7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Geografi
2.1.1
Pengertian Sistem Dengan banyaknya ahli di bidang sistem informasi, maka pemikiran masing-masing ahli mengenai sistem itu sendiri tentunya berbeda-beda, diantaranya: Menurut Jogiyanto HM (2003, p34), sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian, dan buku besar. Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini misalnya adalah sistem komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak. Suatu sistem sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu struktur dan proses. Struktur adalah komponen dari sistem tersebut dan proses adalah prosedurnya.
8 Kedua pendekatan tersebut hanya mengambil satu aspek dari sistem saja untuk menjelaskannya dari sudut pandang aspek tersebut. Menurut Long (1989, p33), sistem adalah sekumpulan dari beberapa komponen (fungsi, manusia, aktivitas, kejadian) yang menjembatani dan melengkapi satu sama lain untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang lebih terdefinisi sebelumnya. Menurut Cole (Baridwan 1991, p3), sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Menurut Davis (1984, p47), sistem dapat berupa fisik atau abstrak. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur dari gagasan atau konsepsi yang saling bergantung. Boundary
Sistem Input
Proses Kontrol
Feedback
Gambar 2.1 Sistem Menurut Davis (1992, p5)
Output
9 Menurut McLeod (1995, p13), sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Murdick (1995, p5), sistem adalah suatu kumpulan elemenelemen yang dijadikan satu untuk tujuan umum. Kesimpulannya, sistem adalah kumpulan elemen yang terdiri dari bagianbagian yang saling berkaitan, yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.1.1
Elemen - Elemen Sistem Menurut McLeod (1995, p13), elemen-elemen sistem terdiri dari : 1. Tujuan Merupakan tujuan dari sistem yang berfungsi untuk mengurangi tugas-tugas yang harus dilakukan oleh manusia secara manual dalam melakukan pengolahan data. 2. Batasan Merupakan batasan-batasan yang ada dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh sistem. Batasan ini dapat berupa peraturanperaturan, biaya-biaya, personal maupun peralatan. 3. Kontrol Merupakan pengawasan dari pelaksanaan pencapaian tujuan sistem, yang dapat berupa kontrol input data, kontrol output data dan kontrol pengoperasian.
10 4. Input Merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima input data, di mana input data ini dapat berupa: sumber dari input data, frekuensi input data, dan jenis input data. 5. Proses Merupakan bagian yang memproses input data menjadi informasi yang sesuai dengan keinginan, yang berupa: klasifikasi, peringkasan, dan pencaharian. 6. Output Merupakan output atau tujuan akhir dari sistem. Output ini sendiri dapat berupa: laporan, gambar, dan lain sebagainya. 7. Umpan Balik Merupakan sari sistem yang bertugas untuk melihat kembali apakah sistem telah berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini dapat berupa perbaikan terhadap sistem, pemeliharaan sistem, dan lain-lain.
Menurut Jogiyanto HM, karakteristik sistem adalah : 1. Sistem mempunyai komponen-komponen Komponen ini bias juga bagian dari sistem (subsistem) di mana tiap subsistem memiliki sifat-sifat dari sistem agar dapat dijalankan. Komponen ini saling berinteraksi dan juga mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
11 2. Batasan (boundary) Yang dimaksud dengan batasan pada sistem adalah daerah yang membatasi sistem dengan sistem atau dengan lingkungan luarnya, atau bias juga disebut dengan ruang lingkup dari sistem. 3. Lingkungan luar sistem (environment) Merupakan lingkungan di luar batas sistem yang mempengaruhi sistem operasi. Lingkungan luar sistem dapat menjadi energi positif dari sistem, dengan demikian harus tetap dijaga namun di lain pihak lingkungan luar juga dapat merugikan sistem, bila hal ini terjadi maka harus dikendalikan agar tidak berkelanjutan dan dapat mengganggu kelanjutan hidup sistem. 4. Penghubung (interface) Penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Keluaran dari saru subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lainnya melalui penghubung. Dengan melalui penghubung suatu subsistem akan berinteraksi dengan subsistem lainnya dalam rangka membentuk satu kesatuan. 5. Sasaran (objective) Tidak akan disebut sistem apabila tidak mempunyai sasaran. Maka dari itu sasaran suatu sistem menentukan jenis masukan yang diperlukan dan jenis kekuatan yang akan dihasilkan. Keberhasilan suatu sistem dinilai dari terpenuhinya sasaran yang diinginkan.
12
Gambar 2.2 Karakteristik Sistem
2.1.2
Pengertian Informasi Menurut Lucas (1993, p4), informasi adalah sesuatu yang nyata dan setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Menurut O’Brian (1997, p24), informasi adalah data yang telah dikonversi menjadi lebih berarti dan berarti bagi user khusus. Kesimpulannya, informasi adalah hasil dari pengolahan data yang dilakukan sehingga data yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna dalam rangka pengambilan keputusan.
13 2.1.2.1
Karakteristik Informasi Agar suatu informasi memiliki kualitas yang baik, maka informasi itu harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Akurat Informasi
harus
bebas
dari
kesalahan-kesalahan
dan
tidak
menyesatkan atau bias. Akurat juga berarti informasi harus mencerminkan maksudnya. 2. Tepat Waktu Informasi tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah lama dan tidak up to date tidak akan berguna lagi, karena informasi ini sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. 3. Relevan Informasi harus memberikan manfaat bagi penggunanya. Setiap user memiliki kebutuhan akan informasi yang berbeda-beda. 4. Lengkap Informasi yang disampaikan harus lengkap dan terperinci, namun tetap sesuai dengan kebutuhan.
2.1.2.2
Jenis-Jenis Informasi Ada berbagai jenis informasi, antara lain : 1. Angka Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, dan lain-lain dilakukan oleh komputer.
14 2. Teks Komputer digunakan untuk membuat, mengedit, mengirim, dan menerima teks (komputer sebagai word processor). 3. Gambar Komputer digunakan untuk melakukan pemrosesan terhadap gambar. 4. Daftar / Tabel Contohnya pada lembar kerja. 5. Suara Contohnya pada alat musik. 6. Peta Contohnya pada Sistem Informasi Geografi.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Pengertian tentang sistem informasi telah banyak diberikan oleh beberapa ahli, antara lain: Menurut Lucas (1993, p4), menjelaskan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan informasi. Menurut Wilkinson (1993, p4), sistem informasi adalah suatu kerangka kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan.
15 Menurut Davis (Moekijat, 1993, p13), sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, pengolahan data tersebut dengan instruksi dan mengeluarkan hasil. Model sistem dasar masukan, pengolahan dan keluaran cocok untuk sistem pemgolahan sederhana. Menurut Steven Alter (1996), sistem informasi adalah sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk menangkap, mencari, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang dipergunakan dalam satu atau lebih proses.
2.1.3.1
Tujuan Sistem Informasi Tujuan sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Untuk menjadi sistem informasi, maka hasil dari sistem itu harus berupa informasi yang berguna, yaitu harus memenuhi ketiga kriteria relevan, tepat waktu, dan akurat. Satu saja kriteria ini tidak dipenuhi, maka hasil dari sistem tersebut adalah sampah.
2.1.3.2 Komponen-Komponen Sistem Informasi Sistem informasi mempunyai enam buah komponen yaitu komponen
input/masukan,
komponen
model,
komponen
output/keluaran, komponen teknologi, komponen basis data, dan komponen control / pengendalian.
16
Data INPUT
Diolah
Informasi
MODEL
OUTPUT
BASIS DATA
KONTROL
Gambar 2.3 Komponen dari Sistem Informasi
1. Komponen Input Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input yang masuk ke dalam sistem informasi dapat langsung diolah menjadi informasi atau jika belum dibutuhkan sekarang dapat disimpan terlebih dahulu di storage dalam bentuk basis data (database). 2. Komponen Output Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna bagi pemakainya. Sistem informasi yang tidak pernah menghasilkan output, tetapi selalu menerima input dikatakan bahwa
17 input yang diterima masuk ke dalam lubang yang dalam (deep hole). Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang ada di basis data dan diproses menggunakan model yang tertentu. 3. Komponen Basis Data Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. 4. Komponen Model Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil dari basis data yang diolah lewat suatu model-model tertentu. Model-model yang digunakan di sistem informasi dapat berupa model logika yang menunjukkan suatu proses perbandingan logika
atau
model
matematik
yang
menunjukkan
proses
perhitungan matematika. 5. Komponen Teknologi Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan dapat menghasilkan informasi yang tepat waktunya. Komponen
teknologi
mempercepat
sistem
informasi
dalam
pengolahan datanya. Komponen teknologi dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu teknologi sistem komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) dan teknologi sistem telekomunikasi.
