BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Anak Pengertian anak (jamak: anak-anak) secara umum adalah manusia yang berusia antara 18 bulan hingga 13 tahun. Ketika seorang manusia masih
berusia
di
bawah
18
bulan,
pada
umumnya
kita
akan
mengidentifikasikannya sebagai seorang “bayi”. Sedangkan ketika seorang manusia sudah berada di atas usia 13 tahun, maka manusia yang bersangkutan tersebut sudah memasuki masamasa pubertas, atau apa yang biasa kita kenal dengan masa “remaja”. Periode disaat seorang manusia mengalami dan menjalani usia 18 bulan hingga 13 tahun tersebut biasanya kita rujuk dengan sebutan “masa kanakkanak”. Berikut beberapa pengertian anak lainnya: •
Pengertian Anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan Anak: Anak adalah seorang manusia yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan.
•
Pengertian Anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979: Anak adalah seorang manusia yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak, telah dicapai pada usia tersebut.
•
Pengertian Anak menurut John Locke: Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
•
Pengertian Anak menurut Hurlock: Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan ketergantungan, 5
6
yaitu sekitar usia 2 tahun, hingga ke masa di mana si anak telah mencapai kematangan secara seksual, yaitu sekitar usia 13 tahun untuk wanita, dan sekitar usia 14 tahun untuk pria. •
Pengertian Anak menurut majalah Dharma Wanita no. 92: Anak adalah bukan orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan manusia yang oleh karena kondisinya belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang, maka segala sesuatunya berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.
2.1.1.a Klasifikasi Anak Menurut Usianya Secara umum, anak dapat dikategorikan sebagai berikut: A. Prenatal (di dalam kandungan) Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu. B. Bayi (0-1 tahun) Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. C. Balita (1-5 tahun) Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 1-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (The Golden Age), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan, dan
7
pendidikan. Istilah ini sudah sering didengar dan dipahami oleh semua orang tua, karena mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun. D. Middle Childhood (5-10 tahun) Middle Childhood adalah rentang usia mulai 5 sampai dengan 10 tahun, di mana pada masa ini anak-anak menjadi lebih banyak bersosialisasi dengan anak-anak seusia mereka di sekolah. Masa ini akan berakhir sekitar pubertas yang biasanya menandai awal masa remaja. Pada tahap ini, mereka berada pada tahap di mana mereka berinteraksi dengan teman-teman baru dan mendapatkan keterampilan baru, yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan individualitas mereka. E. Remaja (10-19 tahun) Masa remaja biasanya ditentukan oleh masa pubertas. Namun, pubertas juga dapat dimulai pada praremaja. Mulainya masa remaja membawa berbagai perubahan fisik, psikologis dan perilaku pada anak. Akhir masa remaja dan awal dewasa bervariasi menurut negara, dan bahkan dalam sebuah negarabangsa atau budaya tunggal mungkin ada berbagai usia di mana seorang individu dianggap (secara kronologis dan hukum) cukup dewasa untuk mempercayakan masyarakat dengan tugas-tugas tertentu. 2.1.1.b Stimulasi dalam Tumbuh Kembang Anak Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi
yang
terarah
akan
lebih
cepat
berkembang
dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi
8
juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensorik motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat terjadi sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak akan menangis. Pada tahun-tahun pertama, anak akan berlajar mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi bila stimulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara. Stimulasi visual dan herbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifatsifat ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan, dll. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya.
Motif
ini
dapat
diperkuat
atau
diperlemah
oleh
lingkungannya melalui sejumlah reaksi yang diberikan terhadap perilaku anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan
9
yang responsif akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kognitifnya (kecerdasan). Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anakanak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll), dan aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat). Selain hal-hal tersebut, buku bacaan anak merupakan salah satu aspek penting dalam stimulasi tumbuh kembang anak karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya. Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olahraga. Anak perlu diperkenalkan dengan olahraga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda, dll).
10
Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang terarah, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya optimal. Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli: 1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong. 2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin. 3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio. 4. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV. 5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki. 6. Tingkah laku sosial: Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali. 2.1.1.c Karakteristik Permainan Anak di Bawah Usia 5 Tahun 0 – 12 bulan Tujuan:
11
• Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam • Melatih kerja sama mata dengan tangan • Melatih kerja sama mata dengan telinga • Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan • Melatih mengenal sumber asal suara • Melatih kepekaan perabaan • Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang Alat permainan yang dianjurkan: • Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang • Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka • Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang • Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara • Alat permainan berupa selimut dan boneka • Giring-giring
1 – 2 tahun Tujuan: • Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara • Memperkenalkan sumber suara • Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik • Melatih imajinasinya
12
• Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan: • Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya • Alat permainan yang dapat didorong ditarik • Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring, sendok, botol plastik, ember, dll), balok-balok besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil warna.
2 – 3 tahun Tujuan: • Menyalurkan emosi/perasaan anak • Mengembangkan keterampilan berbahasa • Melatih motorik halus dan kasar • Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal, dan membedakan warna) • Melatih kerja sama mata dan tangan • Melatih daya imajinasi • Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda Alat permainan yang dianjurkan: • Lilin yang dapat dibentuk • Alat-alat untuk menggambar • Puzzle sederhana
13
• Manik-manik ukuran besar • Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda • Bola
3 – 6 tahun Tujuan: • Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan • Mengembangkan kemampuan berbahasa • Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi • Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara) • Membedakan benda dengan perabaan • Menumbuhkan sportivitas • Mengembangkan kepercayaan diri • Mengembangkan kreativitas • Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll) • Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar • Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang di luar rumahnya • Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya pengertian terapung dan tenggelam
14
• Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong Alat permainan yang dianjurkan: • Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air • Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah
2.1.2 Sarana dan Prasarana untuk Kelompok Bermain Anak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) melalui website resmi nya kbbi.web.id, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek,dsb). Berdasarkan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidik, setiap satuan pendidikan usia dini wajib memiliki sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung pelayanan Kelompok Bermain. Menurut Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, persyaratan sarana dan prasarana untuk kelompok bermain adalah: a.
Luas lahan/tanah minimal yang diperlukan 300 m2
b.
Lokasi
pendirian
hendaknya
memperhatikan
persyaratan
lingkungan, yaitu: 1. Keamanan : Lokasi pendirian Kelompok Bermain hendaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya utama, di tebing, pemakaman, sungai atau tempat-tempat yang dapat membahayakan bagi anak peserta didik 2. Kebersihan : Dalam mendirikan Kelompok Bermain hendaknya tidak
berdekatan
dengan
tempat
pembuangan/penumpukan
15
sampah, pabrik yang mengeluarkan polusi udara, limbah yang berakibat buruk bagi kesehatan. 3. Ketenangan/kenyamanan : Taman kanak-kanak yang didirikan lokasi tidak berdekatan dengan pabrik, bengkel, pasar dan pusat keramaian yang aktivitasnya dapat mengeluarkan suara yang dapat menggangu kegiatan Kelompok Bermain. 4. Penduduk : Lokasi pendiriannya Kelompok Bermain dipilih dekat dengan pemukiman penduduk yang relatif banyak anak usia taman kanak-kanak. 5. Transportasi : Transportasi mudah dijangkau, baik darat atau air sesuai dengan kondisi daerah. c.
Memiliki ruang kelas, ruang kantor/kepala Kelompok Bermain,
ruang dapur, gudang, kamar mandi/WC guru dan kamar mandi/WC anak. d.
Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis
layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 perpeserta didik. e.
Minimal memiliki ruangan/tempat kegiatan yang dapat digunakan
untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup. f.
Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak,
dan kelompok usia yang dilayani. g.
Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan diluar ruangan yang
dapat mengembangkan berbagai konsep. h.
Kelompok Bermain
tersebut
sedapat mungkin mempunyai
halaman/tempat bermain dan mempunyai ruang bermain terbuka. i.
Memiliki perabot, alat peraga dan alat permaianan di luar dan di
dalam ruangan.
