BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa. Penjadwalan digunakan dalam pengadaan (procurement) dan produksi (production), dalam transportasi dan distribusi, dan dalam pemrosesan informasi dan komunikasi. Penjadwalan dalam perusahaan menggunakan teknik matematika atau metode heuristic. Gunanya adalah untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas kepada tugas-tugas yang ada. Alokasi sumber daya yang tepat memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan dan mencapai tujuannya. Sumber daya dapat berupa mesin-mesin di lantai produksi, landasan di airport, atau petugas di bidang konstruksi. Tugas dapat berupa operasi di lantai produksi, tinggal landas dan pendaratan di airport, atau tahap-tahap dalam proyek konstruksi. Setiap tugas mempunyai suatu level prioritas, waktu memulai pekerjaan yang tercepat dan yang masih memungkinkan, dan due date. Tujuan yang ingin dicapai bermacam-macam, seperti meminimumkan waktu penyelesaian semua pekerjaan, meminimumkan jumlah tugas yang terlambat, dan lain sebagainya. 2.1.2 Definisi Penjadwalan Menurut (Morton, 1999), penjadwalan (scheduling) didefinisikan sebagai pengambilan keputusan tentang penyesuaian aktivitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan pekerjaan agar tepat pada waktunya dan mempunyai
7
kualitas seperti yang diinginkan. Menurut
(Pinedo,
2002),
penjadwalan
selalu
berhubungan
dengan
pengalokasian sumber daya yang ada pada jangka waktu tertentu. Hal tersebut adalah proses pengambilan keputusan yang bertujuan optimalitas. Menurut (Schroeder, 2000), penjadwalan diartikan sebagai suatu petunjuk atau indikasi apa saja yang harus dilakukan, dengan siapa, dan dengan peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada waktu tertentu. Keputusan dalam suatu penjadwalan yang diartikan penugasan adalah berupa mengurutkan pekerjaan (sequencing) dan waktu (timing) untuk memulai pekerjaan, di mana untuk menentukan semuanya itu harus diketahui urutan operasinya terlebih dahulu. Menurut (Martinich, 1997), penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu untuk memulai pekerjaan yang menggunakan sumber daya seperti manusia, peralatan, dan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan proses pruduksi suatu pekerjaan. Penjadwalan berperan penting dalam industri manufaktur dan industri pelayanan (jasa). Penjadwalan tidak dapat lepas dari sequencing yaitu pekerjaan/job mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam suatu pesanan. Penjadwalan dapat menjadi suatu masalah apabila terdapat sekumpulan tugas yang datang secara bersamaan pada waktu tertentu, seperti per bulan, per minggu, per hari atau skala waktu lainnya, sedangkan fasilitas yang dimiliki perusahaan terbatas. Biasanya jika hal ini terjadi, maka akan diberlakukan aturan prioritas. Untuk membuat suatu penjadwalan maka masukan yang dibutuhkan untuk membuatnya adalah mencakup jenis dan banyaknya job yang akan diproses, urutan
8
ketergantungan antar operasi/proses produksinya, waktu proses untuk masing-masing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap operasi. Dari masukan tersebut, penjadwalan yang dihasilkan adalah berupa urutan pekerjaan yang akan dijadwalkan. Dalam membuat penjadwalan yang
baik, perusahaan membutuhkan suatu
perencanaan produksi dan pengendalian produksi agar fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat digunakan secara efisien. Perencanaan dan pengendalian produksi yang dibutuhkan tersebut antara lain sebagai berikut. a.
Membuat suatu daftar pesanan yang datang dengan memperhitungkan kapasitas produksinya.
b.
Sebelum pesanan tersebut diproduksi, harus diperiksa terlebih dahulu ketersediaan bahan bakunya.
c.
Menentukan batas waktunya untuk pekerjaan yang ada, dan melakukan pengawasan saat produksi berlangsung.
d.
Dari aktivitas produksi yang berjalan dibuat laporannya sebagai feedback.
e.
Dilakukan pengawasan terhadap efisiensi produksi yang berjalan.
