BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Data 2.1.1 Film Dokumenter Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita), namun merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguhsungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). (Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.)
2.1.2 Inspirasi Cerita Cerita yang akan penulis masukan ke dalam film dokumenter ini yaitu tentang awal perjalanan dan sejarah seni lukis Raden Saleh, dimana penulis akan menceritakan tentang awal mula perjalanan karir Raden Saleh dan bagaimana Raden Saleh bisa sampai belajar di Eropa dan memiliki hubungan-hubungan baik dengan para bangsawan, dan tidak hanya bangsawan di Eropa tetapi juga bangsawan sebangsanya. Penulis mengambil cerita ini dikarenakan, penulis merasa generasi di jaman sekarang ini terutama kalangan remaja sudah tidak memperdulikan sejarah yang ada di jaman terdahulu. Maka dari itu penulis mengangkat salah satu sejarah yang cukup fenomenal pada jamannya ke dalam film dokumenter ini, agar masyarakat dapat belajar tidak hanya berpatokan pada buku saja.
2.1.3 Data Sejarah 2.1.3.1 Aliran Seni Lukis Sebelum abad ke-19 atau mulainya seni lukis modern di indonesia, di eropa sudah banyak berkembang aliran seni, beberpa di antaranya antara lain sebagai berikut: 3
4
1. Realisme Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India. Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi namaHonoré de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean François Millet. Administrator. (2014). Sejarah Seni Lukis Indonesia. diakses 9 Maret 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_%28seni_rupa%29
Gambar 2.1.3.1 contoh lukisan realisme (diakses 4 Juni 2014 dari http://www.slideshare.net/rahadenlb/aliran-seni-lukis)
5
2. Romantisme Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri pada zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh. Administrator. (2014). Sejarah Seni Lukis Indonesia. diakses 9 Maret 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis
Gambar 2.1.3.2 contoh lukisan romantisme (diambil 17 Juni 2012 dari pameran karya Reden Saleh)
6
2.1.3.2 Sejarah Seni Lukis Indonesia Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi. Administrator. (2014). Sejarah Seni Lukis Indonesia. diakses 9 Maret 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis
2.1.3.3 Sejarah Raden Saleh Raden Saleh Syarif Bustaman lahir di Terboyo, Semarang, tahun 1811. Bicara soal tahun kelahiran Raden Saleh, beberapa pakar menyebutkan tahun 1807, 1814 atau tahun lainnya dengan alasan berbeda. Tahun 1811, menurut Kraus (2005) dituliskan Raden Saleh sendiri dalam sketsa karya Vogelstein. Kraus menyebutkan, “pada gambar yang dibuat Carl Christian Vogel von Vogelstein’s, terdapat tulisan tangan Raden Saleh yang berbunyi ‘Raden Saleh geboren op Samarang Java im maand Mei 1811’. Ini akan menghentikan perdebatan tentang tahun kelahirannya. Raden Saleh meninggal di Bogor tanggal 23 April 1880. Raden Saleh berasal dari keluarga bangsawan Jawa keturunan Arab Hadramaut. Bakat besarnya segera menarik minat pelukis Belgia, A.A.J. Payen. Payen juga yang kemudian menjadi guru pertama Raden Saleh dalam melukis. Di tahun 1829 Raden Saleh mengiringi Inspektur Kesenian Belanda de Linge dalam
7
perjalanan ke Nederland. Di Belanda, Raden Saleh juga belajar melukis dari pelukispelukis Belanda yaitu Cornelius Krusemen dan Andreas Schelfhout. Menempuh pendidikan seni di Eropa dan melukis dengan disiplin ala Barat, dia dikenal sebagai pelopor seni lukis modern Indonesia. Karya-karya besar yang dihasilkan Raden Saleh antara lain sebagai berikut: 1. Penangkapan Pangeran Diponegoro. (1857) 2. Antara Hidup dan Mati. 3. Hutan Terbakar. 4. Banjir. 5. Perkelahian dengan Singa. (1870) 6. Berburu Banteng. (1851) (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.) (Marasutan,, B. (1973). RADEN SALEH 1807-1880. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.)
