4
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Kerja Otot Bagi para ergonom, mengetahui tentang cara kerja otot merupakan hal yang penting. Otot merupakan suatu jaringan yang memiliki panjang 10-400 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan berfungsi untuk menggerakan tulang dalam tubuh manusia. Otot memiliki dua kemampuan dasar yaitu berkontraksi dan relaks (Nurmianto, 2008, hal. 13). Pada dasarnya otot memiliki banyak jenis berdasarkan fungsi dan letak otot tersebut. Berikut beberapa jenis otot, antara lain: a. Otot bergaris: sering disebut dengan otot lurik, otot kerangka atau otot sadar. Otot ini akan berkontraksi hanya bila dirangsang oleh pusat syaraf pada tubuh manusia. b. Otot polos: sering disebut dengan otot tidak bergaris, otot licin atau otot tak sadar. Berlawanan dengan mekanisme otot bergaris, otot ini dapat berkontraksi meskipun tanpa adanya rangsangan dari pusat syaraf tubuh manusia. Tetapi sebagian besar dari otot ini berkontraksi di bawah pengendalian saraf otonomik (tak sadar). c. Otot sfingter: otot ini terletak mengelilingi lingkaran lubang keluar atau masuknya saluran yang akan menutup jika terjadi kontraksi seperti pada saluran lambung atau jantung. d. Otot jantung: otot ini hanya ditemukan pada jantung. Otot ini mempunyai kemiripan dengan otot sadar (Pearce, 2000). Menurut Nurmianto (Nurmianto, 2008, hal. 16) “Sumber energi utama bagi otot adalah dari pemecahan senyawa phosphat kaya energi dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang mana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan electron-statis dan menyebabkan gerakan relative dari Molekul Actin dan Myosin.”. ATP (Adenosin Tri Phosphat) ADP (Adenosin Di Phosphat) + energi Dari proses diatas menjelaskan bahwa sumber energi didapat ketika ATP berubah menjadi ADP tanpa bantuan oksigen (anaerobic) dan membuat kadar asam laktat dalam darah bertambah. Begitu juga sebaliknya, ADP berubah menjadi ATP dengan bantuan oksigen (aerobic) dan akan membentuk karbondioksida dan air (Nurmianto, 2008, hal. 16). Mekanisme kerja otot menyerupai sistem pegas, yaitu otot bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot lain atau biasa disebut dengan gerakan antagonis. Gerakan antagonis berfungsi untuk mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada posisi semula. Pada gerakan pelan dan terkendali, otot penggerak dan antagonis berada pada posisi tegang. Sedangkan pada keadaan sebaliknya yaitu pergerakan cepat, secara otomatis otot-otot akan relaks (Nurmianto, 2008, hal. 15). Menurut Nurmianto (Nurmianto, 2008, hal. 17), ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan sebisa mungkin dihindari, yaitu: a. Beban otot statis (static muscle loads)
4
5
b. Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut) c. Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi (Nurmianto, 2008, hal. 17). Beban otot statis terjadi pada saat otot dalam keadaan tegang tanpa gerakan apapun atau ketika posisi tubuh berada pada kondisi diam. Menurut Nurmianto (Nurmianto, 2008, hal. 22), ada beberapa keluhan masalah otot dalam kerja, antara lain: a. Algias: penyakit juru ketik, sekretaris, pekerja yang posturnya membungkuk ke depan. b. Osteo articular deviations: scoliosis pada pemain violin dan operator kerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buruh. c. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer. d. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan. 2.2
Anatomi Tubuh Anatomi tubuh bagian upper limb akan sangat berpengaruh pada penelitian ini. Bagian-bagian upper limb berupa leher, bahu, lengan, tangan, pungggung dan pinggang. Berikut gambar anatomi tubuh upper limb:
Sumber: (Pearce, 2000, hal. 41)
