BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Fleksibilitas Manufaktur Pengembangan fleksibilitas manufaktur akhir-akhir ini menjadi salah satu perhatian penting para manajer untuk mempertahankan perusahaan dalam posisi yang kompetitif. Fleksibilitas telah menjadi prioritas bersamaan dengan biaya dan kualitas, seiring dengan meningkatnya perubahan lingkungan dengan dinamis, persaingan yang semakin luas dan ketat, meningkatnya inovasi teknologi, siklus hidup produk yang semakin pendek, dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan (Shi, Daniels, 2003). Penting untuk mengetahui pentingnya fleksibilitas bagi suatu perusahaan saat ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak diindustri manufaktur. Menurut Mabert dan Jacobs (1991) dalam lingkungan yang dinamik, industri manufaktur kelas dunia memiliki empat tujuan utama (Gaspersz, 2001), yaitu: 1. Memproduksi produk-produk berkualitas tinggi 2. Mempertahankan penyerahan produk tepat waktu 3. Meningkatkan produktivitas agar lebih kompetitif dalam harga produk 4. Membentuk struktur manufaktur yang fleksibel
14
Sebelum kita memahami pengertian fleksibilitas kerja manufaktur, terlebih dahulu hendaknya kita memahami apa yang dimaksud dengan fleksibilitas itu sendiri. Pengertian fleksibilitas sendiri bermacam-macam tergantung dari ruang lingkup fleksibilitas itu ditempatkan. Sulit untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai fleksibilitas manufaktur, karena perbedaan situasi dan masalah yang harus dihadapi perusahaan manufaktur. Menurut Noori dan Radford, secara umum fleksibilitas diartikan sebagai kemampuan untuk merespon atau mengikuti, menghadapi situasi atau kondisi baru dengan efektif dan efisien yang berhubungan dengan proses, produk dan infrasturktur (Lau, 1999). Fleksibilitas menjadi semakin penting setelah dikenalnya siklus hidup produk dalam sistem produksi. Semakin ketatnya persaingan, dinamisnya perubahan, dan meningkatnya ketidakpastian, dan secara otomatis akan memperpendek siklus hidup produk tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi fleksibilitas manufaktur untuk pengembangan dan pengenalan produk baru dengan lebih cepat. Strategi manufaktur harus memasukkan rencana untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian unik, yang akan memungkinkan perusahaan untuk dapat melakukan sesuatu lebih baik daripada pesaingnya. Dalam hubungannya dengan strategi perusahaan, Gupta dan Somers melakukan penelitian mengenai hubungan antara strategi bisnis, fleksibilitas kerja manufaktur, dan kinerja
15
organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja manufaktur dan strategi bisnis sama-sama mempengaruhi kinerja organisasi (Lau, 1999). Suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak fleksibilitas terhadap suatu sistem kinerja, menunjukkan bahwa fleksibilitas sumber daya yang lengkap, yakni ketika tiap sumber daya dapat dialokasikan untuk setiap dan seluruh tahapan proses produksi, dapat meningkatkan sistem kinerja sebesar 60% (Shi, Daniels, 2003). Fleksibilitas akan menjadi salah satu masukan penting dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, baik dalam perusahaan itu sendiri maupun para pemegang saham. Ruang lingkup sistem fleksibilitas kerja manufaktur dikategorikan oleh Koste dan Malhotra (1999) kedalam lima tingkat yaitu : strategi bisnis, fungsional, pabrik, lantai produksi, dan sumber daya individu. Tingkat pabrik, lantai produksi, dan sumber daya individu dan dapat dilihat pada tabel berikut.
