BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kedua kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.Managere diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage dengan kata benda management. Dalam buku Alam S. (2007:127) dikemukakan bahwa terdapat para ahli yang mengemukakan pengertian manajemen dari beberapa segi.Yaitu : 1. Pengertian manajemen ditinjau dari segi seni, Penegertian manajemen ditinjau dari segi seni dikemukakan oleh Mary Parker Follet. Follet mengatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain 2. Pengertian manajemen ditinjau dari segi ilmu pengetahuan, Pengertian manajemen ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dikemukakan oleh Luther Gulick. Gulic mengatakan bahwa manajemen adalh bidang pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusian. 3. Pengertian manajemen ditinjau dari segi proses. Pengertian manajemen ditinjau dari segi proses dikemukakan oleh James A.F. Stoner. Stoner mengatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan kegiatan anggota dan tujuan penggunaan organisasi yang sudah ditentukan. Dengan pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
9
10 2.2 Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sangatlah penting bagi perusahaan.Tanpa adanya pemasaran, kemungkinan besar baang yang sudah diproduk tidak dapat terjual. Pakar pemasaran yang sangat terkenal dan dalam bukunya Kotler (2008:7) memberikan pengertian dari pemasaran yaitu suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam pengertian yang diucapkan Kotler, terdapat suatu konsed nilai yang dimana nilai tersebut menjadi aspek penting dalam marketing. Nilai merupakan sarana penghubung antara apa yang dibayar maupun apa yang didapatkan. Dan juga nilai tersebut dapat dinaikan atau diturunkan oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan. (Jim Blyhte 2013:5) The Chartered Institute of marketing dalam Jim Blyhte (2013:5) memberikan pengertian
pemasaran
bahwa
pemasaran
ialah
proses
manajemen
yang
mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memberikan apa yang konsumen inginkan seefisien mungkin dan tetap menguntungkan. Pengertian yang hampir sama di utarakan oleh American Marketing Association dalam Jim Blyhte (2013:6) yaitu pemasaran ialah proses dari perencanaan dan pelaksaan dari konsep, harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan jasa untuk menciptakan suatu pertukaran dan memuaskan individu maupun organisasional. Pengertian ini juga menyutujui bahwa pemasaran adalahn salah satu proses manajemen dan dengan tujuan memaskan individu. Lalu juga memunculkan satu ide dimana pemasaran membuat pergantian.Pergantian disini ialah kegiatan jual beli yang dilakukan perusahaan dengan individu. Dan terakhir Jobber (2003:5) dalam Jim Blyhte (2013:6) menyebutkan bahwa pemasaran adalah proses dalam mencapai tujuan perusahaan dengan cara bertemu dan memerhatikan konsumen tidak hanya sekedar mementingkan kompetisi antar perusahaan. Dengan pendapat para ahli diatas, pemasaran dapat didefinisikan sebagai kegiatan perusahaan yang tergolong dalam manajemen yang gunanya untuk mendekatkan perusahaan kepada tujuan perusahaan dengan melakukan cara – cara
11 diantarnya mendekatkan konsumen, promosi, pergantian, dan pemberian nilai pada suatu barang maupun jasa. 2.3 Manajemen Pemasaran 2.3.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2012), manajemen pemasaran adalah “Seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu”. Sementara menurut Peter dan Donnelly (2011), manajemen pemasaran adalah “ The process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of goods, services, and ideas to create exchanges with target groups that satisfy customer and organizational objectives”. Dan menurut Guntur (2010: 3), manajemen pemasaran adalah “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. 2.3.2 Bauran Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2008), Bauran Pemasaran adalah kumpulan alat pemasarantaktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginPkannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran ini dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang disebut “4 P”: Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat) &Promotion (Promosi).
12
Gambar 2.1 4-P Dalam Pemasaran Sumber: Kotler dan Amrstrong (2008)
1. Produk Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. 2. Harga Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. 3. Tempat Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi Promosi adalah aktifitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. 2.4 Perceived Quality Menurut Keller (2013) Perceived Quality dapat didefinisikan sebagai sebuah persepsi pelanggan terhadap kualitas keseluruhan atau keunggulan dari suatu produk atau jasa jasa dibandingkan dengan yang lain. Menurut Schiffman & Kanuk (2010)Perceived Quality terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu: •
Perceived Quality of Product merupakan persepsi akan kualitas yang didasarkan pada tanda atau karakteristik fisik dari suatu produk itu sendiri,
13 seperti ukuran, warna, rasa atau aroma. Pada kasus tertentu konsumen akan menggunakan karakteristik fisik untuk menilai kualitas dari suatu produk. Konsumen biasa percaya pada evaluasi dari kualitas dari suatu produk berdasarkan dari diri mereka. Penilaian kualitas dari pelanggan terkadang didasarkan pada karakteristik ekstrinsik dari suatu produk. Contohnya meskipun banyak konsumen mengklaim bahwa mereka membeli merek karena merasakan produk tersebut bernilai superior, mereka justru sering tidak mampu membedakan merek yang mereka pilih tersebut tersebut saat diuji dalam blind testing. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa kemasan suatu produk mempengaruhi persepesi kualitas dari suatu produk. •
Perceived Quality of Services merupakan persepsi kualitas yang didasarkan pada karakteristik jasa yang ditawarkan/diberikan. Dikatakan bahwa lebih sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi kualitas jasa/layanan daripada kualitas produk. Dikatakan demikian, karena karakteristik tertentu dari suatu jasa memiliki nilai khas. Kualitas jasa tidak berwujud (intangible), merupakan suatu variabel, tidak tahan lama (perishable), dan kondisi ketika diproduksi dan dikonsumsi terjadi disaat yang bersamaan. Menurut Garvin dalam Helles, Strange, dan Wichman (2013) menjelaskan
bahwa Perceived Quality merupakan salah satu dari 8 dimensi kualitas Garvin yang dimana di Perceived Quality terdapat 3 hal yang sangat penting yaitu 1. Images Images dalam hal ini iyalah gambaran akan merk yang menyimpulkan suatu persepsi kualitas, 2. Advertising Iklan dapat menjadi penting karena dari kualitas iklan konsumen dapat menilai kualitas dari produk tersebut, 3. Brand Names Merk brand dapat menjadi faktor kritikal dalam menentukan persepsi kualitas oleh konsumen karena dengan bagus atau tidak nya barang yang di konsumsi dapat mempengaruhi persepsi dari konsumen tersebut.
14 2.5 Customer Satisfaction 2.5.1 Pengertian Customer Satisfaction Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan konsumen yang merasa puas (Customer Satisfaction). Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat antara lain pengaruh antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kotler (2001 : 46) menandaskan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja melebihi harapan mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila kinerja tidak sesuai harapan maka akan kecewa. Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. 2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Dalam menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupyoadi, 2001) antara lain : a. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. b. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. c. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self-esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu.
15 d. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan. e. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 2.5.3
Dimensi Customer Satisfaction Menurut Li (2012) setidaknya ada dua dimensi penentu kepuasan pelanggan,
yaitu : •
Transaction Specific Satisfaction Merupakan hasil dari pertemuan dengan layanan, hal ini terbentuk dari evaluasi pada pengalaman yang dirasakan dan prilaku pelanggan selama masa transaksi.
•
Overall Satisfaction Dimensi yang berdasarkan banyaknya pengalaman berpindah-pindah layanan dan evaluasi dari pelanggan berdasarkan totalitas dari produk atau jasa.
2.6 Perilaku Konsumen 2.6.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut
Simamora perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (2008). Sedangkan Philip Kotler & Kevin Lane Keller menyatakan perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (2009:166). Ujang Sumarwan berpendapat perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa (2011:5). Namun Nembah F. Hartimbul Ginting mengatakan perilaku konsumen adalah tindakan perorangan dalam meperoleh, menggunakan serta membuang barang dan jasa ekonomi, termasuk tindakan (2011:33).
proses pengambilan keputusan sebelum menetapkan
16 Dari definisi diatas dapat disimpulkan perilaku konsumen adalah semua tindakan dan sikap yang dilakukan dan terjadi yang akhirnya menentukan apakah akan membeli produk atau jasa atau tidak. 2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Simamora (2004) yaitu: •
Faktor budaya Faktor budaya yang mempunyai pengaruh
paling luas dan mendalam
terhadap perilaku konsumen. Peranannya dimainkan oleh kultur, sub kultur, dan kelas sosial. Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Sub kultur merupakan sub-sub yang lebih kecil dari kultur yang memberikan identifikasi dan sosialisi anggotanya yang lebih spesifik. Sub kultur mencakup kebangsaan, agama,kelompok, ras, dan daerah geografis. Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan anggota-anggotanya memiliki tata niat, minat, dan perilaku yang sama. •
Faktor sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, kelurga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan. Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif dan kognitif dan perilaku. Beberapa kelompok acuan yang terkait dengan konsumen diataranya
adalah;
kelompok
persahabatan
(Friendship
Groups),
kelompok belanja (Shopping Groups), kelompok kerja(Work Groups), kelompok atau masyarakat maya (Virtual Groups or communities) dan kelompok pegiat konsumen (Consumer Action Groups). Beberapa
17 kelompok yang digunakan dalam komunikasi pemasaran: selebriti, ahli atau pakar, orang biasa, para eksekutif dan karyawan, karakter dagang atau juru bicara. (Sumarwan 2004). Keluarga. Adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, dan tinggal bersama. Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Orientasi keluarga terdiri dari orang tua, saudara, pasangan dan anak-anaknya. Peran dan status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok dalam hidupnya seperti keluarga, klub, organisasi. Posisi orang tersebut dalam setiap kelompok dapat didefinisikan sebagai peran dan status. •
Faktor pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu
usia pembeli, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli. Usia dan tahap siklus hidup. Orang-orang pembeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka memakan makanan bayi pada tahun-tahun awal, memakan segala jenis makanan pada tahun-tahun pertumbuhan, dan memakan makanan diet pada tahun-tahun berikutnya. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Keadaan ekonomi. Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya
peka
terhadap
pendapatan
dapat
dengan
seksama
memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan kekayaan. Indikator tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup melukiskan ”keseluruhan orang” tersebut yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (Sumarwan, 2004)
18 Kepribadian dan konsep pribadi. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. •
Faktor psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologi
utama yaitu; motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian. Motivasi. Maslow menjelaskan mengapa seseorang didorong oleh kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Menurutnya, kebutuhan manusia tersusun secara berjenjang, mulai dari yang paling banyak menggerakkan sampai yang paling sedikit memberikan dorongan. Pertama-tama orang akan memuaskan kebutuhan yang paling penting dulu, baru memenuhi kebutuhan berikutnya. Berdasarkan urutan kepentingannya, jenjang kebutuhan adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan sendiri muncul karena merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan sesungguhnya dirasakan. Persepsi. Seseorang yang termotivasi adalah siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang benar-benar bertindak dipengaruhi oleh persepsi dia mengenai situasi tersebut. Pengetahuan. Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman. Kepercayaan dan sikap pendirian. Melalui bertindak dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan pendirian. Hal-hal ini kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
19 2.7 Repurchase Intention 2.7.1 Pengertian Repurchase Intention Menurut Ahmad, et al. (2011), Repurchase Intentionsebagai sumber pengurangan biaya dan sarana pertumbuhan pangsa pasar. Sementara menurut Cronin, Brady, dan Hult (2000), kepuasan dan niat pembelian kembali dari konsumen dapat ditingkatkan dengan menawarkan nilai tambahan dan kualitas dari jasa. Dan menurut Hellier, et al. (2003), menyatakan bahwa Repurchase Intentionadalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi yang terjadi dan tingkat kesukaan. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2001: 283), bentuk spesifik dari niat pembelian adalah niat pembelian ulang, yang mencerminkan harapan untuk membeli ulang produk atau merek yang sama. Menurut Kotler dan Keller (2007), ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan Repurchase Intention, yaitu psikologis, pribadi, dan sosial. Masing-masing faktor tersebut terdiri dari unsur-unsur yang lebih kecil yang membentuk suatu kesatuan tentang bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupan ekonominya: 1.
Faktor Psikologis a.
Motivasi Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, yaitu muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, mengantuk dan hal lain yang bersifat pskogenis, yaitu muncul dari tekanan psikologis sseperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki, sebagian besar kebutuhan psikogenis tidak cukup kuat untuk memotivasi orang agar bertindak dengan segera . Suatu tindakan akan menjadi motif jika dia di dorong sampai mencapai tingkat intensitas yang memadai.
b.
Persepsi Sesorang yan termotivasi siap untuk bertindak dan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang
individu
memilih,
menggunakan
dan
informasi
untuk
20 menciptakan gambaran dunia yang memilikiarti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama. c.
Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
d.
Keyakinan dan sikap Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
2.
Faktor Pribadi a.
Usia Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya, selera orang terhadap suatu barang juga berhubungan dengan usianya.
b.
Pekerjaan Suatu pemahaman atas tipe-tipe oekerjaan memberikan pandangan ke dalam kebutuhan para konsumen.Pergantian pekerjaan menyebabkan perubahan-perubahan pada perilaku pembelanjaan.
c.
Keadaan ekonomi Pemilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan sekonomi seseorang.
d.
Gaya hidup Keunikan dimana suatu kelompok tertentu membedakan dirinya dari orang lain, melibatkan suatu pemahaman atas pengaruh-pengaruh kelas social, referensi, dan kebudayaan terhadap perilaku pembelian mereka.
e.
Kepribadian dan konsep diri Kepribadian merupakan karakteristik psikolog yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relative konsisten dan bertahan lama dalam lingkungannya.
3.
Faktor Sosial a.
Kelopok Acuan Kelompok yang berpengaruh langsung dan tidak langsung dalam membentukkan perilaku dan gaya hidup yang dipilih seseorang.
b.
Keluarga
21 Keluarga
dianggap
sebagai salah
satu
kelompok
yang paling
berpengaruh dari semua kelompok acuan yang ada karena perilaku terhadap took dan produk dikembangkan dalam rumah tangga. c.
Peran dan status Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya dalam
keluarga,
organisasi,dll,
posisi
seseorang
dalam
setiap
kelompokdapat di definisan dalam peran dan status.
Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan definisi Repurchase Intentiondari para pakar ekonomi, yaitu Repurchase Intentionadalah keputusan seseorang untuk melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang yang dilatar belakangi kepuasan dan kepercayaan, keputusan untuk pembelian ulang ini bisa mendatangkan benefit oleh perusahaan yaitu yang bisa dirasakan secara langsung adalah cost perusahaan. 2.7.2 Dimensi Repurchase Intention Menurut Ferdinand (2006) terdapat empat dimensi yang digunakan untuk mengukur minat beli ulang, yaitu : •
Minat Transaksional Minat transaksional merupakan kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
•
Minat Eksploratif Minat eksploratif menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
•
Minat Preferensial Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
•
Minat Referensial Minat referensial adalah kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
22 2.8 Impor Bir 2.8.1 Pengertian Impor Impor dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ipor disebut importir.Daerah pabean adalh wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusig dan landas kontinen (Adrian Sutedi (2014:8) Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasonal. Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri. 2.8.2 Ketentuan Impor Bir Di Indonesia, ketentuan impor bir tertulis dalam Peraturan Menteri Perdagangan R.I..
Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014. Tentang
pengendalian
dan
pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman berlakohol. Di dalam pertaturan menteri perdegangan RI tersebut, minuman beralkohol terbagi atas 3 katagori yaitu: 1. Golongan A yaitu minuman yang berkadar alkohol 0%-5% (bir) 2. Golongan B yaitu minuman yang berkadar alkohol 6%-20% (wine) 3. Golongan C yaitu minuman yang berkadar alkohol 21%-55% (spirit) Untuk minuman yang kadar alkoholnya diatas 55% dilarang masuk Indonesia melalui perijinan minuman keras. Dan untuk dapat mengimpor bir ke Indonesia, importir perlu membuat ITMB (Importir Terdaftar Minuman Beralkohol) sebagai syarat utama dalam mengimpor
23 bir.Sejauh ini ITMB telah diterbitkan kepada 15 perusahaan.Dimana 1 perusahan (PT. Sarinah) merupakan perusahan yang dibentuk pemerintah untuk mengimpor alkohol secara bebas pajak. 14 lainnya perusahaan swasta yang kena pajak 2.9 Kerangka Pemikiran
Perceived Quality H1
- Brand Image - Advertising - Price
Customer Satisfaction
H2
Repurchase Intention
- Quality
- Transactional
- Convenience
- Preferential
H3
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis (2015) 2.10 Hipotesis Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa hipotesis. 1. Hipothesis Rumusan Masalah Pertama (H1) Ho
= Tidak
ada
pengaruh Perceived
Qualityterhadap terhadap
Customer
Satsifaction Satsifactiondalam mengkonsumsi bir lokal versus bir impor. impor H1
=
Ada
pengaruh
Perceived
Qualityterhadap terhadap
Customer
Satsifaction Satsifactiondalam mengkonsumsi bir lokal versus bir impor. impor 2. Hipothesis esis Rumusan Masalah Ketiga (H2) (H2 Ho
= Tidak ada pengaruh Customer Satsifactionterhadap terhadapRepurchase Intentiondalam dalam mengkonsumsi bir lokal versus bir impor
H1
=
Ada
pengaruh
Customer
Satsifactionterhadap terhadapRepurchase
Intentiondalam dalam mengkonsumsi bir lokal versus bir impor 3. Hipothesis esis Rumusan Masalah Kelima (H3 (H3)
24 Ho
=
Tidak
ada
Intentionyang
pengaruh dipengaruhi
Perceived
QualityterhadapRepurchase
Customer
Satsifaction
dalam
mengkonsumsi bir lokal versus bir impor H1
= Ada pengaruh Perceived QualityterhadapRepurchase Intentionyang dipengaruhi Customer Satsifaction dalam mengkonsumsi bir lokal versus bir impor