Gambar 2.1 Leher, bahu, punggung, dan pinggang
Sumber: (Pearce, 2000, hal. 44)
Gambar 2.2 Lengan atas
4
6
Sumber: (Pearce, 2000, hal. 45)
Gambar 2.3 Tangan 2.3
Job Strain Index Job Strain index (JSI) merupakan metode untuk mengevaluasi tingkatan risiko dari sebuah pekerjaan yang dapat menyebabkan cedera pada bagian atas yaitu tangan, pergelangan tangan, lengan atas, atau siku (distal upper extremity) (Garg, 1995). Metode ini digunakan apabila ingin mengevaluasi risiko cedera pada pekerjaan yang menggunakan tangan secara intensif. Selain itu, pengamatan yang dilakukan harus secara langsung untuk melihat bagaimana keadaan operator pada saat bekerja. Terdapat lima proses pengumpulan data untuk mengetahui tingkatan risiko dengan menggunakan metode job strain index, yaitu (Garg, 1995): 1. Mengumpulkan data dari enam parameter Terdapat enam parameter yang harus dilakukan pada proses pertama, yaitu (Garg, 1995): a. Intensity of exertion Parameter ini digunakan untuk menentukan nilai parameter instensitas penggunaan tenaga dari pekerjaan yang dilakukan operator dan memberikan bobot nilai sesuai usaha yang dilakukan operator berdasarkan tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Intensity of exertion Presentase Skala Kategori Keterangan Kekuatan Borg Maksimal Ringan (Light ) <10% ≤2 Kondisi tanpa usaha berarti Cukup berat 10%-29% 3 Memerlukan usaha (Somewhat Hard ) Berat (Hard ) 30%-49% 5 Memerlukan usaha yang lebih Sangat berat (Very 50%-79% 7 Memerlukan usaha berlebih Hard ) Mendekati maksimal Membutuhkan bahu dan punggung ≥80% >7 (Near Maximal ) untuk mengeluarkan tenaga Sumber: (Garg, 1995)
b. Duration of exertion Duration of exertion adalah persentase dari waktu suatu exertion berlangsung selama suatu siklus kerja. Nilai ini didapatkan dengan cara mengkalkulasikan data-data yang didapat dengan menggunakan rumus:
4
7
100 × total waktu penggunaan tenaga total waktu observasi Setelah mendapatkan nilai DE maka selanjutnya nilai tersebut dikonversikan ke dalam nilai rating dan faktor pengali. c. Usaha permenit Usaha permenit didapatkan dari perhitungan nilai exertion selama penelitian berlangsung. Lalu dibagi dengan total waktu penelitian (dalam menit). jumlah penggunaan tenaga EM = total waktu observasi d. Postur tangan atau pergelangan tangan Parameter ini dilakukan dengan pengamatan terhadap pergelangan tanganpada saat exertion dan menjelaskan dengan salah satu posisi yang dirasakan berdasarkan tabel di bawah ini: %DE =
Kategori
Tabel 2.2 Posisi tangan Ekstensi pada Fleksi pada Deviasi pergelangan pergelangan pada Keterangan tangan tangan ulnar
Sangat baik (Very Good )
0 -10
Baik (Good )
0
11 -25
0
6 -15
Cukup baik (Fair )
26 -40
0
0
16 -30
0
0
Buruk (Bad )
41 -55
0
0
31 -50
0
0
Sangat buruk (VeryBad )
>60
0
0
0
0
0 -5
0
0
>50
0
0
0 -1
0
0
Posisi netral
Posisi mendekati 11 -15 netral Posisi tidak 0 0 16 -20 netral Posisi 0 0 21 -25 sangat tidak netral Posisi 0 mendekati >25 ekstrim 0
0
Sumber: (Garg, 1995)
e. Kecepatan kerja Kecepatan kerja dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat pekerja melakukan pekerjaannya. Setelah itu sesuaikan dengan tabel di bawah ini:
4
8
Tabel 2.3 Kecepatan kerja Kategori
Perbandingan dengan MTM-1^
Sangat lambat Lambat (Slow ) Cukup cepat
≤80% 81%-90% 91%-100%
Cepat (Fast )
101%-115%
Sangat cepat (Very Fast )
>115%
Keterangan Kecepatan sangat lambat Kecepatan lambat Kecepatan normal Kecepatan yang cepat namun dapat dijaga kecepatannya Kecepatan yang sangat cepat namun tidak dapat dijaga kecepatannya
Keterangan: *nilai didapatkan dari perbandingan antara kecepatan observasi dengan kecepatan standar Sumber: (Garg, 1995)
f. Durasi pekerjaan perhari Nilai pada parameter ini didapatkan dari kondisi yang diamati.
