BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Pusat Komunitas Terdapat beberapa definisi mengenai komunitas yang dijelaskan oleh para ahli, berikut merupakan beberapa definisi komunitas : - Menurut Sumijatun (2006), komunitas adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai, perhatian yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga. - Menurut Soenarno (2002), komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Berdasarkan definisi komunitas diatas, disimpulkan bahwa komunitas merupakan sebuah kelompok sosial yang memiliki persamaan yang dibentuk melalui interaksi sosial. Menrut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (1) pusat merupakan tempat yang letaknya di bagian tengah; (2) titik yang di tengah-tengah benar; (3) pusar; (4) pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan. Definisi pusat komunitas berdasarkan definisi-definisi yang telah dijabarkan secara mandiri (pusat dan komunitas), merupakan tempat berkumpulnya sebuah kelompok sosial yang memiliki persamaan yang dibentuk melalui interaksi sosial.
2.1.2
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) •
Definisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia no.8 tahun 2012, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
9
10 •
Klasifikasi PMKS Terdapat beberapa klasifikasi PMKS menurut Dinas Sosial DKI Jakarta, namun tidak semua PMKS terjaring razia di jalanan. Berikut merupakan klasifikasi serta karakteristik jenis-jenis PMKS yang terjaring razia di jalanan :
Anak Balita Terlantar Adalah Anak yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukankewajibannya, sehingga terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. CIRI-CIRINYA : 1. Usia 0 < 5 tahun; 2. Orang tuanya miskin/tidak mampu; 3. Salah seorang dari orang tuanya/kedua-duanya sakit; 4. Salah seorang/kedua-duanya meninggal; 5. Ditinggalkan di rumah sakit/di rumah bersalin6. Mengalami kekurangan gizi.
Anak Terlantar Adalah Anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya, sehinggatidak dapat terpenuhi kebutuhannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupunsosialnya. CIRI-CIRINYA : 1. Usia 5 < 18 tahun dan belum menikah; 2. Orang tuanya miskin/tidak mampu; 3. Salah seorang dari orang tuanya/kedua-duanya sakit; 4. Salah seorang/kedua-duanya meninggal; 5.Tidak terpenuhi kebutuhan dasar hidupnya (pangan, sandang, papan, pendidikan,kesehatan).
Anak Nakal
11 Adalah
Anak/Remaja
(pria
atau
wanita)
yang
berprilaku
menyimpang dari norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat lingkungannya, sehingga merugikan dirinya, keluarga atau orang lain. CIRI-CIRINYA : 1.
Usia 5 < 18 tahun dan belum menikah;
2.
Melakukan kegiatan/perbuatan yang mengganggu ketertiban umum/masyarakat;
3.
Sering mencuri di lingkungan keluarga atau familinya;
4.
Orang tuanya tidak mampu mengurusnya;
5.
Sering memeras/mengompas temannya sendiri;
6.
Sering mengotori atau merusak barang, peralatan, bangunan atau fasilitas umum.
Anak Jalanan Adalah Anak yang berusia 5 < 18 tahun yang sebagian waktunya berada di jalanan sebagai pedagang asongan, pengemis, pengamen, jualan koran, jasa semir sepatu dan mengelap mobil. CIRI-CIRINYA : 1.
Mencari nafkah untuk membantu orang tuanya;
2.
Bersekolah/tidak sekolah;
3.
Keluarganya tidak mampu;
4.
Tinggal dengan orang tua/Melarikan diri dari rumah/tinggal di jalanan sendiri maupun bersama-sama teman-teman, seperti di emperan toko, terminal dan sebagainya;
5.
Mempunyai aktivitas di jalanan baik terus menerus maupun tidak, minimal 4 sampai 6 jam per hari;
6.
Berkeliaran tidak menentu dan sebagainya.
Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan Adalah Seseorang yang telah selesai menjalani masa hukuman, karena tindak kriminal akan tetapi tidak diterima dengan baik atau disingkirkan/dijauhi oleh keluarga dan masyarakatnya, sehingga
12 mendapatkan kesulitan untuk melaksanakan tugas kehidupannya secara normal. CIRI-CIRINYA : 1.
