BAB 2 LANDASAN TEORI
1.1
Tinjauan Umum Galeri
Beberapa sumber berpendapat bahwa galeri adalah, ‘An art gallery is a space for threxhibition of art. Berarti suatu tempat untuk memamerkan hasil karya, baik berupa karya maupun budaya. Galeri berasal dari kata latin yaitu “galleria”, sebuah kata benda yang bermakna “sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang dibatasi dinding berbentuk U dan disangga tiang-tiang kantilever yang berfungsi sebagai ruang pertemuan umum untuk berdiskusi apa saja. Pengertian tersebut dapat ditarik sebagai pengertian bahwa galeri adalah tempat/ruang yang digunakan sebagai memamerkan karya dan budaya dalamm bentuk dan penataan secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai hiburan, melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi setiap pengunjung. Galeri berbeda dengan meseum, selain berbeda dari ukuran, perbedaan yang paling meonjol dari galeri dan museum adalah bila galeri hanya menjual karya, sedangkan museum hanya tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka. `
Galeri seni ini mempunyai fungsi utama yaitu sebagai wadah apresiasi seni dan
memamerkan karya-karya seni kepada masyarakat sekaligus memelihara karya-karya tersebut. Secara tidak langsung galeri memberikan fungsi edukasi kepada masyarakat mengenai ilmu dan perkembangan seni yang merupakan bagian dari perkembangan dari kondisi sosial dan budaya dan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut semakin kreatif dan produktif dalam berkarya secara positif. Dalam perkembangannya galeri tidak hanya berfungsi sebagai tempat memamerkan, mengapresiasi dan merawat karya seni. Tetapi juga sebagai tempat untuk memberikan suatu kajian seni kepada masyarakat agar karya-karya seni yang ada dapat terapresiasikan dengan benar dan tidak menjadikan salah tafsir pada masyarakat mengenai apa yang sebenarnya akan dikomunikasikan lewat karya tersebut. Galeri juga memberikan fasilitas
kepada suatu komunitas seni untuk menyampaikansuatu gagasan-gagasan baru yang positif kepada masyarakat. (Deskripsi. 2008. Contemporary art Gallery 104. Yokyakarta. deskripsi) 1.1.1
Fungsi dan Tujuan Galeri di Indonesia tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
kerajinan seni di Indonesia, banyak tidaknya sebuah galeri dapat menjadi sebuah parameter tingginya tingkat apresiasi masyarakat terhadap kerajinan karya seni. Fungsi sebuah galeri di Indonesia umumnya sebagai sarana guna mengapresiasikan seni terhadap masyarakat luas, misalnya melalui pameran. Fungsi dan tujuan galeri berdasarkan jenisnya, yaitu: (Rina Kumala dewi. 2010, Department of Ar. Jakarta: Rina kumala dewi) 1. Galeri dalam museum yaitu galeri khusus untuk memamerkan benda-benda yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan. 2. Galeri kontemporer yaitu galeri yang memiliki finngsi komersial dan imiliki oleh perorangan. 3. Vanity Gallery yaitu galeri seni artistic yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan. 4. Galeri arsitektur yaitu galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter masing-masing. 5. Galeri komersil adalah galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara pribadi untuk menjual hasil karya. Tidak berorientasi mencari keuntungan kolektif dari pemerintah nasional atau local.
1.1.2
Klasifikasi Jenis Kegiatan Pada Galeri Jenis kegiatan pada sebuah galeri dapat di bedakan menjadi beberap jenisnya, yaitu: 1. Pengadaan Hanya benda-benda yang dapat dimasukan kedalam galeri, yaitu hanya bendabenda yang memiliki syarat-syarat seperti: - Mempunyai nilai budaya, artistic, dan estetis. - Memiliki nilai seni yang dapat di perdagangkan.
2. Pameran Pameran berasal dari kata “pamer” yang artinya menunjukan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan. Pameran merupakam suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan. Yang mempertemukan antara produsen dan pembeli namun pengertian pameran lebih jauh antara produsen dan pembeli namun pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkempuolan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Adapun macammpamaren itu adalah: show, exhibition, expo, pekan raya, fair, bazzar, pasar murah. Adapun jenis pameran yang berdasarkan jenisnya berikut keterangannya: •
Bentuk pameran berdasarkan tempat dan waktu pameran -
Pameeran tetap atau permanen adalah pameran yang tidak terkait oleh lamanya waktu. Pameran artinya tidak pernah tutup dan tidak terkait oleh waktu contohnya, museum dan artgallery.
-
Pameran Rutin adalah pameran yang selalu diadakan pada waktuwaktu tertentu, misalnya pameran seni rupa yng diadakan tiap tahun sekali dan pameran ARSIP TULUNGAGUNG yang memuat budaya, sejarah, social, dan agama.
-
Pameran Insidental adalah pameran yang diadakan dengan maksud dan tujuan tertentu yang tidak terikat oleh rutinitas pelaksanaanya. Misalnya pameran akhir studi, pameran penyerta seminar, atau pemeran menyambut kunjung tamu.
•
Bentuk pameran berdasarkan ragam karya yang dipamerkan -
Pameran homogeny adalah suatu penyelenggaraan pameran deangan menampilakn karya seni dari salah satu cabang seni saja. Karya seni yang di pamerkan tersebut tidak tergantung, dari jumlah peserta pameran atau pemilik karya.
-
Pameran
hetrogen
adalah
penyelenggaraan
pameran
yang
menampilkan cabang seni rupa pada waktu dan tempat, serta peristiwa yang sama.
Bentuk pameran berdasarkan jumlah peserta pameran dibedakan sebagai berikut. -
Pameran tunggal , adalah pelaksanaan pameran yang menampilkan beberapa karya seorang seniman saja
-
Pameran
kelompok,
adalah
pelaksanaan
pameran
dengan
menampilkan karya-karya dari beberapa orang (seniman) dalam satu tempat. 3. Pemeliharaan Secara pemeliharaan keseluruhan barang yang di display harus di rapikan semenarik nmungking tujuannya adalah untuk menarik minat para pengunjung untuk melihat kedalah galeri kita dan memberikan kenyamanan kepada pengunjung dengan informasi yang sejelas mungkin. Dan benda-benda koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang membuatnya gampangdi mengerti pengunjung, 4. Konservasi Konservasi yang dilakukan bersifat cepat dan ringan, yaitu pembersihan karya seni dari debu atau Koran dengan peralatan sederhana. 5. Restorasi Restorasi yang dilakukan berupa berbaikan ringan, yaitu mrngganti bagianbagian yang sudah using/termakan usia. 6. Penelitian Bentuk dari penelitian terdiri dari 2 macam, yaitu: •
Penelitian intem adalah penelitian yang dilakukan oleh kuator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
•
Penelitian ekstern adalah penelitian yang dilakuka oleh peneliti dan pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa, pelajar dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi dan lain-lain.
2.1.3
Sistem Ergonomi dan Elemen Interior Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal,
dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis sesuai dengan kebutuhan, kempuan dan keterbatasan manusia (IEA.2002.Ergonomic Association). Standar ergonomi merupakan standarrisasi yang di perlukan untuk perancangan ergonomi. Standar ergonomi tersebut antara lain: dimensi antropometri, lingkungan fisik, iklim kerja, kebisingan, dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan “(Pheasant :1986: 15 dan Nurmianto: 1998L: 15)” bahwa ’Inggris telah mempunyai standar antropometri, begitu pula Hongkong dan negara-negara maju lainnya’. Sementara di Indonesia standar antropometri masih mengunakan standar hasil interpolasi atau modivikasi dari masyarakat British dan Hongkong.