18 6. Komponen Kontrol Komponen kontrol ini digunakan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi yang akurat.
PENGENDALIAN APLIKASI
Pengendalian masukan
Pengendalian Proses
Pengendalian keluaran
PENGENDALIAN SECARA UMUM Pengendalian organisasi. Pengendalian perangkat keras. Pengendalian keamanan data.
Pengendalian dokumentasi. Pengendalian keamanan fisik. Pengendalian komunikasi.
Gambar 2.4 Komponen Pengendalian
2.1.4
Pengertian Geografi Menurut Widiyatmoko (1995, p3), geografi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala interaksinya. Yang dimaksud dengan letak astronomis adalah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan garis bujur, yang akan membentuk suatu titik koordinat.
19 Garis lintang adalah garis-garis paralel pada bola bumi yang sejajar dengan ekuator. Jadi Lintang Utara (LU) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah utara ekuator. Lintang Selatan (LS) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah selatan ekuator. Yang dimaksud dengan garis bujur (meridian) adalah semua garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, tegak lurus pada garis lintang. Semua meridian adalah setengah lingkaran besar. Banyak sekali meridian dapat ditarik, namun agar tidak terlalu rapat, dibuat tiap-tiap 10°. Meridian pertama (prime meridian) adalah Meridian Greenwich sebagaimana disepakati bersama oleh bangsa-bangsa pada kongres Meridian Internasional. Kota Jakarta bila dilihat secara geografis terletak pada 106º22’42” Bujur Timur sampai 106°58’18” Bujur Timur dan 5º19’12” Lintang Selatan sampai 6°23’54” Lintang Selatan.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Geografi Pengertian SIG menurut Maguire (1991) dapat beragam tergantung pada siapa yang mendefinisikannya, latar belakangnya dan sudut pandangnya selain itu Pickles (1995) beranggapan bahwa definisi SIG berubah seiring dengan perkembangan aplikasi komputer dan teknologi di masa depan. Namun ada beberapa definisi singkat yang menjelaskan dasar dari SIG, sebagai panduan Rhind(1989) mengusulkan bahwa SIG adalah sistem komputer yang mampu menampung dan menggunakan data untuk menjelaskan suatu tempat di permukaan bumi. Definisi yang lebih lengkap disampaikan oleh Borrough
20 (1986) sebagai suatu perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil sesuai dengan kebutuhan, men-transform, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk berbagai kebutuhan dan tujuan tertentu. Namun dari semua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa SIG adalah sebuah sistem untuk menangkap,
menyimpan,
memeriksa,
mengintegrasikan,
memanipulasi,
menganalisa dan menampilkan data yang secara spasial mengacu pada permukaan bumi. Pada dasarnya pengertian SIG terdiri dari komponen utama yaitu sistem komputer (sistem operasi dan perangkat keras), perangkat lunak, data spasial, manajemen data dan prosedur analisa serta orang yang mengoperasikan SIG tersebut, adapun komponen SIG tersebut harus bisa menyediakan: 1. Akses yang cepat dan mudah ke data yang berjumlah besar. 2. Kemampuan untuk: a. Memilih detail dari suatu daerah. b. Menyambungkan atau menggabungkan suatu set data dengan lainnya. c. Analisis karakteristik dari suatu data spasial. d. Mencari suatu karakteristik atau kelebihan dari suatu daerah. e. Update data secara cepat dan murah. f. Pemodelan data dan memprediksi alternatif. 3. Kemampuan dalam hal keluaran (output) antara lain peta, grafik, alamat, daftar dan rangkuman statistic yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
21 2.1.6
Komponen-Komponen Sistem Informasi Geografi Komponen – komponen Sistem Informasi Geografi, antara lain sebagai berikut: 1. Sistem Komputer dan Perangkat Lunak SIG dapat dijalankan pada seluruh jangkauan sistem komputer mulai dari komputer pribadi (PC) sampai multi-user supercomputer dan diprogram dengan berbagai bahasa pemograman. Namun berkaitan dengan itu semua, menurut
Burrrough
(1986)
ada
beberapa
elemen
penting
untuk
mengefektifkan SIG antara lain : a. Prosesor yang memiliki kemampuan menjalankan perangkat lunak. b. Memori yang mencukupi sebagai tempat penyimpanan data dalam jumlah yang besar. c. Layar monitor berwarna dengan kualitas yang baik dan beresolusi tinggi. d. Perangkat masukan dan keluaran data seperti mouse, keyboard, scanner, printer, plotter dan sebagainya. Sedangkan untuk perangkat lunak, beberapa elemen penting yang harus di perhatikan antara lain kemampuan untuk meneriman masukan dari pengguna, penyimpanan, pengaturan, perubahan, analisa dan keluaran data.
2. Data Spasial Semua perangkat lunak SIG telah didesain untuk menangani data spasial (biasa disebut juga dengan data geografis). Menurut Burrough(1986) data spasial dikarakteristikan dengan informasi tentang posisi, koneksi dan diikuti dengan keunggulan dan detail dari data non-spasial.
22 Sebagai contoh data spasial mengenai suatu stasiun cuaca antara lain : a. Garis lintang dan bujur sebagai referensi geografis. b. Detil tentang koneksi jalan, angkutan dan jalur yang memungkinkan akses ke stasiun cuaca. c. Data non-spasial (atau atribut) seperti informasi curah hujan, temperatur, kecepatan dan arah angin, dan sebagainya. Dengan karakteristik yang sama, data spasial mengenai suatu tempat bermain ski dapat berupa : a. Beberapa referensi spasial untuk menjelaskan posisi pemain ski. b. Detil mengenai jalur ski lain yang memotong atau berhubungan dengan tempat ski. c. Data atribut seperti jumlah pemain ski yang sering menggunakan jalur tertentu besera tingkat kesulitannya. Referensi spasial dari data spasial sangatlah penting dan harus dipertimbangkan pada awal suatu projek SIG.
Data spasial yang
direpresentasikan sebagai layer atau objek harus disederhanakan dulu sebelum dapat disimpan dalam komputer. Cara paling umum yang dilakukan yaitu dengan merubah seluruh fitur geografis menjadi 3 bentuk entiti dasar yaitu titik, garis dan area. Titik dapat digunakan untuk meunjukkan lokasi dari suatu fitur, garis dapat digunakan untuk mewakili fitur seperti jalan, sungai, jalur kereta dan sebaginya. Sedangkan area dapat digunakan untuk zona geografis yang dapat diobservasi dalam dunia nyata. (gambar 2.5).
23
Gambar 2.5 Real World (Happy Valley) Dari gambar 2.5 Real World (Happy Valley) dapat dijelaskan antara lain: a. Titik dapat digunakan untuk menunjukkan lokasi dari suatu fitur. Titik digunakan untuk mewakili fitur yang terlalu kecil untuk diwakilkan sebagai suatu area. Fitur yang diwakilkan oleh titik tidak selalu
24 sepenuhnya dideskripsikan oleh referensi geografis dua dimensi, namun bisa saja ada komponen ketinggian yang nantinya bisa mengacu pada referensi tiga dimensi. b. Garis dapat digunakan untuk mewakili fitur seperti jalan, sungai, jalur kereta dan sebaginya. Garis digunakan untuk wakili fitur yang berbentuk linear di alam ataupun fitur linear yang sebenarnya tidak ada di dunia nyata seperti batas administrative suatu wilayah atau negara. c. Area dapat digunakan untuk zona geografis yang dapat diobservasi dalam dunia nyata. Area direpresentasikan sebagai suatu set garis yang tertutup dan sering digambarkan sebagai suatu polygon baik yang eksis di dunia nyata atau hanya imaginer. Ada dua jenis polygon yang bisa diidentifikasi yaitu polygon pulau (island polygon) terjadi pada berbagai situasi tidak hanya dalam kasus pulau misalnya daerah industri bisa terlihat sebagai pulau bila dikaitkan dengan perbatasannya dengan daerah pemukiman penduduk. Bentuk polygon lainnya adalah polygon perpotongan (adjacent polygon), dalam hal ini perbatasan dibagi menjadi area yang berdekatan. Area yang berbentuk tiga dimensi disebut permukaan. Permukaan dapat digunakan untuk merepresentasikan variabel topografi atau nontopogafi
seperti
tingkat
polusi
atau
kepadatan
penduduk.
