Bab 2 Landasan Teori
2.1 Teori Komponen Makna Teori komponen makna merupakan sebuah teori semantik yang sesuai dengan namanya yaitu teknik memperoleh makna dari suatu leksem berdasarkan komponen-komponen yang menjadi pembedanya. Teori komponen makna menggunakan komponen-komponen dalam suatu leksem yang berperan sebagai pembeda terhadap leksem lain yang memiliki makna yang berdekatan, sehingga dapat diketahui dimanakah letak kontras antara satu leksem dengan leksem lainnya. Teori komponen makna digali dengan cara melakukan analisis komponen makna. Setiap leksem tentu memiliki komponen yang mencirikannya, dimana setelah komponen makna dijabarkan akan terlihat perbedaannya satu sama lain. Sebagai contoh, dalam bahasa Jepang terdapat kata dan
メス
オス(osu) yang berarti jantan
(mesu) yang berarti betina. Untuk mengetahui komponen makna
pembeda yang menyusun kedua leksem tersebut, dapat dilakukan analisis komponen makna. Berikut contoh penyusunan analisis komponen makna
オス dan
メス menurut Koizumi (1993: 246): イェルムスレウは、オスの意味成分を[+男性],メスの意味成分 を[-男性]というようにプラスとマイナス記号を使って表している。 また、コの意味成分は[+男性]としている。このように語の意味を 構成する基本的単位を意味成分と言う。 Yerumusureu wa, osu no imi seibun o [+ dansei], mesu no imi seibun o [ dansei] to iu yō ni purasu to mainasu kigō o tsukatte arawashite iru. Mata, ko no imi seibun wa [- seijin] to shite iru. Kono you ni go no imi o kouseisuru kihonteki tan’i o imi seibun to iu. Terjemahan bahasa Indonesia:
7
8
Hjelmslev mengungkapkan bahwa terdapat penggunaan tanda plus dan minus seperti pada komponen makna "jantan" adalah [+laki-laki], dan komponen makna "betina" adalah [-laki-laki]. Dalam penjabaran analisis komponen makna, digunakan 2 buah tanda atau simbol yang saling bertolak belakang, yaitu simbol positif (+) dan negatif (-). Keduanya berfungsi untuk mengindikasikan kecenderungan ciri leksem
オス dan
メス dalam setiap komponen yang ada di dalamnya, sehingga dapat terlihat jelas dimana letak perbedaannya. Dalam hal ini komponen[+男性]yang berarti lakilaki pada オス bersifat positif, sementara メス bertanda negatif. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa オス bercirikan laki-laki, sedangkan メス bercirikan perempuan dikarenakan bertanda negatif pada komponen 男性 (laki-laki). Lebih dalam lagi, analisis komponen makna juga dapat digunakan sebagai alat
pembeda untuk beberapa kata sekaligus dimana komponen makna yang disandingkan lebih dari satu. Dengan begitu, dapat terlihat jelas letak perbedaan dari masing-masing leksem meskipun pembedanya hanya terdapat satu buah saja. Masih dalam Koizumi (1993: 247), terdapat 3 leksem yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu man, woman, boy, dan girl, yang dianalisis dengan menaruh 3 komponen pada masing-masing leksem. Berikut kutipannya:
このように語の意味を構成する基本的単位を意味成分という。さて、 イェルムスレウは[±人間]という意味成分を認めた上で英語のヒト に関する単語につき、次のような意味成分の分析を行っている。 Man [+人間][+男性][+成人] Woman [+人間][-男性][+成人] Boy [+人間][+男性][-成人] Girl [+人間][-男性][-成人] このように、語の内容形式を意味成分を分解する操作を成分分析と 呼んでいる。 Ko no yō ni go no imi o kōsei suru kihon-teki tan'i o imi seibun to iu. Sate, Yerumusureu wa [± ningen] to iu imi seibun o mitometa ue de eigo no hito ni kansuru tango ni tsuki,-ji no yōna imi seibun no bunseki o okonatte iru.