Gambar 2.1 Performa Ergonomis dan Parameternya Sumber : ( Prof.Dr.H.Gempur Santoso,M,K,es.(2013). Ergonomi Terapan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher)
1.
Manfaat Aplikasi Ergonomi Bedasarkan uraian diatas ergonomi dapat ditarik kemanfaatan aplikasi sebagai berikut: •
Perfoma kerja ergonomis dapat mengurangi kelelahan dan meningkatkan produktivitas kerja.
•
Performa kerja dapat diukur dengan mengunakan parameter kelelahan kerja bedasarkan MEA fluktuasi asam lektat dan glukosa dalam darah.
•
Lingkungan industri dan sekolah harus diciptakan secara ergonomis agar tenaga kerja atau guru dan siswa tetap dalam performa optimal.
2. Organisasi Antar Ruang Ada beberapa jenis organisasi antar ruang. Yang menentukannya tergantung pada tujuan prograng bangunan. Dengan memperhatikan faktorfaktor berikut pengelompokan fungsi ruang, hirargi ruang, kebutuhan pencapaian. Pencahayaan dan arah pandangan. Bentuk organisasi dapat dibedakan antara lain sebagai berikut.: •
Organisasi ruang terpusat
•
Organisasi ruang linier
•
Organisasi ruang secara radial
•
Organisasi ruang mengelompok
•
Organisasi ruang secara grid
3. Sirkulasi Sirkulasi mengarahkan dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan kesenambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang menurut tokoh terkenal dunia arsitektur Le Corbusier telah mengidam-idamkan suatu sirkulasi yang teroganisir secara baik yang satu sama
lain
dihubungkan
dengan
sistem
lalu
lintas
yang
kontinu
(berkesinambungan). Semua ruang dianalisa disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan-perubahan yang bias terjadi dalam kehidupan.
Gambar 2.2 Dasar Pada Penempatan dan Bukaan Pintu Sumber : J. Pamudji Suptandar. (1999) . Pengantar Merencana InteriorUntuk Mahasiswa desain dan Arsitektur. Jakarta: Eddy Supriyatna M,
4.
Elemen Dasar Interior Faktor yang dapat mempengaruhi penataan desain interior yang sukses mebututuhkan penyelesaian problematika ruang yang logis dan kreatif untuk mengahasilkan lingkungan buatan yang koheren, fungsional, dan estetis. Pikiran unsur desain sebagai sebuah masa bangunan dengan konfigirasi yang benar. Akan sangat penting untuk memastikan setiap ruangan memiliki keseimbangan yang baik dari masing-masing elemen keseimbangan dalam tata ruang dalam tersebut, yaitu garis, bentuk, bidang, ruang, cahaya,warna, pola, dan tekstur. Jika ada salah satu bagian unsur-unsur ini yang penataannya tidak tepat maka akan sangat jelas terjadi kesalahan oengaturan ruangan dalam interior tersebut. Garis, bentuk, dan bidang menjadi alat yang dapat membawa pergerakan mata sebagai alat optik ke dalam semua ruangan, yang kemudian diikuti oleh persepsi psikologi. Ruang dan cahaya adalah dua elemen berikutnya penting untuk di pertimbangkan. Jika sebuah ruanagan memiliki jendela yang selamannya tertutup gorden atau tirai di jendela, berarti ada kerugian desain yang terjadi. Sebuah sumber cahaya lain sangant penting untuk hidup bernafasnya sebuah desain. Secara visual sebuah ruangan akan terlihat lebih luas ketika di lengkapi denagan pencahayaan yang baik. Kesan “ringan” juga dapat di buat pada ruangan yang gelap dengan pemilihan warna yang kreatif, warna terang secara visual akan memperluas kesan ruang, sedangkan pilihan cat gelap akan menyerap cahaya yang memberikan suasana lebih nyaman untuk ruangan yang lebih besar. Pola tekstur memungkinkan untuk mengekspirasikan kreativitas dengan cara yang sangat individu dan melengkapi keberhasilan desain sebuah ruangan. Pola dan tekstur memungkinkan untuk mengekspresikan kreatifitas dengan cara yang sangan individu dan melegkapi keberhasilan desain sebuah ruangan. Pola lantai
dan tekstur dapat dimainkan. Misalnya, lantai kayu deangan tekstur alami akan mengubah kesan menjadi rustic. Ini adalah salah satu cara untuk membangun karakter yang mengesankan melalui tekstur. Harmonisasi dan keseimbangan dapat dicapai dengan menerapkan gabungan beberapa elemen dasar perancanagn interior, yaitu garis, bentuk, bidang, ruang, cahaya, warna, pola, dan tekstur. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) • Garis (line) Sebuah garis adalah unsur dasar seni, mengacu pada tanda menerus yang dibuat di sebuah permukaan. Dua titik pada bidang yang berbeda
bila
dihubungkan akan menjadi sebuah garis. Titik adalah dasar terjadinya bentuk yang menunjukan suatu letak dalam ruang. Titik tidak mempunyai ukuran panjang, lebar, atau tinggi. Oleh karena itu, garis bersifat statis, tidak mempunyai arah gerak, dan terpusat. Sebuah titik dapat digunakan untuk menunjukan: - Ujung-ujung garis - Persilangan antara dua garis - Pertemuan ujung-ujung garis pada sudut bidan atau ruang - Titik pusat medan/lapangan Garis memiliki penjang, arah, dan posisi. Perpanjangan sebuah titik membentuk sebuah garis. Garis mempunya panjang, tetapi tidak mempunyai lebar dan tinggi. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) • Bentuk (form) Bentuk merupakan unsur seni. Pada dasarnya bentuk adalah suatu sosok geometris tiga dimensi, seperti bola, kubus, silinder, krucut,, dan lain-lain. Bentuk memungkinkan pengguna ruang untuk menagkap keberadaan sebuah benda dan memahami dengan persepsi
Dari hal diatas, yang paling jelas adalah bentuk bidang primer, yaitu lingkaran, segi tiga, dan bujur sangkar. Lingakaran adalah sederetan titik-titik yang di susun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik. Segi tiga adalah sebuah bidang datar yang mempunyai tiga sudut. Bujur sangkar adalah sebuah bidang datar yang mempunyai empat sisi yang sama panjag dan empat sudut siku-siku (90º) Lingkaran adalah suatu sosok yang terpusat berarah kedalam, pada umunya bersifat stabil, dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat alaminya sebagai poros. Segi tiga menunjukan stabilitas. Jika salah satu sisinya menjadi penumpu, segi tigamerupakan yang sangat stabil. Namun, jika salah satu sudutnya yang menjadi penumpu, segi tiga dapat juga tampak seimbang dalam tahap yang sangat kritis tidak stabil dan cenderung jatuh pada salah satu sisinya. Bujur sangkar menunjukan sesuatu yang murni dan rasional. Merupakan bentuk yang statis, netral, dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk –bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar, yang berubh dengan adanya penambahan tinggi atau lebarnya. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) -
Organisasi bentuk Berikut ini beberapa dapat di tambah dan dikelompokan dalam beberapa katagori pengorganisasian. - Bentuk yang di tambahkan - Bentuk terpusat, terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari bentuk dominan yang berada di tengah-tengah.
