20
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat
dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap proses operasi. Pengukuran waktu operasi atau waktu siklus menggunakan alat utama yaitu jam henti (stop watch). Cara ini merupakan cara yang banyak dikenal, sehingga banyak dipakai. Salah satu keunggulan cara ini adalah kesederhanaan aturan-aturan pengukuran yang dipakai (Sutalaksana, 1979).
2.1.1.1 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk menghasilkan waktu yang baik dapat dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini. a. Penentuan Tujuan Pengukuran Dalam suatu pengukuran, tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan suatu kegiatan pengukuran. Adapun tujuan dari pengukuran waktu tersebut, diantaranya adalah kegunaan dari pengunaan, mengetahui tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.
21
Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapat buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk memperkirakan secara kasar bilamana pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya tidak perlu sebesar tadi. b. Melakukan Penelitian Pendahuluan Pengukuran waktu di setiap stasiun kerja memiliki waktu yang berbeda-beda. Waktu tersebut akan dipengaruhi oleh faktor yang menyebabkan waktu yang harus disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan tempat kerja operator meliputi berbagai hal, diantaranya pencahayaan, ventilasi udara, keergonomian perlengkapan kerja, dan lain-lain. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan sehingga harus dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui faktor kelonggaran serta faktor penyesuaian yang sangat diperlukan dalam perhitungan waktu normal dan baku untuk setiap proses operasi. c. Memilih Operator Operator merupakan orang yang mempunyai tugas untuk menjalankan suatu mesin sehingga mesin tersebut dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Kemampuan operator dalam bekerja berbeda-beda yaitu dari berkemampuan renda sampai tinggi. Pengukuran waktu dalam penelitian ini adalah pengukuran
22
waktu pada operator yang bekerja secara wajar atau berkemampuan rata-rata. Hal ini dikarenakan apabila pemakaian operator yang bekerja lambat atau berkemampuan rendah maka waktu baku yang diperoleh dalam perhitungan waktu ini tidak dapat mewakili operator yang berkemampuan tinggi dan sebaliknya. Sehingga pemilihan operator yang berkemampuan rata-rata dapat mewakili waktu semua operator yang ada di perusahaan tersebut. d. Melatih Operator Walaupun operator telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan latihan bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan. e. Mengurangi Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan pengurangan pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan, yaitu: 1) Menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan. 2) Melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya 3) Melakukan pembagian kerja menjadi elemen-elemen pekerjaan untuk memeudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja.
23
4) Memungkinkan dikembangkannya data waktu baku atau tempat kerja yang bersangkutan. 5) Uraikan pekerjaan menjadi elemen-elemennya serinci mungkin, untuk memudahkan elemen-elemen pekerjaan berupa satu atau beberapa elemen gerakan dan elemen yang satu hendaknya dipisahkan dengan elemen yang lain secara jelas. f. Menyiapkan Alat-alat Pengukuran Setelah ke lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah: 1) Jam henti 2) Lembaran-lembaran pengamatan 3) Pena atau pensil 4) Papan pengamatan
2.1.1.2 Melakukan Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Posisi pada saat pengukuran waktu hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya ataupun merasa terlampau merasa diamati, sebaiknya jaraknya sekitar 1.5 m.
canggung karena
24
2.1.1.2.1
Menentukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
Pengukuran waktu yang idealnya tentu dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat banyak (sampai tak terhingga kali), sehingga dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Akan tetapi hal tersebut tidak memungkinkan karena dipengaruhi oleh faktor keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Pengukuran waktu yang tidak banyak akan menyebabkan pengukur kehilangan sebagian kepastian akan ketepatan atau rata-rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adaloah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang harus dicari). Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Dan dinyatakan dalam bentuk persen. Jadi tingkat ketelitian 10 % dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10 % dari rata-rata sebenarnya; dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal lain adalah 95 %.
