BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Teori Umum 2.1.1
Definisi Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis yang artinya bersama. Komunikator berusaha untuk mencari kebersamaan dengan si penerima pesan. Menurut Ivancevich, et. al., (2007) yang dikutip oleh Sunyoto dan Burhanudin dalam bukunya yang berjudul Perilaku Organisasional (2011, h70) “Komunikasi dapat didefenisikan sebagai transisi informasi dan pemahaman melalui penggunaan simbolsimbol bersama dari satu orang atau kelompok pihak lain, simbol-simbol tersebut dapat verbal maupun non verbal”. Menurut Djoko Purwanto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Bisnis (2006, h35), “Komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik”. Menurut Greenberg dan Baron (2003) dalam Sunyoto dan Burhanudin (2011. h70), “Komunikasi adalah proses di mana individu, kelompok/group atau organisasi mengirimkan berbagai bentuk informasi atau pesan kepada orang lain, kelompok atau organisasi”. Berdasarkan definisi ini maka baik individu, kelompok atau organisasi dapat bertindak sebagai pengirim/sender maupun sebagai penerima/receiver.
8
9 Menurut Shannon dan Weaver (1949) dalam Cangara (2008, h20), “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh memengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi”. Menurut Bove dan Thill (2007, h4), “Komunikasi adalah proses mengkirimkan
dan
menerima
pesan-pesan”.
Kemudian
menurut
kelompok sarjana komunikasi yang memfokuskan diri pada studi komunikasi antarmanusia yang dikutip oleh Dewi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Bisnis (2007, h7) menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu pertukaran, proses simbolik yang menghendaki orang-orang agar mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk mengkuatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lainnya untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, tingkah laku baik secara lisan (langsung) maupun tidak langsung (melalui media).
10 2.1.2
Proses Komunikasi Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi bila didukung unsurunsur komunikasi, dan komunikasi memerlukan proses. Pembahasan mengenai proses komunikasi akan dijelaskan melalui beberapa model komunikasi. Aristoteles dalam bukunya Rhetorica (Cangara, 2004, h3) berpendapat bahwa setiap komunikasi terdiri atas 3 (tiga) unsur penting, yaitu: 1. Pembicara, yakni sumber komunikasi atau orang yang menyampaikan pesan 2. Apa yang dibicarakan 3. Penerima, yaitu orang yang menerima pesan.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Aristoteles Sumber : Cangana yang dikutip oleh Dewi dalam bukunya Komunikasi Bisnis (2007, h4) Secara umum proses komunikasi melibatkan unsur-unsur, yaitu komunikator, pesan, media, penerima pesan, dan umpan balik. Proses komunikasi dapat dilihat pada gambar berikut.
11
Komunikator
Pesan
Penerima Pesan
Media
Umpan Balik
Gambar 2. 2 Model Komunikasi Ivancevich, et. al., (2007) Sumber : Ivancevich yang dikutip oleh Sunyoto dan Burhanudin dalam bukunya Perilaku Organisasional (2011, h70) Model proses komunikasi tersebut melibatkan lima unsur yaitu komunikator/sender
yaitu
orang
yang
ingin
menyampaikan
pesan/message, pesan yang akan disampaikan, media/medium penyampai pesan, penerima pesan/receiver, dan umpan balik/feedback. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen-elemen komunikasi. Kemudian menurut Bovee dan Thill yang dikutip oleh Dewi (2007,
h6)
dalam
bukunya
yang
berjudul
komunikasi
mengambarkan proses komunikasi sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Model Komunikasi Bovee dan Thill
bisnis
12 Sumber : Haryani 2001 yang dikutip oleh Dewi dalam bukunya Komunikasi Bisnis (2007, h6) Proses Komunikasi tersebut terdiri dari 5 (lima) tahap kegiatan, yakni: 1. Pengirim memiliki ide/gagasan Komunikasi diawali dengan adanya ide/gagasan dalam pikiran seseorang (pengirim) dan kemudian ingin menyampaikannya kepada orang lain (penerima). 2. Ide diubah menjadi pesan Ide/gagasan yang ada dalam pikiran pengirim tidak mudah dimengerti oleh orang lain. Agar dapat dimengerti atau diterima dengan baik, ide/gagasan yang ada dalam pikiran diubah menjadi pesan. 3. Pemindahan pesan Setelah ide/gagasan diubah menjadi pesan, tahap selanjutnya adalah memindahkan pesan kepada penerima melalui berbagai bentuk komunikasi (verbal, nonverbal, lisa, atau tertulis). 4. Penerima menerima pesan Penerima mengartikan atau menginterpretasikan pesan yang diterima. 5. Penerima pesan bereaksi dan mengirimkan umpan balik Sebagai tanggapan atas pesan yang diterima, penerima akan memberikan sinyal (misalnya mengangguk, tersenyum, atau
13 secara tertulis). Umpan balik adalah tanggapan dari penerima pesan dan merupakan elemen kunci dalam rantai komunikasi.
