BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Ekonomi Pengertian ilmu ekonomi adalah bidang yang mempelajari tentang perilaku
seseorang dan masyarakat tentang bagaimana memilih untuk menggunakan sumbersumber terbatas dengan atau tanpa uang menggunakan alternatif terbaik untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan manusia yang umumnya tidak terbatas. Barang dan jasa yang dihasilkan lalu disalurkan untuk kebutuhan konsumsi di masa kini dan masa yang akan dating kepada berbagai individu atau sekelompok masyarakat (Smith dalam Sumanjaya, 2010 : 4 ) Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan (Sumanjaya, 2010 : 5 ). Ekonomi makro bertujuan untuk menganalisa peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. 2.2
Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh setiap
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara individu, antara antara individu dengan pemerintah suatu negara atau antara pemerintah suatu negara lain dengan pemerintah negara lain (Sukamto,2006:118) Bila dibandingkan dengan domestic, perdagangan internasional sangatlah rumit/kompleks. (Amir) kerumitan itu disebabkan oleh hal-hal berikut:
15
16 a. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas negara. b. Barang harus dikirim dan diangkut dari satu negara ke negara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean yang bersumber dari pembatas yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah. c. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, hokum, dan sebagainya. Berdasarkan teori perdagangan internasional, motivasi utama melakukan perdagangan adalah memperoleh keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan yang terjadi antar negara menunjukkan bahwa negara-negara tersebut telah memiliki sistem perekonomian yang terbuka. Perdagangan ini terjadi akibat adanya usaha untuk memaksimumkan kesejahteraan negara dan diharapkan dampak kesejahteraan tersebut akan diterima oleh negara pengekspor dan pengimpor. Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 2000). Perdagangan dan pertukaran secara ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela. Perdagangan akan terjadi bila diantara pihak yang melakukan perdagangan mendapatkan manfaat atau keuntungan. Demikian pula halnya dengan perdagangan internasional. Dalam arti sempit, perdagangan internasional merupakan suatu gugusan masalah yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Apabila perdagangan internasional tidak ada maka masing-masing negara harus mengkonsumsi hasil produksinya sendiri (Salvatore, 1997). Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain adalah (Salvatore, 1997) : •
Suatu negara mampu memperoleh komoditas yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri sehingga negara tersebut mampu untuk memenuhi
17 kebutuhan terhadap barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi secara lokal karena adanya keterbatasan kemampuan produksi. •
Negara yang bersangkutan dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi, yaitu dapat mengekspor komoditas yang diproduksi lebih murah untuk ditukar dengan komoditas yang dihasilkan negara lain jika diproduksi sendiri biayanya akan mahal.
•
Dengan adanya perluasan pasar produk suatu negara, pertambahan dalam pendapatan nasional nantinya dapat meningkatkan output dan laju pertumbuhan ekonomi, mampu memberikan peluang kesempatan kerja dan peningkatan upah bagi warga dunia, menghasilkan devisa, dan memperoleh kemajuan teknologi yang tidak tersedia di dalam negeri.
2.3
Gambaran Tentang Komoditi Cengkeh 2.3.1 Sejarah dan Penyebaran Tanaman Cengkeh Daerah asal tanaman cengkeh sempat mengundang perdebatan dalam ruang lingkup internasional. Wiesner mengatakan cengkeh berasal dari Pulau Makian di Maluku Utara, sedangkan Toxopeus berpendapat, selain dari Maluku cengkeh juga berasal dari Irian (Hadiwijaya, 1986). Nicola Ponti dari Venesia mengungkapkan bahwa daerah asal cengkeh adalah Banda. Di daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengkeh terbesar di dunia (Bintoro, 1986). Penyebaran tanaman cengkeh keluar Pulau Maluku dimulai sejak tahun 1769. Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan oleh seorang kapten dari Perancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan baru dimulai pada tahun 1870. Sampai saat ini tanaman cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka (Hadiwijaya, 1986).
18 2.3.2 Budidaya Tanaman Cengkeh Di Indonesia, budidaya tanaman cengkeh cocok pada ketinggian 0-900 m dpl (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketinggian lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Untuk pertumbuhannya, curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan kelembaban udara antara 60 persen sampai 80 persen. Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur tidak berbatu, berdrainase baik, dan kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8m (Hadiwijaya, 1986).
