarti, dimana ia harus membunuh darah dagingnya sendiri untuk memperoleh kekuasaan mulai berbuah hasilnya, dan juga ia harus mengatasi ancaman dari klan luar yang memiliki pasukan dan modal yang jauh lebih banyak dari dirinya. Nobunaga mampu mengatasi semua hal tersebut dan dengan pandangan terus maju ia berusaha untuk mewujudkan ambisinya dengan menguasai Mino yang memiliki kekayaan yang mapan, setelah berhasil menguasai Mino, Nobunaga mulai mengumpulkan modal untuk usahanya mempersatukan Jepang, akan tetapi untuk sementara ia harus mengurungkan niatnya untuk menguasai wilayah-wilayah lain karena pasukannya yang masih lelah dan juga pemerintahan baru di Gifu yang masih harus dibenahi, ia harus terlebih dahulu menjalin hubungan diplomasi dengan wilayah-wilayah tetangganya agar wilayahnya tidak diserang. Pada bab berikutnya penulis akan mencoba untuk memaparkan langkahlangkah yang diambil Nobunaga sejak saat ia menguasai Mino, dan kemudian menuju ke Kyōtō lalu kemudian melakukan pembantaian yang kejam terhadap pemberontak yang melawannya hingga kematiannya yang tiba-tiba di kuil Honnoji.
Universitas Indonesia Oda Nobunaga..., Ivan Dennis Lolong, FIB UI, 2009