2. Pembobotan setiap variabel kerja
Rating
Tabel 2.4 Strain Index Duration Efforts Intensity of of per Hand/Wrist Exertion/IE Exertion/ Minute/ Posture/HWP DE EM
Ringan (Light) (1)
2
Cukup berat 10%-29% 4-8 (1) (Somewhat (1) Hard ) (3)
Baik (good ) (1.5)
3
Berat (hard ) 30%-49% (1.5) (6)
Cukup baik (Fair ) (1.5)
5
Duration of Task per Day/DD
Sangat Sangat baik lambat <4 (0.5) (Very Good ) <1 (0.25) (very slow ) (1) (1)
1
4
<10% (0.5)
Speed of Work/SW
9-14 (1.5)
Lambat (Slow ) (1)
Cukup 2-4 (0.75) cepat (Fair ) (1) Cepat (Fast ) 4-8 (1) (1.5)
Sangat berat 50%-79% 15-19 Buruk (Bad ) (very hard ) (2) (2) (2) (9) Mendekati maksimal Sangat 80%Sangat buruk (Near ≥20 (3) cepat (Very 100% (3) (Very Bad ) (2) Maximal ) Fast ) (2) (13) Sumber: (Garg, 1995)
4
1-2 (0.5)
≥8 (1.5)
9
3. Menentukan pengali untuk setiap variabel Tabel 2.5 Pengali variabel Intensity Duration Efforts Hand/ Speed Duration of of per Wrist of of Task Rating Exertion/ Exertion/ Minute/ Posture Work/ per IE DE EM /HWP SW Day/DD 1 1 0,5 0,5 1,0 1,0 0,25 2 3 1,0 1,0 1,0 1,0 0,5 3 6 1,5 1,5 1,0 1,0 0,75 4 9 2,0 2,0 1,5 1,5 1,0 5 13 3,0 3,0 2,0 2,0 1,5 Sumber: (Garg, 1995)
4. Mengalikan pengali untuk menghitung score Strain Index SI = IE X DE X EM X HWP X SW X DD Keterangan: IE = intensitas penggunaan tenaga (Intensity of Exertion) DE = durasi penggunaan tenaga (Duration of Exertion) EM = jumlah usaha per menit (Efforts per Minute) HWP = posisi tangan (Hand/Wrist Posture) SW = kecepatan kerja (Speed of Work) DD = durasi aktivitas per hari (Duration of Task per Day)
5. Mengevaluasi score pada job strain index Setelah melakukan pengalian dari keenam variabel, selanjutnya adalah mengevaluasi nilai dari JSI. Terdapat 3 kategori dalam menentukan tingkatan risiko pekerjaan.
Skala Nilai ≤3 3 < Nilai < 7 Nilai ≥7
Table 2.6 Tingkatan risiko Keterangan Pekerjaan yang diamati cukup aman Pekerjaan yang diamati dapat menimbulkan risiko Pekerjaan yang diamati berbahaya
Sumber: (Garg, 1995)
2.4
ROSA (Rapid Office Strain Assessment) ROSA (Rapid Office Strain Assessment) adalah metode pengambilan kesimpulan yang dirancang untuk mengukur tingkat faktor risiko dalam lingkungan kerja pada penggunaan komputer yang berbasis checklist postur serta penetapan tindakan berdasarkan laporan ketidaknyamanan pekerja. (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). Faktor-faktor risiko yang digambarkan dan diberi kode dengan nilai dari 1 sampai 3. Nilai akhir ROSA berkisar antara 1-10, dimana setiap nilai menunjukan peningkatan faktor risiko. (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012) Metode ROSA memiliki beberapa tahapan dalam aplikasi nya, diantaranya (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012): 4
10
1. Pengembangan alat Secara garis besar, langkah pertama dalam menjalankan metode ROSA adalah dengan mengidentifikasi karakteristik kerja kantor, tingkat korelasi antara fasilitas kerja dengan pekerja, dan optimalisasi desain workstation dan pekerjaan. Semua posisi yang ideal atau netral diberi nilai 1 sebagai nilai minimal karena dalam kondisi normal menurut standar CSA (Canadian Standards Association) untuk setiap bidang pekerjaan (bagian 1 A, Gambar 2.4). Setiap penyimpangan pada postur netral akan ditambahkan 1 pada skor disetiap bidang yang mengalami perubahan postur normal. Nilai pada penambahan postur berkisar antara 1-3. Faktor yang dapat digunakan secara bersamaan seperti tinggi kursi, tinggi meja, dan lain lain akan diasumsikan penambahan skor +1. Faktor risiko dikelompokan kedalam bagian-bagian berikut: kursi, keyboard, mouse, telephone, dan monitor. Grafik penilaian dikembangkan dengan cara mencocokkan dua subbagian fasilitas kantor terhadap satu sama lain dalam rangka untuk mendapatkan nilai lengkap untuk satu bagian. Semua nilai maksimum dari masing-masing bagian digunakan sebagai sumbu horisontal dan vertikal untuk nilai sub-bagian (yang kemudian digunakan untuk membuat skor akhir ROSA). Nilai dari keyboard, monitor, kursi, telepon, dan mouse kemudian dibandingkan di lain bagan untuk menerima nilai peripherals (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
Gambar 2.4.Nilai dan diagram untuk faktor risiko yang terkait dengan ketinggian seat pan (A), kedalaman seat pan (B), sandaran tangan (C) dan back support (D)
4
11
2. Pembuatan grafik penilaian Langkah kedua adalah dengan membuat grafik penilaian. Desain bagian A, B, C, peripherals dan grafik skor akhir di ROSA (Gambar 2.5) yang mencerminkan nilai-nilai peningkatan terkait dengan tingkat risiko yang ditemukan pada kepala / trunk / leher dan grafik skor besar di RULA. Skor didapatkan berdasarkan hasil akumulasi semua nilai yang berkaitan dengan faktor individu dalam klasifikasi bagian (komponen kursi, monitor, telepon, mouse dan keyboard) (Gambar 2.6) (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). Skor tertinggi pada sub-bagian didapatkan dari hasil maksimum dari semua nilai faktor individu dan durasi pekerjaan. Dalam bagan kursi skor dan grafik scoring peripherals, skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai adalah skor 10. Ini juga terjadi pada chart skor akhir. Nilai 10 dipilih untuk menyediakan pengguna dengan mudah memahami sistem penilaian 1-10 yang akan mencerminkan jumlah risiko yang hadir dalam workstation (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
Gambar 2.5 Grafik penilaian untuk sub-bagian (A, B dan C), monitor dan peripherals score, dan skor akhir ROSA serta contoh skor 3. Postur individu dan nilai peralatan Skor untuk masing-masing faktor risiko dimodelkan setelah penyimpangan dari postur netral, sebagaimana dikutip oleh standar CSA dikantor ergonomi (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). Adapun penilaian fasilitasnya sebagai berikut (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012): a. Nilai kursi kantor Postur duduk normal bagi seseorang adalah dengan lutut ditekuk sekitar 90° dengan kaki datar di lantai. Sandaran harus memungkinkan untuk sekitar 5-7 cm dari ruang antara bagian belakang lutut dan ujung kursi. Jika kedalaman duduk terlalu dalam, sandaran tidak mendukung punggung bawah, dan lengkungan ke belakang yang dihasilkan dari tulang belakang dapat menyebabkan ketidak nyamanan. Selain itu, jika seat pan terlalu pendek, tekanan akan ditempatkan pada bagian belakang 4
12
paha. Sandaran lengan harus diposisikan sehingga siku berada di 90° dan bahu berada dalam posisi rileks. Keberadaan lengan kursi di kursi juga meningkatkan kenyamanan pada pekerja, dan mengurangi beban statis pada otot bahu dan lengan selama menggunakan mouse. Penting bahwa lengan kursi harus bebas dari tepi yang tajam atau keras, karena hal ini dapat menyebabkan titik-titik tekanan yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dalam lengan pekerja (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). Sandaran punggung harus disesuaikan agar nyaman dengan punggung untuk mempertahankan lekuk alami tulang belakang. Tanpa sandaran punggung yang tepat, tulang belakang akan kehilangan kurva lordotic alami, meningkatkan ketegangan pada tendon ligamen dan otototot di bagian belakang. Pekerja harus duduk bersandar dengan derajat kemiringan sekitar 95-110°. Tingkat kemiringan 110° memberikan asumsi yang masuk akal antara penurunan aktivitas otot punggung dan pengurangan dari penjangkau peralatan kantor. Bagian kursi dibagi menjadi 4 sub-bagian yang lebih kecil: sandaran tinggi, kedalaman seat pan, posisi sandaran tangan dan posisi sandaran punggung. Faktor-faktor risiko dan nilai terkait dan diagram untuk masing-masing sub-bagian diuraikan dalam Tabel 2.7 dan Gambar. 2.4 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). b. Nilai monitor Menurut Standar CSA, monitor harus diposisikan antara 40 cm dan 75 cm dari pengguna (CSA International, 2000). Ketinggian layar harus diposisikan di tingkat mata, atau hanya di bawah tinggi mata pekerja. Bagian bawah layar harus tidak lebih besar dari 30° dibawah mata. Pemantauan posisi lebih rendah atau lebih tinggi dari 30° berkaitan dengan peningkatan aktivitas otot di leher. Monitor harus diposisikan langsung didepan pekerja, sebagai posisi off-center monitor telah menunjukkan peningkatan ketegangan pada leher. Faktor-faktor risiko dan skor untuk monitor terdapat pada Tabel 2.8, dan diagram yang sesuai dengan monitor di checklist ROSA ditampilkan dalam Icons 3A pada Gambar 2.6 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). c. Nilai telephone Faktor-faktor risiko dan skor untuk telepon dan yang sesuai dengan diagram di ROSA terdapat pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.5 bagian B. Seperti yang ditunjukkan, telepon harus diposisikan dalam 300 mm dari pekerja dalam rangka untuk menghilangkan jangkauan yang jauh (CSA International, 2000). Selain itu, disarankan agar menggunakan kontraksi statis untuk memegang headset telepon antara leher dan bahu harus dihindari. Untuk mencapai hal ini, direkomendasikan bahwa pekerja menggunakan perangkat bebas tangan, seperti speakerphone atau headset (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). d. Nilai mouse Mouse harus diposisikan dalam garis garis yang sama dengan bahu. Mouse harus diposisikan pada tingkat yang sama seperti keyboard untuk menjaga bahu santai. Meningkatkan jumlah jangkauan yang diperlukan untuk menggunakan mouse dikaitkan dengan meningkatkan aktivitas otot. Mouse itu sendiri harus mengakomodasi ukuran tangan pekerja, tidak menciptakan pegangan mencubit atau titik-titik tekanan (CSA 4
13
International, 2000). Mouse terkait faktor risiko dan diagram ditunjukkan pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.6 bagian C (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). e. Nilai keyboard Penempatan keyboard harus memungkinkan pekerja untuk menggunakan keyboard dengan siku ditekuk sekitar 90° dan bahu dalam posisi santai (CSA International, 2000). Pergelangan tangan juga harus lurus. Peningkatan ketinggian keyboard dapat menyebabkan punggung bagian atas meningkat dan aktivitas otot bahu, mengarah pada ketidak nyamanan. Tabel 2.8 dan Gambar 2.6 bagian D menggambarkan faktorfaktor risiko dan diagram checklist ROSA untuk keyboard. f. Nilai stasiun kerja lainnya Faktor risiko lain yang termasuk dalam sub-bagian tertentu dari ROSA berdasarkan hubungan mekanika ini adalah: (1) Mencapai item yang overhead yang terletak di bagian keyboard (Gambar 2.6), karena sebagian besar merupakan ekstremitas gerakan, (2) permukaan kerja terlalu tinggi (+1) terletak di bagian penyangga punggung kursi (Gambar 2.4) sebagai permukaan kerja yang terlalu pengaruhnya terhadap bahu dan punggung atas (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). g. Nilai durasi penggunaan Untuk setiap bagian dari ROSA, skor wilayah dipengaruhi oleh skor durasi. Sebuah peningkatan yang signifikan dalam prevalensi gangguan kerangka-otot pada pekerja yang menggunakan komputer lebih besar dari 4 jam per hari. Setelah skor dihitung untuk kursi, monitor, telepon, keyboard dan bagian mouse, bagian-bagian tersebut diubah oleh skor durasi. Jika seorang pekerja menggunakan peralatan selama lebih dari 1 jam terus menerus atau 4 jam per hari, skor durasi diberi nilai +1. Jika pekerja menggunakan peralatan antara 30 menit dan 1 jam terus menerus atau antara 1-4 jam per hari, maka skor durasi akan diberikan nilai nol. Apabila terus menerus bekerja dalam waktu kurang dari 30 menit atau total 1 jam kerja per hari, maka skor durasi yang diberikan nilai -1 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
4
14
Tabel 2.7 Faktor risiko dan skor terkait dengan tinggi seat pan, kedalaman seat pan, lengan kursi, dan back support Risk factor (reference) Score Seat pan height -Kness bent to approximately 90° (CSA International, 2000). -1 - Seat too low - knee angle less than 90° (CSA International, 2000). -2 - Seat too high - knee angle greater than 90°. -2 - No foot contact with ground. -3 - Insufficient space for legs beneath the desk surface (CSA International, (+1) 2000). - Seat pan height is non-adjustable (CSA International, 2000). (+1) Seat pan depth - Approximately 7.5 cm of space between the edge of the chair and the back of -1 the knee (CSA International, 2000). - Seat pan length too long (less than 7.5 cm of space between the edge of chair -2 and the back of the knee (1978; CSA International, 2000). - Seat pan too short (more than 7.5 cm of space between the edge of the chair -2 and the back of the knee. - Seat pan depth is non-adjustable (CSA International, 2000). (+1) Armrests - Elbows are supported at 90°, shoulders are relaxed (CSA International, -1 2000). - Armrests are too high (shoulders are shrugged). -2 - Armrests are too low (elbows are not supported) (CSA International, 2000). -2 - Armrests are too wide (elbows are not supported, or arms are abducted while (+1) using the armrests. - The armrests have a hard or damaged surface - creating a pressure point on (+1) the forearm - Armrests or arm support is non-adjustable (CSA International, 2000). (+1) Back support - Proper back support - lumbar support and chair is redined between 95° and -1 110° (CSA International, 2000). - No lumbar support. -2 - Back support is reclined too far (greater than 110°). -2 - No back support (i.e., stool or improper sitting posture). -2 - Back support is non- adjustable (CSA International, 2000). (+1) Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
4
15
Tabel 2.8 Faktor risiko dan skor yang berhubungan dengan monitor, telephone, mouse, dan keyboard Risk factor (reference) Monitor - Screen at arm's length/screen positioned at eye level (CSA International, - Screen too low (causing neck flexion to view screen) - Screen too high (causing neck flexion to view screen) 1998). - User required to twist neck in order to view screen. - Screen too far (outside of arm's length (75 cm)) (CSA International, 2000). - Document holder not present and required (CSA International, 2000).
Score -1 -2 -3 (+1) (+1) (+1)
Telephone - Headset used/one hand on telephone and neck in a neutral posture, telephone positioned within 300 mm (CSA International, 2000). - Telephone positioned outside of 300 mm. - Neck and shoulder hold used (CSA International, 2000). - No hands free options (CSA International, 2000).
-1 -2 (+2) (+1)
Mouse - Mouse in line with the shoulder (CSA International, 2000). - Reach to mouse/mouse not in line with shoulder. - Pinch grip required to use mouse/mouse too small (CSA International, 2000). - Mouse/keyboard on different surfaces . - Hard palm rest/pressure point while mousing (CSA International, 2000). Keyboard - Wrists are staright, shoulders are relaxed (CSA International, 2000). - Wrists are extended beyond 15° of extension. - Wrists are deviated while typing (Gerr et al., 2006; Khan et al., 2009). - Keyboard too high - shoulders are shrugged. - Keyboard platform is non-adjustable (CSA International, 2000). Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
4
-1 -2 (+1) (+2) (+1) -1 -2 (+1) (+1) (+1)
16
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
Gambar 2.6 Skor dan diagram untuk faktor risiko yang terkait dengan monitor (A), telephone (B), mouse (C) dan keyboard (D)
2.5 Uji Statistik 2.5.1 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif pada dua sampel yang berbeda. Pengujian ini memiliki kesamaan dengan uji tanda, karena data dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu positif dan negatif. Namun uji Wilcoxon juga memiliki perbedaan dengan uji tanda, yaitu kalau uji tanda tidak memperhitungkan selisih angka positif dan negatifnya, sebaliknya uji Wilcoxon memperhitungkan selisih tersebut (Ronald E. Walpole, 1993). Rumus yang digunakan untuk pengujian ini adalah: T - µT Z= σT Dimana: T = jumlah jenjang n ( n + 1) µT = 4 σT =
n(n + 1)(2n + 1) 24
Untuk menghitung pengujian ini maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu: 1. Berikan jenjang atau rank kepada tiap selisih dari pasangan (Y-X) tanpa memperhatikan tanda negatif atau postif. Apabila terdapat dua atau lebih beda yang sama, maka dapat dikatakan bahwa jenjang untuk tiap-tiap selisih merupakan jenjang rata-rata. 2. Berikan tanda postif dan negatif kepada jenjang sesuai dengan tanda dari selisih tersebut.
4
17
3. Jumlahkan semua jenjang positif dan negatif. 4. Dari hasil penjumlahan nilai T di atas, yang digunakan adalah nilai T terkecil untuk dilakukan uji dengan perhitungan di atas, dan bandingkan dengan tabel Z. (Drs. Djarwanto, Ps., 2004)
2.5.2 Uji Kendall-Tau Pengujian korelasi kendall-tau memiliki kesamaan dengan spearman rank yaitu digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel dalam bentuk ordinal dan menguji hipotesisnya. Perbedaannya adalah uji Kendalltau memiliki kelebihan yaitu dapat menganalisis sampel yang datanya lebih dari 10, juga dapat dicari koefisien parsialnya. Pengujian ini menggunakan simbol τ untuk populasi dan T untuk sampelnya (Prof. Dr. Sugiyono, 2010). Koefisien korelasi Kendall tau dihitung dengan mengunakan rumus: S τ= 1/ 2 n(n -1) Nilai τ akan muncul antara -1 sampai +1. Untuk n yang lebih besar dari 10 maka τ akan mendekati distribusi normal, dengan mean: E (τ) = 0 Dan deviasi standar: στ=
2(2n + 5) 9n ( n − 1)
Setelah itu, pengujian hipotesis adanya korelasi atau tidak antara dua pengamatan, dapat dilakukan dengan menghitung nilai Z: Z=
τ - E ( τ) = στ
τ 2( 2n + 5) 9n ( n − 1)
Dimana : τ = Koefisien korelasi kendall-tau yang besarnya ( -1< 0 < 1 ) S = Penjumlahan nilai ranking N = Jumlah anggota sampel σ τ = Deviasi standar Dengan kriteria keputusan, Ho diterima apabila Z ≤ Zα/2 dan Ho ditolak apabila Z >Zα/2 ( Drs. Djarwanto, Ps., 2004).
4