BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Peramalan
2.1.1
Pendahuluan Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian
di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Terdapat adanya keterbatasan dalam suatu peramalan menyebabkan peramalan sangat jarang memberikan hasil yang sempurna dan menghabiskan banyak biaya dan waktu untuk persiapan dan pengawasan. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa mendatang. Peramalan permintaan ini menjadi masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Karena bagian operasional produksi bertanggung jawab terhadap pembuatan produk, maka keputusan-keputusan operasi produksi sangat dipengaruhi dari hasil peramalan permintaan.
2.1.2
Horizon Waktu Peramalan Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan
yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:
18
a. Peramalan jangka pendek Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. b. Peramalan jangka menengah Peramalan jangka menengah atau intermediete umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi. c. Peramalan jangka panjang Peramalan jangka panjang umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas serta penelitian dan pengembangan.
2.1.3
Metode Peramalan Time series Metode time series (deret waktu) adalah metode peramalan secara kuantitatif
dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Metode deret waktu ini menggunakan data-data masa lalu yang kemudian diolah dengan menggunakan metode-metode statistik untuk ditentukan pola permintaan pada masa lalu dimana pola yang dihasilkan tersebut digunakan untuk melakukan prakiraan dimasa yang
19
akan datang. Dalam peramalan time series, metode peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan. Kriteria ini berupa Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Square Error (MSE), atau Mean Absolute Procentage of Error (MAPE). Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series adalah sebagai berikut: 1. Tentukan pola data permintaan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau random. 2. Mencoba beberapa metode time series (yang sesuai dengan pola permintaan tersebut) untuk melakukan peramalan. 3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, atau lainnya. Sebaiknya tingkat kesalahan ini ditentukan dulu. 4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dan berada di bawah batas tingkat kesalahan yang ditetapkan dibandingkan dengan metode lainnya 5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.
Dalam peramalan time series, perlu diketahui dulu pola/komponen time series. Pola permintaan dapat diketahui dengan membuat “Scatter Diagram”, yaitu pemplotan data historis selama interval waktu tertentu. Dari scatter diagram ini
20
secara visual akan dapat diketahui bagaimana hubungan antara waktu dengan permintaan. Dalam time series terdapat empat jenis pola permintaan, yaitu : 1. Pola data trend Pola data trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya. Metode peramalan yang sesuai dengan pola data trend yaitu metode regresi linier, exponential smoothing, atau double exponential smoothing. 2. Pola musiman Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pola musiman karena permintaan ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau moving average, atau weight moving average. 3. Pola siklikal Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Kalau pola musiman rentang waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila data berpola siklikal
21
adalah metode moving average, weight moving average, dan eksponential smoothing. 4. Pola Horisontal Terjadi bila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata–rata yang konstan. (Deret seperti itu “stasioner“ terhadap nilai rata–ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini
Pola Data Trend
Pola Data Musiman
Pola data siklik
Pola Data Horizontal
Gambar 2.1 Macam-macam Pola Data
Untuk pembahasan kali ini, metode time series yang digunakan, yaitu : 1. Single Moving Average Persamaan yang dipakai adalah : Ft+m =
X t + X t −1 + X t − 2 + ... + X t − N +1 N
Dimana : N = Banyaknya periode rata-rata bergerak
22
2. Double Moving Average Double Moving Average merupakan moving average dari moving average. Persamaan yang dipakai adalah : S’t =
X t + X t −1 + X t − 2 + ... + X t − N +1 N
S’’ t =
S' t + S' t −1 + S' t −2 + ... + S' t − N +1 N
a t = S’ t + (S’ t – S’’ t) = 2S’ t – S’’ t bt =
2 (S’ t – S’’ t) N −1
Ft+m = a t +b t m
3. Single Exponential Smoothing Formula untuk metode Single Exponential Smoothing adalah : S’ t = α . X t + (1- α )S (t-1) Dimana : S’ t = Perkiraan permintaan pada periode t α
= Suatu nilai (0< α <1) yang ditentukan secara subjektif
X t = Permintaan aktual pada periode t S (t-1) = Perkiraan permintaan pada periode t-1
23
4. Double Exponential Smoothing Satu Parameter Brown Dasar pemikiran dari Double exponential smoothing Satu Parameter Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier. Persamaan yang dipakai
adalah : S’ t = α . X t + (1- α )S (t-1) S’’ t = α .S’ t +(1- α )S’’(t-1) a t = 2.S’ t – S’’ t bt =
α (S’ t – S’’ t) 1− α
Ft+m = a t +b t m Dengan inisiasi awal : S’t = S’’t = X1
5. Metode Asosiatif (Regresi linier) Berikut adalah rumus–rumus regresi linier sederhana y t = a + bt dengan : b=
n ∑ ty − ∑ t ∑ y n ∑ t 2 − (∑ t )
2
a = y − bt Di mana ; y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data
24
t = indeks penunjuk waktu (dimulai dari 1 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan)
2.1.4
Ketepatan dan Pengendalian Peramalan
Suatu prakiraan dikatakan sempurna apabila semua variabel yang diramalkan sama dengan variabel yang sebenarnya. Untuk melakukan prakiraan yang selalu tepat sangat sukar, bahkan dapat dikatakan tidak mungkin. Oleh karena itu, diharapkan peramalan dapat dilakukan dengan nilai kesalahan sekecil mungkin. Kesalahan peramalan adalah perbedaan antara nilai variabel yang sesungguhnya dan nilai peramalan pada periode yang sama, atau dalam bentuk rumus et = X t − Ft . Berikut ini beberapa ukuran yang dapat dipakai untuk mengukur ketepatan dan pengendalian peramalan : 1. Nilai Kesalahan Rata–rata ( Mean Error ) ME =
1 n et ∑ n t +1
2. Nilai Tengah Galat Absolut ( Mean Absolute Error ) MAE =
1 n ∑ et n t +1
3. Nilai Tengah Galat Kuadrat ( Mean Square Error )
MSE =
1 n 2 ∑ et n t +1
25
4. Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)
MPE =
1 n ∑ PEt n t =1
5. Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)
MAPE =
1 n ∑ PEt n t =1
Dimana : X = Data aktual F = Data Peramalan N = Jumlah data t = Indeks penunjuk waktu
2.2
Linear Programming
2.2.1
Definisi Linear Programming
Menurut Marwan Asri dan Wahyu Widayat (1984, p4) Linear Programming merupakan pernyataan ungkapan “linear” dan “programming”. Ungkapan linear dapat diartikan bahwa semua persamaan atau fungsi-fungsi matematis digunakan dalam model ini haruslah merupakan fungsi linear. Sedangkan kata programming lebih mendekati kata “planning” atau perencanaan. Jadi, pengertian Linear
Programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan anggapan-anggapan hubungan linear, untuk mencapai hasil yang maksimal.
26
Linear Programming adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Persoalan pengalokasian ini akan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas-aktivitas tertentu yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Menurut Hamdy A Taha (1996, p16), Pemrograman Linier adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi dalam kehidupan nyata, jarang seseorang menghadapi masalah di mana terdapat kepastian yang sesungguhnya. Teknik LP mengkompensasi “kekurangan” ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis parametrik yang sistematis untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang bersangkutan untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang “statis” terhadap perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut. Persoalan Linear Programming adalah persoalan yang memenuhi hal-hal berikut: 1. Tujuan (objective) yang akan dicapai harus dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
linear. Fungsi ini disebut fungsi tujuan (objective function). 2. Harus ada alternatif pemecahan. Pemecahan yang membuat nilai fungsi tujuan optimum (laba yang maksimum, biaya yang minimum, dan sebagainya) yang harus dipilih.
27
3. Sumber-sumber tersedia dalam jumlah yang terbatas. Pembatasan-pembatasan harus dinyatakan di dalam ketidaksamaan yang linier (linear inequality).
2.2.2
Formulasi Linear Programming
Model Linear Programming adalah bentuk dan susunan dasar dalam menyajikan masalah yang akan dipecahkan dengan teknik LP. Dalam LP dikenal 2 macam fungsi yakni fungsi tujuan dan fungsi-fungsi pembatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang menggambarkan tujuan kita di dalam permasalahan LP yang bersangkutan yakni mengatur secara optimal. Sedangkan fungsi pembatas merupakan bentuk penyajian secara matematis dari batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal kepada berbagai aktivitas. Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik dengan keterbatasan sumber daya ini. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak. Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap : 1. Menentukan variabel keputusan dan menyatakan dalam simbol matematik 2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan
28
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu
Secara mendalam terlihat adanya suatu pola yang khas untuk merumuskan secara umum suatu masalah Linear Programming. Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala, yang bersama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum model LP adalah : Fungsi tujuan
:
Maksimumkan atau minimumkan Z = C1X1 +C2X2 + C3X3 + … + CnXn
Fungsi Pembatas
:
a11X1 + a12X2 +a13X3 + … + a1nXn ≤ b1 a21X1 + a22X2 +a23X3 + … + a2nXn ≤ b2 am1X1 + am2X2 +am3X3 + … + amnXn ≤ bm dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, …, Xn ≥ 0
Keterangan : m
= Macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.
n
= Macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut.
i
= Nomor untuk sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, …, m)
j
= Nomor untuk aktivitas (sebuah variabel keputusan) (j = 1, 2, …, n)
cij
= Koefisien keuntungan per unit
xj
= Tingkat aktivitas j (sebuah variabel keputusan ) untuk j = 1,2,...,n
29
aij
= Banyaknya sumber i yang digunakan/dikonsumsi oleh masing-masing unit aktivitas j ( untuk i = 1,2,...,m dan j = 1,2,...,n ).
bi
= Banyaknya sumber i yang tersedia untuk pengalokasian ( i= 1,2,...,m ).
Z
= Nilai yang dimaksimumkan atau diminimumkan
Bentuk atau model Linear Programming di atas merupakan bentuk standar bagi permasalahan Linear Programming yang akan dipakai selanjutnya. Dengan kata lain, setiap permasalahan yang apabila diformulasikan secara matematis mengikuti model di atas, maka permasalahan tersebut merupakan masalah Linear Programming.
