BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Karena keterbatasan waktu dalam penulisan skripsi ini dan begitu luasnya tahap – tahap dalam proses perancangan dan pengembangan produk, maka tahap – tahap proses perancangan dan pengembangan produk dalam penulisan skripsi ini dibatasi dari tahap perencanaan produk, identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep, seleksi konsep, pengujian konsep, arsitektur produk, desain industri, desain untuk manufaktur dan yang terakhir prototype.
2.1.1.1
Perencanaan Produk Proses perencanaan produk mengidentifikasikan portfolio produk – produk
yang dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang – peluang pengembangan produk. Peluang – peluang itu diidentifikasikan oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk, dan analisis keunggulan para pesaing. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek, ada 5 tahapan yang harus dilakukan antara lain : 1. Mengidentifikasi peluang. 2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek. 3. Mengalokasi sumber daya dan rencana waktu. 4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek.
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses. Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasikan peluang – peluang pengembangan produk. Ide – ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari beberapa sumber (secara pasif), antara lain : •
Personal pemasaran dan penjualan.
•
Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi.
•
Tim pengembangan produk saat ini.
•
Manufaktur dan operasional organisasi.
•
Pelanggan sekarang atau potensial.
•
Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta dan partner – partner bisnis.
Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Identifikasi kebutuhan pelanggan dapat dilakukan dengan pendekatan proaktif, yang meliputi : •
Mencatat kegagalan dan keluhan yang di alami pelanggan dengan produk yang ada sekarang.
•
Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi oleh pengguna – pengguna ini dan modifikasi – modifikasi yang dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang ada.
•
Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan kecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan peluang – peluang kategori produk baru.
•
Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis melalui tenaga penjualan dan sistem pelayanan pelanggan.
•
Studi para pesaing produk yang dilakukan secara hati - hati dengan berdasarkan pada basis sekarang (keunggulan – keunggulan pesaing).
•
Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah pengembangan produk.
Pernyataan misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : •
Uraian produk ringkas (satu kalimat) : Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pernyataan visi produk.
•
Sasaran utama bisnis : Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas (contoh, penentuan waktu pengenalan produk, performansi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).
•
Pasar target untuk produk : Terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.
•
Asumsi - asumsi dan batasan - batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan : Asumsi – asumsi harus dibuat dengan hati – hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi – informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.
•
Stakeholder : Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar stakeholder menyediakan bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi oleh produk.
2.1.1.2
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan bertujuan untuk meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan, mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit, menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk, memudahkan pembuatan arsip dari aktifitas identifikasi kebutuhan untuk proses pengembangan produk, menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan, menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan di antara anggota tim pengembangan. Lima tahap dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah : 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan. 2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan (jika diperlukan) tertier. 4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan. 5. Menganalisa hasil dan proses.
2.1.1.3
Penyusunan Konsep Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri
dengan terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir. Penyusunan konsep yang baik memberikan keyakinan pada tim bahwa seluruh kemungkinan telah digali. Lima langkah metode penyusunan konsep, yaitu : 1. Memperjelas masalah. 2. Pencarian secara eksternal. 3. Pencarian secara internal. 4. Menggali secara sistematis. 5. Merefleksikan pada hasil dan proses.
2.1.1.4
Seleksi konsep Dengan menggunakan bermacam – macam metode, tim kemudian
menghasilkan konsep solusi alternatif sebagai respon terhadap kebutuhan ini. Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk menyelidiki, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Penyaringan dan penilaian konsep terdiri dari enam langkah, yaitu : 1. Menyiapkan matrik seleksi. 2. Menilai konsep. 3. Merangking konsep – konsep.
