BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1
Literatur Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas 1.
akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya:
Literatur : media cetak (buku), media elektronik (artikel di
internet). 2.
Wawancara / Interview dengan narasumber dari pihak yang
terkait.
2.1.2 Sejarah Waxing Seperti yang kita ketahui, waxing adalah metode pencabutan bulu dengan mencabut bulu sampai ke akar. Perbedaan antara waxing dan mencukur adalah bulu tumbuh lebih lama daripada mencukur. Jarak pertumbuhan bulu setelah waxing antara 3 – 8 minggu. Berbeda dengan mencukur yang tumbuh setelag beberapa hair. Hampir semua area di tubuh dapat diwaxing, mulai dari kaki, tangan, ketiak, alis, wajah, dada, punggung dan area sensitif. Menurut sejarahwan Russell B. Adams (1978), penulis buku biografi “Man and His Wonderful Shaving Device,” menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu kapan pertama kali dilakukan praktik penghilangan bulu. Beberapa fakta sejarah dari lukisan-lukisan jaman pra-sejarah menunjukkan sosok manusia pra-sejarah tanpa jenggot ataupun kumis. Alat mencukur pada masa itu kemungkinan menggunakan kapak atau gigi binatang yang cukup berbahaya. Dahulu kala di Mesir, para pria Mesir mencukur habis bulu di wajah dan rambut mereka. Alasan mereka bercukur sangat logic yaitu untuk menghindari kemungkinan musuh menarik rambut mereka ketika perang. Karena alasan ini Adams menyatakan bahwa bercukur
3
4 pada masa itu untuk kecantikan sangatlah tidak mungkin dikarenakan belum adanya cermin pada masa itu. Alexander
yang
Agung
juga
pernah
memerintahkan
prajuritnya untuk mencukur karena alasan yang sama. Seiring perkembangan zaman, pria yang bersih tanpa jenggot dan kumis menjadi simbol peradaban sedangkan pria dengan jenggot dan kumis menjadi simbol perbudakan. Victoria Sherrow (2006), penulis “The Encyclopedia of Hair: A Cultural History”, menjelaskan awal sejarah penghilangan bulu pada wanita. Diawali di Mesir, para wanita Mesir menggunakan lilin lebah untuk menghilangkan bulu dari kaki mereka. Teknik ini yang akhirnya dikenal sampai sekarang sebagai waxing. Para wanita di Mesir, Yunani dan Romani menghilangkan bulu di daerah kemaluan mereka karena mereka menganggap bulu di daerah tersebut tidak beradab sehingga pada karya seni selalu digambarkan wanita tanpa bulu di area kemaluan. Awal trend “tanpa bulu” muncul di masa kini berasal dari industri fashion yang mulai berkembang pada tahun 1910 dan 1930. Perang Dunia I mengakibatkan kekurangan bahan untuk pakaian, oleh karena itu diciptakanlah busana siap pakai yang diproduksi dalam jumlah banyak. Pakaian yang diproduksi pada saat itu adalah busana yang cukup terbuka seperti pakaian tanpa lengan dan gaun tembus pandang. Pada tahun 1910, rok wanita mulai diciptakan lebih pendek, menunjukkan kaki wanita. Perkembangan fashion secara tidak langsung mempromosikan waxing atau bercukur. Beberapa iklan fashion juga selalu menampakan wanita yang cantik tanpa bulu. Hal tersebut berlanjut sampai sekarang hingga masa kini. 2.1.3 Jenis Dan Tipe Waxing Ada beberapa jenis waxing dibedakan dari cara pemakaian dan juga bahan dasarnya. a.
Soft Wax
Soft wax atau biasa yang juga disebut strip wax terbuat dari bahan sirup glukosa dan paraffin. Soft wax harus dipanaskan terlebih dahulu
5 dan digunakan hangat. Pengaplikasian dilakukan menggunakan spatula yang dioleskan searah pertumbuhan rambut setelah itu ditutup dengan kain dan ditarik. Soft wax ini biasa digunakan untuk area yang besar seperti punggung, kaki, dan tangan. Soft wax menempel pada kulit yang menyebabkan dapat tersobeknya beberapa bagian kulit. b.
Hard Wax
Hard wax terbuat dari bahan lilin lebah dan olahan getah pinus. Hard wax berbeda dengan soft wax karena cara pengaplikasiannya. Hard wax digunakan tanpa menggunakan kain. Pengaplikasian digunakan dalam keadaan hangat, diaplikasikan ke kulit dan dibiarkan dingin. Ketika wax sudah dalam keadaan dingin, wax dicabut dengan cepat dari kulit dengan tangan dan bulu-bulu menempel pada hard wax. Hard wax tidak menempel pada kulit, hanya menempel pada rambut sehingga tidak menyebabkan kulit yang tersobek karena pemakaian wax. c.