2.2.3
Asumsi Model Linear Programming
Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsi itu menuntut bahwa hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linier dan additif, dapat dibagi dan deterministik. Asumsi model Linear Programming adalah sebagai berikut : 1. Linearity dan Additivity
Linearity berarti bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus linier. Dengan kata lain, jika suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa garis lurus. Begitu juga, suatu kendala yang melibatkan tiga variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan kendala yang melibatkan n variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geometris yang rata) dalam ruang berdimensi n.
30
Additif dapat diartikan sebagai tak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya interaksi. Contohnya, keuntungan total Z yang merupakan variabel kriteria, sama dengan jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan, c x . Juga, seluruh sumber daya yang digunakan untuk j
j
seluruh kegiatan, harus sama dengan jumlah sumber daya yang digunakan untuk masing-masing kegiatan. 2. Divisibility Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh X , tidak harus j
bilangan bulat. tetapi dapat berupa nilai pecah. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu, sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat. 3. Deterministic Semua parameter model (c , a dan b ) diasumsikan diketahui konstan. LP j
ij
i
secara tak langsung mengasumsikan masalah dalam suatu kerangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. Dalam kenyataannya, parameter model jarang bersifat deterministik, karena mereka mencerminkan kondisi masa depan maupun sekarang, dan keadaan masa depan jarang diketahui secara pasti. Ada beberapa cara untuk mengatasi ketidakpastian parameter dalam model LP. Analisa sensitivitas adalah suatu teknik yang dikembangkan untuk menguji nilai solusi, bagaimana kepekaannya terhadap perubahan-perubahan parameter.
31
2.2.4
Metode Simpleks
Menurut J. Supranto (1983, p39) metode simpleks ialah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu pemecahan dasar yang feasible ke pemecahan dasar yang feasible lainnya dan ini dilakukan berulang-ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga akhirnya tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap step menghasilkan suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar atau sama dari step-step sebelumnya. Metode simpleks lebih efisien serta dilengkapi dengan suatu ”tes kriteria” yang bisa memberitahukan kapan hitungan harus dihentikan dan kapan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu ”optimal solution” (maximum profit, maximum
revenue, minimum cost, dan sebagainya). Pada umumnya dipergunakan tabel-tabel, dari tabel pertama yang memberikan pemecahan dasar permulaan yang feasible (initial basic feasible solution) sampai pada pemecahan terakhir yang memberikan
optimal solution. Metode simpleks dapat mengidentifikasi satu pemecahan dasar awal lalu bergerak secara sistematis ke pemecahan dasar lainnya yang memiliki potensi untuk memperbaiki nilai fungsi tujuan. Pada akhirnya, pemecahan dasar lainnya yang bersesuaian dengan nilai optimum akan diidentifikasi dan proses perhitungan berakhir. Pada gilirannya, metode simpleks merupakan prosedur perhitungan yang berulang (iterative) di mana setiap pengulangan (iterasi) berkaitan dengan satu pemecahan dasar.
32
Penentuan pemecahan dasar dalam metode simpleks umumnya melibatkan perincian perhitungan yang menjemukan. Perincian seperti ini sebaiknya tidak mengalihkan perhatian dari gagasan dasar metode ini yaitu menghasilkan beberapa pemecahan dasar secara berurutan dengan cara yang akan mengarahkan anda pada titik ekstrim optimum. Semua perincian perhitungan adalah sekunder dibandingkan gagasan dasar ini dan anda harus terus memandangnya demikian.
2.2.5
Analisa Sensitivitas
Linear Programming dipergunakan untuk memecahkan secara optimal persoalan-persoalan tertentu, dengan berbagai kondisi tertentu pula. Dengan perkataan lain, suatu pemecahan optimal akan diperoleh bila berbagai kondisi dan asumsi Linear Programming dipenuhi. Apabila kondisi dan persyaratan serta batasanbatasan yang ada berubah maka persoalan tersebut dianggap sebagai batasan persoalan baru sehingga perlu diselesaikan dari awal lagi. Jika mengulang kembali perhitungan-perhitungan dari tahap awal dengan menggunakan koefisien-koefisien yang baru, maka dapat memakan waktu yang lama dan prosedur yang panjang, sehingga memperbesar kemungkinan melakukan kesalahan-kesalahan. Akibatnya cara ini dapat mendatangkan berbagai kesulitan bagi pemakainya. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan tersebut, maka dipergunakan analisa sensitivitas atau analisa post-optimal. Analisa post-optimal mengutamakan analisa terhadap permasalahan Linear Programming setelah dicapainya kondisi optimal dengan menggunakan kaidah-kaidah Linear Programming semaksimal mungkin.
33
Tujuan utama penggunaan analisa sensitivitas ini adalah untuk mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan ulang bila terjadi perubahan koefisien-koefisien pada model Linier Programming setelah dicapai tahap optimal. Setelah dicapai tahap optimal, ada kemungkinan terjadi perubahan-perubahan pada berbagai persyaratan dalam model yang telah disusun untuk permasalahan, seperti : 1. Perubahan pada kapasitas sumber-sumber yang tersedia. Apabila terjadi perubahan ini maka berarti nilai kanan dari fungsi-fungsi pembatas pada model akan mengalami perubahan (penambahan atau pengurangan). 2. Perubahan pada koefisien-koefisien fungsi tujuan. Perubahan ini menunjukkan adanya penambahan atau penurunan kontribusi setiap satuan kegiatan terhadap tujuan. 3. Perubahan pada koefisien-koefisien teknis fungsi-fungsi pembatas. Apabila perubahan ini terjadi maka berarti bahwa bagian kapasitas sumber yang dikonsumir oleh satu satuan kegiatan mengalami kenaikan atau penurunan. 4. Penambahan variabel-variabel baru. Bila hal ini terjadi berarti jumlah variabel yang dikombinasikan bertambah. 5. Penambahan batasan-batasan baru, yang tentu saja perlu dicari akibatnya terhadap penyelesaian optimal. (Marwan Asri dan Wahyu Widayat, 1984, p122)
34
2.3
Perencanaan dan Pengembangan Produk
Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger, proses pengembangan produk terbagi menjadi 6 tahapan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 Fase 0 Perencanaan
Fase 1 Pengembangan Konsep
Fase 2 Perancangan Tingkatan Sistem
Fase 3 Perancangan Rinci
Fase 4 Pengujian dan Perbaikan
Fase 5 Peluncuran Produk
Gambar 2.2 Tahapan Pengembangan Produk
Tahap 0 Perencanaan
Kegiatan perencanaan sering disebut sebagai ’zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Tahap 1 Pengembangan Konsep
Pada tahap ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Tahap 2 Perancangan Tingkatan Sistem
Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Tahap 3 Perancangan Detail
Pada tahap ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi.
35
Tahap 4 Pengujian dan Perbaikan
Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasa dibuat menggunakan komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi yang sama dengan produksi sesungguhnya. Prototipe beta biasanya dibuat dengan komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Tahap 5 Produksi Awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungki timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Proses pengembangan konsep mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Identifikasi kebutuhan pelanggan Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Hasilnya berupa sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.
36
2. Penetapan spesifikasi target Spesifikasi memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana produk bekerja. Spesifikasi target merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan teknis. Output dari langkah ini adalah daftar spesifikasi target. 3. Penyusunan konsep Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area konsepkonsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Penyusunan konsep mencakup gabungan dari penelitian eksternal, proses pemecahan masalah secara kreatif dan penelitian sistematis dari bagian solusi yang dihasilkan oleh tim. 4. Pemilihan konsep Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis dan dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan. 5. Pengujian konsep Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi kelemahan yang harus diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya. 6. Penentuan spesifikasi akhir Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim pengembang harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada
37
konsep produk itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasikan melalui pemodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja. 7. Perencanaan proyek Pada tahap ini dibuat suatu jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu pengembangan, dan mengindentifikasi sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Hasil utama dari kegiatan awal hingga akhir ini biasanya dikumpulkan dalam satu buku kontrak yang terdiri dari pernyataan misi, kebutuhan pelanggan, detail konsep yang dipilih, spesifikasi target, analisis ekonomis produk, jadwal pengembangan, penentuan staf proyek dan anggaran. 8. Analisis ekonomi Analisis
ekonomi
merupakan
salah
satu
kegiatan
dalam
tahap
pengembangan. Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program pengembangan menyeluruh dan memecahkan tawar menawar spesifik. 9. Analisa produk-produk pesaing Pemahaman mengenai produk pesaing perlu dilakukan untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi. 10. Pemodelan dan pembuatan prototipe Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototipe. Hal ini mencakup antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan.
38
2.3.1
Perencanaan Produk
Perencanaan produk merupakan suatu kegiatan yang mempertimbangkan
portfolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menentukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode tertentu. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi produk serta pernyataan misi proyek, terdapat lima tahapan proses : 1. Mengidentifikasi peluang Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai terowongan peluang karena membawa bersama-sama input dari perusahaan. Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. 2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, mengikuti perkembangan teknologi dan platform produk. Setelah itu, proses mengevaluasi produk baru didiskusikan dan menyeimbangkan portfolio proyek. 3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyekproyek yang paling menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menambah persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk
39
merancang sumber daya dan merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti. 4. Melengkapi perencanaan proyek pendahuluan Kegiatan perencanaan proyek pendahuluan melibatkan tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi pelayanan. Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. 5. Merefleksikan kembali hasil dan proses Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim pengembangan yang harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan.
2.3.2
Pernyataan Misi
Dalam melakukan pengembangan produk, diperlukan suatu pernyataan misi yang dapat digunakan sebagai acuan selama pelaksanaan proyek. Pernyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : •
Uraian produk ringkas Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik.
40
•
Sasaran utama bisnis Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas.
•
Pasar target untuk produk Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.
•
Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan. Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasiinformasi untuk pencacatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.
•
Stakeholder Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pelanggan eksternal akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Berikut adalah contoh format pernyataan misi :
41
Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi Pernyataan Misi : (Nama produk) Uraian Produk * Sasaran Bisnis Utama * * Pasar Utama * Pasar Kedua * * Asumsi-asumsi dan batasan- * batasan * * Stakeholder *
2.3.3
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian integral dari proses pengembangan produk dan mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, Competitive Benchmarking, dan menetapkan spesifikasi produk. Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu: •
Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan.
•
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan
•
Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
•
Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk proses pengembangan produk.
•
Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan.
•
Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan di antara anggota tim pengembangan.
42
Identifikasi kebutuhan pelanggan adalah sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap. Lima tahap tersebut adalah : 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan Proses pengumpulan data mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi produk pada saat digunakan. Beberapa praktisi kadangkala juga menggunakan survei tertulis untuk mengumpulkan data mentah. Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya dalam kolom/lembaran Pernyataan Pelanggan, dan seringkali dilengkapi dengan rekaman video atau foto. Berikut adalah contoh template data yang berisi pernyataan asli dari pelanggan dan daftar kebutuhan hasil interpretasi pernyataan asli tersebut : Tabel 2.2 Template Data Pernyataan Asli Pelanggan Pelanggan : Alamat : Telepon : Apakah anda bersedia di follow up? Ya/Tidak Pernyataan Pertanyaan Pelanggan 1. Penggunaan Tertentu 2. Hal-hal yang disukai terhadap alat yang sekarang 3. Hal-hal yang tidak disukai terhadap alat yang sekarang 4. Usulan perbaikan
Pewawancara : Tanggal : Sekarang menggunakan : Jenis penggunaan : Interpretasi kebutuhan (Tidak perlu diisi)
43
2. Mengintepretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Setiap pernyataan atau hasil observasinya dapat diterjemahkan menjadi nomor berapapun sebagai kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan (jika diperlukan) tertier. Tujuan dari langkah ini adalah mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan pelanggan menjadi beberapa hierarki. Daftar kebutuhan pelanggan terdiri dari beberapa kebutuhan primer, dimana masing-masing kebutuhan primer akan tersusun dari beberapa kebutuhan-kebutuhan sekunder. Dalam kasus produk yang sangat komplek, kebutuhan sekunder mungkin dipecah lagi menjadi kebutuhan tertier. 4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan Pada langkah ini tim pengembang harus membuat prioritas pilihan dan mengalokasikan sumber daya dalam mendesain produk. Hasil dari langkah ini adalah bobot kepentingan berupa nilai untuk setiap kebutuhan. Ada dua pendekatan dasar untuk menetapkan bobot kepentingan setiap kebutuhan, yaitu bersandar pada konsensus anggota tim berdasarkan pengalaman dengan pelanggan selama ini atau berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan.
44
5. Menganalisa hasil dan proses Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Dalam menganalisa hasil proses, tim harus menguji hasilnya untuk meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.
2.3.4
Spesifikasi Produk
Kebutuhan pelanggan umumnya diekspresikan dalam ”bahasa pelanggan” dan biasanya dibuat dalam suatu daftar kebutuhan pelanggan. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan yang berperan dalam menjelaskan produk agar sukses di pasaran. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan metrik kebutuhan jika diperlukan. Cara terbaik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu persatu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Berikut adalah contoh format daftar metrik kebutuhan : Tabel 2.3 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan No Metrik 1 2 3 4 5
Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
Satuan
45
Daftar metrik dapat dihubungkan dengan menggunakan Quality Function
Deployment (QFD). Menurut Cohen (1995, p11), QFD (Quality Function Deployment) adalah konsep pendekatan terstruktur dalam mendefinisikan apa yang
menjadi
kebutuhan,
keinginan,
dan
ekspektasi
konsumen
dan
menterjemahkannya ke dalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi atau manufaktur. Untuk pembahasan selengkapnya, akan dibahas pada subbab 2.3.4.1. 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Informasi mengenai produk pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai positioning produk. 3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik Pada langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk tiap metrik. Ada 2 macam nilai target, yaitu nilai ideal dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim, sedangkan nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial. 4. Merefleksikan hasil dan proses Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek. Setelah target ditentukan, tim mulai bekerja untuk menghasilkan solusi konsep.
46
Spesifikasi target lalu digunakan untuk membantu tim dalam memilih sebuah konsep dan membantu mengetahui kapan sebuah konsep layak secara komersial.
2.3.4.1 QFD (Quality Function Deployment)
Menurut Cohen (1995, p11), QFD (Quality Function Deployment) adalah konsep pendekatan terstruktur dalam mendefinisikan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen dan menterjemahkannya ke dalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi atau manufaktur. Tujuan dari QFD adalah untuk mengoptimalkan pengembangan proses dan menghasilkan produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen. QFD tidak hanya mengoptimalkan pengembangan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi juga berusaha melebihi harapan pelanggan sebagai cara untuk bersaing dengan pesaing, sehingga produk dapat diterima di pasaran dan disukai oleh pelanggan.
2.3.4.1.1
Proses QFD
Menurut Cohen (1995, p311), proses penerjemahan kebutuhan pelanggan kedalam kualitas produk dan jasa dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Proses kebutuhan konsumen menjadi karakteristik teknis (Product Planning). 2. Proses karakteristik teknis menjadi karakteristik bagian (Part Planning). 3. Proses karakteristik part menjadi operasi proses utama (Process Planning). 4. Proses operasi proses utama menjadi kebutuhan produksi (Production Planning).
47
2.3.4.1.2
HOQ (House Of Quality)
House of Quality adalah proses pemahaman dari kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen yang dirangkum kedalam metrik perencanaan produk. Metrik ini terdapat dalam beberapa bagian yang masing-masing bagian mengandung informasi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Tiap bagian adalah hasil pemahaman perusahaan terhadap suatu aspek proses perencanaan produk, jasa, atau suatu proses. Adapun gambar The House of Quality adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3 The House of Quality
Bagian-bagian dari HOQ adalah sebagai berikut: 1. Customer Needs and Benefits Pada bagian ini diisi daftar kebutuhan dan ekspektasi konsumen terhadap nilai produk, jasa, atau proses yang biasanya diperoleh dari Voice of the Customer dan telah diubah ke dalam tabel Metrik Kebutuhan Pelanggan.
48
2. Planning Matrik Pada bagian ini mempunyai tujuan menyusun dan mengembangkan beberapa pilihan strategis dalam mencapai nilai-nilai kepuasan konsumen yang tertinggi. Planning Matrik mempunyai delapan jenis data, antara lain adalah sebagai berikut: ¾ Importance to Customer (kepentingan konsumen), yang berisi tentang tingkat
kepentingan tiap kebutuhan dan manfaat bagi konsumen. ¾ Current Satisfaction Performance (kinerja kepuasan konsumen) adalah
bagaimana kinerja produk yang dikembangkan dapat memenuhi kepuasan konsumen. ¾ Competitive Satisfaction Performance (kinerja kepuasan pelanggan) adalah
bagaimana kinerja produk pesaing dalam memuaskan kepentingan pelanggan. ¾ Goal (Quality Plan) adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan
produk. ¾ Improvement Ratio (pengembangan rasio), diperoleh dari rumus:
Improvement Ratio =
Goal Current Statisfaction Performance
¾ Sales Point (titik penjualan), digunakan tiga angka yaitu: o 1 = tidak ada tingkat penjualan o 1,2 = tingkat penjualan sedang o 1,5 = tingkat penjualan tinggi
49
¾ Raw Weight diperoleh dengan rumus:
Raw Weight = (Importance to Customer)x(Improvement Ratio)x(Sales Point) ¾ Normalized Raw Weight adalah persen total dari Row Weight yang diperoleh
dari rumus: Normalized Raw Weight =
Raw Weight x 100% ∑ Raw Weight
3. Technical Response Kolom
Technical
Response
berisi
tentang
bagaimana
organisasi
mendeskripsikan perencanaan produk atau jasa untuk dikembangkan. Deskripsi ini didapatkan dari keinginan konsumen dan kebutuhannya. 4. Relationship Pada kolom Relationship, dijelaskan bagaimana hubungan antara setiap elemen dari technical response dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Simbol yang digunakan untuk kolom Relationship antara lain adalah sebagai berikut: = menunjukkan hubungan lemah dengan nilai 1 = menunjukkan hubungan sedang dengan nilai 3 = menujukkan hubungan kuat dengan nilai 9 5. Technical Correlations Pada
bagian
Technical
Correlations,
berisikan
bangaimana
tim
pengembangan perlengkapan tidur menetapkan implementasi hubungan antara
50
elemen-elemen dari technical response. Simbol-simbol yang digunakan dalam technical correlation adalah sebagai berikut: ¾ vv = positif kuat ¾ v = positif ¾ (blank) = tidak ada hubungan ¾ x = negatif ¾ xx = negatif kuat
6. Techical Matrik Pada Technical Matrix, terdapat tiga tipe informasi, yaitu urutan peringkat dari technical response, informasi perbandingan dengan kinerja teknis pesaing, dan target kinerja teknis. Adapun penjabaran ketiga informasi tersebut adalah sebagai berikut: ¾ Tingkat kepentingan kami, yang diperoleh dari jumlah perkalian antara
importance to customer dengan nilai relationship pada kolom technical response. ¾ Absolutely Performance merupakan jumlah perkalian antara nilai relationship
dengan normalized raw weight. ¾ Relative Performance merupakan persen dari total absolutely performance. ¾ Unit of Mesure adalah satuan untuk technical response. ¾ Current Product adalah nilai yang ada pada produk yang sedang
dikembangkan.
51
¾ Target Value adalah target yang ingin dicapai oleh tim pengembang terhadap
perlengkapan tidur sehingga dapat memenuhi keinginan pelanggan.
Menurut Cohen (1995, P59), langkah-langkah pembuatan HOQ adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Identifikasi keinginan dan kebutuhan pelanggan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti wawancara ataupun menyebarkan kuisoner. Dari banyaknya atribut keinginan dan kebutuhan konsumen yang telah diperoleh, maka digunakan tabel kombinasi untuk mengelompokkan kebutuhan sesuai hierarkinya, yaitu
kebutuhan
primes,
skunder,
dan
tersier.
Setelah
diperoleh
pengelompokkannya, maka atribut kebutuhan konsumen tersebut dimasukkan pada HOQ pada bagian kiri ( kolom Customer Needs and Benefits). 2. Membuat matrik perencanaan. Matrik perencanaan adalah suatu alat untuk membantu perusahaan untuk membuat prioritas atribut kebutuhan konsumen. Dalam matrik perencanaan ini, terdapat data tentang tingkat kepentingan konsumen dan tingkat kepuasan konsumen dengan skala yang digunakan adalah skala likret dengan nilai tekecil adalah 1 (tidak penting) dan nilai terbesar adalah 5 (sangat penting). Penilaian tingkat kepentingan ini dilakukan dengan survei konsumen.
