49
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Dasar Teori
2.1.1
Pengertian Produk Menurutn Stanton (2001, p222), yang dimaksud dengan produk adalah “sekumpulan attribute. Yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalammnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuat u yang bias memuaskan keinginannya”. Faktor-faktor Produk Menurut Kotler (2002, p.18), “faktor-faktor produk adalah : keragaman produk, kualitas, design, cirri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, imbalan”. Tingkatan Produk Menurut Tjiptono (2001, p.96), dalam perencanaan suatu produk, perlu memahami lima tingkatan produk, yaitu : 1. Produk utama / Inti (Core Product), yaitu manfaat yang sebenarnya dibut uhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
50
Contoh, dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu adalah istirahat dan tidur. Untuk bioskop, para penonton sesungguhnya membeli hiburan. 2. Produk Generik (Generic Product), yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berhasil). Contohnya, hotel merupakan suat u bangunan yang memiliki banyak ruangan untuk disewakan. 3. Produk Harapan (Expected Product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara layak diharapkan dan disepakati unt uk dibeli. Sebagai contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk, air ledeng, telepon, lemari pakaian, dan ketengangan. 4. Produk Pelengkap (Augm ented Product), yait u berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bias dibedakan dengan produk pesaing. Misalnya, hotel bisa menambahkan fasilitas T V, shampoo, bunga-bunga segar, check-in yang tepat, check-out yang tepat, pelayanan kamar yang baik, dan lain-lain 5. Produk Potensial (Potential Product), yait u segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikem bangkan untuk suatu produk di masa mendatang. Misalnya , hotel menambahkan fasilitas layanan internet,
51
perekam video dengan kaset videonya, sepiring buah-buahan segar, dan sebagainya 2.1.2
Pengertian Product Development Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Hermawan (1995, p.369) “Product Developm ent adalah upaya perusahaan untuk meningkatkan penjualan
dengan
mengembangkan
produk
baru/
produk
yang
disempurnakan unt uk pasar yang sudah ada”. Product Developm ent adalah suatu istilah yang lebih terbatas dibandingkan dengan perancangan barang, yaitu mencakup kegiatan teknis tentang penelitian, pembuatan, dan pendesainan barang. Menurut Sigit (1992, p.192), “Product Developm ent adalah kegiatan manufaktur yang bermaksud melakukan penyesuaian barang-barang yang dibuat atau ditawarkan unt uk dijual atas permintaan pembeli”. Menurut Irawan dan Wijaya (1996, p.97), “Product Developm ent merupakan suatu usaha yang direncanakan dan dilakukan secara sadar untuk memperbaiki produk yang ada, atau untuk menambah banyaknya ragam produk yang dihasilkan dan ditawarkan”.
52
Bent uk-bentuk product developm ent Menurut Rahmawan Prawiraamidjaja, product developm ent dibedakan dalam 3 bentuk : a. Initial Developm ent, merupakan suat u usaha penggunaan dari suat u barang menuju penggunaan yang lebih tinggi. Contoh: kayu turi yang dulu unt uk kayu bakar sekarang unt uk kertas. b. Product Im provem ent adalah melakukan perubahan pada suatu barang agar lebih disukai oleh konsument. Kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan product improvement meliputi: ‐
Analisa pasar, yaitu unt uk memperoleh data mengenai kegemaran dalam hubungannya dengan suat u barang.
‐
Analisa objektif adalah suatu analisa terhadap suat u manfaat produk, artinya kita harus dapat mengetahui secara objektif manfaat apa saja yang dimiliki oleh suatu produk untuk memenuhi kebut uhan konsumen.
‐
Penyesuaian terhadap barang, hal ini harus disesuaikan dengan keinginan dari konsumen. Contoh: dahulu orang mencuci dengan sabun batangan, tetapi sekarang lebih suka memakai sabun detergent karena lebih ekonomis dan efektif.