2.1.3 Tujuan Penjadwalan Dalam penjadwalan terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan yang pastinya akan lebih menguntungkan bagi perusahaan. Tujuan adanya penjadwalan adalah untuk mengurangi waktu keterlambatan dari batas waktu yang ditentukan agar dapat memenuhi batas waktu yang disetujui dengan konsumen. Penjadwalan juga dapat meningkatkan kegunaan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas mesin dan mengurangi waktu menganggur. Dengan produktivitas mesin meningkat dan waktu menganggur
9
berkurang, maka secara tidak langsung perusahaan dapat mengurangi ongkos produksi, dan dengan mengurangi waktu keterlambatan. Jika tepat waktu dalam pemenuhan produk perusahaan maka hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam hal pelayanan. Jika tujuan penjadwalan ini dapat tercapai maka hal ini dapat juga dijadikan suatu keuntungan dan strategi bagi perusahaan dalam pemuasan pelanggan. 2.1.4 Permasalahan Penjadwalan Produksi Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, suatu penjadwalan produksi dapat menjadi suatu masalah yang rumit jika terdapat sekumpulan tugas yang datang secara bersama-sama. Solusi yang dapat diambil adalah dengan membuat suatu rangkaian pengurutan pekerjaan/job dengan memperhitungkan batasan waktu, sumber daya, dan fasilitas yang ada. Penjadwalan akan semakin sulit ditangani jika terdapat sekumpulan job yang diproses dengan banyak mesin. Pengurutan job diharapkan dapat memenuhi tujuan dari diadakannya penjadwalan, yaitu mengurangi waktu keterlambatan dari batas waktu yang ditentukan agar dapat diusahakan memenuhi batas waktu yang ditetapkan dengan konsumen. Dengan demikian perusahaan dapat lebih meningkatkan kegunaan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas mesin dan mengurangi waktu menganggur. 2.1.5 Fungsi Penjadwalan Fungsi penjadwalan di dalam sebuah sistem produksi harus berinteraksi dengan fungsi-fungsi lainnya. Interaksi ini bergantung pada sistem yang ada dalam perusahaan, melalui jaringan komputer, atau juga melalui rapat. Lantai produksi bukanlah satu-satunya bagian dari organisasi yang menentukan proses penjadwalan.
10
Proses penjadwalan juga dipengaruhi oleh perencanaan produksi yang menangani jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang keseluruhan perusahaan. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan komposisi produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan alokasi sumber daya jangka panjang berdasarkan inventori, peramalan permintaan, dan kebutuhan sumber daya. Keputusan-keputusan yang diambil pada level perencanaan yang lebih tinggi dapat memberikan dampak langsung pada proses penjadwalan. Dalam lingkungan manufaktur, fungsi penjadwalan harus berinteraksi dengan prosedur pengambilan keputusan lain yang digunakan dalam perusahaan/pabrik. Salah satu sistem yang cukup banyak digunakan adalah MRP (Material Requirement Planning). Setelah semua jadwal disusun, semua sumber bahan baku dan sumber daya yang diperlukan harus tersedia pada waktu yang telah ditentukan bersama-sama oleh perencanaan produksi. 2.1.6 Klasifikasi Penjadwalan Penjadwalan produksi dapat diklasifikasikan dilihat dari perbedaan kondisi yang mendasarinya. Klasifikasi penjadwalan yang sering terjadi di dalam proses produksi adalah sebagai berikut. 1.
Berdasarkan jumlah mesin yang digunakan dalam proses
a.
Penjadwalan pada mesin tunggal (single machine shop)
b.
Penjadwalan pada mesin jamak/paralel (m machine) Model mesin tunggal sangatlah penting karena beberapa alasan. Lingkungan model mesin tunggal sangatlah sederhana dan merupakan kasus khusus dari model lingkungan yang lain. Pemecahan yang dapat diperoleh
11
dari model mesin tunggal tidak hanya memberikan wawasan terhadap lingkungan model mesin tunggal, tetapi juga dasar bagi pemecahan masalah pada lingkungan model mesin yang lebih rumit (mesin jamak/paralel). 2.
Berdasarkan pola aliran proses/strategi disain proses
a.
Flow Shop Proses produksi yang berdesain flow shop bergerak dalam satu arah, identik dengan pola aliran dari satu mesin ke mesin lain walaupun penggunaan mesinnya tidak selalu berurutan. Walaupun pada flow shop semua tugas akan mengalir pada jalur produksi yang sama, yang biasa dikenal sebagai pure flow shop, tetapi dapat pula berbeda dalam dua hal. Pertama, jika flow shop dapat menangani tugas yang bervariasi. Kedua, jika tugas yang datang ke dalam flow shop tidak harus dikerjakan pada semua jenis mesin. Jenis flow shop seperti ini disebut general flow shop.
M1
M2
M3
M4
Gambar 2.1 Aliran Flow Shop
b.