Sugaring
Sugaring adalah metode yang waxing tradisional yang konon awal mula digunakan di Mesir. Sugaring dianggap metode penghilangan bulu yang paling alami karena kandungan utamanya adalah gula, lemon, dan air. Sugar wax dapat digunakan dengan berbagai cara. Antara lain dengan menggunakan kain atau tidak. Pengaplikasian sama dengan soft wax tetapi sugar wax dapat digunakan tanpa dihangatkan. Sugaring menjadi favorit beberapa waxing salon karena lebih alami dan tidak rentan iritasi.
Berikut ini adalah beberapa benefit yang didapatkan dari sugaring: 1. Sugar wax dapat digunakan tanpa dihangatkan ataupun kalau dihangatkan dalam suhu yang sangat rendah sehingga kecil kemungkinan membakar kulit. 2. Sugar wax dapat mencabut bulu yang lebih pendek daripada jenis waxing lainnya. 3. Sugar wax mudah dibersihkan daripada jenis wax lainnya. 4. Sugar wax tidak menempel pada kulit.
6
2.1.4 Profil Produk Logo :
Figure 1 taken from www.sugarpotwax.com
Kemasan Produk :
Figure 2 taken from www.instagram.com/sugarpotwax
Di Indonesia, tepatnya di kota-kota besar, telah cukup banyak berdiri salon waxing dan sugaring yang menawarkan jasa professional menghilangkan bulu. Salon waxing tersebut menggunakan masih produk waxing import. Selain itu ada juga beberapa produk waxing yang beredar di toko kecantikan Indonesia yang diimpor dan harganya tergolong cukup mahal. Akhirnya muncul Sugarpot, produk sugar waxing yang khusus
7 diproduksi untuk digunakan sendiri di rumah. Awalnya pemilik Sugarpot, Jessyca Octavia, melihat perkembangan waxing yang meningkat di Indonesia dan memutuskan untuk memproduksi sugar waxing sendiri. Dengan beberapa eksperimen, akhirnya Sugarpot memiliki ramuan sendiri yang digemari oleh penggunanya. Sekarang ini Sugarpot waxing memiliki tiga varian rasa madu, stroberry, dan coklat. Keduanya laris manis setiap harinya. Sekarang Sugarpot bukan hanya dijual online melalui webstore, tetapi juga dijual offline di event-event atau bazaar tertentu dan di explor keberbagai daerah. 2.1.5 Data Pembanding Produk-produk waxing pembanding/kompetitor merupakan tema yang ditampilkan dari berbagai produk yang memiliki kegunaan yang sama yaitu waxing.
1. Coolsugaringwax
Figure 3 taken from twitter.com/coolsugarwax
Coolsugarwaxing adalah produk yang sama dengan Sugarpot, Coolsugarwaxing berdiri pada tahun 2013. Keunggulan dari merk ini adalah merk ini menjual harga yang lebih murah disbanding Sugarpot.
8
2. Sugarjam
Figure 4 taken from www.instagram.com/sugarjam_id
Sugarjam adalah produk yang sama dengan Sugarpot, yaitu produk waxing, Sugarjam berdiri pada tahun 2012. Keunggulan dari merk ini adalah merk ini menjual harga yang lebih murah disbanding Sugarpot. 2.1.6 Hasil Wawancara Data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung desain kemasan untuk Sugarpot didapatkan dari Jessyca.
Pemilik
sendiri
telah
pemilik usaha tersebut,
mengakui
dengan
kurangnya
memperhatikan desain kemasan dari produk Sugarpot akan sangat mempengaruhi perkembangan penjualan.
9
2.1.7
Target Komunikasi
A.
Sasaran Primer
Demografis -
Jenis kelamin
: wanita
-
Usia
: 25-40
-
Profesi
: pelajar, mahasiswa, pekerja
-
SES
:A–B
-
Pendidikan
: SMA & S1
Geografis -
Hidup di kawasan perkotaan.
Psikografis -
Rutinitas : 1. Belajar, bekerja. 2. Arisan 3. Senang beraktivitas 4. Sering ke mall 5. Sering ke pesta
-
Karakter : 1. Bersih 2. Modern 3. Supel 4. Ingin tampil pede 5. Sosialita
B.
Sasaran Sekunder Demografis -
Jenis kelamin
: Pria dan wanita
-
Usia
: 27 - 35 tahun
-
Profesi
: memiliki usaha salon
10 -
SES
:A–B
Geografis -
Memiliki usaha di pusat kota.
Psikografis
2.1.8
-
Tertarik mengambil produk dalam negeri.
-
Masih menggunakan produk waxing dari produk luar.