Gambar 2.2 Organisasi bentuk Terpusat Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
- Bentuk linier, terdiri atas bentuk-benuk yang diatur dalam suatu deret yang berulang.
Gambar 2.3 Organisasi bentuk Linier Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
- Bentuk radial, yaitu komposi-komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar dari bentuk-bentuk terpusat searah dengan jarijarinya.
Gambar 2.4 Organisasi bentuk Radial Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
- Bentuk cluster, yaitu bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersamasama menerima persamaan visual.
Gambar 2.5 Organisasi bentuk Cluster Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
- Bentuk grid, yaitu bentuk-bentuk modular yang hubungannya satu sama lain diatur oleh grid-grid tiga dimensi.
Gambar 2.5 Organisasi bentuk Grid Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
Gambar 2.6 Titik Yang Berhubungan Dengan Garis Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
-
Elemen pembentuk ruang Ruang interior terbentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai,, dinding, plafon, serta bukaan pintu dan jendela. Apabila salah satu di antaranya tidak ada maka tidak dapat disebut sebagai interior (ruang dalam) karena ruangan tersebut tidak berfungsi dan di pergunakan dengan baik. Contohnya, bila ruang tersebut tidak punya plafon makan akan disebut eksterior atau ruang luar. Contoh lainnya apabila tidak punya pintu dan jendela maka ruangan tersebut tidak dapat di tempati. Secara tiga dimensional, terdapat empat elemen dasar membentuk interior yang terdiri dari tiga bidang dimensional (3D) yang membentuk volume (panjang x lebar x tinggi) sebuah ruangan: - Lantai sebagai bidang bawah
- Dinding sebagai bidang tengah/penyekat - Plafon sebagai bidang atas - Berbagai bukaan yang dapat diaplikasikan kedalam tiga bidang dimensional di atas - Elemen pengisi ruang yang di sebut juga prabot atau furniture, biasanya berwujud kursi, meja, ranjaang dan dipan, lemari, lukisan, vegetasi, lampu dll. Ruang terbentuk dari susunan beberapa bidang, antara lain lantai, dinding, plafon, dan bukaan ruang. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) 5. Fungsi Lantai Dalam Galeri Lantai merupakan salah satu bagian yang penting dari ruang. Secara makro disebut lantai yaitu bumi di mana kita berpijak, dan dalam perancangan interior fungsi lantai dalam ruang sangat berperan. Lantai dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam ruang,dapat member karakter dan dapat memperjelas sifat ruang misalnya dengan memberikan permainan pada permuakaan lantai itu sendiri. Demikian besar fungsi lantai, sehinga orang berlomba-lomba untuk membuat berbagai macam jenis lantai, yang disesuaikan dengan fungsi ruang sarat cirri-ciri kekhususan masing-masing. Sekedar pengantar kita mencoba dangan secara singkat menerangkan tentang berbagai masalah lantai (flooring) baik yang berupa bahan-bahan untuk lantai, kegunaan, sifat dan karakter yang ingin dicapai dalam ruang atau bangunan dalam bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola, warna maupun permainan tenggi rendah baik beserta kontruksinya. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. Grup))
(2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya
6. Unsur Dinding Dalam Perancanagn Tata Ruang Dalam Interior Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik sebagai unsur penyekat/pembagi ruang maupun sebagai unsur dekoratip. Dalam proses perancangan suatu ruang dalam dinding mempunyai unsur-unsur lain seperti tata letak, desain furniture serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding. Dinding juga berfungsi sebagai media pantul, pengarah dan penyerap suara, tetapi dengan cara pemilihan bahan tertentu untuk dinding dengan bentuk yang khusus serta penempatan yang tepat. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) 7.
Langit-Langit ( Ceiling ) Ceiling atau plafond adalah salah satu unsure penting dalam interior, sebagai pembentuk space (ruang). Seperti telah kita pelajari di bagian depan bahwa lantai dan dinding sebagai pembatas ruang, demikian juga halnya dengan ceiling, ketika unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu dan yang lainya dalam member suatu bentuk atau karakter ruang. Ceiling adalah bagian dari suatui bangunan, maka ia tidak lepas dari fungsi, bentuk karakter bangunan tersebut. Secara umum dapat dikatakan: Ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terdapat di atas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada dibawahnya. Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan ceiling sebagai eleman penutup utama pada bidang atas sebagai atap bangunan. Fungsi atap bukan hanya sebagai pelindung terhadap cuaca, tetapi juga memberi efek bentuk bangunan ekstetior seutuhnya, terutama pada zaman dahulu dimana teknologi masih amat sederhana.
Lama kelamaan manusia berusaha melepaskan hubungan antara atap dengan ruang dalam, yaitu dengan membuat bidang pembatas, dengan menyebutkan sebagai ceiling planfond. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)) 8. Bukaan Ruang Bukan ruang berbagai bentuk dan ukuran yang sengaja diciptakan dan diaplikasikan pada tiga bidang deimensional diatas contohnya adalah bak kontrol yang di aplikasikan pada bidang lantai, pintu, dan jendela yang diaplikasikan pada bidang dinding, serta manhole dan drop ceiling dengan berbagai tujuan yang di aplikasikan pada bidang plafon. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati.
(2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya
Grup)) 9. Bidang (shape) Bidang adalah bagian dari unsur seni. Secara khusus, bidang adalah sebuah luasan yang tertetup dengan batas-batas yang di tentukan oleh unsur-unsur seni lainnya, yaitu garis, warna, nilai, tekstur, dan lain-lain. Dua garis sejajar yang di hubungkan kedua sisinya akan menghasilkan sebuah bidang. Bidang hanya terbatas pada dua dimensi, yaitu panjang dan lebar. Bidang geometris seperti lingkaran, persegi panjang, segi empat, segi tiga, dan sebagainya memiliki sebuah batasan yang jelas. Sebuah bidang dibentuk oleh beberapa garis. Sebuah bidang memiliki panjang dan lebar, rupa bentuk, permukaan, orientasi, serta posisi. Sebuah garis yang di perpanjang tidak menurut arah dari arah asalnya akan berbuah menjadi sebuah bidang. Berdasarkan konsepnya, sebuah bidang memiliki panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi. Ciri-ciri permukaan suatu bidang adalah warna dan tekstur yang akan mempengaruhi bobot visual dan stabilitasnya. Bidang juga berfungsi untuk menunjukan batasan sebuah ruangan. Menurut jenisnya, sebuah bidang terdiri atas tiga bagian: bidang atas, bidang dinding, bidang dasar (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
(2014). Teori
Gambar 2.7 Susunan Beberapa Bidang Pembentu Ruang Sumber : (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
-
Bidang Atas Bidang atas dapat diumpamakan sebagai bidang atap. Bidang ats merupakan unsur utama suatu bangunn yang melindunginya dari unsur-unsur iklim. Bidang atas juga merupakan bidang langit-langit yang menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.