Job Shop Proses produksi dengan aliran job shop tidak selalu sama untuk setiap jobnya. Setiap job dikerjakan dengan urutan mesin tertentu sesuai dengan kebutuhan prosesnya. Dengan demikian pola alirannya berbeda-beda, tidak selalu dalam satu arah. Keluaran dari setiap mesin untuk jenis job shop dapat
12
berarti langsung sebagai produk jadi, dapat juga berarti produk setengah jadi.
M1
M2
M3
M4
Gambar 2.2 Aliran Job Shop 3.
Berdasarkan product positioning
a.
Make to Order Jumlah dan jenis produk yang dibuat berdasarkan permintaan dari konsumen, biasanya salah satu tujuan kebijakan ini adalah mengurangi biaya simpan.
b.
Make to Stock Jumlah dan jenis produk terus-menerus dibuat untuk disimpan dalam inventory.
4.
Berdasarkan pola kedatangan job
a.
Statik, pengurutan job terbatas pada pesanan yang ada. Job yang baru tidak mempengaruhi pengurutan job yang sudah dibuat.
b.
Dinamik, pengurutan job selalu diperbaharui jika ada job baru yang datang.
5.
Berdasarkan waktu proses
a.
Deterministik: waktu proses yang diterima sudah diketahui dengan pasti
b.
Stokastik: waktu proses yang diterima belum pasti, oleh karena itu perlu diperkirakan dengan menggunakan distribusi probabilitas.
13
2.1.7 Istilah dan Kriteria Dalam Penjadwalan Dalam penjadwalan terdapat beberapa informasi yang bersifat statis atau tidak tergantung pada jadwal, antara lain sebagai berikut.
Processing Time (pij)/waktu proses Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan order i pada mesin j.
Ready Time (ri)/saat siap Yaitu saat order i tiba di dalam sistem atau saat paling awal order i siap dijadwalkan.
Due Date (di)/saat jatuh tempo Yaitu batas akhir order i harus diselesaikan.
Weight (Wi)/bobot Yaitu bobot order i, menunjukkan pentingnya order i relatif terhadap order lainnya di dalam sistem. Bobot dapat mewakili biaya menahan pekerjaan dalam sistem, biaya inventory, dan biaya lainnya yang dapat mewakili kepentingan suatu order terhadap order lainnya. Variabel ukur performansi yang telah dikembangkan dalam lingkungan
penjadwalan di antaranya adalah sebagai berikut.
Completion Time (Ci)/saat selesai Yaitu waktu penyelesaian operasi paling akhir suatu order i. Ci = Ri + Fi
Release Time (Rij)/saat mulai diproses Yaitu waktu order i mulai diproses pada mesin j.
Flow Time (Fi)/waktu tinggal Yaitu waktu yang dibutuhkan suatu order berada di lantai produksi. Flow time
14
disebut juga shop time atau manufacturing interval. Fi = Ci – Ri.
Rata-rata Flow Time 1 Fi n
Fs =
Waiting Time (Wi)/waktu tunggu Yaitu waktu menunggu antara waktu suatu proses selesai hingga dimulai operasi berikutnya dari pengerjaan tiap operasi pada order i. Wi = Fi -
p
ij
Lateness (Li) Yaitu selisih waktu selesai order i terhadap due date order tersebut. Li = Ci-di. Li < 0, jika penyelesaian memenuhi batas akhir Li > 0, jika penyelesaian melewati batas akhir
Earliness Yaitu saat penyelesaian terlalu awal, yaitu sebelum due date. Earliness disebut juga lateness negatif. Disimbolkan dengan Ej. Ej = min{Lj,0}
Rata-rata Lateness Ls =
1 Li n
Tardiness (Ti)/waktu terlambat Yaitu jangka waktu keterlambatan pemenuhan due date order i. Ti = max {0,Li}.
Rata-rata Tardiness Ts =
1 Ti n
15
Makespan Yaitu jangka waktu seluruh order yang dijadwalkan dapat diselesaikan oleh lantai produksi. t
Ms =
t
i
i0
2.1.8 Pendekatan Penjadwalan Berikut ini disajikan beberapa pendekatan penjadwalan secara umum antara lain sebagai berikut.
Interval Schedule Penjadwalan formal diberikan terlebih dahulu. Proses yang paling aktual diharapkan sesuai dengan jadwal, bahkan jika kejadian yang darurat dan tidak diperkirakan serta kejadian lainnya mengakibatkan beberapa perubahan. Interval scheduling berguna ketika penggunaan beberapa sumber daya yang kritis harus dikoordinasikan.