Tidak mempunyai pekerjaan;
2.
Disingkiri oleh keluarga/masyarakat.
Gelandangan Adalah Seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat dan perlu mendapat bantuan untuk hidup dan bekerja secara layak dan mandiri. CIRI-CIRINYA : 1.
Hidup menggelandang di tempat-tempat umum terutama di kota-kota;
2.
Tempat tinggal tidak tetap, digubug liar, emper toko, di bawah jembatan dan sejenisnya;
3.
Tidak mempunyai pekerjaan yang tetap;
4.
Miskin.
Pengemis Adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain CIRI-CIRINYA : 1.
Meminta-minta di tempat umum;
2.
Pada umumnya bertingkahlaku agar dibelas kasihani.
Tuna Susila Adalah Seseorang Wanita, Pria atau Waria, terutama dari keluarga kurang mampu, yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan jasa. CIRI-CIRINYA : 1.
Tuna Susila yang berada di lokasi dan lokalisasi;
2.
Tuna Susila yang berada di jalanan;
13 3.
Tuna Susila yang berada di rumah-rumah bordil.
Lanjut Usia Terlantar Adalah Seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih, karena sebabsebab tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik rohani, jasmani maupun sosial. CIRI-CIRINYA : 1.
Usia di atas 60 tahun;
2.
Tidak
mempunyai
penghasilan
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan pokoknya yang meliputi sandang, pangan, papan dan kesehatan yang layak; 3.
Tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya;
4.
Dianiaya oleh keluarga atau orang sekitarnya.
Waria Adalah seseorang yang berkepribadian wanita maupun pria.
2.1.3
Panti Sosial •
Definisi Panti Sosial Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi panti adalah rumah;
tempat (kediaman), sedangkan definisi sosial adalah (1) berkenaan dengan masyarakat; (2) suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb). Kementerian Sosial Republik Indonesia mendefinisikan panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif
secara
fisik,
mental
dan
sosial.
Tidak
jauh
berbeda,
PeraturanPemerintah Republik Indonesia No. 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dalam pasal 38, mendefinisikan Panti sosial sebagai lembaga atau unit pelayanan yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi satu jenis sasaran untuk memulihkan dan mengembangkan
14 kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Menurut
Kementerian
Sosial
Republik
Indonesia,
tujuan
pembangunan bidang kesejahteraan sosial (panti sosial) yang ingin dicapai Kementerian Sosial tahun 2010-2014 adalah: 1. Melindungi PMKS dari segala risiko sosial, perlakukan salah, tindak kekerasan, dan eksploitasi sosial; 2. Terwujudnya aksesibilitas PMKS dalam pemenuhan kebutuhan sosial dasar; 3.Terwujudnya mekanisme jaminan sosial berbasis komunitas dalam pengelolaan risiko kehilangan atau penurunan pendapatan berbasis kontribusi (iuran); 4. Terjaminnya PMKS yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi untuk mendapatkan jaminan sosial; 5. Terjaminnya penyandang cacat berat dan cacat ganda, lanjut usia nonpotensial, eks - penderita penyakit kronis, dan penyandang cacat psikotik dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang layak; 6. Terwujudnya masyarakat yang berdaya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya;
Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai : tempat penyebaran layanan; pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan sosial; tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/referral system) dan tempat pelatihan keterampilan. •
Klasifikasi Panti Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia membagi panti sosial ke
dalam klasifikasi menurut permasalahannya, jenis-jenis panti sosial berdasarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut : Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang kurang
15 mampu, terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar. Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang cacat tubuh agar mampu
mandiri
dan
berperan
aktif
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang cacat mental retardasi agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Bina Karya (PSBK) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para gelandangan, pengemis dan orang terlantar agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat mental bekas psikotik agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam masyarakat. Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang cacat netra agar mampu
mandiri
dan
berperan
aktif
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Panti Sosial Bina Pasca Laras Kronis (PSBPLK) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat bekas penyakit kronis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam masyarakat. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi bagi anak terlantar putus sekolah agar
16 mampu
mandiri
dan
berperan
aktif
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang cacat rungu wicara agar mampu
mandiri
dan
berperan
aktif
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para wanita tuna susila agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi anak nakal agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi eks korban penyalahgunaan NAPZA. Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan bagi anak yang mengalami hambatan belajar karena menyandang masalah sosial agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. •
Tahap Pelaksanaan Pelayanan di Panti Tahap pelaksanaan pelayanan di panti dibagi menjadi dua, yaitu
pelayanan sosial dan pelayanan rehabilitasi. a.