2.4 Kurs (Nilai Tukar) Nilai Tukar (kurs) mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001). Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung
19 melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
2.4.1
Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993): 1.
Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi
pasar dan
intervensi bank sentral. 2.
Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3.
Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek.
2.4.2
Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
20 Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang
dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu: a.
Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank sentral/otoritas moneter.
b.
Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu.
2. Sistem kurs tertahmbat (pegged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. 3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs) Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). 4. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut.
21 2.4.3
Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Menurut Ana Ocktaviana (2007:21), sejak tahun 1970, negara Indonesia
telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu: 1.
Sistem kurs tetap (1970 - 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar kurs resmi Rp. 250/dolar Amerika sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
2.
Sistem mengambang terkendali (1978 - Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada system sekeranjang mata uang (basket of currencies). Dengan sistem ini,
bank Indonesia
menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. 3.
Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 - sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US dolar semakin melemah.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
dan
dalam
rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997.
2.5
Produksi Heizer and Render (2006:7), menyatakan bahwa produksi adalah proses penciptaan
barang dan jasa. Salah satu indikator pengukuran produksi adalah pengukuran produktifitas yang mengukur kemampuan produksi dari suatu produksi. Heizer dan Render bahwa produktifitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi dengan input (sumber daya, seperti tenaga kerja dan modal).
22 Menurut Assauri (2008:105), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Dalam industri modern saat ini (yang berada dalam persaingan global yang amat kompetitif),
aktivitas
bukan
hanya
sekedar
dipandang
sebagai
kegiatan
mentransformasikan input menjadi output, tetapi dipandang sebagai penciptaan nilai tambah, dimana setiap aktivitas dalam proses produksi harus memberikan nilai tambah. Pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar setiap aktivitas produksi dapat menghindari pemborosan. Menurut Gaspersz (1997:167), pemahaman terhadap konsep nilai tambah dan pemborosan adalah sangat penting dalam proses produksi, agar efisiensi yang merupakan tujuan utama dari setiap aktivitas berproduksi dapat tercapai dan dipahami secara rasional oleh pihak manajemen perusahaan. Dengan demikian, produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam perusahaan industri berupa penciptaan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dari input menjadi output secara efektif dan efisien.
2.5.1
Penawaran Penawaran merujuk pada jumlah suatu barang atau jasa yang rela dan
mampu dijual oleh pada pedagang dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan sekelompok
kondisi
dan
faktor
tertentu.
Kondisi
dan
faktor
yang
mempengaruhi tersebut diantaranya (Abimanyu,2004:23-24): a. Harga jual barang tersebut Makin tinggi harga jual, makin banyak barang yang ditawarkan. Hal tersebut disebabkan karena : • Makin tinggi
harga,
makin tinggi
profit
yang tersedia
bagi perusahaan yang memproduksi dan menjual barang tersebut. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk memproduksi dan menjual lebih banyak.
23 • Kenaikan harga dan profit akan menarik perusahaan – perusahaan baru untuk masuk ke pasar tersebut sehingga penawaran akan meningkat. b. Tingkat teknologi Selain harga, ada faktor lain yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi
penawaran
barang
dan
jasa
di
pasar
adalah
tingkat teknologi. Makin tinggi teknologi, makin rendah biaya produksi perusahaan, sehingga makin tinggi penawaran barang pada harga tertentu. c. Harga input Perubahan
harga
input
yang
dipakai
dalam
proses
produksi
juga berpengaruh terhadap penawaran barang pada harga tertentu. Pada harga jual yang tetap, hal ini akan menurunkan penawaran barang. Sebaliknya, penurunan harga input akan menurunkan biaya produksi dan menaikkan penawaran barang. d. Harga barang terkait Harga
barang
terkait
yang
bersifat
substitusi
juga
bisa
mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan. Misalnya, bila harga barang tempe naik, sementara harga tahu tetap, produsen akan berhenti produksi dan ganti produksi tempe. Akibatnya penawaran tempe akan naik atau penawaran tahu akan turun. e. Harapan akan kenaikkan harga di masa mendatang Dari segi harapan akan kenaikan harga di masa mendatang, bila produsen menganggap
harga
akan
naik
bulan
depan,
saat
ini
mereka
akan mengurangi penjualan sambil menunggu harganya membaik dan menambah inventori.