Adapun sarana pendukung pembelajaran kelompok bermain dapat dibedakan menjadi sarana di dalam ruangan (indoor) dan sarana di luar ruangan (outdoor).
16
1. Sarana di dalam ruangan Sarana pembelajaran di dalam ruangan antara lain terdiri dari: a. Buku-buku cerita atau dongeng dari berbagai versi dan cerita rakyat setempat. b. Alat-alat peraga atau bahan main sebagai bahan belajar. c. Lemari atau rak untuk tempat alat main. d. Tape Recorder dan/atau VCD Player, beserta kaset dan/atau VCD cerita/lagu. e. Papan tulis (white atau black board) serta alat tulisnya. f. Papan flanel dan perlengkapanannya. g. Panggung boneka dan perangkatnya. h. Papan geometris, puzzle, balok, monte untuk dironce. i. Alat untuk bermain peran makro dan mikro. j. Alat permainan edukatif sederhana. k. Alat permainan untuk mendukung mengenal budaya lokal dan atau tradisional/daerah. l. Alat-alat untuk memasak, dan lainnya. 2. Sarana di luar ruangan Alat permainan di luar ruangan seperti bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian, ayunan, panjatan, kuda-kudaan, dll. Adapun persyaratan alat permainan tersebut sebagai berikut: a. Alat permainan edukatif, buatan guru, anak, dan pabrik. b. Gampang dibongkar pasang. c. Jika terdiri dari
bagian-bagian
kecil, ukurannya
aman dan
diperbolehkan untuk mainan anak. d. Alat-alat mainan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh anak. e. Secara rutin dirawat, dibersihkan dan diganti bila sudah rusak. f. Aman, sisi-sisinya tidak ada yang tajam sehingga membahayakan kulit, atau tangan anak. g. Peralatan pendukung keaksaraan. h. Kuat, kokoh, tidak mudah patah dan pecah.
17
i. Alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan dapat mendukung kegiatan belajar anak yang berbeda-beda dan tahap perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, intelektual, emosi, aspek sosial dan keagamaan.
Berdasarkan buku Play Project and Preschool Standards yang ditulis oleh Gera Jacobs dan Kathy Crowley, terdapat beberapa area standar untuk mendukung kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan anak usia dini, antara lain : 1. Reading area 2. Writing area 3. Listening area 4. Math area 5. Science / discovery area 6. Art area 7. Dramatic play area 8. Music & movement area 9. Cooking Area 2.1.3 Metode Belajar Anak Usia Dini Menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh. Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
18
Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak. Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat. Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode mind maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya. Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Beberapa Metode Belajar Anak: 1. Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak
19
peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif. 2. Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun. 3. Metode Resitasi (Recitation Method) Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri. 4. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method) Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat
prakarya
(artwork).
Sekolah
Learning
Vision
menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alatalat. Anda
juga dapat mengajarkan anak berhitung secara
konkret. 5. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan
20
kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersamasama. 6. Metode Perancangan (Project Method) Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki. 7. Metode Bagian (Teileren Method) Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu. 2.1.4 Perkembangan Anak Usia Dini Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu. Berbeda
dengan
pertumbuhan,
perkembangan
adalah
suatu
perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah
21
diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasai kemampuan sebagai berikut: 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilanketerampilan fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai sepeda. 2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolahraga serta berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya. 3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian sosial 4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembanganbelajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung. 5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan seharihari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari 6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral. 7. Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih,
22
merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain. 8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. 2.1.4.a Aspek Perkembangan Anak 1. Perkembangan motorik Seiring
dengan
perkembangan
fisik
yang
beranjak
matang,
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak. 2. Perkembangan berfikir/kognitif Di dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut
adanya
pemecahan.
Menyelesaikan
suatu
persoalan
merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. 3. Perkembangan Bahasa
23
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk katakata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara ”saya”, ”kamu” dan ”kita”. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspekaspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”di bawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. 4. Perkembangan Sosial
24
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu : a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang. b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi anak. d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses yaitu : a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. c. Perkembangan sikap sosial. 5. Perkembangan Emosi Perkembangan Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari
25
keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis. Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang. Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulasi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya. b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan. c. Emosi bersifat sementara Emosi anak cenderung lebih bersifat sementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung. d. Reaksi emosi mencerminkan individualitas Semasa bayi, reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai emosi anak semakin
26
diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis atau menjerit. e. Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubah menjadi emosi yang kuat. f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti : melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup seperti menggigit kuku atau menghisap jempol Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya Untuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan tindakan
yang
berlebihan,
misalnya
menangis,
menjerit-jerit,
melemparkan benda, bergulingguling, atau memukul ibunya. Pada usia ini anak tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah merugikan orang lain atau tidak. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak mulai memahami perasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan orang lain bila disakiti, maka anak belajar mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat langsung berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan, sebaliknya apabila anak dalam keadaan marah, melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang.
27
2.1.5 Antropometri dan Ergonomi Anak Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut Stevenson (1989) antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Berikut adalah ukuran/metrik dari bobot dan ukuran tubuh bayi dan anak Indonesia yang disadur dari ISO Indonesia Vol. 45, 2010-2011. Yang dimaksud ‘Bayi’ adalah usia 0 bulan hingga 12 bulan sedangkan ‘anak’ adalah usia 1 tahun hingga 15½ tahun. Usia dalam
Pria
Wanita
Tahun
Bulan
Bobot (Kg)
Panjang (Cm)
Bobot (Kg)
Panjang (Cm)
0
0
3,1
48
3,0
48
0
1
4,2
52
3,8
52
0
2
5,2
56
4,8
56
0
3
5,9
59
5,4
57
0
4
6,4
61
6,1
61
0
5
6,9
63
6,5
62
0
6
7,3
64
6,8
63
0
7
7,5
65
7,1
64
0
8
7,6
66
7,4
66
0
9
7,7
67
7,5
67
0
10
8,0
69
7,6
68
0
11
8,0
70
7,8
69
0
12
8,2
71
8,0
70
28 1
0
8,1
71,3
7,6
71,3
2
0
9,6
79,4
9,3
78,4
3
0
11,4
86,4
11,0
85,3
4
0
13,0
93,5
12,6
92,5
5
0
14,4
101,9
14,2
100,0
6
0
15,8
108,0
16,2
105,7
6
6
16,6
109,5
16,7
109,5
7
6
18,9
114,1
17,5
114,5
8
6
20,9
117,0
20,0
120,4
9
6
22,0
125,1
21,9
125,9
10
6
23,9
128,2
24,7
129,6
11
6
26,9
131,5
28,4
136,8
12
6
29,1
137,4
32,6
141,4
13
6
33,0
143,0
37,0
146,8
14
6
40,0
151,3
40,8
149,8
15
6
42,3
157,2
42,5
152,2
Tabel 2.1 Ukuran Tubuh Bayi dan Anak Indonesia (Sumber: ISO Indonesia Vol. 45, 2010-1011)
Tabel 2.2 Data Rata-rata Anthropometri Anak
29
(Sumber: UNDIP Vol. 1, No. 1, Januari 2006)
Diagram 2.1 Antropometri anak (sumber: Child Care Center Design Guide) Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua suku kata, yaitu: ‘ergon’ yang berarti ‘kerja’ dan ‘nomos’ yang berarti ‘hukum’ atau ‘aturan’. Dari kedua suku kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ergonomi adalah hokum atau aturan tentang kerja atau yang berhubungan dengan kerja. Ilmu ergonomi adalah mempelajari beberapa hal yang meliputi (Menurut Sulistiadi, 2003): 1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara, desain peralatan, dan lainnya. 2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan, postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya.
30
3. Bahan-bahan/peralatan
kerja
yang
berisiko
menimbulkan
kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya. 4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya. Manusia terlahir dalam dimensi dan bentuk yang berbeda-beda, baik dari segi kognitif, sosial dan emosional. Seorang anak memilki pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing, namun menurut Ruth (1999) seorang anak memilki standarisasi pada setiap pertumbuhannya. Berikut merupakan data standarisasi pertumbuhan anak pada usia-usia tertentu.