-
Bidang Dinding Bidang-bidang dinding vertical secara visual paling aktif dalam menentukan dan membatasi ruang.
-
Bidang Dasar Bidang dasar/bidang tanah/bidang lantai memberikan pendukung secara fisik dan menjadi dasar bentuk-bentuk bangunan secara visual. Bidang lantai merupakan pendukung kegiatan pengguna di dalam bangunan.
10. Ruang (space)
Ruang adalah sebuah bentuk tiga dimensi tanpa batas karena objek dan peristiwa memiliki posisi dan arah relatif. Ruang juga dapat berdampak pada perilaku manusia dan budaya, menjadi factor penting dalam arsitektur, dan akan berdampak pada desain bangunan dan struktur. (Andie A. Wicaksono & Endah Tisnawati. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup))
11. Cahaya (light) pencahayaan adalah salah satu faktor penting dalam mempercantik sebuah ruangan. Dengan memberikan pencahayaan yang baik, maka akan baik juga tampilan objeknya, namun, apabila pencahayaan tersebut kurang baik, maka objek yang dituju juga akan terlihat kurang baik. Ada 3 hal yang harus dipahami agar sukses menata cahaya, berikut informasinya : -
Intensitas cahaya. Hal ini ditentukan dari kebutuhan yang ada di dalam suatu ruang. Penyinaran yang penting dalam suatu ruang yaitu penyinaran yang sesuai untuk pekerjaan tertentu dan penyinaran untuk keindahan. Masing-masing kegiatan ini memerlukan intensitas cahaya yang berlainan.
-
Warna cahaya, tergantung pada kesan yang ingin ditampilkan dari suatu objek
-
Komposisi,, penataan dan komposisi yang tepat dari pemakaian general lighting, task lighting, dan decorative lighting. Hal ini butuh kepekaan, kreativitas, dan rasa seni yang tinggi. Apa itu general lighting, task lighting, dan decorative lighting. Untuk mengetahuinya, anda bisa baca artikel di blog ini tentang pencahayaan.
•
Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
-
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang
optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan •
Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting) -
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langitlangit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
•
Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting) -
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
•
Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting) -
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
•
Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting) -
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
-
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi kesimpulan dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Pencahayaan adalah jumlah penyiaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. (Prabu. (2009). Sistem dan Standar Pencahayaan Ruang. Diakses 25 oktober
2014.
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/06/sistem-dan-standar-
pencahayaan-ruang/) 12. Warna (color) Warna adalah kekuatana, yang berpengaruh terhadap manusia dan menyebabkan rasa sehat atau rasa lesu, sikap aktif dan psikap pasif pengecetan di perusahaan, kantor atau sekolah dapat meningkatkan atau menunkan prestasi, juga di klinik kesehatan pasien. Pengaruh warna terhadap manusia terjadi secara tidah langsung melalui pengaruh pisiologis mereka sendiri, untuk memperulas atau mempersempit ruangan, untuk menekan atau membebaskan jalan putar pengaruh ruang. Pengaruh tersebut terjadi secara langsung melalui kekuatan pengaruh (implus), yang berasal dari warna khusus, tenaga implus yang tertinggi dimiliki oleh orange, diikuti kuning, merah, hijau, dan merah. Tenaga implus yang terkecil dimiliki oleh biru, biru kehijau – hijauan dan ungu (warnawarna dinging dan pasif). Warna yang kaya akan implus dalam ruang hanay cocok untuk permukaan yang kecil, sebaliknya warna-warna yang miskin akan implus cocok untuk permukaan yang luas. Warna yang hangat berpengaruh aktif, merangsang, mungkin menggelisakan. Warna yang dinging pasif, menengkan atau merohanikan Hijau menenangkan saraf. Pengaruh yang berasal dari warna tergantung dari kecerahan dan tempat pengaruhnya. Warna yang hangat dan terang dari atas kelihatan merangsang kejiwaan, dari samping menghangatkan, mendekatkan, dari bawah meringankan, meningkatkan. Warna yang hangat dan gelap dari atas tampak menyendiri angun, dari samping melingkari; dari bawah sentuan dan injakan yang nyaman. Warna yang dingin dan terang dari atas mengendorkan saraf dari samping mengiring; dari bawah licin, meransang untuk berjalan. Warna yang dingin dan gelap dari atas berbahaya, dari samping dingin dan sedih; dari bawah membebani, menarik kebawah.
Putih adalah warna kesucian, kebersian dan keadaan teratur yang mutlak. Dalam pembangunan ruang yang di cat warna putih memegang perang yang mendukung, untuk memisahkan kelompok warna lainya satu dari yang lain, untuk menetralisir dan dengan demikian mencerahkan, untuk menggairahkan dan untuk menggolongkan. Sebagai waran dari keadaan teratur, maka warna putih digunakan sebagai luas guadang dan tempat kerja, untuk garis utama dan tanda lalu lintas. (ERNST NEUFERT. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga).
13. Pola ( pattern) Pola adalah dekoratif yang digunakan secara berulang. Pola dapat disebut sebagai susunan dari sebuah objek, motif garis horizontal dan memperulas akan memperluas kesan ruangan, sedangkan matif garis vertical akan meninggalkan kesan ruangan. (ERNST NEUFERT. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga).
14. Tekstur (texture) Tekstur adalah nuansa, penampilan , ataupun konsistensi permukaan atau zat. Tekstur juga berkaitan dengan material dan bahan yang digunakan. Material kayu menghangatkan ruangan. (ERNST NEUFERT. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga).
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1
Pekalongan Kota Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa
Tengah. Kota ini berbatasan dengan laut jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur. Kota Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di jalur pantai Utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan berjarak 384 km di timur
Jakarta dan 101 km sebelah barat Semarang. Kota Pekalongan mendapat julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumahrumah. Akibatnya batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan. Batik telah menjadi nafas penghidupan masyarakat Pekalongan dan terbukti tetap dapat eksis dan tidak menyerah pada perkembangan jaman, sekaligus menunjukkan keuletan dan keluwesan masyarakatnya untuk mengadopsi pemikiran-pemikiran baru. Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju. Perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang Diponegoro atau perang Jawa pada tahun 1825-1830. Terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton Mataram serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan terbesar ke Timur dan Barat. Di daerah-daerah baru itu mereka kemudian menggembangkan batik. Ke arah timur berkembang dan mempengaruhi batik yang ada di Mojokerto, Tulunggagung, hingga menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Sedangkan ke barat berkembang di banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah berkembang sebelumnya semakin berkembang, Terutama di sekitar daerah pantai sehingga Pekalongan kota, Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik. Sehingga tumbuh beberapa jenis motif batik hasil pengaruh budaya dari berbagai bangsa tersebut yang kemudian sebagai motif khas dan menjadi identitas batik Pekalongan. Motif Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab. Motif Encim dan Klenengan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Motif Pagi-Sore
dipengaruhi oleh orang Belanda, dan motif Hokokai tumbuh pesat pada masa pendudukan Jepang.