Bahkan
Martin(1996), Laurini dan Thompson(1992) mempertimbangkan permukaan sebagai entiti keempat yang terpisah.
25 3. Manajemen Data dan Prosedur Analisis Fungsi yang harus dimiliki dilakukan oleh SIG antara lain menerima data, penyimpanan, manajemen transformasi, analisa dan keluaran data. Memasukkan data (input) adalah proses konversi data dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh SIG (Aronoff,1989). Ini merupakan proses encoding data agar dapat dibaca komputer dan menulis data ke dalam database SIG. Proses ini harus termasuk prosedur verifikasi untuk menguji apakah data sudah benar dan prosedur transformasi yang memungkinkan data dari sumber yang berbeda dapat digunakan. SIG harus dapat menangani dua tipe data yaitu data grafis dan data atribut non-spasial dimana data grafis menjelaskan karakteristik spasial dari model dunia nyata sedangkan data atribut non-spasial menjelaskan fitur yang direpresentasikan. Fungsi manajemen data diperlukan dalam setiap SIG dimana ini menyediakan penyimpanan, pengorganisasian, pengambilan data melalui system manajemen database (DBMS). Database dalam hal ini dapat mengorganisasikan berbagai tipe data yang dapat digunakan untuk menangani kedua data baik elemen grafis atau non-grafis dari data spasial. Merupakan kemampuan SIG untuk mentransformasi data spasial, sebagai contoh dari suatu tipe Entiti (titik, garis atau area) ke bentuk lainnya dan kemampuannya menampilkan analisa spasial, inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Transformasi mungkin melibatkan mengubah proyeksi dari lapisan peta atau koreksi kesalahan semantic akibat proses digitalisasi.
26 Menurut Aronoff (1989) prosedur analisa SIG terdiri dari 3 tipe : a. Bagi sistem digunakan penyimpanan dan pengambilan data, maka sebagai contoh kemampuan presentasi diperbolehkan. b. Query pengambilan data yang dibatasi yang memungkin pengguna melihat pola data mereka. c. Pemodelan prosedur, fungsi untuk prediksi data apa yang mungkin berada di tempat dan waktu yang berbeda.
2.1.7
Pemetaan 2.1.7.1
Pengertian peta Secara umum, peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah
yang
terdapat
di
atas
permukaan
bumi
dengan
cara
menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Menurut Burrough (1986, p13), peta adalah kumpulan dari titik, garis, dan area yang didefinisikan sesuai dengan lokasinya serta referensinya melalui sistem koordinat dan atribut-atributnya. Menurut Takasaki (Suyono 1992, p235), peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.
27 Menurut Takasaki (Suyono 1992, p235), peta topografi adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang dinyatakan dengan simbolsimbol, tanda-tanda serta keterangan dalam skala tertentu. Menurut definisi BAKOSURTANAL peta adalah suatu penyajian di atas bidang datar dari unsur-unsur (feature) pada muka bumi maupun bawah muka bumi dengan skala tertentu dan berdasarkan proyeksi peta tertentu. BAKOSURTANAL memberikan definisi peta rupa bumi sebagai peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan di bawah muka bumi yang meliputi: 1. Hidrografi (tinggi rendahnya landscape dalam bentuk kontur). 2. Vegetasi (budidaya dan nonbudidaya). 3. Batas-batas administrasi. 4. Unsur buatan manusia (jalan, bendungan, bangunan).
2.1.7.2
Jenis-Jenis Peta Peta dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam jenis, antara lain: 1. Peta Dasar Bila dilihat dari segi pengadaannya peta dasar adalah peta yang dibuat langsung dari survei lapangan (R.Janicot, World Cartography, vo ix UN Publication 1969).
28 Menurut dari fungsinya peta dasar adalah peta yang menyajikan informasi dasar di atas peta di mana data tambahan yang sifatnya khusus dikompilasikan atau dicetak, sehingga menghasilkan peta baru. Peta baru ini disebut juga peta tematik. 2. Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang mempunyai tujuan khusus, pada peta ini hanya mempunyai isi mengenai suatu pokok bahasan atau pokok pikiran saja (Burrough, 1986, p1). Contoh peta tematik adalah peta geologi, peta hutan di mana peta tersebut hanya menampilkan informasi secara khusus tentang geologi atau hutan. 3. Peta Umum Peta umum adalah penggambaran tentang kenampakan di permukaan bumi atau di ruang angkasa secara terpilih, baik yang nyata maupun abstrak pada bidang datar dan dengan suatu skala tertentu. 4. Peta Topografi Peta topografi adalah penggambaran permukaan bumi dengan skala yang mungkin tergambar.
2.1.8
Format Penyajian Data Peta Penyajian data peta geografi dalam suatu Sistem Informasi Geografi (SIG), bentuk:
29 1. Titik (point) Dalam peta maupun SIG, titik dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi atau posisi kenampakan geografi. 2. Garis (line) Merupakan gabungan dari titik-titik, garis umumnya digunakan untuk menunjukkan batas wilayah. 3. Bidang (area) Merupakan bidang tertutup oleh garis, biasanya disajikan dalam bentuk polygon digunakan untuk menggambarkan wilayah.
Y
. X Gambar 2.6a Titik
Gambar 2.6b. Garis
Gambar 2.6c. Bidang
Gambar 2.6 Penyajian Data SIG
2.1.8.1
Penyajian Data Geografi Penyajian data geografi memiliki dua format yaitu: 1. Format Raster Objek yang ditampilkan berbentuk sel-sel dalam bentuk matrik kolom dan baris yang berukuran sama atau sering disebut juga pixel (picture element), setiap objek memiliki alamat dan nilai yang
30 berbeda. Tipe data ini menganggap bahwa objek yang ingin digambar dapat digambarkan pada koordinat cartesius. 2. Format Vektor Objek yang ditampilkan berbentuk sel yang sama dengan format raster, tetapi pada entitas garis dan area ada perbedaannya di mana pada garis sel-sel yang disimpan dalam format vektor hanya titik-titik yang penting saja seperti pada simpul-simpul saja dan setiap ujung dari obyek garis tersebut, untuk area terbentuk dari pertemuan titik-titik berupa garis yang membentuk suatu daerah yang tertutup, sedangkan pada titik sama dengan sel raster. Format ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan yang dihasilkan. Apabila suatu informasi menginginkan adanya integrasi antardata dan memiliki banyak data dan memiliki banyak anotasi dalam penggunaannya maka sebaiknya digunakan vektor, tetapi kelemahannya dibutuhkan struktur data yang komplek dan teknologi yang cukup mahal. Raster memiliki masalah dengan garis yang memiliki ketelitian informasi yang diinginkan.
2.1.9
Analisis Data pada Sistem Informasi Geografi Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisis data yang tersedia dalam kebanyakan paket Sistem Informasi Geografi, termasuk di dalamnya adalah teknik pengukuran (measurement technique), query atribut (attribute query),
31 analisis kedekatan (proximity analysis), operasi overlay (overlay operations) dan analisis model permukaan (surfaces) serta jaringan (networking). Langkah awal penting untuk memahami analisis data spasial dalam Sistem Informasi Geografi adalah memiliki pengetahuan mengenai terminologi yang digunakan. Mencari istilah standar menjadi suatu hal yang sulit sejak berbagai paket perangkat lunak Sistem Informasi Geografi seringkali menggunakan kata yang berbeda – beda untuk menjelaskan suatu fungsi yang sama, dan individu dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung lebih senang menggunakan istilah – istilah tersendiri. Adapun terminologi yang kami gunakan adalah sebagai berikut: Istilah
Definisi
Entiti
Titik, garis, area individual dalam suatu database SIG.
Atribut
Data tentang entiti. Dalam SIG vektor data disimpan dalam database, sedangkan dalam SIG raster nilai suatu sel dalam grid raster merupakan kode numerik yang digunakan untuk mewakili ada tidaknya suatu atribut. Lebih jauh, atribut pada suatu entiti dapat disimpan dalam database yang disambungkan dengan gambar raster.
Fitur
Suatu object dalam dunia nyata yang akan diterjemahkan dalam database Sistem Informasi Geografi.
Layer data
Suatu set data untuk suatu kepentingan dalam suatu SIG. layer data dalam SIG biasanya mengandung data dari satu tipe entiti saja.
Gambar
Layer data dalam SIG raster. Yang harus diingat adalah setiap sel dalam gambar raster akan membawa suatu nilai tunggal yang berfungsi sebagai kunci atribut yang ada didalamnya.
Sel
Suatu titik (pixel) tunggal dalam gambar raster.