Dispatch Schedule Penjadwalan formal dapat diberikan atau juga tidak diberikan terlebih dahulu, tetapi perubahan yang sederhana dapat ditangani hanya dengan menyesuaikan seluruh jadwal dengan cara fleksibel. Perluasannya adalah dengan menjadwalkan sumber daya demi sumber daya, dengan tetap menjaga masing-masing sumber daya sibuk dengan aktivitas terpenting yang tersedia. Ketika sumber daya menjadi kosong, maka aktivitas dengan prioritas tertinggi yang diproses selanjutnya.
16
Simple Dispatch Pendekatan ini disebut juga nondelay dispatch schedule, yaitu sumber daya tidak pernah dibiarkan mengganggu untuk antisipasi kedatangan hot jobs.
Critical Job Schedule (Lot For Lot) Pendekatan ini menjadwalkan pekerjaan yang paling kritis terlebih dahulu ke seluruh lantai produksi, baru dilanjutkan dengan pekerjaan paling kritis kedua, dan selanjutnya.
Critical Resource Schedule (Bottleneck Schedule) Sumber daya yang bottleneck atau overused dijadwalkan terlebih dahulu, kemudian sumber daya yang lain dijadwalkan mengikutinya. Dengan pendekatan ini maka diharapkan penggunaan yang efisien dari sumber daya yang kritis ini dapat menolong banyak pekerjaan-pekerjaan yang kritis.
Critical Operation Schedule Dengan
melihat
pekerjaannya,
aktivitas/sumber
daya
yang
berpasangan dengan prioritas tertinggi, dijadwalkan terlebih dahulu.
Forward Scheduling Pendekatan ini menjadwalkan secara maju, di mana order berusaha diselesaikan sesegera mungkin. Forward Scheduling biasanya menghasilkan jadwal yang selesai sebelum due datenya.
Backward Scheduling Pendekatan ini menjadwalkan secara mundur dari due date. Prosedur secara mundur ini menugaskan pekerjaan pada waktu terlama suatu pekerjaan
17
dapat diselesaikan tepat pada due datenya dan bukan sebelumnya.
Heuristic Dispatch Scheduling Suatu metode dispatch secara forward di mana setiap prioritas titik pengambilan keputusan (sequencing, timing, routing, dan lain sebagainya) ditentukan dengan suatu aturan tertentu (static, dynamic, iterative) dan pilihan prioritas tertinggi dipilih di dalam simulasi.
Advanced Dispatch Scheduling Penjadwalan dispatch secara heuristik yang meramalkan masalah due date dan sumber daya secara dinamis.
Combinatorial Scheduling Beberapa jadwal yang mungkin dievaluasi melalui pohon pencarian. Pendekatan ini dapat dilakukan secara forward maupun backward. Metode spesifik untuk pendekatan ini antara lain integer programming, approximate integer programming, beam search, dan dynamic programming.
2.1.9 Aturan Prioritas Aturan prioritas (priority rule) adalah aturan dalam penjadwalan produksi untuk menentukan job/pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Aturan prioritas ini digunakan untuk membantu menyusun penjadwalan dalam usaha mencapai tujuan penjadwalan, yaitu meminimasi keterlambatan, dan meningkatkan utilitas mesin. Beberapa aturan prioritas yang paling banyak digunakan antara lain sebagai berikut. a.
Acak (random) Mengerjakan job secara urutan yang acak, job yang mana saja dapat
18
diproses terlebih dahulu. b.
FCFS (First Come First Serve) Mengerjakan job sesuai dengan urutan waktu kedatangannya, yang datang lebih awal akan diproses terlebih dahulu.
c.
SPT (Shortest Processing Time) Proses pengerjaan job dilakukan sesuai dengan urutan waktu proses dari yang paling kecil.
d.
EDD (Earliest Due Date) Urutan pengerjaan job dilakukan berdasarkan dari batas waktu penyelesaiannya yang lebih kecil.
e.
LPT (Longest Processing Time) Aturan ini bertolak belakang dengan SPT, yaitu mengerjakan job berdasarkan urutan waktu proses dari yang paling besar atau yang paling lama.
f.
CR (Critical Ratio) Aturan ini mengurutkan job-job dengan menghitung waktu sisa sampai dengan batas waktu kerjanya.
Pada umumnya aturan prioritas hanya dibahas jika menggunakan satu mesin saja, namun jika menggunakan dua atau lebih mesin maka aturan prioritas pekerjaan dapat dibantu dengan menggunakan metode CDS (Campbell, Dudek, and Smith).