25
2.1.1.2.2
Uji Kebaikan Suai Distribusi Normal
Uji Kebaikan Suai digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi megikuti suatu distribusi teoritik tertentu, Uji ini didasarkan pada seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam sampel dengan frekuensi harapan yang didasarkan pada distribusi yang dihipotesiskan. Uji kebaikan Suai distribusi normal digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi mengikuti distribusi normal atau tidak (Walpole, 1995, hal 325) Untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan sudah berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan uji kolmogorov Smirnov menggunakan program SPSS. Ketentuan yang digunakan dalam uji Kolmogorov Smirnov adalah : 1. Jika probabilitas (Asymp. Sig) > 0.05 maka data berdistribusi normal. 2. Jika probabilitas (Asymp. Sig) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
2.1.1.2.3
Uji Keseragaman Data
Secara teoritis, apa yang dilakukan dalam pengujian keseragaman data ini adalah berdasarkan teori-teori statistik tentang peta-peta kontrol yang biasanya digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja yang lain. Satu langkah yang dilakukan sebelum pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik, yang terdiri dari kondisi kerja dan cara kerja yang baik. Jika yang dihadapi adalah suatu sistem yang dikerjakan sudah ada maka sistem ini
26
dipelajari untuk kemudian diperbaiki. Jika sistemnya belum ada maka yang dilakukan adalah merancang suatu sistem yang baru dan baik. Pada uji keseragaman ini, dapat diketahui keseragaman pada data-data yang telah diambil sebagai sampel. Data-data yang seragam akan berada pada daerah batas kontrol yaitu terletak diantara daerah BKA dan BKB. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam pengujian keseragaman data ini adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan data menjadi beberapa subgrup dan menghitung harga rata-rata setiap subgrup. Syarat: k = banyaknya subgrup yang terbentuk n = besarnya subgrup 2. Menetapkan harga rata-rata dari harga rata-rata subgrup k
x = ∑ xi / k i =1
Ket: k = jumlah subgrup 3. Menetapkan harga standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian ⎡
n
(
)
⎤
σ = ⎢∑ xi − x / ( N − 1)⎥ ⎣ i =1
2
⎦
Ket: N = jumlah data yang diambil 4. Menetapkan standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup
σx =σ / n Ket: n = jumlah data yang diambil
27
5. Menetapkan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas kontrol Bawah (BKB)
BKA = x + zσ x
BKB = x − zσ x Dimana z adalah bilangan konversi pada distribusi normal sesuai tingkat kepercayaan yang digunakan misalnya: tingkat kepercayaan = 90% - 95%, maka z = 2.
2.1.1.2.4
Uji Kecukupan Data
Sebelum uji kecukupan data dilakukan perlu ditentukan terlebih dahulu banyaknya sampel. Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui kecukupan data pengamatan. Jumlah data pengamatan yang diambil harus dapat mewakili populasi tersebut, maksudnya harus dapat memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang telah ditetapkan. Rumus untuk menentukan jumlah pengamatan adalah:
⎡ k / s N (x )2 − ( x )2 ∑ ij ∑ ij N'= ⎢ ⎢ (∑ xij ) ⎣⎢
Keterangan :
⎤ ⎥ ⎥ ⎦⎥
2
N = jumlah pengamatan aktual yang dilakukan N’ = jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan Xij = waktu penyelesaian
28
Jika dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa N’ ≥ N, maka banyaknya data yang diukur belum dapat memenuhi tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang diinginkan. Dengan kata lain, data yang diambil adalah kurang. Karena itu harus ditambahkan lagi beberapa data, lalu ulangi lagi dari langkah satu sampai langkah 4. Demikian seterusnya sampai jumlah pengukuran yang diperlukan sudah terlampaui oleh jumlah yang telah dilakukan.
