BAB 2 LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini, penulis akan memaparkan beberapa teori yang digunakan untuk mendukung analisis data mengenai tema skripsi. Teori-teori yang akan dibahas adalah teori kelas kata (hinshi bunrui), pengertian joshi dan klasifikasi joshi, pengertian shuujoshi dan pembagian shuujoshi, serta fungsi partikel yo dan ne. 2.1 Teori Kelas Kata (Hinshi Bunrui) Seperti Bahasa Indonesia, di dalam bahasa Jepang juga terdapat pembagian kelas kata (hinshi bunrui). Masuoka dan Takubo (1989:9) mendefinisikan pengertian hinshi sebagai berikut. “文中での働き(統語的機能)に基づいて語を分類したものを「品詞」とい う。”
Bunchuu de no hataraki (tougoteki kinou) ni motodzuite go wo bunruishita mono wo ‘hinshi’ to iu. Terjemahan: “Kata-kata yang diklasifikasikan berdasarkan fungsinya dalam kalimat (fungsi tata cara penulisan) disebut ‘kelas kata’.” (Masuoka dan Takubo, 1989:9) Sakata, Araya, dan Moriya (2003) menambahkan definisi hinshi sebagai berikut. “品詞とは単語を、形態・文中での機能・語彙的意味という三つの観点から 分類したものである。”
Hinshi to wa tango o, keitai, bunchuu de no kinou, goiteki imi to iu mittsu no kanten kara bunrushita mono dearu.
7
8 Terjemahan: “Yang dimaksud dengan hinshi adalah mengklasifikasikan kata berdasarkan tiga sudut pandang yaitu bentuk, fungsi di dalam kalimat, dan makna leksikal kata tersebut.” (Sakata, Araya, dan Moriya, 2003:15) Katou, Saji, dan Morita dalam buku Nihongo Gaisetsu menyebutkan ada dua jenis pengelompokan kata yaitu jiritsugo (自立語) dan fuzokugo (付属語).
1. Jiritsugo (自立語) Yang dimaksud dengan jiritsugo adalah kata yang muncul di bagian awal kalimat dan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada kata lainnya. Kelas kata yang termasuk dalam pengelompokan jiritsugo adalah taigen (meishi, suushi, daimeishi), yougen (doushi, keiyoushi, keiyoudoushi), fukushi, rentaishi, setsuzokushi, dan kandoushi. •
Taigen (体言) Kata yang memiliki penafsiran dalam jiritsugo, menjadi subjek atau unsur tambahan pada kasus nominatif, dan dapat menjadi kata seru disebut taigen. Di dalam taigen, terdapat 3 pembagian kelas kata yaitu meishi, suushi, dan daimeishi. a. Meishi(名詞): kata yang digunakan sebagai subjek atau objek dalam kalimat (kata benda). Contoh: くるま, いす, 自転車 (kuruma, isu, jitensha)
b. Suushi (数詞): kata yang digunakan sebagai satuan untuk menghitung benda atau disebut sebagai kata bilangan. Contoh: 一, 二本, 三枚 (ichi, nihon, sanmai)
9 c. Daimeishi(
代 名 詞
): kata yang ditempatkan untuk penyebutan berhubungan dengan lawan bicara, objek yang ditunjuk, dan pembicara menggunakan kata benda yang digunakan sebagai pengganti nama pada saat menunjuk orang atau benda (kata ganti).