2.2.2
Batik Indonesia Kata batik berasal dari bahasa jawa “jarwo dhosok” yaitu mbatik (ngembat titik)
yang berarti membuat titik. Kata batik sendiri mulai dikenal setelah Keraton Kartosuro pindah ke Surakarta. Batik Indonesia sudah sangat terkernal di mancanegara dan diakui sebagai salah satu produk asli Indonesia. Hal ini dikukuhkan oleh United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2 Oktober 2009, yang menyatakan bahwa tradisi batik merupakan salah satu budaya warisan dunia asli Indonesia. Menindak lanjuti hal tersebut, pada hari itu juga Presiden Republic Indonesia dan mengagendakan untuk untuk mengadakaan peringatan Hari Batik Nasionl Setiap tahun. Dengan adanya pengakuan diatas dan proklamasi Presiden Republik Indonesia, berarti tanggung jawab moral bangsa Indonesia Bertambah besar. Sebagai warga Negara yang baik, tentunya kita wajib ikut melestarikan dan mengembangkan batik sedemikian rupa sehingga batik tetap bias di kenang dan dikenl oleh dunia. Bukan sekadar keindahan motif yang ada padabati, melainkan di dalamnya juga terkandung pemaknaan filosotif kehidupan yang sangat mendalam. Mengapa batik begitu indah dan memiliki nilai yang sangat luhur? Ini merupakan pertanyaan yang sangat mendalam. Hal ini berhubungan dengan baik tatanan, tutunan, maupun tontonan. Pada masa dahulu para leluhur harus melakukan ritual dan bertapa sebelum membatik. Semua itu dilakukan agar batik yang dibuat mampu memberi tuntunan bagi pemakainya sesuai doa-doa yang di panjatkan kepada yang mahakuasa. Selain itu, proses pembuatan batik klasik tidaklah mudah dan sederhana. Banyak proses yang harus dilakukan mulai dari persiapan, pewarnaan, sampai pelodoran, pembuatan mottifnya pun sangat rumit dilengkapi berbagai isian motif yang biasa di sebut sebagai isen. Batik mengandung tuntunan bagi para pemakainya. Batik mempunyai makna, tuntunan, dan ajaran tentang kehidupan di dunia melalui motif yang dihadirkan. Warna
dan komposisi motif batik memberikan suatu makna yang diharapkan. Warna dan komposisi motif batik memberikan suatu makna yang dihadirkan maupun membuat si pemakai mempunyai jiwa yang dicerminkan dalam komposisi motif tersebut. Batik Indinesia adalah batik yang berkembang di Indonesia dan mulai pada zamankemerdekaan Republic Indonesia. Perkembangan batik Indonesia Berakar dari kerajaan abad ke-8 (zaman kerajaan sriwijaya-syailendra) dan berkembang pada abat ke 11-14 (zaman kerajaan Jenggals-majapahit). Motif-motif batik digambarkan pada pakaian, patung, dan dinding-dinding candi. Pesebaran batik Indonesia sangat luas dari sabang sampai merauke. Selain sebagai presiden, soekarno merukan seorang seniman yang sangat peduli dengan keberadaan batik di Indinesia. Beliau orang pertama di Indonesia yang mempunyai inisiatif untuk membuat batik yang membaw misi kesatuan Indonesia. Batik Indonesia mulai merakyat pada 1950. Batik Indonesia pada asa ini mempunyai wajah baru deangan campuran karakter motif dan proses klasik dipadu warna yang beragam. Motif dan ornament diambil dan di kembangkan dari ornamen suku yang ada di seluruh Indonesia sehingga terbentuk konsep kesatuab Indonesia. Batik Indonesia berkembang tidak pada tampilan perbedaan motif klasiknya saja, tetapi juga pada ornamen yang dimunculkan dalam motif batik. Ornament yang dimunculkan berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia seperti dayak, jawa, sunda, dan suku-suku bangsa lainnya. Selain filosofi dan keindahan ornament yang dipadukan, pewarnaan dalam batik Indonesia ini juga sangat berbeda perbedaan tersebut terletak pada tektik pewarnaannya. Teknik pewarnaan tidak lagi terpaku pada aturan baku dalam proses pewarnaannya. Teknik pewarnaan tidak lagi terpaku pada aturan baku dalam proses pewarnaan dengan cara mencelupkan dengan zat warna alami. Pewarnaan juga bisa melalui proses brush-dyed,coletan, lukis, dan kombinasi beberapa teknik lain. Batik Indonesia dapat berkembang dengan pesat karena prakasa dan inisiatif para seniman, pemerhati, dan pekerja batik. Dintangan mereka batik Indonesia berkembang menjadi batik batik yang memeliki karakter berbeda denag batik klasik. Batik menjadi tampak harmonis, indah, dan memiliki gaya tarik tersendiri. ( Ratna Endah Santoso, (2010), Anggun Dengan Selembar Kain Batik. Rantinah; Ari Subekti(Ed))
2.2.3
Motif Batik Nusantara
Nama sehelai kain batik pada umumnya iambil dari motifnya. Motif batik merupakan keutuhan dari susunan motif yang menghiasi kain batik. Biasanya otif kain batik diulang-ulang untuk memenuhi bidang kain. Batik Indonesia merupakan batik nusantara. Artiny, dalam batik Indonesia terdapat motof pilihsn yang berdasarkan atas karakter motif menurut asal ragam hiasnya. Karakter motif batik nusantara dapat diambil atau di pilih dari seluruh kepulauan Indonesia. ( Ratna Endah Santoso, (2010), Anggun Dengan Selembar Kain Batik. Rantinah; Ari Subekti(Ed))
2.2.4 Kegunaan Batik Begitu beragamnya motif batik sehingga penggunaannya beragam. Kegunaan batik pada masa dulu, sekarang, dan masa yang akan datang merupakan asat budaya yang memilikin dinamika tersendiri. Dinamika ini akan membuat batik mampu beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Hal inilah yang membuat batik takk lekang oleh waktu. Pada masa depan kreasi dan inovasi harus terus berjalan, termasuk inovasi untuk memunculkan motif-motif baru serta memaksimalkan kegunaan batik dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan batik dapat disesuaikan menurut bahan, motif, dan warna. Hal ini akan sangat penting karena ketika aspek bangunan bekerja, batik harus mampu hadir walaupun dengan kreasi yang berbeda. Batik mempunyai beberapa aspek kegunaan yang tertentu bermanfaat bagi manusia. Aspek kegunaan batik sebagai berikut - Batik Sebagai Dekorasi Dalam ilmu tata ruang dekorasi lebih dikenal dengan istilah elemen estetis. Batik yang digunakan sebagai dekorasi ruangan di antaranya dapat berupa hiasan dinding atau wall hanging, sketsel atau penyekat ruang, dan patung. Penggunaan batik. Ditinjau dari segi motif, batik bisa hadir dalam nuansa klasik atau pun nuansa modern dengan warna yang menyusesuaikan kebutuhan dekorasi. Akan tetapi, ada hal lain yang perlu di perhatikan, yaitu aspek bahan baku yang digunakan untuk membatik. Medi membatik tidak hanya berupa kain mori dan sutra saja. Batik yang dihadirkan dalam elemen estetis dekorasi harus mempunyai karakter bahan yang lebih kuat di banding dengan bahan yang digunkan sebagai busana. Hai ini harus selalu di perhatikan.