9
Man Woman Boy Girl
[+ningen][+dansei][+seijin] [+ningen][-dansei][+seijin] [+ningen][+dansei][-seijin] [+ningen][-dansei][-seijin]
Ko no yō ni,-go no naiyō keishiki o imi seibun o bunkai suru sōsa o seibun bunseki to yonde iru. Terjemahan bahasa Indonesia: Hal ini dinamakan penyusunan komponen makna dari satuan komposisi arti kata. Selanjutnya, Hjelmslev mengatakan bahwa setelah mengetahui komponen makna [±manusia], terdapat kata yang berkaitan dengan bahasa Inggris dari "orang". Berikut analisis komponen maknanya. Man Woman Boy Girl
[+manusia][+laki-laki][+dewasa] [+manusia][-laki-laki][+dewasa] [+manusia][+laki-laki][-dewasa] [+manusia][-laki-laki][-dewasa]
Dalam hal ini, dapat disebut analisis komponen operasional pemilahan format isi kata menjadi komponen makna. Pada kutipan di atas, Koizumi (1993: 247), menggunakan istilah “pemilahan format isi”, dimana yang dimaksudkan adalah penjabaran komponen yang terkandung dalam masing-masing leksem. Dalam hal ini, ketiganya memiliki satu komponen yang seragam, yaitu manusia, yang bertanda positif. Sedangkan untuk 2 komponen lainnya di masing-masing leksem tidak sama kombinasinya. Kesamaan komponen beserta tandanya terjadi paling banyak hanya 2 komponen saja. Untuk man dan boy sama-sama memiliki tanda positif untuk komponen ‘manusia’ dan ‘laki-laki’, tetapi pada komponen ‘dewasa’ keduanya memiliki tanda yang berlawanan, begitu pula pada kasus woman dan girl. Kemudian, man dan woman meskipun sama-sama memiliki tanda positif untuk komponen ‘manusia’ dan ‘dewasa’, tetapi pada komponen ‘laki-laki’ keduanya memiliki tanda yang berlawanan, begitu pula pada kasus boy dan girl.
10
2.2 Teori Aspek Makna Dalam sebuah kata, terdapat kecenderungan makna yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek makna, antara lain: 2.2.1 Makna Emotif Makna emotif dalam Pateda (2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Pateda mengambil contoh “engkau kerbau”. Dalam kata kerbau terdapat makna emotif dimana lawan bicara disamakan dengan baik sifat ataupun fisik dengan seekor kerbau. Tentu makna tersebut membuat pembaca dapat tersinggung atau merasa tidak nyaman akan perkataan tersebut.
2.2.2 Makna Konotatif Makna konotatif memiliki asosiasi perasaan penutur atas apa yang diucapkan atau didengar. Sebagai contoh, kalimat dia seorang bunga desa. Kata bunga dalam kalimat tersebut bukanlah berarti bunga atau tanaman melainkan bermakna idola di desanya karena faktor kecantikannya. Makna konotatif tidak mengacu pada makna asli atau referen dari kata yang terdapat dalam kamus.
2.2.3 Makna Kognitif Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya (Mansoer Pateda, 2001:109). Misalnya kata pohon yang berarti tumbuhan yang
11
memiliki batang dan daun dengan ukuran yang besar. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan acuan atau maksud pikiran yang dekat dengannya.