Gambar 2.1 Eye Level Anak Posisi Duduk (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
31
Gambar 2.2 Lebar Bahu Anak (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.3 Tinggi Selangkangan Anak (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
32
Gambar 2.4 Tinggi Pusar Anak (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.5 Jangkauan Maksimum Vertical (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
33
Gambar 2.6 Jangkauan Maksimum Rentangan Tangan (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.7 Lebar Kepala (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
34
Gambar 2.8 Tinggi Anak Posisi Duduk (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.9 Jarak Punggung – Lutut Posisi Duduk (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
35
Gambar 2.10 Jarak Punggung – Rentangan Kaki (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.11 Tinggi Lutut Posisi Duduk (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
36
Gambar 2.12 Lebar Telapak Tangan (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.13 Kedalaman Telapak Tangan (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
37
Gambar 2.14 Diameter Tangan Anak (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
Gambar 2.15 Lebar Telapak Kaki (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
38
Gambar 2.16 Kedalaman Telapak Kaki (Sumber: Design Standards for Children's Environment, 1999)
2.1.6 Furnitur Anak 2.1.6.a Pengertian Furnitur Menurut website resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kbbi.web.id furnitur berarti mebel. Sedangkan mebel adalah perabot yg diperlukan, berguna, atau disukai, seperti barang atau benda yg dapat dipindah-pindah, digunakan untuk melengkapi rumah, kantor, dsb. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Dari segi kegunaan atau fungsinya, menurut Karl Mang dalam History of Furniture (1978) dan Edward Lucie-Smith dalam Furniture: A Concise History (1993) sesungguhnya furnitur bisa di kategorikan ke dalam empat jenis saja, yaitu tempat untuk menyimpan sesuatu di dalamnya
39
seperti lemari dan rak; tempat menyimpan sesuatu di atasnya seperti segala macam meja; tempat tidur – yang ini untuk menyimpan tubuh kita selama tidur; dan mebel untuk duduk alias kursi beserta turunannya seperti bangku, sofa, kursi makan, atau jok (Jamaludin, 2007:9). 2.1.6.b Furnitur Belajar Anak Furnitur dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fixed furniture dan loose furniture. Fixed furniture adalah furnitur yang dari awal perancangan sudah tetap posisinya dan membutuhkan usaha lebih untuk memindahkannya karena umumnya diberikan penguat ke dinding ruangan, contohnya seperti lemari baju, atau lemari dapur. Sedangkan loose furniture adalah furnitur yang mudah dipindahtempatkan, seperti kursi, meja, dsb. Kamus Besar Bahasa Indonesia melalui situs resmi nya kbbi.web.id menyebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa furnitur belajar anak adalah segala perabotan dalam ruangan yang menunjang kegiatan anak dalam memperoleh kepandaian atau ilmu. Macam-macam furnitur belajar dalam kaitannya dengan kategori yang sudah diklasifikasikan oleh Jamaludin dalam Pengantar Desain Mebel (2007) dibagi menjadi: 1. Tempat untuk menyimpan sesuatu di dalamnya; seperti lemari buku, lemari tempat menyimpan alat kesenian, dll. 2. Tempat untuk menyimpan sesuatu di atasnya; yaitu meja belajar 3. Mebel untuk duduk yaitu kursi belajar. Dari 3 pembagian yang dijabarkan Jamaludin, satu kategori yang tidak dimasukkan adalah tempat tidur karena aktivitas belajar tidak disarankan dilakukan di tempat tidur.
40
Dari kategori di atas, dapat disimpulkan pula bahwa peralatan lain yang juga menunjang dalam kegiatan belajar anak seperti lampu meja, dapat dikategorikan sebagai aksesoris kegiatan belajar anak. Dalam perancangan furnitur belajar anak, harus memperhatikan beberapa hal, antara lain: 1. Menghindari sudut-sudut yang tajam 2. Menghindari material yang riskan seperti kaca 3. Memilih furnitur bagi anak-anak yang bebas dari bahan kimia berbahaya seperti formaldehyde (formalin), lead, cadmium atau jenis kimia logam berat lainnya. Bahan kimia tersebut terdapat pada jenis material furniture MDF, partikel board dan pada bahan finishing melamik.
(http://www.tentangkayu.com/2009/01/tips-agar-furniture-
aman-bagi-anak-anak.html#sthash.ez80Qtc8.dpuf) 4. Finishing furnitur harus food-contract safe dan non-toxic. 5. Memastikan bahwa lemari-lemari memiliki penguat ke dinding untuk menghindari anak terjatuh bila berusaha memanjatnya. 6. Lemari sebaiknya diberi lubang ventilasi, karena biasanya anak bersembunyi di dalam lemari dalam aktivitas permainannya. 7. Menghindari elemen furnitur dalam bentuk kecil untuk menghindari kemungkinan tersedak bagi anak khususnya usia dibawah 3 tahun. 8. Furnitur yang menggunakan penutup atau pintu harus menggunakan engsel yang tepat. Engsel tidak boleh membuat aktivitas membuka atau menutup pintu menjadi sulit dan menimbulkan bantingan pada pintu, untuk menghindari tangan terjepit pintu. 9. Hindari furnitur dengan artificial material dan compressed wood karena mengandung mikro partikel yang kurang baik bagi pernafasan. Apabila memakai material ini, harus dianginkan pada ruang terbuka dalam beberapa minggu sebelum diletakkan di ruang tertutup.
41
2.1.6.c Standaar Ukuran Furnitur Belajar Anak Dikarenakan oleh ukuran tubuh yang berbeda, maka terdapat perbedaan ukuran antara standar ukuran furnitur anak dan ukuran furnitur untuk dewasa. Ukuran ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan ergonomi anak.