Contoh: わたし,あなた, 彼女 (watashi, anata, kanojo) •
Yougen (用言) Kata yang memiliki penafsiran dalam jiritsugo, dapat menjadi predikat, dan dapat memodifikasi kata lain dalam kalimat disebut ‘yougen’. Yang termasuk dalam pengelompokan yougen adalah doushi, keiyoushi, dan keiyoudoushi. a. Doushi ( 動 詞 ): kata yang menunjukkan adanya suatu tindakan, perubahan, dan keberadaan atau disebut juga sebagai kata kerja. Contoh: 始める, いる, ある, あげる (hajimeru, iru, aru, ageru)
b. Keiyoushi ( 形 容 詞 ): kata yang mewakili bentuk ungkapan sifat, keadaan atau perasaan dari orang atau benda, diakhiri dengan 「〜い」 (~i) dan 「〜な」 (~na). Contoh:
イ 形 容 詞 可 愛 い , 美 味 し い , 涼 し い (kawaii,
oishii,
suzushii) ナ形容詞
きれいな,
親切な
shinsetsuna, yuumeina)
,
有名な
(kireina,
10 c. Keiyoudoushi (形容動詞): kata yang digunakan untuk mewakili sifat, keadaan atau perasaan dari orang atau benda, memiliki fungsi sama seperti keiyoushi. Contoh: きれいだ, しずかだ, 元気だ (kireida, shizukada, genkida)
3. Fukushi (副詞) Kata yang tidak memiliki penafsiran sebagai kata benda dan dapat memodifikasi kata lain yang dapat ditafsirkan disebut fukushi. Contoh: もう, そっと, まだ, すっかり (mou, sotto, mata, sukkari)
4. Rentaishi (連体詞) Yang dimaksud dengan rentaishi adalah kata yang tidak memiliki penafsiran sebagai kata benda, secara keseluruhan memodifikasi kata yang tidak dapat diubah. Contoh: あらゆる, いわゆる, 大した (arayuru, iwayuru, taishita)
5. Setsuzokushi (接続詞) Kata yang tidak memilki penafsiran sebagai kata benda, menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf agar berurutan di dalam kalimat disebut setsuzokushi. Contoh: つまり, さて, それなのに (tsumari, sate, sorenanoni)
11 6. Kandoushi (感動詞) Kata yang tidak memiliki arti sebagai kata benda, digunakan untuk menunjukkan secara langsung ungkapan perasaan, kata seru dan kekaguman disebut kandoushi. Contoh: ああ, まあ, もしもし, はい (aa, maa, moshimoshi, hai)
2. Fuzokugo (付属語) Fuzokugo adalah kata yang terbentuk bersama dengan kata yang dapat berdiri sendiri dan selalu melekat di belakang jiritsugo, dan merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri atau harus melekat pada kata lainnya. Kelas kata yang termasuk dalam fuzokugo adalah jodoushi dan joshi. a. Jodoushi (助動詞): kata yang disambungkan pada predikat.
Contoh: そう, よう, です, らしい (sou, you, desu, rashii)
b. Joshi ( 助 詞 ): kata yang digunakan untuk menghubungkan kata benda dalam membentuk subjek atau kata tambahan. Contoh: が, は, の,と, など, や, から (ga, wa, no, to, nado, ya, kara)
2.2 Pengertian Joshi Joshi di dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai partikel atau posposisi. Pengertian joshi menurut Nihon Bunpou Jiten yaitu : “助詞は、付属語(単独では文節にならない語)の一種で、活用がなく、常 に他の語の下について具体的な意味を表す。”
Joshi wa, fuzokugo (tandoku de wa bunsetsu ni naranai go) no isshu de, katsuyou ga naku, tsuneni hoka no go no shita ni tsuite gutaiteki na imi o arawasu.
12 Terjemahan: “Joshi adalah jenis kata yang tidak memiliki penafsiran di dalam fuzokugo (kata yang tidak dapat menjadi kalimat di dalam jiritsugo),dan selalu mewakili makna khusus di belakang kata lain.” Joshi memiliki 6 klasifikasi, yaitu: kakujoshi, fukujoshi, kakarijoshi, shuujoshi, kantoujoshi, dan setsuzokujoshi. 1. Kakujoshi (格助詞) Yang disebut dengan kakujoshi adalah partikel yang digunakan sebagai penyesuaian terhadap kata benda.Partikel yang termasuk dalam kakujoshi di antaranya partikel が (ga), の (no), を (o), に (ni), へ (e), と (to), より
(yori), から (kara), にて (nite), して (shite), dan で (de).
2. Fukujoshi (副助詞) Fukujoshi adalah partikel yang digunakan untuk menambahkan arti yang dimiliki pada kata itu sendiri. Partikel yang termasuk dalam fukujoshi adalah partikel
すら
(sura),
だに
(dani),
のみ
(nomi),
など
(nado),
ほど
(hodo), ばかり (bakari), さえ (sae), まで (made), dan し (shi).