32
Fungsi atau operasi
Prosedur analisis data yang dilakukan oleh SIG.
Algoritma
Implementasi komputer sebagai suatu urutan aksi yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah.
Tabel 2.1 Terminologi SIG
2.1.9.1
Pengukuran dalam SIG – Panjang, Keliling dan Area Menghitung panjang, keliling dan area adalah aplikasi yang umum ada dalam SIG. Dalam hal ini, mungkin suatu pengukuran diperoleh tergantung pada tipe SIG yang digunakan (raster atau vector) dan juga metode pengukuran yang dipergunakan. Perlu diingat bahwa semua hasil pengukuran dalam SIG hanya bersifat pendekatan, ini dikarenakan data vector teridiri dari potongan-potongan garis lurus dan semua data raster merupakan pendekatan menggunakan representasi grid cell. Sebagai contoh dalam SIG raster, untuk menjawab berapa jarak antara A dan B dimana A dan B merupakan pertemuan dua garis lurus. Akan ada lebih dari satu jawaban. Jawaban bervariasi tergantung pada metode pengukuran yang digunakan. Normalnya jarak terpendek atau jarak Euclidean dihitung dengan menggambar garis lurus antara titik akhir suatu garis dan kemudian dibuat suatu segitiga sama sisi sehingga geometri phitaghoras dapat digunakan. AB2 = AC2 + CB2. Sebagai alternatif, jarak Manhattan dapar digunakan. Jarak ini merupakan jarak di sepanjang sisi sel raster dari suatu titik ke titik lainnya. Metode ke tiga untuk menghitung jarak dalam raster SIG adalah
33 menggunakan metode pendekatan (proximity) (Berry,1993). Dalam metode ini zone dengan perbandingan jarak yang sama jauhnya dibangun di sekitar titik awal atau A (gambar 2.7c). Gambar hasil memperlihatkan garis lurus terpendek dari setiap titik dalam peta termasuk titik tujuan (B) menuju titik awal (A). beberapa penulis (Berry, 1987; Tomlin, 1990) menggunakan istilah menyebar (spread) untuk fungsi ini.
(a) A1 B1 = A1C1 + C1 B1 = 5.7 units 2
2
(b) A2B2 = 8 units B
(c) A3B3 = 5.7 units B
(d) Perimeter = 26 units Area = 28 units2 Gambar 2.7 Pengukuran Raster GIS: (a) Jarak Phytagorean; (b) Jarak Manhattan; (c) Jarak Terdekat; (d) Perimeter dan area
34 Untuk mendapatkan pengukuran keliling dalam raster SIG, jumlah dari sisi sel yang membangun batasan dari suatu fitur dikalikan dengan resolusi yan gtelah ditetapkan sebelumnya pada raster grid. Perhitungan area dan keliling dalam data raster dapat dipengaruhi oleh asal dan juga orientasi dari raster grid dan untuk menghindari pengaruh tersebut orientasi grid utara-selatan dan menggunakan data asal yang konsisten. Dalam SIG vektor, jarak dihitung menggunakan teorema phitaghoras untuk mendapatkan jarak Euclidean (gambar 2.8). Geometri juga digunakan untuk menkalkulasi keliling dan area. Keliling diperoleh dari penjumlahan panjang garis lurus dan area diperoleh dengan menjumlahkan area berbentuk geomerti sederhana yang dilakukan dengan membagi-bagi suatu fitur tertentu (gambar 2.8). Dalam SIG vektor, data panjang, keliling dan area dapat disimpan sebagai atribut dalam suatu database sehingga data-data ini hanya perlu dihitung sekali saja dan kemudian secara permanent tersimpan.
35
(a) Jarak AB = AC 2 + BC 2 = 42 + 42 = 5.7 units
(b) Area DEF = =
(2 × 2) + (2 × 3) + (7 × 2) − (2 × 2)
2 2 = 2 + 3 +7 – 2 = 10 units2
2
2
Gambar 2.8 Pengukuran Vektor GIS: (a) Jarak; (b) Area
36 2.1.9.2
Queries
Melakukan query dalam database SIG untuk menampilkan data adalah bagian dasar dan penting dari kebanyakan proyek SIG. Query menawarkan metode untuk mendapatkan data, dapat dilakukan pada data yang menjadi bagian database SIG ataupun pada data prosedur baru hasil dari analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisa SIG untuk memeriksa kualitas dari pengukuran SIG raster. Secara umum, ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG yaitu spasial dan aspasial. Query aspasial merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan atribut dari suatu fitur. Berapa banyak hotel mewah yang ada disana? Merupakan suatu query aspasial karena baik pertanyaan ataupun jawabannya tidak melibatkan analisis dari komponen spasial data. Query ini dapat dilakukan oleh perangkat lunak database sendiri. Dimana hotel mewah di daerah itu? Karena informasi
yang dibutuhkan berkaitan dengan “dimana”, maka query tersebut merupakan query spasial. Lokasi dari hotel akan dilaporkan dan dapat direpresentasikan dalam bentuk peta. Metode menspesifikasikan query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberi pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan dan pembangun query (query builders). Query dapat menjadi kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun
37 jarak terutama dalam SIG vector dimana data disimpan sebagi atribut dalam database, contohnya “dimanakah hotel dengan tarif termahal?” Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengidentifikasi Entiti dalam database yang bisa memenuhi kebutuhan dua atau lebih criteria spasial atapun aspasial, contoh “dimana hotel mewah yang mempunyai lebih dari 20 kamar?” operator Boolean seperti and, or, not, xor juga bisa digunakan.
2.1.9.3
Reklasifikasi
Merupakan variasi dalam ide query pada SIG, dapat digunakan pada query untuk SIG raster. Sebagai contoh: “dimanakan semua area hutan?” Jawabannya dapat diperoleh dengan menggunakan query atau dengan mengklasifikasikan gambar. Reklasifikasi akan ditampilkan di gambar yang baru dengan seluruh area hutan diberikan kode 1 dan semua area yang bukan hutan diberikan kode dengan nilai 0.
2.1.9.4
Buffering dan Neighbourhood Functions
Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entiti spasial mempengaruhi sekitarnya, ataupun sebaliknya dimana lingkungan sekitar mempengaruhi karakteristik entiti. Contoh yang paling umum adalah buffering yaitu pembuatan suatu daerah kepentingan (zone of interest) di sekitar suatu Entiti. Fungsi neighbourhood lainnya termasuk
38 penyaringan data (data filtering) yang melibatkan rekalkulasi sel dalam gambar raster didasarkan pada karakteristik sekitarnya. Pertanyaan “hotel mana yang berada dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama?” Pilihan pertama yaitu menggunakan daerah buffer yang mengidentifikasi seluruh daerah sampai 200 meter dari jalan utama lalu mencari tahu hotel apa saja yang berada dalam daerah buffer tersebut tentunya dengan bantuan query. Alternatif lain yaitu mengukur jarak dari setiap hotel ke jalan utama, lalu mengidentifikasi mana yang jaraknya kurang dari 200 meter. Dari kasus ini terlihat dalam analisis data SIG bisa digunakan lebih dari satu metode, namun yang terpenting adalah pemilihan mana yang paling efisien dan tepat. Jika sebuah titik dijadikan buffer (buffering) maka akan terbentuk area lingkaran, buffering pada garis atau area akan menghasilkan suatu area yang baru (gambar 2.9). Buffering merupakan suatu konsep yang sederhana namun dengan operasi perhitungan yang rumit dan juga beragam. Sebagai contoh: Andersson (1987) menggunakan buffering pada
data
tempat
perhentian
bis
dan
data
populasi
untuk
mengidentifikasi tempat perhentian bis yang terbaik. Daerah buffer dikalkulasi dari setiap perhentian bis yang potensial, menggunakan nilai yang mencerminkan berapa jarak orang siap berjalan ke tempat perhentian bis. Populasi kepadatan dalam daerah ini juga dihitung dan pada akhirnya satu kelompok perhentian bis ditentukan yang meningkatkan tingkat tangkapan dan jangkauan bis terhadap penduduk.
