BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Konseptual 2.1.1 Definisi Bank Pengertian bank menurut (Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1992 Perbankan dan telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998) didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut dalam (Ikatan Akuntan Indonesia), bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang mempunyai dana serta memperlancar lalu lintas pembayaran.
2.1.2 Tingkat Kesehatan Bank Mengacu pada (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013) yang mencakup prinsip berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas atau signifikansi, dan komprehensif dan terstruktur. Dengan penjelasannya: 1. Berorientasi risiko Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi kinerja bank saat ini atau dimasa mendatang. Karena penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan dampaknya adalah pada kinerja bank keseluruhan. Karena itu bank diharapkan mampu melihat lebih dini permasalahan yang akan timbul dan mengambil langkah pencegahan maupun perbaikan. 2. Proporsional Indikator yang digunakan pada faktor penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Indikator dalam surat edaran ini hanya sebagai standar minimum yang wajib digunakan. Tetapi bank dapat menggunakan indikator tambahan sesuai dengan karakteristik usahanya sehingga dapat mencerminkan kondisi bank dengan lebih baik. 7
8 3. Materialitas dan signifikansi Penentuan materialitas dan signifikansi didasarkan pada analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan kinerja bank dengan memperhatikan tingkat kesehatan bank dari Profil Risiko, GCG, Rentabilitas, dan Permodalan. Signifikansi penilaian indikator pada masingmasing faktor menyimpulkan hasil penilaian dan peringkat faktor. 4. Komprehensif dan terstruktur Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan atar faktor serta perusahaan anak yang wajib di konsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan ntuk menunjukkan tingkat permasalahan atau trend yang sedang dihadapi.
2.1.3 Fungsi Perbankan Fungsi pokok bank umum sebagai lembaga intermediasi antara lain (Latumaerissa, 2007:135-136): a. Agent of trust Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia perbankan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus didasari rasa percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing-masing bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan dananya di bank yang bersangkutan. Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah keamanan dana masyarakat yang ada di setiap bank. Sebaliknya bank dalam kedudukannya sebagai kreditur yaitu pihak yang memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atau pihak borrower, dalam menjalankan aktivitas kredit sebagai core business-nya harus merasa yakin dan percaya terhadap calon penerima kredit atau debitur. Selain itu aspek kepercayaan juga berkaitan dnegan kemampuan nasabah untuk membayar kembali pinjaman yang telah diterimanya, baik cicilan bunga maupun pengembalian pokok pinjaman.
9 b. Agent of development Fungsi ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran transaksi eonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi yaitu kegiatan produksi, kegiatan distribusi, dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Kegiatan produksi dilakukan untuk menambah nilai guna barang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan distribusi berkaitan dengan kegiatan menyalurkan barang yang telah diproduksi dari produsen kepada konsumen dengan mengunakan saluran distribusi yang tersedia. Kegiatan konsumsi adalah tindakan untuk mengurangi nilai guna dari suatu barang. Semua kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, alat kesatuan hitung, dan alat pertukaran. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga keuangan tentu mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga aspek ini bank berfungsi untuk menjembatani semua kepentingan pelaku ekonomi dalam transaksi ekonomi yang dilakukan. c. Agent of service Sebagai bank, disamping memberikan pelayanan jasa keuangan sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga turut serta dalam memberikan jasa pelayanan yang lain seperti jasa transfer, jasa kotak pengaman (safety box), jasa penagihan, atau inkaso (collection) yang saat ini telah mengalami perubahan dengan nama city clearing. Dengan pemahaman ini maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya bank tidak hanya dipahami dalam kedudukannya sebagai lembaga intermediasi sematamata, tetapi memiliki fungsi-fungsi lainnya.
2.1.4 Pengelompokkan Bank Umum Berdasarkan UU Pokok Perbankan lama No.14 tahun 1967, yang telah diperbaharui dengan UU Pokok Perbankan No. 7 tahun 1992, dan telah direvisi dengan UU No.8 tahun 1998, maka bank umum sebagai salah satu bagian dari sistem perbankan Indonesia, dapat dilihat dari status kepemilikan (Latumaerissa, 2007: 135136):
10 Status kepemilikan: 1. Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, sebagai contoh: BNI, BRI, Bank Mandiri. 2. Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/atau badan-badan hukum di Indonesia, sebagai contoh: BCA, Bank Permata, Bank Panin, dan lain sebagainya. 3. Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional yang ada di Indonesia. Selain itu, menjalankan operasinya di lima kota besar di Indonesia, sebagai contoh: Citibank, HSBC, Commonwealth, Bank ANZ, dan lain sebagainya. 4. Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannnya berdasarkan peraturan daerah provinsi, sebagai contoh: Bank Jatim, Bank Jabar, dan lainlain. 5. Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, sebagai contoh: Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank, Bank OCBC NISP, dan lain sebagainya.
