BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Enterprise Resource Planning 2.1.1.1.
Definisi ERP Menurut Wijaya & Danuarto (2009: 27), ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program yang terintegrasi dan
memiliki banyak modul
yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan (to serve and support multiple business functions), sehingga proses yang ada dapat menghasilkan nilai tambah dan memberikan keuntungan
maksimal
bagi
semua
pihak
yang
berkepentingan
(stakeholder) atas perusahaan. Menurut Dhewanto & Falalah (2007), ERP merupakan singkatan dari tiga kata, yaitu Enterprise (perusahaan/organisasi), Resource (sumber daya), dan Planning (perencanaan). Susunan kata ini membentuk definisi ERP dimana konsep ERP lebih menekankan pada aspek perencanaan sumber daya organisasi. Konsep ERP dapat dijalankan dengan baik jika didukung oleh seperangkat aplikasi dan infrastruktur komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras sehingga pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan terintegrasi. Menurut Turban (2011:285), ERP adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi (Integrated Information System) yang mendukung proses-proses dan fungsi-fungsi bisnis inti dalam suatu organisasi. Proses 7
8 dan fungsi bisnis yang dimaksud meliputi pemasaran (marketing), akuntansi
(accounting),
keuangan
(finance),
keamanan
informasi
(information security), sumber daya manusia (human resources), produksi (production), pembelian (purchasing), dan logistik (logistic) 2.1.1.2.
Tujuan ERP Menurut Monk dan Wagner (2009:33-35), tujuan sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan. Sistem ERP yang dirancang baik dapat mengintegrasikan semua aspekaspek di dalam perusahaan baik itu fungsionalitas ataupun proses bisnis dalam organisasi di dalam satu kesatuan data (single set data). ERP
merupakan
perangat
lunak
yang
ada
dalam
organisasi/perusahaan yang berperan untuk beberapa hal, antara lain: 1.
Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis.
2.
Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise.
3.
Mengurangi input data dan biaya error yang sering terjadi
4.
Mengurangi kebutuhan untuk melakukan input data di sistem yang berbeda (multiple system)
2.1.1.3.
5.
Menghasilkan informasi yang real-time.
6.
Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
Modul ERP Menurut Monk dan Wagner (2009:2), adapun pembagian modul di dalam ERP didasarkan pada adanya 4 area fungsional utama di dalam suatu organisasi. Secara modular ERP biasanya terbagi atas modul-modul sebagai berikut: 1.
Marketing and Sales
9 Modul operasi terdiri dari beberapa modul yaitu: Sales and Distribution, Customer Service and Management, Environment Management dan Project System. 2.
Supply Chain Management Modul Supply Chain Management terdiri dari beberapa modul yaitu Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, General Logistics dan Production Planning and Control.
3.
Accounting and Finance Modul keuangan terdiri dari beberapa modul yaitu: General Accounting,
Financial
Accounting,
Controlling,
Investment
Management, Treasury, Enterprise Controlling. 4.
Human Resource Modul Sumber Daya Manusia terdiri dari beberapa modul yaitu: Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.
2.1.2. SAP 2.1.2.1.
Definisi SAP Menurut Williams (2008:2), SAP adalah produk peranti lunak ERP yang mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang berbeda dalam organisasi. Penggunaan SAP akan memperkaya (enrich) fungsionalitas dari masing-masing area bisnis tanpa mengurangi sedikit pun integrasinya.
10 Menurut Anderson, Nilson, & Rhodes (2009:30), SAP adalah produk peranti lunak ERP yang membantu perusahaan untuk memecahkan solusi bisnis mereka dengan cara mengintegrasikan area-area bisnis di dalam perusahaan. 2.1.2.2.
Modul SAP
Gambar 2.1 Modules Within SAP’s R/3 Integrated Information Systems Environment Sumber: Monk dan Wagner (2009:28)
Menurut Monk dan Wagner (2009:28-29), modul-modul fungsional di dalam sistem SAP ERP, juga dikenal SAP ECC 6.0 (Enterprise Central Component 6.0), terdiri dari: 1.
Modul Human Resources (HR) memfasilitasi perekrutan, penempatan kerja, dan pelatihan karyawan. Modul ini juga meliputi penggajian dan pemberian tunjangan.
2.
Modul Material Management (MM) mengelola akuisisi bahan baku dari pemasok (pembelian) dan penanganan persediaan bahan baku
11 yang berkelanjutan, dari penyimpanan ke barang setengah jadi sampai menjadi barang jadi yang siap dipasarkan ke customer. 3.
Modul Sales and Distribution(SD) mencatat pesanan penjualan dan pengiriman yang terjadwal. Informasi tentang pelanggan (pemberian harga, bagaimana dan ke mana mengirim produk, bagaimana pelanggan ditagih, dan lain-lain) dipelihara dan diakses dari modul ini.
4.
Modul Production Planning (PP) mengatur informasi produksi. Di modul inilah produksi direncanakan dan dijadwalkan, dan aktivitas produksi sehari-hari dicatat.
5.
Modul Quality Management (QM) membantu dalam merencanakan dan mencatat aktivitas pengendalian kualitas, seperti inspeksi kualitas produk dan sertifikasi bahan baku.
6.
Modul Financial Accounting (FI) mencatat transaksi dalam akun buku besar. Ini juga menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan eksternal.
7.
Modul Controlling (CO) digunakan untuk tujuan manajemen internal. Di sini, biaya manufaktur perusahaan ditujukan ke produk dan ke cost center, memfasilitasi analisis biaya.
8.
Modul Asset Management (AM) membantu perusahaan untuk mengelola pembelian asset tetap (pabrik dan mesin) dan depresiasi yang berhubungan.
12 9.
Modul Plant Maintenance (PM) mengatur perawatan sumber daya dan perencanaan sumber daya untuk mesin-mesin yang ad adi pabrik untuk menghindari terjadinya kerusakan pada perlengkapan.