16
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Fleksibilitas Manufaktur PABRIK Tingkat perubahan dan derajat fluktuasi dalam tingkat keluaran (output) agregat, dimana sistem dapat mengakomodasinya tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah dan variasi yang dapat diproduksi tanpa Campuran mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi dan keragaman penambahan maupun Penambahan/perluasan Jumlah perluasan yang dapat dilakukan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah dan keragaman modifikasi yang dapat Modifikasi dihasilkan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah dan variasi produk baru yang dapat Produk Baru diperkenalkan dalam produksi tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi LANTAI PRODUKSI Jumlah produk yang memiliki rute-rute alternatif dan Rute tingkat variasi dari rute yang digunakan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah produk yang yang memiliki alternatif dan Operasi keragaman urutan rencana tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi SUMBER DAYA INDIVIDU Jumlah dan variasi tugas/operasi yang dapat Tenaga Kerja dikerjakan tenaga kerja tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah dan variasi tugas/operasi yang dapat dilakukan Mesin mesin tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Jumlah jalur yang ada antara proses-proses utama dan Penanganan Bahan keragaman bahan yang dapat ditransportasikan sepanjang jalur tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi Volume
Sumber : Koste & Malhotra (1999)
17
Sedangkan Sethi & Sethi mengemukakan 11 tipe fleksibilitas manufaktur (Shi,Daniels, 2003), yaitu : 1. Fleksibilitas mesin : kemampuan mesin untuk melakukan operasi yang bervariasi tanpa membutuhkan biaya dan waktu yang substansial. 2. Fleksibilitas pasar : mampu untuk beradaptasi dengan perubahan pasar. 3. Fleksibilitas produksi : kemampuan untuk berproduksi tanpa penambahan perlengkapan dan kapasitas yang besar. 4. Fleksibilitas penanganan bahan : kemampuan sistem untuk transportasi material yang berbeda-beda dalam lingkungan yang bervariasi. 5. Fleksibilitas operasi : kemampuan untuk memproduksi dalam jalur yang berbeda-beda. 6. Fleksibilitas proses : kemampuan sistem untuk memproduksi produk yang berbeda tanpa setup yang besar. 7. Fleksibilitas produk : kemampuan sistem untuk memproduksi produk yang berbeda dan campuran. 8. Fleksibilitas rute : kemampuan sistem untuk memproduksi produk yang berbeda dengan berbagai alternatif rute sistem. 9. Fleksibilitas pengembangan : seluruh usaha untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sistem produksi. 10. Fleksibilitas volume : kemampuan sistem untuk tetap mendapatkan keuntungan meskipun memproduksi dalam volume yang besar.
18
11. Fleksibilitas program : kemampuan sistem untuk berjalan tanpa harus diawasi untuk periode yang cukup lama. Jenis dan tingkat fleksibilitas yang diperlukan oleh suatu perusahaan berbedabeda, disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan Terdapat beberapa infrastruktur dalam perusahaan yang menjadi dasar dari terbentuknya suatu fleksibilitas kerja manufaktur (Lau, 1999), yaitu : 1. Otonomi kerja (Workforce Autonomy) 2. Komunikasi (Communication) 3. Teknologi (Technology) 4. Hubungan antar departemen (Inter-departmental Relationship) 5. Fleksibilitas pemasok (Supplier Flexibility) Kelima aspek tersebut lebih merefleksikan aspek operasional dari fleksibilitas manufaktur.
2.1.2
Otonomi kerja (Workforce Autonomy)
Saat ini kepuasan pekerja merupakan salah satu prioritas utama para manajer perusahaan untuk mendapatkan lingkungan kerja yang lebih produktif. Apabila kondisi kerja suatu perusahaan tidak dapat memberikan kepuasan bagi para pekerjanya, maka secara otomatis perusahaan juga tidak dapat memuaskan pelanggannya. Kepuasan pelanggan yang tak tercapai tentu akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
19
Salah satu upaya untuk mencapai kepuasan pekerja ialah dengan memberikan kebebasan bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebebasan inilah yang disebut dengan otonomi kerja. Setiap pekerja diberikan kebebasan untuk mencapai target yang ditentukan dengan efektif dan efisien sesuai dengan caranya masing-masing (Finegan, 2004). Otonomi adalah derajat dimana suatu pekerjaan menyediakan suatu kebebasan dan keleluasaan bagi individu dalam merencanakan pekerjaan dan menentukan prosedur untuk digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya (Robbins, 2001). Otonomi sebagai bagian infrastruktur perusahaan memiliki pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), dan dapat memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi Untuk mencapai suatu otonomi kerja, perusahaan memberikan kebebasan dalam berbagai macam cara atau kebijakan, misalnya : -
Pemberian kekuasaan bagi pekerja untuk membuat suatu keputusan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
-
Pemberian kebebasan bagi pekerja dalam merencanakan hingga menyelesaikan sautu pekerjaan.