Proses komunikasi dimulai dari sumber yang menciptakan pesan, komunikasi dimulai dari sumber yang menciptakan pesan, kemudian ditransmit melalui saluran kawat atau gelombang udara. Pesan ditangkap oleh pesawat penerima yang merekonstruksi kembali sinyal itu sampai kepada tujuannya (destination). Tujuan di sini adalah penerima yang menjadi sasaran pesan. Dalam proses komunikasi yang digambarkan Shannon dan Weaver, salah satu unsur yang cukup penting ialah gangguan (noise). Gangguan-gangguan di sini menunjukkan adanya rintangan yang terjadi pada saluran, sehingga menghasilkan pesan yang berbeda seperti yang ditransmit oleh sumber. Jadi dengan adanya noise membuat isi pesan yang dikirimkan oleh sumber menjadi isi pesan tersebut
tidak
sempurna.
Gangguan-gangguan
seperti
ini
dapat
menyebabkan kegagalan komunikasi. INFORMATION SOURCE
TRANSMITTER
MESSAGE
RECEIVER
SIGNAL
RECEIVED SIGNAL
DESTINATION
MESSAGE
NOISE SOURCE
Gambar 2. 4 Proses Komunikasi Menurut Shannon dan Weaver (1949) dalam Cangara (2008, h44)
14 2.1.3
Definisi Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2003, h244) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, “Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya. Sedangkan prestasi kerjannya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya”. Sumber daya manusia menurut Gomes (2000, h1) yang dikutip oleh Darudianto dalam jurnalnya (2008) adalah “Salah satu sumber daya yang ada dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas”. Menurut Samsudin (2006, h20) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, “Sumber daya manusia adalah orangorang yang merancang dan menghasikan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah salah satu sumber daya yang ada di dalam organisasi, mereka melakukan berbagai aktivitas-aktivitas guna untuk mencapai tujuan organisasi.
15 2.2
Teori Khusus 2.2.1
Definisi Komunikasi Organisasi Berdasarkan pendapat Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Masmuh dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek (2010, h5) mengatakan bahwa “Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks”. Menurut Wursanto dalam bukunya yang bernama Dasar-Dasar Ilmu Organisasi (2003, h157) “Komunikasi organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal-balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Menurut Wiryanto (2004, h54) yang dikutip oleh dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi. “Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual”. Menurut Goldhaber (1986) yang dikutip oleh Ramli (2011, h13), “Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”.
16 Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan berbagai pesan di dalam organisasi, baik di dalam kelompok formal maupun informal.
2.2.2
Penggolongan Komunikasi dalam Organisasi Menurut pendapat Masmuh (2010, h8-22) ada lima penggolongan komunikasi dalam organisasi yang biasa dipakai, yaitu: 1. Komunikasi Lisan dan Tertulis Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak orang menyukai komunikasi lisan karena situasi keakraban yang ditimbulkannya, sedangkan orang lain berpendapat bahwa kecermatan dan ketepatan biasanya lebih berhasil dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis, biasanya pada kesempatan atau saat yang berbeda dengan maksud untuk meningkatkan
kemungkinan
pemahaman
atas
pesan-pesan
yang
dikirimkan. Pada umumnya pesan-pesan lisan lebih mudah dan cepat dikirimkan, dan biasanya lebih murah dibandingkan pesan-pesan yang disampaikan secara tertulis. 2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Menurut Masmuh (2010, h9) jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan-gagasan dan ide-ide yang timbul akan dikomunikasikan. Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan secara lisan melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti dari kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi
17 rendahnya nada suara, perubahan nada suara, keras tidaknya suara, dan kapan komunikator berbicara. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal nonverbal dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi nonverbal lain yang sama pentingnya dengan katakata yang diucapkan. 3. Komunikasi ke Bawah, ke Atas, dan ke Samping Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping (lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi di dalam suatu organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka berikut ini akan diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut sebagai berikut (Masmuh, 2010, h10-14); a. Komunikasi ke Bawah Aliran informasi dalam komunikasi ke bawah mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah , manajemen yang lebih rendah, dan akhirnnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi ke bawah pada umumnya sangat cocok digunakan jika manajemen
hanya
ingin
menyampaikan
informasi
faktual
dan
nonkontroversial (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya
semata-mata
memberikan
informasi,
bukan
membujuk
(persuasive). Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Pertemuan tatap muka
18 langsung, pembicaraan lewat telephone, memo dan instruksi tertulis merupakan media atau saluran yang banyak digunakan dalam komunikasi ke bawah. b. Komunikasi ke Atas Aliran komunikasi ke atas dari hirarki wewenang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi biasanya mengalir di sepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saran-saran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. c. Komunikasi ke Samping Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal). Media komunikasi yang banyak digunakan dalam komunikasi ke samping ini adalah pertemuan tatap muka langsung (panitia dan konferensi), pembicaraan lewat telepon, memo tertulis, perintah kerja dalam bentuk surat tugas, dan formulir permohonan (requisation form).