2.1.3.4 Masa Hindia Molek Sekitar lima puluh lima tahun setelah Raden Saleh wafat tahun 1880, baru kemudian muncul pelukis yang layak diperhitungkan. Kiprah Abdullah Suryo Subroto, yang lebih dikenal dengan panggilan Abdullah Sr. mengawali masa, Mooi Indie atau Hindia Molek (1925-1938). Periode ini disebut juga sebagai Zaman Penerus. Mazhab Hindia Molek, menurut Kusnadi, sebenarnya tidak merupakan kelanjutan langsung dari seni lukis Raden Saleh, yang melukis potret wajah-wajah dan pengungkapan kehidupan binatang secara realistis mendetail ala zaman Renaissance di Eropa, dengan disiplin teknis yang sangat tinggi. Sedang para pelukis Indonesia yang masih sedikit jumlahnya dalam Mazhab Hindia Molek, terbatas kemampuannya pada pelukisan keindahan alam. Hal ini merupakan kemunduran dengan penyempitan tema serta kemampuan. Pada masa ini pula, para pelukis asing terutama dari negeri Belanda berdatangan ke Indonesia. Kehadiran para pelukis asing yang menciptakan kesenjangan antara pelukis pribumi dengan pelukis asing, diimbangi pula dengan pengaruh positif yang timbul dari kesediaan beberapa pelukis asing untuk lebur dan bergaul dengan lingkungan barunya.
8
Selanjutnya, pada tahun-tahun terakhir Masa Hindia Molek tampil seorang pelukis yang baru menyelesaikan studinya di Rijks Academie, Den Haag, yaitu Basoeki Abdullah, putra dari R. Abdullah Suryosubroto. Basoeki adalah pelukis pertama setelah Raden Saleh yang mampu melukis manusia dan binatang. (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.)
2.1.3.5 Lahirnya PERSAGI Berdirinya Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) tahun 1938 menghembuskan angin segar dalam sejarah seni rupa tanah air. Maka, dimulailah sebuah periode baru yang berlangsung hingga tahun 1942. PERSAGI mengorbitkan tokoh-tokohnya, di antaranya Agus Djaja, S. Sudjojono, L. Setjoso, Rameli, Saptarita Latif, dan Sukirno. (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.)
2.1.3.6 Zaman Pendudukan Jepang Meski PERSAGI dibubarkan secara paksa oleh Jepang (1942), semangat para tokoh PERSAGI untuk berkarya dan berjuang memajukan seni rupa Indonesia tetap menggelora. Masa pendudukan Jepang dan Awal Republik (1942-1945) tidak serta
merta
menghentikan
para
seniman
Indonesia
menyalurkan
aspirasi
berkeseniannya. Para pelukis Indonesia masih mendapat kesempatan unruk membimbing generasi muda dalam bidang senirupa. S. Sudjojono ditugasi memimpin Bagian Kebudayaan dari Poesat Tenaga Rakyat (POETRA) yang dipimpin oleh Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kiai Haji Mansur. Dalam menjalankan kegiatannya, S. Sudjojono dibantu Affandi. Pada tahun 1942-1944 POETRA menyelenggarakan pameran tunggal dan pameran bersama bersama para pelukis se-Jakarta. Pelukis yang muncul ke permukaan pada masa pendudukan Jepang ini di antaranya adalah Affandi, Kartono Yudhokusomo, Basoeki Abdullah, Njoman Ngendon, Otto Djaja, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan dan Barli Sasmitawinata. (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.)
9
2.1.3.7 Periode Revolusi Fisik dan Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan 17 Agustus 1945 mendapat ancaman dengan hadirnya tentara Belanda yang menginginkan kembali negara bekas jajahannya. Ibukota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta sampai akhir tahun 1949, saat diakuinya kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional. Angin perubahan yang dihembuskan pada Periode Revolusi Fisik Kemerdekaan (194501949) telah mengimbas pula pada perkembangan seni rupa negeri ini. Kusnadi menuturkan bahwa pada masa revolusi fisik yang memperjuangkan pengakuan kemerdekaan bangsa antara tahun 1945-1949, seniman-seniman seni rupa terkemuka di Jakarta dan Bandung turut pindah ke Yogyakarta, sehingga pada tahun 1946 dapat berdiri sanggar “Seniman Masyarakat” dipimpin oleh Affandi sebagai perkumpulan seni lukis pertama yang potensial. Tidak lama kemudian namanya diganti menjadi “Seniman Indonesia Muda” disingkat SIM, dengan pergantian kepemimpinan oleh S. Sudjojono. (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.)
2.1.3.8 Periode Seni Lukis Kontemporer Indonesia Sebagai bangsa yang merdeka, era kebebasan berkarya dan berekspresi semakin pekat mewarnai perkembangan seni rupa Indonesia. Seorang kritikus seni rupa Indonesia, Agus Dermawan T., memilah periode ini menjadi tiga bagian, yaitu, pertama, Hadirnya Seni Lukis Akademi (1950-1965); kedua, Seni Lukis Indonesia, Sehabis Periode “Politik Jadi Panglima” (196601980); ketiga, Seni Lukis Indonesia Menemukan Momentumnya (1981-1990). (Achmad, K. (2012). Kiprah, Karya, dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH. Yogyakarta: Narasi.)
2.1.4 Data Observasi Lapangan Penulis akan melakukan pencarian data ke beberapa tempat yang dianggap bisa mendasari film dokumenter ini berdasarkan kebenaran sejarah yang ada. Pencarian data dilakukan sejalan dengan pembuatan film dokumenter ini yaitu, ke tempat-tempat yang menyimpan dan mendasari data-data tentang Raden Saleh, seperti perpustakaan dan museum-museum yang menyimpan hasil lukisanlukisan Raden Saleh.
10
2.1.5 Referensi Dalam pembuatan film dokumenter ini, penulis mengacu pada beberapa refensi film dokumenter yang sudah pernah ada. Film dokumenter yang menjadi referensi visual penulis antara lain, film dokumenter “History of Poland” dan film dokumenter tentang “Rudy Hartono”.
Gambar 2.1.5.1 film dokumenter "History of Poland" (History of Poland. Diakses 10 Maret 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=stEuQamTLXw)
Gambar 2.1.5.2 film dokumenter “Rudy Hartono” (data pribadi)
11
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Film Dokumenter Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Pada tahun 1926 John Grierson pertama kali menjabarkan definisi atau kriteria film dokumenter yaitu “Karya film dokumenter merupakan sebuah ‘laporan aktual yang kreatif’ (creative treatment of actuality).” Kriteria ini dijabarkan pada saat John Grierson mengulas film Nanok of the North karya Robert Flaherty, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Karya dokumenter merupakan film yang menceritakan tentang sebuah kejadian nyata yang dirangkai oleh kreatornya menggunakan ide-ide yang menarik secara keseluruhan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. (Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.)
2.2.2 Prinsip Komposisi Komposisi gambar adalah pengaturan/penataan dan penempatan unsurunsur gambar ke dalam frame (bingkai) gambar. Komposisi sangat erat kaitannya dengan rasa seni, perasaan, dan ekspresi seseorang. Komposisi gambar harus memperhatikan faktor keseimbangan, keindahan, ruang dan warna dari unsur-unsur gambar serta daya tarik tersendiri. Unsur-unsur gambar (visual element) dalam komposisi merupakan apa saja yang dilihat oleh mata/lensa kamera kita. (Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.)
2.2.3 Teori Warna Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek dan observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Berikut penjelasan dari ketiga unsur tersebut. 1. Cahaya Cahaya yang kita lihat melalui mata kita sekarang merupakan bagian spectrum gelombang elektromagnetik. Seberapa terangnya cahaya dinyatakan dalam color temperature dengan satuan derajat Kelvin. Standar Internasional menyatakan
12
cahaya putih dengan angka 5000 derajat Kelvin. Semakin tinggi nilai color temperature warna akan menghasilkan warna bluish (kebiruan) dan semakin rendah nilai color temperature akan menghasilkan warna yellowish (kekuningan). 2. Objek / benda Objek hanya memantulkan, meneruskan dan menyerap datang mengenainya. Objek dipengaruhi oleh bahan pembentuknya maupun permukaan objek tersebut seperti mengkilap, doft, plastic, metal, tekstil, cat metalik, dan sebagainya. 3. Observer / pengamat Untuk melihat suatu warna, tentu harus ada mata. Mata sebagai panca indera mempunyai struktur yang begitu unik dan kompleks didalamnya. Panjang gelombang yang diterima oleh mata selanjutnya diteruskan keotak manusia sebagai memori dan diberi deskripsi. Namun mata manusia sangat bersifat subjektif. Sebuah warna objek yang sama dapat memberi persepsi warna yang berbeda bagi setiap orang. Indera mata dapat mengenal beragam warna dengan gradasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik berwujud benda ataupun alam semesta. Warna paling dasar yang dikenal dari sejarah awal penangkapan cahaya adalah “putih” dan “hitam”. Dalam pembagian warna, terdapat lingkaran warna. Warna-warna dalam lingkaran warna terdiri atas tiga bagian yaitu : 1. Warna Primer terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Warna primer merupakan warna dasar dalam lingkaran warna. 2. Warna Sekunder terdiri orange, hijau dan ungu. Warna sekunder merupakan pencampuran dua warna primer dengan perbandingan yang sama. Warna orange merupakan pencampuran warna merah dan kuning, warna hijau merupakan pencampuran warna biru dan kuning, sedangkan warna ungu adalah pencampuran antara warna merah dan biru. 3. Warna Tersier merupakan pencampuran antara warna primer dan sekunder disebelahnya dengan perbandingan yang sama. Warna tersier terlihat unik dan cantik, seperti warna hijau limau dihasilkan dari campuran warna hijau dan kuning, warna hijau toska dihasilkan dari campuran hijau dan biru, Warna indigo dihasilkan dari campuran ungu dan biru.
13
2.2.3.1 Sifat-sifat Psikologi Warna • Biru : Kebenaran, tenang, menyejukkan, damai, intelegensi tinggi, mediatif, emosional, egosentris, racun. • Hijau : Alami, sehat, sensitif, stabil, formal, toleransi, harmonis, keberuntungan, menyegarkan, pahit. • Kuning : Terang, kehangatan, segar, cepat, jujur, adil, tajam, cerdas, sinis, kritis, tidak ekslusif. • Hitam : Keabadian, keanggunan, kuat, kreativitas, magis, idealis, focus, terlalu kuat, superior, merusak, menekan. • Ungu : Keindahan, agung, artistic, personal, mistis, spiritual, angkuh, sombong, dictator. • Pink : Romantis, sensual, ceria, jiwa muda. • Orange : Kreatif, optimis, dinamis, persahabatan, dominan, arogan. • Merah : Panas, penuh energi, hidup, cerah, pemimpin, gairah, kuat, panas, bahaya, emosi yang meledak, agresif, brutal. • Coklat : Alami, sederhana, stabil, abadi, tidak cerah. • Netral : natural, warna untuk semua, klasik. • Putih : Bersih, murni, polos, higienis, monoton, kaku. Pada proyek ini penulis menggunakan tone warna sebagai berikut: 1. Warna netral seperti coklat muda, atau coklat tua untuk background agar tidak terlalu dominan. 2. Warm color seperti kuning atau emas, untuk menggambarkan suasanasuasana yang sedang terjadi. 3. Dull color untuk menambahkan kesan klasik pada film dokumenter ini. (Dameria, A. (2007). Color Basic. Jakarta: Link & Match Graphic.)
2.2.4 Teori Animasi Animasi adalah tayangan gambar sequence 2D ataupun 3D yang dibuat secara sedemikian rupa hingga membentuk ilusi gerak.Merupakan optical illusion dari suatu gerakan berdasarkan dari fenomena gambar persisi, bisa dibuat dan di demonstrasikan dengan berbagai cara. Metode yang paling sering dipakai untuk mempresentasikan animasi adalah dengan film layar lebar ataupun video, walaupun masih banyak cara-cara lain untuk mempresentasikan animasi lainnya. Dunia film
14
sebetulnya berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Kata “animasi” itu sendiri sebenarnya merupakan penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “ to animate ”, dalam kamus umum Inggris - Indonesia berarti “ menghidupkan”. Secara umum animasi
merupakan
suatu
kegiatan menghidupkan, menggerakan benda mati; Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup sehingga didapatkan hasil animasi yang menarik, dinamis dan tidak membosankan. Dua orang animator professional Thomas dan Johnston memberikan 12 prinsip animasi yang di adopsi dari buku “Art of Animation” Disney yang mengeluarkan 12 prinsip dasar animasi. Berikut beberapa di antara ke-12 prinsip animasi yang penulis gunakan dalam film dokumenter yang akan dibuat yaitu sebagai berikut : 1. Timing & Spacing Grim Natwick, seorang animator Disney pernah berkata, “Animasi adalah tentang timing dan spacing”. Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak. Contoh Timing: Menentukan pada detik keberapa sebuah obyek / karakter berjalan sampai ke tujuan atau berhenti. Contoh Spacing: Menentukan kepadatan gambar (yang pada animasi akan berpengaruh pada kecepatan gerak). 2. Slow In and Slow Out Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat kemudian melambat. 3. Staging Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. Biasanya berkaitan dengan posisi kamera pengambilan gambar. Posisi kamera bawah membuat karakter terlihat besar dan menakutkan, kamera atas membuat karakter tampak kecil dan bingung sedangkan posisi kamera samping membuat
15
karakter tampak lebih dinamis dan menarik. 4. Appeal Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Kita bisa dengan mudah mengidentifikasi gaya animasi buatan Jepang dengan hanya melihatnya sekilas. Kita juga bisa melihat style animasi buatan Disney atau Dreamworks cukup dengan melihatnya beberapa saat. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya tersendiri dalam pembuatan karakter animasi. Ada juga yang berpendapat bahwa appeal adalah tentang penokohan, berkorelasi dengan ‘kharisma’ seorang tokoh atau karakter dalam animasi. Sehingga visualisasi animasi yang ada bisa mewakili karakter / sifat yang dimilkiki. Dalam film dokumenter ini penulis menerapkan teori-teori tersebut sebagai berikut: 1. Timing & Spacing, yang digunakan untuk menentukan jarak transisi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. 2. Slow In and Slow Out, penulis menggunakan teori ini saat dimana objek akan masuk dan keluar, agar transisi yang terjadi tidak terlalu patah (lebih smooth). 3. Staging,
dimana
penulis
menggunakan
angle-angle
tertentu
untuk
menunjukan mood dari scene tersebut. 4. Appeal, dalam animasi dokumenter ini penulis menggunakan siluet bergradasi yang rusak sebagai style yang dapat ditonjolkan. (Williams, R. (2009). Animator's Survival Kits. London: Faber and Faber.)
2.3 Analisa SWOT 2.3.1 Strength 1. Membantu melestarikan dan mengingatkan kembali tentang bagaimana Raden Saleh memulai awal karirnya. 2. Mempermudah masyarakat terutama anak-anak remaja untuk mempelajari tentang Raden Saleh agar tidak hanya terpaku pada textbook saja. 3. Masih sangat jarang menemukan film dokumenter animasi yang membahas tentang Raden Saleh.
16
2.3.2 Weakness 1. Kurangnya minat bagi generasi muda di masa sekarang ini untuk mengetahui tentang sejarah, di karenakan banyaknya film-film asing dan sinetron yang beredar. 2. Tidak adanya minat generasi muda untuk mengetahui tentang sejarah di luar dari pada pembelajaran di sekolah. 3. Banyaknya media sosial yang ada sehingga membuat remaja di masa kini semakin malas untuk menambah pengetahuan.
2.3.3 Opportunity 1. Masih sedikitnya film dokumenter animasi tentang sejarah terutama sejarah Raden Saleh, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. 2. Masih sangat jarang ditemukan film dokumenter yang menggunakan animasi 2D.
2.3.4 Threat 1. Kalahnya film animasi dokumenter dalam negeri dengan luar negeri yang lebih diminati oleh masyarakat.