BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi – dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai alternatif.1 Akuntansi berfungsi sebagai penyedia data untuk penyusunan laporan keuangan, dimana data tersebut harus bersifat objektif dan bersifat informatif bagi kepentingan berbagai pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan. Agar dapat memenuhi fungsinya diperlukan seperangkat petunjuk yang memadai dalam rangka pengumpulan data guna menyusun laporan tentang keadaan keuangan dan hasil operasi perusahaan. Jika akuntansi diinginkan dapat mencapai tujuannya, yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi, pertanyaanpertanyaan berikut harus terlebih dahulu dijawab, yaitu: (1) Siapa pemakai informasi akuntansi, dan (2) informasi apa saja yang mereka butuhkan untuk pengambilan keputusan mereka ?
1
Statement of Accounting Principles Board No.4, “Konsep-konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Akuntansi yang mendasari laporan Keuangan Perusahaan” (New York: American Institute of Certified Public Accountant, 1999), par 40
6
7 Kelompok pemakai biasanya dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu: (1) pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan internal perusahaan yaitu manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, dewan direksi, dan (2) pemakai eksternal, yaitu pengambil keputusan yang menyangkut hubungan mereka dengan perusahaan yaitu kreditur, investor, calon investor, badan-badan pemerintah, masyarakat umum. Para pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu mereka merencanakan dan mengendalikan kegiatan serta mengelola (mengalokasikan) sumber daya perusahan. Sistem akuntansi yang ada harus mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu untuk mengendalikan kegiatan sehatihari dan untuk mengambil keputusan-keputusan utama dalam perencanaan. Sedangkan jenis keputusan yang diambil oleh para pemakai eksternal sangat berbeda sehingga informasi yang mereka butuhkan juga sangat berbeda. Sudah banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk menelaah informasi apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh para pemakai eksternal tersebut.2 Hasilnya adalah bahwa dua kelompok, yaitu kreditor dan investor, dianggap sebagai pihak pemakai eksternal utama informasi keuangan. Ada dua alasan yang diajukan mengapa kedua kelompok ini dianggap penting, yaitu:3 1. Keputusan mereka sangat mempengaruhi pengalokasian sumber-sumber daya di dalam perekonomian.
2
Richard S. Savich, “The Use of Accounting Information in Decision Making, “The Accounting Review (Juli 2000), hlm. 642 3 Statement of Financial Accounting Concepts No.1, “Tujuan Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan” (Stamford Financial Accounting Standards Board, 1998, par 3.
8 2. Informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan para investor dan kreditor keumngkinan besar juga bagi para anggota kelompok lain yang tertarik akan aspek-aspek keuangan perusahaan yang hakikatnya menjadi pusat perhatian investor dan kreditor. Para kreditor membutuhkan informasi mengenai profitabilitas serta stabilitas perusahaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apakah kita akan meminjamkan uang, dan dengan persyaratan apa?” Investor (baik pemegang saham yang ada maupun calon investor) memerlukan informasi mengenai keamanan dan profitabilitas investasi mereka. Sebagaimana telah diungkapkan di muka, para pemegang saham harus memutuskan apakah akan menaikkan, menurunkan, menghentikan, atau mempertahankan kepentingan mereka di dalam suatu perusahaan.
2.2 Laporan Keuangan Sebagai Alat Komunikasi Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercemin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu akuntansi (laporan keuangan) dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang tercemin pada laporanlaporan keuangan perusahaan pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Informasi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik internal dan ekternal. Informasi yang berguna tersebut misalnya tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi
9 hutang-hutang jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman, dan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan besarnya modal sendiri. Kondisi antara laporan keuangan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1: Manfaat laporan keuangan bagi yang berkepentingan Manajemen; Pemilik; Kreditur; Investor; Penyalur; Karyawan; Lembaga Pemerintahan; Masyarakat Umum Laporan Keuangan Laporan Pajak
Laporan Khusus Lembaga Pemerintahan
Sistem Akuntansi
Dinas Pajak
Laporan Manajerial
Manajemen
Seperti telah dijelaskan di muka bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintahan, dan masyarakat umum.