10. Modul Project System (PS) memungkinkan perencanaan dan pengendalian proyek R&D yang baru, konstruksi, dan pemasaran. Modul ini memungkinkan biaya untuk dikumpulkan untuk suatu proyek, dan seringkali digunakan untuk mengelola implementasi dari system SAP R/3. 11. Modul Workflow(WF) dapat digunakan untuk mengotomatisasi setiap aktivitas dalam R/3. Modul ini dapat melakukan analisis alur kerja (task flow analysis) dan mengingatkan karyawan (melalui e-mail) jika mereka perlu untuk mengambil tindakan. 12. Modul Industry Solution (IS) mengandung pengaturan konfigurasi R/3 yang SAP telah temukan yang cocok untuk industri tertentu. Pengaturan ini menyederhanakan implementasi R/3 dan membiarkan pembeli untuk mengambil keuntungan dari pengalaman industri yang dimiliki oleh SAP. 2.1.3. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (Human Capital) menurut Noe, Hollenbeck, dan Gerhard(2007), mengidentifikasikan sebagai sumber daya yang dimiliki organisasi yang memiliki unsur hubungan, keahlian, pengalaman, pengambilan keputusan dan pandangan kedepan yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.
13 Tanpa sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan, maka sumber daya lainnya tidak akan bermanfaat, karena sumber daya tersebut tidak dapat diolah. 2.1.4. Add-on Menurut Motiwalla dan Thompson(2009:117), Add-on adalah peranti lunak pihak ketiga yang biasanya tidak dibuat oleh pembuat sistem yang berfungsi untuk membuat operasi sistem ataupun menambahkan fungsionalitas yang tidak terdapat di dalam sistem yang berjalan. Contoh operasi sistem adalah dengan Add-on user bisa menambah tingkat sekuritas, mempermudah
pengawasan
terhadap
perfoma
sistem
ataupun
mendistribusikan laporan dengan lebih mudah. Add-on adalah piranti lunak ataupun piranti keras yang digunakan untuk
menambah
kemampuan
atau
utilitas
program
yang
dapat
meningkatkan kinerja program utama. Contoh dari add-on dalam bentuk hardware adalah sound card, kartu pendukung tampilan, ataupun modem, sedangkan add-on dalam bentuk software adalah permainan, aplikasi pengolah kata dan program akuntansi. [http 2]
2.1.5. ESS Menurut Woods dan Word (2009:432), ESS adalah Employee’s Self-Service yang merupakan sebuah aplikasi yang mudah digunakan untuk menampilkan, membuat, dan mengelola data dalam sistem SAP melalui Internet. Dengan ESS, karyawan dapat mengelola data mereka kapan saja dan dimana saja.
14 Dengan hadirnya Employee Self Service atau ESS, maka akan ada penghematan waktu karyawan hanya untuk mengisi form-form yang memerlukan data yang berulang-ulang (redundan), waktu karyawan, dan mengurangi load kerja di departemen Human Resource. 2.1.6. Portal Menurut Monk dan Wagner(2009:224), Portal adalah sebuah website yang di customize/dirubah yang disediakan sebagai homebase agar user bisa bernavigasi ke web-web yang ada di dalam portal. Menurut Woods dan Word,(2004:135), portal adalah panel instrumen yang menyediakan metrik untuk pengukuran, panel kontrol untuk membawa semua fungsionalitas dari berbagai aplikasi yang berbeda sehingga
user
dapat
menyelesaikan
pekerjaannya,
katalog
kartu,
ensiklopedia, sistem klasifikasi dan tempat penyimpanan file. Jika diilustrasikan portal itu mirip dengan ruangan meeting dimana orang-orang bertukar pikiran melalui pesan, forum diskusi, share directories, web, dan email. SAP Portal atau dikenal dengan mySAP.com atau ESS merupakan sebuah portal yang disediakan SAP agar user bisa bekerja di dalam satu screen (single screen) dan bisa menggunakan links yang menyediakan semua aspek di dalam pekerjaan user tanpa harus bekerja di sistem yang berbeda. Dari definisi di atas bisa disimpulkan, bahwa portal secara singkat merupakan interface antara user dan semua aplikasi dan informasi perusahaan yang diletakkan secara bersama-sama dalam 1 alamat. Tujuan
15 dari portal sangat sederhana yaitu mengorganisasikan informasi dan tools yang kompleks dengan cara yang mudah. Dengan SAP Enterprise Portal maka proses yang beragam dan kompleks dalam organisasi bisa dicakup melalui 1 aplikasi yaitu SAP EP.
Gambar 2.2 SAP NetWeaver Architecture
Jika dihubungkan dengan SAP NetWeaver, berikut adalah komponen dalam SAP NetWeaver yang didukung oleh SAP Enterprise Portal (SAP EP). Ada 3 bagian di dalam SAP NetWeaver yang bisa dicakup oleh SAP EP, antara lain Portal, Collaboration, dan Knowledge Management. 2.1.7. Teori Statistika 2.1.7.1.
Definisi Populasi Menurut Sugiyono (2008:61), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
16 Menurut Santoso dan Tjiptono (2002:79), populasi merupakan sekumpulan orang atau obyek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Dari definisi di atas, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. 2.1.7.2.
Sampel Menurut Sugiyono (2008:62), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dari definisi di atas, Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang akan mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus mewakili populasi yang ada.
2.1.7.3.
Penentuan Jumlah Sampel Pada dasarnya, semakin besar jumlah sampelnya, semakin akurat hasil penelitiannya. Tetapi, besar kecilnya sampel akan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Selain itu, jenis penelitian juga akan mempengaruhi ukuran sampelnya. Untuk penelitian yang bersifat deskriptif umumnya membutuhkan jumlah sampel yang lebih
17 banyak dari pada penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis. Ada beberapa pendapat yang diajukan dalam penentuan jumlah sampel ini,diantaranya, apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, di atas 1.000 sebesar 15%. Untuk menentukan jumlah sampel yang perlu diambil maka ada beberapa rumus yang dapat digunakan, salah satu rumus yang terkenal dan dapat digunakan adalah rumus Slovin. Menurut Santoso (2002), Rumus Slovin dapat digunakan jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti. Untuk menggunakan rumus Slovin, maka sampel diambil dari populasi yang ada, formula Slovin membutuhkan tingkat kepercayaan serta tingkat kesalahan / ketidak-validan.
18
Keterangan: n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidakvalidan karena kesalahan pengambilan
sampel yang ditolerir, dalam bentuk % ( margins of error). Margins of error ini akan disesuaikan dengan kebutuhan data dan tingkat kepercayaan dari suatu populasi. 2.1.7.4.