4. Menggabungkan dan memperbaiki konsep – konsep. 5. Memilih satu atau lebih konsep. 6. Merefleksikan hasil dan proses. 2.1.1.5
Pengujian Konsep Pada tahap pengujian konsep, tim pengembang meminta respon dari
pelanggan potensial terhadap target pasar yang dituju mengenai uraian dan gambar konsep produk. Tipe pengujian seperti ini bisa digunakan, antara lain untuk memilih di antara dua atau lebih konsep yang akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, mengumpulkan informasi dari pelanggan potensial tentang cara memperbaiki konsep dan memperkirakan potensial penjualan produk. Beberapa pengujian lain dengan menggunakan pelanggan potensial juga mungkin dilakukan pada waktu diluar fase pengembangan konsep. Sebagai contoh, beberapa alat pengujian pelanggan yang hanya didasarkan pada deskripsi verbal tentang konsep dapat digunakan dalam mengidentifikasi peluang produk yang sebenarnya, yang menjadi dasar penetapan misi proyek. Pengujian juga dapat dilakukan untuk memprediksi permintaan setelah proses pengembangan produk mendekati akhir. Metode pengujian konsep terdiri dari tujuh langkah, yaitu : 1. Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep. 2. Memilih populasi survei. 3. Memilih format survei. 4. Mengkomunikasikan konsep.
5. Mengukur respons pelanggan. 6. Menginterpretasikan hasil. 7. Merefleksikan hasil dan proses. 2.1.1.6
Arsitektur Produk Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen –
elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian – bagian produk (part), komponen dan sub – rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen – elemen fisik diuraikan lebih rinci, ketika usaha pengembangan lebih lanjut. Beberapa elemen fisik ditentukan oleh konsep produk, dan yang lainnya ditentukan selama fase perancangan detail. Elemen fisik ini tidak mungkin melepaskan diri dari keterkaitan dari konsep produk dan merupakan elemen yang penting dari proyek pengembangan. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building block utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen – elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi. Dalam menetapkan arsitektur produk terdapat tiga langkah, yaitu: 1. Membuat skema produk.
Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen – eleman penyusun produk.
2. Mengelompokkan elemen – elemen pada skema. Tantangan pada langkah 2 ini adalah menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk.
2.1.1.7
Desain Industri Para desainer industri adalah yang paling bertanggung jawab terhadap aspek
– aspek suatu produk yang berhubungan dengan pemakai seperti daya tarik estetis produk (tampilan, suara, perasaan dan baunya) dan fungsi interfasenya (bagaimana cara penggunaannya). Desain
industri
adalah
jasa
profesional
dalam
menciptakan
dan
mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi – fungsi, nilai dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen. Ada lima tujuan penting yang didapat dari desain industri, yaitu : •
Kegunaan
Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan, dan intuitif. Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakainya mengetahui fungsinya. •
Penampilan Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk menyatukan produk menjadi satu produk yang menyenangkan.
•
Kemudahan pemeliharaan Produk harus juga didesain untuk memberitahukan bagaimana mereka dapat dirawat dan diperbaiki.
•
Biaya – biaya rendah Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam biaya peralatan dan produksi. Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara bersama – sama oleh tim.
•
Komunikasi Desain produk harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.
Kebanyakan produk dipasaran diperbaiki dengan beberapa cara atau dengan desain industri yang baik. Semua produk yang digunakan, dioperasikan atau dilihat oleh orang – orang amat bergantung pada desain industri untuk mencapai kesuksesan komersial.
Dengan adanya pemikiran ini, akan mudah menilai pentingnya desain industri terhadap suatu produk tertentu. Untuk menjelaskan pentingnya desain industri, ada dua dimensi yaitu ergonomik dan estetis. Kebutuhan – kebutuhan ergonomik : •
Seberapa penting kemudahan pemakaian ?
•
Seberapa pentingnya kemudahan perawatan ?
•
Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi – fungsi produk ?
•
Berapa pembaruan yang interaksi pemakai perlukan ?
•
Apa pokok permasalahan keamanan ?
Sedangkan kebutuhan – kebutuhan estetis mencakup hal – hal seperti : •
Apakah diferensiasi produk visual diperlukan ?
•
Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan, dan model ?
•
Akankah suatu produk estetis memotivasi tim ?
Setelah kebutuhan – kebutuhan ergonomik dan estetis dibuat, Penilaian kualitas desain industri untuk produk yang sudah jadi dapat dinilai secara kualitatif untuk mengetahui apakah desain industri telah mengerjakan tujuannya dengan menimbang setiap aspek dari produk yang dipengaruhi oleh desain industri. Di bawah ini ada 5 kategori untuk mengevaluasi sebuah produk, yaitu :
2.1.1.8
•
Kualitas dari antarmuka pengguna.
•
Daya tarik emosional.
•
Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk.
•
Penggunaan yang tepat dari sumber.