19
2.1.10 Algoritma CDS (Campbell, Dudek, and Smith) Penjadwalan algoritma CDS (Campbell, Dudek, and Smith) adalah sebuah algoritma penjadwalan pada mesin seri yang merupakan pendekatan dari algoritma Johnson’s rule. Johnson’s rule merupakan algoritma untuk menjadwalkan sejumlah pekerjaan pada dua mesin seri. Algoritma ini bertujuan untuk meminimasikan nilai makespan. Langkah-langkah dalam penyusunan penjadwalan algoritma Johnson’s rule adalah sebagai berikut. Langkah 1:
Dari semua pekerjaan yang akan dijadwalkan, temukan nilai minimum dari waktu proses dari masing-masing pekerjaan.
Langkah 2:
Tempatkan urutan pekerjaan dari sebelah kiri jika terdapat waktu proses terkecil untuk mesin 1, dan jika waktu proses terkecil ada pada mesin 2, tempatkan urutan pekerjaan dari sebelah kanan.
Langkah 3:
Ulangi urutan yang disebutkan di atas jika terdapat pekerjaanpekerjaan baru yang akan dijadwalkan.
Johnson’s rule telah dikembangkan oleh Campbell, Dudek and Smith yaitu algoritma untuk menjadwalkan beberapa pekerjaan pada sejumlah mesin (m mesin) yang memungkinkan untuk menghasilkan alternatif penjadwalan sebanyak jumlah mesin-1 penjadwalan, dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan. Langkah-langkah dalam penyusunan penjadwalan algoritma CDS (Campbell, Dudek, and Smith) adalah sebagai berikut:
20
Langkah 1:
Pertimbangkan hanya mesin pertama dan mesin terakhir. Pecahkan masalah penjadwalan dengan aturan Johnson, kemudian hitung makespannya.
Langkah 2:
Buat pseudo processor dengan aturan di bawah ini, kemudian pecahkan penjadwalan dengan aturan Johnson, lalu hitung makespannya. ti,p1 = ti,1 + ti,2 ti,p2 = ti,m-1 + ti,m
Adapun tij adalah waktu yang diperlukan pada mesin j (j = 1, 2, 3, …, m), m menunjukkan mesin, sedangkan j = p1 menunjukkan pseudo processor 1 dan j = p2 menunjukkan pseudo processor 2. Langkah 3:
Buat dua pseudo processor berikutnya dengan rumus berikut: 3
ti,p1 =
t
i, j
j 1 m
ti,p2 =
ti, j
j m 2
Pecahkan masalah penjadwalan dengan aturan Johnson, kemudian hitung makespannya. Langkah 4:
Teruskan membuat pseudo processor hingga m-1 processor. Untuk pemecahan terakhir, di bawah ini terdapat aturannya: m1
ti,p1 =
t j 1
i, j
21
m
ti,p2 =
t
i, j
j 2
Langkah 5:
Untuk
setiap
kali
pemecahan
penjadwalan,
hitung
makespannya. Pilih solusi dengan makespan terkecil. Ms = max [Tij, Ti,j-1] + tij, Adapun Tij adalah waktu proses kumulatif pada tingkat k untuk job i dan mesin j. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah metode CDS dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
22
Tentukan langkah alternatif(Y) Y = jumlah mesin seri–1
Hitung waktu proses mesin (t1 dan t2) pada setiap langkah alternatif y
Tentukan job yang mempunyai waktu minimum pada langkah alternatif y
Apabila waktu proses minimum pada y tertentu terdapat di t1, maka penjadwalan job disusun mulai dari sebelah kiri. Apabila waktu proses minimum pada y tertentu terdapat di t2 maka penjadwalan job disusun mulai dari sebelah kanan. Apabila terdapat lebih dari 1 waktu proses t1 atau t2 yang minimum, maka penjadwalan job disusun berdasarkan urutan nomor jobnya.
Tidak
Apakah t1 dan t2 sudah terjadwalkan semua ? Ya Susun rangkaian urutan penjadwalan pada tiap langkah alternatif yang ada
Hitung nilai makespan dari setiap langkah alternatif (y) yang ada Pilih salah satu langkah alternatif yang mempunyai waktu makespan terkecil. apabila terdapat waktu makespan yang sama, naka pilih langkah alternatif yang terakhir Gambar 2.3 Diagram alir algoritma CDS (Campbell, Dudek and Smith)
23
2.2
Kerangka Pemikiran Untuk membuat suatu penjadwalan produksi terdapat empat elemen yang
sangat penting antara lain sebagai berikut. a.