Faktor Penentuan Jumlah Sampel Makin
besar
sampel
yang
diambil
akan
makin
tinggi
representativitas sampelnya. Populasi penelitian tidak bersifat homogen sempurna, artinya untuk populasi yang homogen sempurna maka besar sampel sama sekali tidak berpengaruh terhadap representativitas sampel. Adapun faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya sampel antara lain: •
Derajat keseragaman populasi Derajat keseragaman populasi (degree of homogenity) adalah tingkat keseragaman atau perbedaan obyek-obyek di dalam populasi. Derajat keseragaman populasi akan menentukan berapa banyak sampel yang akan diambil. Jika semakin tinggi tingkat homogenitas (keseragaman tinggi) maka sampel yang diperlukan sedikit, sedangkat semakin rendah tingkat homogenitas maka sampel yang diperlukan semakin banyak.
•
Derajat presisi yang diinginkan
19 Tingkat presisi merupakan pengukuran yang menunjukan tingkat realibiltas data yang diperoleh. Tingkat presisi dapat diperoleh dengan melihat standar deviasi, tingkat presisi yang baik akan menunjukan standar deviasi yang kecil atau dengan bias yang rendah, sedangkan tingkat presisi yang rendah atau banyak data yang tidak valid menunjukan standar deviasi yang tinggi atau dengan bias yang tinggi. 2.1.7.5.
Metode Penelitian Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa penelitian itu bermacam macam jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan analisis dan jenis data. Adapun jenis penelitian berdasarkan tingkat eksplanasi: •
Penelitian Deskriptif Penelitian Deskriptif menurut Sugiyono (2008:5), menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
•
Penelitian Komparatif Penelitian Komparatif menurut Sugiyono
(2008:5), penelitian
komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.Analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang berpasangan. •
Penelitian Asosiatif Menurut Sugiyono (2008:5), Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
20 lebih. Di mana hubungan antara variabel dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan ukuran-ukuran statistika yang relevan atas data tersebut untuk menguji hipotesis. 2.2. Teori Khusus 2.2.1. Object Oriented Analysis and Design Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:60), Object Oriented Analysis (OOA) adalahpendekatan yang mendefinisikan semua tipe obyek yang bekerja di dalam sistem dan menampilkan interaksi antara aktor dan proses untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:60), Object Oriented Design (OOD) adalah suatu cara untuk menentukan semua tipe obyek yang mungkin harus berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkatperangkat di dalam sistem, menggambarkan bagaimana obyek berinteraksi untuk menyelesaikan tugasnya dan memperbaiki definisi masing-masing tipe dari obyek sehingga dapat diimplementasikan dengan sebuah bahasa atau lingkungan khusus. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Object Oriented Analysis and Design adalah pendekatan yang menentukan semua tipe obyek di dalam sistem, menggambarkan interaksi yang dibutuhkan user dan memperbaiki definisi masing-masing tipe dari obyek sehingga dapat diimplementasikan dengan sebuah bahasa atau lingkungan khusus. Salah satu notasi yang digunakan untuk permodelan OOAD adalah Unified Modeling Language (UML). Menurut Podeswa (2010:357), Unified Modeling Language adalah standar notasi yang dimiliki oleh Object
21 Management Group, perusahaan yang merupakan perusahaan non-profit dan bergerak dalam bidang industri komputer. UML digunakan untuk menentukan spesifikasi, visualisasi danpermodelan dari struktur dan tingkah laku bisnis dan sistem aplikasi. UML memiliki beberapa jenis diagram yang memiliki fungsi penggambaran yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa diagram yang digunakan dalam proyek pengembangan ESS Mobile ini: 2.2.1.1.
Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:141), Activity Diagram adalah diagram yang menggambarkan alur kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas sistem atau user, pihak yang melakukan aktivitas dan alur bertahap dari aktivitas tersebut. Activity Diagram merupakan salah satu diagram di dalam Unified Modelling Language (UML) dan dapat digunakan di semua tipe jenis penelitian pengembangan. Activity Diagram yang baik menurut Satzinger harus berfokus pada penggambaran alur aktivitas. Adapun beberapa simbol yang digunakan dalam Activity Diagram:
Gambar 2.3 Activity Diagram
22 Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:142)
1.
Rounded Rectangle Oval di dalam Activity Diagram merepresentasikan aktivitas individu di dalam workflow.
Gambar 2.4 Notasi Aktivitas Sumber : Podeswa (2010:351) 2.
Connector / Transition Arrow Panah penghubung berguna untuk menghubungkan antara satu aktivitasdengan aktivitas lain.
Gambar 2.5 Notasi Konektor Sumber : Podeswa (2010:351)
3.
Initial Node Simbol ini digunakan untuk menandakan awal dan akhir dari alur aktivitas dalam Activity Diagram.
Gambar 2.6 Notasi Initial Node Sumber : Podeswa (2010:66)
4.
Starting Activity & Ending Activity Simbol ini digunakan untuk menandakan awal dan akhir dari alur aktivitas dalam Activity Diagram.
23
5.
Decision Simbol permata/diamond menjadi titik keputusan apakah alur daripada aktivitas harus mengikuti alur satu atau alur lainnya. Biasa disertai dengan guard condition untuk menentukan apakah alur harus mengikuti 1 alur atau alur lainnya.
Gambar 2.7 Notasi Decision Sumber : Podeswa (2010:66)
6.
Join / Synchronization Bar Garis tebal menggambarkan Synchronization Bar yang bisa membagi alur menjadi beberapa alur lain yang berjalan secara bersamaan.
Gambar 2.8 Notasi Join Sumber : Podeswa (2010:67)
24
2.2.1.2.
Use Case Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:171-175), Use case diagram adalah diagram yang menggambarkan bagaimana sistem bereaksi terhadap event yang ada atau diagram yang menghubungkan antara aktor dan use case. Diagram ini memiliki notasi untuk use casenya berupa oval dan aktor berupa stick figure.
Gambar 2.9 Penggambaran Use Case Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243) Adapun notasi yang digunakan untuk menyusun use case diagram antara lain: 1. Aktor Merupakan representasi dari siapa yang melakukan interaksi dengan use case dalam sebuah sistem.
25
Gambar 2.10 Notasi Aktor Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243) 2. Use case Merupakan bentuk interaksi antara sistem dan aktor.
Gambar 2.11 Notasi Use Case Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243) 3. Garis penghubung Merupakan penghubung antara aktor dan use case.
Gambar 2.12 Notasi Garis Penghubung Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243)
Hubungan pada Use Case Diagram terbagi menjadi: 1.
<
> relationship atau disebut juga relationship
adalah
hubungan
antar
use
<<uses>> case
yang
memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain. 2.
<<extends>> relationship merupakan hubungan antar use case yang
memungkinkan
satu
use
case
secara
optional
menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain.
26
2.2.1.3.
Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:171-175), Use Case Description adalah deskripsi yang menjelaskan proses detail untuk masingmasing usecase. Setiap detail informasi dalam use case digambarkan dengan deskripsi use case.Ada 3 pembagian level dalam detail Use Case Description, untuk pengembangan sistem yang lebih baik, kita harus lebih masuk ke level detil dengan pendeskripsian : 1.
Brief description Use Case Description hanya menjelaskan proses detail di dalam use case, tingkat detailnya hanya sebatas deskripsi use case. Brief description biasa digunakan sebatas untuk use case yang sederhana, yang tidak memiliki proses terlalu rumit
Gambar 2.13 Brief Description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:172) 2.
Intermediate description Intermediate description merupakan deskripsi yang lebih detail dan merupakan
perluasan
dari
sebuah
brief
description
untuk
memasukkan arus aktivitas-aktivitas internal untuk suatu use case. Jika terdapat multiple scenarios, maka tiap arus aktivitas-aktivitas dideskripsikan secara masing-masing. Selain itu, dokumentasi
27 mengenai kondisi-kondisi pengecualian juga dapat didokumentasikan jika diperlukan.
Gambar 2.14 Intermediate description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd(2009:172)
3.
Fully developed description Fully developed description merupakan metode yang paling formal untuk mendokumentasikan sebuah use case. Dengan detail lebih banyak memberikan gambaran bagaimana internal flow dari suatu aktivitas terjadi. Kesulitan utama daripada use case description ini adalah software developer kesulitan dalam menemukan requirement user. Tetapi kelebihan use case description ini adalah memberikan pengertian menyeluruh dalam bisnis dan bagaimana cara sistem bisa mendukung proses tersebut.
28
Gambar 2.15 Fully developed description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:174) 2.2.1.4.
Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:252), System sequence diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama berjalannya use case atau skenario, System Sequence Diagram berguna untuk mendeskripsikan alur dari informasi masuk dan keluar ke dalam sistem yang terotomatisasi. Sequence Diagram merupakan contoh dari diagram interaksi (Interaction Diagram).
29
Gambar 2.16 Penggambaran Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:253) 1.
Aktor Aktor merupakan orang yang berinteraksi dengan sistem. Dalam sequence diagram aktor digambarkan sebagai stick figure.
Gambar 2.17 Notasi Aktor di dalam Use Case Sumber : Podeswa (2010:253)
2.
Obyek Terdapat berbagai simbol dalam System Sequence Diagram, kotak dengan tulisan “system” merepresentasikan kesulurahan sistem yang terotomatisasi.
Di
dalam
sequence
diagram
penggambaran
menggunakan notasi obyek, dimana interaksi yang terjadi bukan antara
class
dimana
obyek-obyek
tersebut
berasal,
tetapi
menggunakan masing-masing obyek. Notasi untuk menggambarkan obyek adalah kotak dengan tulisan digaris bawah, penggarisan nama obyek tersebut opsional, tidak wajib digunakan.
30
Gambar 2.18 Notasi Obyek Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:253)
3.
Lifeline Notasi lifeline digambarkan dengan garis putus-putus yang ditarik dari notasi kotak yang menggambarkan obyek. Lifeline atau garis hidup merupakan penggambaran perpanjangan dari obyek. Garis panah diantara lifeline merepresentasikan pesan yang dikirim dan diterima antar obyek-obyek di dalam Sequence Diagram.
4.
Pengiriman pesan & pengembalian nilai Notasi pengiriman pesan berupa panah lurus yang mengarah ke lifeline dari obyek. Notasi ini digunakan untuk mengirimkan pesan ataupun parameter dari 1 obyek ke obyek lain. Sedangkan pengembalian nilai digambarkan dengan panah putus-putus yang mengarah
ke
lifeline
obyek.
Notasi
ini
digunakan
untuk
mengembalikan nilai kembali ke pengirimnya. Setiap panah memiliki asal dan tujuan, asal berarti obyek yang mengirimkan pesan sedangkan tujuan berarti obyek yang akan menerima pesan tersebut. Tujuan dari lifeline adalah menentukan urutan dari pengiriman pesan. Urutan tersebut dibaca dari atas ke
31 bawah
lifeline.
Setiap
pesan
akan
diberikan
label
untuk
menggambarkan tujuan pesan dan isi pesan tersebut. 2.2.1.5.
Multilayer Design Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:329-333), tahapan selanjutnya adalah pengembangan sequence diagram tersebut dengan memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat multilayer design, termasuk view layer dan data access layer.
Gambar 2.19 Contoh Multilayer Design Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:435)
32
2.2.1.6.
User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:442), User Interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan user untuk menghasilkan input dan output.
2.2.1.7.
Deployment Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:401-403), deployment diagram merupakan tipe dari diagram implementasi yang menunjukan komponen fisik dari berbagai lokasi. Menurut
Podeswa
(2010:278)
Deployment
diagram
mengindikasikan bagaimana software diinstall di dalam sistem, contoh apa yang akan diinstal di dalam server dan apa yang akan diinstal di dalam komputer admin.
Gambar 2.20 Deployment Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402)
1.
Node Notasi node bisa merepresentasikan komputer atau komputer bank, 1 node merepresentasikan 1 computing source. Node merupakan perwujudan suatu entitas yang nyata secara fisik di suatu lokasi (biasanya adalah komputer atau perangkat lain). Penggambaran node
33 disertai dengan penulisan nama di dalamnya dengan disertai dengan garis bawah.
Gambar 2.21 Notasi Node Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:401)
2.
Artifak Simbol lain yang digunakan di dalam deployment diagram adalah simbol artifak. Simbol artifak ini merepresentasikan sesuatu yang kelihatan yang diciptakan dan ada di node tertentu. Simbol ini digambarkan dengan sebuah segi empat dengan logo dokumen di sudutnya
Gambar 2.22 Notasi Artifak Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402) 3.
Component Jika memiliki hubungan dengan komponen di diagram komponen, maka komponen perlu digambarkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan dengan artifak.
34
35
Gambar 2.23 Notasi Komponen Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402)
2.2.2. SAP Table Relation Menurut Christoper Solomon, SAP Table Relation digunakan untuk menggambarkan hubungan antara table database di dalam SAP. [http 5]
Gambar 2.24 SAP Table Relation Sumber : qa.bpi.ac.th/files/document/74.pdf (2009:402)
2.2.3. Human Resource Information System (HRIS) Menurut
Susan
M.
Heathfield,
HRIS (Human
Resources
Information System) adalah sebuah software atau perangkat lunak yang menyediakan kemampuan untuk penerimaan data, pengecekan data, dan penyebaran informasi yang diperlukan untuk kebutuhan perusahaan dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia, pengelolaan penggajian karyawan dan beberapa fungsi akuntansi dalam bisnis. [http 3] Menurut Noe, Hollenbeck, & Gerhard (2007:48), HRIS adalah sistem komputer yang digunakan untuk mendapatkan, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengambil dan mendistribusikan informasi yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang digunakan untuk
36 membantu organisasi khususnya pada aspek perencanaan sumber daya manusia. Menurut Sadiq , Fareed, Ikhlaq, dan Bahaudin (2012:1), HRIS adalah sistem komputer yang digunakan untuk menyeleraskan fungsi administratif pada departemen Human Resource. HRIS diciptakan untuk meningkatkan administrasi dan fungsi strategis dari departemen Human Resource. 2.2.4. Human Capital Management Modul HCM atau Human Capital Management yang digunakan oleh mySAP ERP HCM yang memberikan fasilitas kepada perusahaan agar dapat mengelola dan mengontrol sumber daya manusia dari perusahaan secara real time. Menurut buku SAP HR050, Adapun beberapa fitur dari Human Resources Module di dalam sistem SAP ERP antara lain Time Management, Payroll Processing, Travel dan Training Coordination, dibahas sebagai berikut: 1.
Personnel Management Personnel Management terkait dengan fungsi untuk mengatur atau memantain data para karyawan.Sistem dalam mySAP ERP HCM menyimpan data dengan menggunakan Infotype Records.
2.
Organizational Management Organizational Management digunakan untuk memetakan struktur organisasi perusahaan dalam sistem manajemen sumber daya terkait dengan laporan dan untuk memperlihatkan hirarki serta hubungan para karyawan dalam sebuah perusahaan. Selainitu, organizational management juga memberi pandangan yang luas tentang perusahaan
37 di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Di dalam organizational management terdapat: •
Organizational plan menggambarkan
sebuah
model dari
lingkungan kerja yang struktural dalam perusahaan yang bisa dievaluasi kapan saja. •
Organizational Unit
menggambarkan semua jenis unit bisnis
yang ada dalam perusahaan. Hubungan dari beberapa unit bisnis yang ada akan membentuk sebuah struktur organisasi. •
Jobs adalah klasifikasi umum dari posisi yang akan ditempati oleh para karyawan. Misalnya Head of Department, secretary, dan lain-lain.
•
Positions adalah unit organisasi terkecil yang menggambarkan tugas-tugas dari karyawan secara individual. Positions akan ditempati oleh Persons.
•
Persons adalah sebuah obyek yang memegang posisi dalam suatu struktur organisasi yang secara umum digambarkan sebagai karyawan.
3.
Time Management Time management digunakan untuk mengelola semua hal yang berhubungan dengan waktu dalam proses kerja para karyawan, misalnya absensi, cuti, dan lain-lain. Ada beberapa cara untuk mencatat data waktu dalam time management, seperti: •
Dilakukan online oleh time administrator
•
Menggunakan Cross-Aplication Time Sheet (CATS)
•
Menggunakan Employee Self-Service (ESS)
38 4.
Payroll Secara umum payroll adalah sebuah perhitungan dari pembayaran atas hasil kerja dari para karyawan. Jika dilihat secara lebih khusus, payroll dapat mengelola beberapa hal seperti pemrosesan hasil penggajian, transfer bank, dan pembayaran gaji dengan menggunakan cek. Payroll menjadi penting karena proses payroll sangat berhubungan dengan kinerja karyawan, proses payroll yang benar dan tepat akan memperhitungkan dan menghasilkan jumlah insentif untuk karyawan yang tepat, sedangkan kesalahan pada jumlah nominal insentif akan membuat masalah yang dapat menyebabkan perfoma karyawan menurun.
5.
Recruitment Kompenen dalam recruitment dapat digunakan untuk melengkapi seluruh proses perekrutan dari mulai mengisi data-data awal sampai dengan mengisi posisi-posisi untuk lowongan pekerjaan.
6.
Personnel Development Komponen dalam personnel development dapat memungkinkan perusahaan untuk menilai para karyawan terkait dengan performanya dalam perusahaan.Keterkaitan antara kualifikasi yang dimiliki karyawan dengan kebutuhan posisi ditempat mereka bekerja dapat diukur dengan Qualifiacations and Requirements. Dengan personnel development, perusahaan dapat merencanakan dan mengimplementasikan berbagai training yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan dari para karyawannya.Dengan begitu
39 perusahaan
dapat
memastikan
jika
organisasinya
memiliki
kemampuan dan kualifikasi yang dibutuhkan di setiap bidang. 7.
Training and Event Management Para karyawan yang memiliki kualifikasi kurang memadai akan diikutsertakan dalam eventbusiness atau kursus pelatihan yang menyediakan sarana untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam bidang tertentu.
8.
Enterprise Compensation Management Enterprise compensation management dalam mySAP ERP HCM digunakan untuk mengontrol dan mengelola kebijakan remunerasi perusahaan
serta
memfasilitasi
perencanaan
kompensasi
dan
budgeting. 9.
Personnel Cost Planning Terkait tentang seluruh biaya yang diperlukan untuk karyawan, seperti biaya gaji, training, kegiatan dinas, dan lain-lain.
2.2.5. Advanced Business Application Programming (ABAP) Menurut Monk dan Wagner (2009:35), Advance Business Application Programming atau ABAP merupakan bahasa pemrograman komputer tingkat tinggi yang diciptakan untuk menuliskan tas-task yang rutin di dalam aplikasi tertentu. ABAP menurut sap-technical adalah bahasa pemrograman generasi keempat (4G) yang ditujukan untuk para pengguna SAP untuk mendorong lebih penggunaan aplikasi SAP, para pengguna SAP dapat mengembangkan
40 laporan yang lebih dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan interface dengan pemrograman ABAP. [http 1] ABAP menurut Keller dan Kruger (2007:23), ABAP adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan dalam SAP untuk mengembangkan aplikasi komersial di lingkungan SAP.Dari definisi di atas kita dapat menarik kesimpulan, ABAP adalah bahasa pemrograman tingkat tinggi (4G) yang digunakan untuk menuliskan program ataupun laporan yang dapat menambahkan fungsionalitas di SAP dan memberikan nilai lebih dalam penggunaannya. ABAP memiliki dasar pemrograman yaitu bahasa JAVA. Penambahan-penambahan fungsi-fungsi yang belum terdapat pada SAP dapat ditambahkan dengan menggunakan bahasa ABAP oleh ABAPER. ABAPER adalah orang yang melakukan penulisan bahasa program menggunakan bahasa ABAP. Semua program ABAP yang dibuat semua berada di dalam SAP database dan tidak disimpan dalam data eksternal. 2.2.6. ABAP dan SAP Netweaver
41
Gambar 2.25 Three Layer Architecture SAP Sumber : http://help.sap.com/saphelp_46c/helpdata/en/fc/ eb2e8a358411d1829f0000e829fbfe/Image2028.gif
Setelah hadirnya teknologi SAP Netweaver di bawah teknologi SAP, ABAP menjadi interface dari SAP Netweaver Application Server ABAP atau disingkat menjadi AS ABAP, yang menggantikan SAP Basis` menjadi SAP Web Application Server. Menurut Keller dan Kruger(2007:29), AS ABAP adalah hasil integrasi antara ABAP dengan aplikasi server dari SAP Netweaver. Untuk pengembangan AS ABAP, platform yang digunakan oleh SAP adalah J2EE yang berbasiskan bahasa Java. Dari pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa kelebihan utama dari SAP Netweaver Application Server yaitu menyediakan framework yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan teknologi Java dan teknologi ABAP menjadi satu server aplikasi sehingga user bisa lebih fleksibel untuk mengembangkan program dan report di SAP di platform mana saja. 2.2.7. Tipe Data ABAP Menurut Keller dan Kruger (2007:230), pembagian tipe data di dalam ABAP Programming dibagi mejadi beberapa hirarki. Tujuan dari program ABAP adalah melakukan pemrosesan pada data-data bisnis yang tersimpan dalam database. Untuk membantu hal ini maka ABAP memasukan beberapa hirarki tipe data tersebut untuk mendukung operasi khusus yang berhubungan dengan data bisnis. Penggunaan tipe data ini disesuaikan dengan keperluan penggunaan dalam proses ABAP.
42
Gambar 2.26 ABAP Data Type Sumber : Keller dan Kruger (2007:230)
Dalam buku ABAP Objects,Keller dan Kruger (2007), tipe data ABAP dibagi menjadi 3 kelompok besar: 1.
Tipe data elementer Tipe data elementer merupakan tipe data yang merupakan built-in langsung dari ABAP. Ada 8 tipe data elementer yang memiliki panjang yang tetap (fixed) dan ada 2 tambahan yang memiliki panjang
43 yang berubah-ubah (variable). 8 tipe data elementer yang memiliki panjang yang tetap antara lain: •
Text Fields (c)
•
Numerical Text Fields (n)
•
Date Fields(d)
•
Time Fields(t)
•
Integers (i)
•
Binary floating point (f)
•
Packed numbers (p)
•
Byte (x)
Sedangkan tambahan 2 tipe data elementer yang memiliki panjang berubah-ubah antara lain:
2.
•
Character strings (string)
•
Byte strings (xstring)
Tipe data kompleks Tipe data kompleks merupakan tipe data dimana disusun dari beberapa tipe data yang lain. Tipe data ini memperbolehkan adanya penggunaan dataset dimana memiliki nama yang sama, tipe data ini harus disusun berdasarkan tipe data yang ada. Tipe data ini merupakan tipe terstruktur, yang disusun dari tipe data yang lain.
3.
Tipe data reference Tipe data reference menggambarkan obyek data (variabel reference) yang mengacu kepada obyek lain.
44
2.2.8. Tipe Program ABAP Menurut Keller dan Kruger (2007:159), program ABAP dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: 1.
Class Pools atau Global class Class Pools adalah penampung/container untuk 1 global class yang dapat digunakan di program lain. Selain menampung global class saja, class pools dapat digunakan juga untuk menampung data types dan local object types (class dan interface) yang bisa dideklarasikan sebagai bagian dari class pool untuk digunakan di global class.
2.
Interface pools atau Global Interface Interface pools adaah penampung untuk 1 global interface yang dapat dimasukan atau di include ke dalam class di program lain.
3.
Function pools atau Function Groups Function Groups adalah program yang berisikan function modules, dengan kata lain function groups mengelompokan beberapa function modules. Selain berisikan function modules, function groups juga dapat berisikan dynpros yang tidak dapat kita masukan ke dalam class pool. Function groups juga digunakan untuk dapat melakukan remote pada function modules.
45
Gambar 2.27 Function Groups dan Function Modules Sumber :help.sap.com/saphelp_nw70 4.
Function modules / external procedures Menurut Keller dan Kruger (2007:164), Function modules adalah prosedur yang terdapat dalam function groups yang didesain untuk dapat dipanggil dari program lain. Illustrasinya mirip dengan global classes dan public methods dimana global classes berlaku sebagai container dan public method berlaku sebagai komponen dari containernya. Menurutsapdocs.info,
Function
Modules
merupakan
prosedur
eksternal (External Procedures) yang merupakan turunan dari metode yang hanya dapat dibuat di dalam Function Groups. Fungsi-fungsi yang ada di dalam function modules tetap dapat dipanggil melalui method jika diperlukan. Setiap function modules membutuhkan function group sebagai penampung/containernya. Dari definisi di atas, function groups dan function modules bersifat saling melengkapi, function groups wajib ada karena berperan sebagai penampung bagi function modules. Jika tidak terdapat function
46 modules maka function group hanya bersifat sebagai penampung kosong saja. Dalam penggunaanya, function modules tidak perlu di include jika ingin melakukan tes pada function modules tersebut. Adapun peran function modules menurut sapdocs.info, sebagai berikut: a.
Dengan menggunakan function modules maka kita dapat melakukan enkapsulasi dan mempergunakan kembali global function di sistem R/3
b.
Function modules mempunyai peran penting untuk melakukan update ke dalam database
c.
Function modules mempunyai peran penting di dalam melakukan remote communications antara sistem R/3 atau komponen dalam sistem R3 dan non-sap system.
d.
Function modules juga mendukung exception handling dalam error
5.
Subroutine Pools atau Internal Procedure Menurut Keller dan Kruger (2007:270), subroutine pools adalah container untuk subroutine yang dapat dipanggil melalui program lain. Maintain terhadap subroutine bisa langsung di maintain lewat ABAP Editor di ABAP Workbench.
6.
Executable Program Executable adalah program yang dirancang secara khusus untuk pelaporan sesuatu, dimana program ini akan membaca database dan menampilkannya dalam kondisi tertentu sesuai dengan prinsip IPO (Input, Processing danOutput). Input di dalam executable program
47 biasanya ditentukan dengan input parameter yang diperlukan untuk pemrosesan data, processing adalah proses penarikan data melalui query dan melalui proses komputasi jika diperlukan. Output adalah tampilan hasil pemrosesan data yang mempunyai banyak format, dari tulisan, tabel sampai ALV Grid. 7.
Module Pools Module pools biasanya didesain untuk dialogprogramming dengan dynpros.
Module
pool
biasanya
berisikan
dynpros
sebagai
komponennya. Module pool juga berlaku sebagai container untuk modul dialog sebagai alur logika dari dynpros. Hal ini mirip dengan executable program dan function group dan juga untuk memaintain module pool bisa langsung dilakukan melalui ABAP Editor di ABAP Workbench. 2.2.9. SAP Web Service Menurut Monk dan Wagner (2009:22), Web Service adalah gabungan dari berbagai piranti lunak atau aplikasi yang memperbolehkan berbagai program di dalam organisasi untuk berkomunikasi dengan aplikasi lain. Menurut Turban (2011:397), Web Service adalah sekumpulan teknologi yang digunakan untuk melakukan pertukaran data antara beberapa aplikasi. Menurut Woods dan Word (2004, 321) Web Service adalah teknologi universal yang digunakan untuk menghubungkan aplikasiaplikasi, teknologi ini menyediakan cara untuk menggabungkan fitur-fitur
48 yang berbeda dari berbagai teknologi sehingga user bisa menggunakannya di platform manapun.
Gambar 2.28 SAP Netweaver Capabilities Sumber: Woods dan Word (2004:190)
Jika dihubungkan dengan peran SAP Netweaver, SAP Netweaver menjadi platform tempat dimana web service dikembangkan, dijalankan dan di-manage. Menurut Woods dan Word(2004:319-325) dukungan dari SAP Netweaver untuk pengembangan Web Service antara lain: 1.
Portal dapat mengonsumsi web service dengan cara menciptakan UI berdasarkan peran yang membawa banyak fungsionalitas dari aplikasi. Portal mempermudah user untuk melakukan tugas-tugas mereka tanpa harus bekerja di sistem yang berbeda-beda.
2.
Composite application adalah Web service yang dapat dibangun diatas aplikasi dengan menciptakan servis tambahan diatas aplikasi yang
49 telah ada yang memperbolehkan kode Java untuk berkomunikasi dengan aplikasi lain dan menyediakan fiturnya sebagai Web Service. 3.
Fitur
messaging,
integration
broker,
dan
Business
Process
Management (BPM) menyediakan fitur yang membuat portal dapat menggunakan Web Service. 4.
Business Process Management (BPM) menyediakan fitur yang menjembatani SAP dengan banyak aplikasi pihak ketika, penggunaan BPM ini antara lain bisa dilihat dari RFC(Remote Function Call) dan BAPI (Business Application Programming Interface) di SAP Business Suite. Kedua fitur ini merupakan fitur yang sangat penting untuk mengintegrasikan SAP dengan aplikasi pihak ketiga dan juga pengimplementasian add-on. •
RFC (Remote Function Call) Menurut Cao, Jandhyala, & Koduvayur(2010:2), RFC (Remote Function Call) adalah interfaceprotocol yang disediakan oleh SAP AG untuk melakukan proses komunikasi, pengiriman parameter, dan penanganan error untuk mempermudah coding dari komunikasi antar sistem. Dari definisi di atas, RFC akan berhubungan dengan ABAP Programming serta software pihak ketiga dalam hal ini bisa dibuat melalui bahasa pemrograman lain PHP, Java, C, C++. Adapun prosedur di dalam RFC secara singkat digambarkan sebagai berikut: a. Memanggil interface untuk ABAP Program
50 b.
Setiap ABAP Program bisa memanggil remote function module menggunakan command CALL FUNCTION
c. Function module RFC di dalam SAP harus merupakan function module yang benar dan tidak mengandung error. d.
RFC juga menyediakan interface untuk program yang tidak menggunakan bahasa ABAP.
•
BAPI (Business Application Programming Interface) Menurut Margaret Rouse (2007), BAPI (Business Application Programming Interface) adalah sekumpulan interface yang memiliki konsep pemrograman berorientasi obyek yang memperbolehkan
programmer
untuk
menggabungkan
/
mengintegrasikan aplikasi pihak ketiga untuk masuk ke dalam sistem SAP R/3. [http 4] Menurut Monk dan Wagner (2009:29), BAPI (Business Application Programming Interface) adalah interface yang ada di dalam SAP R/3 yang diperuntukan untuk menghubungkan aplikasi pihak ketiga ke dalam SAP R/3. Dari definisi di atas, BAPI merupakan interface yang disediakan oleh SAP di dalam SAP R/3 yang memiliki konsep object oriented yang menyediakan fitur untuk mengintegrasikan aplikasi di luar SAP (third party ataupun add-on) untuk dapat diintegrasikan dengan sistem SAP R/3.
51 5.
Tools pengembangan yang digunakan adalah J2EE dan ABAP, sehingga ABAPDevelopertetap bisa menggunakan ABAP Workbench untuk mengembangkan Web Service.
6.
SAP
Netweaver
Developer
studio
yang
menyediakan
tools
pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan Web Service menggunakan ABAP dan Java sesuai standar yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan fitur ini diharapkan pengembangan lebih memudahkan pengembang dalam mengembangkan Web Service yang akan digunakan. 7.
Life Cycle Management digunakan untuk melakukan pengontrolan secara keseluruhan baik itu dari daur hidup program di SAP dan juga Web Service.
2.2.10. SAP Business Workflow Menurut Monk dan Wagner (2009:29), SAP Workflow adalah kumpulan tools yang ada di dalam SAP ERP yang dapat digunakan untuk mengotomatisasi aktivitas-aktivitas di dalam SAP ERP. Adapun contohnya adalah SAPWorkflow bisa meanganalisis pada tugas-tugas yang ada dan dapat melakukan pengiriman email ke karyawan jika memang karyawan dibutuhkan untuk mengambil keputusan tersebut. SAP Business Workflow juga bisa digunakan untuk mendefinisikan proses bisnis yang belum di masukan atau di mapping ke dalam sistem R/3. Contoh dari mendefinisikan proses bisnisinya adalah seperti melakukan approval atau melakukan pengajuan yang sebelumnya tidak ada dalam SAP, dengan workflow maka kita bisa membuat proses bisnis baru dalam SAP. SAP Workflow sangat cocok diimplementasikan apabila kondisinya
52 adalah proses bisnis yang berulang dan membutuhkan sumber daya yang besar jika menjalankannya secara manual. SAP Business Workflow juga menyediakan workflow-workflow bawaan yang bisa dicustom oleh user, untuk menjadikannya lebih baik atau dicocokan dengan proses bisnis perusahaannya.
Gambar 2.29 Business Process and Workflow Sumber: http://orekait.com/img/sap-workflow-business-process.png 2.2.11. Mobile Application Design Menurut Jonathan Stark (2012), smartphone dan desktop computer memiliki banyak perbedaan seperti ukuran layar, bandwith, dan sumber daya. Perbedaan tersebut membuat perancangan mobile application sangat berbeda dengan perancangan desktop application. Terdapat 10 (sepuluh) prinsip dalam merancang desain rancangan layar mobile application yaitu:
53
1.
Mobile Mindset Dalam merancang mobile application harus menggunakan mobile mindset, yaitu harus fokus, unik, menarik, dan peka terhadap keinginan user.
2.
Mobile Contexts Mengetahui dan fokus pada sasaran user untuk mobile application yang akan dirancang. Terdapat tiga jenis user, yaitu user yang menggunakan mobile application pada saat bersantai di rumah (bored), pada saat sedang sibuk dan memerlukan pengaksesan content yang cepat (busy), dan pada saat sedang berada di daerah yang baru atau tersesat (lost).
3.
Global Guidelines Terdapat aturan umum untuk perancangan mobile application, yaitu tingkat responsif yang tinggi, tampilan detail yang menarik, merancang dengan menyesuaikan ukuran ibu jari dan letak user interface yang sesuai, isi yang gampang diakses dan dimengerti, peletakkan kontrol di bawah isi, dan menghindari scrolling.
4.
Navigation Models Terdapat banyak model navigasi dalam perancangan mobile application, tetapi pastikan model yang dipilih sesuai dengan jenis aplikasi yang akan dirancang. Beberapa pilihan model navigasi seperti none, tab bar, dan drill down.
54
5.
User Input Terdapat banyak jenis keyboard dalam smartphone, seperti default, email, url, dan phone. Pastikan keyboard sesuai dengan jenis input yang diinginkan, pertimbangkan penggunaan auto correct dan pastikan
memungkinkan
landscape
orientation
jika
banyak
berinteraksi menggunakan keyboard. 6.
Gestures Gesture yang ada pada mobile application bersifat tersembunyi dan pastikan memudahkan user untuk menemukannya. Tidak semua gesture penting dan cukup, misalnya seperti shortcut pada keyboard hanya diketahui beberapa user dan fasilitas zoom yang memerlukan penggunaan dua tangan dapat ditambah dengan tombol zoom in dan zoom out sehingga tetap dapat digunakan dengan satu tangan.
7.
Orientation Pastikan orientasi yang didukung mobile application sesuai dengan kebutuhan antara portrait atau landscape. Sediakan juga fitur lock orientation jika memang dibutuhkan melihat sesuatu dalam waktu yang lama.
8.
Communications Komunikasi dengan user sangatlah penting dalam mobile application. Pastikan setiap aktivitas yang ada diberikan feedback dari aplikasi, kurangi penggunaan alert yang dapat mengganggu user, dan minta konfirmasi user dengan rancangan default pilihan yang paling aman.
55
9.
Launching Perhatikan
juga
tampilan
saat
launching
aplikasi.
Pastikan
menampilkan apa yang terkahir user tinggalkan saat launching kembali dan untuk halaman awal pilihlah gambar interaktif sehingga user tidak bosan. 10. First Impressions Kesan pertama dari aplikasi sangatlah penting. Pastikan icon yang dipakai dan first launch dari aplikasi dapat menarik perhatian user.
56
2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.30 Kerangka Pikir Data yang telah didapatkan akan dianalisa guna mendapatkan gambaran fitur yang akan dikembangkan. Analisa akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisa kebutuhan dan juga analisa kendala. Hasil analisa
57 kebutuhan dan hasil analisa kendala
akan digunakan untuk analisa
pengembangan fitur di tahap selanjutnya. Analisa pengembangan fitur akan mendapatkan hasil dari fitur-fitur yang akan dikembangkan. Fitur-fitur tersebut selanjutnya akan dianalisa lebih lanjut di tahap analisa pemilihan teknologi yang akan menentukan platform yang akan digunakan untuk mengembangkan ESS Mobile. Setelah itu akan memasuki tahap perancangan sistem. Setelah melewati tahap analisa, maka tahap selanjutnya dari pengembangan ESS Mobile ini adalah tahap perancangan sistem. Sistem ESS Mobile akan dirancang berdasarkan konsep Object Oriented Analysis and Design. Dalam tahap perancangan ini, adapun diagram-diagram yang dirancang antara lain: • Use Case & Use Case Description • Activity Diagram • SAP Table • Sequence Diagram • UI Spesification Tahap terakhir dari pengembangan ESS Mobile adalah tahap rencana implementasi. Pada tahap ini disusun spesifikasi dan rencana bagaimana ESS Mobile dapat diimplementasikan ke environment yang sebenarnya. Adapun spesifikasi implementasi yang disusun antara lain Hardware and Software Requirement, yang berisikan apa saja hardware dan software yang diperlukan untuk mengimplementasikan ESS Mobile. Dokumen lain seperti tata laksana untuk pengimplementasian juga disusun guna mendukung user dalam perihal bantuan dokumentasi untuk
58 mengimplementasi ESS Mobile. Di dalam tahap implementasi juga terdapat Training User, diharapkan melalui training, user dapat mengerti bagaimana cara penggunaan ESS Mobile dan memaintain aplikasi tersebut. Tahap terakhir dari rencana implementasi dari ESS Mobile adalah penyusunan timeline untuk pengimplementasian ESS Mobile ke Human Capital and Legal Directorate.
L1