10
2.3 Memahami Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada hakikatnya merupakan kombinasi dari: fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts), kesepakatan-kesepakatan akuntansi (accounting conventions), dan pertimbanganpertimbangan pribadi (personal judgement)4. Pertimbangan atau pendapat pribadi berkaitan dengan kompetensi dan integrasi pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber pada prinsip-prinsip dan konsep-konsep akuntansi yang lazim diterima umum. Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts) menunjukkan pada data yang berasal dari catatan-catatan akuntansi. Sebagai contoh data tentang jumlah kas yang ada di tangan dan yang disimpan di bank, jumlah wesel tagih dan piutang dagang kepada langganan dan debitur lain, jumlah aktiva tetap, dan lain-lain. Pos-pos tersebut dicatat berdasarkan harga historisnya (original cost) yakni jumlah yang dibayarkan pada waktu transaksi itu terjadi, bukan nilai berdasarkan jumlah yang harus dikorbankan jika aktiva tersebut akan diganti (replacement cost). Kesepakatan-kesepakatan akuntansi (accounting conventions) maksudnya adalah bahwa pencatatan transaksi-transaksi keuangan perusahaan itu mengikuti
4
Djarwanto, “Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan” BPFE Yogyakarta, Maret 2001
11 aturan-aturan dan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang telah lazim diterima oleh umum. Pertimbangan-pertimbangan pribadi (personal judgement) maksudnya adalah bahwa walaupun pencatatan transaksi-transaksi keuangan telah diatur oleh kesepakatan-kesepakatan yang kemudian dibakukan menjadi aturan-aturan akuntansi yang perlu diikuti, tetapi dalam prakteknya penerapan aturan-aturan akuntansi akan tergantung pada kehendak akuntan atau manajemen perusahaan masing-masing. Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dengan penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan secara konsisten. Di samping itu laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manajemen untuk: a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. b. Untuk menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
12 Adapun jenis-jenis laporan untuk manajemen sebagai berikut: 1. Laporan-laporan perencanaan Laporan perencanaan jangka pendek Laporan perencanaan jangka menengah Laporan perencanaan jangka panjang 2. Laporan-laporan pengawasan Laporan perbandingan anggaran dengan aktual Laporan estimasi posisi kas dengan realisasinya 3. Laporan-laporan Informasi Laporan Trend Laporan Analisis
2.4. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan Sebelum menganalisis dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang analis harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan tersebut. Laporan Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
13 waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Laporan Laba Rugi Seperti diketahui laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan labarugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang/service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operationil yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense). 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (Non operating/financial income dan expenses). 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Laporan Laba Ditahan Laba ditahan adalah bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidak semuanya dibagikan kepada pemilik
14 (pemegang saham) sebagai deviden tetapi sebagian akan ditahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk berbagai keperluan. Ada kalanya laporan laba ditahan digabungkan dengan laporan laba-rugi dengan nama “Laporan Laba-Rugi dan Laba Ditahan”.
Laporan Modal Sendiri Untuk mengetahui perubahan besarnya modal sendiri selam satu periode akuntansi perlu disusun laporan modal sendiri (statement of owners’ equity). Laporan modal sendiri ini disusun untuk perusahaan yang berbentuk perseorangan dengan cara memperhitungkan pendapatan bersih yang diterima atau kerugian bersih yang diderita, pemakaian prive, dan penambahan modal oleh pemilik bilamana ada.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan ikhtisar arus masuk dan arus keluar kas untuk suatu periode. Sumber-sumber kas meliputi arus masuk dari aktivitas operasi inti (utama) sebuah perusahaan, dari aktivitas yang tidak biasa atau luar biasa dan dari pembiayaan melalui hutang dan ekuitas. Penggunaan kas mencakup arus keluar guna mempertahankan aktivitas inti, untuk melakukan investasi, termasuk pabrik dan peralatan, dan untuk memenuhi kewajiban terhadap pembiayaan melalui hutang dan ekuitas, termasuk pelunasan hutang, pembayaran deviden, dan pembelian kembali saham.