Pelayanan Sosial
17 Pelayanan ini dimaksudkan agar kebutuhan fisiologis kelayan tercukupi, sehingga dapat mengikuti semua program pemulihan yang telah ditetapkan oleh panti. Pelayanan sosial yang diberikan meliputi : (1) Pelayanan Pangan (2) Pelayanan Papan (3) Pelayanan Kesehatan (4) Pelayanan Kebutuhan Hidup Sehat
b.
Pelayanan Rehabilitasi Pelayanan ini dimaksudkan sebagaimana yang ditetapkan tujuan
pelayanan panti (dalam perencanaan pelayanan) yaitu antara lain untuk membentuk dan merubah perilaku phisik dan psichys (fisik dan mental) dan perilaku sosial kelayan (sesuai dengan permasalahan kelayan). Disusun pula SPM bentuk-bentuk kegiatan/bimbingan yang diberikan kepada kelayan, yang meliputi : Bimbingan Individu ; Bimbingan Kelompok ; Bimbingan Sosial
;
Penyiapan
Lingkungan
Sosial
;
Bimbingan
Mental
Spiritual/Psikososial; Bimbingan Pelatihan Ketrampilan ; Bimbingan Fisik Kesehatan; Bimbingan Pendidikan. •
Sarana dan Prasarana Panti Sosial Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dalam pasal 39 menyebutkan standar minimum sarana dan prasarana panti sosial, yaitu : a. Perkantoran yang terdiri dari ruang pimpinan, ruang kerja staf, ruang rapat, ruang tamu, ruang dokumentasi, ruang data dan informasi, ruang perpustakaan, kamar mandi, dan dapur; b. Pelayanan teknis yang terdiri dari ruang asrama, ruang pengasuh, ruang diagnosa, ruang konseling psikososial, ruang instalasi produksi, ruang olahraga dan pembinaan fisik, ruang bimbingan mental dan sosial, ruang praktik keterampilan, dan ruang kesenian; c. Pelayanan umum yang terdiri dari ruang makan, ruang belajar, ruang ibadah, ruang kesehatan, aula, pos keamanan, ruang tamu, gudang, kamar mandi, tempat parkir, dan rumah dinas/pengurus;
18 d. Tenaga pelayanan panti sosial yang terdiri dari tenaga administrasi, tenaga keuangan, tenaga fungsional, dan tenaga keamanan; e. Peralatan panti sosial yang terdiri dari peralatan penunjang perkantoran, peralatan komunikasi, penerangan, instalasi air dan air bersih, peralatan bantu bagi penerima pelayanan, peralatan penunjang pelayanan teknis; f. Alat transportasi yang terdiri dari alat transportasi perkantoran dan alat transportasi penerima pelayanan; dan g. Sandang dan pangan bagi penerima pelayanan. •
Definisi Panti Sosial Terpadu Pengertian padu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
padat; pejal; kimpal (tt logam dsb); sudah bercampur dan sudah menjadi satu benar; bersatu, bersatu benar-benar (seia sekata, sehidup semati); utuh dan kuat; kompak. Panti Sosial Terpadu sebagai Pusat Komunitas merupakan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
dan
memberdayakan
penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial yang peruntukannya menjadi satu atau setidaknya tidak berada jauh dengan panti sosial yang telah ada.
2.1.4
Kesimpulan Tinjauan Umum Pada perancangan Panti Sosial Terpadu sebagai Pusat Komunitas yang dimaksudkan diatas, maka disimpulkan bahwa Pusat Komunitas ini ditujukkan pada kategori PMKS jalanan, yaitu anak balita terlantar, anak terlantar, anak jalanan, anak nakal, bekas narapidana, gelandangan, pengemis, PSK/WTS, lansia terlantar dan waria. Pusat Komunitas ini akan menjadi pusat komunitas yang termasuk dengan beberapa klasifikasi panti yaitu PSAA, PSBK, PSBR, PSKW, PSMP, PSPA, dan PSTW.
19 2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Organisasi Gubahan Massa D.K.Ching dalam buku “Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan” mengungkapkan terdapat beberapa jenis organisasi-organisasi spasial, yaitu : 1. Organisasi Terpusat Organisasi
ini
merupakan
komposisi
yang
stabil,
terkonsentrasi, yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan mengelilingi suatu ruang sentral yang besar dan dominan. Ruang-ruang sekunder dapat setara satu sama lain dalam hal fungsi, bentuk, dan ukurannya, serta menciptakan konfigurasi keseluruhan secara geometris teratur dan simetris pada dua sumbu atau lebih.
Gambar 2.1 Organisasi Terpusat Setara Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Ruang-ruang sekunder ini bentuk atau ukurannya mungkin berbeda satu sama lain agar dapat merespon kebutuhan individual fungsi, mengekspresikan kepentingan relatifnya, atau mengukuhkan lingkungannya. Pembedaan di antara ruang sekunder memungkinkan bentuk suatu organisasi terpusat merespon kondisi-kondisi lingkungan tapaknya.
Gambar 2.2 Organisasi Terpusat Berbeda Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
20 2. Organisasi Linier Organisasi ini pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat secara langsung terkait satu sama lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier umumnya terdiri dari ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Organisasi ini juga dapat terdiri dari sebuah ruang linier tunggal yang mengorganisir ruang-ruang yang berbeda ukuran,bentuk atau fungsi di sepanjang sisinya.
Gambar 2.3 Organisasi Linier Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Ruang-ruang fungsional atau simbolis penting bagi organisasi dapat berada di manapun di sepanjang sekuen linier dan dipertrgas melalui ukuran dan bentuknya.
Gambar 2.4 Organisasi Linier dengan Ruang Fungsional Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Bentuk organisasi ini pada dasarnya adalah fleksibel dan dengan sigap mampu merespon beragam kondisi tapaknya.
21
Gambar 2.5 Organisasi Linier Fleksibel Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Bentuk melengkung dan tersegmentasi akan menutupi sebuah area ruang eksterior pada sisi cekung serta mengarahkan ruangruangnya ke pusat daerah. Sedangkan pada sisi cembung, bentukbentuk ini seolah menghadap ruang dan mengeluarkannya dari area mereka.
Gambar 2.6 Organisasi Linier Melengkung Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
3. Organisasi Radial Organisasi ini mengombinasikan elemen-elemen organisasi linier maupun terpusat. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan yang darinya menjulur sejumlah organisasi linier secara radial. Apabila organisasi terpusat adalah suatu skema tertutup yang focus terhadap ruang pusat, maka organisasi radial merupakan denah terbuka yang menggapai ke luar dari lingkungannya.
Gambar 2.7 Organisasi Radial Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
22 4. Organisasi Terklaster Organisasi terklaster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Seringkali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang berulang yang memiliki fungsifungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. Pada organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan seperti simetri atau sumbu.
Gambar 2.8 Organisasi Terklaster Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Dikarenakan polanya tidak berasal dari geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa merubah karakternya. Ruang-ruang terklaster dapat diatur mengelilingi sebuah titik akses masuk ke dalam sebuah bangunan ataupun di sepanjang jalur yang melaluinya. Ruang-ruang ini juga dapat tersebar mengelilingi suatu area yang terdefinisi atau volume ruang yang besar. Pola ini serupa
dengan
organisasi
terpusat,
keringkasan dan keteraturan geometris.
namun
kurang
memiliki
23
Gambar 2.9 Perbedaan Organisasi Terpusat dan Organisasi Terklaster Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Pada organisasi ini, nilai kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan melalui ukuran, bentuk, atau orientasi dalam pola tersebut. Suatu kondisi simetri atau aksial dapat digunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian sebuah organisasi terklaster serta membantu mengartikulasikan kepentingan satu atau sekelompok ruang di dalam organisasi tersebut.
Gambar 2.10 Kondisi Aksial dan Simetris Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
5. Organisasi Grid Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga dimensi. Sebuah grid tercipta oleh dua garis sejajar yang menghasilkan suatu
pola
titik
yang
teratur
di
persimpangannya.
Setelah
diproyeksikan ke dimensi ketiga, pola ini kemudian ditransformasikan ke dalam seperangkat unit ruang moduler berulang. Suatu grid dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari
24 keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabil dalam ruang-ruang organisasi grid.
Gambar 2.11 Organisasi Grid Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
Organisasi grid dapat dikurangi, ditambahkan atau dilapisi, dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai sebuah grid. Selain itu, suatu grid juga dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah untuk memenuhi persyaratan khusus. Bagian-bagian grid dapat pula bergeser untuk mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang yang melampaui daerahnya. Sebagian dari grid dapat dipisahkan pula dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya. Selain itu, grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapak.
Gambar 2.12 Klasifikasi Organisasi Grid Sumber : Arsitektur:Bentuk,Ruang, dan Tatanan, 2008
25 Pusat Komunitas PMKS menggunakan gubahan massa dengan organisasi terklaster. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pusat komunitas yang menjadi asrama bagi PMKS. Para penghuni pusat komunitas membutuhkan suasana yang lebih dinamis agar mereka tidak jenuh tinggal dalam jangka waktu tertentu dan sekaligus memberikan suasana yang tidak monoton.
2.2.2
Sustainability Architecture James Steele (1997) mengatakan bahwa, desain berkelanjutan dalam arsitektur memiliki arti desain yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan
kemampuan
generasi
mendatang,
dalam
memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. Penerapan arsitektur berkelanjutan diantaranya:
1. Dalam efisiensi penggunaan energi: a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik. b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air conditioner). c. Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya. d. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestik. e. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2. Dalam efisiensi penggunaan lahan: a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
26 b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding ,dan sebagainya. c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan. d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar. e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?
3. Dalam efisiensi penggunaan material : a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan. b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama. c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
4. Dalam penggunaan teknologi dan material baru : a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.
27 b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
5. Dalam manajemen limbah : a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan, membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.
Dalam hal ini, perancangan Pusat Komunitas akan menerapkan sustainable architecture dalam efisiensi penggunaan energi, khususnya pemanfaatan penghawaan alami dan penggunaan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya yang mengacu pada perancangan pasif.
2.2.3
Penghawaan Alami Penghawaan merupakan pertukaran antara udara luar dengan udara dalam ruangan. Hal ini bisa saja terjadi dengan menggunakan penghawaan buatan ataupun penghawaan alami. Kebutuhan energi untuk penghawaan buatan ternyata bisa mencapai 60-70% dari total biaya energi, sehingga mengacu pada sustainable design maka penghawaan alami lebih baik diterapkan pada bangunan semaksimal mungkin. Orientasi bangunan dapat dipengaruhi oleh penyinaran langsung dari dinding, dimana arah Timur paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya,1980, Pasal-pasal Fisika Bangunan). Bangunan persegi menciptakan eddy yang konsisten (gambar 2.13), sedangkan bentuk massa bangunan yang tidak bersudut (gambar 2.14) dapat memungkinkan aliran udara bergerak melalui selubung bangunan tanpa adanya tabrakan yang menyebabkan bayangan angin (leeward).
28
Gambar 2.13 Orientasi Bangunan Persegi Terhadap Arah Angin Sumber : Controlling Air Movement, 1987
Gambar 2.14 Orientasi Bangunan Silinder Terhadap Arah Angin Sumber : http://www.archinomy.com, diakses tanggal 20 April 2014
Bayangan angin (leeward)dapat diperoleh dari dimensi dan bentuk bangunan seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.15 Pengaruh Dimensi dan Bentuk pada Bayangan Angin Sumber : Controlling Air Movement, 1987
Konfigurasi pada bangunan juga berpengaruh terhadap aliran angin. Pola peletakan massa bangunan yang menyebar (gambar 2.16) dapat membuat aliran angin lebih merata dan tidak berada pada daerah bayangan angin. Sedangkan peletakan bangunan secara sejajar (gambar 2.17) akan menimbulkan turbulensi.
29
Gambar 2.16 Aliran Udara pada Bangunan Sumber : Controlling Air Movement, 1987
Gambar 2.17 Pola Berjajar akan Menimbulkan Turbulensi Sumber : Controlling Air Movement, 1987
Dr.
Ir.
M.
Syarif
Hidayat
M.Arch
dalam
“Arsitektur
Tropis”menjelaskan bahwa, peranan-peranan penghawaan dan alir udara di dalam bangunan yaitu: - Untuk memenuhi persyaratan kesehatan; - Untuk menghasilkan kenyamanan termal; - Untuk mendinginkan struktur bangunan. Pemenuhan persyaratan kesehatan bermaksud untuk memberikan oksigen yang cukup untuk pernafasan bangunan, serta mencegah kenaikan kadar kandungan karbondioksida dan bau pada ruangan. Standar luasan bukaan yang ditetapkan oleh “SNI Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung”, jendela, bukaan, pintu dan sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai dari ruangan yang diventilasi. Dr.Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch dalam “Arsitektur Tropis”, mengjelaskan bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi corak aliran udara di dalam sebuah ruangan : - Distribusi (curah) tekanan di sekeliling bangunan - Inersia udara yang bergerak Keadaan topografi, tumbuh-tumbuhan, objek-objek tiga dimensi seperti bangunan dan tembok akan menyebabkan distribusi (curah) tekanan di sekeliling dan di luar bangunan berubah. Oleh sebab itu, objek-objek diatas
30 dapat diterapkan untuk memperbaiki distribusi (curah) dan arah atau sebaliknya. Sebagai contoh, pohon-pohon yang rimbun dapat ditanam pada jarak yang sesuai agar angin yang mengarah ke tempat yang diinginkan.
Gambar 2.18 Arah Angin oleh Pohon-pohon Sumber : http://kk.mercubuana.ac.id/ , diakses tanggal 25 Maret 2014
Kelajuan udara juga dapat ditingkatkan sekiranya angin diarahkan melalui dua deretan pokok sebelum masuk ke dalam bangunan.
Gambar 2.19 Pengaruh Pengarahan untuk Meningkatkan Kelajuan Sumber : http://kk.mercubuana.ac.id/ , diakses tanggal 25 Maret 2014
Berikut merupakan proses yang terjadi pada pepohonan terhadap kelembaban udara :
Gambar 2.20 Proses Aliran Angin pada Pepohonan Sumber : Controlling Air Movement, 1987
Menurut Bapak Tri Harso Karyono (Pohon sebagai penyejuk dan pembersih udara kota,dimensi arsitektur, vol 10, No.1, Januari 2002, p62-65) “Pohon di sekeliling bangunan mampu menurunkan suhu udara sekitar hamper 3° C dan penggunaan AC berkurang sekitar 30% karena secara teori
31 penurunan sekitar 1°C setara dengan pengurangan energi 10 %. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat ruang terbuka di sekitar bangunan yang ditanami pohon pelindung, jalan masuk kendaraaan serta halaman parkir terlindung dari radiasi matahari.” Disamping dua faktor tersebut, terdapat juga faktor-faktor geometri, berikut merupakan faktor-faktor menurut Dr.Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch dalam“Arsitektur Tropis” :
a. Orientasi Jendela Berdasarkan beberapa kajian, angin dengan arah 45 derajat terhadap bukaan akan bertindak memenuhi seluruh ruangan dengan peningkatan kelajuan pada sisi dinding dan pada penjuru ruangan. Penghawaan yang lebih baik dicapai jika terjadi pertukaran udara dari dalam ke luar secara terus menerus. Oleh karena itu, orientasi masuknya angin lebih fleksibel dari orientasi panas matahari yang agak spesifik dan sekat dalam ruang dapat digunakan tetapi harus dapat menghasilkan penghawaan yang baik.
b. Ukuran Jendela Sebuah ruangan setidaknya mempunyai bukaan dengan penghawaan silang
yang
baik,
kelajuan
udaranya
dapat
dikendalikan
dengan
menambahkan ukuran jendela. Dengan memperbesar bukaan masuk dan keluar secara serentak, kelajuan udaranya juga akan bertambah.
c. Penghawaan Silang Penghawaan silang dapat dipenuhi dengan menghubungkan ruang pada bagian hembusan dan tekanan angin. Lazimnya bukaan pada dua sisi dinding yang berlawanan diperlukan untuk melakukan penghawaan silang. Namun dalam keadaan sebenarnya, mungkin saja tidak dapat disediakan bukaan pada sisi yang berlawanan karena susunan ruang yang tidak memungkinkan. Bagaimana pun juga, penghawaan silang masih berlaku dengan menyediakan dua bukaan pada sisi yang sama dengan syarat aliran angin pada
32 arah oblik. Penghawaan yang lebih baik dapat dicapai dengan melengkapkan kedua jendela dengan unjuran/tonjolan tegak (gambar 2.9).
Gambar 2.21 Menggunakan Penghawaan Silang pada Satu Sisi Sumber : http://kk.mercubuana.ac.id/ , diakses tanggal 25 Maret 2014
Oleh karena itu, penghawaan silang masih dapat dicapai oleh bangunan yang memiliki satu bagian dinding luar, dengan syarat aliran angin harus pada arah oblik antara 20-30 derajat dan bukaan ditambah drngan unjuran/tonjolan menegak tetapi tidak terlalu panjang sehingga mengganggu aliran jendela yang lain. Beberapa alternatif dapat digunakan untuk mendapatkan penghawaan alami yang maksimal seperti pada gambar 2.10 yang menjelaskan simulasi perputaran angin dalam ruangan
Gambar 2.22
Perputaran Angin dalam Ruangan Sumber : Climate Responsive Architecture, 2001
Penghawaan alami butuh inlet dan outlet sehingga dapat dinamakan pengudaraan. Sebisa mungkin outlet harus lebih besar daripada inlet agar terjadi pertukaran dan udara akhirnya mengalir. Mengubah posisi outlet tidak
33 dapat merubah kecepatan angin, namun merubah posisi inlet dapat merubah arah angin pada ruangan.
Gambar 2.23 Perubahan Posisi Inlet dan Outlet Sumber : Climate Responsive Architecture, 2001
d. Lokasi Jendela secara Menegak Kedudukan jendela secara menegak dan rancangan bukaan masuk lebih kritikal dari bukaan keluar, karena ia menentukan corak aliran angin yang akan masuk ke dalam ruangan. Ketinggian ambang jendela menentukan angin akan bertiup pada zona hunian atau sebaliknya. Sekiranya ambang jendela terlalu tinggi akan membuat angin tidak bertiup pada seluruh zona hunian.Begitu juga dengan jenis jendela, pilihan jenis jendela dibuat sebaiknya berdasarkan keperluan. Contohnya, jendela nako yang dapat menyalurkan angin pada arah yang diinginkan dengan mengubah bilahbilahnya (gambar 2.12).
Gambar 2.24 Aliran Udara yang Dapat Diatur Sumber : http://kk.mercubuana.ac.id/ , diakses tanggal 25 Maret 2014
e. Tipe atau Jenis Bukaan
34 Tipe atau jenis jendela yang berbeda dan dengan arah bukaan yang berbeda akan mempengaruhi gerak udara dalam ruang dan efektivitas dalam mengalirkan udara masuk dan keluar (gambar 2.13).
Gambar 2.25 Jenis Bukaan Sumber : Windows: Performance, Design, and Installation, 1974
f. Sekat dan Pembagian Ruang Dalam Apabila lebar bangunan melebihi lebar sebuah ruangan, penghawaan setiap ruang lazimnya bergantung dengan ruang lainnya. Masalah ini dapat diatasi dengan meletakkan ruangan yang lebih besar menghadap arah angin dan ruangan yang lebih kecil pada bagian belakangnya.
Gambar 2.26 Susunan Ruang yang Optimum Sumber : http://kk.mercubuana.ac.id/ , diakses tanggal 25 Maret 2014
2.2.4
Kesimpulan Tinjauan Khusus Berdasarkan
pembahasan
pada
tinjauan
khusus,
pusat
komunitasmenerapkan organisasi terkluster dan menggunakan metode penghawaan alami yang sesuai dengan standarisasi kesehatan, selain itu metode yang digunakan secara pasif yaitu dengan orientasi dan bentuk massa, bukaan, dan penghawaan silang.
2.3
Studi banding Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya Kedoya Panti ini berada di Jl. Puri Kembangan No. 2 Jakarta Barat, memiliki luas tanah 25.764 m2 (satu lahan dengan PSBKW Harapan Mulia) dan luas bangunan 2.377 m2. Panti ini menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan
35 sosial dan pembinaan sosial hasil penertiban PMKS jalanan. Jenis Pelayanan yang ada meliputi perawatan / penampungan sementara, pembinaan fisik, mental & sos Bimlat Kesehatan dan gizi, kesejahteraan sosial. Fasilitas yang terdapat di panti ini antara lain : - Ruang tunggu - Ruang pelayanan - Kantor, meliputi : Ruang Kepala Panti Ruang Seksi Ruang TU Ruang pekerja Ruang Bendahara - Ruang Rapat Pimpinan - Poliklinik - Ruang Dokter - Ruang Psikolog - Ruang Psikiater - Ruang penampungan atau asrama (orang gila, wanita+waria, pria, jompo) - Gudang - Dapur - Ruang Kunjungan Keluarga - Kamar Staf - Aula dan lapangan olahraga - Ruang Pendataan
36
Gambar 2.27 Ruang-ruang PSBI Bangun Daya Kedoya Sumber : Dokumentasi Pribadi
Panti Sosial Bina Karya Wanita (PBSKW) Harapan Mulia Panti ini berada di Jl. Puri Kembangan No. 3 Jakarta Barat, memiliki luas tanah 25.764 m2 (satu lahan dengan PSBI Bangun Daya Kedoya) dan luas bangunan 5.467 m2. Panti ini menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi Wanita Tuna Susila hasil penertiban meliputi bimbingan mental, sosial dan pelatihan keterampilan dalam rangka kemandirian. Disamping itu menyelenggarakan kegitan resosialisasi Warga Binaan Sosial (WBS) yang meliputi : Identifikasi dan Asesmen, pelatihan serta penyaluran dan pembinaan lanjut.
37 Fasilitas yang terdapat di panti ini antara lain : - Asrama / wisma - Poliklinik - Ruang makan - Pendopo - Ruang identifikasi - Aula serbaguna - Mushola - Lapangan - Kolam ikan
Gambar 2.28 Ruang-ruang PSBKW Harapan Mulia Sumber : www.dinsosdki.org,diakses tanggal 22 Maret 2014
Maritime Youth House Bangunan ini berada di Sundby Harbour, Copenhagen, Denmark. Bangunan ini memiliki luas 2.000 m2. Program yang dilaksanakan yaitu berupa sailing club dan youth house with play area. Bangunan yang
38 diperuntukan bagi anak-anak dan remaja ini memanfaatkan kontur sebagai kelebihan yang difungsikan sebagai lahan bermain. Fasilitas yang terdapat pada bangunan ini adalah amphitheater, dapur, storage, campfire,kolam ikan, dan taman.
Gambar 2.29 Maritime Youth House Sumber : www.architecturenewsplus.com,diakses tanggal 13 April 2014 Baxter Community Center
Bangunan ini bertujuan untuk menanggapi kebutuhan manusia melalui program-program yang efektif dan kemitraan yang mencakup pemenuhan kebutuhan mendesak, membantu individu untuk bertanggung jawab, produktif dan mandiri, serta menegaskan kualitas positif pada individu dan masyarakat. Program dan layanan pada bangunan ini meliputi Child development center, klinik kesehatan, marketplace, dan mentoring.
39
Gambar 2.30 Baxter Community Center Sumber : www.baxtercommunitycenter.org,diakses tanggal13 April 2014
Berdasarkan studi banding yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa pusat komunitas setidaknya memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh orang banyak dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas individu penggunanya, dalam hal fisik,mental, maupun spiritual.
40 2.4
Kerangka Berpikir
Gambar 2.31 Diagram Kerangka Berpikir Sumber : Hasil Olahan Pribadi (2014)