24 Jumlah barang dan jasa yang ditawarkan akan meningkat jika keuntungan yang didapat dari masing-masing barang lebih besar dari pada biaya operasional dan jika ketersediaan barang cukup banyak. Jumlah barang dan jasa yang ditawarkan akan menurun jika terjadi kelangkaan barang dan keuntungan yang didapat lebih kecil dari pada biaya operasional yang dikeluarkan. Diantara faktor yang mempengaruhi penawaran sebuah barang, harga barang itu sendiri kemungkinan merupakan faktor terpenting. Harga yang lebih tinggi dengan keuntungan yang meningkat menyebabkan para penjual meningkatkan jumlah penawaran barang. Namun jika harga rendah dan keuntungan menurun, para penjual lebih cenderung menahan barang yang dijual, sehingga penawaran akan barang menurun. Selain itu, adanya barang dan jasa yang terkait juga mempengaruhi penawaran. Jika tidak ada barang sejenis yang dijual, para penjual secara otomatis akan meningkatkan penawaran barang yang dijual. Jika ada barang yang sejenis dan harganya lebih rendah dari barang yang ditawarkan, para penjual akan beralih menawarkan barang yang harganya lebih murah dan banyak diminta konsumen. Penawaran dapat digolongkan menjadi dua yaitu : a.
Penawaran Individu Penawaran Individu adalah penawaran yang dimiliki oleh seorang Penguasa.
b. Penawaran besar/Kolektif Penawaran yang terdapat pada pasar
2.5.2
Jenis-jenis Proses Produksi
Assauri (2008;184) proses produksi dapat dibedakan atas : 1.
Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process) Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah
25 pesanan (order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order), maka jumlah produknya biasanya sedikit atau relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang dibuat sematamata tidak berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi terutama didasarkan atas pesanan yang masuk. Perencanaan produksi dibuat untuk menentukan kegiatan produksi yang perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat memperkirakan order yang akan diterima, sehingga dapat diperkirakan dan ditentukan bagaimana mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat. Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, supaya peralatan produksi dapat dipergunakan secaraa optimal. 2.
Proses produksi yang terus-menerus (continuous process) Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai rancangan selama jangka waktu tertentu.
2.5.3
Pengertian dan Fungsi Pengawasan Proses Produksi Setelah sistem produksi dipersiapkan oleh perusahaan dengan baik, maka
langkah berikutnya yang dilaksanakan perusahaan adalah melakukan kegiatan proses produksi. Kegiatan proses produksi ini merupakan aktivitas terpenting bagi perusahaan pada umumnya tentang bagaimana bahan baku (input) yang ada diproses menghasilkan produk (output) dengan spesifikasi tertentu sehingga mampu menambah faedah nilai suatu barang secara efektif dan efisien. Namun demikian, sistem produksi yang baik belum tentu menghasilkan pelaksanaan
26 proses produksi yang baik pula apabila tidak diikuti dengan pengawasan atau pengendalian proses produksi yang memadai. Artinya, dengan adanya sistem produksi yang baik serta diikuti dengan pengawasan atau pengendalian proses yang tepat, maka kelancaran pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Assauri (2008:173) pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang dilakukan, agar-agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan atau dirancanakan. Agar pelaksanaan pengendalian proses produksi dapat dilaksanakan dengan baik, maka yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah tentang fungsi pengendalian proses produksi itu sendiri. Menurut Ahyari (1996:4) yang dimaksud dengan fungsi pengendalian proses produksi adalah perencanaan, penentuan urutan kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja dan tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi. Menurut Assauri (2008:209) untuk dapat melakukan pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka pengawasan produksi yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut : 1.
Routing Routing adalah fungsi menentukan dan mengatur urutan kegiatan pengerjaan yang logis, sistematis dan ekonomis melalui urutan mana bahan-bahan dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Routing merupakan fungsi teknis pertama dalam pengawasan produksi, yang menentukan dan mengatur urutan yang harus dilalui dalam suatu seri pekerjaan serta fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk tiap-tiap operasi pekerjaan.
2.
Loading dan Scheduling Loading merupakan penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan (work load) pada masing-masing pusat pekerjaan (work centre) sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi tanpa adanya penundaan atau kelambatan waktu (time delay). Sedangkan scheduling merupakan pengoordinasian tentang waktu dalam kegiatan berproduksi, sehingga dapat diadakan pengalokasian bahan-bahan baku dan bahan-bahan
27 pembantu,
serta
perlengkapan
kepada
fasilitas-fasilitas
atau
bagianbagian pengolahan dalam pabrik pada waktu yang telah ditentukan. 3.
Dispatching Dispatching meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengolahan, yang dilakukan sesuai dengan skedul dan urutan pekerjaan yang telah ditentukan.
4.
Follow-up Follow-up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan pengerjaan atau produksi. Follow-up mencakup usaha-usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan.
2.6
Permintaan Permintaan yang akan dibahas disini adalah permintaan individual. Permintaan
individual ditetapkan oleh dua faktor, yaitu
nilai barang yang bersangkutan dan
kemampuan konsumen untuk membelinya. Jika kedua hal ini terpenuhi, ini dapat menjadi permintaan individual yang efektif, karena keinginan tanpa daya beli mengarah
pada
kemauan
tetapi tidak pada permintaan. Selain faktor yang
mempengaruhi, harus diperhatikan juga kondisi yang terkait, seperti harga barang yang akan dibeli, ketersediaan barang yang terkait, perkiraan akan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi konsumen, pengeluaran periklanan, serta musim saat terjadi pembelian. Menurut Rosyidi (2005: 291-331), permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan di golongkan menjadi beberapa yaitu :
28 a. Permintaan dilihat dari daya beli konsumen, yaitu : •
Permintaan efektif Yaitu permintaan komsumen terhadap barang dan jasa yang disertai dengan daya beli.
•
Permintaan absoulut Yaitu permintaan yang tidak didukung oleh daya beli namun cuma oleh angan- angan.
•
Permintaan potensial Yaitu perminataan yang akan diwujudkan dengan sejumlah uang yang dimiliki.
b. Permintaan dari segi pendapatan, yaitu : •
Permintaan konsumen Yaitu permintaan seluruh anggota masyarkat akan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.
•
Permintaan pengusaha Yaitu permintaan akan faktor – faktor produksi untuk membuat barang atau jasa.
•
Permintaan pemerintah Yaitu Permintaan oleh pemerintah untuk pengeluaran belanja pemerintah.
•
Permintaan luar negeri Yaitu permintaan barang dan jasa yang datang dari luar negeri.
c. Permintaan dilihat dari jumlah permintaannya, yaitu: •
Permintaan individu Yaitu permintaan yang datang dari seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permintaan individu ditentukan oleh hal – hal berikut :
29 •
Harga Harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang dalam membeli suatu produk. Jika harga produk itu semangkin meningkat maka konsumen tersebut akan berusaha mengurangi pembelian produk.
•
Pendapatan Jika pendapatan meningkat biasanya permintaan juga meningkat, tapi jika seseorang mempunyai pendapatan yang menurun atau bahkan dikeluarkan dari pekerjaan dan tidak mempunyai pendapatan maka kita akan mengurangi permintaan kita.
•
Jika barang lain yang berkaitan Jika barang lain yang berkaitan mengalami penurunan maka orang akan memilih barang tersebut daripada barang yang akan dibeli. Sebagai contoh harga teh mengalami penurunan maka orang akan memilih membeli teh daripada membeli kopi yang biasa diminum.
•
Selera Selera mempengaruhi jumlah barang yang di minta konsumen (dengan asumsi faktor lain konstan). Karena sulit dihitung dengan angka, kadang – kadang dianggap konstan.
•
Ekspelitasi Ekspelitasi sangat berpengaruh pada niat seseorang untuk membeli suatu barang atau jasa sebagai contoh adalah jika anda memperkirakan bahwa harga suatu baju akan mengalami diskon besar-besaran pada akhir tahun maka anda tidak berminat untuk membeli baju sekarang.
2.6.1
Fungsi Permintaan Pasar Menurut Abimanyu (2004:18), fungsi permintaan adalah daftar harga dan
barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada periode tertentu. Sedangkan permintaan pasar menurut Rosyidi (2005:306) adalah penjumlahan
30 seluruh permintaan yang dihadapi oleh semua perusahaan individul. Fungsi permintaan pasar untuk sebuah produk adalah pernyataan hubungan antara jumlah agregat yang diminta dan semua faktor yang mempengaruhi jumlah ini. Menurut Arsyad
(2008:127-130), fungsi permintaan
pasar akan sebuah
produk
menunjukan hubungan antara jumlah produk yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut. Berdasarkan dari berbagai variabel penentu permintaan tersebut, variabel ini dapat digolongkan menjadi (Arsyad, 2008:127-128) : a.
Variabel strategis Yang termasuk variabel strategis adalah harga barang yang bersangkutan, advertensi, kualitas dan desain barang, serta saluran distribusi barang. Variabel strategis merupakan variabel yang dapat digunakan secara langsung untuk mempengaruhi permintaan barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Variabel strategis ini disebut pula sebagai variabel yang dapat dikendalikan langsung oleh perusahaan ( controllable variables ).
b.
Variabel konsumen Yang termasuk variabel konsumen adalah tingkat pendapatan, selera konsumen, dan harapan konsumen terhadap harga di masa yang akan datang.
c.
Variabel pesaing Mencakup harga barang substitusi dan barang komplementer, advertensi dan promosi barang lain, saluran distribusi barang lain, serta kualitas dan desain barang lain.
d.
Variabel lainnya Yang termasuk dalam variabel lainnya adalah kebijakan pemerintah, jumlah penduduk, dan cuaca.
31 2.6.2
Perubahan Permintaan Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada sesuatu barang
ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting dalam perubahan permintaan adalah : a.
Harga barang itu sendiri Jika barang tersebut mengalami kenaikan harga yang lebih dari setengah harga yang semula maka konsumen akan melakukan pemikiran ulang untuk mengkonsumsi barang tersebut.
b. Harga barang yang berkaitan Kaitan suatu barang tertentu dengan barang lainnya bisa secara substitusi atau komplomen. Contoh : Jika Pilot dapat digantikan dengan standler, maka bila harga pilot mengalami kenaikan maka konsumen akan lebih memilih bolpoint standler yang mempunyai harga tetap dan lebih murah. c.
Perubahan Selera Perubahan selera sangat mempengaruhi terhadap keinginan konsumen untuk membeli suatu barang. Pada tahun 1960-an orang sangat jarang bahkan dikatakan tidak ada yang memakai mobil buatan jepang. Tetapi pada tahun 1970-an suasananya sudah berubah banyak sekali orang yang menggunakan mobil buatan Jepang karena selera mereka telah berubah.
d. Pendapatan Semakin menurun pendapatan seseorang maka semakin sedikit jumlah permintaan. Sebagai contoh ketika pendapatan seorang konsumen naik dan harga suatu barang tetap maka konsumen akan membeli barang dengan stok jumlah yang semangkin banyak dari bisanya.
32 e.
Jumlah Penduduk pertumbuhan penduduk Jumlah
pertumbuhan
penduduk
tidak
dengan
sendirinya
menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini menambah permintaan.
2.7
Harga Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang sifatnya fleksibel dimana setiap
saat dapat berubah menurut waktu dan tempatnya. Harga bukan hanya angka – angka yang tertera dilabel suatu kemasan atau rak toko, tapi harga mempunyai banyak bentuk dan melaksanakan banyak fungsi. Sewa rumah, uang sekolah, ongkos, upah, bunga, tarif, biaya penyimpanan, dan gaji semuanya merupakan harga yang harus anda bayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2009:67), harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu. Menurut Fandy Tjiptono (2008:151) menyebutkan bahwa harga merupakan satu – satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:345), harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dari tiga definisi tersebut menjelaskan bahwa harga adalah unsur penting dalam sebuah peusahaan dimana dengan adanya harga maka perusahaan akan mendapatkan
33 income bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu, harga juga merupakan alat yang nantinya dijadikan proses pertukaran terhadap suatu barang atau jasa oleh konsumen.