Gambar 2.17 Ukuran Furnitur Anak (sumber: Time-Saver Standards for Interior Design and Space Planning)
Menurut Time-Saver Standards for Interior Design and Space Planning, standar ukuran furnitur anak adalah: 1. Kursi Tinggi Sandaran
: 24” – 26” / 60,96 – 66,04 cm
Lebar
: 14” – 16” / 35,56 – 40,64 cm
Kedalaman
: 12” – 17” / 30,48 – 43,18 cm
2. Arm-chair Tinggi Sandaran
: 23” – 25” / 58,42 – 63,5 cm
Lebar
: 14” – 16” / 35,56 – 40,64 cm
Kedalaman
: 16” – 17” / 40,64 – 43,18 cm
3. Meja untuk 2 Tinggi
: 20” – 22” / 50,8 – 55,88 cm
Lebar
: 24” – 30” / 60,96 – 76,2 cm
Kedalaman
: 24” – 25” / 60,96 – 63,5 cm
42
Menurut Jeff Miller dalam buku Practical Furniture Design From Drawing Board to Smart Construction, menyebutkan bahwa ketinggian furnitur anak yaitu: 1. Umur 2-4 tahun Tinggi dudukan kursi
: 9” – 11” / 22,86 – 27,94 cm
Tinggi meja
: 17” – 20” / 43,18 – 50,8 cm
2. Umur 4-7 tahun Tinggi dudukan kursi
: 10” – 15” / 25,4 – 38,1 cm
Tinggi meja
: 18” – 21” / 45,72 – 53,34 cm
Menurut Ernst Neufert (2012) tinggi tempat duduk anak adalah 30 cm, tinggi meja ideal adalah 52, sedangkan untuk tinggi loker maksimal adalah 120 cm. 2.1.6.d Material Furnitur Belajar Anak Dalam mendesain furnitur untuk anak, hendaknya menggunakan material yang aman bagi anak. Sebisa mungkin menghindari adanya sudut lancip pada furnitur, menggunakan konstruksi yang kuat, dan untuk furnitur anak di bawah 3 tahun hendaknya menghindari penggunaan partikel kecil untuk menghindari bahaya tersedak. Menurut Iensufiie (2009), furniture dan handicraft Indonesia dapat dibuat dari berbagai jenis substrate, yaitu: 1. Subtrate Alam : Kayu, Rotan, Bambu 2. Substrate Olahan : Veneer, Plywood, Board, Rotan Buatan, Veneer Buatan, Kulit 3. Substrate Sintetis : Logam, Plastik, Kaca 4. Substrate Lain : Campuran Karet, Ebonit, Cobalt, dll
43
Tidak semua dari material di atas dapat diaplikasikan pada furnitur anak. Material seperti kaca hendaknya dihindarkan dari jangkauan anakanak. Material yang biasanya digunakan pada furnitur anak diantaranya: 1. Substrate Alam a. Kayu Kayu adalah substrate yang paling banyak digunakan dalam pembuatan furnitur, karena memiliki sifat-sifat paling fleksibel dibanding dengan bahan-bahan lain. Substrate kayu memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: •
Mudah didapat di alam maupun di pasaran
•
Tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran panjang serta lebar
•
Mudah diproses, dipotong, dibentuk, diukir, diberi tekstur, dan lain-lain
•
Harganya relatif murah
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam. Susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa, hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). Selain partikel kayu, berat kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa, minyak, dan kandungan lain pada pori kayu. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial, dan tangensial) (Iensufiie, 2009: 20-21). Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat digolongkan sebagai berikut: •
Kayu sangat keras, contohnya kayu balau, kayu giam
•
Kayu keras, contohnya kayu kulim, kayu pilang
44
•
Kayu sedang kekerasannya, contohnya kayu mahoni, kayu meranti
•
Kayu lunak, contohnya kayu pinus, kayu balsa
Kepadatan serat kayu mempengaruhi berat jenis kayu. Hal itu menjelaskan mengapa kayu dengan ukuran yang sama ada yang lebih ringan ada yang lebih berat. Kayu dengan rongga lebih banyak akan lebih ringan, karena banyak berisi udara. Kayu dapat digunakan untuk bermacam-macam keperluan. Sebagai substrate furniture, perlu diperhatikan beberapa sifat kayu berikut: •
Berat dan Berat Jenis Kayu Berat kayu tergantung pada jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air, dan zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan berat jenisnya. Kayu memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda-beda berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. Berat jenis kayu mempengaruhi kekuatan kayu, sehingga kita dapat memilih kayu untuk kebutuhan yang tepat. Misalnya untuk konstruksi tempat tidur, harus dipilih dari kayu yang berat, namun untuk laci meja, dapat dipilih kayu yang lebih ringan.
•
Keawetan Keawetan adalah ketahanan kayu dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, kumbang bubuk, dan lain-lain. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif di dalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut adalah sejenis minyak yang menyebabkan “rasa” kayu menjadi tidak enak bagi organisme lain.
•
Bau dan Kandungan Kayu
45
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang yang umum dikenal, misalnya bau bawang putih (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur), dan sebagainya. Hal itu karena adanya kandungan zat-zat di dalamnya, seperti getah dari minyak kayu. Misalnya kayu putih yang memiliki kandungan minyak dengan bau yang khas. •
Besar Kecilnya Serat Ukuran serat kayu adalah relatif. Kayu dapat digolongkan ke dalam kayu berserat halus (giam, kuli, dan lain-lain), kayu berserat sedang (jati, sonokeling, dan lain-lain), dan kayu berserat kasar (kempas, meranti, dan lain-lain).
•
Arah Serat Arah serat adalah arah sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serat terpilin, dan serat diagonal (serat miring).
•
Nilai Dekoratif Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar inilah yang membuat sebuah kayu mempunyai nilai dekoratif.
•
Warna Kayu tersedia dalam beraneka ragam warna, seperti coklat, coklat tua, merah, kuning, kehijauan, dan
hitam, dengan tingkat
kepekatan yang sangat beragam. Hal itu disebabkan oleh zat pengisi warna kayu yang berbeda-beda. b. Rotan
46
Rotan adalah jenis palma yang merambat. Rotan tersebar di daerah hutan tropis di benua Asia, Afrika dan Australia. Bentuk rotan bulat memanjang seperti pipa air, dengan diameter yang beragam, mulai dari 8 cm hingga yang paling kecil kurang dari 0,2 cm. Rotan juga memiliki ukuran panjang yang bermacam-macam. Rotan memiliki spesies yang beragam, dan dapat dibedakan melalui warna, ukuran, kulit dan kelenturan serta kegetasannya. Dalam proses perancangan rotan menjadi furnitur, rotan dapat dibengkokan dengan cara dipanaskan terlebih dahulu sehingga rotan menjadi lentur. Sebelum di finishing, rotan sebaiknya dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halus yang ada pada rotan. Finishing untuk rotan hampir serupa dengan kayu. Biasanya finishing untuk rotan tetap mempertahankan warna alami rotan. c. Bambu Bambu adalah tanaman beruas-ruas dengan rongga di dalam nya. Bantuk bambu silinder, hampir sama dengan rotan, hanya saja bambu memiliki rongga di dalamnya, dan diameternya antara 220cm. Sedangkan panjang batang bambu bervariasi dan yang paling panjang bisa mencapai 8m. Bambu banyak tersebar di Cina, Myanmar, dan negara-negara asia lainnya. Dalam perancangan furnitur menggunakan bambu, diperlukan bahan yang tepat karena kulit bambu yang keras dan licin. 2. Substrate Olahan a.
Veneer Veneer merupakan substrate olahan yang dibuat dari kayu, dengan cara mengupas balok kayu menjadi lembaran-lembaran kayu yang tipis. Veneer menjadi salah satu alternatif sebagai bahan pembuatan furnitur
karena
bentangan
veneer
lebih
lebar
sehingga
47
memungkinkan untuk membuat furnitur yang panjang tanpa sambungan. Veneer biasa menjadi pelapis di atas plywood atau MDF, dengan serat yang menyerupai dengan jenis kayu aslinya. Veneer yang bagus dapat diperoleh dari kayu-kayu yang dekat dengan akar atau bagian-bagian pohon yang ditumbuhi banyak ranting. Kekurangan dari veneer biasanya adalah sambungan sudut antar veneer agak tajam. Maka dari itu biasanya diberi edging untuk mengrasi resiko tajam disudut. b. Plywood Plywood dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan lembaranlembaran kayu dengan luas yang cukup lebar. Di samping itu pembuatan plywood berguna untuk menghemat bahan baku kayu yang semakin sulit didapat. Untuk membuat furnitur berkualitas tinggi biasanya digunakan kayu solid/utuh, namum seiring perkembangan jaman, kayu solid tersebut hanya digunakan pada bagian kaki dan bagian lain yang memerlukan ketebalan homogen, atau bagian-bagian yang dimotif dan diukir. Pada bagian yang lebar, seperti top table atau daun pintu dan lemari, akhir-akhir ini sering digunakan plywood dengan ditempel veneer kayu yang motifnya sesuai dengan kaki atau kerangkanya yang berasal dari kayu solid. Bagian permukaan plywood biasanya terbuat dari venner dengan kualitas baik sedangkan bagian tengahnya terbuat dari veneer yang kurang baik atau bisa pula menggunakan particle board. Particle board adalah serpihan kayu yang di press. Pengisi plywood ini mengandung partikel sangat halus yang tidak baik bagi kesehatan paru-paru. Maka dari itu dalam proses pembuatannya, para tenaga ahli diwajibkan memakai masker. Walaupun demikian dalam prakteknya, tidak semua orang menggunakan masker. Setekah di-
48
finishing, seharusnya furnitur yang berbahan plywood dianginkan beberapa saat di tempat yang terbuka untuk meminimalkan partikel halus yang ada di dalamnya. American Plywood Association membagi plywood menjadi beberapa tingkatan (grade) kualitas, yaitu: 1. Premium Grade (A) Pada grade ini, plywood terdiri dari lebih dari satu face veneer berkualitas tinggi, yang dipasang dengan pola kayu yang tepat membentuk pola book matches atau slip matches. 2. Good Grade (1) Grade ini memiliki karakteristik yang sama dengan Premium Grade, hanya kayu tidak perlu membentuk pola. Warna kayu harus benar-benar sama. 3. Sound Grade (2) Grade ini tidak mengutamakan kesamaan warna kayu, namun tidak boleh terdapat cacat pada permukaan kayu.