Gambar 2.8 Batik Sebagai Dekorasi Ruangan Sumber : Image Google
-
Batik Sebagai Bahan Perlengkap Hidup Setelah berkembang menjadi bahan sandang nasional dan sebagai hiasan, kini batik mulai digunakan untuk membuat perlengkapan dan aksesori seperti tas, kantong ponsel, sandal, dan kipas. Perkembangan produk ini memperkuat daya kreativitas sehingga kegunaan batik pun semakin luas. Dengan begitu batik menjadi sangat akrab dalam kehidupan kita.
Gambar 2.8 Batik Sebagai Bahan Perlengkapan Hidup Sumber : Image Goole
-
Batik Sebagai Busana Penggunaan batik sebagai busana tradisional semakin berkurang, terutama di kalangan generasi muda. Makna simbolik yang ada pada ragam hias batik tradisional juga makin kurang dikenal. Akan tetapi, dengan berbagai kreasi dan inovasi, kini batik telah menjadi pakaian umum. Motif dan desainnya pun semakin berkembang pesat sehingga generasi muda merasa nyaman dan senang menggunakan busana batik. Banyak desainer muda yang memulai kiprah desain bajunya dengan mengambil batik sebagai inspirasi pembuatan desain baju. Kreatifitas para desainer muda ini banyak melahirkan beragam desain baju batik yang sangat elegan dan memenuhi tuntutan gaya hidup modern.
Gambar 2.9 Batik Sebagai Busana Sumber : Image Google
2.2.5
Jenis Batik Berdasarkan motif dan komposisi pewarnaan, batik dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu : a.
Batik Keraton Batik kraton adalah jenis batik yang dikembangkan dan digunakan di lingkungan
keraton. Motif dan penggunaannya diatur dengan norma-norma kraton. Karena setiap corak menunjukkan status pemakainya, corak motif batik keraton disebut motif larangan. Hal ini disebabkan pada awalnya motif-motif tertentu dilarang dikenakan oleh masyarakat umum, kecuali oleh kerabat kraton. Dalam masyarakat kraton jawa, membatik dianggap sebagai kegiatan pengabdian kepada raja. Berikut adalah ciri batik keraton : •
Berkembang di daerah keraton, baik Yogyakarta atau Solo.
•
Dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Jawa
•
Memiliki motif dengan bentuk geometris
•
Motifnya bersifat simbolik
•
Komposisi warna yang digunakan terdiri dari sogan (cokelat kemerahan), indigo (biru), hitam dan putih.
b.
Batik Pesisir Batik pesisir yaitu batik yang berkembang diluar keraton. Pertumbuhan pesisir
jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke 15 M dan 16 M. Orientasi pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya keraton yang saat itu menjadi pusat pemerintahan. Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik tegal, batik indramayu, dan batik ceribon penyebarannya ke selatan, seperti kerawang, ciamis, tasikmalaya dan garut. Hampir secara keseluruhan, pola batiknya mengambil pola hias pada keraton ceribon. Pilihan warna yang mencolok pada batik pesisiran tampaknya dipengaruhi warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada abad ke – 17 M sampai abad ke-18. Warna yang dominan selain warna biru dan putih juga berbagai warna. (Rasjoyo. 2008. Ayo Belajar Batik I. Solo : Tiga Serangkai) Berikut adalah ciri batik pesisir :
2.2.6
•
Berkembang di daerah selain Keraton (Cirebon, Pekalongan, Lasem, dll)
•
Dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dan China
•
Memiliki motif dengan bentuk non geometris
•
Motifnya bersifat natural
•
Komposisi warna yang digunakan beragam.
Perbedaan Antara Batik Keraton dan Pesisir Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir.
Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna, biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja.
Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi. Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya. Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen. (Rasjoyo. 2008. Ayo Belajar Batik I. Solo : Tiga Serangkai)
2.2.7
Batik Pesisir Pada zaman penjajahan Belanda, batik dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yakni batik vorstenlanden dan batik pesisir. Yang disebut batik vorstenlanden adalah batik dari daerah Solo dan Yogyakarta, sedangkan batik pesisir adalah semua batik yang pembuatannya dikerjakan di luar daerah Solo dan Yogyakarta. Istilah batik "pesisir" muncul karena letaknya berada di daerah pesisir utara pulau jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, Bakaran, Pekalongan dan lain sebagainya. Pola yang ada pada batik pesisir lebih bebas dan warnanya lebih beraneka ragam, dikarenakan
pengaruh budaya luar yang begitu kuat. Tidak seperti batik keraton, batik pesisir lebih ditujukan sebagai barang dagangan. Di samping itu budaya luar pada batik pesisir sangat mempengaruhi bentuk ragam hias batik-nya terutama pada saat masuknya agama Islam pada abad 16. Ragam flora non figuratif menjadi alternatif dalam motif batik pesisir dikarenakan adanya larangan dikalangan ulama Islam dalam menggambar bentuk-bentuk figuratif. Dalam sejarah perkembangan batik pesisir mengalami kemajuan sekitar abad ke-19, hal yang menyebabkan kemajuannya adalah karena adanya kemunduran produksi tekstil dari India yang selama itu menjadi salah satu produsen kain terbesar yang dijual ke pulau jawa dan mengakibatkan banyak konsumen beralih ke kain batik. Puncak perkembangan batik pesisir adalah di masa pengusaha Indo-Belanda yang berperan pada usaha pembatikan. Batik tersebut dikenal dengan nama "Batik Belanda". Selain pengusaha dari belanda pengusaha Cina juga ikut dalam usaha pengembangan batik pesisir. Batik pesisir memiliki ciri-ciri sebagai berikut: - Ragam hias motif batiknya bersifat natural dan mendapat pengaruh kebudayaan asing secara dominan. - Warna beraneka ragam Batik pesisir terbagi menjadi delapan model : 1. Batik pesisir tradisional yang merah biru 2. Batik hasil pengembangan pengusaha keturunan, khususnya Cina dan indo Eropa 3. Batik yang dipengaruhi kuat oleh Belanda 4. Batik yang mencerminkan kekuasaan kolonial 5. Batik hasil modifikasi pengusaha Cina yang ditujukan untuk kebutuhan kalangan Cina 6. Kain panjang 7. Batik hasil pengembangan dari model batik merah biru 8. Kain adat.
Berdasarkan motifnya batik pesisir terdiri dari •
Batik India atau Batik Sembagi
Gambar 2.10 Batik India atau Batik Sembagi Sumber : Image Google
•
Batik Belanda
Gambar 2.11Batik Belanda Sumber : Image Google
•
Batik Cina
Gambar 2.11 Batik Cina
Sumber : Image Google
•
Batik Djawa Hokokai
Gambar 2.12 Batik Djawa Hokokai Sumber : Image Google
2.2.8
Batik Pesisir (Pekalongan) Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana
ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang. Batik Pekalongan banyak dipasarkan hingga ke daerah luar jawa, diantaranya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar. Biasanya pedagang batik di daerah ini memesan motif yang sesuai dengan selera dan adat daerah masing-masing. Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman . Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama’Batik Jawa Hokokai’,yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik jawa hokokai ini merupakan batik pagi-sore. Pada tahun enampuluhan juga diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengankain
tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami. Memang orang Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik. (Adi Kustrianto. (2014). Batik. Kediri: Andi) •
Karakteristik Batik Pekalongan Dari catatan sejarah, ada dua karakteristik batik pekalongan -
Pertama batik pribumi, batik ini dibuat dengan selera gaya pribumi. Ini adalah jenis batik paling tua di pekalogan dan sudah ada sebelum munculnya pengarus budaya tiongkok dan budaya eropa. Motifnya tidak terikan dengan ketentuan rajaraja sehingga lebih bebas. Batik ini mengikuti perkembangan pasar dengan produksi yang cepat laku dipasaran. Batik pribumi ini umumnya sangat cerah dan meriah dalam tata warnanya. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai 8 warnaa yang sangat berani, tetapi sangat menabjan, serta secara keseluruhan sangat menarik. Ragam hiasnya sangat bebas, meskipun banyak terlihat ragam hias tradisioanl dari solo-yogya seperti ragam hias parang, meru, dan lain-lain yang telah mengalami sedikit perubahan dalam karyanya.