52
3. Menentukan respon teknis. Respon teknis adalah karakteristik produk atau jasa yang dapat diukur untuk memenuhi atribut kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan kata lain, atribut kebutuhan dan keinginan konsumen diterjemahkan kedalam bahasa yang digunakan perusahaan. Karakteristik yang telah ditentukan dimasukkan kedalam HOQ pada kolom Technical Response. 4. Menentukan hubungan antara respon teknis dan atribut kebutuhan konsumen. Matrik ini bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan hubungan antara respon teknis dan atribut konsumen. Jenis hubungan ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu hubungan kuat, sedang, dan lemah. Nilai yang ditentukan dalam matrik ini dimasukkan kedalam HOQ pada kolom Relationships. 5. Menentukan arah pengembangan (Direction of Improvement). Arah pengembangan dalam masing-masing respon teknis sangat penting untuk diketahui guna memberikan peningkatan terhadap kepuasan konsumen. Terdapat tiga jenis arah pengembangan, yaitu: ¾
Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat jika respon teknis semakin meningkat.
¾
Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat jika respon teknis semakin kecil.
¾ 0 tingkat kepuasan pelnggan akan meningkat jika respon teknis pada target
tertentu.
53
6. Menentukan korelasi teknis. Matrik korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara respon teknis, yang dalam HOQ terdapat pada gambar segitiga (atap HOQ) pada bagian Technical Correlations. Dalam Technical Correlations, terdapat lima simbol yang
menunjukkan hubungan kuat positif, positif, tidak ada hubungan, negatif, dan negatif kuat. 7. Menentukan target respon teknis. Pada tahap ini, perusahaan menentukan target yang ingin dicapai untuk setiap karakteristik teknis yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Proses penentuan target ini biasanya dilakukan secara subjektif, misalnya dengan melakukan konsensus lain.
2.3.5
Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir. Metode penyusunan konsep terdiri dari 5 langkah dengan memecahkan sebuah masalah kompleks menjadi submasalah menjadi lebih sederhana, yaitu :
54
1. Memperjelas masalah Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Pernyataan misi untuk proyek, daftar kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk awal merupakan input yang ideal untuk proses penyusunan konsep, meskipun seringkali bagian-bagian ini masih diperbaiki pada saat tahapan penyusunan konsep dimulai. 2. Pencarian secara eksternal Pencarian secara eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah. Sedikitnya terdapat 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan
pakar,
pencarian
paten,
pencarian
literatur
dan
menganalisis
(benchmarking) pesaing. 3. Pencarian secara internal Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas dari
tim
dan
pribadi
untuk
menghasilkan
konsep
solusi.
Pencarian
bersifat ”internal” dalam arti semua pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam tim. 4. Menggali secara sistematis Penggalian sistematis ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini.
55
Terdapat dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu dengan menggunakan pohon klasifikasi konsep dan tabel kombinasi konsep. 5. Merefleksikan pada hasil dan proses Langkah terakhir dalam penyusunan konsep yaitu merefleksikan pada penyeleaian dan proses. Caranya dengan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan pada iterasi berikutnya atau proyek yang akan datang. 1. Memperjelas masalah - Mengerti masalah - Dekomposisi masalah - Memusatkan pada submasalah yang penting
Sub masalah
2. Pencarian eksternal - Pengguna utama - Pakar - Paten - Literatur - Benchmarking
Konsep yang sudah ada
3. Pencarian internal - Secara individu - Secara kelompok
Konsep baru 4. Menggali secara sistematis - Pohon klasifikasi - Table kombinasi
Solusi terintegrasi 5. Merefleksikan pada hasil dan proses - Menyusun umpan balik
Gambar 2.4 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep
56
2.3.6
Seleksi Konsep
Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan. Ada dua tahapan metodologi seleksi konsep, yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep.
2.3.6.1 Penyaringan Konsep
Tujuan tahapan penyaringan konsep yaitu untuk mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep. Ada 6 langkah pada tahap penyaringan konsep, yaitu : 1. Menyiapkan matriks seleksi Untuk menyiapkan matriks, tim memilih sebuah media fisik yang sesuai untuk masalah yang sedang ditangani. Berikut ini contoh matriks penyaringan konsep : Tabel 2.4 Matriks Penyaringan Konsep Kriteria Seleksi Kriteria 1 Kriteria 2 Krteria 3 Kriteria 4 Jumlah + Jumlah 0 Jumlah total Peringkat Konsep
Bobot
Konsep A
B
C
Reference
57
Kriteria seleksi dituliskan sepanjang sisi kiri matriks penyaringan dan dipilih berdasarkan kebutuhan pelanggan yang telah diidentifikasi oleh tim, dan juga kebutuhan perusahaan seperti biaya produksi yang rendah atau resiko produk yang minimum. Pada sisi kanan matriks terdapat reference dimana tim memilih sebuah konsep untuk dijadikan patokan (benchmark) atau konsep referensi, dimana seluruh konsep lainnya akan dibandingkan dengan konep tersebut. Referensi biasanya merupakan standar industri atau konsep terdahulu yang dikenal baik oleh tim. 2. Menilai konsep Pada tahapan menilai konsep, nilai relatif ”lebih baik” (+), ”sama dengan” (0), atau ”lebih buruk” (-) diletakkan di tiap sel matriks untuk memperlihatkan bagaimana tiap konsep dinilai terhadap konsep referensi untuk kriteria tertentu. Sebaliknya setiap konsep dinilai terhadap satu kriteria sebelum berpindah ke kriteria berikutnya. 3. Merangking konsep-konsep Setelah menilai seluruh konsep, tim menjumlahkan nilai ”lebih baik”, ”sama dengan”, dan ”lebih buruk”, lalu mencatat jumlah untuk tiap kategori pada baris bagian bawah dari matriks. Setelah selesai, tim memberi peringkat untuk konsep. Secara nyata, konsep dengan nilai positif yang lebih banyak dan nilai minus yang sedikit memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dalam tahap ini, tim dapat mengidentifikasi satu atau dua kriteria yang benar-benar membedakan konsep.
58
4. Menggabungkan dan memperbaiki konsep-konsep Setelah menilai dan merangking konsep, tim harus memeriksa apakah hasilnya
masuk
akal,
kemudian
mempertimbangkannya
jika
ada
cara
menggabungkan dan memperbaiki konsep tertentu. Konsep yang sudah digabungkan dan diperbaiki kemudian ditambahkan pada matriks, dinilai oleh tim, dan dirangking bersamaan dengan konsep-konsep sebelumnya. 5. Memilih satu atau lebih konsep Jika anggota tim telah puas dengan pemahaman mereka akan tiap konsep dan kualitas relatifna, mereka akan memutuskan konsep mana yang harus dipilih untuk perbaikan dan analisis lebih jauh. Tim juga harus memutuskan apakah langkah selanjutnya dari penyaringan konsep akan dilakukan atau apakah akan langsung melaksanakan penilaian konsep. 6. Merefleksikan hasil dan proses Seluruh anggota tim harus menyetujui hasil yang diperoleh. Jika salah seorang tidak setuju dengan keputusan tim, maka mungkin satu atau lebih kriteria penting hilang dari matriks penyaringan, atau mungkin penilaian tertentu salah, atau bahkan kurang jelas.
2.3.6.2 Penilaian Konsep
Penilaian konsep digunakan agar peningkatan jumlah alternatif penyelesaian (resolusi) dapat dibedakan lebih baik antara konsep yang bersaing. Pada tahap ini tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap kriteria seleksi dan memfokuskan
59
pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria. Pada proses penilaian konsep, juga terdapat 6 langkah, yaitu : 1. Menyiapkan matriks seleksi Seperti pada tahap penyaringan, tim menyiapkan sebuah matriks dan mengidentifikasi konsep referensi. Matriks penilaian konsep menggunakan jumlah nilai terbobot untuk menentukan peringkat konsep. Berikut ini akan ditampilkan contoh tabel matriks penilaian konsep : Tabel 2.5 Contoh Format Tabel Penilaian Konsep Konsep A Kriteria Seleksi
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
Beban
Rating
B Nilai Rating Beban
Nilai Beban
...% ...% ...% Total Nilai Peringkat Lanjutkan Konsep
Setelah kriteria dicatat, tim menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria, seperti menandai nilai kepentingan dari 1 sampai 5, atau mengalokasikan nilai 100% pada kriteria-kriteria. 2. Menilai konsep Cara yang paling mudah bagi tim untuk menyelesaikan tahap ini adalah dengan menilai seluruh konsep terhadap satu kriteria sekaligus, sebelum
60
berpindah pada kriteria berikutnya. Karena perlunya perbedaan yang nyata antara setiap konsep yang bersaing, maka diperlukan skala yang lebih jelas, yaitu dengan merekomendasikan skala dari 1-4, seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 2.6 Bobot Perbandingan Penilaian Kriteria Kinerja Relatif
Nilai
Sangat kurang dibandingkan referensi
1
Kurang dibandingkan referensi
2
Lebih baik dari referensi
3
Sangat lebih baik dari referensi
4
3. Merangking konsep-konsep Setelah penilaian diberikan untuk tiap konsep, nilai berbobot dihitung dengan mengalikan nilai dengan bobot kriteria. Total nilai untuk tiap konsep merupakan penjumlahan dari nilai yang berbobot. n
S j = ∑ rij w i i =1
Dimana : rj = Nilai konsep j untuk kriteria i wj = Bobot untuk kriteria i N = Jumlah kriteria sj = Total nilai untuk konsep j
61
4. Menggabungkan dan memperbaiki konsep-konsep Pada tahap ini, tim mencari pengganti atau kombinasi yang memperbaiki konsep. Meskipun proses penyusunan konsep formal umumnya selesai sebelum seleksi konsep dimulai, beberapa perbaikan kreatif dan kemajuan terjadi selama proses seleksi konsep, saat tim menyadari kekuatan dan kelemahan beberapa tampilan dari konsep produk. 5. Memilih satu atau lebih konsep Dengan dasar matriks seleksi, tim dapat memutuskan untuk memilih dua atau lebih konsep terbaik. Konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan. 6. Merefleksikan hasil dan proses Sebagai langkah terakhir, tim merefleksikan pada konsep terpilih dan proses seleksi konsep. Setiap anggota tim harus menyetujui konsep yang telah dipilih oleh tim pada tahap ini, karena seluruh masalah yang berhubungan telah dibahas dan konsep terpilih memiliki potensi terbesar untuk memuaskan pelangggan demi mencapai kesuksesan secara ekonomi.