2.1.5 Kebangkrutan Menurut (Ashari, 2005:12) bahwa faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan
perusahaan
meliputi:
Manajemen
yang
tidak
efisien
akan
menyebabkan kerugian yang sangat besar dan terus-menerus yang pada akhirnya perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Menurut (Ashari, 2005:12) bahwa ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang tidak digunakan terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini bisa membentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham.
11 Sedangkan,
faktor
eksternal
yang
bisa
menyebabkan
kebangkrutan
perusahaan adalah telalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan aktiva yang menganggur yang tidak memberikan penghasilan dan hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
2.2 Laporan Keuangan Setiap perusahaan pasti mempunyai laporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Menurut (Munawir, 2009), laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan pada suatu bank di periode tertentu. Secara umum ada empat jenis laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Namun hanya dua jenis laporan keuangan yang umum digunakan yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan merupakan analisis kondisi keuangan bank yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban, dan modal dari bank pada saat tertentu. Neraca biasanya dibuat pada akhir tahun pembukuan (31 Desember). Sedangkan, laporan laba rugi menggambarkan jumlah pendapatan dan biaya dari bank pada saat tertentu. Sama dengan neraca, laporan laba rugi dibuat pada akhir tahun pembukuan (31 Desember). Dalam laporan laba rugi, disusun jumlah pendapatan dan jumlah biaya yang terjadi selama satu tahun. Apabila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka perusahaan mengalami kerugian, sedangkan jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya maka perusahaan menghasilkan laba (Munawir, 2009:309).
2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut (Munawir, 2009:309), tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum sebagai berikut: 1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada waktu tertentu. 2) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
12 3) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. 4) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
2.3 Analisis Rasio Keuangan 2.3.1 Teknik Analisis Rasio Keuangan Mengacu pada (J., 2006: 54-56) pun menyatakan hal yang hampir sama, cara untuk melakukan perbandingan rasio keuangan yaitu dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan pada waktu yang sama dengan perusahaan lainnya (crosssectional analysis); membandingkan rasio keuangan perusahaan sekarang dengan rasio perusahaan pada waktu-waktu sebelumnya (time-series analysis); dan combined analysis yaitu mengkombinasikan teknik cross-sectional analysis dan time-series analysis.
2.4 Komponen RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) Berdasarkan (Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011) yang sebagaimana telah diatur dalam (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013) tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, disebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan profil risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earning), dan permodalan (capital), dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013) dijelaskan mengenai perhitungan berdasarkan metode RGEC untuk mengukur kinerja dan tingkat kesehatan bank, berikut faktor-faktor penilaiannya: a) Risk Profile (Profil Risiko) (Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011) ayat penilaian terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional Bank yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu: 1. Risiko Kredit Risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan atau gagal bayar dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya atau keduanya. Risiko kredit bersumber dari berbagai
13 aktivitas bisnis bank. Pada sebagian besar, bank memberikan kredit merupakan sumber risiko kredit yang terbesar. Risiko kredit dapat meningkat karena adanya penyediaan dana antara lain pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko kredit bank dapat diukur oleh Non Performing Loan (NPL). Rumus:
Menurut (Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015), kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL adalah 5%, apabila melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. 2. Risiko Pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif yang diakibatkan perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar terdiri dari risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.
3. Risiko Operasional Risiko disebabkan adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, serta problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional terdiri dari sumber daya manusia (SDM), proses internal, sistem, infrastruktur, dan kejadian eksternal. 4. Risiko Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau yang sudah jatuh tempo. Misalnya, seberapa banyak bank memberikan kredit kepada nasabah dan bank mampu mengimbangi dengan memenuhi kewajiban bank untuk mengembalikan uang nasabah yang telah digunakan bank untuk
14 memberikan kredit. Likuiditas bank dapat diukur oleh Loan Deposit Ratio (LDR). Ketidakmampuan memperoleh sumber pendanaan arus kas sehingga menimbulkan risiko likuiditas dapat disebabkan antara lain: 1) Ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari aset produktif maupun yang berasal dari penjualan aset termasuk aset likuid. 2) Ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari penghimpunan dana, transaksi antar bank, dan pinjaman yang diterima. Rumus:
Menurut (Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013), kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio LDR pada tingkat 78%-92%. 5. Risiko Strategik Risiko strategik diakibatkan ketidaktepatan dalam pengambilan dan pelaksanaan
suatu
keputusan
stratejik,
serta
kegagalan
dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Risiko stratejik terdiri dari kelemahan dalam proses formulasi strategi, ketidaktepatan dalam perumusan strategi, sistem informasi manajemen yang kurang memadai, hasil analisa lingkungan internal dan eksternal yang kurang memadai, penetapan tujuan stratejik yang terlalu agresif, ketidaktepatan dalam implementasi
strategi,
serta
kegagalan
mengantisipasi
perubahan
lingkungan bisnis. 6. Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan disebabkan bank yang tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Risiko kepatuhan terdiri dari perilaku hukum yakni perilaku atau aktivitas bank yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta perilaku organisasi yaitu perilaku atau aktivitas bank yang menyimpang atau bertentangan dari standar yang berlaku.
15 7. Risiko Hukum Risiko hukum diakibatkan tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis. Risiko hukum terdiri dari kelemahan aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh bank, ketiadaan dan perubahan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah dilakukan bank menjadi tidak sesuai dengan ketentuan yang akan ada, dan proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap bank maupun bank terhadap pihak ketiga. 8. Risiko Reputasi Risiko
reputasi
diakibatkan
menurunnya
tingkat
kepercayaan
pemangku kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Risiko reputasi terdiri dari berbagai aktivitas bisnis bank sebagai berikut: 1) Kejadian-kejadian yang telah merugikan reputasi bank, misalnya pemberitaan negatif di media massa, pelanggaran etika bisnis, dan keluhan nasabah. 2) Hal-hal lain yang dapat menyebabkan risiko reputasi, misalnya kelemahan-kelemahan pada tata kelola, budaya perusahaan, dan praktik bisnis bank. b) Good Corporate Governance (GCG) Penilaian terhadap faktor GCG dalam pendekatan RGEC didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Dengan menganalisis laporan Good Corporate Governance berdasarkan atas sebelas aspek penilaian yang mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank Umum (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013) yang terdiri dari: a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; d. Penanganan benturan kepentingan; e. Penerapan fungsi kepatuhan; f. Penerapan fungsi audit intern; g. Penerapan fungsi audit ekstern; h. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;
16 i. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures); j. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan GCG, dan pelaporan internal; dan k. Rencana strategis Bank.
Tabel 2.1 Matriks Nilai Komposit GCG Nilai komposit
Predikat komposit
<1.5
Sangat baik
1.5 ≤ nilai komposit < 2.5
Baik
2.5 ≤ nilai komposit <3.5
Cukup baik
3.5 ≤ nilai komposit < 4.5
Kurang baik
4.5 ≤ nilai komposit < 5.0
Tidak baik
Sumber: (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013)
Tabel 2.2 Matriks Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan GCG Peringkat
Penjelasan
PK 1
Mencerminkan Kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan factor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.
PK 2
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
17 Tabel 2.2 Matriks Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan GCG Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat menggangu kelangsungan usaha Bank. PK 4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktorfaktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta menggangu kelangsungan usaha bank. PK 5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atatu sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank. Sumber: (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013) PK 3
Peringkat faktor GCG ditetapkan dalam lima peringkat, yaitu peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapa GCG yang lebih baik. Bagi Bank yang memperoleh Peringkat GCG 3, 4, atau 5 wajib menyampaikan action plan. Action plan disampaikan sesuai dengan tata cara penyampaian sebagaimana diatur dalam PBI tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Namun, Bank dapat menyampaikan action plan lebih awal, bersamaan dengan penyampaian Laporan Penilaian (self assessment) pelaksanaan GCG secara individual.
c) Earnings (Rentabilitas) Rentabilitas bank dapat dinilai dari faktor Return on Assets (ROA) bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba sebelum pajak yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan. Rumus:
18
Menurut (Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004) standar yang paling baik untuk ROA dalam ukuran bank-bank Indonesia minimal 1,5%. Semakin besar ROA semakin pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik posisi bank tersebut. Rumus:
Menurut (Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004) standar yang paling baik untuk NIM dalam ukuran bank-bank Indonesia minimal 5%. Semakin besar NIM semakin pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik posisi bank tersebut.
d) Capital (Permodalan) Peraturan bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 pasal 7 ayat 4 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. (Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013) pasal 2 ayat 3 meliputi penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah sebesar 8%. Rumus:
Metode RGEC ini digunakan untuk menilai kesehatan bank dengan menghitung beberapa aspek seperti: Risk Profile akan menghitung faktor-faktor risiko perusahaan dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposite Ratio (LDR), good corporate governance (GCG) yang diperoleh dari hasil penerapan GCG dalam perusahaan, earnings menggunakan rasio Return on Assets (ROA), dan capital dengan menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
19 2.5 Variabel Judul skripsi yang ingin dianalisa adalah “Analisa Penggunaan RGEC Terhadap Tingkat Kesehatan Sektor Perbankan (Studi Kasus Bank Terbuka Periode 20122014)”. Variabel independen terhadap judul skripsi adalah RGEC, sedangkan variabel dependen adalah Tingkat Kesehatan Sektor Perbankan.
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya bertujuan sebagai dasar acuan penulis dalam menyusun laporan penelitian sehingga terlihat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian sesudahnya. Penelitian sebelumnya juga harus memberikan informasi yang akurat sehingga hasil penelitiannya mempunyai kontribusi terhadap pengembangan ilmu yang berkaitan dengan penelitian dalam topik yang sama. Oleh karena itu, penulis mengumpulkan jurnal yang berhubungan dengan penggunaan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) sebagai literatur untuk mempermudah dalam proses penulisan laporan penelitian. Penelitian ini disertai jurnal nasional penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan RGEC. Jurnal tersebut adalah: 1. Penelitian pertama berjudul ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC (RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL) – (Studi pada PT BANK RAKYAT INDONESIA,Tbk Periode 2011-2013). Hasil penelitian ini memaparkan bahwa penggunaan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) tingkat kesehatan BRI pada tahun 2011-2013 secara keseluruhan dapat dikatakan bank yang sehat. Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan dengan baik. Faktor Good Corporate Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan tata kelola perusahaan dengan sangat baik. Faktor Earnings atau Rentabilitas yang penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini menandakan bertambahnya
jumlah
aset
yang
dimiliki
BRI
diikuti
dengan
bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BRI. Dengan menggunakan indikator CAR, peneliti membuktikan bahwa BRI memiliki faktor Capital yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Hasil
20 tersebut
diperoleh
berdasarkan
penelitian
mendalam
dengan
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. 2. Penelitian kedua berjudul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC (RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL) – (Studi pada PT Bank Sinar Harapan Bali Periode 2010-2012).” Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis rumus NPL Bank Sinar tahun 2011 mengalami peningkatan tiap tahunnya 2010 = 1,73%, 2011 = 1,94%, dan 2012 = 1,81%. Sementara resiko pasar dengan melihat IRR mengalami penurunan di tahun 2010 dari 0,028 % menjadi 0,022% di tahun 2011, dan meningkat di tahun 2012 menjadi 1,909%, dan Resiko likuiditas dengan menggunakan dua rasio yaitu LDR dan LAR, mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Sinar memiliki profitabilitas yang bagus terhadap pengembalian kembali dana pihak ketiga. GCG Bank Sinar juga memiliki manajemen yang sangat bagus yang terbukti dari tahun 2010 – 2012 menunjukkan predikat komposit baik dengan penentuan matriks penilaian bank sehat berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13 dan predikatnya adalah baik seluruh nilai komposit tersebut masih berada dalam aturan lebih besar atau sama dengan (≤) 1.5. Jika dilihat dari CAR, Bank Sinar berada pada peringkat 2 hal tersebut menunjukkan bahwa Bank Sinar sebagai Bank umum memiliki tingkat kesehatan yang wajar. 3. Penelitian ketiga berjudul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2012.” Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2012 dengan metode RGEC, yang meliputi penilaian terhadap faktor Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Teknik penilaian yang digunakan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 dengan pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank
21 BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2011- 2012, dengan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa laporan tahunan bank yang dipublikasikan di www.idx.co.id Hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan pada Bank yang dijadikan sampel selama periode tahun 2011-2012 secara keseluruhan memiliki predikat Sangat Sehat. 4. Penelitian keempat berjudul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC (Studi pada PT. BRI, Tbk dan PT. BRI Syariah Periode 2011-2013).” Penelitian ini memakai penelitian deskriptif. Analisis data yang dipakai yaitu menghitung risk profile terdiri dari risiko kredit dan risiko likuiditas, Good Corporate Governance, Earnings terdiri dari Return on Assets dan Net Interest Margin, serta rasio permodalan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kinerja PT. BRI, Tbk dan PT. BRI Syariah periode 2011-2013 secara keseluruhan sehat. Jika dilihat lebih rinci tingkat efisiensi yang tinggi yang dilakukan oleh BRI pada rasio NPL, ROA, NIM dan CAR serta self assesment GCG dibandingkan BRI Syariah sedangkan pada rasio LDR/FDR BRI Syariah lebih unggul dibandingkan BRI. 5. Penelitian kelima berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN KESEHATAN BANK
BUMN
KONVENSIONAL
DI
INDONESIA
DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RGEC.” Penelitian yang dilakukan pada empat bank BUMN dari tahun 2009-2012 dengan metode deskriptif komparatif. Dan hasilnya adalah rasio bank ROA dan CAR posisi keempat karena pemerintah menunjukkan sebuah bank yang sangat sehat. Di sisi lain, Bank Mandiri, Bank BNI'46, dan Bank BRI memiliki LDR dan rasio NPL lebih baik dari BTN. Self assessment hasil GCG menunjukkan empat bank-bank BUMN telah berhasil diterapkan GCG sangat baik.
22