53
c. New Use Aplication, merupakan penggunaan dari suatu barang menjadi bermacam, macam barang dengan adanya variasi, sehingga konsumen dapat memperoleh kegunaan yang lebih banyak dari barang tersebut. Contoh: Plastik pada mulanya hanyak dipakai untuk pembungkus, tetapi sekarang dapat digunakan sebagai alat-alat bangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan product developm ent Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan product developm ent menurut Rahman Prawiraamidjaja adalah: a. Tidak stabilnya persaingan Agar perusahaan tidak ketinggalan dengan perusahaan yang lain yang sudah mengadakan perbaikan terhadap produknya, maka it u perusahaan harus segera mengikutinya. b. Makin banyaknya variasi penggunaan barang Dengan makin banyaknya variasi penggunaan dari suatu produk atau hasil produksi yang mempunyai bermacam-macam kegunaan, maka hal itu akan mendorong perusahaan untuk menambah variasi dari produknya. c. Pemanfaatan kapasitas produksi
54
Pada umumnya perusahaan tidak berproduksi pada kapasitas penuh, tetapi biasanya kapasitas yang dipergunakan dalam berproduksi hanya berkisar antara 75%-80%, sedang sisa kapasitas yang 20% tidak dimanfaatkan. d. Munculnya persaingan Jika suatu hasil produksi yang laku dipasaran, maka akan menyebabkan perusahaan lain cenderung untuk memproduksi barang yang sejenis. Karena itu perusahaan senantiasa memperhatikan serta memperbaiki hasil produksinya agar tidak kehilangan para konsumennya. Tantangan dalam pengembangan produk baru Perusahaan yang gagal dalam mengem bangkan produk baru mengalami resiko yang sangat besar. Produk mereka yang telah ada rentan terhadap perubahan kebut uhan dan selera konsumen, teknologi baru, siklus hidup produk yang lebih singkat, serta meningkatnya persaingan domenstik dan luar negeri. 2.1.3
Produk Gagal Faktor yang mempengaruhi produk baru gagal: a. Eksekutif level tinggi mungkin memaksakan gagasan favorit walau hasil riset pasar negatif. b. Ide itu bagus, tapi perkiraan ukuran pasarnya terlalu berlebihan. c. Produk it u tidak dirancang dengan baik.
55
d. Produk itu diposiskan secara keliru dipasar, tidak diiklankan secara efektif. e. Biaya pengembangan yang lebih tinggi dari pada yang diperkirakan. f. Pesaing membalas dengan lebih gencar dari pada yang diperkirakan. 2.1.4
Penghambat Produk Baru Adapun faktor-faktor lain mengham bat pengembangan produk baru, yaitu: a. Kekurangan gagasan mengenai produk baru yang penting di bidang tertentu. b. Pasar yang terbagi-bagi. c. Kendala sosial dan pemerintah. d. Mahalnya proses pengem bangan produk baru. e. Kekurangan modal. f. Waktu pengembangan yang lebih singkat. g. Siklus hidup produk yang lebih singkat .
2.1.5
Tahap Pengembangan Produk Tahap-tahap dalam kegiatan pengem bangan produk menurut Kotler ( 1994, p.405):
56
a. Pemunculan ide Proses pengem bangan
produk
baru
berawal dari pencarian ide.
Manajemen puncak harus mendefinisikan produk dan pasar baru yang ingin dit uju. Harus menyatakan tujuan produk baru, dominasi pangsa pasar dan tujuan lainnya, harus menyatakan berapa usaha yang harus diberikan untuk mengembangkan produk-produk terobosan, memodifikasi produk lama dan meniru pesaing. b. Penyaringan Perusahaan harus menghindari 2 jenis kesalahan, yaitu: ‐
Kesalahan penolakan, terjadi jika perusahaan menolak ide yang sebenarnya bagus.
‐
Kesalahan lanjutan, terjadi jika perusahaan mengijinkan ide yang buruk unt uk diteruskan ke tahap pengembangan.
Tujuan penyaringan ide adalah untuk menolak ide-ide buruk sedini mungkin. Alasannya adalah bahwa biaya pengembangan produk semakin besar dalam tiap pengem bangan. c. Pengem bangan dan pengujian konsep Pengujian konsep merupakan pengujian atas konsep-konsep yang saling bersaing tersebut pada kelompok konsumen dan sasaran yang tepat. Konsep tersebut dapat disajikan secara simbolis maupun secara fisik.
57
d. Strategi pemasaran Manajer produk-produk baru sekarang harus mengembangkan rencana pemasaran strategi untuk memperkenalkan produknya ke pasaran. Rencana strategi pemasaran terdiri atas 3 bagian, yaitu: ‐
Bagian pertama menjelaskan ukuran, strukt ur dan perilaku pasar sasaran, posisi produk yang direncanakan, serta penjualan, pangsa pasar dan laba yang diinginakn dalam 5 tahun pertama.
‐
Bagian kedua strategi pemasaran menggam barkan harga, strategi
distribusi,
dan
anggaran
pemasaran
yang
direncanakan untuk produk tersebut dalam tahun pertama. ‐
Bagian ketiga menjelaskan penjualan jangka panjang dan sasaran laba serta strategi pemasaran selanjutnya.
e. Analisis bisnis Setelah manajemen mengembangkan konsep produk
dan
strategi
pemasaran mereka dapat mengevaluasi daya tarik proposal bisnis tersebut. Manajemen harus mempersiapkan proyeksi penjualan, biaya dan laba untuk menent ukan apakah dapat memenuhi tujuan perusaan.