2.3.7
Pengujian Konsep
Pada tahap pengujian konsep, tim pengembang meminta respon dari pelanggan potensial terhadap target pasar yang dituju mengenai uraian dan gambaran konsep produk. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi dari pelanggan
62
potensial tentang cara memperbaiki konsep, dan memperkirakan potensi penjualan produk. Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitik beratkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang. Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep dan bukan sebaliknya, dikarenakan anggota tim tidak mungkin menyodorkan banyak konsep langsung ke pelanggan potensial untuk diuji. Karena itu, tim pertama kali harus menyempitkan konsep alternatif sampai pada jumlah yang kecil untuk disodorkan kepada pelanggan. Pengujian konsep terdiri dari 7 tahap, yaitu : 1. Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep Tahap pertama pada pengujian konsep, yaitu anggota tim secara eksplisit menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab melalui pengujian ini. Beberapa pertanyaan utama yang ditujukan pada pengujian konsep adalah : •
Konsep yang mana dari beberapa alternatif konsep yang akan dilanjutkan pengembangannya?
•
Bagaimana konsep dapat diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang lebih baik?
•
Kira-kira berapa banyak produk yang berhasil dijual?
•
Dapatkan proses pengembangan dilanjutkan?
63
2. Memilih populasi survei Tim harus memilih populasi survei yang mencerminkan target pasar yang sebenarnya. Dalam kasus ini, pengujian konsep yang akurat membutuhkan pelanggan potensial yang berasal dari setiap segmen target untuk disurvei. Survei terhadap semua segmen yang dituju bisa sangat mahal dari segi biaya dan waktu. Karena itu, dalam kasus seperti ini tim dapat memilih untuk mensurvei pelanggan potensial yang berasal dari segmen pasar terbesar saja. 3. Memilih format survei Format survei yang biasa digunakan dalam pengujian konsep, yaitu interaksi langsung (face-to-face interaction), telepon, surat, e-mail, dan internet. Setiap format survei memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. 4. Mengkomunikasikan konsep Pilihan format survei sangat berkaitan dengan bagaimana konsep akan dikomunikasikan. Konsep dapat dikomunikasikan dalam bentuk uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, prototipe yang dioperasikan. 5. Mengukur respon pelanggan Sebagian
besar
survei
pengujian
konsep
dimulai
dengan
mengkomunikasikan konsep produk dan kemudian mengukur respons pelanggan. Ketika pengujian konsep dilakukan pada awal fase pengembangan konsep, respons pelanggan biasanya diukur dengan meminta pelanggan untuk memilih salah satu dari dua atau lebih konsep alternatif. Pengujian konsep pada umumnya
64
juga mengukur keinginan pelanggan untuk mambeli. Skala ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur keinginan pelanggan untuk membeli dibagi menjadi lima kategori, yaitu pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, dan pasti tidak akan membeli. 6. Menginterpretasikan hasil Jika tim tertarik untuk membandingkan dua atau lebih konsep, interpretasi hasilnya dapat dilakukan secara langsung. Apabila salah satu konsep mendominasi yang lain, dan tim percaya bahwa responden mengerti kunci perbedaan di antara konsep-konsep tersebut, maka tim dapat dengan mudah memilih konsep yang diinginkan. Prediksi penjualan produk baru mengandung sejumlah besar ketidakpastian, dan akan menghasilkan kesalahan (error) yang tinggi. Walaupun demikian, prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya. Pada model berikut ini akan diestimasikan Q (jumlah produk yang diharapkan terjual selama periode waktu tertentu) sebagai : Q=NxAxP Dimana : -
N adalah jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian selama periode waktu tertentu.
-
A adalah proporsi pelanggan potensial atau pembeli jika produk perlengkapan tidur tersedia dan pelanggan menyadari keberadaan akan produk tersebut.
65
-
P adalah peluang produk akan dibeli jika tersedia dan jika pelanggan menyadarai akan keberadaan produk perlengkapan tidur ini.
Nilai P diestimasikan dengan rumus berikut : P = Cdefinitely x Fdefinitely + Cpobably x Fprobably Dimana : -
Fdefinitely adalah proporsi responden yang pasti akan membeli perlengkapan tidur
-
Fprobably adalah proporsi responden memilih mungkin akan membeli perlengkapan tidur
-
Cdefinitely dan Cprobably adalah konstanta kalibrasi yang biasanya ditetapkan berdasarkan pengalaman perusahaan dengan produk yang sama di masa lalu. Umumnya nilai Cdefinitely dan Cprobably 0.1 < nilai Cdefinitely < 0.5, dan 0 < Cprobably < 0.25. Jika tidak tedapat data masa lalu, sebagian besar tim pengembang menggunakan nilai 0.4 untuk nilai Cdefinitely dan 0.2 untuk Cprobably.
7. Merefleksikan hasil dan proses Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial. Pandangan kualitatif yang dikumpulkan melalui suatu diskusi terbuka dengan responden tentang konsep-konsep yang diusulkan mungkin merupakan hasil yang paling penting dari pengujian konsep, terutama pada awal proses pengembangan. Tim harus merefleksikan hasil diskusi ini sama baiknya dengan hasil prediksi yang bersifat sementara.
66
2.3.8
Arsitektur Produk
Arsitektur produk adalah penugasan elemen-elemen fungsional dari produk terhadap kumpulan bangunan fisik dari produk. Tujuan dibuatnya arsitektur produk perlengkapan tidur ini adalah untuk menguraikan komponen-komponen fisik dasar dari perlengkapan tidur, apa yang harus dilakukan oleh komponen tersebut dan seperti apa hubungan atau pembatas yang digunakan untuk peralatan lainnya. Hasil akhir dari menetapkan arsitektur produk adalah perkiraan perancangan geometri dari produk, penjelasan mengenai chunk-chunk utama, dan dokumentasi interaksi penting antar chunk. Chunk adalah kumpulan bangunan fisik dari sebuah produk. Arsitektur produk menentukan bagaimana hubungan antara chunk-chunk dengan fungsi produk. Arsitektur produk juga menentukan bagaimana produk dapat dirubah. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk, yaitu : 1. Membuat skema produk Skema produk adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen penyusunan produk. Berikut ini akan ditampilkan contoh gambar skema : Komponen 1
Komponen 2
Komponen 3
Komponen 4
Aliran tenaga/energi Aliran material
Komponen 5
Aliran sinyal/data
Gambar 2.5 Contoh Format Skema
67
2. Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema Pada langkah ini, setiap elemen yang terdapat pada skema dikelompokkan menjadi chunk. Pengelompokkan elemen menjadi chunk ditunjukkan pada gambar 2.6.
Chunk 1
Chunk 2
Komponen 1
Komponen 3
Komponen 2
Komponen 4
Aliran tenaga/energi Aliran material Aliran sinyal/data
Chunk 3
Komponen 5
Gambar 2.6 Pengelompokkan Elemen-elemen Menjadi Chunk
3. Membuat rancangan geometris yang masih kasar Pada tahap ini, tim akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan kemudian memilih yang terbaik. Pembuatan susunan geometris kasar harus dikoordinasikan dengan desainer industri yang ada di dalam tim dalam kasus di mana aspek stetika, keamanan, dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan perancangan geometris dari chunk.
68
4. Mengidentifikasi interaksi fundamental dan insidental Untuk mengendalikan koordinasi proses dengan lebih baik, tim harus melakukan identifikasi interaksi dalam fase perancangan tingkatan sistem. Terdapat dua kategori interaksi antar chunk, yaitu interaksi fundamental yang sesuai garis skema yang menghubungkan satu chunk ke chunk lain; serta interaksi insidental, yaitu interaksi yang muncul karena implikasi elemen fungsional menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk.
2.3.9
Desain Industri
Desain Industri adalah jasa profesional dalam menciptakan, mengembangkan konsep, dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen. Ada dua dimensi untuk menjelaskan pentingnya desain industri yaitu ergonomik dan estetis. Berikut adalah contoh format tabel nilai kepentingan kebutuhan ergonomik dan estetis : Tabel 2.7 Nilai Kepentingan Kebutuhan Ergonomik dan Estetis Kebutuhan-kebutuhan Ergonomik Kemudahan pemakaian Kemudahan perawatan Kuantitas interaksi pemakai Pembaruan interaksi pemakai Keamanan Estetis Diferensiasi produk Gengsi kepemilikan, mode, kesan Motivasi tim
Level Kepentingan Rendah Menengah Tinggi
Penjelasan Peringkat
69
Skala ini diperoleh berdasarkan asumsi tim pengembangan produk perlengkapan tidur. Yang mana konversi skalanya adalah sebagai berikut: Konversi skala =
skala maksimal − skala minimal ∑ skala
Ada 5 kategori untuk mengevaluasi sebuah produk, yaitu : 1. Kualitas interface pengguna Ini adalah peringkat tentang bagaimana mudahnya produk digunakan. Kualitas interface pengguna berhubungan dengan penampilan produk, rasa dan bentuk interaksi. 2. Daya tarik emosional Peringkat secara keseluruhan, konsumenlah yang menjadi daya tarik bagi suatu produk. Daya tarik ini dicapai lewat penampilan, sentuhan, suara dan baunya. 3. Kemampuan memelihara dan memperbaiki produk Ini adalah peringkat kesenangan untuk memelihara dan memperbaiki suatu produk. Pemeliharaan dan perbaikan seharusna dipertimbangkan dengan interaksi antar pemakai. 4. Ketepatan penggunaan sumber daya Ini adalah peringkat bagaimana sebaiknya sumber daya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
70
5. Perbedaan produk Ini adalah peringkat dari suatu produk yang unik dan konsisten terhadap identitas perusahaan. Perbedaan ini diutamakan dari bentuknya. Tabel 2.8 Nilai Kualitas Desain Industri Kategori Penilaian
Level Kepentingan Rendah Menengah Tinggi
Penjelasan Singkat
Kualitas interface pengguna Daya Tarik Emosional Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk Penggunaan yang tepat dari sumber Diferensiasi Produk
2.3.10 Desain Untuk Proses Manufaktur/ Design For Manufacturing (DFM)
Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk. DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya : 1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif-alternatif rancangan. 2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan. 3. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk.