15
2.5. Analisis Pembandingan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Dalam prakteknya bentuk-bentuk laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan industri dan perusahaan perdagangan tidak menunjukkan adanya keseragaman. Klasifikasi dari unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang satu dibandingkan perusahaan yang lain menunjukkan adanya variasi. Variasi ini timbul karena pengaruh berbagai faktor, seperti: (1) tujuan manajemen menyusun laporan keuangan, (2) kegunaan lebih jauh dari laporan keuangan, (4) pengetahuan dan pengalaman dari akuntan, dan (5) ketidakberhasilan dalam menerapkan konsepkonsep akuntansi yang telah lazim diterima umum. Dalam menganalisis laporan keuangan masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan akan membawa perbedaan dalam cara menganalisis laporan keuangan dan perbedaan dalam tekanan-tekanan yang diberikan pada analisis tersebut. Dengan lain kata penafsiran atas hasil laporan keuangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan yang bersangkutan.
16 Prosedur Analisis Sebelum mengadakan analisis terhadap suatu laporan keuangan, analis harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Analis harus menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Dengan kata lain bahwa agar dapat menganalisis laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut. Analis harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memperhatikan dan mempertimbangkan
perubahan-perubahan
kondisi
perusahaan
juga
harus
mempertimbangkan perubahan tingkat harga-harga yang terjadi. Oleh karena itu sebelum mengadakan perhitungan-perhitungan analisis dan interpretasi, analis harus mempelajari atau mengulang kembali secara menyeluruh dan kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (reconstruction) dari datadata sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisis. Maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada analis bahwa laporan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga analis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan. Metode dan Teknik Analisis Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan
17 laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan teknik analisis lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibutuhkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih mengerti. Pertama-tama analis harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan kemudian menganalisis dan menginterpretasikan sehingga data ini menjadi lebih berarti. Pada dasarnya ada beberapa jenis metode analisis yang dapat dilakukan, yakni: analisis internal, analisis eksternal, analisis horisontal dan analisis vertikal.5 Analisis internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis dilakukan manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Bagi seorang analis intern, selain laporan-laporan keuangan keuangan yang diumumkan pada khalayak ramai, juga tersedia laporan-laporan intern yang biasa tidak diumumkan dan hanya dipakai untuk maksud-maksud intern. Analisis eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan, laporan yang biasanya dipakai adalah laporan neraca dan laporan laba rugi. Analisis demikian dilakukan oleh bank, kreditur, pemegang saham, calon investor lainnya seperti dalam mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas.
5
Djarwanto. Op.cit Halaman 55-56
18 Analisis horisontal atau disebut juga analisis dinamis adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan. Analisis vertikal atau disebut juga analisis statis adalah analisis laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya berupa analisis rasio. Sedangkan teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:6 1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. kenaikan atau penurunan dalam persentase d. perbandingan yang dinyatakan dalam rasio e. persentase dari total 2. Trend atau kecenderungan posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu
teknik
analisis
untuk
mengetahui
kecenderungan
keadaan
keuangannya yang tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement, adalah suatu periode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
19 masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi pembebanan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetaui sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break-event adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-event ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tinkat penjualan. 6
Munawir: Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2000, halaman 36-37
20
2.6 Analisis Rasio Yang dimaksud dengan “rasio” dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Rasio ini dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada analis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Dengan menggunakan Analisis rasio dimungkinkan untuk menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, kefektifan operasi serta derajat keuntungan (profitabilitas) suatu perusahaan. Untuk menentukan dan mengukur hal-hal tersebut diperlukan alat pembanding yaitu rasio industri atau standar rasio rata-rata yang dibandingkan dengan angka rasio perusahaan. Standar rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio yang dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan bagi analis. Apabila dalam pembandingan ini terdapat penyimpangan yang cukup besar maka perlu bagi analis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Sebab penyimpangan tersebut mungkin sekali ditimbulkan oleh hal-hal yang luar biasa yang hanya terjadi dalam perusahaan yang sedang diAnalisis.