-
Batik encim batik yang dikenal dengan tata warna khas tiongkok dan sering mengingatkan pada ornament pada ornament pada benda-benda porselin Tiongkok batik encim pekalongan tampaknya cenderung pada tata warna familie verte, dan sebagainya. Batik ini diproduksi oleh masyarakat keturunan tionghoa dan digolongakan oleh masyarakat keturunan tionghoa.
Gambar 2.13 Batik Jlamprang Sumber : Image Google
Batik dengan nama motif Jlamprang ini berasal dari daerah Pekalongan. Di Yogyakarta, motif serupa diberi nama Nitik. Motif Jlamprang merupakan salah satu batik yang cukup popular yang diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik motif Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
Gambar 2.14 Batik Buket Krisan Sumber : Image Google
Motif Buket Krisan adalah motif berupa egerombolan bunga. Bisa terdapat pada batik pesisiran. Pada kain ini latar hijau gaka kuning di bahan, latar pink di kepala, terdapat sam di isi pepala, serat sisir.. terdapat tanda tangan di batik di sudut kepala : phoa tjong ling.Bagi kalangan orang cina bunga krisan merupakan bunga musim gugur dan dikenakan oleh orang yang sudah dewasa
Gambar 2.15 Batik Motif Kawung Latar Putih Tumpal Ukel Pari Sawuli Latar Merah Sumber : Data Pribadi
Ragam hias ini bersifat naturalis , di pengaruhi dari arah pendatang keturanan cina dan belanda, dan untuk warnanya cenderung cerah dan motif buket krisan yaitu motif yang berupa satu rangkain bunga krisan. Kawung adalah ragam hias silang dan termasuk ragam hias geometris. Ada berapa jenis nama kawung antara lain kawung picis, kawung beton dll. Tumpal ukel adalah motif pada kepala kain yang berupa dua garis segitiga sama kaki yang saling berhadapan dengan di tambahi motif ukel. Warna pada kain batik ini adalah merah, hijau tua, biru, putih, orange, hijau muda, kuning tua dan putih. Terdapat pula gambar burung dan kupu-kupu pinggiran kain batik berupa seret sisir
Gambar 2.16 Batik Motif Merak Tarung Sumber : Image Google Motif ini menceritakan dua ekor burung merak yang sedang bertarung. Sedangkan pada latar belakang kain batik ini terdapat ukel pada tepinya terdapat motif buket (satu rangkaian bunga) dengan dasar titik/nithik.
Gambar 2.17 Batik Motif Tiga Negri
Sumber : Image Google Batik tiga negeri merupakan salah satu masterpiece dalam dunia pembatikan. Batik tiga negeri adalah sebuah motif yang menggambarkan tiga budaya Tioghoa, Belanda, dan Jawa. Batik ini merupakan perpaduan dari berbagai batik yang ada di tiga tempat yang berbeda yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo.
Gambar 2.18 Batik Burung Merak Cendrawasi Sumber : Image Google Dalam kain pnjang batik ini bergambar burung merak cendrawasi. Figure burung merak agak eksotis mendoinasi pola dengan warna kuning, coklat mas. Latar tanahan warna biru. Pinggiran kain agk sempit disisi atas dan bawah. Seret sisir kedua ujung untu walang belum dikelim. Terdapat cap di sudut kain.
2.2.9
Batik Pesisir (Lasem) Lasem adalah sebuah kecamatan yang terletak di pantai bagian utara Pulau Jawa, lebih
tepatnya sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang. Kota ini, terkenal dengan sebutan Little Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan tua yang berada di kecamatan ini. Detail-detail pada bangunan-bangunan ini didominasi oleh detail China. Selain terkenal dengan nama Little Tiongkok, Lasem ini juga identik dengan batiknya.
Batik Lasem ini dikenal karena keunikan dari motif dan coraknya. Pada batik Lasem ini, terdapat akulturasi antara Jawa dan China. Menurut sejarah, awal masuknya batik ke Lasem ini adalah dari seorang anak buah kapal Laksamana Cheng Ho yang bernama Bi Nang Un dengan isteri yang bernama Ibu Na Li Ni yang masuk di Lasem pada tahun 1400-an. Beliau menetap di Jolotundo, Bi Nang Un ini adalah ahli bertukang terutama dalam membuat kerajinan dari tembaga dan ukiran. Sedangkan ibu Na Li Ni, menularkan seni penulisan di kain menjadi seni tulis batik. Dahulunya seni lukis batik ini sudah ada di Jawa, jauh sebelum kedatangan kedua tokoh ini, namun karena sifatnya yang tidak komersil maka batik belum terlalu dikenal.
Gambar 2.19 Batik Lasem Sumber : Image Google Batik di Lasem ini mulai besar setelah kedatangan saudagar minuman keras dari Tiongkok pada tahun 1600-an, Pengusaha dari Tiongkok ini adalah seorang ahli gambar dan ahli kaligrafi, dialah yang memberikan gambar-gambar motif China pada batik Lasem. Batik Lasem merupakan batik pesisir. Hal ini dikarenakan secara geografis letaknya yang berada di pesisir. Pada zaman dahulu, kota yang berada di pesisir utara Pulau Jawa adalah kotakota pelabuhan yang besar. Di kota-kota pelabuhan ini, akulturasi antara masyarakat pribumi dan para pedagang yang berasal dari negara-negara asing dengan mudahnya terjadi. Karena pedagang dari China yang mendominasi Lasem maka pengaruh budaya China bisa kita temui di Batik Lasem ini. Hal ini bisa dilihat dari motif-motif yang ada pada Batik Lasem tersebut, motif bambu, bunga seruni, bunga teratai, kelelawar (Bien Fu), Naga dan Burung Pheonix (Burung Hong) adalah beberapa motif batik yang ada.