39
Gambar 2.9 Buffer Zones Around: (a) Titik; (b) Garis; (c) Area
Metode daerah buffer sering dipergunakan dalam SIG vektor. Sedangkan untuk SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan memperhitungkan pendekatan dan akan menghasilkan suatu layer data raster baru dimana atribut dari setiap sel merupakan suatu pengukuran jarak. Operasi lainnya dalam SIG raster dimana nilai dari sel tunggal dirubah
sebagai
dasar
pendekatan
disebut
fungsi
tetangga
(neighbourhood function). Penyaringan (filtering) merupakan contoh yang digunakan untuk memproses perbandingan terpisah (remotely sensed imagery). Filterisasi akan mengubah nilai suatu sel didasarkan
pada atribut di sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk dari penyaringan ditentukan oleh operator. Umumnya bentuk filter berupa kotak dan lingkaran dan bentuk tiga dimensi penyaringan menentukan banyaknya sel sekitar yang digunakan dalam proses penyaringan.
40 Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan untuk kalkulasi ulang nilai dari sel target yang ada di pusatnya. Nilai baru
yang
diberikan
pada
sel
target
diperhitungkan
dengan
menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan nilai yang paling sering muncul (Gambar 2.10).
Example: Forest Data In Happy Valley GIS - Applying 3x3 square filter to recalculate value for cell c4: minimum filter c4 = 1 maximum filter c4 = 3 mean filter c4 = 1.89 modal filter c4 = 2 (most frequently occuring class) diversity filter c4 = 3 (number of different classes)
Gambar 2.10 Operasi Filter Raster GIS
41 2.1.9.5
Mengintegrasikan Data – Map Overlay
Kemampuan mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan overlay peta (map overlay) mungkin merupakan fungsi kunci dari analisi
SIG. SIG memungkinkan dua buah layer peta tematik berbeda dari area yang sama saling di overlay satu di atas lainnya untuk membentuk suatu layer baru. Map overlay pada awalnya merupakan hasil kerja McHarg (1969)
dengan
banyaknya
aplikasi
termasuk
kemampuan
membandingkan secara visual antar layer data. Untuk lebih jelasnya, berikut ini kami berikan contoh integrasi data dengan map overlay. Untuk menjawab pertanyaan “hotel mana saja yang berada dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama?” Langkah pertama adalah melakukan operasi buffering untuk mengetahui daerah dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama, lalu fungsi overlay digunakan untuk mengkombinasikan daerah buffer dengan layer data hotel sehingga dapat diidentifikasikan hotel-hotel mana saja yang berada dalam daerah buffer. Dengan semakin berkembangnya aplikasi dan analisis SIG, maka ada perbedaan memperlakukan map overlay antara dunia raster atau vector. Dalam sistem yang berbasis vector, map overlay lebih banyak memakan waktu, lebih kompleks, dan sedikit mahal. Sebaliknya dalam sistem berbasis raster bisa dilakukan secara cepat, langsung dan lebih efisien.
42 1. Overlay Vektor (Vector Overlay) Peta vektor sangat berpedoman pada dua disiplin ilmu yaitu geometri dan topologi. Layer data yang nantinya akan di-overlay haruslah benar dan tepat secara topologi sehingga semua garis haruslah bertemu pada satu titik dan batasan dari suatu poligon harus tertutup. Untuk membuat topologi untuk layer data yang baru sebagai hasil proses overlay, perpotongan garis dan poligon dari layer data input haruslah melalui serangkaian perhitungan geometri yang tidak mudah. Gambar 2.11 menampilkan tiga tipe utama dari overlay vektor: titik dalam polygon (point-in-poligon), garis dalam
polygon (line-in-poligon) dan poligon dalam poligon (polygon-inpolygon).
43
Gambar 2.11 Overlay Vektor: (a) Titik dalam Poligon; (b) Garis dalam Poligon; (c) Poligon pada Poligon
44 Overlay titik dalam poligon digunakan untuk mencari tahu
poligon dimana suatu titik berada. Contohnya kantor polisi hutan dalam Taman Nasional Ujung Kulon diwakilkan dalam bentuk titik dan Taman Nasional diwakilkan sebagai poligon. Mengguunakan overlay titik dalam poligon dalam layer data vector, memungkinkan untuk mengetahui di daerah poligon manakah setiap kantor polisi hutan berada. Overlay garis dalam poligon lebih sulit dibanding overlay titik
dalam poligon. Sebagai contoh kita ingin tahu dimana jalan akan menembus daerah hutan untuk merencanakan pembangunan jalur wisata hutan. Untuk melakukan ini, kita harus meng-overlaykan data tentang jalan pad layer yang memuat poligon hutan. Peta hasil keluaran akan mengandung jalan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil yang mewakili jalan di dalam area hutan dan jalan diluar area hutan. Overlay polygon dalam polygon dapat digunakan untuk
memeriksa suatu area. Misalnya memeriksa area hutan di pegunungan Jayawijaya. Dua layer data input diperlukan yaitu layer data daerah hutan yang berisi banyak polygon daerah hutan dan layer batasan daerah pegunungan. Tiga jenis keluaran yang mungkin diperoleh antara lain: a. Layer data keluaran dapat mengandung semua poligon dari kedua input peta. Ini terjadi bila menggunakan operator Boolean
45 atau atau dalam kaitannya dengan matematika disebut operasi union. Contohnya “dimanakah area hutan atau area yang masih
termasuk daerah pegunungan?” b. Layer data keluaran berisi semua area pegunungan dan area hutan di dalamnya. Batasan dari daerah pegunungan digunakan sebagai ujung-ujung dari peta keluaran dan daerah hutan akan akan dipotong bila melewati batas tersebut. Dalam matematika disebut
operasi
idEntiti.
Contoh:
“dimanakan
batasan
pegunungan dan dimanakan daerah hutan di dalamnya”. c. Hasil keluaran layer data dapat berupa area yang memenuhi kedua persyaratan, pada contoh di atas yaitu daerah hutan dalam kawasan pegunungan. Sebuah peta keluaran akan dihasilkan menunjukkan seluruh polygon hutan tanpa kecuali yang kesemuannya berada dalam batasan kawasan pegunungan dan mememotong poligon hutan yang berada di luar batasan pegunungan. Secara matematis disebut intersect. Contohnya “dimana daerah hutan dalam kawasan pegunungan Jayawijaya?”
2. Raster overlay Dalam struktur data raster, semua data diwakilkan oleh sel. Titik diwakilkan oleh sel tunggal, garis oleh beberapa sel beurutan, dan area oleh sekelompok sel. Overlay peta raster memperkenalkan ide akan adanya peta algebra atau mapematics (Berry,1993). Dengan
46 menggunakan peta algebra, layer input data dapat ditambahkan, dikurangi, dikalikan atau dibagi untuk menghasilkan keluaran data. Operasi matematika dilakukan pada nilai sel tunggal dari dua atau lebih layer input untuk menghasilkan nilai keluaran. Lalu, pertimbangan
paling
penting
dalam
overlay
raster
adalah
pemograman titik, garis dan area yang terdapat dalam fitur layer data input secara tepat. Sebagai contoh, empat layer data pada Happy Valley resort telah dikonversi menjadi raster antara lain: lokasi stasiun meteorologikal, jaringan jalan, layer penggunaan daerah, dan batasan resort. Stasiun meteorologikal direpresentasikan dalam layer data
raster dimana nilai 1 diberikan pada sel yang memiliki stasiun. Jalan diberi kode 2 dalam layer data jalan di sel telah dihubungkan untuk membentuk rangkaian. Setiap sel dalam layer penggunaan lahan mempunyai
nilai
yang
mewakili
fungsinya
masing-masing,
pemukiman diberi nilai 1, air 2, pertanian 4 dan hutan 5. Area resort telah diberi nilai 10 dan disemua data layer nilai 0 diberikan pada darah yang tidak memiliki obyek penelitian. Untuk mencari stasiun meteorologikal mana saja yang ada dalam Happy Valley sama dengan operasi vektor titik dalam poligon, untuk melakukan proses berikut suatu cara akan menggunakan kedua data layer dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai berikut :
47 a. 0 untuk sel diluar batasan resort dan tidak memiliki stasiun. b. 1 untuk sel memiliki stasiun namun berada di luar batasan resort. c. 10 untuk sel dalam batasan resort namun tidak memiliki stasiun. d. 11 untuk sel dalam batasan resort dan memiliki stasiun meteorological. Untuk operasi yang ekuivalen dengan metode garis dalam poligon dalam layer vektor, bagian jalan yang melewati hutan bisa didapatkan dengan menggunakan layer jalan dan reklasifikasi layer penggunaan lahan yang di dalamnya terdapat are hutan. Dua buah peta akan ditambahkan dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai: a. 0 untuk sel yang tidak memiliki jalan ataupun hutan. b. 2 untuk sel dengan jalan namun diluar daerah hutan. c. 5 untuk sel dengan hutan namun tanpa jalan. d. 7 untuk sel dimana terdapat jalan dan hutan. Analisis poligon ke polygon dapat dilihat pada gambar 2.12. Sekali lagi, kode dari layer inputan adalah kunci untuk mengerti hasil keluaran dari overlay raster. Sebagai contoh, menambahkan layer daerah hutan dan batasan resort akan menghasilkan layer dengan kode berikut:
48 a. 0 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan tidak memiliki hutan. b. 5 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan memiliki hutan. c. 10 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan tidak memiliki hutan. d. 15 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan memiliki hutan.
49
Gambar 2.12 Overlay Raster: (a) Titik dalam Poligon (dengan jumlah); (b) Garis dalam Poligon (dengan jumlah); (c) Poligon pada Poligon (dengan jumlah); (d) Poligon pada Poligon (Alternatif Boolean)
50 Peta hasil keluaran akan ekuivalen dengan metode polygon dalam polygon dalam GIS vector. Reklasifikasi akan menghasilkan variasi dari peta keluaran tersebut dan beberapa operasi overlay bisa dilakukan. Ada dua masalah yang secara khusus mempengaruhi overlay raster yang perlu dipertimbangkan oleh pengguna yaitu resolusi dan skala pengukuran. Resolusi ditentukan oleh besarnya ukuran sel yang digunakan. Misalnya data satelit SPOT mengumpulkan data dalam resolusi 10 meter. Masalah kedua yaitu skala pengukuran. Operasi overlay sembarang dapat dilakukan pada layer peta. Sebagai contoh, memang dimungkinkan untuk menambahkan, mengurangkan atau mengalikan dua peta satu menampilkan kode penggunaan lahan menggunakan skala nominal dan lainnya menampilkan kode curah hujan tahunan menggunakan skala rasio. Hasilnya bagaimanapun akan tidak masuk akal karena tidak ada hubungan secara logis antara angka-angka tersebut.
2.1.9.6
Interpolasi Spasial
Interpolasi spasial merupakan prosedur pengukuran nilai dari tempat yang belum disample dalam suatu daerah observasi (Waters, 1989). Dalam situasi ideal, suatu set data spasial akan menyediakan nilai terpercaya dari setiap lokasi spasial. Satelit atau photography akan menyediakan data. Namun semakin sering data di stratifikasi (terdiri dari
51 daerah observasi namun tidak mencakup semua lokasi spasial) secara setengah-tengah atau bahkan secara acak. Fungsi dari interpolasi dalam SIG adalah untuk mengisi kekosongan antara data point yang telah diobservasi. Aplikasi umum untuk interpolasi adalah untuk membangun suatu kontur ketinggian. Kontur dalam peta topografi digambar dari beberapa nilai dari observasi ketinggian dengan survey dan fotografi udara. Ketinggian antara permukaan tanah antara titik-titik tersebut ditentukan menggunakan metode interpolasi dan direpresentasikan dalam peta menggunakan kontur. Teknik interpolasi yang dibahas dalam beberapa buku dan tulisan (Burrough, 1986; Davis, 1986; Lam, 1983; Waters, 1989) secara singkat menjelaskan tiga metode yang paling sering digunakan yaitu Thiessen polygon, TIN, dan pergerakan rata-rata spasial. Thiessen poligon adalah metode interpolasi yang secara tepat mengasumsikan bahwa nilai dari lokasi yang belum disample adalah sama dengan nilai dari titik sample terdekat. Thiessen polygon dibuat dengan membagi garis yang bergabung dengan titik sekitar terdekat, menggambar daerah tegak lurus melalui garis ini dan lalu menggunakan daerah tersebut untuk mendapatkan ujung-ujung polygon (Laurini dan Thompson, 1992). Penggunaan paling umum dari Thiessen polygon adalah untuk menentukan batas teritori suatu daerah dari suatu set titik. Meskipun Thiessen poligon dapat digambar disekitar observasi
52 kemiringan, namun ini bukan merupakan metode yang paling tepat karena data kemiringan berubah secara berangsur-angsur bukan suatu properti yang terjal atau curam. Triangulated Irregular Network (TIN) adalah cara elegan membangun permukaan dari suatu set data point yang tidak beraturan. Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan model daerah digital. Model TIN merupakan metode interpolasi tepat didasarkan pada data point local. Dalam metode ini data point yang berdekatan dihubungkan dengan garis untuk membentuk suatu jaringan segitiga tidak beraturan. Karena nilai dari tiap data point dapat diketahui dan jarak antara titiktitik ini dapat dihitung, maka persamaan linear dan trigonometri dapat digunakan untuk menghasilkan nilai interpolasi untuk titik lainnya yang masih ada dalam batasan TIN. Pergerakan rata-rata spasial merupakan metode interpolasi yang paling umum yang digunakan dalam SIG. Metode ini melibatkan perhitungan nilai untuk lokasi didasarkan pada range nilai yang berada titik-titik sekitar yang masih termasuk dalam range yang ditentukan pengguna. Pergerakan rata – rata spasial sangat cocok untuk contoh – contoh dimana nilai dari data point yang telah diketahui tidaklah tepat dan bisa menjadi subyek pengukuran kesalahan, namun itu semua tidak lain akan menggambarkan variasi dari pola global.
53 2.1.9.7
Analisis Permukaan Slope, aspect dan visibility merupakan aplikasi yang paling sering
digunakan dalam model permukaan yang digunakan dalam SIG. 1. Menghitung Slope (Lereng) dan Aspect (Pemandangan) Lereng (slope) merupakan kecuraman atau gradian dari suatu daerah, biasanya diukur dalam satuan derajat sudut atau sebagai persentasi. Pemandangan (aspect) adalah arah dimana suatu daerah menghadap, biasanya diekspresikan dengan satuan derajat dari utara. Slope dan aspect dihitung dengan menggunakan dua cara
berdasarkan pada tipe DTM yang sedang digunakan. Dalam raster DTM slope dan aspect dihitung menggunakan jendela ukuran 3 x 3 yang kemudian melewati database untuk menentukan titik tengah jendela, dengan kata lain, bisa digunakan persamaan z = a + bx + cy
dimana z merupakan tinggi pada poin (pusat dari jendela), (x,y) merupakan koordinat titik dari pusat jendela dan a,b,c merupakan nilai konstanta. Slope dan aspect dari pusat suatu sel dapat dihitung menggunakan
formula S = b2 + c2
A = tan-1(c/b)
54 2.1.9.8
Analisis Visibility
Salah satu pengunaan umum dari DTM adalah analisis jarak penglihatan (visibility), identifikasi area dari suatu daerah yang dapat dilihat dari suatu titik tertentu dari suatu permukaan daerah. DeMers (1997) menjelaskan bagaimana analisis ini bekerja. Lokasi dari pengamat dihubungkan dengan setiap lokasi target yang memungkinkan dari suatu daerah. Garis atau ray diikuti dari masing-masing target kembali ke pengamat, mencari daerah yang lebih tinggi. Titik yang lebih tinggi akan mengaburkan apa saja yang ada dibelakang mereka. Lalu dengan ray tracing yang berulang-ulang peta penglihatan dapat dibuat (Gambar 2.13).
Gambar 2.13 Ray tracing for visibility analysis
55 2.1.9.9
Analisis Jaringan
Jaringan merupakan suatu set garis yang saling terhubung yang menghasilkan suatu fitur dimana di dalamnya suatu sumber daya dapat melaluinya. Sebagai contoh yaitu sungai, namun jalan, jaringan pipa dan kabel dapat membentuk jaringan juga. Ada beberapa masalah pada tipe jaringan klasik antara lain identifikasi jarak terpendek, masalah TSP, alokasi model dan penelusuran rute. 1. Jarak Terpendek Metode
jarak
terpendek
bekerja
dengan
mengevaluasi
sambungan dan belokan yang diperlukan untuk menjelajahi jaringan antara pemberhentian. Beberapa jalur potensial dipertimbangkan sebelum rute dengan jumlah halangan terkecil dibangun dari jaringan yang bersangkutan. Proses ini diikuti oleh setiap pemberhentian sampai semua jalur penelusuran telah didefinisikan. Metode ini juga bisa digunakan untuk identifikasi jalur tercepat dari suatu lokasi ke lokasi lainnya. 2. Travelling Salesperson Problem Masalah yang diwakilkan dari namanya adalah bahwa seorang sales harus mengunjungi sekelompok klien tertentu dalam satu hari dan melakukannya dengan menggunakan rute terbaik atau tercepat. Dalam analisis jaringan SIG mengurutkan pemberhentian dapat dilakukan
dengan
menghitung
jalur
terpendek
antara
tiap
pemberhentian didasarkan pada daftar halangan dalam jaringan.