•
Diferensiasi produk.
Design For Manufacturing Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun fase
pengembangan konsep, tetapi pada aktifitas pengembangan selanjutnya, tim sering kesulitan untuk mengaitkan kebutuhan dan spesifikasi dengan isu – isu desain tertentu yang mereka hadapi. Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk. Desain untuk proses manufaktur / design for manufacturing (DFM) menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya : 1) sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif – alternatif rancangan; 2) suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan; serta 3) perkiraan biaya manufaktur, volume produksi dan waktu peluncuran produk. Metode desain untuk proses manufaktur terdiri dari 5 langkah, yaitu : 1. Memperkirakan biaya manufaktur. 2. Mengurangi biaya komponen. 3. Mengurangi biaya perakitan.
4. Mengurangi biaya pendukung produksi. 5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.
Karena desain untuk proses manufaktur bertujuan untuk memperkirakan biaya manufaktur, mengurangi biaya komponen, mengurangi biaya perakitan, mengurangi biaya pendukung produksi, mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya. Maka diperlukan hal – hal di bawah ini untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu : •
Daftar list komponen. Daftar list komponen bertujuan untuk mendaftar komponen – komponen yang diperlukan untuk menyusun sebuah produk beserta penjelasan dari tiap – tiap komponen penyusun tersebut.
•
Struktur produk Struktur produk merupakan gambaran secara grafis atau diagram yang membentuk sebuah pohon yang menunjukkan bagaimana sebuah produk dibuat secara bertahap dari berbagai komponen yang mengandung informasi tentang kuantitas komponen yang digunakan.
•
Bill of Material Bill of Material (BOM) adalah tabel yang berisi daftar (list) komponen yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk yang menggambarkan hubungan induk – komponen.
2.1.1.9
Prototype Prototype adalah sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi
yang menjadi perhatian. Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperhatikan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembang dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Membuat prototype merupakan proses pengembangan perkiraan – perkiraan semacam itu dari produk. Prototype dapat berguna diklasifikasikan di antara dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah tingkat di mana sebuah prototype merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari analitik. Prototype fisik merupakan benda nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk. Aspek – aspek produk yang diminati oleh tim pengembang secara nyata dibuat menjadi sebuah produk untuk pengujian dan percobaan. Contoh prototype fisik model yang tampilannya seperti produk, bukti bahwa prototype konsep digunakan untuk menguji sebuah pemikiran secara cepat, dan hardware percobaan digunakan untuk membenarkan fungsi dari sebuah produk. Prototype analitik meliputi simulasi komputer, sistem persamaan penulisan pada kertas komputer dan model komputer tiga dimensi. Dimensi kedua adalah tingkatan dimana sebuah prototype merupakan prototype yang menyeluruh sebagai lawan dari terfokus. Prototype yang menyeluruh mengimplementasikan sebagian besar atau semua atribut dari produk. Prototype yang menyeluruh dapat disamakan dengan pemakaian sehari – hari dari kata prototype,
merupakan sebuah skala keseluruhan, versi kerja keseluruhan dari produk. Sebuah contoh prototype menyeluruh adalah yang diberikan kepada pelanggan untuk mengidentifikasikan kekurangan dari desain sebelum memutuskan diproduksi. Berlawanan dengan prototype menyeluruh, prototype terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut produk. Contoh prototype terfokus meliputi model busa, untuk menggali bentuk dari prototype rancangan produk. Sebuah praktek umum dimaksudkan untuk menggunakan dua atau lebih prototype terfokus secara bersama – sama untuk menyelidiki performansi produk secara keseluruhan. Satu dari prototype ini seringkali merupakan prototype yang “mirip tampilannya”, dan yang lainnya merupakan prototype yang “mirip kerjanya”. Dengan membuat dua prototype terfokus yang terpisah, tim dapat menjawab pertanyaan lebih cepat daripada jika membuat satu prototype menyeluruh. Dalam proyek pengembangan produk, prototype digunakan untuk empat tujuan, yaitu : •
Pembelajaran Prototype sering digunakan untuk menjawab dua tipe pertanyaan “Akankah dapat bekerja ?” dan “Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan ?” Saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototype diperlakukan sebagai alat pembelajaran.
•
Komunikasi
Prototype memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak, penjual, mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar karena sebuah gambaran, alat, tampilan tiga dimensi dari produk lebih mudah dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sebuah sketsa produk sekalipun.
•
Penggabungan Prototype digunakan untuk memastikan bahwa komponen – komponen dan subsistem – subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang diharapkan.
•
Milestone Dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototype digunakan untuk mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang diinginkan. Prototype milestone menyediakan hasil nyata, memperlihatkan kemajuan dan disiapkan untuk menjalankan jadwal.
Ada empat langkah dalam merencanakan membuat sebuah prototype selama usaha pengembangan produk, yaitu : •
Menetapkan tujuan Prototype.
•
Menetapkan tingkat perkiraan konsep.
2.1.2
•
Menggariskan rencana percobaan.
•
Membuat jadwal untuk perolehan, pembuatan dan pengujian.
Pengambilan Sampel Sampel atau sample adalah wakil dari populasi yang cukup besar jumlahnya.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan sampling adalah aktifitas mengumpulkan sampel. Tujuan peneliti mengambil sampel ialah memperoleh keterangan mengenai obyeknya, dengan jalan hanya mengamati sebagian saja dari populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan karena sering tidak dimungkinkan untuk mengamati setiap anggota dari populasi yang sangat besar jumlahnya seorang demi seorang. Oleh karena itu perlu diadakan pengambilan sampel dari satu populasi, dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengadakan reduksi terhadap kuantitas obyek yang diteliti; reduksi dalam artian pengurangan. Tidak semua populasi atau peristiwa yang akan diteliti; akan tetapi hanya sebagian saja. 2. Mengadakan generalisasi terhadap hasil penelitian. Generalisasi di sini berarti membuat konklusi ringkas terhadap fenomena yang sangat banyak jumlahnya. 3. Menonjolkan sifat – sifat umum dari populasi. Untuk ini orang berusaha mengeliminasi ciri – ciri yang khas individuil. Dalam bahasa bilangan, hal ini bisa dinyatakan sebagai berikut : setiap anggota populasi
dianggap berbeda dari keadaan rata – rata populasi. Sebagian dari anggota populasi, kondisinya ada lebih kecil dari harga rata – rata; sedang sebagian lagi lebih besar dari harga rata – ratanya. Akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan, sifat – sifat yang berbeda (yang khas dan yang individuil) tadi tidaklah ditampakkan secara menonjol. Sedang yang lebih dikemukakan ialah sifat – sifat umumnya; dalam hal ini ialah harga rata – ratanya. Namun demikian, untuk menjaga agar supaya ciri – ciri khas individuil itu tidak banyak dihilangkan, perlu diusahakan agar jumlah sampel cukup besar.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sampel probabilitas dengan metode sampel probabilitas area / pemilihan sampel area (area sampling). Metode pemilihan sampel area pada dasarnya merupakan metode pemilihan sampel acak bedasarkan kelompok yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi yang lokasi geografisnya terpencar. Metode ini diterapkan jika faktor lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan sampel. Area pemilihan sampel dapat dibagi berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan (propinsi, kabupaten, kotamadya atau area yang lebih kecil), berdasarkan wilayah pemasaran produk perusahaan, atau menggunakan dasar pembagian area yang lain. Metode ini digunakan untuk menghemat biaya pemilihan sampel dan tidak tergantung pada kerangka sampel.
Berapa banyak desa yang diambil dari setiap kecamatan, berapa kecamatan yang mesti ditetapkan sebagai sampel dalam satu daerah kabupaten, dan berapa jumlah kabupaten yang dipilih dalam satu propinsi, semua ini tidak ditentukan secara prinsipil. Penetapan jumlah sampel dapat tergantung pada situasi dan tuntutan – tuntutan khusus dalam tujuan penelitian, dan bergantung pula pada pola rencana dari penelitian. Untuk keperluan ini, teknik random sampling bisa diterapkan guna penentuan subyek sampelnya. Atau dengan kata lain, suatu survei untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap produk tertentu di suatu wilayah kotamadya memilih subyek sampel penelitian berupa rumah tangga dengan menggunakan metode area sampling. Penelitian menggunakan peta wilayah kotamadya untuk mengidentifikasi dan memilih secara acak kecamatan – kecamatan yang dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti memilih sampel kelurahan secara acak dari kecamatan – kecamatan terpilih. Berdasarkan kelurahan yang terpilih, peneliti dapat memilih sampel rukun tetangga (RT) secara acak dari rukun warga (RW) yang terpilih. Akhirnya responden penelitian berupa rumah tangga dipilih secara acak dari RT yang terpilih. Untuk lebih jelasnya, pengambilan sampel dengan metode sampel probabilitas area / pemilihan sampel area (area sampling) akan dijelaskan dengan diagram berikut, yaitu :
Diagram 2.1 Diagram Pengambilan Sampel
2.1.3
Ukuran Sampel yang Dibutuhkan Penentuan besarnya sampel dengan persentase seperti yang dahulu banyak
digunakan tampaknya kini sudah harus ditinggalkan. Agar diperoleh hasil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul – betul mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus – rumus penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan berapa minimal jumlah sampel yang
diambil jika jumlah populasi diketahui, maka dapat menggunakan rumus Slovin dibawah ini :
n=
N 1 + (N ⋅ e2 )
Ket : n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi
e
= Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 5%
2.1.4
Pengujian Data
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Hal ini dikarenakan benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Pengujian data dilakukan sebelum alat ukur dibagikan kepada responden untuk menguji reliabilitas dan validitas data. Pengujian data dilakukan terhadap minimal 30 responden agar distribusi nilai (skor) mendekati kurva normal.
2.1.4.1
Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut cukup baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (mis leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata – mata instrumennya. Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak begitu menjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen. Secara garis besar ada dua reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjukkan pada cara – cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal. Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan reliabilitas internal yaitu dengan cara menganalisa data dari satu kali hasil pengetesan dengan menggunakan rumus Spearman – Brown, yaitu : r=
2 ⋅ rb 1 + rb
2.1.4.2
Uji Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak hati – hati sejak awal penyusunannya. Dengan mengikuti langkah – langkah penyusunan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub – variabel dan indikator baru memuaskan butir – butir pertanyaan, peneliti sudah bertindak hati – hati. Apabila cara dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati – hati melalui cara – cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. 1) Validitas eksternal instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukan oleh Pearson yang di kenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut : rb =
(n ⋅ ΣXY ) − (ΣX )(ΣY ) {(n ⋅ ΣX 2 ) − (ΣX ) 2 }{( n ⋅ ΣY 2 ) − (ΣY ) 2 }
2) Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Jadi kerangka pemikiran adalah konsep proses berpikir yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan skripsi yang di mulai dari suatu variabel, yaitu suatu masalah atau hambatan dan kemudian variabel tersebut akan diatasi dengan teori – teori yang berhubungan dengan variabel tersebut dan diakhiri dengan result (hasil), yaitu solusi yang didapat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Uma Sekaran (1992), kerangka berpikir yang baik perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian. Berikut adalah diagram kerangka pemikiran tersebut, yaitu :
Diagram 2.2 Diagram Kerangka Pemikiran
Untuk lebih jelasnya, tahapan dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
•
Variabel Variabel atau permasalahan dalam skripsi ini adalah suatu kebutuhan akan topi yang tidak saja menahan silau matahari dari arah atas tetapi juga dapat menahan silau dari hasil pantulan atau sinar sejajar dan juga topi yang memperhatikan sisi hiburan.
•
Ide Berawal dari variabel atau masalah tersebut, maka timbul suatu ide untuk mengembangkan suatu topi yang dapat mengatasi kekurangan pada topi yang ada saat ini.
•
Resources search Berangkat dari ide yang disebut di atas, maka dicari perangkat – perangkat yang dapat memenuhi ide – ide yang disebut di atas.
•
Selection Pada tahap ini, penulis memilih perangkat – perangkat yang telah didapat dalam tahap Resources search. Pemilihan ini didasarkan dari hasil kuisioner atau keinginan responden.
•
Result. Hasil yang didapatkan adalah merancang dan mengembangkan produk topi yang baru yang dapat menggabungkan kelebihan – kelebihan dan menghilangkan kekurangan – kekurangan jenis – jenis topi yang telah ada serta menggabungkan perangkat yang didapat pada hasil Selection.