Gambar 2.20 Pembuatan Batik Sumber : Image Google Karena motif Tionghoa inilah, Batik Lasem berbeda dengan batik Forstenlanden. Fostenlanden adalah batik dengan motif kerajaan. Seperti batik yang berasal dari Solo, Yogyakarta, Banyumas, dan Wonogiri, motif batik ini bersifat geometris. Pada zaman Belanda, Lasem merupakan salah satu dari lima besar daerah penghasil batik termasuk Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Banyumas. Bahkan pada zaman dahulu, batik dari Lasem ini merambah beberapa daerah di Indonesia, seperti Manado, Sumatera bahkan sampai ke Malaysia, Singapura, Brunei dan Suriname. Kepopuleran batik Lasem di Suriname ini di bawa oleh orang-orang dari Pulau Jawa yang dibawa oleh Belanda. Selain pencampuran motif dari China, di Lasem ini terdapat motif khas lainnya yaitu motif Latoan dan Batu Pecah/Kricak. Latoan adalah tanaman khas yang banyak terdapat di sekitar pantai yang dapat dimakan sebagai urap. Karena banyak terdapat di Lasem, maka motif ini digunakan sebagai motif batik. Selain latoan, terdapat motif batu pecah. Motif ini memiliki nilai sejarah. Pada zaman dahulu, tepatnya ketika Gubernur Jenderal Belanda, Daendels membuat jalan dari Anyer sampai dengan Panarukan sepanjang 1000 km, para bupati diminta menyerahkan para pemuda sebagai pekerja paksa mereka. Mereka berfungsi sebagai tenaga kerja pemecah batu, dan pada zaman tersebut juga terjadi epidemik malaria dan influenza yang menyerang Rembang yang menimbulkan banyak kematian di Rembang dan Lasem. Dampak dari itu adalah kesedihan mendalam bagi masyarakat Lasem. Kesedihan ini ditampilkan dalam bentuk motif batu pecah. Namun, karena bagusnya motif ini maka daerah lain pun meniru motif tersebut.
Gambar 2.21 Proses pencucian batik dan melelehkan lilin Sumber : Image Google Warna khas dari Batik Lasem ini adalah warna merah darah (getih pitik) ayam, hijau botol bir dan warna biru tua. Selain itu, Batik Lasem ini jugsa dikenal dengan sebutan Batik Tiga Negeri. Sebutan ini didapatkan dari
proses pewarnaan batik.
Terdapat tiga kali
proses pewarnaan dalam pembuatan Batik Lasem ini. Proses-proses itu adalah pewarnaan merah, lalu dimasukkan klorotan agar lilinnya hilang, dicampur dengan tanah, lalu dimasukkan kedalam pewarna biru dan yang terakhir adalah warna coklat. Semua proses tersebut dilakukan dalam satu rumah. Secara istilah, Batik Tiga Negeri itu, warna merahnya dari Lasem, biru dari Pekalongan dan Coklat (Soga) berasal dari Solo.
Gambar 2.22 Penjemuran Sumber : Image Google
Selain motif-motif tradisional di Lasem, sekarang berkambang motif baru pada Batik Lasem, motif ini dikembangkan oleh sesepuh masyarakat Tionghoa yang bernama Sigit Wicaksono yang memiliki nama China, Nyo Tjen Hian. Beliau seorang pengusaha Batik yang bermerek Batik Sekar Kencana. Beliau sekarang berumur 84 tahun. Beliau mengembangkan
motif
baru
yang
menggunakan
huruf
Thionghoa.
Proses penciptaan motif ini adalah pada saat malam Tahun Baru China. Dalam perenungannya, beliau mendapatkan semacam ilham untuk membuat motif yang baru dalam batik. Akhir dari proses perenungan ini lahirlah motif baru. Motif tersebut adalah berupa kata-kata mutiara dalam aksara China. Filosofi yang
terkandung pada motif ini adalah empat penjuru samudera
semuanya adalah sama, bakti anak terhadap orang tua, murid kepada guru, dan rakyat kepada pemerintah. Agar bisa bergabung dengan filosofi Jawa, Beliau menuliskan motif ini ke dalam sebuah batik yang bermotifkan Sekar Jagat. Sekar jagat itu sendiri artinya adalah Bunga Dunia. Selain itu beliau juga menciptakan motif dengan tulisan Tinghoa yaitu hek sia ping an wang se ru i, yang artinya adalah “Seisi rumah sentosa segala macam usaha sesusai dengan apa yang dikehendaki”. Ada beberapa motif batik yang bertuliskan filosofi Tionghoa yang beliau ciptakan. Pada awalnya beliau ragu dengan motif ini, apakah bisa diterima di masyarakat atau tidak? Namun pada saat pameran batik di Rembang dan beliau memperlihatkan motif ini, justru sambutan meriah dan antusiasme tinggi yang beliau dapatkan. Sekarang batik dengan motif ini sangat laris manis. Batik Lasem dapat dikatakan sebagai bukti akulturasi antara masyarakat China dan pribumi. Proses ini sudah berlangsung ratusan tahun dan karena akulturasi inilah maka Batik Lasem menjadi populer, unik dan banyak diminati. 2.2.10 Proses Teknik Membatik 1. Batik Tulis
•
Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
•
Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
•
Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
•
Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
•
Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
•
Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
•
Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,hingga Rp. 20.000,-/pcs.
•
Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.
Gambar 2.23 Batik Tulis Sumber : Image Google
2. Batik Cap •
Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
•
Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
•
Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
•
Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
•
Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
•
Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
•
Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Gambar 2.24 Batik Cap Sumber : Image google
Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap, namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam pengerjaan keduanya. Diantaranya adalah sbb: Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna. Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses pengerjaan buka tutup warnanya. Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra) atau bentuk tenunannya. Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada perbedaan anatara batik tulis dan batik cap. Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya kualitas gambarnya saja. Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali tidak ada perbedaan. Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi.
2.2.11 Pewarnaan batik
Secara umum berdasarkan sumber asalnya zat pewarna dibagi menjadi 2 : Zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : 1. Indigo (Indigofera tinctoria) tanaman perdu yang menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting. 2. Kelapa (Cocos nucifera) bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah kulit luar buah yang berserabut (sabut kelapa). Warna yang dihasilkan adalah krem kecoklatan. 3. Teh (Camelia sinensis) bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua, dan warna yang dihasilkan adalah cokelat. 4. Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) jenis tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning. 5. Kunyit (Curcuma domestica val) Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang, umbi akar, yang menghasilkan warna kuning. 6. Bawang Merah (Allium ascalonicium L) Bagian bawang merah yang digunakan sebagai bahan pewarna adalah kulit dan menghasilkan warna jingga kecoklatan.
Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut.
Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas. Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Selain itu Karena terbuat dari bahan-bahan alami, pewarna alami relatif tidak seawet pewarna kimia. Hal ini menyebabkan warna batik cenderung cepat memudar jika dicuci dengan detergen biasa. Semula para pencinta batik menggunakan pembersih alami dari buah Lerak. Tetapi kini telah ditemukan sejenis detergen khusus yang mampu membersihkan batik, namun tidak memudarkan warnanya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Zat pewarna sintetis adalah zat pewarna yang dibuat menurut reaksi-reaksi kimia tertentu. Jenis zat warna sintetis untuk tekstil cukup banyak, namun hanya beberapa diantaranya yang dapat digunakan sebagai pewarna batik.Hal ini dikarenakan dalam proses pewarnaan batik suhu pencelupan harus pada suhu kamar. Adapun zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai batik antara lain: 1. Zat warna naphtol Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan pertama ini belum diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara pencelupan. 2. Zat warna indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Pada saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. 3. Zat warna rapid Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan. 4. Zat warna indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan. Selain Zat pewarna, dalam proses membatik dikenal juga istilah zat pembantu. Yang dimaksud dengan zat pembantu adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan, yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang. Zat- Zat pembantu tersebut antara lain : a.
Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
b.
Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.
c.
Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
d.
Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
e.
Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.
f.
Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol
g.
Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.
h.
Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.
i.
Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.
j.
Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.