BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1Peranan Dasar Sistem Informasi Dalam Bisnis 2.1.1Pengertian Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Menurut Indrajit, (1999) Kata ‘sistem’ mengandung arti kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya. Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Dalam hal ini, teknologi informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil saja dalam format perusahaan. Komponen-komponen lainnya adalah: proses dan prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, rekanan, dan lain sebagainya. Jadi, kehandalan suatu sistem informasi dalam perusahaan atau organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen-komponen yang ada, sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan suatu informasi yang berguna (akurat, terpercaya, detil, cepat, dan relevan) untuk lembaga bersangkutan. Sedangkan pengertian sistem menurut para ahli antara lain : Havery, (2000) menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. McManama, (2004)menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
11
12 Churchman yang diterjemahkan oleh Krismiaji (2005:1), menurutnya sistem adalah seperangkat bagian – bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. O’Brien dan Marakas (2012:24), sistem adalah sekelompok komponen yang berkaitan, dengan batasan-batasan yang jelas, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Sistem memiliki tiga komponen yang berinteraksi : 1. Input: melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem untuk diproses. 2. Process: melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. 3. Output: melibatkan pemindahan elemen yang telah diproduksi oleh ke tujuan akhir.
2.1.2Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto, (2008: 34); pengertian informasi adalah suatu sistem dapat
didefenisikan
sebagai
kumpulan
komponen
yang
saling
berhubungan yang membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut McFadden,(2002:31); mendefinisikan informasi sebagai data yang
telah
diproses
sedemikian
rupa
sehingga
meningkatkan
pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. MenurutBodnar, (2000:1); Informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Menurut Sidharta, (1995:28); Informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Menurut Meliono, (1990:331); Informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu.Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan. Menurut Davis, (1991:28); Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
13 2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Pengertian sistem informasi Menurut Laudon, Kenneth, Jane(2007:42); Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Pengertian
sistem informasi menurut Rommey (1997:16)
yang
dialihbahasakan oleh Krismiaji (2002:12) adalah sebagai berikut ; Sistem Informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah, dan menyimpan data dan cara-cara yang diorganisasi
untuk
menyimpan,
mengelola,
mengendalikan
dan
melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian sistem informasi menurut Menurut John F. Nash (1995:8) yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah : Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Pengertian sistem informasi Menurut Gelinas, Oram, dan Wiggins(1990) Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada pemakai.
2.1.4 Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Menurut O’Brien dan Marakas (2008: 23), ada beberapa fungsi dari sebuah sistem informasi, yaitu : 1) Mendukung fungsi dari area bisnis untuk mencapai tujuan yang mencakup bagian keuangan, akuntansi, operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia.
14 2) Untuk meningkatkan efesiensi dari proses produksi, meningkatkan produktivitas pekerja, memberikan pelayanan dan kepuasan pelanggan. 3) Sebagai sumber utama informasi dan mendukung pengambilan keputusan efektif yang diambil oleh manajer dan profesional bisnis 4) Untuk mengembangkan produk dan jasa yang kompetitif dan sebagai
sebuah
keuntungan
strategik
dalam
menghadapi
persaingan global. 5) Sebagai komponen utama dalam sumber daya infrastruktur dan kehandalan jaringan bisnis masa kini. McLeod dan Schell (2007: 55) menambahkan bahwa manfaat dalam menerapkan suatu sistem informasi pada sebuh perusahaan adalah 1) Mengurangi kesalahan dalam menginputan dan pemrosesan data 2) Mengurangi biaya operasional perusahaan, contoh: mengurangi penggunaan kertas, tenaga kerja, dan mempersingkat pekerjaan. 3) Meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasional 4) Meningkatan kemampuan dalam bersaing 5) Meningkatkan relasi dalam hubungan proses bisnis dengan rekan bisnis 6) Meningkatkan
pelayanan
kepada
pelanggan
untuk
mempertahankan pelanggan. Jadi berdasarakan pengertian para ahli yang telah disebutkan tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa Sistem Informasi itu adalah suatu sistem atau proses kumpulan fakta yang di lihat, yang kemudian di catat dalam suatu data, kemudian data tersebut diolah menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan. Dan untuk pengertian dari Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen dalam suatu organisasi.
15 2.2 Pengertian Internet Menurut Strauss (2009:6),internet adalah jaringan global terdiri dari jaringanjaringan yang saling berhubungan. Jaringan global ini meliputi jutaan jaringan perusahaan, pemerintah, organisasi, dan pribadi. Laudon dan Laudon (2010:51) menambahkan bahwa internet adalah suatu jaringan global yang menggunakan standar umum untuk menghubungkan jutaan jaringan yang berbeda. Menurut O’Brien dan Marakas (2008:598), internet adalah jaringan komputer yang bertumbuh dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan bisnis, pendidikan, dan pemerintah yang menghubungkan jutaan komputer dan pemakainya lebih dari 200 negara. Dapat disimpulkan bahwa internet merupakan jaringan global untuk memenuhi kebutuhan bisnis, individu, pendidikan, perusahaan, organisasi dan pemerintah yang menghubungkan jutaan komputer dan pemakainya lebih dari 200 negara.
2.3 Pengertian World Wide Web Post dan Anderson (2006:588) menyatakan bahwa world wide web adalah ruang informasi di internet tempat dokumen hypermedia tersimpan dan dapat dipanggil dengan suatu skema alamat yang unik. Suatu cara pemanggilan informasi dari database global dengan menggunakan Web Browser untuk menampilkan informasi dalam bentuk tampilan halaman. Menurut Chaffey (2009:4), world wide web adalah teknik yang paling umum untuk menampilkan informasi pada internet. Diakses melalui web browser yang menampilkan halaman yang memiliki grafik dan teks HTML / XML. Berikut merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan web: i.
Situs Web Mengacu pada sebuah komputer yang dikaitkan dengan internet yang berisi hypermedia yang dapat diakses oleh komputer lain dalam jaringan melalui hypertext link.
ii.
Hypertext Link Mengacu pada suatu penunjuk yang terdiri atas teks atau grafik yang digunakan untuk mengakses hypertext yang disimpan di sebuah situs web.
16 iii.
Web Page Halaman web yang mengacu pada suatu file hypermedia yang disimpan di suatu situs web, yang diidentifikasikan dengan suatu alamat yang unik.
iv.
Home Page Mengacu pada halaman pertama dari sebuah situs web. Halaman lain dapat diakses melalui home page.
v.
FTP (File Transfer Protocol) Mengacu pada software yang memungkinkan kita menyalin file ke komputer kita dari situs webapa saja. Untuk melakukan hal itu, kita harus tahu URL dari situs tersebut. Banyak situs FTP yang hanya menawarkan transfer data satu arah.
vi.
Web Browser Mengacu pada
suatu
softwareyang
memungkinkan
kita
mengambil hypermedia dengan mengetik parameter pencarian atau mengklik suatu grafik.Kemampuan ini membebaskan kita dari keharusan mengetahui URL dari web page yang berisi informasi yang kita butuhkan.
vii.
URL (Universal Resource Locator) Mengacu pada alamat dari sebuah halaman web dengan format yang terdiri dari protokol, namadomain, dan path. Berikut penjelasannya : o Protokol, adalah suatu set standar yang mengatur komunikasi data. HTTP (Hypertext Transfer Protocol) adalah protokol untuk hypertext. o Nama Domain, adalah alamat situs web tempat halaman web disimpan. o Path, mengidentifikasikan suatu account (directory / subdirectory file) tertentu di situs web dan HTML.
2.4 Peranan E-Business Menurut Turban (2010, P47), e-business merujuk pada pengertian yang lebih luas dari e-commerce, tidak hanya membeli dan menjual produk dan jasa, tetapi juga melayani pelanggan, berkolaborasi dengan partner bisnis, membuat e-learning dan membuat transaksi elektronik dalam organisasi.
17 Pada model bisnis yang lama, informasi dari produk dan jasa umumnya berhubungan dengan value chain fisik dari barang dan jasa. Pada saat konsumen membutuhkan informasi mengenai barang atau jasa, mereka harus mengunjungi toko fisik yang menjual barang atau jasa tersebut. Namun dengan perkembangan teknologi saat ini, konsumen dapat memperoleh informasi produk atau jasa serta melakukan transaksi melalui internet.
2.5 Supply Chain 2.5.1 Pengertian Supply Chain Menurut Turban (2010, P287), supply chain adalah aliran bahan, informasi, uang, dan layanan dari bahan baku pemasok melalui pabrik dan gudang sampai kepelanggan akhir.Supply chain juga mencakup organisasi dan proses yang membuat dan mengirimkan produk, informasi dan layanan ke pelanggan akhir.
2.5.2 Proses Bisnis Supply Chain a. Customer Relationship Management (CRM). Langkah pertama supply chainadalah mengidentifikasi pelanggan utama atau pelangganyangkritisdenganmisidagangperusahaan.Rencanabisnisadalahla ngkah
awalidentifikasi.Timpelayananpelanggan(CustomerService)
membuat
dan
melaksanakanprogram-
programbersama,persetujuanprodukdanjasaditetapkanpada tingkat kinerja tertentu untukmemenuhi kebutuhan pelanggan.
b. Customer Service Management (CSM). CustomerService
memberitahukan
pelanggan
informasi
mengenai
tanggal pengiriman dan ketersediaan produk melalui hubungannya dengan bagian produksi dan distribusi.
c. Demand Management. Prosesiniharusmenyeimbangkankebutuhanpelanggandengankemampuans upply perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli pelanggan dan kapan.
18 d. Customer Pesanan Fulfillment. Proses penyelesaian pesanan ini secara efektif memerlukan integrasi rencana
kerja
antaraproduksi,distribusi,dantransportasi.
Hubungan
dengan rekan kerja yakni anggota primersupply chain dan anggota sekunder diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi total biaya kirimke pelanggan.
e. ManufacturingFlowManagement. Produkdihasilkanuntukmemenuhijadwal produksi.Seringkaliprodukyangsalah mengakibatkan persediaan yang tidak
perl,
meningkatkan
biaya
penanganan/penyimpanan
dan
pengiriman produk terhambat. Dengan Supply Chain Management, produk dihasilkan berdasarkan kebutuhan pelanggan.
f. Procurement. Melibatkan supplier sejak tahap desain produk akan mengurangi siklus pengembangan produkdanjugakoordinasiantara engineering,purchasing, dansupplierpadatahap akhir desain.
g. Pengembangan Produk dan Komersialisasi. Untuk mengurangi waktu masuknya produk ke pangsa pasar, pelanggan dan supplier seharusnya dimasukkan ke dalamproses pengembangan produk.
h. Retur Proses
manajemen
retur
yang
efektif
memungkinkan
kita
mengidentifikasi produktifitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar dapat bersaing.
2.5.3 Komponen-Komponen Manajemen SCM Komponen-komponenmanajemenbersifat keberhasilan
SCM
karena
dibutuhkan
kritisdanfundamentalbagi untuk
menunjukkan
dan
menentukan bagaimana setiap jaringan proses disatukan dan disusun. Tingkat
integrasi
dan
manajemen
sebuah
19 jaringanprosesbisnismerupakanfungsidariangkadantingkatyang disusundariyang rendah sampai yang tinggi dari komponen-komponen yang ditambahkan ke jaringan. Komponen-komponen utamanya: a. Metode perencanaan dan pengendalian. Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk menuntun organisasi atau supply chain ke arah yang diinginkan. Perencanaan yang meliputi banyak aspek akan berpengaruh penting pada keberhasilan supply chain.
b. Struktur aliran kerja / aktivitas kerja. Struktur aliran kerja / aktivitas kerja menunjukkan bagaimana perusahaan menyampaikan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitasnya. Tingkat integrasi proses-proses yang melalui supplychain merupakan pengukuran struktur organisasi.
c. Struktur organisasi. Struktur organisasi dapat berdasarkan perusahaan individu dan supply chain. Kegunaan dari timcross-funtional
menyarankan suatu
pendekatan proses.
d. Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi. Struktur fasilitas aliran informasi memiliki pengaruh yang kuat pada keefisienan supply chaindanmerupakankomponenutamayangmenyatukan sebagian atau seluruh bagian supply chain.
e. Struktur fasilitas aliran produk. Struktur fasilitas aliran produk berhubungan dengan jaringan struktur sourcing, produksi dan distribusi supply chain. Dengan pengurangan persediaan, lebih sedikit gudang yang akan dibutuhkan. Persediaan memang diperlukan dalam sistem, tetapi penyimpanan sejumlah persediaan pada bagian tertentu kadang-kadangbisatidak proporsional.
20 f. Metode Manajemen. Metode manajemen meliputi filosofi perusahaan dan teknik manajemen. Sulit untuk menyatukan struktur organisasi top-down dengan struktur bottom-up.
g. Struktur wewenangdan kepemimpinan. Struktur wewenang dan kepemimpinan melalui supply chain akan mempengaruhi
formatnya.
Satu
pemimpin
yang
kuat
akan
mengendalikan arahsupplychain.
h. Struktur resiko danreward. Antisipasidarisharingresiko danrewardmelaluisupplychain mempengaruhi komitmen jangka panjang anggota-anggotanya.
2.5.4 Komponen Supply Chain Menurut Turban (2010, P288), supply chain terbagi menjadi 3 bagianutama yaitu: •
UpstreamSupply
Chain,
meliputi
aktivitas
perusahaan denganpemasoknya (yang dapat berupa produsen, perakitan atau keduanya, atau penyedia layanan) dan hubungan mereka dengan pemasoknya. Aktivitas utama pada bagian ini adalah procurement. •
Internal supply chain dan value chain, meliputi semua proses internal yang digunakan untuk mengubah input yang diterima dari pemasok menjadi output organisasi. Bagian supply chain ini meliputi manajemen produksi, memproduksi, dan mengendalikan persediaan. Aktivitas sepanjang supply chain internal merujuk pada value chain perusahaan. Value chain dibentuk dari sekumpulan aktivitas utama (operasi, outbound logistic, layanan dan dukungan setelah penjualan, dan lain-lain) dan aktivitas pendukung (administrasi, SDM, keuangan, dan lain-lain) yang dijalankan perusahaan agar dapat mengirimkan barang atau layanan dari nilai ke pelanggan mereka.
•
Downstream supply chain, meliputi semua kegiatan
21 yang meliputi pengiriman produk ke pelanggan akhir. Menurut Chan Kah Sing (2004, P5), proses-proses downstream juga melibatkan transaksi dengan pelanggan.
2.5.5Supply Chain Strategy Di dalam penyediaan bahan baku (raw materials) yang merupakan salah satu faktor dari input proses konversi, baik untuk usaha manufaktur atau jasa / pelayanan, akan menjadi penentu dalam pemenuhan pesanan permintaan pasar. Apabila sumber dari bahan baku ini tidak dapat dikendalikan perusahaan akan terjadi stagnasi pada proses konversi, disebabkan tidak terpenuhinya pesanan permintaan dari pasar maupun pelanggan. Stagnasi didalam pengadaan bahan baku dapat terjadi apabila aspek-aspek tertentu tidak dapat dikendalikan, seperti; sistem transportasi dari sumber bahan baku tidak konsisten, cara pembayaran yang tidak menguntungkan perusahaan, belum ada sistem persediaan yang menggambarkan efisiensi, serta tidak adanya informasi baik dalam organisasi perusahaan maupun dari pelanggan. Untuk mengatasi perihal tersebut, maka diperlukan supply chain strategy dengan pemasok, yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan, sekaligus menciptakan keunggulan bagi perusahaan menghadapi persaingan di pasar.
2.5.5.1Fungsi Pembelian (Purchasing) Pengadaan atau pembelian bahan baku, dan komponen peralatan menjadi suatu hal yang paling penting disebabkan; sumber bahan baku dan komponen yang terbatas dan akan lebih mahal, jarak antara sumber bahan dan komponen yang mungkin jauh dari lokasi perusahaan, sistem transportasi yang belum ada atau tidak fleksibel (mobile), disertai cara pembayaran yang belum disepakati bersama antara pemasok dengan perusahaan sehingga menimbulkan biaya yang tinggi (fix cost maupun variabel cost). Keadaan demikian dapat menimbulkan permasalahan bagi perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal, dan menjadi salah satu faktor kelemahan. Sebaliknya apabila aspek yang menjadi kelemahan ini dapat diatasi perusahaan akan menjadi keunggulan bagi perusahaan.
22 2.5.5.2 Pemasok (Suppliers) Setiap perusahaan baik usaha jasa atau pelayanan, maupun manufaktur, dapat menentukan jumlah pemasok yang dibutuhkan dapat mensuplai bahan baku maupun komponen pendukung dalam proses konversi. Keputusan untuk menggunakan beberapa pemasok atau sedikit pemasok, tergantung dari analisis kebutuhan dan biaya untuk pengadaan bahan baku atau komponen yang dibutuhkan. Keputusan-keputusan untuk menentukan jumlah pemasok akan dibahas dengan melihat keuntungan dan kerugian akibat penetapan keputusan tentang jumlah pemasok yang dipergunakan.
2.5.5.2.1 Beberapa Pemasok (Many Suppliers) Penentuan jumlah pemasok tergantung pada jumlah kebutuhan bahan baku yang akan diproduksi sesuai dengan jumlah permintaan pasa atau pelanggan. Salah satu strategi adalah dengan melakukan negosiasi dengan pemasok, dengan tujuan kerja sama untuk jangka panjang. Pada umumnya keputusan jumlah pemasok tidak tergantung pada harga yang ditawarkan pemasok, tetapi sangat ditentukan bentuk kerja sama dengan pemasok untuk suatu jangka waktu tertentu, atau untuk kepentingan jangka panjang. Hasil negosiasi akan dapat memutuskan apakah perusahaan akan menggunakan beberapa pemasok atau hanya satu pemasok. Menggunakan jumlah pemasok yang banyak dimungkinkan apabila sumber bahan baku cukup banyak tersedia.
2.5.5.2.2 Sedikit Pemasok (Few Suppliers) Strategi menggunakan sedikit pemasok tergantung kepada perusahaan; apakah perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok, dengan pengertian pemasok dapat bekerja sama dengan perusahaan. Dalam jangka pendek penentuan pemasok dengan jumlah terbatas, adalah sesuatu yang sulit bagi perusahaan, disebabkan waktu untuk mengadakan pendakatan dan seleksi pemasok memerlukan waktu. Dalam jangka panjang
23 dengan cara mengadakan hubungan yang baik terhadap pemasok akan dapat ditentukan hanya sedikit pemasok, dengan pengertian pemasok dan perusahaan sudah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, serta memahami apa misi dari pemasok dan perusahaan. Kesimpulannya dalam mendukung rencana jangka panjang perusahaan, baik usaha manufaktur, atau jasa, dapat dilakukan
integrasi
pemasok
kedalam
sistem
konversi
perusahaan.
2.5.5.3 Keputusan Pembelian (Purchase Decision) Keputusan pembelian atas persediaan bahan baku maupun komponenkomponen yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan proses konversi didalam perusahaan. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam membuat keputusan pembelian bahan baku maupun bahan penolong dan komponennya. Langkah yang selalu dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan; evaluasi
terhadap
pemasok
atau
leveransir
(evaluation),
ditindaklanjuti dengan pengembangan pemasok (developing), dan terakhir melakukan negosiasi tentang kesepakatan yang dilakukan kedua belah pihak.
2.6 Supply Chain Management 2.6.1 Pengertian Supply Chain Management Menurut Heizer (2011, P452), manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaaan bahan dan pelayanan, pengubahan bahan baku menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Menurut Turban (2010, P289), supply chain management (SCM) adalah sebuah proses rumit yang membutuhkan koordinasi dari banyak kegiataan sehingga pengiriman barang dan jasa dari pemasok ke pelanggan secara langsung dilakukan dengan efisien dan efektif dengan mempertimbangkan semua pihak. Menurut Kalakota (2001,P274), SCM adalah sebuah proses dimana produk diciptakan dan disimpan kepada konsumen. Dari sudut pandang
24 struktural, sebuah SCM merujuk kepada jarigan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan partner bisnis, untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen. Menurut Handfiled dan Nichols (2003, P14), SCM merupakan integrasi dari seluruh aktivitas yang diasosiasikan dengan alur dan trasnformasi barang – barang dari bahan baku sampai end user (pemakai), dan juga arus informasinya, melalui hubungan rantai pasokan yang erat untuk mencapai keuntungan kompetitif.
2.6.2 Tujuan Supply Chain Management Tujuan
dari
SCM
adalah
meminimalkan
tingkat
persediaan,
mengoptimasi produksi dan meningkatkan output, mengurangi waktu produksi,
mengoptimasi
logistik
dan
distribusi,
mempersingkat
pemenuhan pesanan, dan secara keseluruhan mengurangi biaya yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
2.6.3 Entitas Supply Chain Management Menurut Pujawan (2008, P8 – P9), bila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, maka kegiatan – kegiatan utama yang masuk klasifikasi SCM adalah :
Tabel 2.1 Kegiatan atau Fungsi Utama SCM
Bagian Pengembangan Produk
Cakupan Kegiatan Melakukan riset pasar,
merancang
produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru Pengadaan
Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok
Perencanaan dan Pengendalian
Demand
planning,
peramalan
permintaan,
perencanaan
kapasitas,
25 perencanaan produksi dan persediaan Operasi atau Produksi
Eksekusi produk, pengendalian kualitas
Pengiriman atau Distribusi
Perencanaan
jaringan
distribusi,
penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara
hubungan
dengan
perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber :Pujawan (2005, Supply Chain Management. P9)
2.6.4 Arus Dalam Supply Chain Management Menurut Chan Kah Sing (2004, P5), arus dalam Supply Chain management terdiri dari : •
Aliran bahan baku yang mencakup pengelolaan dan pemindahan
barang dari supplier kepada pelanggan, kebutuhan layananpelanggan, dan pengembalian barang. •
Aliran informasi yang mencakup pengiriman pesanan, dan melacak
status pengiriman. •
Aliran sumber daya keuangan yang merupakan pengiriman uang.
2.6.5 Model Supply Chain Management Menurut Indrajit (2006, P9) ada dua konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pergerakan barang, yaitu : 1. Mengurangi Jumlah supplier a. Konsep ini dikembangkan sejak akhir tahun 1980-an, yang bertujuan mengurangi
ketidak
seragaman,
biaya
biaya
negosiasi, dan pelacakan(tracking). b. Konsep ini adalah awal perubahan kecenderungan dari konsep multiple supplier ke single supplier. c. Dengan demikian, cara lama yang dahulu dianggap ampuh seperti mencari sourcing dengan cara tender terbuka makin tidak popular, karena tender terbuka tidak menjamin terbatasnya jumlah supplier.
26 d. Yang mungkin masih cocok dengan perkembangan ini ada tender di antara supplier yang terbatas jumlahnya. e. Konsep ini berkembang menuju tahap selanjutnya, yaitu tahap yang kedua. 2. Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance. a. Konsep ini dikembangkan sejak pertengahan tahun 1980-an dandiharapkan masih akan populer pada permulaan abad ke-21 ini. b. Konsep ini menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key supplier untuk barang tertentu merupakan strategic source yang dapat diandalkan dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. c. Konsep ini selalu sejalan dengan konsep perbaikan yang terus menerus dalam biaya dan mutu barang. d. Model ini dapat disebut juga the interenterprise supply chain model. Model ini merupakan suatu mata rantai supply, yang dinamakan juga the four step model, yang terdiri dari unsur unsur : a. Supplier (dan sub supplier atau suppliers’ suppliers). b. Distributors (terdiri dari distribution centre, wholesaler, dan sebagainya). c. Retailers (yang sangat banyak jumlahnya) d. Manufacturers (plant, yang terdiri dari beberapa unit).
2.6.6Proses Dalam Supply Chain Management Supply Chain memiliki 3 proses utama yang saling berhubungan menurut Chopra and meindl (2007, P15), yaitu: 1. Customer Relationsip management (CRM), proses ini meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung antara perusahaan dengan pelanggannya. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan permintaan pelanggan dan memfasilitasi peletakan serta pelacakan pesanan. 2. Internal supply chain management, proses ini meliputi semua proses internal perusahaan, termasuk perencanaan produksi dan kapasitas
penyimpanan
internal,
persiapan
permintaan
perencanaan pasokan, dan pemenuhan pesanan yang actual.
dan
27 3. Supplier relationship management (SRM), proses ini meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung antara perusahaan dengan pemasoknya. Proses ini bertujuan untuk menyusun dan mengatur sumber pasokan untuk berbagai macam produk dan jasa perusahaan. Menurut
Kalakota
(2001,p274),
supply
chainsebuah
perusahaan
mencakup fasilitas dimana bahan mentah, produk setengah jadi, dan barang jadi diperoleh, dipindahkan, disimpan dan dijual.
Gambar 2.1 Proses Supply Chain Sumber : Kalakota, 2001, p274
2.6.7 Tantangan Dalam SupplyChain Management Menurut Pujawan (2005, P17-18), tantangan tantangan dalam mengelola supply chain terdiri dari : 1. Kompleksitas struktur supply chain Supply chain pada umumnya bersifat kompleks, dan melibatkan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar perusahaan, misalnya antara supplier, perusahaan, dan konsumen. Setiap pihak memiliki kepentingan yang berbeda, dan tidak jarang bertentangan satu sama lain.
Didalam
internal
perusahaan
juga
terdapat
perbedaan
kepentingan, contohnya konflik antar bagian produksi dan marketing mengenai kapasitas produksi dan pemenuhan pesanan pelanggan. Kompleksitas suatu supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan
28 bahasa, zona waktu, dan budaya antara satu perusahaan dengan yang lain. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian merupakan faktor utama yang menjadi hambatan dalam mengatur suatu supply chain. Ketidakpastian menimbulkan keragu-raguan
terhadap
rencana
yang
telah
dibuat.Sehingga
perusahaan sering menciptakan pengaman disepanjang supply chain yang berupa persediaan pengaman (safety stock), waktu (safety time), ataupun
kapasitas
ketidakpastian
produksi
menyebabkan
maupun janji
transportasi.Selain
kepada
pelanggan
itu, tidak
terpenuhi.Dengan demikian tingkat pelayanan konsumen menjadi lebih
rendah
dimata
konsumenpada
situasi
ketika
tingkat
ketidakpastian relatif tinggi.Ketidakpastian diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan sumbernya yaitu ketidakpastian permintaan, ketidakpastian supplier dan ketidakpastian internal.Ketidakpastiaan permintaan dari konsumen menyebabkan ketidakpastian distributor, sehingga semakin keatas tingkat ketidakpastian permintaan semakin meningkat. Peningkatan kepastian permintaan atau variasi permintaan dari hilir ke hulu dalam supply chain disebut bullwhip effect. Ketidakpastian dari supplier merupakan ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas,
dan jumlah bahan baku yang dikirim. Sedangkan
ketidakpastian internal disebabkan oleh kemungkinan rusaknya mesin, kinerja mesin yang tidak bagus, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu dan kualitas produksi.
2.6.8Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan SCM Beberapa faktor penentu keberhasilan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan supply chain management(SCM), yaitu: 1. Proses informasi Aliran informasi dari hilir sampai hulu sangat penting, sehingga proses pembagian informasi disepanjang rantai pasokan perlu diperhatikan untuk dapat mengatasi bullwhip effect. Perusahaan perlu mengadopsi teknologi informasi kedalam infrastruktur organisasi,
29 untuk mendukung proses produksi, jaringan kerja dan sebagi tempat penyimpanan data. 2. Biaya transaksi Ketidakpastian permintaan yang semakin tinggi akan menimbulkan biaya interaksi yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena kemungkinan akan timbul rush order ataupun stock out lebih besar. Lain halnya jika permintaan konsumen relatif stabil dan dapat diprediksi maka biaya transaksinya akan semakin rendah. 3. Integrasi aliran persediaan Strategi aliran persediaan dalam rantai pasokan adalah strategi aliran persediaan yang terintegrasi untuk mencegah timbulnya optimasi lokal.Suatu rantai pasokan harus mampu mengintergrasikan aliran dari hulu
sampai
hilir.
mengkoordinasikan
Tujuan
aliran
utama
barang
yang
dalam
hendak
SCM
adalah
dengan untuk
mengurangi persediaan, meminimalkan biaya, menyelaraskan antara penawaran dengan permintaan, manajemen resiko akan timbul barang barang kadaluarsa. 4. Information sharing Aliran informasi downstream mencakup perubahan informasi tentang kapasitas pabrik, jadwal pengiriman dan informasi produk. Dan aliran informasi upstream mencakup pemesanan, peramalan penjualan, informasi penjualan dan matrik kinerja supply chain. Koordinasi dan integrasi rantai pasokan kedalam proses produksi ditujukan untuk merespon perubahan permintaan konsumen yang sangat cepat.