19 4. Komunikasi Formal dan Informal Komunikasi dalam organisasi juga dapat digolongkan menjadi komunikasi formal dan komunikasi informal Masmuh (2010, h15-19) a. Komunikasi Formal Komunikasi formal terjadi di antara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Komunikasi formal juga menetapkan saluran dimana komunikasi ke atas berlangsung,
misalnya
bawahan
dapat
didorong
untuk
menyatakan ide-ide, sikap, dan perasaan mereka sendiri, pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan masalahmasalah sejenis yang melibatkan mereka. Menurut Miftah Thoha yang dikutip Masmuh (2010, h16) Proses komunikasi struktur formal pada hakekatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi sebagai berikut : •
Dimensi vertikal, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas.
•
Dimensi horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi
yang
dilakukan
antara
berbagai
pejabat
yang
mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunikasi ini untuk melakukan koordinasi. Komunikasi yang berdimensi horizontal ini sebagian dapat dilakukan dengan tertu lis dan sebagian lain dilakukan secara lisan.
20 •
Dimensi luar organisasi, dimensi komunikasi ini timbul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Karena itu organisasi membutuhkan berbicara atau berkomunikasi
dengan
pihak
luar
yang
berada
dalam
lingkungannya tersebut. b. Komunikasi Informal Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal dilakukan melalui tatap muka langsung dan pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal terjadi sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk bergaul (sosialisasi) dan keinginan untuk menyampaikan informasi yang dipunyainya dan dianggap tidak dipunyai oleh rekan sekerjanya. Dengan mempelajari komunikasi informal dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian
dalam
organisasi
formal
guna
mendukung komunikasi dan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi utama dari komunikasi informal adalah memelihara hubungan sosial
seperti
persahabatan
dan
kelompok
informal
dan
penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gosip, dan desasdesus. Di samping itu, komunikasi informal dapat bersifat hubungan penugasan atau kedinasan (task related).
21 2.2.3
Saluran dan Media Komunikasi dalam Organisasi Menurut Dewi (2007, h23-24) jika ditinjau dari sudut formalitas, saluran komunikasi dalam organisasi terdiri atas : •
Saluran Komunikasi Formal
Saluran formal merupakan saluran komunikasi resmi yang mengikuti rantai komando dalam struktur organisasi. Saluran itu pada umumnya bisa diketahui dari struktur organisasi suatu peusahaan. •
Saluran Komunikasi Informal
Bagan informasi menunjukkan bagaimana seharusnya informasi mengalir dalam organisasi atau perusahaan. Namun pada kenyataanya, sebagian besar organisasi juga memiliki saluran komunikasi informal di samping komunikasi
formal.
Komunikasi
informal
mengabaikan
hierarki
organisasi. Komunikasi informal itu sering disebut desas-desus, atau rumor. Kemudian menurut Masmuh (2010, h23-35) saluran dan media komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : a. Saluran dan Media Komunikasi Tertulis Berdasarkan arah aliran informasinya, saluran dan media komunikasi tertulis dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: saluran dan media komunikasi ke bawah tertulis, ke atas tertulis dan ke samping tertulis. •
Saluran dan media komunikasi ke bawah tertulis, seperti deskripsi jabatan dan pedoman prosedur kerja, buku
22 pedoman (handbook), majalah dan buletin perusahaan, memo, dan instruksi tertulis, papan pengumuman, dan poster, laporan tahunan yang dipublikasikan, surat yang dimasukkan dalam amplop gaji atau upah dan surat yang dikirimkan langsung ke rumah karyawan. •
Saluran dan media komunikasi ke atas tertulis, seperti kotak
saran,
program
saran
(suggestion
program),
grievance procedure, survei semangat kerja dan sikap karyawan, dan mekanisme penyusunan anggaran. •
Saluran dan media komunikasi ke samping tertulis, mekanisme penyusunan anggaran di atas dapat juga digunakan sebagai saluran dan media komunikasi ke samping tertulis. Sedangkan media komunikasi lain adalah memo antar departemen.
b. Saluran dan Media Komunikasi Lisan Banyak organisasi modern telah memanfaatkan pemakaian komunikasi lisan atau tatap muka langsung secara luas seperti halnya komunikasi tertulis di depan. Saluran dan media komunikasi lisan digolongkan sebagai berikut :
23 •
Saluran dan media komunikasi ke bawah lisan, seperti pembicaraan lewat telepon, komunikasi tatap muka antara bawahan dan atasan, dan tugas kepanitiaan.
•
Saluran dan media komunikasi ke atas lisan, seperti wawancara pemutusan hubungan kerja, dan kebijaksanaan pintu terbuka.
•
Saluran dan media komunikasi ke samping lisan, seperti pembicaraan lewat telepon, panitia dan konferensi di samping merupakan saluran dan media komunikasi ke bawah dan ke atas lisan tetapi juga dapat berfungsi sebagai saluran dan media komunikasi ke samping lisan.
2.2.4
Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Menurut Dewi (2007, h17) hambatan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : •
Kelebihan beban informasi dan pesan yang bersaing Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tajam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respon yang tidak akurat.
24 •
Penyaringan yang tidak tepat Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain di dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.
•
Iklim komunikasi tertutup atau tidak memadai Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya manajemen. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertical atau horizontal dalam sebuah organisasi. Menurut Cangara yang dikutip Dewi dalam bukunya Komunikasi
Bisnis (2007, h17-18) hambatan komunikasi pada dasarnya terdiri atas tujuh macam gangguan dan rintangan yaitu: •
Gangguan teknis, misalnya gangguan pada stasiun radio, jaringan telepon, kerusakan pada alat komunikasi dan lain-lain.
•
Gangguan semantik merupakan gangguan yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Misalnya, kata-kata yang terlalu banyak memakai jargon asing, penggunaan bahasa yang berbeda, dan penggunaan struktur bahasa yang tidak sebagaimana mestinya.
25 •
Gangguan psikologis merupakan rintangan yang terjadi karena adanya persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga, situasi berduka, atau gangguan kejiwaan
•
Rintangan fisik atau organik merupakan rintangan karena letak geografis. Misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai alat transportasi dan komunikasi.
•
Rintangan status merupakan rintangan yang terjadi karena perbedaan status sosial dan senioritas. Misalnya antara raja dengan rakyat, antara atasan dan bawahan atau antara dosen dengan mahasiswa.
•
Rintangan kerangka pikir merupakan rintangan yang terjadi karena adanya perbedaan pola pikir. Perbedaan pola pikir bisa disebabkan karena pengalaman dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
•
Rintangan budaya merupakan rintangan yang disebabkan oleh perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut.
2.2.5
Cara Mengatasi Hambatan dan Memperbaiki Komunikasi Menurut Bovee dan Thill yang dikutip oleh Dewi (2007, h18-19) cara mengatasi hambatan dan memperbaiki komunikasi agar menjadi efektifitas adalah :
26 •
Memelihara iklim komunikasi terbuka Iklim komunikasi merupakan campuran dari nilai, tradisi, dan kebiasaan. Komunikasi terbuka akan mendorong keterusterangan dan kejujuran serta mempermudah umpan balik.
•
Bertekad memegang teguh etika berkomunikasi Etika merupakan prinsip-prinsip yang mengatur seseorang untuk bersikap atau membawa diri. Orang yang tidak etis biasanya egois dan tidak peduli salah atau benar, serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
•
Memahami kesulitan komunikasi antarbudaya Maju berkembangnya teknologi dan informasi telah menyebabkan terjadinya interaksi antarbudaya, baik dalam lingkup regional, nasional,
maupun
internasional.
Memahami
latar
belakang,
pengetahuan, kepribadian, dan persepsi antarbudaya akan membantu mengatasi hambatan komunikasi yang terjadi karena perbedaan budaya. •
Menggunakan pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada penerima Menggunakan pendekatan yang bepusat pada penerima berarti tetap mengingat penerima ketika sedang berkomunikasi
•
Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk memperoleh dan membagi informasi
27 •
Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
2.2.6
Memahami penerima pesan
Menyesuaikan pesan dan menghubungkan gagasan
Mengembangkan dan menghubungkan gagasan
Mengurangi jumlah pesan
Memilih saluran atau media yang tepat
Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Hasibuan dalam Sujak (1990) dan Sutiadi (2003:6) yang dikutip oleh Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno dalam jurnalnya (2008) mengemukakan bahwa ”Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
28 Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau apa yang tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa besar mereka memberikan kontribusi bagi perusahaan. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan (Mathis dan Jackson, 2006, h113). Menurut Simanjuntak (2005) yang dikutip oleh Mulyana (2009, h86) ”Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau pelaksaan tugas tertentu dalam rangka mewujudkan sasaran dan tujuan perusahaan”. Di sebagian perusahaan, kinerja karyawan individual merupakan faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan. Secara sederhana kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang karyawan selama kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk dapat memiliki kinerja yang baik. Seorang karyawan dalam pekerjaan harus memiliki ketrampilan dan keahlian sesuai dengan bidang pekerjaan yang dia miliki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah perilaku yang ditunjukkan sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
29 2.2.7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2005, h113) tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, yaitu: a. Kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut b. Tingkat usaha yang dicurahkan c. Dukungan organisasi. Menurut Mitchell (1978) yang dikutip oleh Mulyana dalam bukunya yang berjudul Sistem Manajemen Komunikasi (2009, h87) menjelaskan kinerja kerja seseorang meliputi beberapa aspek, yaitu: •
Quality of work (kualitas pekerjaan), yaitu ukuran yang mengatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi, dan harapan yang dihasilkan dari suatu pekerjaan.
•
Promptness
(kecepatan/ketepatan),
menunjukkan
waktu
yang
diperlukan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. •
Initiative (inisiatif), menunjukkan apresiasi seseorang terhadap pekerjaannya
dengan
berusaha
mencari,
menemukan,
dan
mengembangkan metode-metode yang efektif untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hasil yang gemilang. •
Capability (kemampuan), potensi yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan efisien dan efektif.
•
Communication
(komunikasi),
kemampuan
seseorang
dalam
berinteraksi dengan sesama rekan sekerja maupun lingkungannya yang berguna untuk mendukung aktivitas pekerjaannya.
30 2.3
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 5 Kerangka Pemikiran Sumber : Kompilasi dari hasil pemikiran penulis
31 Berdasarkan gambaran kerangka pikir yang dibuat oleh penulis, dijelaskan bahwa komunikasi dalam organisasi dapat memberi dampak pada kinerja IT Directorate BINA NUSANTARA. Dengan adanya komunikasi yang baik, kinerja karyawan bisa menjadi baik dan sebaliknya, jika komunikasi tidak berjalan dengan lancar maka akan menghambat kinerja karyawan karena terjadi kesalahan komunikasi. Bahwa dari permasalahan yang ada yakni adanya miss-communication antar karyawan, dengan adanya miss-communication ini menimbulkan sikap acuh dan sikap ketidakpedulian yang mengakibatkan kinerja IT Directorate BINA NUSANTARA tidak dapat berjalan dengan optimal. Dan juga terdapat beberapa karyawan yang sikap individualis dimana mereka masih belum bisa berkomunikasi dengan baik dan cenderung tertutup. Maka dari itu dibutuhkan strategi-strategi yang dilakukan oleh Community Development Coordinator dan dibantu oleh kepala departemen masing-masing selaku pihak yang mempunyai wewenang dan merasakan efek komunikasi internal serta mengetahui secara kompleks masalah yang ada. Untuk kegiatan komunikasi internal, penulis memilih untuk menganalisis komunikasi kebawah, ke atas, dan ke samping yakni proses komunikasi antara atasan dan bawahan baik dalam masing-masing departemen maupun antar departemen dalam kegiatan lintas komunikasi. Keberhasilan dari strategi yang digunakan akan memberikan feedback yang baik maupun buruk, karena feedback dari karyawan akan mempengaruhi strategi yang dilakukan selanjutnya. Berdasarkan teori-teori yang ada maka dapat dirumuskan suatu model kerangka pemikiran yang akan digunakan pada penelitian ini.
32 Dari strategi yang dijalankan tersebut difokuskan untuk mencapai tujuan yakni guna meningkatkan kinerja IT Directorate BINA NUSANTARA. Dalam proses analisis ini, penulis mengamati proses yang dijalankan secara rutin tersebut dan selain mengamati proses dari data-data primer dan sekunder yang ada akan di analisis dan ditarik kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan dari strategi yang dijalankan. Jika strategi yang dijalankan tersebut dianggap kurang optimal dalam meningkatkan kinerja IT Directorate BINA NUSANTARA berdasarkan dukungan data-data primer dan sekunder yang disajikan maka strategi tersebut perlu dikaji ulang untuk menentukan pembaruan maupun penggantian strategi melalui inovasi yang baru.
33