Keunggulan keunggulan produk -
tidak perlu di panaskan
-
dibuat dari bahan alami
-
menjadi pioneer waxing di Indonesia
-
sudah terpercaya
-
mudah dibersihkan
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1
Teori Kemasan Pengertian kemasan menurut Prof. Emiritus. DRS. A.D. PIROUS (2007) adalah “Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun barang-barang hasil produksi industri.” Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli. Untuk keperluan ini kemasan harus dapat menyandang beberapa fungsi yang harus dimilikinya seperti: - tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli, bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih
11 menyandang fungsi iklannya). Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga pelengkap rumah tangga, sebuah botol kecap bagus dengan etiketnya yang menarik dapat menyemarakkan suasana tertentu di meja makan atau lemari di dapur. sebuah tempat kertas lap “Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja berhias seorang gadis. - mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya (bungkus rokok yang berwibawa). - kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang, bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang. - rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas. - perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian pula penyusunan dalam lemari pajang. - melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur desain-grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri. Menurut
Philip
Kotler
(Manajemen
Pemasaran:
Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, 1998) , kemasan dibedakan menjadi 3 tingkatan: 1. Kemasan Primer, adalah kemasan yang melindungi / bersentuhan dengan
produk langsung. Contoh : botol kaca produk parfum.
2. Kemasan Sekunder, adalah kemasan yang membungkus kemasan
12 primer.
Contoh: Kemasan karton yang membungkus botol
parfum. 3. Kemasan Tersier, adalah kemasan yang melindungi sejumlah kemasan sekunder dalam proses pendistribusian produk.
2.2.2
Teori Warna Menurut Klimchuck dan Krasovec (2007) dalam buku Desain Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan, warna adalah salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur visualnya. Hal itu dikarenakan mata manusia melihat warna sebelum otak mengenali citra bentuk, symbol, kata-kata, atau elemen-elemen visual lainnya. Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efekefek tertentu. Warna mempengaruhi kelakuan, memegang perana penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka-tidaknya seseorang pada suatu benda.
2.2.3
Teori Tipografi Tipografi menurut Danton Sihombing (2001) dalam buku yang berjudul Tipografi Dalam Desain Grafis adalah representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang
pokok
dan
efektif.
Huruf
memiliki
potensi
untuk
menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Danton juga menyatakan bahwa huruf memainkan peranan sangat penting dalam keberhasilan suatu bentuk komunikasi grafis. Dalam desain kemasan, tipografi pun mengambil peranan penting dalam mengkomunikasikan pesan ke calon konsumen. Yang harus diperhatikan adalah pemilihan jenis huruf yang sesuai dengan tema
13 dan tujuan dari produk itu sendiri. Maka disinilah diperlukan kejelian dalam memilih jenis huruf yang sesuai atau menjiwai dari produk tersebut. Untuk pemilihan jenis huruf atau font yang tepat, beberapa kriteria yang harus, terpenuhi antara lain : 1. Clearity adalah bahwa suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yaitu harus dapat dilihat secara jelas. 2. Readability adalah keterbacaan dan jenishuruf tersebut. 3. Legibility lebih menekankan apakah kita mudah membacanya atau tidak. 4. Visibility lebih menekankan pada keindahan jenis huruf tersebut. 2.2.4
Teori Layout Surianto Rustan (2009) mengemukakan di dalam bukunya bahwa,
“Desain dan layout yang kita lihat di masa kini sebenarnya adalah hasil perjalanan dari proses eksplorasi kreatif manusia yang tiada henti di masa lalu.” Layout merupakan penyusunan elemen-elemen desain yang membentuk sususan artistic. Degan layout, sebuah karya atau rancangan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca atau audience. 2.2.5
Karakteristik Produk Sugarpot adalah produk yang memiliki karakter yang bermanfaat untuk membersihkan bagian tubuh dari bulu dengan bahan-bahan alami, dan memiliki beberapa varian rasa yaitu coklat, stoberi, dan madu. Masing-masing dari varian memiliki manfaat yang berbeda. Coklat untuk melembabkan kulit, stoberi untuk membuat kulit lebih bercahaya, dan madu untuk memutihkan kulit.
14
2.2.6
Analisa S.W.O.T
Strenght
Sugarpot saat ini adalah satu-satunya merek sugar waxing local yang beredar di Indonesia. Sebagai pioneer, Sugarpot memiliki kesempatan besar untuk dikenal masyarakat.
Weakness Identitas visual masih belum menonjol sehingga kurang menarik perhatian. Opportunity Banyaknya permintaan di berbagai daerah dan peminat waxing yang terkadang tidak memiliki waktu untuk ke salon waxing. Threat Banyaknya kompetitor baru yang bermunculan menggunakan nama yang mirip dan mengikuti konsep Sugarpot.
15