4. Utility Grade (3) Grade
ini
memperbolehkan adanya
sedikit cacat
pada
permukaan kayu. 5. Backing Grade (4) Grade ini memperbolehkan adanya cacat pada permukaan. Hal ini tidak penting, karena grade ini biasa digunakan untuk bagian-bagian furnitur yang tidak terlihat. c.
Board Board adalah substrate buatan dari hasil olahan kayu. Board dibuat dengan menggunakan limbah gergajian dan debu kayu yang dicampur bahan kimia dan adhesives, dijadikan bubur kayu, dan dipress dengan tekanan tinggi. Secara umum dikenal beberapa jenis board, yaitu:
49
1. Particle Board Board jenis ini terbuat dari serbuk bekas gergajian kasar. 2. Chip Board Chip Board termasuk keluarga particle board, namun terbuat dari sepihan-serpihan kayu yang lebih kasar. 3. MDF (Medium Density Fiberboard) MDF terbuat dari debu atau serbuk kayu. 4. Hardboard Hardboard terbuat dari pecahan kayu yang diolah menjadi lapisan-lapisan fiber yang padat. Board biasanya dilapisi dengan veneer dalam proses finishing. Karena bahan pembuatnya bukan merupakan bahan yang baik, kualitas board tidak terlalu baik. Beberapa kelamahan board yaitu: tidak tahan air, mudah lumutan, tidak terlalu kuat, dll.
d. Rotan Buatan Selain papan buatan, dikenal juga bahan yang mirip dengan anyaman rotan. Bahan tersebut terbuat dari kertas daur ulang yang dipilin di atas kawat, kemudian dianyam menjadi berbentuk lembaran. Kalangan industriawan rotan mengenal bahan tersebut dengan nama loom. Rotan buatan ini lebih tahan air dan mudah dalam perawatannya. e. Veneer Buatan Veneer buatan merupakan veneer yang terbuat dari bahan baku kertas yang dicetak dengan gambar urat kayu. Kertas tersebut dicoating dengan resin yang tahan terhadap bahan-bahan household chemical dan tahan terhadap abrasi ringan. Kertas tersebut ditempel
50
di atas plywood atau particle board, sehingga terlihat seperti papan kayu. Awalnya motif kayu yang dihasilkan kurang alami dan mudah dibedakan dengan tekstur kayu asli. Namun karena teknologi pencetakan sudah berkembang pesat, saat ini motif kayu tersebut sudah terlihat serupa dengan aslinya. 3. Upholstery Upholstery adalah bahan material berupa kain. Upholstery berfungsi untuk memberikan kenyamanan, dengan bahan yang lunak. Bahan upholstery yang sering digunakan pada umumnya adalah bahan kain dan kulit yang memiliki motif dan serat yang unik. Berikut ini adalah beberapa jenis upholstery yang sering digunakan dalam furnitur, yaitu: a. Kain Katun Bahan kain katun adalah bahan yang memiliki kualitas baik dengan jahitan benang yang rapat. Bahan katun memiliki kelebihan yaitu sifat yang dingin bila disentuh sehingga dapat memberikan kenyaman yang baik, selain itu bahan kain katun memiliki harga yang relatif murah. Namun bahan kain katun juga memiliki kekurangan yaitu mudah sobek, rentan jika terkena air karena mudah menyerap air, dan juga warnanya cepat memudar. b. Bahan Kain Chenille Bahan kain chenille adalah bahan yang memiliki tekstur lembut dan mirip seperti kain rajutan sehingga bahan ini memiliki sifat yang lunak. Bahan kain chenille ini juga memiliki kelebihan yaitu serat yang sangat rapat sehingga tidak mudah untuk sobek. Namun bahan ini juga rentan seperti katun, yaitu rentan terhadap air karena mudah menyerap air, sehingga jika terkena noda akan sulit untuk dibersihkan. c. Bahan Kain Polyester Bahan kain polyester adalah bahan kain yang sering digunakan oleh orang-orang dan jenis kain yang awet dengan warna yang beragam. Kelebihan dari jenis kain ini juga memiliki serat yang rapat, namun kain polyester juga memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap air dan juga mudah terlipat.
51
d. Bahan Kain Rayon Bahan kain rayon (viscose) adalah bahan yang memiliki sifat kuat dan nyaman jika disentuh. Kelebihan dari kain rayon adalah tekstur yang mirip dengan kain sutera dan juga memiliki harga yang murah. Namun kain rayon juga memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap air dan juga mudah terbakar. e. Bahan Oscar Bahan Oscar adalah bahan yang menyerupai kulit asli dan memiliki banyak warna yang beragam. Kelebihan dari bahan kulit ini adalah tidak mudah tergores dan sobek karena memiliki ketebalan 1.1mm pada bagian permukaannya dan pada bagian belakang memiliki lapisan rangkaian benang polyester yang halus dan lembut. Namun bahan oscar ini juga memiliki kekurangan jika sering terkena air dapat memungkinkan pecah-pecah pada bagian permukaannya. f. Bahan Suede Bahan suede adalah bahan yang memiliki sifat lembut seperti kain sutera dengan ketebalan 0,8 – 1 mm. Kelebihan dari bahan suede ini adalah memiliki pori-pori sehingga tidak panas saat digunakan. Selain itu bahan kulit ini dilapisi oleh bahan teflon sehingga dapat menolak cairan jika terkena bagian permukaan kulit ini. 4. Substrate Sintetis a. Logam Logam yang digunakan sebagai bahan furnitur memiliki jenis yang sangat beragam. Jenis logam yang beragam juga sejalan dengan karakteristik jenisnya yang berbeda. Pemakaian logam untuk produk furnitur anak sebaiknya menggunakan finishing powder coating. b. Plastik Berbeda dengan bahan lainnya, plastik tidak membutuhkan finishing dalam pembuatannya. Namun terkadang perlu dilakukan pengecatan untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Cat untuk plastik memiliki formula khusus.
52
Plastik memiliki kode yang menandakan bahan pembuatannya dan rekomendasi pemakaiannya.
2.1.7 Sistem dan Konstruksi Furniture 1. Butt joints : adalah teknik menyambung kayu membentuk siku yang paling mudah dilakukan. Sambungan untuk mengikat sambungan ini diperlukan bantuan paku, sekrup, atau lem. Kekurangannya sambungan ini adalah penampilannya yang agak kasar.
Gambar 2.18 Butt Joints (Sumber: Wood Work Basis) 2. Mitred Butt Joints : adalah jenis sambungan Butt Joints di mana ujung siku sambungan dipotong membentuk sudut 45 derajat, sehingga ketika kedua papan dipadukan, kedua ujung siku akan bertemu dan membentuk sudut tepat 90 derajat. Di Indonesia sistem ini dikenal dengan istilah “adu manis”. Kelebihan sistem ini dibanding dengan basic joinery (penyambungan kayu standar) lainnya adalah sambungan akan terlihat lebih rapi. Namun kelemahannya adalah cara ini lebih sulit, di mana sudut potong harus benar-benar tepat dan presisi, karena bila tidak, sambungan akan bergeser dan sudutnya tidak tepat 90 derajat.
53
Gambar 2.19 Mitred Butt Joints (Sumber: Wood Work Basis)
3. Rabbet Joints: adalah sistem sambungan dengan cara membuat alur sepanjang kayu atau papan yang hendak disambung secara perpasangan. Keduanya kemudian dipadukan menjadi satu sesuai alur yang telah dibuat. Jenis sambungan ini dapat dibuat dengan berbagai macam variasi.