3. Kakarijoshi (係助詞) Kakarijoshi adalah partikel yang digunakan sebagai penekanan pada kata sesudah predikat. Partikel yang termasuk ke dalam kakarijoshi adalah partikel わ (wa), も (mo), ぞ (zo), こそ (koso), なむ (namu), dan や (ya).
4. Kantoujoshi (間投助詞) Kantoujoshi adalah partikel yang digunakan di bagian tengah atau akhir kalimat untuk menguatkan ungkapan perasaan dari pembicara. Partikel yang termasuk ke dalam kantoujoshi adalah partikel ね
(ne), dan さ (sa).
や
(ya),
よ
(yo),
を
(o),
13 5. Setsuzokujoshi (接続助詞) Setsuzokujoshi adalah partikel yang digunakan untuk menghubungkan arti dari kata sebelumnya dengan kata yang mengikutinya. Partikel yang termasuk ke dalam setsuzokujoshi adalah partikel (to),
ど
(do),
ども
(domo),
が
(ga),
に
(ni),
を
ば
(ba),
とも
(tomo),
(o),
もの
(mono),
と
ながら
(nagara), で (de), dan つつ (tsutsu).
6. Shuujoshi (終助詞) Shuujoshi adalah partikel yang digunakan di akhir kalimat untuk mewakili ungkapan perasaan seperti keragu-raguan, larangan, perintah, meminta persetujuan, dan ungkapan permintaan kepada lawan bicara. Partikel yang termasuk ke dalam shuujoshi adalah partikel か
な
(na),
わ
(wa),
よ
(yo),
(ka), ね (ne), ぞ (zo), ぜ (ze), とも (tomo), の (no), dan さ (sa).
2.3 Pengertian Shuujoshi Shuujoshi adalah partikel yang terdapat di akhir kalimat dan digunakan untuk mewakili ungkapan perasaan seperti keragu-raguan, larangan, perintah, ajakan, dan sebagainya. Katou, Saji dan Morita (1989:129) dalam buku Nihongo Gaisetsu mendefinisikan shuujoshi sebagai berikut. “終助詞は文末にあって、まとめられたことがらの表現に対し、確かだとか、 不確かだとかいう話し手の判定の気持ちを直接に表し、同時にそれを聞き手 に伝える働きかけの気持ちを表している。”
Shuujoshi wa bunmatsu ni atte, matomerareta kotogara no hyougen ni taishi, tashika da toka, futashika da toka iu hanashite no hantei no kimochi o chokusetsu ni arawashi, douji ni sore o kikite ni tsutaeru hatarakikake no kimochi o arawashiteiru. Terjemahan: “Shuujoshi berada di akhir kalimat, secara langsung mewakili penegasan pembicara apakah yakin atau tidak terhadap masalah yang disimpulkan, dan pada saat yang
14 sama menunjukkan perasaan pembicara dalam menyampaikan penegasannya pada lawan bicara.” (Katou, Saji, dan Morita, 1989:129) Partikel yang termasuk ke dalam shuujoshi adalah partikel ね
(ne), よね (yone),
な
(kana),
かしら
ぞ
(zo), ぜ (ze), さ (sa),
(kashira), dan
わ
もの
か
(ka),
(yo),
よ
(mono), なあ (naa), な (na), か
(wa). Penempatan setiap partikel berbeda-beda
tergantung situasi penggunaannya.
2.4 Shuujoshi Yo dan Ne Dalam shuujoshi terdapat partikel yo dan ne. Partikel yo dan ne biasanya digunakan di akhir kalimat untuk mewakili ungkapan keinginan dari pembicara terhadap lawan bicara. Ungkapan tersebut dapat berupa meminta persetujuan, menyampaikan informasi, meminta kepastian, larangan, perintah, dan sebagainya. Shuujoshi yo dan ne memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda tergantung situasi yang sedang dialami. Masuoka (1991) membagi fungsi shuujoshi yo dan ne berdasarkan 2 garis besar yaitu dilihat dari penilaian pengetahuan lawan bicara dan pertukaran informasi, dan fungsi sebagai penuntutan atau permohonan. 2.4.1 Fungsi Shuujoshi Yo Di bawah ini akan dijelaskan penggunaan fungsi shuujoshi yo menurut pembagian 2 fungsi secara garis besar oleh Masuoka (1991).
知識
1. Penilaian Pengetahuan Lawan Bicara dan Pertukaran Informasi (
のやりとりと聞き手の知識の評価)
Fungsi shuujoshi yo dalam kategori ini merupakan fungsi untuk menyampaikan informasi kepada lawan bicara (話し手が知識を聞き手に伝
15 えるという判断).
Masuoka (1991:96) menyatakan bahwa partikel yo dengan
fungsi ini digunakan pada situasi dimana pembicara hendak menyampaikan informasi yang belum atau tidak diketahui oleh lawan bicara. Di dalam fungsi ini, pembicara memiliki informasi yang lebih banyak daripada lawan bicara sehingga penggunaan fungsi ini harus disertai dengan adanya asumsi dari pembicara bahwa lawan bicara belum atau tidak mengetahui informasi yang akan disampaikan. Menurut Masuoka (1991), fungsi yo dalam klasifikasi ini menyatakan bahwa pembicara dan lawan bicara memiliki pengetahuan yang berbeda atau berlawanan. Berikut adalah contoh penggunaan fungsi yo sebagai bentuk penyampaian informasi kepada lawan bicara. Contoh: (1)
今日は誰もお客見えてません
よ
。
(Hari ini saya tidak melihat ada pelanggan, lho.) (2)
お島って変わった名です
よ
。
(Itu adalah perubahan nama pulau, lho.) (Masuoka, 1991:96) Penggunaan fungsi yo dalam contoh (1) dan (2) merupakan bentuk penegasan adanya informasi yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara. Partikel yo yang digunakan di akhir kalimat memperjelas adanya informasi yang terkandung dalam kalimat sebelumnya sehingga dalam penyampaian informasi pembicara menambahkan partikel yo sebagai bentuk pernyataan bahwa pembicara memiliki sebuah informasi dan juga untuk menyatakan asumsi dari pembicara bahwa lawan bicara belum pernah mengetahui
informasi
tersebut.
Penyampaian
informasi
dengan
menambahkan partikel yo di akhir kalimat menunjukkan bahwa informasi yang dimiliki oleh pembicara dan lawan bicara tidak sama sehingga terdapat pengetahuan yang berbeda di antara keduanya.
16 2. Fungsi Yo Sebagai Penuntutan atau Permohonan (
「よ」)
訴え型における
Berdasarkan kategori ini, Masuoka (1991) membagi fungsi shuujoshi yo ke dalam 4 fungsi detail yaitu:
・
命令・禁止)
a. Fungsi Shuujoshi Yo Sebagai “Meirei Kinshi” (
Fungsi shuujoshi yo sebagai meirei dan kinshi adalah fungsi yang berbentuk perintah dan larangan. Masuoka (1991) dalam buku Modariti no Bunpou mengungkapkan bahwa fungsi yo sebagai meirei dan kinshi menjelaskan situasi dimana pembicara meminta suatu tindakan dari lawan bicara dengan sikap penekanan atau memaksa. Masuoka (1991) menuturkan bahwa: “この場合、命令・禁止の最も基本的な表現のあり方は、話し手が聞 き手の意向に反して行為を強制するということである。”
Kono baai, meireiya kinshi no mottomo kihontekina hyougen no arikata wa, hanashite ga kikite no ikou ni hanshite koui o kyouseisuru to iu koto dearu. Terjemahan: “Dalam situasi ini bentuk ungkapan perintah yang paling dasar adalah pembicara memaksa tindakan yang berlawanan dengan kehendak lawan bicara.” (Masuoka, 1991:99) Penggunaan fungsi meirei dan kinshi mewakili asumsi bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh pembicara bertentangan dengan tujuan yang dimiliki lawan bicara. Karena itu, fungsi ini menunjukkan pemikiran pembicara terhadap lawan bicara disertai adanya penekanan permintaan dari pembicara agar lawan bicara melakukan tindakan sesuai dengan keinginan pembicara. Contoh: (3)
病院に
いけよ
。
(Pergilah ke rumah sakit.)
17 (4)
変なこと
言うなよ
。
(Jangan mengatakan hal-hal yang aneh.) (Masuoka, 1991:99) Di dalam contoh (3) terdapat ungkapan perintah dimana pembicara menekankan adanya permintaan pada lawan bicara agar melakukan suatu tindakan sesuai dengan keinginan pembicara. Partikel yo yang berfungsi sebagai perintah umumnya didahului oleh kalimat yang juga memiliki arti suruhan atau perintah ( 命 令 形 ). Penggunaan partikel yo di akhir kalimat dalam contoh (3) merupakan penegasan terhadap makna perintah yang terkandung dalam kalimat yang mendahuluinya. Selanjutnya, contoh (4) merupakan contoh kalimat dengan fungsi larangan. Fungsi yang digunakan dalam contoh tersebut menyatakan sikap permintaan pembicara kepada lawan bicara yang memiliki unsur paksaan dalam penyampaiannya agar lawan bicara melakukan tindakan sesuai harapan pembicara. Partikel yo dengan fungsi ini umumnya mengikuti kalimat pendahulunya yang berupa kalimat larangan (禁止形).
依頼)
b. Fungsi Shuujoshi Yo Sebagai “Irai” (
Fungsi partikel yo sebagai irai adalah fungsi yang bermakna permintaan. Fungsi irai merupakan bentuk sopan dari fungsi meirei dan kinshi. Masuoka (1991) menuturkan bahwa: “「よ」が付加されることが依頼の表現力を強めることにつながるの は、「よ」という形式が表す、話し手の意向が聞き手の意向に対立す るという 判断から帰結する事柄である。”
‘yo’ ga fukasareru koto ga irai no hyougenryoku o tsuyomeru koto ni tsunagaru no wa, ‘yo’ to iu keishiki ga arawasu, hanashite no ikou ga kikite no ikou ni tairitsusuru to iu handan kara kiketsusuru kotogara dearu. Terjemahan:
18 “Penambahan ‘yo’ yang dilekatkan pada penegasan kekuatan ungkapan pemintaan menunjukkan bentuk yo, dan merupakan keadaan hasil dari pernyataan kehendak pembicara yang berlawanan dengan kehendak lawan bicara.” (Masuoka, 1991:101) Di dalam penggunaan fungsi yo sebagai irai terdapat penegasan bahwa keinginan pembicara berlawanan dengan keinginan lawan bicara sehingga partikel yo ditambahkan di akhir kalimat untuk memperkuat perasaan terhadap permintaan yang disampaikan oleh pembicara. Contoh: (5)
お願いですから、今度
紹介してくださいよ
。
(Karena ini permintaan, tolonglah perkenalkan saya kali ini.) (6)
見に
来てくださいよ
。
(Tolonglah datang untuk melihat-lihat.) (Masuoka, 1991:101) Dalam contoh (5) dan (6) penggunaan fungsi yo sebagai irai digunakan sebagai ungkapan bahwa pembicara menghargai keinginan hati lawan bicara dan tidak ada unsur sikap memaksa terhadap lawan bicara untuk melakukan suatu tindakan. Di dalam penggunaan fungsi irai terdapat ekspresi perasaan yang kuat dari pembicara terhadap lawan bicara. Fungsi ini juga digunakan untuk mewakili perbedaan kehendak antara pembicara dan lawan bicara.
勧誘)
c. Fungsi Shuujoshi Yo Sebagai “Kanyuu” (
Fungsi yo sebagai kanyuu merupakan fungsi untuk menyatakan adanya permohonan. Masuoka (1991) menuturkan bahwa : “この場合、聞き手が同意するかどうか自信が持てないわけであるか ら、見込みの不確かさを表す表現や勧誘を繰り返す表現が後続可能で ある。”
19 Kono baai, kikite ga douisuru kadouka jishin ga motenai wake dearu kara, mikomi no futashikasa o arawasu hyougen ya kanyuu o kurikaesu hyougen ga kouzoku kanou dearu. Terjemahan: “Dalam situasi ini, karena pembicara tidak yakin apakah lawan bicara akan setuju atau tidak, maka dapat diikuti ungkapan yang mewakili ketidakpastian adanya harapan pada diri pembicara atau ungkapan untuk mengulangi ajakan.” (Masuoka, 1991:101) Fungsi ne sebagai kanyuu memiliki fungsi yang hampir sama dengan fungsi irai dimana dalam fungsi ini juga terdapat ungkapan penegasan yang kuat dari pembicara terhadap lawan bicara. Dalam penggunaan fungsi ini juga terdapat asumsi yang menyatakan adanya perbedaan kehendak antara pembicara dan lawan bicara. Contoh: (7)
いっしょに
行こうよ
。
(Ayo kita pergi bersama-sama.) (Masuoka, 1991:101) Contoh (7) merupakan penggunaan fungsi kanyuu oleh pembicara yang disampaikan kepada lawan bicara. Kalimat ajakan tersebut disertai dengan adanya ungkapan perasaan yang kuat dari pembicara kepada lawan bicara bahwa pembicara memiliki harapan agar lawan bicara menyetujui kehendak yang ingin dicapai oleh pembicara.
20 2.4.2 Fungsi Shuujoshi Ne Dalam subbab ini penulis akan menjabarkan fungsi shuujoshi ne berdasarkan teori pembagian fungsi shuujoshi ne secara garis besar menurut Masuoka (1991).
知識
1. Penilaian Pengetahuan Lawan Bicara dan Pertukaran Informasi (
のやりとりと聞き手の知識の評価)
Masuoka (1991) membagi shuujoshi ne yang termasuk ke dalam fungsi ini menjadi 2 fungsi detail di bawah ini.
知
a. Fungsi Shuujoshi Ne Sebagai “Chishiki ga Icchisuru to Iu Handan” (
識が一致するという 識が一致するという判断 いう判断)
Fungsi shuujoshi ne dalam kategori ini yaitu sebagai bentuk menyamakan informasi yang dimiliki oleh pembicara dan lawan bicara (話し 手 の 知 識 と 聞 き 手 の 知 識 が 一 致 す る と い う 判 断 ).
Fungsi ne ini
digunakan pada situasi dimana pembicara ingin meminta konfirmasi dan persetujuan dari lawan bicara untuk menyamakan informasi yang dimiliki. Dalam penggunaan fungsi ne ini tidak ada perbedaan informasi antara pembicara dan lawan bicara. Contoh : (8)
今日は誰もお客見えてません
ね
。
(Hari ini tidak ada pelanggan, ya.) (Masuoka, 1991:96) Penggunaan fungsi partikel ne dalam contoh (8) menyatakan adanya permintaan konfirmasi dari pembicara untuk menyamakan informasi yang dimiliki. Partikel ne dengan fungsi ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang sama antara pembicara dan lawan bicara.
21
疑問型)
b. Fungsi Shuujoshi Ne Sebagai “Gimonkei” (
Fungsi shuujoshi ne sebagai “gimonkei” merupakan fungsi yang digunakan untuk menyatakan keraguan pembicara terhadap informasi yang diperoleh. Dalam pendapatnya mengenai fungsi gimonkei, Masuoka (1991) menjelaskan bahwa: “話し手と聞き手の間のこのような知識のあり方が前提にならなけれ ば、情報を要求する文が発話される条件は整わないわけである。”
Hanashite to kikite no aida no kono youna chishiki no arikata ga zentei ni naranakereba, jouhou o youkyuusuru bun ga hatsuwasareru jouken wa totonowanai wake dearu. Terjemahan : “Pengetahuan di antara pembicara dan lawan bicara harus menjadi dasar pemikiran, hal tersebut tidak menjadi syarat diucapkannya kalimat permintaan informasi.” (Masuoka, 1991:97) Contoh : (9)
会議は1時からでした
かね
。
(Rapatnya dimulai dari jam 1, ya?) (10)
さっき誰と話していたんだ
ね
。
(Tadi kamu berbicara dengan siapa, ya?) (Masuoka, 1991:97) Fungsi ne dalam contoh (9) dan (10) digunakan oleh pembicara untuk meminta kepastian mengenai suatu informasi pada lawan bicara. Dengan menggunakan fungsi gimonkei pembicara berasumsi bahwa lawan bicara memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai informasi tersebut sehingga kalimat gimonkei digunakan untuk menyatakan adanya keinginan pembicara menyamakan informasi yang dimilikinya dengan informasi yang dimiliki oleh lawan bicara.
22
訴え型における「ね」)
2. Fungsi Ne Sebagai Permohonan (
Masuoka (1991) membagi fungsi ne sebagai permohonan ke dalam 2 fungsi secara detail, yaitu :
依頼)
a. Fungsi Shuujoshi Ne Sebagai “Irai” (
Shuujoshi ne yang digunakan sebagai irai adalah fungsi untuk menyatakan bentuk permintaan. Mengenai fungsi ini, Masuoka (1991) berpendapat bahwa : “依頼文は本来、聞き手の意向を尊重した表現であり、行為の強制は しない。”
Iraibun wa honrai, kikite no ikou o sonchoushita hyougen deari, koui no kyousei wa shinai. Terjemahan : “Pada intinya, kalimat permintaan adalah ungkapan untuk menghargai keinginan lawan bicara, tidak memaksa lawan bicara untuk melakukan suatu tindakan.” (Masuoka, 1991:100) Di dalam penggunaan fungsi shuujoshi ne sebagai irai terdapat ungkapan harapan dari pembicara agar memperoleh persetujuan dari lawan bicara. Penggunaan fungsi ini pada dasarnya ingin menyatukan kehendak antara pembicara dan lawan bicara. Contoh: (11)
仲良くして
やってくださいね
。
(Ayo kita berteman baik.) (12)
しばらくいっしょに
いてね
。
(Tetaplah bersamaku sebentar saja.) (Masuoka, 1991:100) Penggunaan fungsi ne dalam contoh (11) dan (12) menyatakan adanya permintaan dari pembicara agar lawan bicara melakukan tindakan seperti
23 yang dikehendaki oleh pembicara. Fungsi ini digunakan untuk mewakili ungkapan harapan oleh pembicara kepada lawan bicara untuk dapat memperoleh kesamaan kehendak tanpa memaksa lawan bicara untuk melakukan suatu tindakan.
勧誘)
b. Fungsi Shuujoshi Ne Sebagai “Kanyuu” (
Fungsi shuujoshi ne sebagai “kanyuu” diartikan sebagai fungsi untuk menyatakan adanya ungkapan ajakan dari pembicara terhadap lawan bicara. Fungsi kanyuu digunakan oleh pembicara untuk menyamakan keinginan dengan lawan bicara. Mengenai fungsi ini, Masuoka (1991) menjelaskan bahwa : “聞き手の意向との一致性の判断を表す「ね」が用いられると、行為 の実現が十分に期待できるという意味あいが生じる。”
Kikite no ikou to no icchisei no handan o arawasu ‘ne’ ga mochiirareruto, koui no jitsugen ga juubun ni kitai dekiru to iu imiai ga shoujiru. Terjemahan : “Ketika ne digunakan untuk menunjukkan penegasan adanya persamaan dengan kehendak lawan bicara, maka dapat dipahami bahwa adanya pelaksanaan tindakan dapat diharapkan sepenuhnya.” (Masuoka, 1991:101) Sama seperti fungsi irai, fungsi ne sebagai kanyuu juga digunakan dalam situasi dimana pembicara memiliki harapan untuk mendapatkan pelaksanaan suatu tindakan dari lawan bicara. Di dalam penggunaan fungsi ini juga tidak terdapat unsur pemaksaan agar lawan bicara melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan pembicara. Contoh : (13)
じゃ、また明日会おう
ね
。
(Baiklah, ayo kita bertemu lagi besok.) (Masuoka, 1991:101) Dalam contoh (13) partikel ne digunakan oleh pembicara untuk menyatakan adanya keinginan dari pembicara agar lawan bicara melakukan
24 tindakan seperti yang diharapkan oleh pembicara. Penggunaan ne dalam contoh di atas menunjukkan bahwa pembicara memiliki harapan agar memperoleh persetujuan dari lawan bicara untuk melakukan tindakan yang diminta sehingga dapat mencapai kesamaan kehendak antara pembicara dan lawan bicara.