2.1.1.2.5
Melakukan Perhitungan Waktu Baku
Jika pengukuran-pengukuran secara statistik telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki kenormalan dan keseragaman dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah pengujian statistik waktu siklus. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data waktu siklus yang terkumpul itu adalah sebagai berikut: 1. Hitung waktu siklus rata-rata dengan: Ws =
∑X
i
N
Dimana X1 dan N menunjukkan arti yang sama dengan yang telah dibahas sebelumnya. 2. Hitung waktu normal dengan: Wn = W s × p
29
Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapat waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaiannya p sama dengan 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika bekerjanya terlalu lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus memberi harga p<1 dan sebaliknya p>1 jika dianggap bekerja cepat. 3. Hitung waktu baku dengan: Wb = Wn + 1 Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh pekerja. Umumnya kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
30
2.1.2
Keseimbangan Lini
2.1.2.1 Lini Produksi
Lini produksi atau sering disebut sebagai jalur perakitan merupakan laju produksi dimana terjadi perpindahan material yang dilakukan secara terus menerus pada tingkat rata-rata yang sama melalui stasiun kerja setiap proses dimana produksi dilakukan. Laju produksi akan berlanjut menjadi bagian besar dari banyak produksi dan operasi perakitan walaupun jumlah operator dikurangi karena penggunaan robot. Dalam lini produksi ini ada permasalahan utama, yaitu: a. Keseimbangan dari waktu proses stasiun kerja b. Mempertahankan lajur produksi yang terus menerus atau berkelanjutan.
2.1.2.2 Keseimbangan Lini
Istilah keseimbangan lini ini sering disebut sebagai assembly line balancing atau keseimbangan lini perakitan. Pengertian dari line balancing atau keseimbangan lini adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam beberapa stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melibihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Penyeimbangan lini biasanya dilakukan untuk meminimasi ketidakseimbangan antara mesin-mesin atau manusia yang ada ketika menghasilkan output yang dibutuhkan dari lini tersebut (Barry Render, Jay Heizer, 2001, p288).
31
Definisi dibawah ini bisa diterapkan pada semua lini perakitan (Elsayed A. Elsayed, Thomas O. Boucher, 1994, p345): 1. Produk perakitan
: Produk yang melalui beberapa tahap pekerjaan dimana pekerjaan tersebut dilakukan pada produk sampai dengan produk tersebut selesai pada tahap akhir. Keberhasilan dari lini perakitan diukur oleh jumlah produk yang dapat dirakit per waktu unit.
2. Elemen kerja
: bagian dari keseluruhan pekerjaan pada proses perakitan, kita menggambarkan N sebagai jumlah total dari elemen kerja yang dibutuhkan untuk melengkapi perakitan dan i adalah jumlah elemen kerja i dalam proses. Cat : 1 ≤ i ≤ N.
3. Stasiun kerja
: suatu lokasi pada lini perakitan di mana elemen kerja/ elemen-elemen yang dilakukan pada produk, jumlah minimum dari stasiun kerja, k, ≥ 1.
4. Waktu siklus
: Waktu diantara penyelesaian dari perakitan secara berturutturut, dengan asumsi konstanta untuk semua perakitan. Nilai minimum dari waktu siklus harus ≥ waktu stasiun
5. Waktu stasiun
: Jumlah dari waktu elemen kerja yang dilakukan pada stasiun kerja yang sama sangat jelas terlihat bahwa waktu stasiun (ST) sebaiknya tidak lebih besar dari waktu siklus (CT).
32
6. Waktu senggang dari stasiun: Perbedaan antara waktu siklus (CT) dan waktu stasiun (dimana waktu waktu menganggur (idle time) dari stasiun = CT – ST). 7. Precedence diagram:
Suatu digram yang menggambarkan pemesanan dimana elemen kerja sebaiknya dilakukan. Beberapa pekerjaan tidak dapat dilakukan kecuali operasi pendahulunya telah dilakukan. Faktanya, tata letak stasiun kerja sepanjang lini perakitan tergantung dari precedence diagram.