58
f. Pengem bangan produk Tahap ini merupakan langkah besar dalam investasi, yang membuat biaya evaluasi ide pada tahap-tahap sebelumnya kelihatan kecil.
g. Uji pemasaran Tujuan uji pemasaran adalah unt uk mempelajari bagaimana konsumen dan dealer bereaksi terhadap penanganan, penggunaaan, dan pembelian kembali produk. h. Komersialisasi Perusahaan harus memutuskan apakah akan meluncurkan produk barunya disat u lingkungan, daerah, atau beberapa daerah. 2.1.6
Product Development Strategi product developm ent yang dikemukakan oleh Swastha (1990, p.182) adalah: 1. Memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada Dalam strategi ini perusahaan tetap menggunakan teknologi dan fasilitas yang ada untuk membuat variasi baru dari produknya. 2. Memperluas lini produksi Semua ini ditujukan untuk menawarkan lebih banyak alternative pilihan kepada pem beli tentang produknya.
59
3. Menambah modal yang ada Disini perusahaan menam bah beberapa variasi baru pada produknya. 4. Meniru strategi pesaing Beberapa pengusaha
berpendapat
bahwa hubungan
antara
biaya
pengembangan produk dengan laba yang akan diperoleh pada wakt u mendatang adalah tidak pasti. 5. Menambah produk yang tidak ada kaitannya dengan lini yang ada. Strategi ini dianggap mahal karena produk baru sering menggunakan proses produksi baru, demikian juga fasilitas-fasilitas untuk promosi dan distribusinya 2.2
Analisa Penggantian
2.2.1
Pendahuluan Setiap peralatan yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari memiliki keterbatasan um ur atau masa pakai sehingga apabila alat yang serupa masih dibut uhkan pada akhir masa pakainya maka diperlukan proses penggantian dengan alat serupa yang baru. Kebijakan unt uk menentukan kapan suatu alat harus diganti tidak cukup hanya dilihat dari kondisi fisik alat, namun yang lebih penting adalah pertimbangan ekonomis yang berkaitan dengan alternatif pemakaian.
60
Ada beberapa alasan kenapa proses penggantian suatu peralatan perlu dilakukan, diantaranya adalah: 1.
Adanya peningkatan permintaan terhadap suat u produk sehingga dibut uhkan fasilitas produksi yang memiliki kapasitas yang lebih besar.
2.
Kebutuhan untuk perawatan pada alat yang dimiliki sudah berlebihan sehingga alat tersebut dinilai tidak ekonomis untuk dipakai, walaupun secara fisik masih berfungsi.
3.
Terjadi penurunan fungsi fisik perlatan sehingga akan berakibat menurunnya efisiensi operasi dari alat tersebut. Seperti penurunan ouput, peningkatan kebut uhan bahan bakar dan persentase material yang terbuang, peningkat kebutuhan suku cadang dan tenaga perawatan, kerusakan alat, penurunan kualitas kerja dari perlatan.
4.
Adanya alternatif untuk menyewa suatu peralatan dan kebijakan ini lebih ekonomis dari membeli atau memiliki alat tersebut.
5.
Terjadinya keusangan (obsolescence) dari suat u peralatan karena berkembangnya alat-alat baru dengan tingkat teknologi yang lebih canggih.
61
2.2.2
Beberapa Konsep Dasar dalam Analisa Penggantian Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan analisa penggantian suatu peralatan, antara lain : 1. Konsep Defender dan Challenger Secara umum analisa penggantian digunakan untuk menentukan apakah peralatan (aset) yang digunakan saat ini perlu diganti dengan peralatan yang lebih baru dan lebih ekonomis dan kapan penggantian itu sebaiknya dilakukan. Dalan konteks ini sudah menjadi kebiasaan unt uk menyebut aset yang dipertimbangkan unt uk diganti sebagai defender dan aset atau perlatan yang menjadi kandidat atau yang diusulkan untuk mengganti sebagai challenger. Kriteria yang biasanya dipakai dalam pengambilan keput usaan pada penentuan waktu penggantian adalah biaya ekuivalen tahunan (EUAC) 2. Konsep Sunk Cost Sunk cost adalah ongkos yang terjadi pada masa lalu dan tidak akan tertutupi sehingga tidak dipertimbangkan dalam analisa-analisa ekonomi teknik yang berkaitan dengan kondisi masa yang akan datang. Sunk cost pada analisa penggantian didefinisikan sebagai berikut : Sunk cost = nilai buku saat ini – nilai jual saat ini
62
Nilai buku suat u aset adalah nilai aset tersebut pada suat u saat yang tercantum dalam catatan akuntansi, yaitu nilai awal dari aset tersebut setelah dikurangi dengan total depresiasi yang telah terjadi sampai saat itu. Dalam study analisa penggantian, nilai jual asetlah yang akan dijadikan dasar pertimbangan. Jadi, nilai awal, nilai buku, dan ongkos-ongkos penggantian tidak relevan dalam analisa pergantian. 3. Sudut Pandang dari Luar Sistem Pendekatan dengan sudut pandang pihak luar cukup obyektif dan lebih disukai karena akan membandingkan performansi ekonomi dari aset yang dimiliki (defender) dan alternatif perbandingannya (challenger) sebagai layaknya pihak ketiga yang bertindak seolah-olah tidak memiliki aset tersebut. Pada dasarnya pendekatan ini menganggap nilai sisa (nilai jual) dari suatu aset pada saat itu merupakan ongkos investasi dari defender. 4. Umur Ekonomis Suatu Peralatan Perhitungan umur ekonomis suatu aset berguna unt uk memperkirakan kapan aset tersebut sebaiknya diganti. Tentu saja pergantian akan dilakukan apabila secara ekonomis memang lebih baik daripada tetap menggunakan aset yang lama (defender). Berikut ini adalah salah sat u contoh analisa penggantian, yaitu penggantian karena biaya perawatan yang berlebihan.
63
Sebuah peralatan pembantu pada pembangkit tenaga listrik sedang mengalami kerusakkan. Alat ini masih bisa diperbaiki dengan biaya Rp.15 juta. Perbaikkan ini akan menyebabkan alat tersebut dapat berfungsi selama 3 tahun dan diperkirakan menbutuhkan biaya perawatan sebesar RP.1,2 juta per tahun. Alternatif lain membeli alat baru yang fungsinya sama seharga Rp.65 juta. Alat ini diestimasikan berfungsi selama 20 tahun dengan biaya perawatan Rp.200 ribu setahun. Perusahaan menetapkan MARR 12% sebagai dasar analisa. Alternatif mana yang disarankan? Kedua altenatif bisa dibandingkan berdasarkan ongkos-ongkos ekuivalen tahunannya. EUAC 1 = 15juta (A/P,12%,3) + 1,2juta = 15 juta (0,4164) + 1,2 juta = Rp. 7,446 juta EUAC 2 = 65juta (A/P,12%,20) + 0,2juta = 65 juta (0,1339) + 0,2 juta = Rp. 8,904 juta Dengan analisa diatas maka perusahaan sebaiknya memperbaiki alat yang ada sehingga akan menghemat sebesar Rp. 1,458 juta per tahun.
64
2.3
Ongkos Material Handling
2.3.1
Pendahuluan Ada beberapa aktifitas pemindahan barang yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku(receiving)ke departemen fabrikasi maupun departemen assembling b. Pemidahan barang yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis mesin lainnya. Misalnya dari mesin fabrikasike mesinassebly dan sebaliknya. Tujuan Material Handling a. Menaikkan kapasitas b. Memperbaiki kondisi kerja c. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan alat d. Mengurangi ongkos e. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan Ada beberapa faktor yag mempengaruhi perhitungan OM H , antara lain 1. Alat angkut yang digunakan, dalam hal ini perlu diperhatikan: a. Berat material yang disesuaikan dengan daya angkut material.
65
b. Bent uk dan jenis material dan ukuran luasnya disesuaikan dengan kapasitas alat. c. Sifat material, dimana harus digunakan kemungkinan alat khusus. Ada beberapa alat angkut yang umum digunakan, antara lain: 1. Alat angkut yang menggunakan tenaga manusia (0-15 kg) 2. Alat angkut yang menggunakan walky fallet (16-50 kg) 3. Alat angkut yang menggunaan lift truck (51-150 kg) Adapun ongkos tiap meter gerakan adalah sebagai berikut: 1. Untuk tenaga manusia ongkostnya Rp. 25. 2. Untuk walky fallet ongkosnya Rp. 50. 3. Untuk lift truck ongkosnya Rp. 75. 2. Jarak pengangkutan, ada asumsi cara menghitung jarak, sebagai berikut: A
B
C
Jarak A ke B adalah = ½ √luas daerah A + ½ √luas daerah B Jarak B ke C adalah = ½ √luas daerah B + ½ √luas daerah C Jarak A ke C adalah = AB + BC
66
Kesimpulan, persis seperti perhitungan titik berak dengan asumsi luas area berbentuk bujur sangkar. 3. Cara pengangkutan, yang harus diperhatikan antara lain dengan cara menelusuri OP C, dan mengisi kolom dari mana ke mana.