9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1
Sistem
Sistem adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi, 2008: 2).
Dari definisi ini dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum mengenai sistem sebagai berikut: 1. Setiap Sistem terdiri dari unsur-unsur. Misalnya sistem pernapasan terdiri dari suatu kelompok unsur, yaitu hidung, saluran pernapasan, paru-paru, dan darah, unsur-unsur suatu sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, yang terdiri pula dari kelompok unsur yang membentuk subsistem tersebut. 2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur sistem berhubungan erat satu dengan lainnya dan sifat kerja sama antar unsur sistem tersebut mempunyai bentuk tertentu.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem. Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu. Misalnya sistem pernafasan bertujuan menyediakan oksigen, dan pembuangan carbon dioksida dari tubuh bagi kelangsungan hidup. Unsur sistem tersebut yang berupa hidung, saluran pernafasan, paru-paru, dan darah bekerja sama dengan lainnya dengan proses tertentu untuk mencapai tujuan tersebut di atas. 4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar. Misalnya sistem pernafasan merupakan salah satu sistem yang ada dalam tubuh, yang merupakan bagian dari sistem metabolisme tubuh. Contoh sistem lain adalah sistem pencernaan makanan, sistem peredaran darah, dan sistem pertahanan tubuh. (Mulyadi, 2008: 2) Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem : (Jogiyanto, 2005:2) 1.
Tujuan Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak.
Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 2.
Masukan Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
11
berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). 3.
Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari
masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. 4.
Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi,
keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. 5.
Batas Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan
daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
Universitas Sumatera Utara
12
6.
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme
pengendalian
(control
mechanism)
diwujudkan
dengan
menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 7.
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa
berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem. Berikut adalah gambar Sistem dan lingkungan Organisasi : Lingkungan Masukan
Proses
Keluaran
Bahan Mentah
Prosedur
Hasil Kerja
Biaya
Program
Konsekuensi
Sumber daya
Peralatan
Produk Jadi
Kegiatan
Pelayanan jasa
Keputusan Pembuat Keputusan Gambar 2.1. Sistem dan Lingkungan Organisasi Umpan BalikAronson, 2005:35) Sumber : Decision Support System and Intelligent System (Turban
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.2
Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan matematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pada sisi lain, pembuat keputusan sering kali dihadapkan pada kerumitan dan lingkup pengambilan keputusan dengan data yang begitu banyak. Untuk kepentingan itu, sebagian besar pembuat keputusan dengan mepertibangkan rasio manfaat/ biaya, dihadapkan pada suatu keharusan untuk mengandalkan seperangkat sistem yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif, yang kemudian disebut dengan Sistem Pendukung Keputusan (SPK). (sutedjo budi, 2006 :175).
Memandang SPK dan penggunaanya sebagai sistem yang menunjang dan mendukung keputusan mudah dilakukan memalui tinjauan relatif atas peranan manusia dan komputer guna mngetahui bidang fungsi masing-masing, keunggulan serta kelemahannya. Tujuan pembentukan SPK yang efektif adalah memanfaatkan keunggulan kedua unsur, yaitu manusia dan perangkat elektronik. Terlalu banyak menggunakan komputer akan menghasilkan pemecahan yang bersifat mekanis, reaksi yang tidak fleksibel, dan keputusan yang dangkal. Sedangkan terlalu banyak manusia akan memunculkan reaksi yang lamban, pemanfaatan data yang serba terbatas, dan kelambanan dalam mengkaji alternatif yang relevan.
Universitas Sumatera Utara
14
Beberapa Komitmen penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut (Surbakti, 2002:23): 1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang kompleks. 2.
Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam konsisi yang berubah-ubah.
3.
Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda secara cepat dan tepat.
4.
Pandangan dan pembelajaran baru.
5.
Sebagai fasilitator dalam komunikasi.
6.
Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
7.
Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM).
8.
Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat.
9.
Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih singkat dan dengan sedikit usaha.
10. Meningkatkan produktivitas analisis.
2.2
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metoda Analytical Hierrchy Process (AHP) dekembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School di awal tahun 1970, yang digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan
Universitas Sumatera Utara
15
suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan Hasil Kerja dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan
dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagianbagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. (Kadarsyah, 2005).
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kr iteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikr iteria),
Universitas Sumatera Utara
16
struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari Hasil Kerja dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen strukturnya. (Sinaga, 2005:24)
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari : (Kusrini, 2007:134) 1.
Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.
2.
Homogenity,
yaitu
mengandung
arti
kesamaan
dalam
melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
Universitas Sumatera Utara
17
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy). 4.
Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada langkah- langkah berikut: (Kusrini, 2007:135) 1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan 2) Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking. 3) Membentuk
matriks
perbandingan
berpasangan
yang
menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4) Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5) Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
Universitas Sumatera Utara
18
6) Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7) Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8) Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100; maka penilaian harus diulang kembali.
Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang ditetapkan Saaty. Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana: 1. Skala 1 =
setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang
lainnya 2. Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya 3. Skala 5 = kategori relatif kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya 4. Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya 5. Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya. Prioritas alternatif terbaik dari total rangking
yang diperoleh merupakan
rangking yang dicari dalam Analytic Hierarchy Process (AHP) ini.
Universitas Sumatera Utara
19
2.3
Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain: (Kusrini, 2007:133) 1. Decomposition Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi
unsur–unsurnya
ke
bentuk
hirarki
proses
pengambilan
keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur–unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai hubungan. Pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete. Bentuk struktur dekomposition yakni sebagai berikut. Tingkat pertama
: Tujuan keputusan (Goal)
Tingkat kedua
: Kriteria – kriteria
Tingkat ketiga
: Alternatif – alternatif
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 2.2. Struktur Hierarki pada Metode AHP
2.