Gambar 2.20 Rabbet Joints (Sumber: Wood Work Basis)
4. Dovetail Joints : merupakan sambungan sudut yang mirip dengan sistem Box Joints. Perbedaan antara Box Joints dengan Dove Tail terletak pada ujung gerigi. Pada sistem Box Joints ujung dan pangkal gerigi memiliki sudut yang sama, yaitu 90 derajat. Sementara pada sistem Dove Tail, ujung gerigi dibuat agak melebar, mirip dengan ekor burung dara.
Gambar 2.21 Dovetail Joints (Sumber: Wood Work Basis)
54
5. Mortise & Tenon Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat lubang (Mortise) pada salah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah Tenon untuk dimasukkan pada lobang Mortise tersebut. Sistem Mortise & Tenon ini juga dapat dibuat bervariasi tergantung model dan konstruksi model barang yang akan dibuat.
Gambar 2.22 Mortise & Tenon Joints (Sumber: Wood Work Basis)
6. Dowel adalah sistem sambungan kayu yang mirip dengan sistem Spline, yaitu kayu yang disambung dengan pasak (Dowel). Bedanya adalah kayu
penyambungnya
(Dowel)
berbentuk
bundar,
dan
cara
penyambungannya adalah dengan membuat lubang pada kayu-kayu yang hendak disambung. Dowel biasalnya dibuat dengan alur atau gerigi, dengan tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung, dan pembuatan alur tersebut dimaksudkan agar deposit lem kayu lebih banyak. Dowel juga dapat divariasi dengan bentuk bertingkat atau disebut dengan Stepped Dowel.
Gambar 2.23 Dowel Joints (Sumber: Wood Work Basis)
55
7. Tongue & Groove adalah sistem yang biasanya digunakan untuk menyambung lantai kayu, atau bidang-bidang kayu dengan tujuan untuk memperlebar bidang tersebut. Pada selembar kayu, dibuat Tongue (lidah) pada salah satu sisinya, dan Groove (alur) pada sisi yang lain. Tongue & Groove ini akan saling sambung menyambung, hingga mencapai lebar yang diinginkan.
Gambar 2.24 Tongue & Groove Joints (Sumber: Wood Work Basis) 2.1.8 Finishing Furnitur Anak Anak usia dini memiliki kecenderungan untuk memasukkan benda ke dalam mulut mereka. Oleh karena itu, finishing untuk furnitur anak hendaknya menggunakan bahan yang aman untuk anak. Biasanya finishing untuk furnitur anak menggunakan bahan yang non-toxic. Berikut beberapa finishing yang aman bagi anak: 1. Water-Based Finishes Water-Based finishes mengandung beberapa bahan yang sama dengan varnish dan lacquer. Memiliki bahan utama urethane, alkyd, dan acrylic. Tetapi bahan-bahan yang mudah terbakar seperti thinner diganti menjadi bahan yang berbahan dasar air. Selain itu water based finishes juga tidak beracun. Cat ini aman bagi aplikator (tukang cat) karena tidak menghirup uap thinner dan aman bagi pengguna furnitur. Lebih khusus lagi, aman untuk anak-anak yang sering memasukkan tangan ke dalam mulut sehabis memegang furnitur. 2. Duco Paint Duco Paint atau yang lebih sering disebut cat duko merupakan cat yang ideal untuk diaplikasikan pada kamar anak. Memiliki berbagai macam
56
warna. Dengan pengerjaan yang cepat, cat duko dapat menghasilkan hasil yang lebih matte dan soft. Dibandingkan dengan kayu berlapis pelitur, cat duko lebih unggul baik dari segi ketahanan pelapis, maupun dalam segi kesehatan tubuh. 3. NC (Nitrocellulose) Jenis finishing ini lebih aman dan lebih kuat terhadap air, serta lebih cepat kering. Setelah kering, finishing NC dapat dikupas atau dihilangkan menggunakan thinner, sehingga pengguna harus berhatihati dalam penggunaannya untuk tidak meletakkan sesuatu yang mengandung thinner atau alcohol di atasnya. Kelebihan lain finishing ini adalah aman digunakan sebagai finishing furnitur anak karena tidak berbau. Barang yang menggunakan finishing NC hasilnya akan tampak transparan sehingga terlihat urat kayunya. Tetapi finishing NC belum kuat menahan goresan atau benturan. Pengaplikasian bisa menggunakan kuas atau semprot. (http://finishing-finishingmebel.blogspot.com/2011/10/kelebihan-dankelemahan-finishing.html)
4. PU (Polyurethane) Memiliki keunggulan lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing NC dan lebih tebal lapisan filmnya. Bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki daya tahan terhadap air dan panas yang sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing produk outdoor, kusen, dan pagar. Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap (Retnowati, 2009). Karena mengandung bahan kimia, maka PU berbahaya saat proses finishing berlangsung, namun saat proses sudah selesai dan cat sudah kering, PU aman bagi anak-anak. PU juga sekarang sudah ada yang berjenis water based sehingga lebih aman bagi anak. Namun kekurangan bahan water based adalah warnanya yang tidak bisa terlalu mengkilap. 5. Powder Coating Merupakan proses finishing kering. Terdiri dari partikel-partikel yang dihaluskan, seperti resin, pigmend an bahan baku lainnya yang diberikan muatan elektrostatis, kemudian disemprotkan ke objek yang akan dilapisi atau dicat. Benda yang akan diproses dengan powder coating ini terlebih dahulu dibersihkan dari segala bentuk kotoran termasuk minyak dan debu dengan tujuan untuk mengurangi kegagalan dalam proses coating (pelapisan). Powder coating umumnya dipakai
57
untuk melapisi permukaan logam seperti besi dan aluminium. Agar cat yang berupa serbuk tersebut dapat merekat sempurna, maka dibutuhkan proses pven dengan suhu 160 220˚C. (http://scipusat.blogspot.com/2012/09/powder-coating-apa-dan-bagaimana.html)
2.1.9 Kebutuhan Ruang Anak Ruang kelas sebagai wadah berlangsungnya program kegiatan belajar yang menunjang pengembangan perilaku, kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus da nada dalam kehidupan anak sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan yang baik dan pengembangan kemampuan dasar. Agar program kegiatan belajar tersebut dapat berjalan dengan optimal, maka ruang belajar diharapkan dapat (Harianti, 1995): •
Menciptakan situasi pendidikan yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak.
•
Memberikan kegiatan perseorangan kepada anak didik sesuai dengan minat dan tahap perkembangannya, di samping kegiatan kelompok maupun klasikal agar anak didik belajar bermasyarakat.
•
Cara belajar anak menggunakan prinsip bermain sambil belajar karena cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain.
Dengan demikian dibutuhkan kualitas suasana ruang yang memadai dan sesuai kebutuhan bagi perkembangan anak-anak tersebut. Kebutuhan anak dan ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsang, nyaman, dan hangat (Eilleen, 1988 : 69). Mereka membutuhkan rasa bebas, aman, nyaman, hangat dan rangsang dalam ruang kelas. Rasa bebas ini memiliki arti anak-anak tidak menemukan kesulitan untuk beraktivitas di dalam sebuah ruang. Kebebasan ini penting agar anak merasa leluasa untuk beraktivitas dengan sepenuh hati mereka dan hal ini baik untuk perkembangan psikologisnya. Rasa aman, hangat dan nyaman merupakan beberapa hal yang memiliki karakteristik ruang yang mirip. Ketiga rasa tersebut memiliki pandangan bahwa sebuah ruang hendaknya memiliki suasana yang familiar dengan kondisi fisik dan psikologis anak. Rasa aman memiliki pengertian bahwa lingkungan fisik tersebut dapat memberikan rasa aman kepada seorang anak ketika melakukan kegiatan. Dengan adanya rasa aman, seorang anak tidak akan merasa bahwa dirinya selalu berada dalam suasana yang menakutkan, menegangkan ketika mereka berada dalam ruangan tersebut. Rasa nyaman mampu
58
mengkondisikan seorang anak untuk tetap beraktivitas selama ia mau dan mampu untuk melakukannya. Rasa nyaman yang dipengaruhi oleh pengolahan ruang ini berpengaruh kepada aspek psikologis anak. Seorang anak akan merasa terasing dan bosan apabila tidak merasakan kenyamanan ketika ia berada dalam ruangan. Sedangkan rangsang memiliki arti bahwa ruang hendaknya mampu hadir sebagai faktor eksternal yang dapat membantu proses perkembangan potensi anak melalui kegiatan-kegiatan kreatifnya. Rangsang ini memiliki arti juga bahwa sebuah ruang hendaknya mampu menjadi sumber gagasan, imajinasi bagi anak-anak. Rangsang ini sangat penting peranannya sebagai stimuli luar sehingga membantu produktivitas anak yang berguna bagi perkembangannya. 2.1.9.a Psikologi Warna Terhadap Anak Untuk memenuhi rasa bebas dalam ruang, anak memerlukan suasana ruang yang fleksibel, tidak terlalu padat dan didukung dengan warna terang dan warna netral, karena skema warna netral adalah yang paling fleksibel (Ching, 1996). Memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman dalam ruang memerlukan suasana ruang yang tidak menakutkan dan menegangkan, dalam arti warna-warna yang digunakan secara psikologis tidak menakutkan, menekan mereka, seperti penggunaan warna hitam. Sedangkan aman dalam warna adalah warna tidak menyilaukan sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah, sakit kepala dan tegang (Birren, 1961). Warna menyilaukan berkaitan dengan intensitas warna atau chroma. Dimensi warna yang menyatakan kekuatan atau kelemahaan warna, daya pancar warna dan kemurnian warna, seberapa jauh jaraknya dari kelabu atau netral. Intensitas adalah kualitas warna yang menyebabkan warna itu berbicara, berteriak atau berbisik dalam nada yang lembut. Pencahayaan warna dapat ditingkatkan dengan penambahan warna putih dan diturunkan dengan penambahan warna hitam. Menambahkan warna putih menimbulkan warna muda atau biasa disebut warna pastel. Dengan demikian warna yang dibutuhkan anak untuk memenuhi rasa aman adalah warna-warna pastel, intensitas tidak penuh. Kebutuhan berikutnya adalah rasa nyaman dan hangat dalam ruang, suasana tersebut dapat diciptakan dengan menghadirkan komposisi warnawarna hangat dengan intensitas rendah. Kebutuhan terakhir adalah ruang yang dapat merangsang anak untuk beraktifitas, gembira dan kreatif, hal-hal tersebut membutuhkan suasana ruang hangat dan meriah. Warna-warna yang dapat mendukung suasana tersebut adalah warna-warna hangat, komposisi warna-warna kontras dan komposisi warna-warna terang (Pile, 1995 dan Birren, 1961).
59
Warna-warna yang mendukung kebutuhan anak dalam sebuah ruang seperti tersebut di atas, agar program kegiatan dapat berjalan dengan baik dan perkembangan anak optimal, lebih dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Kebutuhan Anak dalam Ruang
Suasana Ruang
Rasa bebas
Fleksibel, tidak terlalu padat
Rasa aman
Tidak menakutkan, menegangkan
Warna
Tidak menyilaukan, sehingga tidak menyebabkan: • Mata cepat lelah • Sakit kepala • Tegang Dibutuhkan warna-warna pastel (warna yang dicampur dengan putih sehingga nilai dan intensitas warna lemah sampai sedang)
Rasa hangat
nyaman, Suasana hangat
Komposisi warna-warna dengan intensitas rendah
hangat
Rangsang, Suasana hangat, • Warna-warna hangat merangsang anak meriah • Komposisi warna kontras untuk beraktivitas, • Komposisi warna-warna terang gembira, dan kreatif Tabel 2.2 Psikologi Warna Terhadap Anak (Sumber: Dimensi Interior, Vol. 2, No. 1, Juni 2004: 22-36) Warna-warna yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan tersebut di atas adalah warna yang dapat memberikan suasana aman, hangat, nyaman, bebas dan rangsang. Warna-warna pastel dengan intensitas yang berbeda-beda dapat menunjang suasana ruang ruang tersebut di atas. Warna pastel aman dalam arti warna tidak menyilaukan, membuat mata cepat lelah, menyenangkan, tidak menakutkan dalam arti warna dapat memotivasi anak untuk beraktivitas, bergembira dan kreatif. 2.1.9.b Psikologi Bentuk
60
Selain warna, bentuk juga dapar merangsang kreativitas pada anak. Oleh karena itu dibutuhkan bentuk yang sesuai untuk digunakan pada furnitur anak. Berikut beberapa contoh bentuk dan respon psikologisnya: •
Lingkaran Respon psikologis: - Koneksi, komunitas, keseluruhan, ketahanan, pergerakan, keamanan. - Referensi untuk perasaan kewanitaan: kehangatan, kenyamanan, sensualitas, dan cinta
•
Kotak Respon psikologis: - Keteraturan, logis, keamanan - Kotak juga merupakan dasar dari objek 3 dimensi yang berarti berat, massa, dan kepadatan
•
Segitiga - Energi, power, keseimbangan, hukum, ilmu pasti, agama - Juga sebagai referensi untuk perasaan maskulin: kekuatan, agresi, dan pergerakan yang dinamik.
Bentuk biasanya bisa digabungkan untuk membuat kesan yang lebih kuat. Misalnya penggunaan sebuah lingkaran dan sebuah segitiga, akan menghasilkan kesan energetik, dan dinamik. Atau penggunaan sebuah lingkaran dan sebuah persegi untuk kehangatan dan perasaan aman. (Kristianto, 2002) 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 ICan Club 2.2.1.a Profil Didirikan sejak tanggal 11 Desember 2011 oleh Mary Ang, ICan Club merupakan sarana bagi anak-anak untuk dapat saling bersosialisasi satu sama lain sambil melakukan berbagai aktivitas. Dengan range usia 1 – 15 tahun, ICan Club mengkategorikan kegiatan anak usia 1 – 4 tahun sebagai kegiatan semi sekolah, sedangkan untuk anak usia 4 ke atas sebagai
61
tempat les dan sarana kegiatan sehabis pulang sekolah, atau bisa juga sebagai tempat penitipan.
Gambar 2.25 Logo ICan Club (Sumber: www.icanclub.co.id)
Visi & Misi ICan Club: Visi: Sebagai pusat pengembangan kepercayaan diri, kemandirian dalam melakukan berbagai kegiatan yaitu bermain, belajar, dan menciptakan sesuatu. Misi: Menawarkan segudang aktivitas menyenangkan kepada anak-anak untuk bermain sambil mengembangkan bakat dan kemampuan mereka. Rasa percaya diri merupakan bekal untuk kesehatan mental dan kebahagiaan sosial anak seumur hidup mereka. Selain itu rasa percaya diri juga merupakan dasar dari kesejahteraan anak dan kunci keberhasilan sebagai orang tua. Anak-anak dengan rasa percaya diri yang tinggi mampu bertindak secara mandiri, bertanggung jawab, bangga pada kemampuan mereka, dan mampu menangani emosi mereka. (Dr. Sears) 2.2.1.b Lokasi
62
Studi lapangan dilakukan di ICan Club dengan alamat Mall of Indonesia, Italian Walk J 1-2, Kelapa Gading Square, Jl. Boulevard Barat Raya, Jakarta 14240, Indonesia.
Gambar 2.26 Peta Lokasi ICan Club (Sumber: https://www.google.co.id/maps/place/I+Can+Club/) ICan Club berada pada pintu keluar Lobby 1 Mall of Indonesia sehingga lokasi ICan Club ini tidak sulit ditemukan. Lokasi ICan Club yang berada pada lingkungan mall tergolong kategori aman untuk anak-anak dikarenakan lokasi ini tidak langsung berhubungan dengan jalan raya. 2.2.1.c Program Kegiatan
63
Tabel 2.3 Program Kegiatan ICan Club
2.2.1.d Fasilitas ICan Club dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang menunjang kegiatan anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Fasilitas tersebut antara lain: 1. Lobby
64
Lobby pada ICan Club selain berfungsi sebagai tempat registrasi dan tempat antar jemput anak, juga berfungsi sebagai tempat bermain bagi anak. Pada lobby terdapat beberapa permainan anak yang terbuat dari plastik. Furnitur yang terdapat pada lobby juga terbuat dari plastik.
Gambar 2.27 Lobby ICan Club (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.28 Area Stok Peralatan Kegiatan Dekoratif (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
65
Gambar 2.29 Furnitur Anak (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.30 Salah Satu Permainan pada Lobby (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 2. Library Library pada ICan Club bukan seperti library pada umumnya yang berisi dengan buku-buku tebal, melainkan berisi dengan bukubuku untuk story telling, mainan anak, dan juga sering digunakan sebagai tempat untuk tidur bagi anak. Interior pada library mayoritas menggunakan warna putih, dan beberapa warna lainnya pada furnitur.
66
Gambar 2.31 Library ICan Club (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.32 Tempat Bermain Anak (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.33 Rak Sepatu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
67
3. Ruang Physical Activity Ruang physical activity digunakan sebagai ruangan untuk gym, kungfu, thai boxing, dance, dll. Pada ruangan ini tidak terdapat furnitur, melainkan hanya terdapat matras berwarna-warni sebagai tempat anak berlatih physical activity. Sementara itu, interior tetap menggunakan warna putih.
Gambar 2.34 Tampak Keseluruhan Area Physical Activity (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.35 Matras untuk Physical Activity (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
68
4. Ruang Activity Ruang Activity terdapat pada lantai paling atas ICan Club. Ruang ini terbagi menjadi dua area, yaitu area baking dan art di mana di ruangan ini biasanya berlangsung kegiatan baking dan beberapa kegiatan art. Seperti halnya ruangan lain, warna putih tetap menjadi warna yang sangat mendominasi ruangan ini, dan warna lainnya ditempatkan pada furnitur. Pada area ini banyak terdapat furnitur build-in.
Gambar 2.36 Ruang Activity (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.37 Area Baking (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
69
Gambar 2.38 Area Arts (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2.2.2 Rimba Baca 2.2.2.a Profil Rimba Baca merupakan sebuat perpustakaan kecil yang terletak di daerah perumahan Cilandak Jakarta Selatan dengan koleksi buku lokal dan internasional. Perpustakaan ini didirikan pada tahun 2011 oleh Ibu Fitri, seorang lawyer berusia 35 tahun yang pernah berdomisili di Belanda. Karena kesukaannya akan membaca, maka beliau mendirikan Rimba Baca untuk membantu anak-anak dan juga orang dewasa agar dapat membaca dengan kondisi nyaman dan menyenangkan. Rimba Baca terdiri dari 2 lantai, di mana lantai pertama merupakan tempat membaca bagi anak-anak berusia 0-12 tahun, dan lantai 2 merupakan tempat membaca bagi orang tua atau pendamping. Tempat ini memiliki koleksi buku yang cukup banyak, yaitu sekitar 6000 buku yang sebagian besar merupakan buku impor. Koleksi tersebut disusun rapi di dalam rak dan diklasifikasikan berdasarkan usia. Orang tua dapat membayar biaya kunjungan per hari sebesar Rp. 25.000,- untuk satu orang, dan dapat menikmati buku-buku di Rimba Baca. Namun, untuk dapat meminjam buku, pengunjung harus terdaftar sebagai
70
anggota dengan biaya Rp. 350.000,- per tahun. Anggota Rimba Baca dapat meminjam maksimal 5 buku dalam seminggu.
Gambar 2.39 Logo Rimba Baca (Sumber: www.rimbabaca.com)
2.2.2.b Lokasi Rimba Baca berlokasi di Jl. RSPP No. 21B Cilandak, Jakarta Selatan, 12430
Gambar 2.40 Peta Lokasi Rimba Baca (Sumber: www.google.co.id/maps/place/Rimba+Baca)
71
2.2.2.c Program Kegiatan Rimba Baca saat ini belum memiliki banyak program kegiatan seperti halnya ICan Club. Tetapi Rimba Baca memiliki kegiatan story telling dan program Art & Craft seperti belajar menghias Cupcake bagi anak setiap hari Sabtu mulai dari pukul 11 pagi. Menurut Rimba Baca, membaca tidak memiliki batasan usia. Kemampuan intelektual dan bahasa anak dapat dikembangkan salah satunya dengan buku ilustratif. Ketika mendengar cerita, anak-anak dapat membuat gambar khayalan mereka sendiri, sama seperti yang dilakukan guru. Anak-anak bebas untuk menciptakan sendiri khayalan mereka, dalam persepsi mereka sendiri, dan membayangkan sendiri cerita mereka 2.2.2.d Fasilitas Rimba Baca dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang menunjang kegiatan anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Fasilitas tersebut antara lain: 1. Bisa berkunjung , membaca, melakukan Art and Craft, menggunakan semua fasilitas (termasuk wi-fi) di Rimba Baca kapan saja dan sepuasnya. 2. Bisa meminjam buku maksimal 5 buku setiap minggunya (tanpa dikenakan biaya sewa tambahan/sudah termasuk dalam biaya tahunan) 3. Bila telat mengembalikan buku akan dikenakan denda Rp.5.000,/buku/hari. Untuk mencegah denda yang terlalu besar, bila orang tua memang belum sempat mengembalikan, ada baiknya untuk menelpon ke Rimba Baca untuk minta proses peminjaman ulang/ perpanjangan waktu meminjam (sehingga tidak dikenakan denda per hari)
72
Gambar 2.41 Lantai satu Rimba Baca (Sumber: http://www.liburananak.com/)
Gambar 2.42 Lantai dua Rimba Baca (Sumber: http://www.liburananak.com/)
73
Gambar 2.43 Lantai dua Rimba Baca (Sumber: http://www.liburananak.com/)
Gambar 2.44 Ruang Art and Crafts Rimba Baca (Sumber: http://www.liburananak.com/) 2.2.3 Perpustakaan Anak Binus International 2.2.3.a Profil Perpustakaan anak Binus International merupakan perpustakaan yang didirikan sebagai fasilitas pada Binus International School Simprug. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan bagi anak early years (TK) dan juga elementary (SD).
74
Gambar 2.45 Logo Binus International School (Sumber: www.google.co.id/search?q=binus+international+school+simprug)
2.2.3.b Lokasi Binus International School Simprug berlokasi di Jl. Sultan Iskandar Muda Kav. G-8 Grogol Sel. Jakarta Selatan DKI Jakarta 12220.
Gambar 2.46 Peta Lokasi Binus International School Simprug (Sumber: www.google.co.id/maps/place/BINUS+INTERNATIONAL+SCHOOL+Si mprug)
2.2.3.c Fasilitas Berikut
merupakan
beberapa
fasilitas
perpustakaan anak Binus International Simprug:
yang
terdapat
pada
75
1. Bagian Informasi Merupakan tempat untuk menanyakan status buku pada library. Bagian informasi biasanya dikontrol oleh dua operator untuk membantu anak mencari lokasi buku yang mereka cari.
Gambar 2.47 Bagian Informasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 2. Area Tidur Merupakan area yang difasilitasi bantal dan karpet sebagai tempat tidur untuk anak. Selain tidur, area ini juga dapat digunakan sebagai tempat untuk membaca jika anak menginginkan suasana membaca yang santai.
Gambar 2.48 Area Tidur (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
76
3. Area Belajar Area belajar terdiri dari beberapa meja dan kursi yang biasanya digunakan untuk belajar, menulis, ataupun membaca.
Gambar 2.49 Area Belajar (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 4. Area Komputer Komputer pada perpustakaan ini dilengkapi dengan fasilitas wifi sehingga anak dapat dengan mudah mengakses website yang mereka butuhkan untuk pelajaran mereka.
Gambar 2.50 Area Komputer (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
77
5. Sofa Merupakan salah satu area membaca pada perpustakaan Binus International School Simprug.
Gambar 2.51 Sofa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
78