Pembatas Yang termasuk pembatas dalam hal ini antara lain: ketersediaan kapasitas jangka pendek, di mana sebuah perusahaan manufaktur haruslah mempunyai ketersediaan/cadangan apabila dalam jangka pendek terdapat konsumen tetap yang tiba-tiba sangat membutuhkan produk dan harus selesai pada waktu yang relatif singkat. Untuk itu perusahaan harus selalu menyediakan
cadangan
bahan
baku/produk
jadi.
Berikutnya
adalah
ketersediaan persediaan pengaman. Dalam hal ini perusahaan juga harus menyediakan bahan baku maupun mesin cadangan untuk menghindari apabila terjadinya kekurangan dan kerusakan dalam pembuatan produk untuk memenuhi pesanan konsumen. Yang berikutnya adalah kebutuhan perawatan, di mana setiap mesin yang digunakan secara terus-menerus membutuhkan perawatan agar mesin tersebut tetap dalam keadaan baik sehingga proses produksi tetap dapat berjalan dengan lancar. Yang terakhir adalah pembatas urut-urutan. b.
Variabel keputusan Yang termasuk variabel keputusan dalam sistem penjadwalan antara lain: yang pertama ukuran workforce harian, di mana perusahaan harus mempunyai ukuran/standar pekerjaan setiap harinya agar hasil produksi yang dihasilkan mempunyai kualitas sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
24
Yang kedua tingkat produksi harian, di mana perusahaan juga harus mempunyai standar tingkat produksi hariannya agar dalam pemenuhan pesanan konsumen tidak terjadi kekurangan. Yang ketiga penugasan pesanan, di mana dilakukan penugasan pesanan atau penyusunan pesanan-pesanan yang datang setiap harinya untuk disusun berdasarkan tanggal kedatangannya agar lebih mempermudah dalam proses produksinya. Yang terakhir adalah prioritas urut-urutan, di mana dilakukan pengurutan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus diselesaikan/diproduksi terlebih dahulu. c.
Input Pekerjaan-pekerjaan yang berupa alokasi untuk pesanan-pesanan, penugasan
prioritas
pekerjaan,
dan
pengendalian
jadwal
produksi
membutuhkan informasi terperinci, di mana informasi-informasi tersebut akan menyatakan input dari sistem penjadwalan. Pada bagian input sistem penjadwalan harus ditentukan kebutuhankebutuhan kapasitas dari order-order yang
dijadwalkan dalam hal
macam/jenis dan jumlah sumber daya yang digunakan. Untuk produk–produk tertentu, informasi ini dapat diperoleh dari lembar kerja operasi (berisi ketrampilan dan peralatan yang dibutuhkan, waktu standar, dan lain-lain) dan BOM/Bills of Material (berisi kebutuhan–kebutuhan akan komponen, dan bahan pendukung). Kualitas dari keputusan-keputusan penjadwalan sangat dipengaruhi oleh ketepatan estimasi input–input di atas. Oleh karena itu, pemeliharan catatan terbaru tentang status tenaga kerja dan peralatan yang tersedia, dan perubahan kebutuhan kapasitas yang diakibatkan perubahan
25
disain produk/proses menjadi sangat penting. d.
Output Sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas–aktivitas output antara lain sebagai berikut.
Pembebanan (loading) Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk pesanan-pesanan yang diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan pekerjaan–pekerjaan pada fasilitas-fasilitas, operator-operator, dan peralatan tertentu.
Pengurutan (sequencing) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang pesanan–pesanan mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak pekerjaan.
Prioritas pekerjaan (dispatching) Dispatching merupakan prioritas kerja tentang pekerjaan–pekerjaan mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.
Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan:
a.
Meninjau kembali status pesanan-pesanan pada saat melalui sistem tertentu.
b.
Mengatur kembali urut–urutan, misalnya : expediting pesanan–pesanan yang jauh di belakang atau mempunyai prioritas utama.
Updating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas. Setelah keempat elemen–elemen di atas terpenuhi maka ukuran kinerja yang
26
didapat/dihasilkan yaitu minimasi biaya tetap penjadwalan, di mana biaya–biaya seperti biaya menganggur karena rendahnya utilisasi kapasitas, biaya karena pengiriman yang terlambat, dan biaya karena penyesuaian jadwal dapat dihilangkan.