-
Partisipasi pekerja dalam mendukung dan merencanakan perubahan.
Dengan memberikan kebebasan bekerja ini tentu berarti menghilangkan kepemimpinan yang bersifat otoriter. Seorang atasan belum tentu mengetahui
20
semua jawaban untuk semua masalah yang ada. Bahkan tidak jarang bawahan lebih mengetahui solusi yang lebih baik untuk mengatasi masalah, dibandingkan dengan atasannya. Dengan otonomi kerja, tekanan kerja dapat dikurangi sehingga pekerja dapat dengan lebih leluasa mengeluarkan seluruh daya dan kemampuannya untuk melakukan pekerjaannya (Finegan, 2004). Dengan meningkatkan otonomi dan kendali atas kehidupan kerja mereka, para karyawan akan menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka (Robbins, 2003). Perbedaan cara yang diterapkan oleh perusahaan disesuaikan dengan kondisi atau masalah yang dihadapi perusahaan dalam hal manajemen sumber daya manusia. Selain itu jenis otonomi yang diberikan juga tergantung dari tugas dan tanggung jawab yang dimiliki pekerja tersebut. Dalam menerapkan otonomi kerja ini, menurut Finegan (2004) terdapat beberapa persepsi yang harus dimiliki oleh perusahaan khususnya para atasan atau manajer, yaitu: a. Kepercayaan terhadap pekerja untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. Pekerja diberi kebebasan untuk menentukan target mereka sendiri. Pekerja bebas menentukan kapan suatu pekerjaan akan terselesaikan, sumber daya yang dibutuhkan, dan bagaimana mereka menyelesaikannya.
21
Umumnya pekerja akan menentukan target yang lebih tinggi daripada yang pernah diberikan oleh perusahaan sebelumnya. b. Mempercayai pekerja dan tetap memberi acuan dan parameter tertentu. Persepsi ini menganggap bahwa pekerja terbaik pun tetap membutuhkan aturan-aturan, acuan atau paramater kerja. Sebagai awal pekerja tetap diberi aturan atau panduan untuk menyelesaikan pekerjaaannya, selanjutnya pekerja tetap diberi kebebasan untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin.
Perusahaan dengan tingkat otonomi kerja yang tinggi menurut Finegan (2004) umumnya memiliki karakterisitik sebagai berikut : a. Perusahaan menyediakan waktu dan usaha yang cukup banyak dalam mempekerjakan karyawannya, untuk memastikan kemampuan karyawan tersebut untuk bekerja dalm kondisi otonomi. b. Struktur organisasinya datar (flat) c. Perusahaan tetap menentukan suatu aturan dan panduan sebagai parameter pekerja dalam membuat keputusan. d. Lebih mementingkan hasil daripada proses. e. Selalu membutuhkan kinerja pekerja yang berkualitas tinggi f. Adanya keterbukaan dan komunikasi yang kuat. g. Yang menjadi nilai inti perusahaan ialah kepuasan pekerja.
22
2.1.3
Komunikasi Organisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, komunikasi berarti
“hubungan” . Hubungan antara satu atau banyak pihak
dengan satu atau banyak pihak lain, secara langsung maupun melalui media seperti surat, telepon, email dan sebagainya, dapat dikatakan sebagai suatu komunikasi. Komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi. Deddy Mulyana, Ph.D mengungkapkan komunikasi organisasi sebagai komunikasi yang terjadi dalam organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok (Panuju, 2001). Sebagai salah satu bidang komunikasi, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai suatu penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Wayne, 2001). Unit-unit komunikasi dalam organisasi, baik secara individu maupun kelompok, terdapat hubungan yang hierarkis dan berfungsi dalam suatu lingkungan organisasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan sosial. Sedangkan Drs. Redi Panuju menjelaskan dalam bukunya bahwa tujuan utama komunikasi organisasi ialah untuk membentuk saling pengertian, sehingga dapat menghindari sumber konflik. Dengan komunikasi yang terencana substansinya, minimal akan terjadi penyebaran dimensi-dimensi organisasi seperti visi, misi, strategi, dan sebagainya, yang akan memudahkan
23
organisasi untuk melakukan mobilisasi, instruksi, dan perubahan-perubahan manajemen. Fungsi komunikasi memiliki fungsi untuk (Umar, 2002) : - Menyampaikan informasi - Mengenal dan mengidentifikasi - Mempengaruhi - Mendidik - Menghibur Barry Cushway dan Derek Lodge menggambarkan fungsi komunikasi organisasi sebagai pembentuk iklim dan budaya organisasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi dan produktifitas (Panuju, 2001). Sebagai suatu konsep, Harjana mengungkapkan dalam bukunya bahwa komunikasi organisasi dapat dilihat dari variabel-variabel dan komponennya (Umar, 2002), diantaranya: a. Kepuasan Organisasi Komponen kepuasan karyawan meliputi pekerjaannya, gaji dan tunjangan, hubungan dengan teman sejawat, dan sebagainya. b. Iklim Komunikasi Variabel ini meliputi pengalaman dan persepsi karyawan mengenai : - Partisipasi dalam pengambilan keputusan - Pemberian dukungan kepada perusahaan - Keterbukaan komunikasi antar individu dalam organisasi
24
- Kerelaan menerima saran, kritik, dan pendapat c. Kualitas Media Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti buletin, laporan, instruksi kerja, dan sebagainya, harus : - Cocok - Memiliki daya tarik dan kemudahan untuk dibaca dan dimengerti - Efisien - Dapat dihandalkan d. Kemudahan Mendapat Informasi Persepsi karyawan tentang kemudahan memperoleh informasi dari atasan, bawahan, teman sejawat, bahkan kelompok. e. Aliran Penyebaran Informasi Persepsi karyawan mengenai penyebaran informasi yang penting dan terkini dalam struktur organisasi. f. Budaya Organisasi Budaya komunikasi yang ada antar individu maupun kelompok, seperti pengertian, perhatian, komunikatif, mau membantu, dan mendorong. Telah disebutkan bahwa keterbukaan dan komunikasi yang sangat kuat merupakan salah satu karakteristik perusahaan dengan otonomi kerja yang baik. Dengan komunikasi yang baik, terutama dalam penyampaian informasi antar individu maupun kelompok dalam perusahaan, akan membentuk suatu lingkungan organisasi yang terpadu dan dinamis.
25
Komunikasi merupakan salah satu infrastruktur perusahaan yang memiliki pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), komunikasi yang terjalin dan berlangsung dengan baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
2.1.4
Teknologi Pendukung Organisasi
Saat ini perusahaan mulai menyadari pentingnya pemilihan peralatan dan teknologi sebagai salah satu keputusan strategis yang harus dibuat dalam suatu perencanaan proses, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur merupakan kebutuhan untuk melihat teknologi sebagai pusat dari pemikiran bisnis, hal ini akan mempengaruhi strategi selanjutnya serta perencanaan strategi manufaktur secara keseluruhan. Teknologi yang terus menerus berkembang, dibuat untuk memudahkan para penggunanya dalam melakukan aktivitasnya. Dalam industri manufaktur teknologi yang ada mulai dari mesin-mesin multifungsi yang digunakan untuk beroperasi hingga pemanfaatan teknologi informasi seperti Computer Integrated Manufacture (CIM), Flexible Manufacture System (FMS), Computer Numerical Control (CNC). Pada dasarnya pemilihan dan pengunaan teknologi bertujuan untuk membantu dalam mengoperasikan seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari lantai produksi hingga area fungsional lainnya dalam perusahaan seperti bagian
26
penjualan, perancangan, keuangan, dan sebagainya. Diharapkan penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan produktifitas perusahaan dengan efektif dan efisien. Teknologi sebagai bagian infrastruktur perusahaan memiliki pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), pemilihan dan penggunaan teknologi yang tepat secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi terhadap produktifitas dan kinerja organisasi. Dalam hubungannya dengan strategi manufaktur, terdapat beberapa konsep strategi teknologi yaitu: a. Strategi teknologi harus dibangun secara kolektif dengan manufaktur, pemasaran, dan strategi fungsional lainnya, karena keputusan teknologi akan memberi dampak yang besar pada tiap area dan departemen yang ada pada suatu perusahaan. b. Strategi teknologi harus dibentuk dalam kesatuan dengan strategi bisnis perusahaan karena pemilihan yang tepat dari peralatan dan teknologi akan meningkatkan kompetensi. c. Strategi teknologi harus mendukung setiap perbaikan dimasa yang akan datang dan keuntungan kompetitif perusahaan. Dalam memformulasikan strategi teknologi, terdapat beberapa komponen primer yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan dan Pemilihan Teknologi
27
Penentuan teknologi baru yang diperlukan perusahaan, maupun memutuskan bentuk yang sesuai dari teknologi perusahaan yang tetap dilanjutkan, disesuaikan dengan jenis usaha, kebutuhan untuk mencapai tujuan, kemampuan dan sebagainya. Hal ini merupakan proses yang cukup sulit, untuk menjamin bahwa teknologi yang dipilih nantinya dapat memberi arti penting bagi efektifitas dan efisiensi sebagai pendukung strategi bisnis perusahaan. Suatu analisa lingkungan dan sumber daya teknologi yang sudah ada dibutuhkan untuk: - Menentukan
sumber
daya
teknologi
yang
dibutuhkan
untuk
mendukung strategi bisnis yang telah dipilih. - Menentukan trend teknologi dimasa yang akan datang yang memiliki pengaruh signifikan untuk menjalankan strategi kompetitifnya 2. Persyaratan Teknologi Penting untuk mempertimbangkan jenis hasil yang ingin dicapai dari penggunaan teknologi baru, dengan menggunakan pendekatan bisnis dan manufaktur. 3. Peramalan Teknologi Komponen ini termasuk memprediksi evolusi teknologi dan pengaruhnya terhadap industri. Dengan demikian manajemen mendapat pengertian yang lebih baik mengenai trend yang akan datang, sehingga dapat dibuat keputusan strategis bisnis, dan mengidentifikasi situasi yang
28
dapat mendatangkan ancaman maupun yang mendatangkan kesempatan atau peluang. Perusahaan dapat memilih posisi dalam pemanfaatan teknologi, apakah sebagai pemimpin atau menjadi pengikut teknologi. Pemilihan posisi ini tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan perusahaan, yang menjadi bagian dalam perencanaan strategis perusahaan. Dalam hubungannya dalam pencapaian fleksibilitas organisasi, De Groote mengemukakan 3 elemen ruang lingkup fleksibilitas (Shi & Daniels, 2003), yaitu: 1. Fleksibilitas teknologi yang digunakan. 2. Lingkungan tempat teknologi digunakan. 3. Kriteria kinerja untuk mengevaluasi tiap teknologi untuk tiap kondisi lingkungan. Pemilihan
dan
pemanfaatan
teknologi
yang
tepat
akan
membantu
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, karena dapat memenuhi permintaan yang berubah-ubah dengan lebih efektif dan efisien.
2.1.5
Hubungan Antar Departemen
Hubungan antar departemen sebagai bagian infrastruktur perusahaan memiliki pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), dan hubungan kerja antar departemen yang terjalin dan berlangsung
29
dengan baik berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Dalam suatu perusahaan terdapat berbagai departemen dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing, yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tiap departemen tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kelompok formal karena kelompok tersebut ditetapkan oleh struktur organisasi dengan penugasan kerja yang ditunjuk untuk menjalanan tugas-tugas, yang perilakunya ditentukan
oleh
dan
diarahkan
untuk
pencapaian
tujuan
organisasi
(Robbins,2003). Tiap departemen tersebut harus memiliki hubungan dan koordinasi yang baik agar kegiatan perusahaan secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik, sehingga mencapai tujuan utama perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan. Menurut Graham Williams hubungan antar departemen, baik hubungan kerja dan hubungan antara individu pekerja dari masing-masing departemen, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi hubungan antara perusahaan dengan pelanggan. Hubungan yang baik secara tidak langsung dapat memberi kepuasan kerja bagi individu dalam departemen. Hubungan anta departemen tidak akan lepas dari komunikasi yang terjalin antar departemen.
2.1.6
Fleksibilitas Pemasok
30
Suatu sistem manufaktur setidaknya memilliki tujuh elemen yang saling bekerja sama dalam pencapaian tujuan sistem tersebut, yaitu tujuan (objectives), pelanggan (customers), masukan (input), proses (process), keluaran (output), pemasok (suppliers), dan pengukuran (Measurement) (Gaspersz, 2001). Pentingnya pemasok dalam sistem manufaktur juga dinyatakan oleh Gaspersz, bahwa keberhasilan industri manufaktur modern membutuhkan penerapan dan partisipasi total dari hubungan pemasok – pembuat – pelanggan. Agar diperoleh sistem manufaktur yang bernilai tambah hendaknya tiap pihak dapat berperan ganda sebagai pemasok, pembuat, dan pelanggan. Dalam bukunya Vincent Gaspersz (2001) membagi penyalur atau pemasok kedalam tiga hubungan yaitu: 1. Hubungan Eksternal Pemasok luar (external supplier) ini menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh pabrik, dapat dikatakan sebagai perluasan pabrik 2. Hubungan Internal Sedangkan hubungan pemasok internal (internal supplier) terjadi didalam satu perusahaan, baik antar departemen produksi maupun dengan departemen sebelumnya yang menyediakan sumber daya. 3. Hubungan Antar-pabrik Hubungan ini terjadi dengan pemasok yang menghasilkan produksi sejenis.
31
Komunikasi dan kerja sama yang baik menjadi bagian penting dalam menjaga hubungan dengan pemasok, agar dapat mencapai tujuan strategik perusahaan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan utama industri manufaktur kelas dunia dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamik, adalah struktur manufaktur yang fleksibel. Untuk mendapatkan suatu struktur manufaktur yang fleksibel, pemasok sebagi bagian penting dalam sistem manufaktur juga hendaknya memiliki fleksibilitas yang baik pula. Pemasok yang memiliki fleksibilitas yang baik diantaranya mampu menghadapi berbagi perubahan baik dalam perubahan pesanan volume maupun variasi produksi (Lau, 1999). Diperlukan suatu hubungan yang baik dengan pemasok agar fleksibilitas pemasok dapat terjaga dan terasa manfaatnya bagi perusahaan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar terjalin hubungan yang baik dengan pemasok (Gaspersz, 2001), adalah: a. Pemasok diperlakukan sebagai mitra bisnis sehingga mengerti mengenai informasi dan kebutuhan pabrik. b. Membuat komitmen hubungan jangka panjang dan lebih erat dengan pemasok, dengan saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai manfaat bersama. c. Membangun hubungan informal untuk mencegah masalah-masalah lebih lanjut.
32
d. Outside service seperti memberi dokumentasi dan prioritas kerja pabrik terutama dilantai produksi, dan pekerjaan yang akan datang. e. Memanfaatkan peralatan dan teknologi yang dapat mempermudah komunikasi dan pertukaran informasi dengan pemasok. Vincent Gaspersz (2001) juga menyatakan bahwa pemasok yang fleksibel secara tidak langsung dapat memberi manfaat bagi pabrik, diantaranya minimasi persediaan, mengurangi biaya dan waktu inspeksi penerimaan barang pasokan, menurunkan waktu tunggu manufaktur, sehingga dapat mengeluarkan pesanan sesuai konsumsi aktual.
2.2
Kerangka Pikiran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi fleksibilitas manufaktur pada PT.ISTEM, yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui persepsi responden mengenai kondisi faktor-faktor tersebut diperusahaan tempat mereka bekerja. Berdasarkan teori yang berhubungan, fleksibilitas manufaktur sebagai variabel tak bebas atau terikat, dipengaruhi oleh faktor otonomi, komunikasi, hubungan kerja antar departemen, teknologi, dan fleksibilitas penyalur. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas atau variabel tak terikat.
33
Berikut merupakan diagram hubungan antara kedua jenis variabel tersebut. Otonomi Komunikasi Hubungan Antar Departemen
Fleksibilitas Manufaktur
Teknologi Fleksibilitas Penyalur
Variabel Bebas
Variabel Tak Bebas
Gambar 2.1 Diagram Hubungan Faktor-faktor Dalam Penelitian Melalui bagan tersebut diatas kita dapat melihat bahwa segala perubahan baik peningkatan maupun penurunan intensitas faktor otonomi, komunikasi, teknologi, hubungan antar departemen, dan fleksibilitas pemasok, akan mempengaruhi fleksibilitas manufaktur. Melalui persepsi karyawan kita dapat mengetahui faktor apa saja dari kelima faktor tersebut yang mempengaruhi fleksibilitas manufaktur di PT.ISTEM, yang ditunjukkan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut.
34
Pers: Y = a + b1X1 + b2X2 + … + biXi Ket : Y = Variabel tak bebas X = Variabel tak bebas a = Harga konstan, yang merupakan harga Y bila X = 0 b = Koefisien regresi
2.3 Hipotesis Untuk menguji kontribusi keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama dalam persamaan regresi, dilakukan uji F dengan tingkat alpha 0.05, dan derajat bebas k dan n – k – 1. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho : β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0 Ha : Sekurang-kurangnya satu β = 0 Kesimpulan yang diharapkan dari uji F ini ialah Tolak Ho, yaitu jika: Fhitung > Ftabel (α, v1, v2) Ket : α = 0.05 v1 = k = jumlah variabel bebas v2 = n – k – 1 (n = jumlah responden) Tolak Ho berarti sekurang-kurangnya satu dari kelima variabel bebas memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas.
35
Apabila diperoleh kesimpulan Terima Ho, maka variabel-variabel bebas secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas. Sedangkan uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikan secara individu dari tiap variabel bebas dalam persamaan regresi. Hipotesis yang digunakan dinyatakan sebagai berikut. Ho : βi = 0 Ha : βi = 0 Uji t dua arah pada penelitian ini menggunakan tingkat alpha (α) 0.10 dengan derajat bebas (df) n – k – 1. Uji t ini dilakukan tiap kali terjadi penambahan variabel bebas dalam persamaan regresi. Kesimpulan yang diharapkan dari uji t ini ialah Tolak Ho, yaitu jika: thitung > ttabel (α/2, n – k – 1) Tolak Ho berarti variabel bebas dalam persamaan secara individu memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas. Apabila diperoleh kesimpulan Terima Ho, maka variabel bebas secara individu tidak memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas. Sedangkan kandidat variabel bebas selanjutnya yang dapat masuk kedalam persamaan regresi ialah yang memiliki thitung > ttabel signifikan 0.05 .
(α/2, n – k – 1)
dengan tingkat