21 Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan analis, namun demikian angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau
dua
kelompok. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan dari analis dalam mengevaluasi perusahaan.7 Berdasarkan sumber datanya, maka angka rasio dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio) yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang. 2. Rasio-rasio laporan lab-rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio. 3. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya inventory turn over, account receivable turn over, sales to inventory, sales to fixed, dan sebagainya.
7
Munawir, Op.cit, halaman 68
22 Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan analis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan diantaranya menurut Weston dan Copeland (1991: 264)8 membuat kategori sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman. 3. Rasio
Aktivitas,
bertujuan
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
mengoperasikan dana. 4. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. 5. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri. 6. Rasio Valuasi, bertujuan mengukur performance perusahaan secara keseluruhan, karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio resiko dan rasio imbalan hasil.
Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kinerja (performance measures), efisiensi operasi (Operating Efficiency Measures), dan kebijakan keuangan (financial policy measures) dapat dijelaskan sebagai berikut:
8
Weston J. Fred dan Copeland Thomas E.: Managerial Finance 8th Ed. Binarupa Aksara, Jakarta 2000
23 1. Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar (Current Ratio) Menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio Lancar =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Menunjukkan kemampuan menyediakan kas dan aktiva lainnya yang dapat dilikuidasikan dengan segera jika diperlukan. Rasio ini sering juga disebut Acid Test Ratio. Rasio Cepat = Aktiva Lancar – Persediaan Kewajiban Lancar c. Rasio Kas (Cash Ratio) Merupakan aktiva perusahaan yang paling likuid yang mampu memenuhi kewajiban lancar perusahaan. Rasio Kas = Kas dan Bank + Deposito Kewajiban Lancar 2. Rasio Leverage a. Rasio Kewajiban Lancar terhadap Total Aktiva (Debt to Total Asset Ratio) Mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar. Rasio Kewajiban Lancar terhadap Total Aktiva = Kewajiban Lancar Total Aktiva
24 b. Rasio Kewajiban Lancar terhadap Total Modal (Debt to Total Equity Ratio) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan modal sendiri. Rasio Kewajiban Lancar terhadap Total Modal = Kewajiban Lancar Modal Sendiri c. Times Interest Earned Ratio Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam melunasi beban yang timbul karena dana dari pihak eksternal bukan pemilik dengan menggunakan dana dari laba usaha (EBIT) Times Interest Earned Ratio = Laba Usaha Beban Bunga 3. Rasio Aktivitas a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn-Over) Mengukur efisiensi perusahaan dalam pemakaian total aktiva untuk menghasilkan penjualan. Rasio Perputaran Total Aktiva =
Penjualan Total Aktiva
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn-Over) Keefektifan dan keefesiensian perusahaan untuk mengatur investasinya dalam persediaan direfleksikan dalam beberapa kali persediaan diputar selama periode tertentu. Rasio Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan Persediaan
25 c. Rasio Rata-Rata Periode Pemakaian Persediaan (Days of Inventory) Mengukur persediaan yang ada dapat digunakan dalam beberapa lama bila ditinjau dari harga pokok penjualan per hari. Rasio Rata-Rata =
Persediaan COGS / 360
d. Rasio Perputaran Modal Kerja (Net Working Capital Turn-Over) Mengukur kemampuan modal kerja perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Rasio Perputaran Modal Kerja =
Penjualan Modal kerja
e. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn-Over) Berguna untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan. Rasio Perputaran Aktiva Tetap =
Penjualan Aktiva Tetap
f. Rasio Perputaran Piutang Dagang (Account Receivable Turn-Over) Mengukur seberapa besar dari saldo piutang dagang perusahaan pada periode tertentu berasal dari penjualan pada periode tersebut. Rasio Perputaran Piutang Dagang =
Penjualan Piutang Dagang
g. Rasio Rata-Rata Periode Penagihan Piutang (Average Collection Period) Menyatakan berapa cepat perusahaan dapat menagih piutang dagangnya sehingga menjadi kas.
26 Rasio Rata-Rata Periode Penagihan Piutang =
Laba Kotor Penjualan Bersih
4. Rasio Profitabilitas a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Margin Laba Kotor =
Laba Kotor Penjualan Bersih
b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi, dan beban lainnya serta pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Margin Laba Bersih =
Laba Bersih Penjualan Bersih
c. ROI (Return on Investment) Mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. ROI = Laba Usaha Total Aktiva d. ROA (Return on Assets) Mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur pembiayaan aktivanya dari laba bersih perusahaan.
27 ROA = Laba Bersih Total Aktiva e. ROE (Return on Earning) Mencerminkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri. ROE
=
Laba Bersih Modal Sendiri
f. EPS (Rupiah) / Earning per Share Mengukur laba yang dihasilkan dari setiap lembar saham yang beredar EPS
=
Laba Bersih Jumlah Saham Beredar
g. Rasio Deviden Payout Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar bagian dari laba bersih perusahaan yang digunakan sebagai deviden. Deviden Payout =
Deviden per Saham Laba Bersih per Saham
Rasio yang dihasilkan dari laporan arus kas dapat membantu analis untuk mengevaluasi kelayakan kas dari perusahaan, seperti kecukupan arus kas untuk memenuhi kebutuhan kas perusahaan dan efisiensi arus kas perusahaan.
28 Rasio Kelayakan Kas Tujuan rasio ini adalah menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan arus kas perusahaan. Ada 5 rasio penilaian kelayakan kas, yakni: 1. Rasio Kecukupan Arus Kas = Kas dari Operasi Pembayaran Hutang Jgk Panjang+ Perolehan Aktiva Tetap+ Pembayaran Deviden 2. Rasio Pembayaran Kembali Hutang Jangka Panjang = Pembayaran Hutang Jangka Panjang Kas dari Operasi 3. Rasio Pembayaran Deviden = Pembayaran Deviden Kas dari Operasi 4. Rasio Investasi Kembali = Pembayaran Aktiva Tetap Kas dari Operasi 5. Rasio Pencakupan Hutang = Total Hutang Jangka Panjang Kas dari Operasi
29 Rasio Efesiensi Arus Kas Penilaian hubungan antara item-item laporan laba-rugi dengan arus kas untuk menilai efisiensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas operasionalnya. Terdapat tiga rasio dalam efisiensi arus kas. 1. Rasio Arus Kas terhadap Penjualan = Kas dari Operasi Sales 2. Index Operasi = Kas dari Operasi LabaBersih 3. Arus Kas Hasil Pengembalian Asset = Kas dari Operasi + Pembayaran Pajak + Pembayaran Bunga Total Asset Rata-Rata
2.7
Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Keterbatasan analisis rasio antara lain adalah: a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dinalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. b. Rasio disusun dari data keuangan dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
30 c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya perkiraan.
2.8 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan Perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja. Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan pemasaran, untuk kemudian menentukan bagaimana memenuhi kebutuhan permodalan. Bila ternyata hasil aktual tidak sesuai dengan proyeksinya, perencanaan keuangan harus dapat mengidentifikasikan perubahan-perubahan potensial yang mungkin akan memberikan hasil yang memuaskan. Menurut Agnes Sawir (2001) perencanaan keuangan adalah proses dari: 1. menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan 2. Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari hal yang tak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang. 3. Menentukan alternatif mana yang akan dipilih 4. Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
31 Perencanaan keuangan biasanya berupa performa neraca, laporan laba-rugi, dan laporan sumber dan penggunaan dana, serta rancana pengeluaran modal berdasarkan kategori dan divisi atau lini bisnis. Rencana dan anggaran keuangan merupakan alat untuk memandu perusahaan dalam merumuskan kebijakan yang tepat dan dalam melakukan penyesuaian yang segera terhadap perubahan di bidang ekonomi dan perubahan persaingan yang selalu terjadi di dunia usaha. Syarat untuk perencanaan yang efektif, adalah: 1. Peramalan Perusahaan tidak akan pernah dapat melakukan peramalan yang tepat secara sempurna. 2. Menemukan rencana keuangan yang optimal Seorang manajer keuangan yang baik harus dapat menilai rencana mana yang terbaik untuk perusahaannya. 3. Melihat rencana keuangan berjalan Rencana jangka panjang digunakan juga sebagai tolok ukur untuk menilai hasil yang dicapai pada masa datang.