71
Metode desain untuk proses manufaktur terdiri dari 5 langkah, yaitu : 1. Memperkirakan biaya manufaktur Input dari langkah ini meliputi bahan mentah, komponen-komponen yang
dibeli, usaha-usaha karyawan, energi, dan peralatan. Outputnya meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri 3 kategori biaya, yaitu : •
Biaya-biaya komponen Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok atau juga dapat diproduksi di pabrik sendiri.
•
Biaya-biaya perakitan Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.
•
Biaya overhead Overhead merupakan kategori yang mencakup seluruh biaya-biaya
lainnya seperti biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas,
pembelian,
pengiriman,
penerimaan,
fasilitas-fasilitas
dan
pemeliharaan peralatan/perlengkapan. Alokasi tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan suatu produk
72
namun harus dibayarkan dalam suatu usaha. Misalnya gaji penjaga keamanan atau biaya perwatan bangunan. >> Memperkirakan Biaya-biaya Komponen Standar Biaya komponen standar diperkirakan dengan : •
Membandingkan tiap komponen dengan komponen sama yang pernah dihasilkan atau dibeli perusahaan dalam volume yang diperbandingkan.
•
Mendapatkan harga dari pemasok. Biaya komponen pendukung biasanya diperoleh dari pengalaman perusahaan dengan komponen-komponen yang sama, sedangkan biaya komponen utama biasanya diperoleh dari penjual keliling.
>> Memperkirakan Biaya Untuk Komponen Pesanan Komponen pesanan yaitu komponen-komponen yang dirancang secara khusus untuk produk, dibuat oleh pabrik atau oleh pemasok. Komponen pesanan biasanya merupakan komponen dengan fungsi khusus yang berguna hanya pada sebagian produk-produk pembuat. Biaya bahan baku diperkirakan dengan menghitung massa komponen ditambahkan dengan beberapa buangan dan dikalikan dengan biaya bahan baku. Biaya pemrosesan termasuk biaya untuk operator dalam pemrosesan mesin sesuai dengan biaya penggunaan peralatan itu sendiri. Biaya peralatan tercakup untuk perancangan dan pembuatan alat bantu yang dibutuhkan untuk menggunakan
73
mesin tertentu untuk membuat komponen. Berikut adalah format tabel perkiraan biaya : Tabel 2.9 Format Perkiraan Biaya Biaya Variabel Material Pemrosesan Biaya Tetap Peralatan Peralatan dan alat bantu mesin Total Biaya Langsung Beban overhead Biaya Total per unit
>> Memperkirakan Biaya Perakitan Produk yang dibuat lebih dari satu komponen membutuhkan perakitan. Jumlah biaya perakitan manual dapat diperkirakan dengan mengalikan waktu yang diperkirakan untuk tiap operasi perakitan dengan jumlah tenaga kerja. >> Memperkirakan Biaya Overhead Kebanyakan
perusahaan
menentukan
biaya
overhead
dengan
menggunakan tarif overhead atau tarif pembebanan. Tarif overhead digunakan untuk satu atau dua dasar biaya. Dasar biaya umumnya adalah biaya pembelian bahan, upah tenaga perakitan, serta jumlah jam kerja peralatan yang dihabiskan produk. Tarif overhead untuk bahan yang dibeli biasanya 10% dari tarif overhead untuk upah perakitan biasanya 80%.
74
Assembly Chart (AC)
Assembly Chart atau peta rakitan adalah gambaran grafis dari urut-urutan
aliran komponen dan rakitan-bagian ke dalam rakitan suatu produk. Peta rakitan (assembly chart) menunjukkan cara yang mudah dipahami tentang : a. Komponen-komponen yang membentuk produk b. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama c. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian d. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan e. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian f. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja, lintasan rakitan, atau lintasan orang, tetapi benarbenar hanya menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Tujuan dari peta rakitan terutama untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah ‘gambar-terurai’. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit.
75
Gambar 2.7 Contoh Assembly Chart
Struktur Produk atau Bill of Material (BOM)
Struktur Produk atau Bill of Material merupakan daftar jumlah komponen, campuran bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Struktur produk tipikal akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponenkomponen fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat subassemblies kemudian subassemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Berikut ini akan ditampilkan contoh
gambar struktur produk dan tabel Bill of Material (BOM) :
76
Gambar 2.8 Contoh Struktur Produk
Tabel 2.10 Contoh Format Tabel Bill of Material (BOM) No. Komponen
Level
Description
Code
Quantity
BOM UOM
Operation Process Chart (OPC)
Operation Process Chart (OPC) atau peta proses operasi akan menunjukkan
langkah kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan dalam suatu proses manufakturing yaitu mulai datangnya bahan baku sampai ke proses pengepakan (packaging). Peta ini melukiskan peta operasi dari seluruh komponen dan sub assembly sampai ke main assembly.
77
Beberapa keuntungan dan kegunaan dari peta proses operasi (Operation Process Chart) adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan urutan operasi, fabrikasi, dan rakitan pada tiap komponen. b. Menunjukkan hubungan antar komponen. c. Memperkirakan kebutuhan akan bahan baku. d. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. e. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Untuk membuat peta proses operasi (OPC), digunakan simbol-simbol untuk mengantikan macam-macam kegiatan yang ada dalam proses, yaitu sebagai berikut : 1. Operasi Kegiatan operasi terjadi bilamana sebuah obyek mengalami perubahan bentuk baik secara fisik maupun kimiawi, perakitan dengan obyek lain, atau diurai rakit. 2. Inspeksi/Pemeriksaan Kegiatan inspeksi terjadi bilamana sebuah obyek mengalami pengujian ataupun pengecekan ditinjau dari segi kuantitas ataupun kualitas. 3. Penyimpanan (Storage) Proses penyimpanan terjadi bilamana obyek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Di sini obyek akan disimpan secara permanen dan dilindungi terhadap pengeluaran/pemindahan tanpa izin khusus.
78
4. Kegiatan gabungan Simbol ini dilakukan untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh operator pada stasiun kerja, seperti kegiatan operasi yang harus dilakukan bersama dengan kegiatan inspeksi.
Operasi
Pemeriksaan
Penyimpanan Kegiatan Gabungan Gambar 2.9 Simbol-simbol OPC Berikut ini akan ditampilkan contoh gambar Operation Process Chart (OPC) :
Gambar 2.10 Contoh Format Operation Process Chart
79
2. Mengurangi biaya komponen Biaya komponen yang dibeli biasanya akan menjadi elemen biaya manufaktur yang paling berarti. >> Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya Pada beberapa kasus, batasan suatu proses dapat dikomunikasikan dengan singkat pada perancang dalam bentuk aturan perancangan. Bila memungkinkan, perancang komponen dapat menghindari untuk melampaui kemampuan normal suatu proses dan menghindari tingginya biaya yang umum tidak terjadi. >> Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkah-langkah Pemrosesan Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulan rancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umunya memberikan hasil pengurangan biaya. 3. Mengurangi biaya perakitan Perancangan untuk perakitan (Design For Assembly/DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Untuk sebagian produk, perakitan memberikan bagian total biaya yang relatif kecil. Sering suatu hasil yang menekankan pada DFA, keseluruhan hitungan komponen, kerumitan proses manufaktur dan biaya pendukung, seluruhnya mengurangi biaya perakitan.
80
4. Mengurangi biaya pendukung produksi Dalam bekerja untuk meminimasi biaya komponen dan biaya perakitan, tim mungkin juga mencapai pengurangan dalam permintaan fungsi pendukung produksi. Suatu pengurangan dalam isi rakitan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk produksi sehingga mengurangi biaya pengawasan dan manajemen sumber daya manusia. 5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor-faktor lainnya Dengan meminimasi biaya manufaktur tidak hanya merupakan sasaran proses pengembangan produk. Keberhasilan produk secara ekonomis juga tergantung dari kualitas produk, berkurangnya waktu pengenalan, dan biaya pengembangan produk. Selain itu terdapat situasi dimana keberhasilan ekonomis suatu proyek dikompromikan dalam rangka memaksimumkan keberhasilan ekonomi keseluruhan perusahaan.
2.3.11 Antropometri
Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka-hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik posisi statis maupun dinamis. Posisi statis adalah posisi tubuh manusia dalam keadaan diam dan linier pada permukaan tubuh, sedangkan posisi tubuh dinamis adalah posisi tubuh
81
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (Standar Deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (Standar Deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi adalah sama dengan atau lebih tinggi dari 95 persentil, 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Dalam antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh ukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel prioritas distribusi normal yang dapat dilihat pada Lampiran 13. Dimensi tubuh yang umum digunakan diilustrasikan pada Tabel Antropometri Masyarakat Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 14. Dimensi tubuh ini
82
berdasarkan antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong terhadap masyarakat Indonesia. Pendekatan dalam menggunakan data antropometri di atas adalah sebagai berikut : 1. Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud. 2. Carilah data rata-rata dan distribusi dari populasi yang sesuai. 3. Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan. 4. Pilihlah jenis kelamin yang sesuai
2.3.12 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu penelitian haruslah bersifat valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Hasil penelitian reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
2.3.12.1 Pengujian Validitas
Untuk menguji validitas, dapat dilakukan dengan menguji korelasi skor setiap item angket dengan skor total variabelnya. Menurut Sugiyono (1999), apabila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya lebih besar dari 0.3, maka instrument tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik dan valid. Berikut ini adalah langkah
83
pengujian validitas yang digunakan untuk menilai apakah data hasil kuisioner sudah benar-benar tepat, cermat, dan valid untuk mengukur variabel penelitian : 1. Jumlahkan setiap skor jawaban angket dari masing-masing responden. 2. Lakukan perhitungan korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, caranya
dengan
mengetik
formula =CORREL
((sel
angka
pertanyaan
pertama),(skor total)). Misalkan skor pertanyaan pertama berada pada sel B6B285, dan total skor berada pada sel M6-M285, maka penulisan formulanya adalah =CORREL (B6:B285,M6:M285) kemudian tekan enter. Lakukan penulisan formula yang sama untuk pertanyaan-pertanyaan berikutnya sesuai dengan letak sel. Setelah dilakukan perhitungan uji validitas, maka dapat diambil kesimpulan yang contoh tabelnya dapat dilihat pada tabel 2.11. Tabel 2.11 Contoh Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Korelasi antara
Nilai Korelasi ( r)
Nilai kritis
Keterangan
Kesimpulan
Item No 1 dengan total 0.3 Item No 2 dengan total Item No 3 dengan total Setelah itu dilakukan pebandingan antara nilai korelasi dengan nilai kritis yang bernilai 0.3. Jika nilai korelasi lebih besar dari 0.3, maka dikatakan item-item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan sebagai instrument angket penelitian. Namun, jika nilai korelasi lebih kecil daripada 0.3, maka
dikatakan item-item
pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak dapat digunakan sebagai instrument angket penelitian.
84
2.3.12.2 Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (Split Half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri. Instrumen yang reliabel yaitu yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > atau = r tabel (nilai r tabel dapat dilihat pada Lampiran 8). Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan excel. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Hilangkan skor total dari item-item yang tidak valid. Jika dari hasil perhitungan validitas semua item pertanyaan dinyatakan valid, maka semua item tersebut digunakan dalam perhitungan reliabilitas. 2. Kelompokkan item yang bernomor genap dan yang bernomor ganjil. Lalu totalkan masing-masing kelompok. Berikut akan ditampilkan contoh tabel pengelompokan item yang bernomor genap dan ganjil : Tabel 2.12 Contoh Tabel Data Pengelompokkan Item Ganjil dan Genap
1
Skor Ganjil 3 5 7
9
Total Skor Ganjil
2
Skor Genap 4 6
8
Total Skor Genap
85
3. Korelasikan total skor ganjil dengan total skor genap dengan menggunakan formulasi pada excel. Formula yang digunakan sama dengan uji validitas (=CORREL (.... : ...., .... : ....)). 4. Lanjutkan pengujian dengan memasukkan nilai korelasi ke dalam rumus Spearman Brown. Rumusnya adalah sebagai berikut :
ri =
2 .r b 1 + rb
5. Bandingkan reliabilitas instrument dengan nilai r tabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Nilai r tabel dapat dilihat pada Lampiran 8 sesuai dengan jumlah responden yang digunakan dan taraf kepercayaan yang telah ditetapkan sebelumnya. 6. Setelah didapat nilai r tabel, maka dibandingkan dengan nilai reliabilitas instrumen yang dihitung dengan menggunakan rumus Spearman Brown. Jika nilai reliabilitas lebih besar daripada nilai r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen angket penelitian. Namun jika nilai reliabilitas lebih kecil dari nilai r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan sebagai instrumen angket penelitian.
2.4
Analisis Ekonomi Pengembangan Produk
Pada analisis ekonomi pengembangan produk ada beberapa dasar kas masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya) dalam lingkaran kehidupan sebuah produk baru yang suskses. Kas masuk berasal dari penjualan produk dan kas keluar terdiri atas
86
biaya proses pengembangan, biaya produksi ramp-up seperti pembelian perlengkapan dan alat-alat, biaya pemasaran dan pendukung produk, dan biaya produksi yang terus menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Metode analisis ekonomi pengembangan produk memperkirakan NPV aliran kas yang diperkirakan dari suatu proyek. Metode ini menggunakan teknik NPV karena lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Langkah–langkah proses analisis ekonomi proyek pengembangan produk, yaitu : 1. Membangun contoh dasar kasus keuangan Membangun contoh dasar kasus meliputi perkiraan waktu dan besarnya aliran kas yang akan datang, lalu menghitung NPV dari aliran kas. •
Memperkirakan waktu dan besar aliran kas masuk dan keluar yang akan datang. Waktu dan besarnya aliran kas diperkirakan dengan menggabungkan jadwal proyek dengan anggaran proyek, perkiraan volume penjualan, dan perkiraan biaya produksi. Kategori dasar yang umum dari aliran kas untuk suatu jenis produk proyek pengembangan baru antara lain biaya pengembangan (biaya desain, tes, dan perbaikan termasuk perakitan), biaya perakitan, biaya pemasaran dan pendukung, biaya produksi, serta pendapatan penjualan.
87
•
Menghitung nilai bersih saat ini (NPV) dari aliran kas Menghitung NPV memerlukan keuntungan aliran kas untuk tiap periode harus ditentukan, kemudian aliran kas ini diubah pada nilai saat ini. Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: NPV =
C (1 + i) t
C = Cash Flow (aliran kas per periode) t = periode kei = discount rate ( tingkat suku bunga bank per kuartal)
2. Menampilkan analisis kepekaan Analisis kepekaan menggunakan contoh keuangan untuk menjawab pertanyaan ”Apakah jika” menghitung perubahan pada NPV yang ditinjau dari perubahan faktor-faktor termasuk dalam contoh/model. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proyek. Faktor internal adalah faktor dimana tim pengembangan mempunyai tingkat pengaruh yang besar, mencakup pengeluaran program pengembangan, kecepatan pengembangan, biaya produksi, dan penampilan produk. Faktor eksternal adalah faktor dimana tim tidak dapat mengubahnya dengan sewenang-wenang, mencakup lingkungan persaingan (misal, tanggapan pasar dan tindakan para pesaing), volume penjualan, dan harga produk.
88
3. Menggunakan analisis kepekaan kuantitatif untuk memahami jual-beli proyek Model keuangan dan analisis kepekaan adalah alat yang kuat untuk menunjang keputusan pengembangan produk, tetapi teknik ini mempunyai keterbatasan penting. Analisis kuantitatif mempunyai kekurangan seperti tertera di bawah ini : >> Analisis kuantitatif hanya mengukur kuantitas >> Analisis kuantitatif bergantung pada keabsahan asumsi dan data >> Birokrasi mengurangi produktivitas
4. Mempertimbangkan pengaruh faktor-faktor kualitatif pada proyek sukses Banyak faktor yang mempengaruhi proyek-proyek pengembangan sulit untuk diukur karena hal itu kompleks dan tidak tentu. Faktor-faktor tersebut dinamakan faktor kualitatif. Model kuantitatif secara mutlak mempertimbangkan banyak pertanyaan dan banyak pokok persoalan lain dengan beberapa asumsi kasar. Contoh mengasumsikan keputusan yang dibuat oleh tim proyek tidak mempengaruhi tindakan grup dari luar ke proyek, atau secara alternatif bahwa kekuatan luar tidak mengubah tindakan-tindakan tim. Asumsi penting dari model kita ini adalah umum untuk banyak model keuangan lain dan disebut asumsi ceteris paribus (yang lain dianggap sama).
89
•
Proyek berinteraksi dengan perusahaan, pasar, dan lingkungan makro
Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proyek secara umum mempunyai konsekuensi untuk keseluruhan perusahaan, para pesaing, pelanggan di pasaran, dan bahkan untuk lingkungan ekonomi makro di mana pasar berlangsung. Pendekatan paling dasar dari analisis kualitatif adalah mempertimbangkan : >> Interaksi antara proyek dan perusahaan secara keseluruhan Satu asumsi yang tertanam dalam model kualitatif adalah bahwa keuntungan
perusahaan
akan
maksimal
jika
keuntungan
proyek
dimaksimalkan. Dua kunci interaksi antara proyek dan perusahaan adalah externalities dan strategic fit. Externalities adalah suatu biaya ”tak berharga”
atau keuntungan yang dibebankan pada satu bagian perusahaan oleh tindakan kedua; biaya-biaya diketahui sebagai externalities negatif dan keuntungan sebagai externalities positif. Strategic fit adalah keputusan-keputusan yang diambil tim pengembangan harus tidak hanya menguntungkan proyek saja, tetapi juga harus konsisten dengan perencanaan produk perusahaan dan strategi teknologi secara keseluruihan. >> Interaksi antara proyek dan pasar di mana produk akan dijual Untuk membuat model nilai proyek secara akurat, kita harus mengurangi asumsi ceteris paribus untuk mengenali bahwa suatu keputusan tim pengembangan mempengaruhi proyek pengembangan. Lingkugan pasar
90
dipengaruhi tidak hanya oleh tim pengembangan, melainkan oleh tiga kelompok lain, yaitu kompetitor, pelanggan, dan supplier. >> Interaksi antara proyek dan lingkungan makro Kita harus mengurangi asumsi ceteris paribus untuk mengambil faktorfaktor kunci makro, yaitu pergeseran bidang ekonomi, regulasi pemerintah, dan kecenderungan sosial.
•
Melaksanakan analisis kualitatif Untuk tim proyek umumnya, metode analisis kualitatif yang paling sesuai adalah mudah dipertimbangkan dan membahas interaksi antara proyek dan perusahaan, proyek dan pasar, serta proyek dan lingkungan makro. Kemudian tim mempertimbangkan interaksi-interaksi ini bersama dengan hasil analisis kuantitatif agar dapat menentukan tekanan relatif yang paling sesuai pada pengembangan kecepatan, pengeluaran, biaya pembuatan dan penampilan produk.
2.5
Perancangan Tata Letak Pabrik
Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau
91
fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja, dan sebagainya. Tujuan utama dari perancangan tata letak pabrik adalah sebagai berikut (Apple, 1990, p6) : a. Memudahkan proses manufaktur. b. Meminimumkan pemindahan barang. c. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi. d. Menekan modal tertanam pada peralatan. e. Menghemat pemakaian ruang bangunan. f. Memberi kemudahan, keselamatan bagi pegawai, dan memberi kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan.
2.5.1
Pertimbangan-pertimbangan dalam Perencanaan Pabrik Baru Atau Yang Sudah Ada
Perencanaan pabrik baru meliputi perencanaan instalasi pabrik yang baru sama sekali, yaitu dari perencanaan produk yang akan dibuat sampai perencanaan bangunan pabrik. Sedangkan pada perencanaan kembali meliputi perencanaan produk baru atau tata letak baru berdasarkan fasilitas produksi yang sudah ada. Biasanya perencanaan kembali suatu pabrik disebabkan oleh beberapa alasan tertentu, yaitu : 1. Adanya perubahan dalam design produk, model, dan lain-lain. 2. Adanya perubahan lokasi pabrik suatu daerah pemasaran.
92
3. Adanya perubahan ataupun peningkatan volume produksi yang akhirnya membawa perubahan ke arah modifikasi segala fasilitas produksi yang ada. 4. Adanya keluhan dari pekerja terhadap kondisi area kerja yang kurang memenuhi persyaratan tertentu. 5. Adanya kemacetan (bottle-necks) dalam aktivitas pemindahan bahan, gudang yang terlalu sempit, dan lain-lain.