2.7.1
Tujuan Penetapan Harga Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran
(2009:76), ada lima tujuan utama dalam menetapkan harga : 1. Kemampuan bertahan Perusahaan mengejar kemampuan bertahan sebagai tujuan utama mereka jika mereka mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat, atau keinginan konsumen yang berubah. Selama harga menutup biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan tetap berada dalam bisnis. 2.
Laba saat ini maksimum Banyak perusahan berusaha menetapkan harga yang akan memaksimalkan laba saat ini. Perusahaan memperkirakan permintaan dan biaya yang 35 berasosiasi dengan harga alternatif dan memilih harga yang menghasilkan laba saat ini, arus kas, atau tinkat pengembalian atas investasi maksimum.
3.
Pangsa Pasar Maksimum Perusahaan percaya bahwa semakin tinggi volume penjualan, biaya unit akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi. Perusahaan menetapkan harga terendah mengasumsikan pasar sensitif terhadap harga. Strategi penetapan harga penetrasi pasar dapat diterapkan dalam kondisi : a.
Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga yang rendah merangsang pertumbuhan pasar.
b.
Biaya produksi dan distribusi menurun seiring terakumulasinya pengalaman produksi.
c.
Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
34 4.
Market Skiming Pricing Perusahaan mengungkapkan teknologi baru yang menetapkan harga tinggi untuk memaksimalkan memerah pasar dimana pada mulanya harga ditetapkan tinggi dan secara perlahan turun seiring waktu. Skiming pricing digunakan dalam kondisi sebagai berikut : a.
Terdapat cukup banyak pembeli yang permintaan saat ini yang tinggi.
b.
Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi hingga menghilangkan keuntungan dari mengenakan harga maksimum yang mampu diserap pasar.
5.
c.
Harga awal tinggi menarik lebih banyak pesaing kepasar.
d.
Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul.
Kepemimpinan Kualitas Produk Banyak merek berusaha menjadi “kemewahan terjangkau” produk atau jasa yang ditentukan karakternya oleh tingkat kualitas anggapan, selera dan status yang tinggi dengan harga yang cukup tinggi agar tidak berada diluar jangkauan konsumen.
2.7.2
Metode Penetapan Harga Perusahaan memilih metode penetapan harga yang mencakup satu atau
lebih dari tiga pertimbangan ini. Menurut Kotler dan Keller (2009:83), ada enam metode penetapan harga, berikut penjelasannya : 1.
Penetapan Harga Markup Metode penetapan harga paling mendasar adalah menambah markup standar ke biaya produk. Sampai saat ini penetapan harga markup masih populer karena penjual dapat menentukan biaya jauh lebih mudah daripada memperkirakan permintaan, kemudian harga cenderung sama dan persaingan harga terminimalisasi ketika perusahaan dalam
35 industri mengunakan metode ini, dan terakhir banyak orang merasa bahwa penetapan harga biaya plus lebih adil bagi pembeli dan penjual. 2.
Penetapan harga tingkat pembelian sasaran Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi sasarannya.
3.
Penetapan harga nilai anggapan Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen seperti citra pembeli akan kinerja produk, kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas jaminan, dukungan pelanggan, dan atribut yang kurang dominan seperti reputasi pemasok, ketepercayaan dan harga diri.
4.
Penetapan harga nilai Metode yang menciptakan harga murah kepada konsumen untuk menarik perhatian konsumen dengan tidak mengabaikan kualitas produk perusahaan.
5.
Penetapan harga going-rate Perusahaan mendasarkan sebagian besar harganya pada harga pesaing, mengenakan harga yang sama, lebih mahal atau lebih murah dibandingkan harga pesaing utama.
6.
Penetapan harga jenis lelang Penetapan harga jenis lelang dilakukan untuk membuang persediaan lebih atau barang bekas. Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, memperkenalkan produk ke saluran distribusi atau daerah baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Hal tersebut dilakukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
36 2.7.3
Indikator Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2012:52), didalam variabel harga ada
beberapa unsur kegiatan utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran. 38 Menurut Kotler dan Armstrong (2008:278), ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu: Keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, kesesuaian harga dengan manfaat.
2.8
Kerangka Pemikiran
Kurs Mata Uang
Produksi Cengkeh Indonesia
Harga Ekspor Cengkeh
Harga Cengkeh Indonesia
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran