BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum 2.1.1 Efektivitas Menurut
www.damandiri.or.id,
mengatakan
pada
dasarnya
pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil dengan kata lain efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai. Taraf berarti suatu tingkat yang menjadi tolak ukur dari kegiatan itu sendiri. Tercapai berarti apa yang menjadi tujuan kita dapat terpenuhi Menurut Prawirosentono (1999,p.27), menjelaskan bahwa bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan itu adalah efektif. Tujuan tertentu berarti hasil yang diinginkan setelah melakukan usaha-usaha tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu tingkat yang menjadi tolak ukuran atas kegiatan-kegiatan apabila tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan yang dimaksud adalah apakah hasil yang ingin dicapai sesuai dengan apa yang diinginkan oleh user KPKD dalam menggunakan sistem informasi ini.
2.1.2
Sistem Menurut McLeod (2001,p11), sistem adalah sekelompok elemenelemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
9
10 suatu tujuan. Elemen terintegrasi berarti bagian-bagian yang penting yang berbeda sama sekali yang disatukan menjadi suatu kebulatan atau totalitas. Menurut Hall (2001,p5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (inter related) atau subsitem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose). Komponen berkaitan berarti bagian-bagian dari sesuatu hal yang ada saling berhubungan. Menurut James A. O’Brien (2003,p8), sistem secara di definisikan secara sederhana sebagai grup dari komponen-komponen yang berkait dan membentuk satu kesatuan. Sistem sendiri memiliki 3 komponen yang terkait yaitu : Input, Proces dan Output. Input berarti semua masukan elemen-elemen yang ditangkap dan dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi suatu keluaran misalnya user memasukkan data keuangan. Yang dimaksud dengan Proces adalah suatu peristiwa yang merubah suatu input menjadi output yang berarti user menggunakan menu-menu yang tersedia untuk mengolah data-data keuangan. Output berarti tujuan yang merupakan hasil akhir dari suatu proces perubahan contohnya saja user di KPKD menggunakan aplikasi untuk mencetak laporan penerimaan kas Jadi dapat disimpulkan sistem adalah suatu bagian-bagian berbeda yang saling berhubungan dan menjadi suatu kebulatan atau totalitas, dimulai dari ketika user pada KPKD memberikan masukkan berupa datadata mulai dari data jumlah penerimaan kas kemudian diproses lebih
11 lanjut oleh sistem informasi keuangan untuk menghasilkan suatu keluaran akhir yang menjadi tujuan bersama yaitu laporan atas pencatatan peneriman keuangan.
2.1.3
Informasi Menurut Turban (2000, p17), informasi adalah suatu kumpulan fakta (data) terorganisasi dengan cara sama sehingga mempunyai arti bagi penerima. Fakta berarti data yang dikumpulkan adalah data yang sebenarnya tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Terorganisasi berarti data yang dihasilkan tersusun secara sistematis, sistematis berarti data disusun menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Mcloed (2001,p15) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. Proses berarti bila suatu data mengalami peristiwa perubahan sehingga data itu menjadi bernilai. Laudon (2002,p7), informasi adalah kumpulan data yang telah diubah ke dalam bentuk yang berarti dan berguna bagi manusia. Dikatakan berarti dan berguna apabila data yang telah dirubah itu bermanfaat bagi pemakai. Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah kumpulan dari data-data yang sebenarnya, misalnya data penerimaan kas dari pajak dan dari sumber lainnya yang mengalami suatu perubahan dan disusun secara sistematis dan terstruktur sehingga memberikan manfaat bagi KPKD untuk mengolah penerimaan keuangan dalam Kotamadya Jakarta Pusat.
12 2.1.4
Sistem Informasi Menurut
http://ilmukomputer.com/berseri/teguhcbis/index.php,
(dikutip dari artikel Computer Based Information System oleh Teguh Wahyuno bab 2; 2004,p2), sistem informasi yang baik sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 hal pokok, yaitu relevancy, accuracy dan timelinness. a. Relevansi (relevancy) Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Pengukuran nilai relevansi, akan terlihat dari jawaban atas pertanyaan “how is the message used for problem solving (decision masking)?” Relevan adalah Informasi yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan. Informasi yang ada harus berguna bagi KPKD dan relevan. Berguna artinya sistem informasi keuangan harus dapat memberikan informasi yang mendukung kegiatan keuangan. b. Akurasi (accuracy) Sebuah informasi dapat dikatakan akurat jika informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan sebuah informasi dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.
13 Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap keakuratan sebuah informasi antara lain adalah :
•
Kelengkapan (completeness) informasi. “Are necessary message items present ?” Informasi yang
komplit, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh user harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik. •
Kebenaran (correctness) informasi. “Are message items correct ?” Informasi keuangan yang
dihasilkan oleh proses pengolahan data, haruslah benar berarti sesuai dengan perhitungan-perhitungan yang ada dalam proses tersebut. Misalnya saja, jika sebuah informasi keuangan menunjukkan total penerimaan kas dalam periode tertentu haruslah sudah sesuai dengan perhitungan-perhitungan matematis yang ada di dalam prosesnya seperti perhitungan penerimaan dari pajak bumi dan bangunan, perhitungan penerimaan dari retribusi.
14 •
Keamanan (security) informasi. Suatu sistem informasi haruslah aman. Aman berarti
informasi yang dihasilkan oleh KPKD mengenai laporan penerimaan kas hanya dapat dicapai oleh user yang berhubungan dengan sistem. c. Tepat waktu (timeliness) “How quickly is input transformed to correct output?” Bahwa informasi mengenai laporan penerimaan yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang dihasilkan harus dapat menyediakan laporan keuangan secara tepat waktu yang berarti informasi tidak boleh terlambat, sehingga jika digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tidak dapat menimbulkan kesalahan dalam tindakan yang akan diambil. Kebutuhan akan tepat waktunya sebuah informasi itulah yang pada akhirnya akan menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi. Hal itu dapat dipahami karena kecepatan untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan informasi tersebut memerlukan bantuan teknologi-teknologi terbaru.
2.1.5
Keuangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004,p1115), keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan uang. Uang adalah alat pembayaran yang sah . Menurut www.wikipedia.org, keuangan adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis dan organisasi meningkatkan, mengalokasi,
15 dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu dan juga menghitung resika dalam menjalankan projek mereka. Istilah keuangan dapat berarti: sumber daya moneter. Meningkatkan berarti membuat lebih baik lagi. Mengalokasikan berarti menempatkan sesuati sesuai dengan fungsinya. Sumber daya adalah segala sesuatu yang berdaya guna yang menjadi inti. Moneter berarti uang. Jadi dapat disimpulkan keuangan adalah kegiatan di KPKD Kotamadya Jakarta Pusat untuk meningkatkan, menempatkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang berdaya guna sebagai alat pembayaran yang sah (uang).
2.1.6
Sintesis Berdasarkan analisis teori –teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan Efektivitas Sistem Informasi Keuangan adalah tingkat ukur atas kegiatan input, proses, output dari suatu data mengenai sumber daya moneter yang telah dirubah sedemikian rupa untuk mencapai tujuan akhir user dengan meliputi indikator tujuan, input, proses, output dan juga meliputi dimensi
1.Relevant dengan indikator berguna, 2. Accuracy
(akurat) dengan indikator lengkap, benar dan aman, 3. Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat waktu.
2.1.7
Konstruk Berdasarkan sintesis dari teori–teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan Efektivitas Sistem Informasi Keuangan dalam
16 penelitian ini adalah suatu tingkat ukur atas kegiatan–kegiatan yang terjadi KPKD Kotamadya Jakarta Pusat yang meliputi penerimaan, pencatatan dan penyajian data–data yang digunakan untuk mencapai suatu hasil berupa laporan penerimaan kas
yang meliputi indikator
tujuan, input, proces, output dan meliputi dimensi 1. Relevant dengan indikator berguna, 2.Accuracy (akurat) dengan indikator lengkap, benar dan aman, 3. Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat waktu.
2.1.8
Kepuasan Menurut Kotler(1997, p40), kepuasan adalah suatu perasaan senang atau kecewa yang dihasilkan dari kemampuan suatu produk jika dibandingkan
dengan
harapan
konsumen
dari
produk
tersebut.
Kemampuan berarti kesanggupan suatu produk dalam memberikan manfaat bagi penggunanya. Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan. Harapan berarti keinginan yang menjadi suatu kenyataan. J. Supranto (1997, p233) menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan orang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat perasaan adalah suatu ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan seseorang ketika menghadapi sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004,p770 ), kepuasaan adalah perihal atau perasaan senang, kelegaan, kesenangan dsb. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasaan adalah suatu tingkat perasaan user dalam menerima dan menghayati proses serta hasil kerja
17 dari sistem informasi keuangan KPKD dimana hasil kerja sistem tersebut dapat dimanfaatkan user untuk membantu pembuatan laporan penerimaan kas Kotamadya Jakarta Pusat.
2.1.9
User Menurut Larry Long dan Nancy Long (2002, p24), “User is someone who uses the computer”, yang artinya user adalah seseorang yang menggunakan komputer. Menggunakan disini berarti mendaya gunakan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan James A. Senn (1998,p16), mengatakan “User or end- user is people who use Information Technology in their jobs or personal lives” yang artinya user atau pengguna akhir adalah orang yang mengunakan teknologi informasi dalam perkerjaan mereka atau dalam kehidupannya. Menggunakan teknologi informasi adalah semua karyawan KPKD yang berinteraksi secara langsung dengan sistem informasi keuangan melalui suatu media tertentu dan memanfaatkan sistem tersebut membantu penyelesaian pekerjaannya.
2.1.10 Kepuasan User Menurut Remenyi, Money dan Smith (2002, p.153), kepuasan informasi user atau pemakai (KIP) secara umum dianggap sebagai hasil perbandingan antara pengharapan atau kebutuhan user atas sistem informasi dengan kinerja sistem informasi yang diterima. Hasil
18 perbandingan disini dapat berupa pendapat baik itu negatif maupun positif atau dapat juga dinyatakan dalam perasaan senang ataupun tidak. Http://busman.elec.qmul.ac.uk/deliverables/busman_d61.pdf, (dikutip dari karya ilmiah Bringing User Satisfaction to Media Access Network oleh Pedro Concejero Cerezo; Carlos Gónzalez de Herrero; Daniel Pérez Uriol; Alyson Evans; Goetz Schmidt-Bossert; Roland Buß; Richard Blyth; Abigail Turner; et al, 2003, p38) mengatakan kriteria kepuasan user meliputi dimensi : 1. Meeting user expectations (memenuhi harapan user). 2. Esthetic Appearance (estetika tampilan). 3. Intuitiveness and ease of learning, comfort and confidence in the long term (intuisi dan mengurangi waktu pembelajaran, memberikan kenyamanan dan percaya diri dalam jangka waktu yang panjang). Meeting user expectation berarti sistem informasi keuangan yang dipakai oleh KPKD harus sesuai dengan harapan dari user yaitu user dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang diinginkan. Esthetic appearance berarti tampilan yang dihasilkan oleh sistem informasi keuangan harus menarik dan didisain sedemikian rupa sehingga membuat user di KPKD Kotamadya Jakarta Pusat merasa puas dalam menggunakan sistem informasi keuangan. Intuitiveness and ease of learning, comfort and confidence in the long term maksudnya sistem informasi keuangan yang diaplikasikan di KPKD harus mudah dimengerti berarti user tidak sulit menggunakan sistem informasi keuangan sehingga user merasa nyaman yang berarti
19 user merasa mampu beradaptasi sehingga terbiasa dalam menjalankan sistem informasi keuangan. Berdasarkan uraian dari kepuasan dan user diatas, maka dapat disimpulkan Kepuasan User di KPKD berarti suatu ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user baik itu positif maupun negatif yang meliputi dimensi meeting user expextations, esthetic appearance dan intuitives and ease of learning, comfort and confidence in the long term terhadap kesanggupan sistem informasi keuangan pada KPKD dalam memberikan informasi yang bermanfaat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh user yang menggunakan sistem tersebut.
2.1.11 Sintesis Berdasarkan analisis teori–teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan Kepuasan User adalah suatu ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user baik itu positif maupun negatif yang dapat dilihat dari apakah sistem informasi dapat memenuhi harapan, dan bagaimanakah estetika penampilan dan apakah mudah dipelajari yang meliputi dimensi: 1. Memenuhi Harapan dengan indikator harapan, 2. Estetika Tampilan dengan indikator tampilan,
3. Intuisi dan mengurangi waktu
pembelajaran, memberikan keyamanan dan percaya diri dalam jangka panjang dengan indikator kenyamanan dan mudah.
20 2.1.12 Konstruk Berdasarkan sintesis dari teori–teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan Kepuasan User adalah suatu ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user di KPKD baik itu positif maupun negatif yang dapat diukur berdasarkan dimensi 1. Memenuhi Harapan dengan indikator harapan, 2. Estetika Tampilan dengan indikator tampilan, 3. Intuisi dan mengurangi waktu pembelajaran, memberikan keyamanan dan percaya diri dalam jangka panjang dengan indikator kenyamanan dan kemudahan terhadap kesanggupan sistem informasi keuangan pada KPKD dalam memberikan informasi keuangan yang bermanfaat bagi penyelesaian rutinitas kerja sehari-hari.
21
2.1.13 Tabel kisi-kisi variabel, dimensi, indikator penelitian
Tabel 2.1 Kisi-kisi Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian
Variable
Dimensi
Indikator Penelitian Tujuan
Relevansi
Berguna Kelengkapan
Akurasi Efektivitas Sistem Informasi Keuangan
Kebenaran Keamanan
Tepat Waktu
Tepat Waktu Input Output Proses
Kepuasan User
Memenuhi Harapan
Harapan
Estetika Tampilan
Tampilan Kemudahan
Intuisi Pembelajaran Kenyamanan
22
2.1.14 Kerangka Berpikir Pengertian Efektivitas Sistem Informasi Keuangan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat ukur atas kegiatan–kegiatan yang terjadi KPKD Kotamadya Jakarta Pusat yang meliputi penerimaan, pencatatan dan penyajian data–data yang digunakan untuk mencapai suatu hasil berupa laporan penerimaan kas
yang meliputi indikator
tujuan, input, proses, output dan meliputi dimensi 1. Relevant dengan indikator berguna 2. Accuracy (akurat) dengan indikator lengkap, benar dan aman .Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat waktu. Pengertian dari Kepuasan User dalam penelitian ini adalah suatu ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user di KPKD baik itu positif maupun negatif yang dapat diukur berdasarkan dimensi 1. Memenuhi Harapan dengan indikator Harapan, 2. Estetika Tampilan dengan
indikator
Tampilan,
3.
Intuisi
dan
mengurangi
waktu
pembelajaran, memberikan keyamanan dan percaya diri dalam jangka panjang dengan indikator kenyamanan dan kemudahan terhadap kesanggupan sistem informasi keuangan pada KPKD dalam memberikan informasi keuangan yang bermanfaat bagi penyelesaian rutinitas kerja sehari–hari. Berdasarkan dua pengertian diatas terdapat keterkaitan antara Efektivitas Sistem Informasi Keuangan dengan Kepuasan User. Dimana semakin tinggi Efektivitas Sistem Informasi Keuangan yang diterapkan dalam memenuhi kebutuhan user dan harapan user atas sistem informasi
23 maka akan berpengaruh terhadap Kepuasan User pada perusahaan tersebut, maka diduga terdapat hubungan antara Efektivitas Sistem Informasi Keuangan dengan Kepuasan User pada KPKD Kotamadya Jakarta Pusat.
2.1.15 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas, pernyataan hipotesisnya dapat dirumukan sebagai berikut : ”Terdapat hubungan antara Efektivitas Sistem Informasi Keuangan dengan Kepuasan User ” Dari pertanyaan statistik dapat dirumuskan dengan sebagai berikut :
H0 : θ =
0,
Tidak terdapat hubungan antara Efektivitas Sistem
Informasi Keuangan dengan Kepuasan User H1 : θ
>
0,
Terdapat hubungan antara Efektivitas Sistem Informasi
Keuangan dengan Kepuasan User Sumber : Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika (1997, p 298)
Keterangan : H0
=
Hipotesis Nol
H1
=
Hipotesis Alternatif
θ
=
Nilai Korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
24 2.2
Teori Khusus 2.2.1
Metodologi Penelitian Menurut Sugiyono (2004, p1), metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu bedasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara– cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara–cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara – cara yang digunakan. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.
Valid
menunjukkan
derajat
ketepatan
antara
data
yang
sesungguhnya pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah–langkah tertentu yang bersifat logis. Menurut
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo menyatakan
bahwa metode–metode penelitian merupakan salah satu dari 3 faktor yang merupakan karakteristik dari penelitian yaitu (1) Tujuan Penelitian, (2) Metode-metode Penelitian, (3) Hubungan penelitian dengan ilmu, dimana metodologi penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji ketentuan– ketentuan mengenai metode–metode yang digunakan dalam penelitian.
25 2.2.2
Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2004,p32), variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen sering disebut juga sebagai variabel bebas merupakan varibale yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel dependen yang sering juga disebut variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibatnya, karena adanya variabel bebas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002, p96), variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X) sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y). Menurut Nur Indiriantoro dan Bambang Supomo ( 1999,p61), variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Tipe–tipe variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu :
26
Variabel Independen dan Variabel Dependen Variabel
independen
adalah
tipe
variabel
yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Bentuk hubungan antara variabel–variabel independen dengan variabel dependen dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Sesuai dengan fenomena sosial yang dijelaskan, bentuk hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat bersifat positif atau negatif. Variabel dependen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagi sebab (Presumed Cause Variabel) dari variabel independen, yaitu variabel yang diduga sebagai sebab akibat (Presumed Effect Variabel)
Variabel Moderating Hubungan langsung antara variabel–variabel independen dengan variabel–variabel dependen kemungkinan dipengaruhi oleh variabel–variabel lain. Salah satu diantaranya adalah variabel moderating, yaitu tipe – tipe variabel – variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel dependen.
27 Variabel
moderating
merupakan
tipe
variabel
yang
mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Oleh karena itu variabel moderating disebut juga variabel contingency.
Variabel Intervening Variabel intervening adalah tipe–tipe variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel–variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel intervening merupakan variabel yang terletak
diantara
variabel–variabel
independen
dengan
variabel–variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen
Variabel Aktif dan Variabel Atribut Variabel–variabel
penelitian
dapat
dikalsifikasikan
berdasarkan perlakuan peneliti terhadap suatu variabel, yaitu variabel aktif (active variable) dan variabel atribut (attribute variable). Variabel aktif adalah variabel penelitian yang dimanipulasi untuk keperluan penelitian eksperimen. Tidak semua variabel penelitian dapat dimanipulasi, misalnya variabel yang berkaitan dengan karakteristik manusia : intelegensia, sikap, jenis kelamin, status sosial-ekonomi.
28 2.2.3
Populasi Menurut
Sugiyono
(2004,p72),
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda– benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Menurut Suharsimi Arikunto (2002,p108), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dilihat dari jumlahnya, maka populasi dapat terbagi: ♦ Jumlah terhingga (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu) seperti contoh nomor 1, 2 dan 3 diatas ♦ Jumlah tak hingga (terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya) Menurut Nur Indiriantoro dan Bambang Supomo (1999,p115), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertenti. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi.
29 2.2.4
Sampel Menurut Sugiyono (2004,p72), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat menggunalan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil harus betul–betul representatif (mewakili) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
penelitian
sampel
apabila
kita
bermaksud
untuk
menggenarilisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggenarilisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Menurut Uma Sekaran (2000, p53), sampling acak adalah sampling dimana setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai subjek. Berdasarkan pendapat Supranto (2000, p55), sampling acak (random sampling) ialah sampling dimana elemen-elemen sampelnya ditentukan atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya secara acak. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu •
Probability Sampling adalah teknik sampling atau teknik pengambilan sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
30 setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini juga sering disebut dengan random sampling. •
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka
semakin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum). Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut .
λ².N.P.Q S = ־־־־־־־־־־־־־־־־־־־־־־ d² (N-1) + λ².P.Q Sumber : Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis,2004,p79
Dimana : λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5 d = 0,05 S = jumlah sampel
31 Selain itu jumlah sampel dari populasi juga dapat dilihat dari tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan sebesar 1%, 5% dan 10% ( lihat tabel 2.2 )
Tabel 2.2 Tabel Sampel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan : 1, 5 dan 10% N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
1% 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160
S 5% 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 114 119 123 127 131
10% 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 105 108 112 115 118
N 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700
1% 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477
S 5% 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 265 270 275 279 283 286 289
10% 138 140 143 147 151 155 158 162 165 168 171 173 176 182 187 191 195 199 202 205 208 211 213 217 221 224 227 229 232 234
N 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000
1% 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 563 655 658 659 661 661 662 662 662 662 663 663 663 663 663 663
S 5% 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348
10% 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270
32 220 230 240 250
165 172 176 182
135 139 142 146
122 125 127 130
1800 1900 2000 2200
485 492 498 510
292 294 297 301
235 237 238 241
750000 800000 850000 900000 ∞
663 663 663 663 664
348 348 348 348 349
270 271 271 271 272
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Alfabeta, Bandung, 2004), p81
2.2.5
Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2004,p84), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002, p97) menyatakan bahwa skala pengukuran terdiri dari berbagai macam–macam, yaitu : -
Skala nominal (Nominal Scale) Adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari construct yang diukur dalam bentuk variabel. Skala nominal disamping menyatakan bentuk kategori variabel yang saling meniadakan, juga menyatakan kategori lain yang bersifat collectively exhaustive, yaitu tidak ada kategori yang lain. Skala nominal merupakan skala yang paling sederhana. Angka atau atribut yang digunakan dalam pengukuran hanya
33 merupakan suatu nama untuk menyebutkan kategori atau kelompok variabel. Oleh karena itu, Skala nominal juga dinamakan dengan skala kategoris. Nilai variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori, tetapi tidak menjelaskan nilai peringkat, jarak atau perbandingan. -
Skala Ordinal (Ordinal Scale) Adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur. Peringkat nilai menunjukkan sesuatu urutan penilaian atau tingkat preferensi.
-
Skala Interval (Interval Scale) Merupakan skala pengkuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur. Skala interval dengan kata lain, tidak hanya mengukur perbedaan subyek atau obyek secara kualitatif melalui kategorisasi dan menyatakan urutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan pilihan yang lain. Skala Interval, dengan demikian, merupakan skala pengukuran yang lebih baik dibandingkan dengan skala nominal dan skala ordinal.
-
Skala Rasio (Ratio Scale) Merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan pebandingan construct yang diukur. Skala Ratio menggunakan nilai yang absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif.
34 Berbagai tipe skala yang dapat digunakan untuk penelitian antara lain adalah : 1.
Skala Likert Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item–item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif yang dapat berupa kata–kata antara lain : 1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju (S) 3. Ragu – Ragu (RR) 4. Tidak Setuju (TS) 5. Sangat Tidak Setuju (STS)
35 Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu
dapat
diberi skor, misalnya :
2.
1 Setuju/Selalu/Sangat positif diberi skor
5
2 Setuju/sering/positif diberi skor
4
3 Ragu – ragu/kadang - kadang / netral diberi skor
3
4 Tidak setuju/Hampir tidak pernah / negatif diberi skor
2
5 Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat Negatif diberi skor
1
Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya–tidak”; “benar–salah”; “pernah–tidak pernah”; “positif–negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data inerval atau dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman bila ingin mendapatkan jawaban
yang
tegas
terhadap
suatu
permasalahan
yang
ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. 3.
Semantic Deferential Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferential dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positif terletak di bagian kanan garis dan
36 jawaban sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. 4.
Rating Scale Dari
ketiga
skala
pengukuran
seperti
yang
telah
dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan ratingscale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang disediakan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap instrumen.
2.2.6
Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2004,p129), pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik
pengumpulan
data
dapat
dilakukan
dengan
interview
(wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan dari ketiganya.
37 Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
2.2.6.1
Kuesioner Menurut
Sugiyono
(2004,p135),
kuesioner
merupakan
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Menurut Moh. Nazir (2005, p203), kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan data berupa daftar–daftar pertanyaan. Pertanyaan– pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Tujuan dari kuesioner adalah : a.) Memperoleh informasi yang akurat dari responden b.) Memberikan struktur pada wawancara sehingga dapat berjalan lancar dan urut c.) Memberikan format standar pencatatan fakta, komentar dan sikap d.) Memudahkan pengolahan data
38 2.2.6.1.1 Komponen Kuesioner Dalam bukunya, Umar (2003a, p78) mengutip Emory-Cooper yang menyatakan bahwa paling tidak terdapat 4 komponen inti dari sebuah kuesioner. Keempat komponen itu adalah : 1.
Subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan riset
2.
Ajakan, yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk turut serta mengisi kuesioner secara aktif dan obyektif.
3.
Petunjuk pengisian kuesioner yang mudah dimengerti dan tidak biasa.
4.
Pertanyaan atau pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. Dalam kuesioner jangan dilupakan isian untuk identitas responden.
2.2.6.1.2
Isi dari Kuesioner Kuesioner harus mempunyai center perhatian, yaitu masalah
yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Maka secara umum isi dari kuesioner berupa : 1.) Pertanyaan tentang fakta; 2.) Pertanyaan tentang pendapat; 3.) Pertanyaan tentang persepsi diri; 4.) Pertanyaan tentang fakta; 5.) Pertanyaan tentang pendapat;
39 6.) Pertanyaan tentang persepsi diri; 2.2.6.1.3
Cara mengungkapkan pertanyaan Walaupun sukar untuk menentukan suatu aturan yang dapat
berlaku umum tentang cara mengungkapkan pertanyaan, beberapa petunjuk penting berkenaan dengan hal diatas perlu diketahui, antara lain : 1.) Jangan gunakan perkataan – perkataan sulit 2.) Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum 3.) Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguous) 4.) Jangan gunakan kata – kata yang samar. 5.) Hindakan pertanyaan yang mengandung sugesti 6.) Hindarkan pertanyaan yanng berdasarkan presumasi 7.) Jangan
membuat
pertanyaan
yang
menyinggung
responden 8.) Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. 2.2.6.1.4
Jenis Pertanyaan Dalam hubungannya dengan leluasa tidaknya responden
memberikan jawaban terhadap pertanyaan–pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dapat dibagi dalam dua jenis yaitu 1.) Pertanyaan Berstruktur Æ Pertanyaan yang dibuat sedimikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja ataupun kepada jawaban saja.
40 2.) Pertanyaan Terbuka Æ atau pertanyaan tidak berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa dan jawabannya
serta
cara
pengungkapannya
dapat
bermacam–macam. Dalam menjawab pertanyaan terbuka ini, responden tidak terikat pada alternatif–alternatif jawaban. 2.2.6.1.5 Hubungan Pertanyaan dengan Masalah Pokok Dalam menyusun pertanyaan, sekurang–kurangnya dua hal perlu dipikirkan, yaitu isi dari tiap item pertanyaan dan hubungan antara item dengan item pada keseluruhan kuesioner. Selain itu isi dari masingmasing item pertanyaan itu sendiri harus cocok dan relevan dengan masalah pokok.
Nur Indiriantoro dan Bambang Supomo (2002, p154) membagi kuesioner menjadi 2 jenis yaitu 1.
Kuesioner
secara
Personel
(Personally
Administered
Questionnaires ) Penggunaan teknik kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan langsung peneliti. Peneliti dapat berhubungan langsung
dengn
responden
dan
memberikan
penjelasan
seperlunya dan kuesioner dapat langsung dikirimkan setelah selesai dijawab oleh responden. Teknik ini, biayanya relatif mahal
41 jika jumlah responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar. 2.
Kuesioner lewat pos (Mail Questionnaires) Kuesioner yang diajukan kepada responden dan jawaban responden dikirim melalui pos. Teknik ini memungkinkan peneliti memperoleh jawaban dari responden yang letak geografisnya terpencar. Kelemahan utama teknik kuesioner yang dikirim lewat pos, responden sering menolak untuk menjawab dengan tidak mengirimkan kembali kuesioner kepada peneliti. Teknik ini memiki tingkat tanggapan (response rate) yang paling rendah.
2.2.7
Uji Validitas Butir Menurut Sugiyono (2004, p109), instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur begitu pula sebaliknya. Uji validitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat komunikatif dari tiap butir pertanyaan. Yang artinya uji validitas ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pemahaman atas butir–butir yang ada dalam instrumen oleh para responden. Menurut Umar (2003b, p179), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2002, p144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
42 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Ada 2 macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu valditas eksternal dan validitas internal a.
Validitas eksternal Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Untuk menguji hipotesis asosiatif (hubungan) digunakan teknik korelasi. Salah satu dari teknik korelasi yaitu korelasi product moment (r) Rumus : dengan angka kasar
N∑XY – (∑X) (∑Y)
r
xy
= {N∑X² −(∑X²)} {N∑Y² −(∑Y²) } Sumber : Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 2002, p146
dimana : X
= Skor rata – rata dari X
Y
= Skor rata – rata dari Y
r
xy
dikorelasikan.
menunjukkan
korelasi antara dua variabel yang
43
Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu : (1) Ada tidaknya korelasi, (2) Arah korelasi, (3) Besarnya korelasi. 1. Ada tidaknya korelasi Æ ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka dibelakang koma, misalnya 0,0002, maka dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y, karena kalo toh ada, angkanya terlalu kecil, lalu diabaikan. 2. Arah Korelasi Æ yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai variabel Y. Arah dari korelasi ini ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks. Jika tandanya plus (+), maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (-) maka arah korelasinya negatif. 3. Besarnya Korelasi Æ yaitu besarnya angka yang menunjukan kuat dan tidaknya atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya. Dalam hal yang menentukan besarnya korelasi ini kita tidak perlu memperhatikan tanda hitung yang terdapat di depan indeks.
Dikatakan setelah penggunaan rumus, setelah diperoleh nilai r, lalu dikonsultasikan ke Tabel r–Product- Moment (lihat tabel 2.3)
44 Tabel 2.3 NILAI – NILAI r PRODUCT MOMENT
Taraf Signif N
Taraf Signif N
5%
1%
3
0,997
0,999
4
0,950
5
Taraf Signif N
5%
1%
5%
1%
27
0,381
0,487
55
0,266
0,345
0,990
28
0,374
0,478
60
0,254
0,330
0,878
0,959
29
0,367
0,470
65
0,244
0,317
6
0,811
0,917
30
0,361
0,463
70
0,235
0,306
7
0,754
0,874
31
0,355
0,456
75
0,227
0,296
8
0,707
0,834
32
0,349
0,449
80
0,220
0,286
9
0,666
0,798
33
0,344
0,442
85
0,213
0,278
10
0,632
0,765
34
0,339
0,436
90
0,207
0,270
11
0,602
0,735
35
0,344
0,430
95
0,202
0,263
12
0,576
0,708
36
0,329
0,424
100
0,195
0,256
13
0,553
0,684
37
0,325
0,418
125
0,176
0,230
14
0,532
0,661
38
0,320
0,413
150
0,159
0,210
15
0,514
0,614
39
0,316
0,408
175
0,148
0,194
16
0,497
0,623
40
0,312
0,403
200
0,138
0,181
17
0,482
0,606
41
0,308
0,398
300
0,113
0,148
18
0,468
0,590
42
0,304
0,393
400
0,098
0,128
19
0,456
0,575
43
0,301
0,389
500
0,088
0,115
20
0,444
0,561
44
0,297
0,384
600
0,080
0,105
21
0,433
0,549
45
0,294
0,380
700
0,074
0,097
22
0,423
0,537
46
0,291
0,376
800
0,070
0,091
23
0,413
0,526
47
0,288
0,372
900
0,065
0,086
24
0,404
0,515
48
0,284
0,368
1000
1000
0,081
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 317
45 Jika diketahui : r hitung
>
r tabel
= valid
r hitung
<
r tabel
= tidak valid
Menurut Suharsimi Arikunto (2002, p245) ada cara lain yang lebih sederhana dan mudah tetapi kuno yaitu menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau nilai r (tabel 2.4) Tabel 2.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Alfabeta, Bandung 2004),p 183
b. Validitas Internal Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian–bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “missi” instrumen
46 secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
2.2.8
Uji Reliabilitas Butir Menurut Moh. Nazir (2005,p133), pengertian reliabilitas dapat lebih
mudah dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab : 1. Jika set objek yang sama diukur berkali–kali dengan alat ukur yang sama, apakah kita akan memperoleh hasil yang sama ? 2. Apakah ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukuran tertentu adalah ukuran sebenarnya dari objek tersebut ? 3. Berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap objek ? Jawaban terhadap pernyataan tersebut tidak lain dari 3 aspek pengertian tentang reliabilitas. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian
bahwa
alat
ukur
tersebut
stabil,
dapat
diandalkan
(dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Pertanyaan kedua memberi aspek ketepatan atau akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat adalah ukuran yang cocok dengan yang ingin diukur. Jika kedua aspek diatas yaitu aspek stabilitas dan aspek akurasi digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat.
47 Dari aspek–aspek reliabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur. Menurut Umar (2003b, p132), reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebuah instrumen dapat dikatakan reliabel apabila digunakan untuk mengukur objek yang sama beberapa kali akan menghasilkan data yang sama pula atau selalu konsistensi, artinya instrumen tersebut telah siap digunakan dalam penelitan Reliabilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang paling sesuai untuk mencari realibitas instrumen yang skor bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian dan skala bertingkat. Rumus Alpha adalah sebagai berikut :
R11
k = --------k-1
1 -
∑σb2 ----------σ t2
Sumber : Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, 2002,p17
S2 =
n∑xi2 - ( ∑xi )2 n(n–1)
sumber : Sudjana, Metode Statistika (Tarsito, Bandung 2002), hal 94
48 keterangan : R11 k
= reliabilitas instrument = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = jumlah varians butir σ t2
= varians total
n
= jumlah sampel
∑x
= jumlah variabel yang dipakai
Tabel 2.5 Analisa Reliabilitas Nilai
Hubungan
R11< 0.20
Hubungan sangat kecil dan bisa diabaikan
0.20< R11 < 0.40
Hubungan kecil ( tidak erat )
0.40 < R11< 0.70
Hubungan yang cukup erat
0.70 < R11 < 0.90
Hubungan yang erat ( reliabel )
0.90 < R11< 1.00
Hubungan yang sangat erat ( sangat reliabel )
R11 = 1.00
Hubungan yang sempurna
Sumber : http:\\ olahdata.com\analisis validitas &reliabilitas \
2.2.9
Statistik Menurut Prof. Dr. Sudjana (2001,p2), kata Statistik telah dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Selain itu kata statistik juga masih mengandung
49 pengertian lain yakni dipakai untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari kumpulan data mengenai suatu hal. Menurut Sugiyono (2004,p142) menyatakan bahwa teknik analis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam satistik yang digunakan untuk analisa data dalam penelitian yaitu : a.)
Statistik Deskriptif dan Inferensial Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan. Termasuk dalam statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan moduse, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melaului perhitungan rata–rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukam mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata–rata data sampel atau populasi. Yang perlu diketahui bahwa dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena
50 peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi. Statistik Inferensial (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statustik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara random. b.)
Statistik Parametris dan Statistic Nonparametris Dalam
melakukan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan statistik parametris, hal ini dikarenakan sampel diambil dari populasi. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik (yang dimaksud dengan statistik disini adalah data yang diperoleh dari sampel) atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesisi yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki perbedaan antara populasi dan statistik sebagai contoh : dimisalkan suatu tingkat kepuasan user yang populasinya berjumlah 50, rata–ratanya adalah 8.0, selanjutnya dari 50 user itu diambil sampel sebanyak 6 user dan setelah diuji ternyata nilai
51 rata–rata yang didapat adalah
8.0. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan antara parameter (data populasi) dengan statistik (data sampel). Hanya dalam kenyataan nilai parameter jarang diketahui. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, selain itu statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas dan signifikansi. Statistik Nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Statistik non-parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi. Oleh karena itu, statistik non-parametris sering disebut “distribusi free” (bebas distribusi). Statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.
2.2.10
Pengujian Persyaratan Analisis Menurut
Sudjana
(2002,
p291),
asumsi
bahwa
populasi
berdistribusi normal, asumsi normalitas perlu dicek keberlakuan agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan.
52 Menurut Sudjana (2002, p466), metode statistika non-parametrik pengujian kenormalan digunakan dengan uji Lilliefors. Sedangkan menurut Sudjana (2002, p261), pengujian homogenitas yang dilakukan menggunakan uji Bartlett.
2.2.11
Analisis Regresi Linear Sederhana Persamaan
regresi
adalah
persamaan
matematik
yang
memungkinkan kita meramal nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilainilai satu atau lebih peubah bebas. Kita gunakan analisis regresi bila kita ingin mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dengan menaikkan dan menurunkan variabel independen dan sebaliknya. Arti yang didapatkan dari persamaan regresi yang ada adalah bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan skor variabel independen akan terjadi peningkatan variabel dependen sebesar b dan konstanta sebesar a.
Bentuk dari persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut: Ŷ = a + bX
53 Nilai a dan b pada persamaan regresi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
a
=
b
=
( ΣYi ) (ΣYi2) – (ΣXi) (ΣXiYi) nΣX i2 - (ΣXi) 2 n ΣXiYi - (ΣXi) (ΣYi) nΣX i2 - (ΣXi) 2
sumber : Sudjana, Metode Stastistika, ( Tarsito: Bandung 1996 ), hal 315
Keterangan : a = intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak b = kemiringan atau gradiennya X = nilai tertentu dari variabel tak bebas Ŷ = nilai yang diukur pada variabel tak bebas Xi = variabel bebas x yang ke-i Yi = variabel bebas y yang ke-i
2.2.12
Analisis Korelasi Sederhana Menurut Sudjana (2003, p45), korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya konstribusi peubah indikator terhadap terjadinya respon dan jika ada seberapa besar dan apakah berarti (signifikan). Menurut Sudjana (2003, p47), koefisien dapat dicari menggunakan metode-metode korelasi Product Moment.
54 Dengan rumus sebagai berikut : n Σ Xi Yi - (Σ Xi) (Σ Yi) rsumber=: Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, √ { n ΣXi 2 - (Σ Xi) 2 }{ n ΣY i 2 - (Σ Yi) 2 }
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 182
Keterangan : r = r hitung menunjukkan koefisien X dan Y Xi = skor butir ke i Yi = skor total butir n = jumlah sampel
2.2.13 Uji Hipotesis Menurut Sudjana (2002, p219), hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar oleh karena itu perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis disebut pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono (2004, p156), hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah
55 taksiran terhadap keadaan populasi melalui data sampel yang diambil dari populasi. Oleh karena itu dalam statistik, yang diuji adalah hipotesis nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi H0, dan hipotesis alternatif diberi notasi H1. Konsep dasar pengujian hipotesis terdiri dari : 1. Taraf kesalahan Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan interval estimate. A point estimate (titik taksiran) adalah suau taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya. 2. Dua kesalahan dalam menguji hipotesis Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu : a. Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (H0) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (baca alpha).
56 b. Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk dinyatakan dengan β (baca betha). Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan. 2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II (β). 3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I (α). 4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.