56 Metode trial dan error dapat digunakan untuk mengurutkan kunjungan sehingga total halangan dari pemberhentian pertama sampai terakhir dapat diminimalisasikan. 3. Location - Allocation Modeling Analisis jaringan dapat juga digunakan untuk alokasi sumber daya dengan pemodelan permintaan dan penawaran dalam jaringan. Untuk mencocokan penawaran dan permintaan membutuhkan pergerakan dari barang, orang, informasi atau jasa diseluruh jaringan. Dengan kata lain, penawaran harus dipindahkan ke permintaan. Model alokasi dalam jaringan merupakan dasar untuk analisa yang lebih dalam seperti pemodelan lokasi dan alokasi. Ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi optimum untuk suatu pusat jasa relative pada permintaan yang ada. 4. Penelusuran Rute Penelusuran rute sangat berguna dalam jaringan dimana alurnya tidak terarah, seperti aliran sungai, sistem pembuangan, dan jaringan TV kabel. Keterhubungan, cara jaringan bertemu pada suatu node adalah konsep utama pada penelusuran rute. Arah juga penting pada penelusuran rute dikarenakan hal ini menunjukan arah pergerakan material dalam suatu jaringan.
57 2.1.9.10 Analisis Spasial Kuantitatif
Analisis spasial kuantitatif memungkinkan ide tentang proses spasial dan polanya untuk ditest dan digunakan untuk membantu mencari arti dalam data spasial. Ada tiga metode utama yaitu: 1. Exploratory and Descriptive Statistics Dapat digunakan untuk mendeskripsikan distribusi dari fenomena spasial. Dapat juga menyediakan data atribut, jarak antara satu titik pengamatan ke titik lainnya, fitur garis atau area, jarak ke pengamatan terdekat, dan lokasi dari suatu titik. 2. Predictive Statistics Melihat pada hubungan antara fenomena spasial. 3. Prescriptive Statistics Membantu untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi dalam suatu keadaan tertentu. Setiap analisis dapat digunakan pada tingkatan lokal ataupun global.
2.1.9.11 Kemampuan yang Dimiliki Sistem Informasi Geografi
Dengan
menggunakan
Sistem
Informasi
Geografi
dalam
memperoleh informasi mengenai data geografi dalam skala tertentu mengenai suatu daerah akan menjadi lebih akurat. Hal ini dikarenakan
58 SIG memungkinkan untuk peng-update-an sesering mungkin, seiring dengan perubahan permukaan bumi dari waktu ke waktu. Menurut Paryono (1994, p2), kelebihan Sistem Informasi Geografi adalah sebagai berikut: 1. Data yang disimpan SIG sesuai dengan keadaan dan skala aslinya serta disimpan dalam bentuk digital. 2. Perubahan yang terjadi pada data geografi dapat dilakukan sebab SIG bersifat dinamis. 3. Kemampuan yang bersifat analisis dan manipulasi data, model peta dapat diperolah dengan mudah sebab hanya mengubah rumus analisisnya. Perbedaan Sistem Informasi Geografi dengan Sistem Informasi Manajemen terletak pada kemampuan analisis data. SIM hanya dapat menganalisis data yang bersifat tekstual seperti laporan dan tabel-tabel, sedangkan SIG, selain data tekstual juga dapat menganalisis data spasial. SIG sendiri dapat digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi di dalam sistem informasi managemen.
2.1.9.12 Perbedaan Peta Tradisional dengan Peta Sistem Informasi Geografi
Metode tradisional dalam menampilkan ruang goegrafis yang penuh dengan data spasial adalah dengan menggunakan beberapa peta dengan tema yang berbeda-beda. Sebagai contoh peta kartografi tradisional yang hanya tersedia untuk suatu area tersendiri mungkin
59 tersedia peta geologi, satu peta tanah dan peta topografi yang menunjukkan budaya dan lingkungan dari lingkungan sekitar. Model komputer sering menggunakan pendekatan yang sama. Sebagai contoh SIG untuk para pembeli rumah membahas layer-layer yang diantaranya termasuk asuransi, transportasi, sekolah serta informasi perbandingan penggunaan tanah di pedesaan dan perkotaan. Ini merupakan metode pertama pemodelan ruang yang dikembangkan. Metode ini dikenal dengan pendekatan layer (lapisan) dan masih digunakan oleh kebanyakan SIG sekarang ini. Perbedaan peta tradisional dengan peta SIG antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pada peta tradisional, informasi yang disajikan terbatas tergantung dari kertas yang digunakan. Pada peta SIG, keterbatasan tergantung dari problem teknologi media penyimpanan. 2. Pembaharuan pada peta tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan pada peta SIG, dapat langsung di-update sesuai dengan informasi yang didapatkan. 3. Pada peta tradisional, akan sulit diakses apabila informasi dalam jumlah yang besar disimpan dalam peta dan tabel. Pada peta SIG, kesulitan dalam pengaksesan dapat ditangani dengan cepat. 4. Pada peta tradisional, lemah dalam integrasi geografi dari peta berbagai proyeksi dan skala. Pada peta SIG, integrasi dapat dengan
60 mudah dilakukan dan efisien dengan menggunakan multi layer proyeksi dan skala tidak menjadi hambatan.
2.1.10 Data 2.1.10.1 Pengertian Data
Data adalah fakta yang sangat berguna sebagai input bagi suatu sistem informasi.
2.1.10.2 Jenis-jenis Data
Data menurut sumber awalnya dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: 1. Data Lapangan Data ini diperoleh dari pengukuran di lapangan secara lengkap, seperti curah hujan suatu daerah, salinitas air, dan sebagainya. 2. Data Peta Merupakan informasi yang ada pada kertas / film dan dikonversikan ke dalam bentuk digital, misalnya: peta geologi, dan sebagainya. 3. Data Citra Penginderaan Jauh Berupa citra penginderaan jauh, seperti foto udara atau radar yang harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Sedangkan data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit yang sudah berupa data digital dapat langsung digunakan tanpa harus melalui proses pengkonversian lebih lanjut.
61 Data menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi: 1. Data Geografis Biasanya berupa peta yang berasal dari peta analog, foto udara, atau penginderaan jauh, karena itu sering disebut sebagai peta dasar. 2. Data Atribut Merupakan data yang berkaitan dengan peta dasar yang dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Data atribut ini biasanya disimpan dalam bentuk database berupa tabel-tabel. 3. Data Digital Merupakan data yang diperoleh dari citra satelit dan radar yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk digital agar mudah diolah oleh sistem komputer. Data yang berisi informasi geografis dibagi menjadi tiga konsep topologi, yaitu: 1. Titik (Point) 2. Garis (Line) 3. Wilayah (Area)
2.1.11 Database 2.1.11.1 Pengertian Database Database adalah sekumpulan table, view, indeks, trigger, prosedur,
dan objek-objek lain (Jose Ramalho, p4).
62 Database adalah kumpulan data yang berelasi secara logical
beserta penjelasan/deskripsi dari data tersebut, dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi pada suatu organisasi (Connoly, p1415). Database
merupakan
tempat
penyimpanan
tunggal
dan
berkapasitas besar yang dapat digunakan secara bersamaan oleh berbagai pengguna atau departemen dalam suatu perusahaan.
2.1.11.2 Pengertian Tabel Tabel adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan
baris (Connoly, p72).
2.1.11.3 Pengertian Field Field dalam konteks database biasanya sering disebut dengan
atribut. Field merupakan nama kolom dari sebuah tabel atau relasi (Connoly, p72, p74).
2.1.11.4 Pengertian Record Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah tabel. Record sering juga disebut dengan tuple. (Connoly, p73).
2.1.11.5 Pengertian Primary Key Primary Key merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut yang
dipilih untuk mengidentifikasi tuple-tuple atau record dalam tabel yang
63 bersifat unik. Unik disini berarti tidak boleh ada duplikat atau key yang sama untuk dua atau lebih tuple atau record dalam sebuah tabel. (Connoly, p79)
2.1.11.6 Pengertian Foreign Key Foreign Key juga merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut
dalam suatu tabel yang menunjuk pada key yang terdapat pada tabel lain. Foreign key berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara satu tabel dengan tabel lainnya. (Connoly, p79)
2.1.11.7 Entiti Relationship Entiti Relationship merupakan hubungan antar data berdasarkan
persepsi dunia nyata yang terdiri dari sekumpulan objek dasar yang disebut entiti dan hubungan antar objek tersebut. Model Entiti Relationship merepresentasikan bagaimana isi dari database yang harus dibentuk. Salah satu hal yang penting adalah kardinalitas yang merepresentasikan jumlah suatu entiti ke entiti lain yang diasosiasikan dalam hubungannya. Jenis mapping cardinalities (Korth, 1991), antara lain: 1. One to One Sebuah entiti di A hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entiti di B atau sebaliknya.
64 2. One to Many Sebuah entiti di A diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di B, namun entiti di B hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entiti di A. 3. Many to One Sebuah entiti di A hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entiti di B, sedangkan entiti di B bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di A. 4. Many to Many Sebuah entiti di A bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di B dan sebuah entiti di B juga bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di entiti A.
2.1.11.8 Entiti Relationship Diagram
ERD adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan struktur logikal dari database secara keseluruhan. Berikut ini adalah notasi UML untuk perancangan ERD. Notasi UML
Keterangan Entiti
Entiti dengan atribut primary key
65
Entiti dengan beberapa atribut. Primary key diberi tanda PK; Alternate Key diberi tanda AK; Komponenkomponen atibut komposit ditulis dibawahnya dan diletakkan lebih ke kanan; Atribut yang mengandung beberapa nilai diberi tanda {min..max} dengan selisih antar nilai atribut Relasi yang ditandai dengan nama relasi dan panah penunjuk Binary antara beberapa nilai Binary Relationship
Tabel 2.2 Notasi UML Untuk Perancangan ERD
2.1.12 Data Flow Diagram
Diagram arus data / DFD adalah gambaran suatu sistem yang menggunakan sejumlah simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan. (McLeod, 2001, p316)
66 Dengan memakai DFD, analis sistem dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Ada 3 keuntungan memakai aliran data dalam suatu sistem, yaitu: 1. Terhindar dari usaha untuk mengimplementasikan sistem yang terlalu dini. Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara teknis. 2. Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan sub sistemnya. Analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasan-batasannya. 3. Dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada pengguna. DFD dapat digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk representasi simbol-simbol yang digunakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD (McLeod, 2001, p316) adalah sebagai berikut: 5. Entiti Eksternal a. Digambarkan dengan
b. Entiti yang berada diluar sistem yang memberi data ke sistem atau menerima keluaran dari sistem. c. Tidak termasuk dalam bagian sistem. 6. Proses a. Digambarkan dengan
67 b. Menggambarkan
apa
yang
dilakukan
sistem.
Berfungsi
mentransformasikan satu atau beberapa data input menjadi satu atau beberapa data output sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. c. Penamaan proses menggunakan kata kerja dan kata benda. 7. Aliran Data a. Digambarkan dengan
b. Menggambarkan aliran data dari suatu Entiti ke Entiti lain.. anal panah menggambarkan arah aliran data. 8. Penyimpanan Data (Data Store) a. Digambarkan dengan
b. Merupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke data store. Tingkatan dalam DFD ada 3 yaitu: 1. Diagram Konteks a. Merupakan level tertinggi yang menggambarkan input dan output sistem. b. Terdiri dari satu proses dan tidak mempunyai data store. 2. Diagram Nol a. Memiliki data store. b. Diagram tidak rinci diberikan tanda bintang pada akhir nomor.
68 3. Diagram Rinci a. Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. b. Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh dan maksimal 9.
2.1.13 State Transition Diagram (STD)
STD dgunakan untuk menggambarkan diagram dari kebiasaan sistem dengan beberapa jenis pesan dengan proses yang kompleks dan sinkronisasi kebutuhan. (Yourdan, 1989, p260-261) STD memiliki komponen-komponen yang utama yaitu state dan arrow yang mewakili sebuah perubahan state. Setiap kotak persegi panjang mewakili sebuah state dimana sistem tersebut berada. Sebuah state didefinisikan sebagai suatu atribut-atribut atau keadaan suatu sistem pada suatu saat tertentu.
2.2
Teori-Teori Khusus
2.2.1
Angkutan dan Trayek
Angkutan adalah pemindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Atau dapat trayek dapat diartikan asal dan tujuan perjalanan angkutan umum yang melalui rute tertentu.
69 2.2.1.1 Macam-Macam Angkutan
Angkutan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, antara lain: 1. Angkutan Antarkota Angkutan antarkota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain dengan mempergunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 2. Angkutan Lintas Batas Negara Angkutan lintas batas negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang mewakili lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 3. Angkutan Kota Angkuta kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu wilayah kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 4. Angkutan Pedesaan Angkutan pedesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu wilayah pedesaan dengan mempergunakan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 5. Angkutan Taksi Angkutan taksi adalah angkutan yang merupakan pelayanan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.
70 6. Angkutan Sewa Angkutan sewa adalah angkutan yang menggunakan kendaraan sewa yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpa pengemudi dalam wilayah operasi yang tidak terbatas. 7. Angkutan Pariwisata Angkutan pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujuan wisata.
2.2.1.2 Pengertian Jaringan Trayek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993, jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang.
2.2.1.3 Pengertian Trayek Angkutan Umum
Trayek angkutan umum adalah jalur yang wajib dilewati oleh angkutan umum tersebut, biasanya diawali dan diakhiri oleh pangkalan angkutan umum atau terminal.
2.2.2
Pengertian Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Jakarta bersifat sentralistik atau terpusat. Jalan-jalan besar atau utama di Jakarta selalu diarahkan untuk melewati pusat kota, dimana
71 pusat kota itu sendiri adalah tugu monas yang terdapat di jalan Medan Merdeka Selatan. Jaringan jalan utama di Jakarta membelah kota dari utara ke selatan, barat ke timur. Ini disebabkan karena posisi Jakarta yang diapit oleh beberapa kota satelit seperti Tanggerang, Bekasi, dan Bogor. Di setiap ujung belahan jaringan jalan kota Jakarta selalu dilengkapi dengan jalan bebas hambatan untuk memberikan akses yang mudah ke kota-kota satelit tersebut, jalan bebas hambatan itu antara lain Tol Jakarta-Merak di bagian barat Jakarta, Tol Jakarta-Cikampek di Timur Jakarta dan juga Tol Jagorawi dibagian Selatan kota Jakarta. Selain jaringan jalan yang membelah kota, ada juga jaringan jalan pendukung yang tidak melalui pusat kota yaitu jaringan jalan lingkar luar yang mengelilingi kota Jakarta untuk mendukung penglaju yang tidak memerlukan akses ke pusat kota dan bagi penglaju membutuhkan akses yang cepat melewati kota Jakarta.
(Burgess, Hoyt, dan Mann)
Gambar 2.14 Jaringan Jalan
72 2.2.3
Pengertian Kendaraan Umum
Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan umum dan dipungut bayaran. Kendaraan umum ini dibagi menjadi dua bagian: 1. Mobil Bus Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 2. Angkutan Kota (angkot) Adalah mobil penumpang umum dengan kapasitas berdasarkan ijin sebanyak sembilan tempat duduk tidak termasuk tempat pengemudi.
2.2.4
Pengertian Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah perhitungan lalu lintas yang dilaksanakan selama 14 jam di mana hasil perhitungan dengan volume lalu lintas tertinggi (jam puncak) pada masing-masing titik.
2.3
Terminal dan Bus
2.3.1
Pengertian Terminal
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang
dan
atau
barang
serta
mengatur
kedatangan
dan
pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
73 2.3.2
Jenis-Jenis Bus
Bus memiliki berbagai macam jenis, antara lain: 1. Bus Terpadu Bus terpadu adalah mobil bus yang dapat digandeng dengan alat khusus yang ditempelkan pada sistem kemudi (roda), sehingga dapat berjalan pada jalur khusus dan terpadu pada trayek yang diperuntukkan untuk itu. 2. Bus Besar (Bus Standar) Bus besar adalah bus yang dilengkapi dengan 35 sampai 102 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan barang. 3. Bus Sedang Bus sedang adalah mobil bus yang dilengkapi dengan 24 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan barang. 4. Bus Kecil Bus kecil adalah mobil bus yang dilengkapi dengan 9 sampai 20 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan barang.
74 2.4
Pengertian Overlay
Overlay adalah penggabungan layer-layer yang berbeda data dan proses atau disebut juga sistem tumpang tindih. Dalam konsep SIG, perancangan layer merupakan langkah yang perlu dilakukan agar informasi yang didapatkan benarbenar lengkap dan bermanfaat (ESRI: www.esri.com ).