2.6.9Penggerak Supply Chain Management Menurut Chopra dan Meindl (2007, P44) ada empat faktor utama yang menjadi penggerak utama SCM dan penentu performa dari SCM, yaitu:
1. Fasilitias (Chopra dan Meindl, 2007, P48) Fasilitas adalah lokasi fisik di sepanjang jaringan supply chain yang menjadi tempat untuk perakitan, penyimpanan, ataupun produksi. Fasilitas yang ada dikelompokan menjadi fasilitas produksi dan
30 fasilitas penyimpanan. Beberapa komponen fasilitas yang harus dipertimbangkan antara lain : • Peranan, fungsi utama dari fasilitas produksi, baik fokus kepada produk (1 produk) maupun fungsional (banyak produk). Fasilitas persediaan, apakah hanya merupakn cross-docking ataupun merupakan tempat penyimpanan. • Lokasi,
terpusat
bila
ingin
meraih
economic
of
scale,
terdesentralisasi bila ingin meraih respon yang cepat untuk pelanggan. • Kapasitas, berapa jumlah kapasitas yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan.
2. Persediaan menurut Chopra dan Meindl(2007, P50) Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Persediaan timbul karena adanya perbedaan antara penawaran dan permintaan. Beberapa komponen persediaan yang harus dipertimbangkan antara lain : • Cylce inventory, jumlah rata rata persediaan yang diperlukakan untuk memenuhi permintaan selama menunggu pengiriman dari pemasok. • Safety inventory, persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang berlebih. • Seasonal inventory, persediaan untuk mengantisipasi variasi permintaan musiman. • Sourcing, proses bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan barang ataupun jasa yang diperlukan perusahaan. Perusahaan dalam Supply chain dapat memperoleh keuntungan kompetitif dengan memilih dan menjalin hubungan erat dengan supplier terpilih melalui kontrak jangka panjang Ho Ha dan Krishnan (2008, P1303) • Terdapat tiga tipe sourcing yang ada menurut Yu, Zeng, dan Zhao (2009, P790), yaitu: o Sole Sourcing, di industri hanya terdapat 1 supplier.
31 o Single sourcing, di industri terdapat banyak supplier, tetapi perusahaan memilih untuk menjalin kontrak pengadaan barang hanya dari 1 supplier. Manfaatnya terjalin hubungan yang baik, penghematan biaya karena skala ekonomis dan komitmen tinggi dari supplier. o Multiple sourcing, di industri terdapat banyak supplier dan perusahaan memilih untuk membeli bahan baku dari beberapa supplier. Manfaatnya perusahaan memiliki daya tawa menawar yang kuat.
3. Transportasi menurut Chopra dan Meindl (2007, P53) Transportasi berfungsi untuk memindahkan produk antara tahap satu ke tahap lain di sepanjang supply chain.
Beberapa komponen
transportasi yang harus dipertimbangkan antara lain : • Pemilihan rute, jalur mana yang harus dilewati dalam melakukan pemindahan barang. • Jenis transportasi, apakah melalui udara, truk, kereta, ataupun perairan.
4. Informasi menurut Chopra dan Meindl (2007, P56) Informasi adalah penghubung antara berbagai tahapan-tahapan yang ada di dalam supply chain. Beberapa komponen informasi yang harus dipertimbangkan antara lain: • Push versus pull, menyesuaikan dengan proses yang ada di supply chain, informasi untuk proses push umumnya berupa perencanaan kebutuhan bahan baku dari rencana produksi, sementara untuk proses
pull
umumnya
berupa
permintaan
aktual
yang
diinformasikan dengan cepat. • Koordinasi dan pembagian informasi, bagaimana cara informasi dapat dikelola agar koordinasi di sepanjang supply chain menjadi baik.
32 • Peramalan dan perencanaan agregat, melakukan peramalan akan keadaan di masa depan, dan melakukan perencanaan dari peramalan yang dibuat. • Manajemen harga dan pendapatan, menentukan tingkat harga yang sesuai dengan keadaan yang ada. • Teknologi pendukung, menentukan penerapan teknologi yang mendukung aliran dan pengelolaan informasi di sepanjang supply chain.
2.7 Electronict Supply Chain Management (e-SCM) 2.7.1 Pengertian e-Supply Chain Management Menurut Turban (2010, P289), E-supply chain management (e-scm) adalah kolaborasi dari penggunaan teknologi untuk memperluas proses business-to-business (B2B) dan meningkatkan kecepatan, kelincahan, pengendalian tepat waktu, dan kepuasan pelanggan. E-scm merupakan kolaborasi penggunaan teknologi untuk meningkatkan kegiatan operasi supply chain dan manajemen supply chain.
2.7.2 Prinsip Dasar Dalam Merencanakan e-SCM Menurut Indrajit (2006, P130), ada tiga prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah e-supply chain management di perusahaan : 1. Melihat bahwa hakikat informasi dalam hal ini harus merupakan pengganti atau substitusi dari keberadaan inventori (biaya terbesar rata rata perusahaan), maka informasi harus diperlakukan sama persis dengan manajemen inventori. Jika didalam inventori permasalahan utama yang dihadapi adalah “kapan pemesanan barang harus dilakukan” dan “seberapa banyak barang yang harus dipesan” dengan memperhatikan unsur-unsur seperti lead time, total cost, dan service level, maka didalam manajemen informasi harus pula diperhatikan hal hal yang berkaitan dengan “kapan informasi relevan harus dimiliki” dan “seberapa detail informasi”
33 yang harus dipresentasikan. Dengan kata lain, prinsip cheaperbetter-faster berlaku pula dalam manajemen informasi. 2. Dari ketiga unsur tersebut (biaya, kecepatan, dan kualitas), persaingan yang sesungguhnya terletak pada kecepatan dan ketepatan informasi. Informasi yang mengalir dari mitra usaha ke perusahaan dan sebaliknya harus sedemikian rupa sehingga benar benar memberikan manfaat yang signifikan terhadap proses penciptaan dan penyebaran produk atau jasa (menciptakan value). Karena setiap pengambilan keputusan akan berlandaskan pada teori tersebut, maka keberadaannya harus tepat waktu dan relevan dengan saat pengambilan keputusan. 3. Manajemen harus menganggap bahwa relasi antara mitra bisnis merupakan aset strategis perusahaan yang harus dibina sungguhsungguh keberadaannya. Tanpa adanya kedua unsur tersebut, mustahil kerja sama yang dilakukan akan menghasilkan suatu kinerja yang saling menguntungkan.
2.7.3 Keuntungan Dari e-Supply Chain Management Menurut Chaffey (2007, P289), ada enam keuntungan yang didapat dari penggunaan e-supply chain management, yaitu : 1. Reduce order-to-delivery time 2. Reduce costs of manufacturing 3. Manage inventory more effectively 4. Improve demand forecasting 5. Reduce time to introduce new products 6. Improve aftermarket / post-sales operations
2.7.4Preliminary Step Menurut Ross (2010, P131-138), tugas untuk menetapkan strategi e-SCM yang penuh tujuan membutuhkan beberapa langkah dari preliminary step. Tujuan dari langkah pertama ini adalah memfokuskan perusahaan tehadap dampak dari arti e-business pada semua orang, baik di dalam organisasi
dan
kepada
partner
dagang
dalam
jaringan
rantai
34 pasokan.Mencapai titik ini pada pengembangan strategi e-SCM melibatkan lima langkah pendekatan, yaitu :
Step 1 :Enegize the Organization Merupakan tahapan awal dalam perencanaan dan pengembangan E-SCM pada PT. Pilarindo Jaya Perkasa. Agar penerapan e-SCM pada PT. Pilarindo Jaya Perkasa dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan dukungan dari seluruh bagian yang terlibat termaksud juga dari manajemen puncak agar perancangan dan implementasi e-SCM dapat berjalan lancar.
Step 2 :Enterprise Vision Memvisikan kekuatan kompetitif adalah langkah selanjutnya dalam perjalanan dalam membangun strategi e-SCM yang efektif. Dalam mendefinisikan visi perusahaan tim eksekutif harus memikirkan beberapa faktor seperti : 1. Seperti apa jejak rekam dari sebuah perusahaan? 2. Bagaimana jejak rekam tersebut secara tradisional mendekati pasar? 3. Proses apa yang paling menambah nilai bagi pelanggan? 4. Bagaimana hubungan dengan pemasok berkembang seiring waktu? 5. Bagaimana sifat dari organisasi internal? 6. Apa kekuatan dan kelemahan dari mitra bisnis? 7. Apakah kemampuan adalah yang paling penting dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif?
Step 3 :Supply chain value assessment Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah menentukan proses apa yang mendukung keunggulan kompetitif untuk dikonversikan ke dalam bentuk e-business. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberi
prioritas
inisiatif e-business yang dipilih agar dapat
memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan rekan bisnis. Tahapan dalam menjalankan SCVA dapat disarikan kedalam tiga langkah sebagai berikut :
35 1. Sebuah tim kolaborasi yang terdiri dari perusahaan dan mitra rantai pasokan terbentuk. Dasar operasi dari sebuah tim adalah untuk mengintegrasikan rantai pasokan, proses bisnis, dan pengetahuan ebusiness. Adalah tanggung jawab tim untuk mengidentifikasikan isu-isu bisnis perusahaan dan rantai pasokan, dan mulai menjelaskan detail dampak dari pendekatan evolusi dan revolusi untuk menggunakan e-business sebagai keunggulan kompetitif. 2. Pada langkah ke-2, tim SCVA memecah penemuan mereka menjadi critical performance indicator (KPIs) dan supply network opportunities. Ketika garis besar dari solusi e-business yang memungkinkan menjadi jelas, tim akan mulai menginvestigasi dan membuat detail solusi dan pendekatan dan rintangan dan resiko dan tolak ukur untuk memvalidasi performa di masa depan. 3. Pada langkah ke-3, tim SCVA mulai mencocokan KPIs dengan aplikasi internet untuk menentukan titik keputusan sebagai objektif dari sebuah inisiatif, profil resiko/tingkat pengembalian, faktor resiko utama, outcome metrics, dampak proses penambahan nilai, kompetensi yang dibutuhkan, dan dampak keseluruhan pada organisasi dan rantai pasokan. Ketika latihan sudah terlaksana, baik perusahaan dan mitra pendukung rantai pasokan harus ditinggalkan dengan ringkasan detail dari kemungkinan alternatif e-business yang dapat dipilih. Adalah daftar ini yang akan digunakan dalam proses priotisasi yang akan datang.
Step 4 :Opportunity identification Tahap ini dilakukan dengan memprioritaskan alternative e-business yang memungkinkan. Untuk menyelesaikan tahap ini, tim SCVA harus memecahkan inisiaif yang ada ke dalam evolutionary model dan revolutionary model. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, rangkaian peluang kompetitif yang tersedia dan biaya rata-rata yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan mitra supply chain.
36 Step 5 :Strategy Decision Setelah keempat tahapan selesai dilakukan, para eksekutif perusahaan dapat memulai proses perencanaan.
Gambar 2.2SCVA map of e-business opportunities Sumber: David (2003,P136)
2.7.5 Energize The Organization Menyiapkan organisasi untuk e-SCM membutuhkan dua inisiatif utama sumber daya manusia : membuat manajemen tingkat atas di dewan untuk mempelopori usaha tersebut dan meningkatkan energy dan mengintegrasi orang orang perusahaan di dalam organisasi kedalam teknologi e-SCM. Langkah-langkah ini harus diikuti untuk menginformasikan dan mengaktifasi tim manajemen tingkat atas : 1. Edukasi SCM dan e-business 2. Bertindak sebagai seorang penyokong 3. Mengembangkan strategi SCM 4. Mengembangkan sumberdaya manusia perusahaan 5. Berinvestasi pada peningkatan supply chain Inisiatif kedua dalam mempersiapkan pengembangan strategi e-SCM adalah
meningkatkan
energy
orang-orang
perusahaan
dalam
organisasi.Ada 6 “pendorong” utama yang dapat digunakan untuk secara benar mengintegrasikan e-SCM dan orang-orang. “pendorong” pertama
37 berfungsi sebagai tema menyeluruh pada strategi bisnis; lima selanjutnya adalah “pendorong” pendukung, yang masing-masing mendukung dan memperkuat “pendorong” pertama. 1. Pendorong 1: meningkatkan cara-cara bagaimana orang bekerja. 2. Pendorong 2 : membangun proses multi-enterprise yang kuat dengan dukungan teknologi informasi yang tepat. 3. Pendorong 3: menyeimbangkan peran antara orang dan teknologi. 4. Pendorong4: mengatur proses multi-enterprise dengan fleksibel dan dinamis. 5. Pendorong 5: mengatur pengetahuan dengan strategis. 6. Pendorong 6: meningkatkan efektivitas individu.
2.7.6Enterprise Vision Untuk mencapai visi yang telah ditentukan, maka diperlukan suatu analisis lingkungan bisnis yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam pencapaian visi. Analisis lingkungan bisnis perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Five Forces Porter.
2.7.6.1 Five Forces Porter Analysis • Persaingan antar perusahaan sejenis. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada. • Ancaman pesaing baru. Cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah. • Ancaman produk substitusi. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi. Dan hal ini tergantung pada konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau banyaknya penjual.Lalu adanya diferensiasi dari
38 produk, apakah produk tersebut standar atau tidak.Kualitas dari produk dan service juga mempengaruhi daya tawar dari pembeli. Dan yang terakhir adalah profitabilitas pembeli, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok lain. • Kekuatan tawar menawar pemasok. Bagaimana kuatnya posisi penjual.Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja,bisa jadi mereka memonopoli supply barang.Dalam hal ini semua tergantung pada konsentrasi dari supplier, maksudnya apakah banyak pembeli dan sedikit supplier.Brand atau merk juga menentukan apakah brand tersebut sudah kuat atau belum. Lalu ada profitabilitas supplier, pemasok masuk ke dalam industri (contoh : produsen mengatur sendiri gerai ritelnya), pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain, kualitas dari produk dan service tetap memadai dan seberapa mudah pemasok mencari pelanggan baru. • Kekuatan tawar menawar konsumen. Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada. Apakah ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama. Dalam hal ini semua tergantung pada : - Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor. Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka persaingan akan sedikit. - Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi akan mendorong kompetitor untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih murah. - Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas biasanya akan memiliki persaingan yang besar. - Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah beralih ke biaya tinggi. - Tujuan strategis. Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif maka persaingan akan semakin besar.
39 - Ketika hambatan untuk meninggalkan industri semakin tinggi maka persaingan akan semakin besar.
Gambar 2.3Five Forces Analysis Sumber: Purwanto, 2007, p88
2.7.7Opportunity Identification Berdasarkan analisis Five Force Porter, maka dapat dilakukan identifikasipeluang untuk menentukan strategi supply chain management yang tepat bagi PT. Pilarindo Jaya Perkasa. Beberapa halyang dapat dilakukan sebagai berikut :
2.7.7.1 Matriks SWOT Menurut Iwan Purwanto (2007, p131), matriks SWOT merupakan matching tool yang
membantu
para
manajer
mengembangkan
empat tipe strategi, yaitu sebagai berikut: a.
Strategi
SO
(Strengths-Opportunity)
adalah
strategi
yang
digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki / Strengths (S) untuk memanfaatkan berbagai peluang /Opportunity (O).
b. Strategi WO (Weakness-Opportunity) adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan / Weakness (W) yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang / Opportunity(O).
40 c. Strategi ST (Strengths-Threats) adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan / Strengths (S) untuk mengurangi berbagai ancaman /Threats (T) yang mungkin melingkupi perusahaan.
d. Strategi WT (Weakness-Threats) adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan / Weakness (W) dalam rangka meminimalisir atau menghindari ancaman / Threats (T).
2.7.7.2 Langkah-langkah Membuat Matriks SWOT Analisislingkunganeskternaldapatmenggunakan ExternalFactorEvaluation (EFE), sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan gambaran tentang keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan. Untuk mempermudah teknik analisis lingkungan internaldalam SWOTdigunakan InternalFactorEvaluation (IFE).Perlu dilakukan analisis menggunakan EFE dan IFE sebelum melakukan analisis SWOT.Dan berikut adalah langkah-langkahnya : a. Buatlah daftar peluang signifikan eksternal perusahaan. b. Buat daftar ancaman signifikan eksternal perusahaan. c. Buat daftar kekuatan signifikan internal perusahaan. d. Buat daftar kelemahan signifikaninternalperusahaan. e. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalamsel SO strategi. f. Cocokkan kelemahan-kelemahan internaldan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnyadalamselWO strategi. g. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalamsel ST strategi. h. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancamanancaman eksternal dan catat hasilnya dalamsel WT strategi.
41 Contoh Matriks SWOT:
Gambar 2.4 Matriks SWOT Sumber : Iwan Purwanto (2007, p133)
2.7.7.3External Factor Evaluation (EFE) Matrix Menurut Fred David (Iwan Purwanto, 2007, p113), ada 5 tahapan dalam pembuatan EFE matriks, yaitu: a) Buat critical success factors seperti yang diidentifikasikan dalam faktor-faktor lingkungan
eksternal
yang
menjadi
peluang
(opportunities) maupun ancaman (threats).Buatlah secara spesifik dengan menggunakan teknik statistik seperti presentase, rasio, dan perbandingan jika memungkinkan.
b) Menentukan bobot atau timbangan criticalsuccess factors, dimulai dari 0,0 untuk faktor yang sangat tidak penting sampai 1,0 untuk faktor yang sangat penting.Ukuran bobot dapat ditentukan dengan beberapa cara, misalnya dengan konsensus kelompok. Total keseluruhan bobot dari critical success factors harus sama dengan 1,0 nilai bobot ini dihitung berdasarkan rata-rata industri.
42 c) Kemudian untuk setiap faktor yang telah diberi bobot, juga diberi peringkat mulai dari angka 1sampai 4. Nilai 4 (respon sangat bagus) artinya jika respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal sangat baik dan optimal disbanding dengan perusahaan lain dalam industri. Nilai3 (respon diatas rata-rata) artinya jika respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal tadi lebih baik jika dibandingkan dengan respon perusahaan lain yang berada dalam industri. Nilai 2 (respon rata-rata) artinya jika respon perusahaan sama saja dengan rata-rata perusahaan lain dalam industri. Nilai 1 (respon dibawah rata-rata) artinya jika respon perusahaan sangat buruk.
d) Pada langkah ini, setiap bobot pada langkah kedua dikalikan dengan peringkat yang telah ditentukan pada langkah tiga untuk mendapatkan nilai timbangannya.
e) Jumlah nilai tertimbang untuk setiap variabel yang digunakan merupakan total nilai tertimbang perusahaan tersebut.
2.7.7.4Internal Factors Evaluation(IFE) Matrix Langkah membuat IFE matriks sama dengan membuat EFE matriks. Hanya saja, jika pada EFE matriks yang didata adalah faktor-faktor eksternal (peluang danancaman), sedangkan pada IFE matriks yang didata adalah faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Contoh profil IFE matriks :
43 Tabel 2.2 Contoh Matriks IFE
Sumber : Purwanto, 2007, p115
Berdasarkan IFE Matriks tersebut, terlihat bahwa kemampuan teknologi merupakan
hal
yang
penting
untuk
diperhatikan
dalam industri elektronik dan merupakan kekuatan yang besar bagi perusahaan, ini terlihat dari bobot kemampuan teknologi yang tinggi yaitu 0,64. dapat dilihat juga kemampuan R&D cukup baik, namun biaya R&D cukup mahal. Sedangkan secara umum posisi perusahaan cukup kuat dengan total nilainya 2,83.
2.7.7.5 Matriks IE Matriks Internal Eksternal (IE) menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE, seperti halnya matriks BCG, disebut sebagai “matriks portofolio” karena kedua alat tersebut menempatkan divisi-divisi organisasi dalam sebuah diagram
44 sistematis. Selain itu, ukuran setiap lingkaran menunjukkan persentasi hasil penjualan dari setiap divisi, sedangkan potongan kuenya menunjukkan persentase hasil laba dari setiap divisi baik dalam matriks BCG maupun IE. Selain itu, perusahaan sering kali membuat matriks IE (atau matriks BCG) untuk para pesaingnya. Lebih jauh, perusahaan perlu pula mengembangkan matriks IE (atau matriks BCG) “sebelum dan sesudah” untuk menjelaskan situasi saat ini dan situasi yang diharapkan satu tahun berikutnya. Gagasan terakhir ini meminimalkan keterbatasan matriks-matriks yang dibahas sebelumnya sebagai “satu potongan gambar dari suatu waktu tertentu”. Perbedaan matriks BCG dan IE adalah sebagai berikut : 1. Sumbunya tidak sama, 2. Matriks IE membutuhkan lebih banyak informasi mengenai divisi daripada matriks BCG, 3. Implikasi strategis dari setiap matriks berbeda. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci : skor bobot IFE total pada sumbux dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan matriks IE di tingkat perusahaan.
Gambar 2.5 Matriks IE Sumber :David, Fred R.“ Manajemen Strategis” Edisi ke-12.Jakarta : 2009
45
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. 1. Grow and Build Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini. 2. Hold and maintain Dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Harvest or divest Strategi yang dilakukan adalah likuidasi atau divestasi. 2.7.7.6 Matriks Grand Strategy Matriks Strategi Besar didasarkan pada dua dimensi evaluatif : posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar (industri). Semua organisasi dapat diposisikan di salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar. Untuk divisi-divisi suatu perusahaan dapat dilakukan hal yang serupa. Setiap industri yang pertumbuhan penjualan tahunannya melebihi 5 persen dapat dianggap memiliki pertumbuhan yang cepat.
Gambar 2.6 Matriks Grand Strategy Sumber :David, Fred R.“ Manajemen Strategis” Edisi ke- 12. Jakarta : 2009
46 1. Perusahaan yang berada dalam kuadran I memiliki posisi strategis yang sempurna. Perusahaan dalam posisi ini memiliki sumber daya yang memadai untuk mengambil keuntungan dari berbagai peluang eksternal yang muncul di banyak bidang. Mereka bisa mengambil risiko secara agresif jika perlu. 2. Perusahaan di kuadran II perlu secara serius mengevaluasi pendekatan mereka terhadap pasar. Walaupun industri mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif, dan mereka perlu mencari tahu mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat memperbaiki daya saingnya. 3.
Perusahaan
di
kuadran
III
bersaing
di
industri
yang
pertumbuhannya lambat serta memiliki posisi kompetitif lemah. Perusahaan
harus
segera
membuat
perubahan
drastis
untuk
menghindari penurunan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Pengurangan (penciutan) biaya dan aset yang ekstensif harus dilakukan pertama kali. 4. Perusahaan di kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat namun berada di dlam industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan-perusahaan ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan program diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan. Karakteristik perusahaan di kuadran IV adalah memiliki tingkat arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas dan sering kali dapat menjalankan strategi diversifikasi terkait atau tak terkait dengan berhasil. Perusahaan-perusahaan di kuadran IV juga bisa melakukan usaha patungan.
2.7.7.7 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun pada tahap pencocokan.
47 Seperti halnya alat-alat analitis perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik. Secara khusus, kolom kiri QSPM berisi informasi yang diperoleh secara langsung dari matriks IFE dan EFE. Di kolom yang berdampingan dengan faktor-faktor keberhasilan penting tersebut, catat bobot masing-masing yang diterima setiap faktor dalam matriks EFE dan IFE. Basis teratas QSPM berisi strategi-strategi alternatif yang diperoleh dari matriks SWOT, SPACE, BCG, IE, dan Grand Strategy. Namun demikian, tidak setiap strategi yang diusulkan oleh teknik-teknik pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM. Para penyusun strategi harus menggunakan penilaian intuitif yang bagus untuk memilih strategi yang hendak dimasukkan dalam QSPM. Berikut ini beberapa panduan yang penting untuk diikuti dalam mengembangkan sebuah QSPM : 1.
Jangan pernah mengerjakan kolom demi kolom, biasakan
mengerjakan QSPM dari baris ke baris. 2. Jangan pernah memberi peringkat atau nilai hanya pada satu strategi. 3. Jangan pernah pula menyalin skor yang sama dalam satu baris. 4. Jika memiliki lebih dari satu strategi dalam QSPM, buatlah skor AS berkisar dari 1 sampai “jumlah strategi yang dievaluasi”. 5. Harus ada dasar pemikiran untuk setiap skor AS yang diberikan. Oleh karenanya, skor AS bukan semata-mata tebakan. Skor AS harus rasional, bisa dipertahankan, dan masuk akal. 6. Hindari memberikan skor AS yang sama pada setiap strategi.
48
Gambar 2.7 Matriks QSPM Sumber :David, Fred R.“ Manajemen Strategis” Edisi ke- 12. Jakarta : 2009
Keistimewaan dari QSPM adalah : 1. Rangkaian-rangkaian strateginya dapat diamati secara berurutan atau bersamaan. Misal, strategi tingkat perusahaan dapat dievaluasi dulu, diikuti dengan strategi tingkat divisi, kemudian strategi tingkat fungsi. Tidak ada batasan jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah rangkaian strategi yang dapat dicermati sekaligus dalam menggunakan QSPM. 2. Mendorong para penyusun strategi untuk memasukkan faktorfaktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. 3. Mengembangkan QSPM memperkecil kemungkinan bahwa faktorfaktor utama akan terlewat atau diberi bobot secara berlebihan. QSPM
menggarisbawahi
berbagai
hubungan
penting
yang
memengaruhi keputusan strategi. 4.
QSPM dapat diadaptasi untuk digunakan oleh organisasi
berorientasi laba dan nirlaba yang besar maupun kecil sehingga bisa diaplikasikan di hampir setiap jenis organisasi.
49 5. Walaupun dalam mengembangkan QSPM dibutuhkan sejumlah keputusan subjektif, membuat keputusan-keputusan kecil di sepanjang proses meningkatkan probabilitas bahwa keputusan strategis akhir yang dicapai adalah yang terbaik bagi organisasi. Sedangkan keterbatasan QSPM adalah : 1. QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang berdasar. Pemeringkatan dan skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu harus didasarkan pada informasi yang objektif. 2. Diskusi di antara para penyusun strategi, manager, dan karyawan di sepanjang proses perumusan strategi adalah hal yang “konstruktif” dan memperbaiki kualitas keputusan strategi. Diskusi yang konstruktif selama analisis dan pemilihan strategi mungkin muncul karena perbedaan interpretasi atas informasi dan opini yang beragam. 3. QSPM hanya akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasarnya.
2.7.8Strategy Decision 2.7.8.1 Rancangan Supply Chain MenurutAminWidjajaTunggal(2009,p103) manajemensuatuperusahaan rancangan
supply
seharusnya
chain
saat
terlibat sedang
dalam
proses
memperkenalkan
produkbaruatauketikakeberadaansupplychain mengecewakan.Prosesrancangan supply chain : 1. Membuat tujuan supplychain. 2. Merumuskan strategi alternatif struktur supply chain. 3. Menentukan alternatif struktur supply chain. 4. Mengevaluasi alternatifstruktursupply chain. 5. Memilih struktur supply chain. 6. Menentukan alternatif untuk anggota-anggota individu supplychain. 7. Mengevaluasi dan memilih anggota-anggota individusupplychain. 8. Mengukur dan mengevaluasi hasilsupply chain.
50 9.Mengevaluasi alternatif supply chain bila kinerja tujuan tidak tercapai atau terdapat pilihan-pilihan baru yang lebih menarik. 2.8
Persediaan 2.8.1 Sistem Persediaan Pada umumnya, permintaan pelanggan bersifat tidak pasti. Sehingga perusahaan tidak mampu menentukan dengan pasti berapa jumlah produk yang akan dipesan oleh pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan persediaan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang dapat meningkat setiap saat.Menurut Nasution, Arman Hakim (2003, P103-P104), persediaan adalah sumber menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan berapa jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity) yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimalisir ordering cost dan holding cost.
2.8.2Pengendalian Persediaan Jasa Menurut Render dan Heizer (2011, P306), manajemen persediaan jasa untuk bisnis perdagangan besar dan perdagangan eceran merupakan hal penting.Meskipun ada juga organisasi jasa yang tidak memiliki persedian, namun hal tersebut bukanlah masalah. Persediaan yang sedang dalam proses pemindahan atau yang menganggur dalam sebuah gudang memiliki
resiko
kehilangan
nilai,
rusak,
atau
dicuri
sebelum
penjualan.Dalam penjualan eceran, persediaan yang tidak terhitung diantara
penerimaan dan
penjualan disebut dengan
penyusutan
(shrinkage).Penyusutan dapat timbul akibat kerusakan, pencurian, dan pekerjaan administrasi yang tidak rapi.Pencurian persediaan disebut dengan pilferage.Oleh karena dampak persediaan pada keuntungan sangat besar, maka akurasi dan pengendalian persediaan memilik peranan yang sangat penting.
51 2.9Object Oriented Analysis and Design (OOAD) 2.9.1 Pengertian Perancangan Sistem Perancangan sistem menurut Bentley dan Whitten (2007,P7) adalah pengembangan atau spesifikasi dari solusi teknikal, berbasis komputer untuk persyaratan bisnis untuk di identifikasi dalam analisis sistem. Sedangkan menurut Satzinger et. al (2010, P9), perancangan sistem adalah proses menentukan secara rinci bagaimana komponen – komponen dari SI harus diimplementasikan secara fisik. Sehingga dapat disimpulkan, perancangan sistem adalah gambaran umum mengenai sistem yang baru yang akan dikembangkan dengan mengkonfigurasikan komponen – komponen SI.
2.9.2Pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Whitten (2004, H179), menyatakan bahwa konsep yang digunakan dalam orientasi objek adalah pembungkusan semua data yang mendeskripsikan orang, tempat, kejadian dalam suatu wadah, yaitu objek itu sendiri. Lalu masih menurut Whitten et al (2007, P25), Object-Oriented AnalysisandDesign (OOAD) merupakan suatu kumpulan alat dan teknik untukmengembangkan suatu sistem yang akan menggunakan teknologi objek untukmembangun sebuah sistem dan piranti lunak.
Sedangkan menurut Satzinger et al (2010, P60), pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah : • Object Oriented Programming (OOP) menuliskan tentang pernyataan dalambahasa pemrograman untuk mendifinisikan tipe dari masingmasing objek.
• Object-Orientied Analysis (OOA) adalah semua jenis objek yang melakukanpekerjaan
dalam
sistem
dan
menunjukan
interaksi
pengguna apa yangdibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Objek diartikan sebagai suatuhal dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan-pesan. • Object-Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang diperlukanuntuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam
52 sistem,menunjukan bagaimana objek berinteraksi untuk meyelesaikan tugas, danmenyempurnakan definisi dari masing-masing jenis objek sehingga dapatdiimplementasikan dengan bahasa tertentu.
Gambar 2.8Object – Oriented Even - Driven Program Flow
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa object oriented analysis and design merupakan kegiatan untuk menentukan problem domain dan kemudian mencari pemecahan masalah yang logical dalam suatu wadah, yaitu objek itu sendiri.
2.10 Perencanaan Strategis Sistem Informasi Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai.Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perusahaan perlu melakukan perencanaaan strategis. Perencanaan strategis dapat menentukan dan menggambarkan kondisi dan posisi perusahaan saat ini, kemana arah bisnis perusahaan yang akan dituju dimasa mendatang, serta apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang dituju tersebut. Salah satu komponen dalam perencanaan strategis adalah perencanaan strategis sistem informasi.Definisi perencanaan strategis sistem informasi (information systems strategic planning) menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p16) adalah sebuah rencana yang menjelaskan teknologi dan aplikasi yang dibutuhkan oleh fungsi sistem informasi untuk mendukung
53 rencana strategis perusahaan.Dalam perencanaan strategis sistem informasi, tim pengembang pada perusahaan akan menggabungkan dua rencana arsitektur, yaitu application architecture plan dan technology architecture plan.Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p16), application architecture plan merupakan sebuah deskripsi dari sistem informasi yang terintegrasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjalankan fungsi bisnisnya.Sedangkanmasih menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p16) definisi technology architecture plan merupakan sebuah deskripsi dari hardware, software, dan jaringan komunikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi sistem informasi yang telah direncakan.
2.11 Konsep Object Oriented Dalam mengembangkan sistem, dapat digunakan pendekatan berorientasi obyek (object oriented approach). Pendekatan berorientasi obyek sendiri menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p60) adalah suatu pendekatan pengembangan sistem yang memandang sistem informasi sebagai kumpulan obyek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugastugas.
2.12Pengertian UML (Unified Modelling Language) Menurut Satzinger (2007, P48), dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menyatakan bahwa Unified Modelling Language (UML) adalah satu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi objek. Dengan menggungakan UML, analisis dan pengguna akhir yang dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem. Model komponen sistem yang menggunakan Unified Modeling Language terdiri dari tujuh diagram, yaitu : 1.
Use case diagram
2.
Class diagram
3.
Activity diagram
4.
Sequence diagram
5.
Communication diagram
54 6.
Package diagram
7.
Deployement diagram
2.13 Aktivitas Utama dalam Object Oriented Analysis and Design Menurut Satzinger (2007, p61), dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menyebutkan beberapa aktivitas utama yang dilakukan di dalam OOAD yakni :
2.13.1 Object, Attributes, and Methods Menurut Satzinger (2007, p61),Sebuah objek dalam sistem informasi adalah seperti sebuah objek di dunia nyata yaitu sesuatu yang memiliki attributes dan behaviours. Sebuah sistem informasi dapat memiliki berbagai jenis objek, seperti User Interface (UI) objek yang membentuk antarmuka pengguna dan sistem dan masalah objek domain yang menjadi fokus dari tugas lingkungan pengguna. Menurut Satzinger (2007, p62)Sebuah User Interface (UI) memiliki Attributes, yang merupakan karakteristik yang memiliki nilai : ukuran, bentuk, warna, lokasi, dan keterangan dari tombol atau tabel sebagai contohnya. Sebuah form pada layar memiliki atribut seperti tinggi dan lebar, gaya perbatasan, dan warna latar belakang. Pengguna UI ini juga memiliki perilaku, atau metode yang menggambarkan apa yang objek dapat lakukan.
Gambar 2.9Attributes and Methods of UI Objects Sumber : Satzinger (2007,P62)
55 Objek dari User Interface (UI) adalah yang paling mudah untuk dipahami karenapengguna dapat melihat mereka dan berinteraksi dengan mereka secara langsung. Tetapi sistem Object Oriented memuat jenis objek lainnya, yang disebut domain objek masalah, yang khusus dibuat untuk aplikasi bisnis.
2.13.2Classes Menurut Satzinger (2007, diklasifikasikan
sebagai
p63),
jenis
Semua
hal
objek
pelanggan,
dari pelanggan sehinggan
dalam
pengembangan Object Oriented, dapat merujuk kepada kelas pelanggan ketika pengguna membicarakan tentang semua objek pelanggan. Kelas mendefinisikan apa semua objek dari kelas mewakili. Ketika pengguna bicara tentang pemrograman komputer dan benda-benda, anda dapat mengacu kepada objek sebagai contoh kelas.
2.13.3 Inheritance and Polymorphism Menurut Satzinger (2007, p66), Mungkin sebuah konsep yang paling sering digunakan adalah ketika membahas objek kelas adalah objek pewarisan. Dimana suatu objek kelas mengambil karakteristik kelas lain. Sebagai contoh, sebuah objek memiliki kelas nasabah mungkin juga sesuatu yang lebih umum, seperti orang. Oleh karena itu, jika kelas orang sudah didefiniskan, kelas pelanggan dapat didefinisikan dengan memperluas kelas pelanggan untuk mengambil atribut yang lebih spesifik dan metode lainnya yang diperlukan pelanggan.
56
Gambar 2.10 Contoh superclass and subclasses Sumber : Satzinger (2007, P67)
Atribut tidak hanya memiliki karakteristik dan superclass. Subclasses juga mewarisi metode dan hubungan asosiasi. Konsep akhir kunci yang terkait
untuk
generalisasi
hirarki
dan
warisan
metode
adalah
polymorphism, yang berarti banyak bentuk. Dalam object oriented, polymorphism mengacu kepada cara objek yang berbeda yang dapat merespon dengan cara mereka sendiri untuk pesan yang sama.
2.14System Requirements Analysis Menurut Satzinger (2007, p129) dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design kebutuhan sistem adalah semua kemampuan yang mengharuskan sistem baru harus memiliki dan sistem baru harus memenuhi kendalanya. Umumnya, analisis membagi kebutuhan sistem menjadi dua kategori yakni : kebutuhan fungsional dan non fungsional. Kebutuhan fungsional adalah kegiatan yang sistem harus melakukannya yaitu penggunaan sistem yang diterapkan. Biasanya yang berkaitan langsung dengan menggunakan kasus.
2.15Activity Diagram Menurut Satzinger (2007, p144)Flowcharts dan diagram aktivitas yang khusus dirancang untuk mewakili aliran kontrol di antara langkah-langkah pengolahan.
57 Banyak analis menggunakan jenis workflow diagram dan menyebutnya activity diagram. Suatu activity diagram merupakan gambaran berbagai pengguna (atau sistem) kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masingmasing, dan aliran sekuensial dari kegiatan tersebut. Symbol yang digunakan yaitu: 1. Starting Activity (pseudo) Merupakan simbol untuk menandakan dimulainya aktivitas. 2. Transition Arrow Merupakan garis penunujuk arah urutan aktivitas yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas. 3. Activity Merupakan simbol yang menggambarkan aktivitas. 4. Ending Activity (pseudo) Merupakan simbol untuk menandakan berakhirnya aktivitas. 5. Swimlane Merupakan area persegi dalam activity diagram yang menunjukkan aktivitas diselesaikan single agent.
Gambar 2.11SymbolActivity Diagram. Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, P145)
6. Synchronization bar Merupakan symbol yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur berurutan.
58 7. Diamond Merupakan simbol poin keputusan dalam alur proses mengikuti satu jalur atau jalur lainnya.
2.16Event Table Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004,p174), event table adalah sebuah pedomanuse case daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci informasi setiap peristiwa dalam kolom. Di dalam event table terdapat tahapan yang harus dilakukan didalam kolom yakni seperti kolom berikut ini :
Gambar 2.12 Contoh event table menurut Satzinger Sumber : (2007, P175)
a. Pengertian Event Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p167), event adalah kejadian pada waktu dan tempat tertentu, dapat digambarkan, dan harus diingat oleh sistem.
59 b. Pengertian Trigger Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p175), trigger adalah tanda yang memberitahukan sistem bahwa telah terjadi peristiwa. Untuk peristiwa eksternal, trigger merupakan datangnya data yang harus diproses oleh sistem. Contohnya, ketika pelanggan melakukan pesanan, maka rincian pesanan baru sebagai input. Untuk peristiwa sementara, trigger merupakan titik waktu.Contohnya, pada akhir setiap hari kerja, sistem telah mengetahui waktu untuk menghasilkan laporan ringkasan transaksi. c. Pengertian Source Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p175), source adalah agen eksternal yang memberikan data ke sistem. d. PengertianResponse Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p175), response adalah output dari sistem. Ketika sistem menghasilkan laporan ringkasan transaksi, laporan tersebut merupakan outputs. Satu use case dapat menghasilkan beberapa responses. Contoh, ketika sistem membuat pesanan baru, maka konfirmasi pesanan diberikan kepada pelanggan, rincian pesanan diberikan kepada bagian pengiriman, dan catatan transaksi diberikan kepada bank. e. Pengertian Destination Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p175), destination adalah tempat di mana beberapa response telah dikirim. Kadang-kadang use case tidak menghasilkan responsesama sekali. Contoh, jika pelanggan ingin melakukan update informasi akun, informasi tersebut tersimpan dalam database, tapi tidak dibutuhkan output untuk dihasilkan. Mencatat informasi dalam database merupakan bagian dari use case.
2.17Use Case Menurut Satzinger (2007, P215) dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menjelaskan bahwa sebuah use case itu menunjukan sebuah tongkat sederhana yang digunakan untuk mewakili aktor (tangan ditunjukan langsung mengakses ke sistem langsung). Kasus penggunaan sendiri dilambangkan oleh oval dengan nama use case didalamnya. Garis yang
60 menghubungkan
aktor dengan
use case menunjukan
bahwa aktor
memanfaatkan penggunaan sistemnya. Pelaku juga dapat menggunakan sistem lain
yang langsung menunjukan antar muka dengan sistem yang
sedang dikembangkan.
Gambar 2.13Simple Use Case With an Actor. Sumber : Satzinger (2007, P215)
Otomatisasi batasan dan organisasi yang ditunjukan di dalam use case diagram memperluas penggunaan diagram sama halnya dengan aktor-aktor lain dan menggunakan kasus.
Gambar 2.14A Use Case Diagram of the Order-Entry Subsystem for RMO, Showing a System Boundary. Sumber : Satzinger (2007, P216)
61 2.18Use Case Description Menurut Satzinger (2007, p220) use case description menjelaskan tentang suatu penggunaan kasus sistem yang mencakup seluruh urutan langkah untuk menyelesaikan suatu proses bisnis. Dan sering kali beberapa variansi dari langkah-langkah bisnis ada dalam kasus penggunaan tunggal.
Gambar 2.15Contoh Use Case Description Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, P223)
62 2.19 Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p302), class diagram memberikan gambaran struktur dan deskripsi kelas, package, dan objek serta hubungan satu sama lain seperti pewarisan dan asosiasi.
Gambar 2.16 Contoh Notasi Class Diagram. Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p304)
Class Diagram memiliki 3 desain, yaitu: 1. First Cut Class Diagram First Cut Class Diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class diagram. Perluasan ini membutuhkan 2 langkah: (1) melakukan elaborasi atribut dengan informasi type and initial value dan (2) menambahkan panah navigasi. Melakukan elaborasi atribut cukup mudah. Semua atribut tetap tak terilhat atau private, ditunjukkan oleh tanda minus dalam diagram. Gambar 2.6 merupakan contoh First Cut Class Diagram.
Gambar 2.17 Contoh First Cut Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004,P448)
63 2. Domain Model Class Diagram
Gambar 2.18 Contoh Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd(2004, P310)
64 3. Updated Design Class Diagram
Gambar 2.19 Contoh Updated Design Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, P340)
65 2.20Sequence Diagram 2.20.1 System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, p213), system sequence diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama dalam use case atau skenario.
Gambar 2.20 Contoh Notasi System Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, P229)
66 2.20.2Completed Three Layer Design Sequence Diagram
Gambar 2.21 Contoh Completed Three Layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2004, P487)
2.20.3User Interface User InterfacemenurutSatzinger, dan Burd (2005, p442) adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output. menjelaskan bahwa sebuah sistem informasi baru mempengaruhi banyak sistem informasi yang ada lainnya, dan analisis harus memastikan bahwa mereka semua bekerja bersama-sama. Beberapa interface sistem link sistem organisasi internal, merupakan
67 sistem lain antarmuka dengan sistem eksternal, seperti pemasok atau rumah pelanggan. Dalam kasus lain, sistem baru perlu berkomunikasi dengan aplikasi bahwa organisasi telah dibeli dan diinstall. Dalam setiap kasus hanya terdaftar, analisis harus memiliki informasi tentang setiap sistem yang akan menyentuh sistem baru. Sistem juga harus berinteraksi dengan pengguna baik didalam maupun diluar organisasi. User interface yang lebih dari sekedar layar, itu adalah merupakan pengguna yang datang ke dalam kontrak dengan saat menggunakan sistem, komseptual, dan fisik. Lalu masih menurut Menurut Satzinger et al. (2010, p532), User Interface (UI) adalah sistem itusendiri dan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan end user saatsedang menggunakan sistem seperti fisik, perseptual, dan konseptual.
2.20.4DelapanAturan Emas Perancangan UserInterface Shneiderman(2010, p88-89), mengemukakan delapan aturan yang dapat digunakan sebagai dasarpetunjuk yang baik untuk merancang suatu UI. Delapan aturan ini disebutdengan Eight Golden Rules of Interface Design, yaitu: Berusaha konsisten. Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yangdigunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut. Ada
kebutuhan
dari
pengguna
yang
sudah
ahli
untuk
meningkatkankecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintahtersembunyi, dan fasilitas makro. Memberikan umpan balik informative. Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpanbalik.Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol
padawaktu
memasukan
data
atau
muncul
pesan
kesalahannya. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan.Umpan balik informatif akan memberikan indikasi penutupan bahwa cara yang
68 dilakukan
sudah
benar
dan
dapat
mempersiapkan
langkah
berikutnya. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana. Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapatmelakukan kesalahan fatal.Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksikesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sederhana danmudah dipahami untuk penanganan kesalahan. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya. Hal ini dapat mengurangi ke khawatiran pengguna, karena penggunamengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan, sehingga penggunatidak takut untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasadigunakan. Mendukung tempat pengendali internal. Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespontindakan yang dilakukan pengguna dari pada pengguna merasa bahwasistem mengkontrol pengguna. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan sederhana ataubanyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukupwaktu pelatihan untuk kode, dan urutan tindakan.
2.20.5Deployment Environment Menurut Satzinger (2007), menjelaskan bahwa deployment environment terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak sistem, dan lingkungan jaringan dimana sistem akan beroperasi. Deployment environment terbagi atas : - Single Computer Arsitektur komputer tunggal menggunakan sistem komputer dan perangkat secara langsung lampirannya.Ini bisa menjadi aplikasi PC yang berdiri sendiri, tetapi dalam konteks ini, kita membahas aplikasi mainframe besar yang pengguna berinteraksi dengan sistem melalui terminal dummy.Keuntungan utama dari arsitektur komputer tungggal, adalah kesederhanaannya. Sistem informasi digunakan
69 pada sistem single-computer yang relatif mudah untuk merancang,membangun, mengoperasikan, dan memelihara. - Multitier architecture Arsitektur multi-tier menggunakan sistem komputer didalam sebuah upaya kerja sama untuk memenuhi kebutuhan pemrosesan informasi. 2.20.6Component Architecture Menurut Satzinger (2007) menjelaskan bahwa, dukungan jasa arsitektur dan penyebaran lingkungan mencakup koleksi yang kompleks dari sebuah perangkat keras komputer, jaringan, dan perangkat lunak sistem. Kadang-kadang, sebuah organisasi baik akan kekurangannya layanan dukungan arsitektur, atau ingin mengganti sistem yang ada. Dalam kebanyakan kasus, sistem baru akan disesuaikan dengan infrastruktur warisan.Menurut Hall (2007) menggambarkan component architecture seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.22 Component Architecture, The Component Diagram of the Complete System. Sumber : Hall (2007)
70 2.21Kerangka Pemikiran
Metode Data Primer : Wawancara & Observasi
Pengumpulan
Data Sekunder : Studi Kepustakaan
Data
Preliminary Step
Energize Organization
Enterprise Vision (Five Forces Porter Analysis)
Opportunity Identification Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks SWOT
Matriks QSPM
Matriks Grand
Matriks IE
Strategy
Strategy Decision Perancangan OOAD Perancangan Activity Diagram
Perancangan Data AccesLayerSequence Diagram
Perancangan Database
Perancangan Domain
Perancangan Use
Class Diagram
Case Diagram
Perancangan First Cut
Perancangan Use
Design Class Diagram
Case Description
Perancangan User Interface