2.2.4 Makna Referensial Dalam Pateda (2001: 125) dijelaskan bahwa makna referensial adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen merupakan sesuatu yang menjadi acuannya. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
2.2.5 Makna Piktorikal Makna piktorikal dalam Pateda (2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal berhubungan dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman makna kata yang diucapkan atau ditulis. Misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang bau, kotoran, dan rasa jijik
2.3 Teori Morfem Morfem adalah kesatuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya (Yasin 1987 : 30). Artinya, morfem tidak dapat diperkecil lagi karena bentuknya sudah dalam tingkat terkecil. Koizumi
12
(1993:90) juga mengungkapkan pengertian dari morfem adalah satuan bahasa terkecil yang masih mempunyai makna. Selain itu Koizumi (1993:93) yang membagi morfem dalam bahasa Jepang menjadi 2 jenis berdasarkan bentuknya, antara lain: 1. Bentuk bebas (
自由形): morfem yang dilafalkan secara tunggal (berdiri
sendiri). 2. Bentuk terikat (
結合形): morfem yang biasanya digunakan dengan cara
mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara tunggal (berdiri sendiri). Adapun contoh penggabungan morfem berdasarkan bentuknya:
道
a) morfem bebas : michi ( ) = jalan
赤い) = merah aka-i [アカ.イ] morfem terikat + morfem terikat: yonde (読んで) = membaca yon-de [ヨン.デ] morfem bebas + morfem bebas: kuroneko (黒猫) = kucing hitam kuroneko [クロ.ネコ] yang merupakan kata majemuk atau fukugo (複合)
b) morfem bebas + morfem terikat: akai ( c)
d)
Selain morfem terdapat alomorf, yaitu varian morfem atau variasi bentuk. Variasi bentuk itu terjadi karena terjadinya proses fonologis (perubahan bunyi)
大風) yang pada kanji kaze (風) dibaca dalam alomorf /kaze/, sedangkan pada kata kazakami (風上) kanji kaze (風) dibaca dalam alomorf /kaza/. Ucapan adalah kesinambungan dari (Yasin, 1987: 30). Dalam bahasa Jepang, terdapat kata: ookaze (
suara yang mengalir keluar dari dan setelah mulut terbuka sampai tertutup lagi. Akan tetapi pada kazakami, harus ada morfem lain sebelum kata kaze, dan itu
風上).
dimunculkan dalam bentuk morfem terikat pada kata kazakami (
2.4 Teori Pembentukan Kata Teori pembentukkan kata berbicara mengenai pembentukan suatu kata berdasarkan proses yang terjadinya. Sebuah kata yang dapat dibentuk menjadi kata baru dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Tsujimura (2000: 148-154), dalam bahasa Jepang terdapat 5 cara dalam proses pembentukan kata, yaitu: afiksasi, penggabungan (compounding), reduplikasi, pemenggalan (clipping), dan peminjaman (borrowing).
13
2.4.1 Afiksasi Afiksasi adalah proses pembentukan atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas (Kridalaksana, 2008: 3). Afiksasi dalam bahasa Indonesia dapat dipahami dengan istilah imbuhan, dimana yang dikategorikan sebagai imbuhan terdapat awalan (afiks) dan akhiran (sufiks). Sebagai contoh,
手 untuk digunakan pada kata berikut: a. 書き手 berasal dari 書きます yang berarti “penulis” b. 踊り手 berasal dari 踊ります yang berarti “penari” c. 話し手 berasal dari 話します yang berarti “pembicara” d. 売り手 berasal dari 売ります yang berarti “penjual” Berdasarkan contoh di atas, penambahan sufiks 手 dapat dipahami bahwa terkandung makna “pelaku” atas kata kerja bentuk –masu yang sebelumnya Tsujimura mengambil sufiks
dituliskan.
2.4.2 Penggabungan (compounding) Pada pembentukan melalui compounding, terjadi penggabungan 2 buah morfem bebas. Penggabungan kata dalam bahasa Jepang dapat dilakukan melalui penggabungan kosakata Jepang asli, kosakata sino-jepang, atau campuran dari kata yang lain. Berikut merupakan contoh yang dipaparkan menurut Tsujimura: 2.4.2.1 Penggabungan Asli a. kata benda-kata benda
あきぞら(秋空): langit musim gugur
b. kata kerja-kata benda
のみみず(飲み水): minum air
2.4.2.2 Penggabungan Sino-Jepang a. b.
きそく(規則): peraturan けんきゅう(研究): penelitian
2.4.2.3 Penggabungan campuran
ガラスまど(ガラス窓):jendela kaca kata luar-kata luar: テーブルマナ: table manner
a. kata luar-kata asli: b.
14
2.4.3 Reduplikasi Reduplikasi adalah proses pengulangan kata yang membentuk kosa kata baru. Dalam bahasa Jepang, salah satu hasil dari reduplikasi adalah tiruan bunyi yang disebut onomatope. Onomatope adalah kata keterangan yang menerangkan keadaan, bunyi suatu benda, atau bunyi aktifitas pada situasi yang sedang berlangsung, yang terbagi menjadi dua giongo dan gitaigo (Fukuda, 2003:20). Contoh:
ぽたぽた (tetesan air), ざわざわ (suara berisik).
2.4.4 Pemenggalan (Clipping) Pembentukan kata dapat dilakukan dengan cara memenggal atau melesapkan bagian tertentu dari suatu kata sehingga kata tersebut menjadi lebih pendek. Contoh:
スーパー(スーパーマーケット): supermarket b. がくわり(がくせいわりびき): potongan harga siswa c. パソコン(パーソナルコンピュータ): personal computer a.
2.4.5 Peminjaman Sesuai namanya yaitu pembentukan kata berdasarkan kata pinjaman dari bahasa asing atau di luar bahasa Jepang. Contoh (1):
テーブル (table: bahasa Inggris). Contoh (2):
パニック(panic)+る =パニックる ナウ (now)+い = ナウい シック (chic) +な = シックな Pada contoh (1) kata テーブル merupakan kata pinjaman dari bahasa Inggris yaitu table. Kemudian pada contoh (2) terdapat proses yang dinamakan verbal
inflectional
paradigm
oleh
Tsujimura
(2000:
154),
yang
{ る}pada sebuah kata
mengungkapkan bahwa terdapat penambahan sufiks ~
15
benda dari bahasa asing yang menjadikannya sebuah kata kerja. Serta penambahan sufiks
{~い}sehingga menjadikannya kata sifat.
2.5 Teori Abreviasi Aronoff dan Fudeman menambahkan dalam bukunya yang berjudul what is morphology tentang definisi dari akronim. Abreviasi berupa akronim yaitu penyingkatan berdasarkan inisial pengucapan (Aronoff, dan Fudeman, 2001: 120). Berikut merupakan contoh akronim dalam penggunaan konkret sehari-hari: a. scuba = self-contained underwater breathing apparatus c. radar = radio detecting and ranging d. NATO = North Atlantic Treaty Organization e. AIDS = Acquired Immune-Deficiency Syndrome f. FBI = Federal Bureau of Investigation Kridalaksana (2009: 162-178) menambahkan bahwa terdapat yang dinamakan kontraksi, yaitu proses meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana
menyamakan
istilah
kontraksi
dengan
pemenggalan
yang
dikemukakan oleh Tsujimura. Dalam proses kontraksi, terjadi pengambilan sebagian huruf dari satu kata atau gabungan lebih dari satu kata. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa contoh proses abreviasi kontraksi: a. Satu leksem: kombini
ア)
(コンビニ)→ kombiniensu sutoa (コンビニエンススト
(スーパー)→ suupaamaaketto (スーパーマーケット) terebi(テレビ)→ terebijon (テレビジョン) baito(バイト)→ arubaito (アルバイト) puro(プロ)→ purofesshonaru (プロフェショナル) suupaa
b. Gabungan dua leksem:
(エアコン)→ ea-kondishonaa(エアコンディショナー) pasokon (パソコン) → paasonaru konpyuuta(パーソナルコンピュ ータ) eakon
16
(ゲーセン)→ geemu-sentaa(ゲームセンター) rajikase(ラジカセ)→ rajio-kasetto(ラジオカセット) kosupure (コスプレ)→ kosuchuumu-puree (コスチュームプレ ー) todai(東大)→ toukyou-daigaku(東京大学) geesen