Merencanakan pabrik dengan tetap menggunakan bangunan yang sudah ada akan memberikan keuntungan dan kerugian yaitu akan ditunjukkan pada tabel 2.13. Tabel 2.13 Keuntungan dan Kerugian Perencanaan Pabrik Yang Sudah Ada Keuntungan
Kerugian
Dapat secara tepat menentukan perubahan- Kemungkinan menimbulkan pembiayaan perubahan yang perlu dilakukan sesuai yang tidak ekonomis karena adanya dengan proses produksi atau desain baru.
pembatasan ukuran dan bentuk bangunan
Pembiayaan riil dapat ditentukan dengan Sulit untuk mengadakan perluasan pabrik tepat.
di masa mendatang.
93
2.5.2
Macam/Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi
Ada empat macam/tipe tata letak fasilitas produksi yang secara klasik umum diaplikasikan dalam desain layout, yaitu : 1. Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (Production Line Product atau Product Layout)
Dengan memakai tata letak tipe aliran produksi ini segala fasilitas-fasilitas untuk proses manufakturing/perakitan akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari proses produksi tersebut.
Gambar 2.11 Product Lay-out
2. Tata letak fasilitas berdasarkan lokasi material tetap (Fixed Material Location Layout atau Fixed Position Layout)
Untuk tata letak pabrik yang berdasarkan proses tatap, material/komponen produk yang utama akan tinggal tetap pada posisi/lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen-komponen kecil lainnya akan bergerak menuju lokasi material/komponen produk utama tersebut.
94
Gambar 2.12 Fixed Position Lay-out
3. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk (Product Famliy, Product Layout atau Group Technology Layout)
Pada tata letak fasilitas ini, produk-produk yang tidak identik dikelompokkan bedasarkan langkah-langkah pemrosesan, bentuk, mesin/peralatan yang dipakai dan sebagainya. Disini pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir.
Gambar 2.13 Group Technology Lay-out
95
4. Tata letak fasilitas berdasarkan fungsi atau macam proses (Functional atau Process Layout)
Tata letak fasilitas ini merupakan metode pengaturan dan penempatan dari segala mesin serta peralatan produksi yang memiliki tipe/jenis sama ke dalam satu departemen. Tata letak berdasarkan proses ini umumnya dipergunakan untuk industri manufakturing yang bekerja dengan jumlah/volume produksi relatif kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standard.
Gambar 2.14 Process Lay-out
2.5.3
Routing Sheet
Routing Sheet merupakan tabulasi langkah-langkah yang dicakup dalam
memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari hal-hal yang saling berkaitan. Routing Sheet berguna untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan dan untuk menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan. Berikut akan ditampilkan gambar format tabel routing sheet :
96
Gambar 2.15 Format Tabel Routing Sheet Rumus-rumus yang digunakan dalam Routing Sheet adalah sebagai berikut : E=
3600 D
G = kapasitas produksi
2.5.4
H=
I=
G 1− F
K=
I ExJ
H efisiensi
Perhitungan Jumlah Mesin Sebenarnya
Perhitungan jumlah mesin sebenarnya digunakan untuk menghitung jumlah mesin yang diperlukan dalam proses produksi. Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah mesin teoritis pada tabel Routing Sheet dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Angka desimal dibelakang koma dibagi dengan angka didepan koma, apabila hasil pembagian tersebut menghasilkan angka ≥ 0,1, maka jumlah mesin teoritis harus dibulatkan ke atas. 2. Apabila hasil pembagian tersebut menghasilkan angka ≤ 0,1, maka jumlah mesin teoritis harus dibulatkan ke bawah. 3. Apabila jumlah mesin teoritis < 1, maka jumlah mesin sebenarnya = 1.
97
Tabel 2.14 Format Tabel Usulan Jumlah Kebutuhan Mesin USULAN JUMLAH KEBUTUHAN MESIN Usulan dari Kapasitas Produksi Efisiensi No
Nama Mesin
: : :
Unit/Jam
Jumlah Mesin Teoritis
Jumlah Mesin Sebenarnya
1 Mesin 1 2 Mesin 2 3 Mesin 3 4 Mesin 4 5 Mesin 5 Total Jumlah Mesin
2.5.5
From To Chart (FTC)
From to Chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum
digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi (Sritomo, 2003, p190). From to Chart (FTC) biasanya sangat berguna apabila barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak. Hal ini juga berguna jika terjadi keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan yang optimum. FTC menggambarkan besarnya kedekatan hubungan aliran antarmesin yang terjadi. Melalui FTC frekuensi ini kita dapat melakukan perhitungan untuk langkah selanjutnya, yaitu perhitungan untuk FTC Inflow dan FTC Outflow. FTC memiliki beberapa kegunaan, yaitu : - Menganalisis perpindahan bahan. - Perencanaan pola aliran.
98
- Penentuan lokasi kegiatan. - Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. - Menunjukkan keterkaitan lintas produksi. - Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk, komponen, barang dan bahan. FTC Inflow dan Outflow dibuat berdasarkan hasil perhitungan FTC Frekuensi dengan rumus (yang dimasukkan ke dalam setiap kotak matriks) sebagai berikut: FTC Inflow =
Nilai pada kotak matrik yang terisi (dari FTC frekuensi) Total kolom di mana kotak tersebut berada
FTC Outflow =
Nilai pada kotak matrik yang terisi (dari FTC frekuensi) Total kolom di mana baris mesin
Berikut akan ditampilkan format gambar untuk FTC Frekuensi:
Gambar 2.16 Format Tabel From To Chart Frekuensi
99
2.5.6 Skala Prioritas
Skala prioritas menunjukkan hubungan antarmesin (skala prioritas Inflow dan skala prioritas Outflow) merupakan skala yang digunakan untuk mengetahui derajat kepentingan hubungan antara mesin-mesin produksi, dimana derajat kedekatan hubungannya dapat dilihat pada FTC Inflow dan Outflow. Di sini angka yang paling besar yang terdapat pada kedua peta tesebut menunjukkan hubungan yang paling dekat. Tujuan dari skala prioritas adalah memninimumkan ongkos, memperkecil jarak material handling, dan mengoptimalkan layout.
Adapun tanda dari derajat kedekatan adalah sebagai berikut: A = Hubungan mutlak diperlukan (untuk aktivitas yang dipertimbangkan saling berkelanjutan) E
= Hubungan sangat penting (untuk aktivitas yang saling berhubungan)
I
= Hubungan penting (untuk aktivitas berdampingan)
O = Hubungan biasa / umum (untuk aktivitas yang mempunyai hubungan biasa) U = Hubungan tidak penting (untuk hubungan geografis) X = Hubungan tidak diinginkan (untuk hubungan yang tidak diharapkan terjadi)
100
Keterangan : X = Nomor mesin N = Nilai dalam tabel FTC inflow atau outflow.
Gambar 2.17 Format Tabel Derajat Kedekatan Skala Prioritas
2.5.7 Activity Relationship Chart (ARC)
Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolok ukur derajat kedekatan hubungan antara satu fasilitas (departemen) dengan lainnya. Nilai-nilai yang menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart). ARC merupakan suatu teknik yang digunakan untuk merencanakan keterkaitan antara setiap kegiatan yang saling berhubungan satu sama lainnya. ARC menggunakan beberapa simbol huruf seperti skala prioritas yang telah dijelaskan pada subbab skala prioritas sebagai penanda derajat kedekatannya dan beberapa simbol angka berurutan sebagai wakil alasan penggunaan simbol huruf derajat kedekatan tersebut.
101
Pada dasarnya ARC hampir sama dengan FTC, hanya saja disini analisisnya lebih bersifat kualitatif. Kalau dalam FTC analisis dilaksanakan berdasarkan angka berat, volume, atau jarak perpindahan bahan dari satu lokasi ke lokasi lain, maka ARC akan menggantikan kedua hal tersebut dengan kode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan aktivitas secara kualitatif dan kode angka untuk menjelaskan alasan pemilihan kode huruf tersebut. Berikut adalah contoh format gambar dari ARC :
Gambar 2.18 Contoh Activity Relationship Chart (ARC)
2.5.8 Activity Relationship Diagram (ARD) Activity Relationship Diagram (ARD) yaitu diagram hubungan antar aktivitas
berdasarkan skala prioritas yang merupakan dasar perencanaan keterkaitan antara
102
pola aliran material dan lokasi kegiatan pelayanan yang dihubungkan dengan kegiatan produksi yang dibuat berdasarkan skala prioritas sebagai data derajat hubungan yang harus ada dan harus dipenuhi. Kegunaan ARD yaitu untuk perencanaan dan penganalisisan keterkaitan kegiatan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan ARD antara lain : 1. ARD terdiri atas beberapa buah kotak berbentuk bujur sangkar yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan derajat kedekatannya membentuk suatu susunan yang baik. 2. Derajat kedekatan yang telah ditentukan harus diperhatikan dalam hal peletakan berbagai fasilitas yang ada, misal : -
Derajat kedekatan A, berarti antarfasilitas harus tepat bersebelahan.
-
Derajat kedekatan E, berarti antarfasilitas maksimal berjarak 1 kotak.
-
Derajat kedekatan I, berarti antarfasilitas maksimal berjarak 2 kotak, dst.
Berikut adalah format pembuatan ARD : No. mesindari Skala Prioritas Inflow A-4,5,7
E-1
No. Mesin
4 8 6 5 1 7 9 2
X-3
Nama Mesin
MesinX I
O
Gambar 2.19 Contoh Format ARD
103
Gambar 2.20 Contoh Gambar ARD Beserta Keterangannya
2.5.9 Perancangan Layout Plant layout merupakan salah satu cara untuk menyajikan hasil perancangan
tata letak pabrik. Diperlukan data perencanaan terdahulu sebagai acuan pembuatan plant layout, yaitu seperti pada tabel perhitungan luas. Setelah analisa mengenai
aliran material yang dibuat, hubungan derajat aktivitas dari tiap-tiap departemen dipertimbangkan, kebutuhan luas area untuk masing-masing departemen dihitung serta ditetapkan, maka desain alternatif layout segera bisa dibuat.