Comparison Judgement Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matrix pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance). 3.
Synthesis of Priority Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method
untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
21
4.
Logical Consistency Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai
dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
2.3.1 Penyusunan Prioritas
Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison. (Kusrini, 2007:134) Tabel 2.1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Universitas Sumatera Utara
22
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan : a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau b) Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau c)
Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingka n dengan A1 (kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.2. Skala Saaty
Universitas Sumatera Utara
24
Sambungan Tabel 2.2. Skala Saaty
Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana elemenelemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker. Seorang decision
maker
akan
memberikan
penilaian,
mempersepsikan,
ataupun
memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu persoalan.
2.4
Uji Konsistensi Index dan Ratio
Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model – model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidakkonsistenan jawaban yang diberikan responden. Namun, terlalu banyak ketidakkonsistenan juga tidak diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
25
Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila derajat tidak konsistensinya besar. Saaty telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus. (Rahmadhani, 2006:126)
Apabila CI bernilai nol, maka pair wise comparison matrix tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti tabel 2.3. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 2.3 Nilai Random Indeks (RI)
Bila matriks pair–wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika tidak maka penilaian perlu diulang.
2.5.
Diagram Alir
Diagram Alir (Flowchart) adalah serangkaian bagan-bagan yang menggambarkan alir program. Flowchart memiliki bagan-bagan yang melambangkan fungsi tertentu (Effendy, O. U., 2005: 86).
Flowchart selalu diawali dan diakhiri oleh bagan terminator. Aliran selalu dari atas ke bawah, satu demi satu langkah. Tidak ada proses yang dikerjakan bersamaan, semua dikerjakan satu persatu. Proses yang dilakukan komputer sebenarnya hanya ada 3 proses: input, proses data dan output. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
27
ketika ada suatu masalah yang akan diselesaikan dengan suatu software, maka hal yang perlu diidentifikasi adalah input, proses data dan output. Beberapa prinsip yang harus ditaati dalam membuat flowchart (Effendy, O. U., 2005: 86): 1. Tidak ada bagan yang menggantung. 2. Percabangan hanya ada 2 dengan indikasi Ya dan Tidak. Ya untuk menyatakan bahwa kondisi dipenuhi, Tidak untuk menyatakan sebaliknya. 3. Selalu diawali dengan Mulai dan Selesai atau Start dan Stop dengan bagan terminator. 4. Memanfaatkan konektor yang sesuai jika flowchart akan dibagi menjadi beberapa bagian. 5. Gunakan bahasa sederhana pada bagan yang digunakan. Tabel 2.4 Simbol-Simbol Diagram Alir (Flowchart) Simbol
Nama
Keterangan Dokumen tersebut dapat dipersiapkan dengan
Dokumen
tulisan tangan atau dicatat dengan komputer.
Digambarkan dengan cara menumpuk simbol Beberapa tembusan dokumen dan mencetak nomor dokumen di dari satu dokumen bagian depan sudut kanan atas. Fungsi input dan output apapun didalam bagan Input/Output alir program, juga digunakan dalam mewakili
Universitas Sumatera Utara
28
jurnal dan buku besar dalam bagan alir dokumen.
Biasanya menghasilkan perubahan atas data atau Pemrosesan dengan informasi. computer
Simbol
Nama
Keterangan Pelaksanaan pemrosesan yang dilakukan secara
Proses manual
manual.
File dokumen secara manual disimpan. Huruf yang ditulis di dalam simbol menunjukkan
N
File urutan pengaturan file secara N = numeris, A = Alfabetis, D = Tanggal. Arus dokumen atau
Arah pemrosesan atau arus dokumen.
proses Suatu penanda masuk dari atau keluar ke Off-page connector
halaman lain.
Langkah pengambilan keputusan. Keputusan
Universitas Sumatera Utara
29
Titik awal, akhir atau pemberhentian dalam suatu Terminal proses. Suatu penanda untuk menunjukkan sambungan Off-page connector
dari bagan alir yng terputus di halaman yang masih sama. Simbol yang digunakan untuk menunjukkan
Persiapan
awal dan akhir dari suatu proses.
Sumber: (O.U.Effendy, 2005: 87) 2.6.
PHP
PHP (Personal Home Page) adalah skrip bersifat sever side yang ditambahkan ke dalam HTML. Skrip ini akan membuat suatu aplikasi dapat diintegrasikan kedalam HTML sehingga suatu halaman web tidak lagi bersifat statis, namun menjadi bersifat dinamis. Sifat server side berarti pengerjaan skrip dilakukan di server, baru kemudian hasilnya di kirimkan ke browser. (Kustiyahningsih dan Anamisa, 2011:8). Untuk penulisan tag PHP terdiri dari empat style, yaitu 1. 2.
Universitas Sumatera Utara
30
3. <% Script php %> 4. <script language = “php”> script php Cara penulisan skrip PHP ada dua macam, yaitu Embedded Script dan Non Embedded Script.
Embedded Script yaitu script PHP yang disisipkan diantara tag-tag HTML. Contohnya :
Embedded Script
Non Embedded Script yaitu script program PHP murni. Termasuk tag HTML yang disisipkan dalam script PHP. Contohnya :
Universitas Sumatera Utara
31
”; echo “”; echo “
Non Embedded Script”; echo “”; echo “”; echo “
Selamat menggunakan PHP
’; echo “”; echo “