Rumus-rumus yang merupakan bagian-bagian dari perhitungan Line Balancing, diantaranya: 1. Efisiensi lini (Line Efficiency) Efisiensi lini atau Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun terhadap keterkaitan waktu siklus dengan jumlah stasiun. Biasanya efisiensi lini ini dinyatakan dalam nilai persentase. LE = Ket:
∑ ST
i
(K )(CT )
× 100%
LE = Line Efficiency atau Efisiensi lini STi = Waktu stasiun dari stasiun ke-i K = Jumlah total stasiun kerja CT = Cycle Time atau waktu siklus terpanjang
33
2. Smothness Index (SI) Smothness Index (SI) merupakan index yang menunjukkan relatif dari suatu keseimbangan lini. Indikasi dari Smothness Index (SI) ini adalah apabila SI = 0, maka akan didapatkan perfect balance. SI =
Ket:
(∑ ST max− ST )
2
i
i
STi max = waktu stasiun maksimum STi
= waktu stasiun dari stasiun ke-i
3. Balance Delay Balance Delay adalah selisih antara waktu siklus dengan waktu stasiun atau jumlah antara balance delay dan line eficiency = 1. BD = d = 1 – LE Ket : BD = d = Balance Delay LE = Line Eficiency
Adapun langkah-langkah dalam Line Balancing sebagai berikut: 1. Penentuan hubungan antar proses operasi dengan penggambaran precedence diagram sehingga dapat diketahui operasi terdahulu tiap proses operasi. 2. Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan dengan rumus yaitu: Waktu produksi/hari CT = Output/hari
34
3. Menentukan jumlah minimum stasiun kerja secara teoritis yang dibutuhkan untuk memenuhi pembatas waktu siklus dengan menggunakan rumus: Jumlah total dari waktu pekerjaan setiap elemen N= Waktu Siklus (CT) 4. Memilih metode yang akan digunakan dalam perhitungan keseimbangan lini yang disesuaikan dengan pembatasan masalah. 5. Setelah pemilihan metode, maka dilakukan perhitungan efisiensi lini total, efisiensi stasiun kerja, waktu menganggur (idle time) dan balance day, smoothness index. 6. Menghitung kapasitas produksi yang dihasilkan. PC = (3600 detik x H jam = ………….detik/hari)/ CT Ket:
PC = Production Capacity
CT = Cycle Time (Waktu Siklus Lini) H = jumlah hari kerja/ hari Metode yang digunakan dalam perhitungan kesimbangan lini adalah 3 metode yang merupakan bagian dari metode heuristik, yaitu:
a. Metode Ranked Positional Weight (RPW)
Metode Ranked Positional Weight (RPW) disebut juga sebagai metode Hegelson-Barnie. Menentukan positional weight (bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaannya dari suatu operasi dengan memperhatikan precedence diagram. Cara penentuan bobotnya sebagai berikut:
35
Bobot RPW =
waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasi-operasi berikutnya.
Pengelompokkan operasi ke dalam stasiun kerja dilakukan atas dasar urutan RPW (dari yang terbesar), dan juga memperhatikan pembatas berupa waktu siklus. Metode ini mengutamakan waktu elemen kerja yang terpanjang, dimana elemen kerja ini akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja yang lebih rendah. Proses ini dilakukan dengan memberikan bobot. Bobot ini diberikan pada setiap elemen kerja dengan memperhatikan precedence diagram. Dengan sendirinya elemen pekerjaan memiliki bobot semakin besar pula, dengan kata lain akan lebih diprioritaskan. Prosedur dalam metode ini terdiri dari: 1) Menggambarkan jaringan precedence diagram sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2) Menentukan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight (bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaan dari suatu operasi yang memiliki waktu penyelesaian terpanjang mulai dari awal pekerjaan hingga akhir elemen pekerjaan yang memiliki waktu penyelesaian terendah. 3) Mengurutkan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight pada langkah kedua diatas. Elemen kerja yang memiliki positional weight tertinggi diurutkan pertama kali.
36
4) Melanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang memiliki positional weight tertinggi hingga ke yang terendah ke setiap stasiun kerja. 5) Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu dalam hal ini waktu stasiun melebihi waktu siklus, tukar atau ganti elemen pekerjaan yang ada dalam stasiun kerja tersebut ke stasiun kerja berikutnya selama tidak menyalahi precedence diagram. 6) Mengulangi langkah 4 dan 5 diatas sampai seluruh elemen pekerjaan sudah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah hasil yang dihasilkan lebih akurat dalam hal akurasi dibandingkan dengan metode Largest Candidate Rule (LCR) dan metode Region Approach (RA). Kelemahan dari metode ini adalah tidak mempertimbangkan efisiensi aliran (flow efficiency), sehingga mungkin saja akan dihasilkan penugasan yang paling tinggi tingkat efisiensinya dan akan meningkatkan biaya transportasi atau biaya pemindahan bahan.
37
b. Metode Largest Candidate Rule (LCR)
Langkah-langkah penyeimbangan lini dengan menggunakan metode Largest Candidate Rule (LCR) ini adalah: 1) Mengurutkan semua elemen operasi dari yang memiliki waktu paling besar hingga yang paling kecil. 2) Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil dari urutan yang paling atas. Elemen kerja dapat diganti atau dipindahkan ke stasiun kerja berikutnya, apabila jumlah elemen kerja telah melebihi waktu siklus. 3) Melanjutkan proses langkah kedua, hingga semua elemen kerja telah berada dalam stasiun kerja dan memenuhi/ lebih kecil sama dengan waktu siklus.
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah secara keseluruhan metode ini memiliki tingkat kemudahan yang lebih tinggi daripada metode Ranked Positional Weight (RPW), tetapi hasil yang diperoleh masih harus saling dipertukarkan dengan cara trial and error untuk mendapatkan penyusunan stasiun kerja yang lebih akurat. Kelemahan dari metode ini adalah didapatkan lebih banyak operasi seri yang digabungkan ke dalam satu stasiun kerja.
38
c. Metode Region Approach (RA)
Langkah-langkah penyeimbangan lini dengan menggunakan metode Region Approach (RA) ini adalah: 1) Membuat precedence diagram 2) Menentukan wilayah precedence diagram dari kiri ke kanan. 3) Dalam tiap-tiap wilayah precedence, mengurutkan pekerjaan dari waktu yang maksimum ke waktu yang minimum. Hal ini akan meyakinkan pekerjaan terbesar akan
dipertimbangkan
terlebih
dahulu,
memberikan
kesempatan
untuk
memperoleh kombinasi yang lebih baik dengan pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil. 4) Mengumpulkan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut: 5) Di akhir tiap-tiap stasiun kerja, memutuskan apakah penggunaan waktunya dapat diterima. Jika tidak, periksa semua pekerjaan yang memiliki hubungan precedence. Tentukan apakah penggunaan waktu akan meningkatk bila dilakukan pertukaran pekerjaan dengan pekerjaan yang sedang dipertimbangkan. 6) Meneruskan hingga semua elemen pekerjaan ditempatkan pada semua stasiun kerja. 7) Menghitung efisiensi lini, smoothness index dan balance delay dari lini tersebut (Bedworth, David.D, 1987, p366).
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah
39
pada prinsipnya, metode ini berusaha membebankan terlebih dahulu operasi yang memiliki tanggung jawab keterdahuluan yang besar sehingga hasilnya akan mendekati optimal. Kelemahan dari metode ini adalah metode ini tetap tidak akan menghasilkan solusi yang optimal, tetapi solusi yang dihasilkan sudah cukup baik dan mendekati optimal.
2.2
Kerangka Pemikiran
Selanjutnya, usulan keseimbangan lini pada gambar 2.1 akan penulis uji dengan 3 metode yaitu metode Ranked Positional Weight (RPW), metode Largest Candidate Rule (LCR) dan metode Region Approach (RA). Sampel yang direncanakan adalah waktu siklus tiap proses. Hasil penelitian di harapkan tidak hanya menunjukan membuktikan bahwa metode usulan pada keseimbangan lini lebih baik daripada keseimbangan lini aktual atau kondisi awal. Tetapi penulis anggap juga sebagai feedback bagi perusahaan yang sedang diteliti. Feedback yang di harapkan adalah perusahaan perlu meningkatkan produktivitas serta kinerja para operator sehingga output yang dihasilkan dapat optimal dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Secara diagram, penulis dapat mendeskripsikan kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut:
40
Perusahaan PT. Japindo Kencana
Waktu siklus tiap proses
Waktu Baku
Keseimbangan Lini aktual
Keseimbangan Lini usulan
Diukur secara aktual
Dijelaskan dengan 3 metode, yaitu: 1. Ranked Positional Weight (RPW) 2. Largest Candidate Rule (LCR) 3. Region Approach (RA)
Kapasitas produksi aktual
Kapasitas produksi secara teoritis
Perbandingan Keseimbangan Lini
Pemilihan Metode terbaik
Feed Back Hasil dan Pembahasan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran