BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu asal kata manus yang artinya tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Artinya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2011). Jadi pengertian manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuantujuan organisasional maksud yang nyata.
2.2 Pemasaran Menurut Kotler (2005), pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana masing-masing individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai bagi pihak lain. Menurut Basu dan Hani (2005:4) Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Jadi pemasaran adalah suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Maksud dari pengertian itu adalah manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan.
2.3 Packaging (kemasan) 2.3.1 Pengertian Kemasan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemasan berasal dari kata dasar kemas yang berarti bungkus, teratur, rapi, bersih, beres sedangkan bungkus berarti sesuatu yang dipakai untuk membalut atau menutup – kata bantu bilangan untuk benda atau sesuatu yang dibalut (dengan kertas, daun, plastik, dan sebagainya).(KBBI) Jadi kemasan adalah pelindung suatu benda dan pembungkus suatu benda yang dapat melindungi benda dari benturan-benturan.
2.3.2 Fungsi Kemasan Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut. 1. Faktor Pengamanan Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan pada barang, misalnya: cuaca, sinar, jatuh, tumpukan, kuman, serangga, dan lain-lain. 2. Faktor Ekonomi Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. 3. Faktor Pendistibusian Mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor atau pengecer, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. 4. Faktor Komunikasi Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat. 5. Faktor Ergonomi Berbagai Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka, dan mudah diambil/dihabiskan isinya.
6. Faktor Estetika Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, dan tata letak, untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. 7. Faktor Identitas Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan membedakannya dengan produk-produk yang lain. Seluruh faktor fungsional ini sama penting satu dengan lainnya dan merupakan satu kesatuan yang sangat vital untuk mendukung keberhasilan penjualan. Apalagi sekarang ini dengan adanya pola perdagangan modern, khususnya metode penjualan swalayan yang menuntut produk untuk dapat menjual sendiri, penjualan maksimum tidak akan tercapai apabila secara keseluruhan penampilan produk tersebut tidak dibuat semenarik mungkin (Wirya, 2005) Dapat simpulkan bahwa pentingnya fungsi kemasan terhadap sebuah produk adalah salah satu faktor terhadap identitas dari produk yang di kemas.
2.3.3 Faktor-faktor Dalam Kemasan Kotler (1999:227) menyimpulkan “ada tiga perangkat mencakup bahan dalam kemasan”. 1. Kemasan primer adalah wadah langsung bagi produk. 2. Kemasan sekunder adalah bahan yang melindungi kemasan primer dan kemudian di buang bila produk akan di pakai. 3. Kemasan pengiriman yaitu kemasan yang penting menyimpan, identifikasi dan transportasi. Penelitian yang dilakukan Kuvykaite et al., 2009 (dalam Kotler: 2003) “Ada enam faktor yang penting dalam mempengaruhi kemasan size, form, material, colour, text, brand. Teori tersebut didukung oleh (Wirya 1999) yang menyimpulkan elemen kemasan sebagai berikut: 1. Warna (colour): Konsumen melihat warna jauh lebih cepat dari pada melihat bentuk atau rupa, dan warnalah yang pertama kali produk dipajangkan. Ada beberapa fungsi warna dalam kemasan yaitu: Untuk
identifikasi, untuk menciptakan suatu citra dan untuk meningkatkan daya beli. 2. Bahan (material): Terdapat beberapa macam bahan yang digunakan untuk kemasan, diantaranya: Kertas, botol, aluminium foil, plastik dan logam. 3. Bentuk (form): Bentuk kemasan merupakan pendukung utama terciptanya seluruh daya tarik visual. Bentuk biasanya ditetukan oleh sifat
produknya,
pertimbangan
mekanis,
kondisi
penjualan,
pertimbangan pemajagan dan cara penggunaan. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah kemasan: bentuk kemasan yang sederhana, suatu bentuk yang teratur mempunyai daya tarik yang lebih, suatu bentuk yang seimbang, bentuk kemasan yang mudah terlihat. 4. Ukuran (size): Ukuran kemasan tergantung pada jenis produk yang dibungkusnya, baik untuk ukuran panjang, lebar, maupun tipis dan tebalnya kemasan. 5. Logo (brand): Merek dagang atau logo perusahaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemasan contohnya komunikatif, identitas simbol. 6. Topografi (text): Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan-pesan kita untuk menjelaskan produk yang di tawarkan sekaligus menyerahkan konsumen untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Dengan adanya desain kemasan yang mempunyai ciri khas yang kuat serta dilakukan secara konstan, produk bersangkutan akan mudah diingat oleh calon konsumen. Cara ini sekaligus merupakan alat untuk mempertahankan produksi dari persaingannya dengan produk-produk lain. Dalam banyak hal, penjualan tergantung pada citra yang diciptakan oleh suatu kemasan (Danger, 1992:4). Dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor dalam kemasan mempengaruhi semuanya mulai dari ukuran, jenis bahan,logo dan lain-lain semua itu di jadikan jadi satu agar kemasan terlihat lebih bagus dan juga bisa melindungi produk yang ada di dalam kemasan tersebut.
2.4 Presepsi Harga 2.4.1 Definis Harga Harga merupakan jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya (Basu Swastha & Irawan, 2005:241) Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang”. (Buchari Alma, 2002 : 125) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa (Henry Simamora, 2002 : 74) Menurut David W. Cravens yang diterjemahkan oleh Lina Salim (1996:52) harga mempengaruhi kinerja keuangan dan juga sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan penentuan posisi merek. Harga menjadi suatu ukuran tentang mutu produk bila pembeli mengalami kesulitan dalam mengevaluasi produk-produk yang kompleks. Menurut Tjiptono (2002), Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Menurut Bearden (2007, p243), harga adalah sejumlah uang yang pembeli bayarkan kepada penjual untuk ditukarkan dengan produk atau jasa. Menurut Bearden (2007, p363), harga adalah uang atau pertimbangan lain (barang dan jasa) yang ditukarkan dengan kepemilikan atas barang dan jasa. Definisi harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Kotler dan Amstrong (1998:97) berpendapat bahwa ada empat pendekatan dalam penetapan harga yaitu: 1. Strategi harga premium, menghasilkan produk bermutu tinggi dan memasang harga paling tinggi. 2. Strategi ekonomi, menghasilkan produk bermutu rendah dan memasang harga paling rendah. 3. Strategi nilai baik, menghasilkan suatu produk tinggi tetapi dengan harga yang lebih rendah 29
4. Strategi penetapan harga tinggi, menetapkan harga produk tinggi sehubungan dengan produk tinggi, namun untuk jangka panjang produk tersebut ditinggalkan oleh konsumen karena keluhan terhadap produk tersebut. Cara penetapan harga atau metode penetapan harga dapat dilakukan dengan beberapa cara (Kotler, 2000) yaitu : 1. Penetapan harga mark-up, dilakukan dengan menambahkan markup standar ke biaya produk. 2. Penetapan harga berdasarkan sistem pengembalian, dilakukan dengan perusahaan menetapkan harga sesuai dengan tingkat pengembalian (ROI) yang diinginkan. 3. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan, dilakukan dengan menyesuaikan persepsi dari pikiran pembeli. 4. Penetapan harga berlaku, yaitu mereka menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi. 5. Penetapan harga sesuai harga yang berlaku, perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga pesaing. 6. Penetapan harga tender tertutup, perusahaan menetapkan harga berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing akan menetapkan harga dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku dengan biaya atau permintaan perusahaan Jadi dapat disimpulkan, harga adalah nilai dari suatu barang dan jasa yang ditetapkan
oleh
perusahaan
dan
dapat
memberikan
keuntungan
bagiperusahaan,dimana harga disini mempengaruhi permintaan dan sebaliknya permintaan mempengaruhi harga.
2.4.2 Dimensi Harga Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p173) ada dua dimensi harga, yaitu: a. Harga yang dipersepsikan Yaitu persepsi pelanggan terhadap harga yang diterima, apakah tinggi, rendah, atau adil. b. Harga yang direferensikan Yaitu referensi dari pelanggan sebagai dasar perbandingan untuk menilai harga yang ditawarkan
2.4.3 Komponen-Komponen Harga Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2005:18), harga merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix) dan harga pun memiliki komponen-komponen tersendiri yang terdiri dari : Daftar harga Daftar harga ialah suatu uraian harga yang dicantumkan pada label atau produk. Diskon/rabat Diskon merupakan pengurangan harga dari daftar harga. Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong yang diterjemahkan oleh Alexander Sindoro (2004:473) diskon dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu : 1.
Diskon tunai (cash discount), yakni pengurangan harga kepada pembeli yang membayar tagihan mereka lebih awal.
2.
Diskon jumlah (quantity discount), adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah besar.
3.
Diskon fungsional (disebut juga diskon dagang) ditawarkan oleh penjual
kepada
anggota-anggota
saluran
perdagangan
yang
menjalankan fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan, dan meyelenggarakan pelaporan. 4.
Diskon musiman (seasonal discount) adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli barang dagangan atau jasa duluar musim.
5.
Kredit,Kredit adalah bentuk pembayaran dengan cara pinjaman.
2.4.4 Penetapan Harga Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong yang diterjemahkan oleh Alexander Sindoro (2004:467) mengungkapkan keputusan-keputusan penetapan harga tergantung pada serangkaian kekuatan-kekuatan lingkungan dan persaingan yang sangat rumit. Perusahaan tidak hanya menetapkan satu harga tunggal, tetapi lebih berupa sebuah struktur penetapan harga (pricing structure) yang mencakup item-item yang berbeda disetiap lini produk. Perusahaan menyesuaikan harga produksupaya dapat mencerminkan perubahan-perubahan biaya dan permintaan serta memperhitungkan berubah-ubah pembeli dan situasi. Ketika lingkungan persaingan berubah, perusahaan itu mempertimbangkan
kapan memprakarsai perubahan harga dan kapan menanggapi perubahan harga di pasar.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga Dalam kenyataan, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dharmesta dan Irawan (2005:242246)dikemukakan sebagai berikut ; 1. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku, pada periode resesi. Misalnya, merupakan suatu periode dimana harga berada pada suatu tingkat yang lebih rendah dan ketika ada keputusan pemerintahtentang nilai tukar rupiah dengan mata uang asing, maka akan timbul reaksi-reaksi dari kalangan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis, reaksi spontan dari keputusan itu adanya kenaikan harga-harga. 2. Penawaran dan Permintaan Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang di minta lebih besar, sedangkan harga yang tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. 3. Elastisitas Permintaan Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Sebenarnya sifat penentuan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harganya tetapi uga mempengaruhi volume yang dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume ini terbanding terbalik. 4. Persaingan Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Banyaknya penjual dan pembeli ini akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi kepada pembeli yang lain. 5. Biaya Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
6. Tujuan Perusahaan Penetapan harga suatu barang seiring dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan yang lain. 7. Pengawasan Pemerintah Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintahan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga. Serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha kearah monopoli.
2.5 Bentuk-bentuk pallet Palet kayu merupakan susunan kayu yang digunakan menjadi alas sebuah barang. Palet kayu juga bisa dibentuk untuk peti kemas pengiriman barang. Palet kayu dipakai sebagai bantalan pengiriman barang ekspor impor. Biasanya palet kayu banyak dicari oleh pelaku usaha agar barang yang akan dikirim tidak rusak selama perjalanan. Palet kayu ini berasal dari kayu pohon yang berbuah, seperti rambutan. Palet kayu menjadi salah satu barang yang jika digunakan kembali (reuse) menjadi barang yang sangat menarik dan tidak terbatas penggunaannya. Dengan kreativitas penggunaan kembali palet kayu ini, dapat membuat kualitas dan harganya jauh melebihi ‘sebuah palet kayu’ pada umumnya. Bentuk dan jenis palet kayu yang sering digunakan dalam dunia industry
Gambar 2.1 Pallet CV Galang Gemilang Sumber: CV Galang Gemilang
2.6 Presepsi kualitas 2.6.1 Pengertian kualitas Beberapa pakar kualitas mendefinisikan dengan beragam interpretasi. Juran
(1989:16-17),
mendefinisikan
kualitas
secara
sederhana
sebagai
‘kesesuaian untuk digunakan’. Definisi ini mencakup keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dan bebas dari defisiensi. Sedangkan Deming berpendapat kualitas adalah mempertemukan kebutuhan dan harapan konsumen secara berkelanjutan atas harga yang telah mereka bayarkan Filosofi Deming membangun kualitas sebagai suatu system (Bhatdan Cozzolino, 1993:106) Kualitas menurut American Society for Quality (Buku Manajemen Operasi, Jay Heizer dan Barry Render, 2009) adalah keseluruhan fitur dan dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan ynag tampak atau samar. Kualitas merupakan salah satu elemen penting dalam operasi karena memiliki pengaruh terhadap perusahaan, antara lain: Reputasi perusahaan, reputasi akan mengikuti kualitas artinya apabila kualitas produk atau layanan suatu perusahaan baik maka tentu saja reputasi perusahaan tersebut pun akan baik pula, begitupun sebaliknya apabila kualitas produk atau layanan suatu perusahaan buruk maka reputasi perusahaan tersebut dinilai buruk pula di mata konsumen.
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang prioduk baru perusahaan, kebiasaan pekerjaannya, dan hubungan pemasoknya. Kehandalan produk merupakan bagaimana cara perusahaan merancang, memproduksi, dan mengedarkan produk atau jasa kepada target pasar secara baik agar produk atau jasa tersebut dapat dimanfaatkan oleh konsumen tanpa menyebabkan kerusakan ataupun kecelakan pada saat digunakan. Keterlibatan global. Bagi perusahaan yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka perusahaan dituntut menghasilkan produk yang memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global. Tjiptono (2004:12) menyatakan bahwa : a. Karakteristik kualitas yaitu karakteristik output dari suatu proses yang penting bagi pelanggan. Karakteristik ini menuntut pemahaman yang mendalam mengenai pelanggan. b. Karakteristik kunci kualitas, yaitu kombinasi pemahaman mengenai pelanggan dengan pemahaman mengenai proses. Variabel kunci proses yang dijadikan sebagai kunci yang dapat dimanipulasi atau dapat dikendalikan. Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan penggunaan yang artinya barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan atau pelanggan. Menurut Crosby dalam Nasution (2004:41) kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, bila suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dengan meliputi bahan baku,proses produksi dan produksi jadi. Menurut Laksana (2008:89) menyatakan bahwa kualitas terdiri dari sejumlah keistimewahan produk yang memenuhi keinginan pelanggan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk. Menurut Davis dalam Yamit (2005: 8) membuat definisi kualitas yang luas cakupannya yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan. Sangat mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan proses yang berkualitas. Menurut American Society For Quality Control yang dikutip oleh Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2009: 143) bahwa kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Garvin dan Davis dalam Nasution (2001:41) menyatakan, bahwa kualitas adalah kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau pelanggan. Menurut Kotler and Armstrong (2012:283) arti dari kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) |Vol. 3, No. 1, 2012 5 fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Dapat di simpulkan kualitas adalah ukuran baik tidaknya sebuah produk sesuai dengan kebutuhan spesifikasi pelanggan yang meliputi kualitas kinerja,kesesuaian, daya tahan dan keandalannya.
2.6.2 Dimensi Kualitas Menurut Eddy Herjanto (2007:393) kualitas suatau produk yaang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilihat dari enam dimensi seperti dibawah ini: • Kinerja (performance, operation) Kinerja merupakan dimensi utama yang banyak dipertimbangkan oleh konsumen. Misalkan apakah tinta ballpoint dapat keluar secara baik, lancar, dan tidak luntur. • Keandalan (reliability, durability) Dimensi ini mencerminkan keandalan suatu produk yaitu kepercayaan atas kemampuan dan ketahannya. • Kenampakan (appearence, features) Dimensi ini menunjukkan daya tarik suatu produk yang membedakannya dengan produk lain secara sepintas. Kenampakan sangat dipengaruhi oleh desain dan atribut lain yang ada dalam produk.
• Kesesuaian (conformance) Kesesuaian berhubungan dengan pemenuhan terhadap spesifikasi atau standar yang ditentukan. Misalnya apakah produk helm memiliki standar yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang bersangkutan • Pelayanan (serviceability) Dimensi ini berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan perusahan pasca penjualan. Pelayanan pasca penjualan dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Contoh: pemberian jaminan selama 1 tahun pada produk HP. • Persepsi mutu (perceived quality) Pengertian mutu dapat beraneka ragam. Oleh karena itu mutu suatu produk dapat dinilai berbeda antar setiap konsumen karena mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda. Keyakinan terhadap mutu oleh pelanggan yang didasarkan atas apa yang dilihat, pengalaman sebelumnya, atau reputasi perusahaan. Menurut American Society For Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2008:65) Dimensi kualitas produk menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005:422) terdiri dari : Performance (kinerja) yaitu berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama umur produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana produk memenuhi spesifikasi atau tidak ditemukannya cacat pada produk. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau ketertarikan konsumen terhadap produk. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
Dapat di simpukan bahwa dimensi kualitas adalah karakteristik suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya yang telah di tentukan.
2.7 Permintaan 2.7.1 Definisi Permintaan Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu, yaitu: Selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang akan dibeli, orang dan harga barang tersebut. Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan, mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (zceteris paribus). Permintaan adalah hubungan antara jumlah suatu barang yang mau dibeli dengan harga barang itu (Gilarso, 2003). Menurut Hanafie (2010), permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, dengan anggapan halhal lain tetap sama (cateris paribus).
2.7.2 Hukum Permintaan Hukum
Permintaan
pada
hakikatnya
merupakan
hipotesis
yang
menyatakan bahwa : Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat.
2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Danniel (2004), permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang antara lain adalah harga barang yang bersangkutan, harga barang substitusi atau komplemennya, selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan • Harga Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif artinya bila yang satu naikmaka yang lainnya akan turun dan begitu juga sebaliknya semua ini berlaku dengan catatan faktor lain yang mempengaruhi jumlah permintaan dianggap tetap
• Harga barang lain Terjadinya perubahanahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada permintaan barang lain. Harga barang lain dapat meliputi harga barang substitusi, komplemen, dan independen Salah satu contoh bar substitusi, bila harga kopi naik, biasanya permintaan teh akan naik.Barang komplementer cotohnya roti dengan keju. Apabila keduanya dipakai secara bersamaan sehingga dengan demikian bila salah satu dari harga barang tersebut naik, pada ummumnya akan mempengaruhi banyak nya konsumsi barang komplemennya. Barang independen adalah barang yang tidak dipengaruhi oleh harga barang yang lain. • Selera Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya. • Jumlah penduduk Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi
dan
makin
naik
Permintaan.Penambahan
jumlah
penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. • Tingkat pendapatan perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Secara teoretis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi.Bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak hanya bertambah kuantitasnya, tetapi kualitasnya juga meningkat.
2.7.4 Fungsi Permintaan Menurut Virgantari (2011), secara umum, fungsi permintaan menyatakan hubungan jumlah yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada tempat dan waktu tertentu fungsi permintaan dapat diturunkan melalui dua
Cara, yang pertama adalah memaksimumkan kepuasan dengan kendala jumlah anggaran dan harga barang fungsi permintaan yang diturunkan dari prinsip ini disebut dengan fungsi permintaan Marshallian Fungsi ini pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Inggris Alfred Marshal pada tahun 1980 dan menganggap bahwa pendapatan konsumen konstan Fungsi permintaan lain dapat diturunkan dengan menerapkan teori dualitas, yaitu meminimumkan biaya dan memaksimumkan output pada tingkat pengeluaran tetap. Permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang memengaruhinya disebut fungsi permintaan Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat di susun sebagai berikut dimana: Dx = permintaan akan barang x PX = harga barang x Py = harga barang y Y = pendapatan perkapita T = selera N = jumlah penduduk Dx adalah variabel tidak bebas, karena besarnya nilai ditentukan oleh variabel lain. PX, Py, Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan barang. Hukum permintaan pada hakikatnya menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut; sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang semakin sedikit permintaan atas barang tersebut (Firdaus, 2008).
2.7.5 Kurva Permintaan Menurut
Haryati (2007),
kurva
permintaan
adalah
kurva
yang
menghubungkan antara harga barang (ceteris paribus) dengan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, ceteri paribus (keadaan lain tetap sama).
Kurva permintaan menggambarkan harga maksimum yang konsumen bersedia bayarkan untuk barang bermacam-macam jumlahnya per unit waktu. Konsumen tidak besedia membayar pada harga yang lebih tinggu untuk sejumlah tertentu, tetapi pada jumlah yang sama konsumen bersedia membayar dengan harga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan kesediaan maksimum konsumen mau bayar atau willingness to pay. Kenaikan harga produk (ceteris paribus) akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang diminta yang berarti terjadi perpindahan disepanjang kurva permintaan. Perubahan variabel non harga akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan, atau menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta pada tingkat hargatertentu.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
pergeseran
permintaan
diantaranya adalah perubahan pendapatan, selera, harga barang lain dan jumlah populasi.
2.8 Pallet 2.8.1 Definisi Pallet Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dua lapis bilah kayu yg tersusun searah yg disela balok melintang, digunakan untuk menumpuk muatan supaya bisa diangkat sekaligus. Pallet berbentuk kotak segi empat, bisa persegi atau persegi panjang. Normalnya, pallet terdiri dari 3 bagian utama, yaitu atas, kaki (stinger), dan bawah. Bagian atas biasanya terdiri dari potongan papan sesuai dengan ukuran lebar yang dikehendaki, yang disusun dari depan ke belakang, dengan ada rongga diantara papan-papan tersebut. Bagian kaki biasanya berjumlah 3 atau 4, dengan 2 kaki dibagian ujung kanan dan kiri, 1 atau 2 sisanya berada ditengah. Kaki bagian tengah ini biasanya selain berfungsi sebagai penyangga, juga berfungsi sebagai pengatur keseimbangan acuan forklift dalam membawa barang. Bagian bawah pallet terdiri dari minimal 4 buah papan yang dibentuk kotak segi empat. 2 sisi dikanan dan kiri akan bertemu dengan kaki kanan dan kiri, sedangkan papan bagian depan dan belakang akan memperkuat ketiga kaki, plus sebagai bantuan keamanan forklift dalam membawa barang. Menurut ISO( International Organization for Standardization ) sudah mematenkan beberapa ukuran yang menjadi standar internasional. Di Eropa
misalnya, pallet di standarkan dalam ukuran 1200 x 1000 mm. Sedangkan untuk Asia, standar ukuran pallet adalah 1100 x 1100 mm Ukuran asia dan eropa ini menjadi ukuran yang lazim digunakan juga di Indonesia.
2.9 Kerangka Pemikiran Dengan penelitian ini dapat diketahui pengaruh antara harga,modal dan kualitas terhadap peningkataan permintaan pallet kayu dimana berperan sebagai variabel independen/bebas danmerupakan variabel dependen/terikat. Berikut adalah gambar dari kerangka pemikiran: X1
T X2 T
T
T1 Y T2
T3
X3
T
7 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Keterangan : - X1= PERESEPSI HARGA - X2=PERESEPSI BENTUK - X3=PERESEPSI KUALITAS - Y=KUALITAS LAYANANPALLET 2.10 Hipotesis H1=peresepsi harga tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet H2=peresepsi bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet H3=peresepsi kualitas tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet H4=peresepsi harga dan bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet H5=peresepsi bentuk dan kualitastidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H6=peresepsi harga dan bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet H7=peresepsi harga,bentuk dan kualitas tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet