BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Internet, Intranet, dan Extranet 2.1.1
Internet Menurut Stair dan Reynolds (2010: 14), internet adalah jaringan komputer yang terbesar di dunia. Terdiri dari ribuan jaringan yang saling terkoneksi, dimana semua pihak pengguna bebas melakukan pertukaran informasi. Menurut Turban (2010:49), internet adalah kumpulan dari manusiapengguna komputer yang berdiri sendiri namun terhubung antara satu sama lain melalui sebuah lingkungan jaringan global. Jadi, internet adalah jaringan komputer yang berdiri sendiri dengan lingkup terbesar dan digunakan oleh manusia dalam kegiatan pertukaran informasi dalam lingkungan jaringan yang global. Internet merupakan sarana perantara bagi manusia pengguna teknologi digital dalam melakukan kegiatan di dalam dunia maya.
2.1.2
Intranet Menurut Stair dan Reynolds (2010: 15), intranet adalah sebuah jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang mengizinkan orang-orang di dalam sebuah organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek. Menurut Turban (2010:49),intranet adalah jaringan perusahaan ataupun pemerintah yang menggunakan tools dalam internet, seperti webbrowser dan internetprotocol. Jaringan intranet ini menjadi sarana perusahaan sebagai media komunikasi dan kolaborasi. Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2011:229), pengertian intranet adalah sebuah jaringan di dalam sebuah organisasi yang menggunakan teknologi internet (seperti web browser dan server, TCP / IP protokol jaringan, penerbitan dokumen HTML hypermedia dan database, dan lainnya) untuk menyediakan lingkungan internet dalam perusahaan untuk berbagi informasi, komunikasi, kolaborasi, dan dukungan dari proses bisnis.
5
6 Jadi,Intranet adalah sebuah jaringan yang digunakan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan dukungan teknologi internet dalam ruang lingkup internal sebuah organisasi
atau
perusahaan.
Adanyaintranet
dalam
perusahaan
membantu
mempermudah karyawan dalam melakukan fungsinya masing-masing sehingga akses atas data yang diperlukan sampai komunikasi antar divisi dapat menjadi lebih cepat dan aman.
2.1.3
Extranet Menurut Stair dan Reynolds (2010: 15), extranet adalah sebuah jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memungkinkan pihak-pihak luar yang terpilih, seperti mitra bisnis dan konsumen, untuk mengakses sumber daya yang diijinkan oleh intranet perusahaan Menurut Turban (2010: 49),extranet adalah jaringan yang menggunakan internet untuk menghubungkan beberapa intranet secara aman. Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 232),extranet adalah penghubung jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk menghubungkan intranet dari suatu bisnis dengan intranet dari pelanggan, pemasok atau mitra bisnis lainnya. Berdasarkanbeberapa pendapat diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ekstranet adalah jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk menghubungkan beberapa intranet dari suatu bisnis seperti pelanggan, pemasok atau mitra bisnis lainnya.Ekstranet dapat membantu jalannya proses bisnis sehingga hubungan komunikasi dan pertukaran informasi antar berbagai pihak yang terkait berjalan secara lancar, konfidensial dan aman tanpa tersebar ke publik.
2.2 Konsep World Wide Web Menurut Turban (2010: 680) Internet berfungsi sebagai mekanisme pengiriman, sedangkan World Wide Web (Web, WWW, atau W3) adalah aplikasi yang menggunakan fungsi-fungsi pengiriman tersebut. web adalah sistem dengan standar yang diterima secara universal untuk menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan informasi melalui arsitektur client/server, menggunakan fungsi-fungsi transpor dari internet
7 Teknologi World Wide Web diciptakan oleh Timothy Berners-Lee, yang pada tahun 1989 mengusulkan jaringan global dari dokumen hiperteks yang akan memungkinkan para peneliti fisika bekerja sama. Beberapa istilah-istilah dalam World Wide Web yang umum adalah: 1. Hypertext Markup Language (HTML) Bahasa pemrograman yang digunakan di web, yang memformat dokumen dan memadukan link hyperteks dinamis ke dokumen-dokumen lainnya yang disimpan di dalam komputer. 2. Standard Generalized Markup Language (SGML) Bahasa pemrograman berbasis teks untuk mendeskripsikan isi dan struktur dari dokumen digital; HTML dikembangkan dari bahasa ini. 3. Home Page Tampilan layar grafis dan teks yang menyambut pengguna dan menjelaskan organisasi yang membuat halaman tersebut. 4. Situs web Semua halaman web dari perusahaan atau individu tertentu. 5. Uniform Resource Locator (URL) Serangkaian huruf yang mengidentifikasi alamat dari sumber tertentu di web. 6. Hypertext Transport Protocol (HTTP) Standar komunikasi yang digunakan untuk mentransfer halaman di bagian WWW di internet; HTTP mendefinisikan bagaimana pesan diformat dan dikirim. 7. Browser Aplikasi peranti lunak yang umumnya digunakan oleh pengguna untuk mengakses web.
2.3 Sistem Informasi Menurut Stair dan Reynolds (2010: 10), sistem informasi adalah seperangkat elemen
yang
saling
terhubung
atau
komponen
yang
mengumpulkan(input),memanipulasi(process), menyimpan dan menyebarkan (output) data dan informasi, menyediakan sebuah reaksi koreksi (mekanisme umpan balik) untuk mencapai sebuah objektif.
8 Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 4) sistem informasi dapat berupa kombinasi terorganisir dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Jadi, sistem informasi adalah kombinasi yang terorganisir dari seperangkat elemen
yang
saling
terhubung
atau
komponen
yang
mengumpulkan(input),memanipulasi(process),menyimpan dan menyebarkan (output) data dan informasi.
2.3.1
Pengertian Sistem Menurut O’Brien dan Marakas (2011:26) Sistem adalah sekelompok komponen yang saling bekerja sama menuju tujuan bersama dengan input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang terorganisir. Sistem memiliki tiga komponen, diantaranya :
1. Input : Melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem untuk diproses. 2. Process: Melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. 3. Output : Melibatkan pemindahan elemen yang telah diproduksi oleh ke tujuan akhir.
2.3.2
Pengertian Informasi Menurut Rainer dan Cegielski (2011: 201), informasi adalah data yang sudah diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.
2.3.3
Peran Dasar Sistem Informasi Dalam Bisnis Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 8) terdapat tiga alasan mendasar untuk semua aplikasi bisnis dalam teknologi informasi. Mereka dapat ditemukan dalam tiga peran penting yang dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah perusahaan bisnis mendukung proses bisnis dan operasional. Tiga peran penting tersebut :
•
Mendukung proses bisnis Pelanggan berhubungan langsung dengan sistem informasi tempat mereka melakukan transaksi atau belanja. Contohnya, kebanyakan toko ritel kini menggunakan
9 sistem informasi berbasis komputer untuk membantu mereka mencatat pembelian pelanggan, menelusuri persediaan, membayar pegawai, membeli barang dagangan baru, serta untuk mengevaluasi tren penjualan. •
Mendukung pengambilan keputusan Sistem informasi juga membantu para manajer toko dan praktisi bisnis lainnya membuat keputusan yang lebih baik. Contohnya, keputusan mengenai lini barang dagangan apa yang perlu ditambah atau dihentikan atau mengenai jenis investasi apa yang mereka butuhkan, biasanya dibuat setelah analisis diberikan oleh sistem informasi berbasi komputer.
•
Mendukung keunggulan kompetitif Mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing membutuhkan penggunaan yang inovatif atas teknologi informasi. Contohnya, manajemen toko mungkin membuat keputusan atas memasang kios dengan layar sentuh dalam semua toko mereka yang terhubung dengan situs web e-commerce mereka untuk belanja secara online.
2.4 Konsep persediaan 2.4.1
Definisi persediaan Menurut Taylor III, persediaan merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan (2004: 364).
2.4.2
Jenis persediaan Menurut Heizer dan Render (2009: 82-83), terdapat empat jenis persediaan yaitu : 1.
Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Persediaan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur. 2.
Persediaan barang setenga jadi (working in process-WIP inventory)
Produk – produk atau komponen – komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi. 3.
MRO
MRO adalah persediaan – persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharan, perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating - MRO) yang dibutuhkan untuk
10 menhaga agar mesin – mesin dan proses – proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. 4.
Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
2.4.3
Biaya dalam persediaan Menurut Taylor III (2004: 366) terdapat tiga biaya dasar yang berhubungan dengan persediaan. Biaya – biaya ini terdiri dari : 1.
Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)
Biaya penyimpanan merupakan biaya menyimpan barang dalam persediaan. Biaya ini berubah tergantung tingkat persediaan dan biasanya dengan perode waktu barang yang disimpan, yaitu seakin besar tingkat persediaan sepanjang waktu, semakin tinggi biaya penyimpanannya. Biaya penyimpanan biasanya dinyatakan dalam dua cara. Bentuk yang paling umum adalah dengan mengalokasikan total biaya penyimpanan, yang ditentukan dengan menjumlahkan setiap biaya yang telah disebutkan sebelumnya, atas dasar unit selama suatu periode, misalnya sebulan, atau setahun. Dalam bentuk ini, biaya pentimpanan dinyatakan dalam bentuk jumlah dolar per unit setiap tahun, misalnya $10 per tahun. Sebaliknya biaya pentimpanan kadang kala dinyatakan sebagai persentase nilai barang atau persentase dari nilai persediaan rata – rata. Secara umum diestimasikan bawhwa biaya penyimpanan mencapai antara 10% - 40% dari nilai perolehan persediaan.
2.
Biaya Pemesanan (Ordering Costs) Biaya pemesanan merupakan biaya yang terkait dengan pembelian kembali untuk
mengisi persediaan yang dimiliki. Biaya ini biasanya dinyatakan dengan jumlah dolar per pesanan dan besarnya tidak tergantung dengan kuantitas pesanan. Jadi, biaya pemesanan dapat berubah tergantung dari berapa kali pesanan dibuat (atau jika kuantitas pesanan meningkat, biaya pemesanan meningkat).
11 Biaya pemesanan biasanya bersifat berlawanan dengan biaya penyimpanan. Jika jumlah yang dipesan bertambah, frekuensi pemesanan berkurang karenanya mengurangi biaya pemesanan per tahun. Namun, memesan dalam jumlah banyak menyebabkan tingginya tingkat persediaan dan biaya penyimpanan yang tinggi. Secara umum, ketika kuantitas pesanan meningkat, biaya pemesanan tahunan turun sementara biaya penyimpanan tahunan meningkat.
3.
Biaya Kekurangan (Shortage Costs) Biaya kekurangan, juga disebut biaya kehabisan stok, terjadi jika permintaan
pelangan tidak dapat dipenuhi karena kurangnya persediaan di tangan. Jika kekurangan ini menyebabkan hilangya penjualan secara permanen, maka biaya ini juga menyebabkan
berkurangnya
keuntungan.
Kekurangan
juga
menyebabkan
ketidakpuasan pelanggan dan hilangnya nama baik yang dapat menyebabkan hilangnya pelanggan dan penjualan di masa yang akan dating
2.4.4
Tujuan persediaan Menurut Taylor III(2004: 367), tujuan dari manajemen persediaan adalah untuk memiliki sistem pengendalian persediaan yang akan memberikan indikasi berapa banyak persediaan yang harus dipesan dan kapan pesanan dilakukan untuk meminimumkan jumlah ketiga biaya persediaan (biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan. Sementara menurut Heizer dan Render(2009: 82), tujuan dari manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan.
2.5 Konsep e-business Menurut Rainer dan Cegielski (2011: 201),e-businessadalah konsep yang agak lebih luas dari e-commerce. Disamping pembelian dan penjualan barang dan jasa, ebusiness juga mengacu melayani pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis dan melakukan transaksi elektronik dalam sebuah organisasi.
12 Menurut Turban (2010: 47) e-business adalah definisi yang lebih luas dari ecommerce yang melibatkan tidak hanya kegiatan jual beli barang dan jasa, tetapi juga pelayanan pelanggan, berkerjasama dengan rekan bisnis dan melakukan transaksi elektronik dalam organisasi. E-business dapat memiliki beberapa bentuk, bergantung pada tingkat digitalisasi (perubahan dari manual ke digital) dari: (1) produk atau jasa, (2) proses bisnis, dan (3) metode penyampaian. Bila ketiga dimensi tersebut masih dilakukan secara manual, berarti kegiatan bisnis masih dilakukan secara tradisional. Bila sebagian dari ketiga dimensi tersebut sudah dilakukan secara digital, berarti kegiatan bisnisnya merupakan partiale-business. Bila ketiga dimensi tersebut sudah dilakukan secaraelektronik, berarti bisnisnya sudah dapat dikategorikan sebagai pure ebusiness. Jadi, e-businessadalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan bisnis seperti transaksi barang atau jasa, pelayanan pelanggan, hingga kerjasama dengan mitra bisnis yang menggunakan media elektronik dengan sarana teknologi internet sebagai penghubungnya. E-business berdasarkan transaksi dan hubungan antar pihak yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi: •
Business to business (B2B) Model e-business dimana semua peserta yang berpartisipasi di dalamnya terdiri dari organisasi ataupun unit bisnis.
•
Business to customer (B2C) Model e-business dimana perusahaan menjual kepada individu. Electronic tailing bisnis retail secara online, biasanya berupa B2C.
•
Business to business to customer (B2B2C) Model e-business dimana perusahaan menyediakan barang atau jasa kepada perusahaan lain yang menyediakan produk dan jasa tersebut kepada individu.
•
Customer to business (C2B) Model e-business dimana individu menggunakan internet untuk menjual produk atau jasa mereka kepada perusahaan.
13 •
Intrabusiness electronic commerce (IEC) Kategori e-business yang melibatkan semua kegiatan internal perusahaan, termasuk pertukaran barang, jasa, dan informasi antara unit dalam organisasi.
•
Business to employee (B2E) Model e-business dimana organisasi menyediakan produk, jasa, dan informasi kepada pekerja mereka sendiri.
•
Customer to customer (C2C) Model e-businessdimana seorang pelanggan melakukan penjualan langsung kepada pelanggan lain.
•
Collaborative commerce Model e-business dimana individu ataupun kelompok berkomunikasi dan berkolaborasi secara online.
•
Electronic learning Model e-business yang memungkinkan penyampaian informasi secara online untuk tujuan pelatihan ataupun pendidikan.
•
Electronic government (e-Gov) Model e-businessdimana pemerintah menyediakan atau membeli barang, jasa, atau informasi dari ataupun kepada perusahaan maupun individu.
2.6 Supply Chain Management Menurut Chaffey (2011:312), Supply Chain Management berkaitan dengan koordinasi dari seluruh aktivitas supply sebuah organisasi mulai dari pemasoknya dan pengiriman produk hingga mencapai pelanggan. Gambar 2.1 memperkenalkan para aktor utama dalam supply chain. Dalam Gambar 2.1(a) aktor utama dari supply chain adalah organisasi yang menghasilkan sebuah produk dan/atau menberikan servis.
14
Gambar 2. 1 Aktor utama supply chain Sumber gambar: Chaffey (2011: 312)
Menurut Stevenson (2009:512), Supply Chain Management merupakan koordinasi strategi terhadap rantai pasokan untuk suatu tujuan dalam pengintegrasian pasokan dan permintaan manajemen. Menurut
O’Brien
dan
Marakas
(2011:
330),Supply
Chain
Managementmerupakansistem perusahaan lintas fungsional yang menggunakan teknologi informasi untuk membantu mendukung dan mengelola hubungan antara beberapa perusahaan, proses bisnis, dan para pemasok, pelanggan, serta mitra bisnis. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa, Supply Chain Management merupakan koordinasi strategi terhadap aktivitas bisnismulai dari pemasok hingga produk mencapai pelanggan.
2.6.1
Tujuan Supply Chain Management Menurut Turban (2010: 289),Supply Chain Management bertujuan untuk meminimalkan persediaan, mengoptimalkan produksi, meminimalkan waktu produksi, mengoptimalkan distribusi dan logistik,mempercepat proses pemenuhan pesanan, dan pengurangan biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut secara umum.
15 2.7 Supply Chain Menurut Turban (2010: 278),supply chain adalah aliran material, informasi, uang, dan jasa dari supplier bahan baku ke pabrik, ke gudang, sampai pelanggan akhir.
2.7.1
Pembagian Supply Chain Menurut Turban (2010: 288), secara umum, supply chain dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
•
Upstream supply chain Bagian upstream dari supply chain terdiri dari aktivitas yang melibatkan perusahaan dengan pemasoknya (dapat berupa perusahaan manufaktur maupun jasa). Kegiatan utama dalam supply chain bagian upstream adalah procurement yang merupakan proses dimana perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk
mendapatkan
akses
terhadap
produk,keterampilan,kemampuan,fasilitas)
sumber yang
daya
diperlukan
(dapat
berupa
perusahaan
untuk
melakukan proses bisnis utama mereka). •
Internal supply chain Bagian internal dari supply chain melibatkan semua proses internal yang dilakukan untuk mengubah input dari supplier menjadi output yang dihasilkan perusahaan. Aktivitas internal utama ini jugaa dikenal dengan istilah valuechain, yang merupakan penghubung antara pelanggan (B2C) dan pemasok (B2B) yang dalam hubungannya mengubah produk dan jasa yang didapatkan dari supplier menjadi produk dan jasa yang memiliki nilai bagi pelanggan.
•
Downstream supply chain Bagian downstream dari supply chain melibatkan semua aktivitas yang bertujuan untuk menyampaikan produk akhir perusahaan ke pelanggannya. Perhatian utama dalam bagian downstream dari supply chain dipusatkan pada kegiatan distribusi, penyimpanan atau pergudangan, transportasi, dan layanan pasca penjualan.
16 2.7.2
Push and Pull Supply Chain Models Menurut Chaffey (2011: 324) perubahan dalam pemikiran supply chain, dan juga dalam pemikiran komunikasi marketing, adalah perpindahan dari model push pada penjualan kepada model pull atau kombinasi dari pendekatan push-pull. Model push diilustrasikan oleh perusahaan manufaktur yang mungkin mengembangkan suatu produk yang inovatif, mengidentifikasi target pasar yang sesuai dan menghasilkan alur distribusi untuk mendorong produk kedalam pasar - gambar. 2.2(a). Motivasi tipikal untuk pendekatan push adalah untuk mengoptimalkan proses produksi untuk biaya dan efisiensi. Model pull adalah sebuah fokus dalam kebutuhan pelanggan dan dimulai dengan analisis dari kebutuhan mereka melalui riset pasar dan kerjasama dengan pelanggan dansupplier secara dekat dalam pengembangan produk yang baru(Gambar 2.2).
Gambar 2. 2 Push and pull approaches Sumber gambar: Chaffey (2011: 325)
17
2.8 Electronic Supply Chain Management Menurut Turban (2010: 309) Electronic Supply Chain Management adalah penggunaan teknologi secara kolaboratif untuk meningkatkan operasi aktivitas supply chain dan juga aktivitas dalam Supply Chain Management.
2.8.1
Infrastruktur untuk E-Supply Chain Management Menurut Turban(2010:311) Aktivitas kunci dijelaskan dengan menggunakan berbagai infrastruktur dan alat-alat. Berikut ini adalah unsur-unsur infrastruktur utama dan alat-alat dari e-Supply Chain: •
Electronic Data Interchange . EDI adalah alat utama yang digunakan oleh perusahaan besar untuk memfasilitasi hubungan rantai pasokan. Banyak perusahaan beralih dari internal EDI ke internet berbasis EDI.
•
Extranets Tujuan utama mereka adalah untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar organisasi.
•
Intranets Ini adalah jaringan
internal perusahaan untuk berkomunikasi dan
berkolaborasi. •
CorporatePortals Ini menyediakan sebuah gateway untuk kolaborasi eksternal dan internal.
•
Workflow system and tools Ini adalah sistem yang mengelola arus informasi di dalam organisasi.
•
Groupware and other collaborative tools Sejumlah besar alat-alat memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi antara dua pihak dan antara anggota kecil maupun kelompok besar.
2.8.2
Kunci Sukses e-Supply Chain Management Menurut Turban (2010: 309) kesusksesan suatu e-Supply Chain Management tergantung pada:
18 •
Kemampuan semua mitra rantai pasokan untuk melihat mitra kolaborasi sebagai aset strategis. Ini adalah integrasi yang erat dan kepercayaan antara mitra dagang yang
menghasilkan kecepatan, ketangkasan, dan biaya yang rendah. •
Strategi rantai pasokan yang didefinikan dengan baik Ini termasuk pemahaman yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan yang ada,
perencanaan artikulasi terdefinisi dengan baik untuk perbaikan, dan membangun tujuan lintas organisasi untuk kinerja rantai pasokan. Komitmen eksekutif senior sangat penting dan harus tercermin melalui alokasi yang tepat dari sumber daya dan penetapan prioritas. •
Visibilitas informasi sepanjang seluruh rantai pasokan. Informasi tentang persediaan pada berbagai bagian dari rantai, permintaan produk, perencanaan dan pengaktifan kapaitas, sinkronisasi dari aliran material, waktu pengiriman, dan informasi relevan lainnya harus dapat dilihat oleh semua anggota dari rantai pasokan pada waktu tertentu. Oleh karena itu, informasi harus dikelola secara baik dengan kebijakan yang ketat, disiplin, dan pengawasan sehari-hari.
•
Kecepatan, biaya, kualitas, dan layanan konsumen. Ini adalah metrik dimana rantai pasokan diukur. Konsekuensinya, perusahaan harus bisa menetapkan pengukuran untuk masing-masing dari keempat metrik, bersama-sama dengan tingkat target yang harus dicapai. Tingkat target harus menarik bagi mitra bisnis.
•
Mengintegrasikan rantai pasokan yang lebih erat. Sebuah e-supply chain akan mendapatkan keuntungan dari integrasi yang lebih kuat, baik di dalam perusahaan dan seluruh perluasan perusahaan terdiri dari pemasok, mitra dagang, penyedia logistik, dan saluran distribusi.
2.8.3
Keuntungan e-Supply Chain Management Menurut Pujawan(2005: 258-260), beberapa manfaat dari e-Supply Chain Management : 1. Menurunkan biaya. 2. Memperoleh akses pasar.
19 3. Gerakan mencegah kompetitor (pre-emption of competition). 4. Mencari aset strategis. 5. Rasionalisasi untuk meningkatkan efisiensi.
2.9 Metode-Metode Peramalan Metode peramalan digunakan agar peramalan jumlah permintaan suatu barang maupun jasa dimasa yang akan datang dapat direncanakan dan hasil yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari actual yang terjadi. Menurut Heizer dan Render (2009: 168) terdapat dua metode peramalan berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.
2.9.1
Metode Peramalan Kualitatif Metode peramalan kualitatif yaitu metode yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Terdapat empat teknik peramalan kualitatif, yaitu: •
Juri dari opini eksekutif Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi
umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok. •
Metode Delphi Ada tiga jenis partisipan dalam metode Delphi: pengambil keputusan, karyawan,
dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri atas 5 hingga 10 orang pakar yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu pengambilan keputusan dengan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuisioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang biasanya ditempatkan di tempat yang berbeda dimana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan sebelum peramalan dibuat. •
Komposit tenaga penjualan Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa penjualan
yang dapat ia capai dalam wilayahnya. Kemudian, peramalan ini dikaji untuk memastikan apakah peramalan cukup realistis. Kemudian, peramalan tersebut
20 digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan. •
Survei pasar konsumen Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana pembelianmereka di
masa depan. Hal ini tidak hanya membantu dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga memperbaiki desain produk dan perencanaan produk baru.
2.9.2
Metode Peramalan Kuantitatif Metode Peramalan Kuantitatif yaitu metode yang menggunakan model matematis yang beragam dengan berdasarkan data masa lalu untuk meramalkan permintaan dimasa yang akan datang. Ada tiga kondisi yang diterapkan pada metode ini, yaitu: 1.
Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.
2.
Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka).
3.
Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas). Metode peramalan secara kuantitatif menurut Heizer dan Render (2009:170)
meliputi: 1.
Rata-rata bergerak (Moving Average) Peramalanrata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk
menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan: n = jumlah periode dalamrata-rata bergerak.
21
2.
Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted Moving Average) Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut:
3.
Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut: Peramalan baru = peramalan periode lalu + α (permintaan sebenarnya periode terakhir – peramalan periode terakhir). Dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan diatas dapat pula ditulis dengan: Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) Keterangan: Ft = peramalan baru Ft-1 = peramalan sebelumnya α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 = permintaan aktual periode lalu Konsep ini tidak rumit. Prediksi terakhir untuk permintaan sama dengan prediksi lama, disesuaikan dengan sebagian diferensiasi permintaan aktual periode lalu dengan prediksi lama. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk
22 konstanta penghalusan dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung berubah. Nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil. Tujuan pemilihannilai untuk konstanta penghalusan adalah mendapatkan peramalan yang paling akurat. Nilai α yang paling banyak digunakan adalah yang berada dalam jarak 0,05 sampai 0,50 untuk aplikasi bisnis. 4.
Penghalusan eksponensial dengan tren (Exponential Smoothing with Trend) Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respons terhadap
tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan eksponensial harus diubah saat ada tren. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, dihitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Ft = α (At-1) + (1 – α)(Ft-1 + Tt-1) Tt = β (Ft – Ft-1) + (1 – β) Tt-1 Keterangan: Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = permintaan aktual pada periode t α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1) β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤ β ≤ 1) Jadi, terdapat tiga langkah menghitung peramalan dengan yang disesuaikan dengan trenadalah sebagai berikut: •
Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t,menggunakan persamaan Ft.
•
Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan persamaan Tt.
•
Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt = Ft + Tt.
23
5.
Regresi Linear (Linear Regression) Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur
ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan. Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana (tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut analisis regresi ganda. Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai: ŷ = a + bX
Keterangan: ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terikat) a = perpotongan sumbu Y b = koefisien regresi/slop Y = nilai variabel terikat yang diketahui X = nilai variabel bebas yang diketahui b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan di x) n = jumlah data atau pengamatan Empat pendekatan pertama di atas termasuk dalam model analisis yang bersifat time series, sedangkan pendekatan yang kelima biasanya disebut dengan pendekatan asosiatif (hubungan sebab akibat). Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:
24
• Model Deret Waktu(Time-Series) Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Menganalisis time series berarti membagi data masa lau menjadi komponen-komponen, dan kemudian memproyeksikannya kemasa depan. Time Series mempunyai empat komponen: 1.
Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun.
2.
Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu seperti hari,
minggu, bulan, kwartal. 3.
Siklus adalah pola dalam data yang terjadi beberapa tahun. Siklus ini biasanya
terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. 4.
Variasi acak merupakaan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yanhg tidak biasa. Variasi acak tidak mempunyai pola khusus jadi tidak dapat diprediksi. Metode-metode yang dapat digunakan dalam hal ini dapat berupa rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, model matematika dan metode box-jenkins. • Model Asosiatif (Hubungan Sebab Akibat) Model
asosiatif(atau
hubungan
sebab
akibat),seperti
regresi
linear,menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan. Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan metode sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan.
2.9.3
Mengukur kesalahan peramalan Menurut Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004:239) menyatakan bahwa sebenarnya membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat peramalan data yang sedang kita analisa atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai
25 indikator apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik. Heizer danRender (2009:177) mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation= MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error= MSE). 1.
Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk
sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). 2.
Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan.
MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
2.10
Metode Analisa
2.10.1 Metode Economic Order Quantity EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, didasarkan pada beberapa asumsi: •
Jumlah permintaan diketahui dan sifatnya konstan
•
Lead Time, yaitu waktu diantara pemesanan pesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan
•
Penerimaan persediaan dilakukan secara keseluruhan dalam satu waktu
•
Potongan kuantitas tidak dimungkinkan (tidak mungkin diberikan diskon)
•
Variabel biaya yang ada adalah biaya penempatan pesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan persediaan (holding or carrying cost)
•
Pengaturan dilakukan supaya kekurangan stok dapat diatasi
Berdasarkan pendapat Pardede, (2005:422) menyatakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
26 Berikut rumus yang biasa digunakan dalam perhitungan persediaan: EOQ = Q* = Annual setup cost = Annual holding cost = Total unit cost = Unit cost (D)
I = ½ Q*
Keterangan: Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = permintaan per periode S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = biaya penyimpanan per unit per tahun Q = jumlah unit per pesanan TC = biaya total I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory) N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
2.10.1.1
Re-order Point Siagian (2005:178) mengemukakan bahwa ROP adalah titik/tingkat persediaan,
dimana pemesanan kembali harus dilakukan. Heizer dan Render mengemukakan bahwa tingkat (titik) persediaan dimana perlu diambil tindakan untuk mengisi kekurangan persediaan pada barang tersebut.Titik pemesanan kembali harus ditentukan dengan tepat sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat waktu.
27 Persamaan matematis untuk menghitung ROP adalah: ROP = (d x L) + SS Permintaan perhari, dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan jumlah hari kerja per tahun: d= Keterangan: ROP = reorder point d = permintaan per hari L = lead time SS = safety stock
2.10.1.2
Lead Time dan Safety Stock Pada proses pemesanan barang, di mulai dari memesan sampai barang tersebut
datang/siap digunakan diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time).Lead time sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli dengan pemasok. Adanya lead time tersebut menyebabkan perusahaan harus mempunyai persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang. Persediaan itu disebut sebagai persediaan pengaman (safety stock). Menurut Freddy Rangkuty (2004:10),safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan.Safety stock adalah persediaan barang minimum untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Terjadinya kekurangan barang disebabkan antara lain karena kebutuhan barang selama pemesanan melebihi rata-rata kebutuhan barang, yang dapat terjadi karena kebutuhan setiap harinya terlalu banyak atau karena jangka waktu pemesanannya terlalu panjang dibanding dengan kebiasaan. Safety stock yang terlalu banyak mengakibatkan perusahaan menanggung biaya penyimpanan yang terlalu mahal, tetapi jika terlalu sedikit maka perusahaan akan menanggung biaya atau
28 kerugian karena kekurangan barang. Untuk menghitung besarsafety stockdapat menggunakan metode sebagai berikut: a.
Metode perbedaan pemakaianmaksimum dan rata-rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaianmaksimum
dengan pemakaianrata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian rata-rata) Lead Time b.
Metode statistika yang berdistribusi normal. Safety stock = Z
Dimana: Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z = 95%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) = standar deviasi L = lead time
2.10.2 P – Model P-model mengacu pada aturan pemesanan yang bersifat regular mengikuti suatu periode yang tetap, tetapi kuantitas dari barang yang dipesan berbeda-beda. Namun, kesulitan dalam pengimplementasian teknik ini adalah diskontinuitas permintaan kebutuhan bersih, sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Perhitungan jumlah pemesanan yang optimal adalah sebagai berikut :
Q* = d (T * + L ) + SS − I T* =
2S HD
SS = zs T * + L I = SS + I = Persediaan dalam stock T* = Selang waktu pemesanan kembali
1 ( dT *) 2
29 L = Waktu pengiriman s = Standar deviasi SS = Safety Stock
d = Permintaan rata-rata
2.10.3 Metode Min-Max Indrajit dan Djokopranoto (2003:38), menyatakan bahwa dalam konsep minimum maksimum ini, peninjauan dilakukan secara terus menerus, yang berarti setiap kali harus dipesan, maka harus dipesan. Konsep minimum maksimum menekankan bahwa sejumlah persediaan harus ditentukan jumlah minimum dan maksimumnya, mengingat tingkat permintaan tidak tentu (fluktuatif), sehingga persediaan harus selalu ada dan jumlah yang dipesan bersifat tetap, disini yang bersifat tetap adalah titik pemesanan ulang disesuaikan dengan jumlah minimum maksimum. Cara kerja sistem ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safetystock maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum (minimumstock) merupakan batas tingkat reorder. Batas maksimum (maximumstock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maksimum untuk dapat menentukan orderquantity. Dalam menghitung safetystockpada metode ini dibutuhkan rata-rata permintaan per bulannya. Metode ini mempunyai beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti berikut: Safety stock : SS = Minimum stock = (DL) + SS Maximum stock = 2(DL) + SS Order quantity : Q* = Max stock – Min stock Banyak pemesanan : N= Average interval control : I =SS + (½ Q*) Turn over ratio : TOR =
30 Total inventory cost : TC(Min-Max) =
Keterangan: Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = permintaan per periode Co = biaya pemesanan untuk setiap pesanan Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun Q = jumlah unit per pesanan TC = biaya total I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory) N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
2.10.4
Preliminary Steps Menurut Ross (2003: 131) dalam mencapai penentuan keputusan strategi e-
Supply Chain Management(e-SCM), ada 5 tahapan yaitu :
1. Energize the Organization Agar perusahaan siap dalam menerima e-SCMmaka perusahaan harus memperoleh dukungan dari manajemen puncak selaku pelopor dalam perubahan. Manajemen puncak harus memperoleh pendidikan dasar tentang Supply Chain Managementdan e-business. Setelah itu manajemen puncak harus menjadi sponsor dalam usaha pengembangan strategi e-Supply Chain Management. Selain itu mereka juga harus memastikan bahwa strategi e-businessterintegrasi baik dengan supply chain perusahaan dan merancang infrastruktur serta pengembangan anggaran untuk implementasi e-SCM. Setelah adanya dukungan dari manajemen puncak, langkah selanjutnya adalah manajemen puncak harus menyemangati dan mengintegrasikan sumber daya manusia perusahaan dengan e-SCM. Agar semua pihak yang terkait dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan implementasi e-SCM.
2. Enterprise Vision
31 Visi perusahaan mendefinisikan perilaku dari kemampuan persaingan yang dimiliki dalama infrastruktur yang sekarang dan di jaringan supply chain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetitif dari bisnis yang dilakukan yang bertujuan
memperdalam
tingkat
kesadaran
akan
pentingnya
e-businessbagi
perusahaan. Dan menentukan langkah – langkah penting yang diperlukan untuk membangun e-SCM yang efektif dan bagaimana menerjemahkan ke dalam proses yang lebih spesifik yang berdasarkan pada internet untuk mencapai visi yang ada.
3. Supply Chain Value Assesment Perusahaan harus menentukan proses apa yang mendukungkeunggulan kompetitif untuk dikonversikan ke dalam bentuk e-business.Salah satu cara yang dapat dilakukan untukmencocokkan inisiatif penerapan teknologi, proses bisnis, dan visistrategis
adalah
dengan
menggunakkan
Supply
Chain
Value
Assessment(SCVA).Tujuan dari tahap ini untuk menentukan danmengindentifikasikan inisiatif e-business yang perlu diambil agardapat memberikan manfaat maksimal dan keuntungan terbesarbagi perusahaan.
4. Opportunity Identification Pada tahap ini akan timbul beberapa pilhan inisiatif yang mungkin untuk dilakukan dan peluang apa saja yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan utuk memulai proses dalam menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, peluang kompetitif yang ditimbulkan, dan perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
5. Strategy Decision Tahap terakhir ini, para eksekutif perusahaan dapat berfokus pada inisiatif dan pemanfaatan peluang yang dipilih dengan memulai proses perencanaan. Keputusan yang dibuar harus berfokus pada manfaat dan keuntungan yang diharapkan. Tujuan dari inisiatif e- SCM adalah memanfaatkan kekuatan bersama antara anggota dalam supply chain untuk meningkatkan keuntungan dalam pasar ataupun menyadari cara baru untuk menciptakan nilai bagi pelanggan.
32
2.10.5
Five Forces Porter Menurut David (2009:145) model lima kekuatan porter tentang analisis
kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas persaingan antar perusahaan sangat beragam dari satu insutri ke industri lain. Dampak kolektif dari kekuatan kompetitif begitu brutal di beberapa industri hingga pasarnya menjadi tidak menarik dari sudut pandang pencarian laba. Persaingan antar perusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing baru bisa saja masuk ke industri dengan relatif mudah, dan baik pemasok maupun konsumen dapat memiliki daya tawar yang sangat besar menurut porter. Hakikat persaingan disuatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, diantaranya : 1. Persaingan antar perusahaan sejenis 2. Potensi masuknya pesaing baru 3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti 4. Daya tawar pemasok 5. Daya tawar konsumen
Gambar 2. 3 Model 5 Kekuatan Porter
2.11
Analisa dan Perancangan Sistem
2.11.1 Definisi OOAD ( Object Oriented Analysis and Design) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 60),object oriented analysis (OOA) memberikan definisi atas semua jenis objek yang bekerja didalam sistem dan
33 interaksi user yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas. Selain itu ada object oriented design (OOD) yang didefinisikan sebagai semua objek yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem serta menunjukan cara objek melakukan interaksi dalam penyelesaian tugas.
2.11.2 UML ( Unified Modelling Language ) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 48) UML adalah sekumpulan rangkaian standar yang berada di dalam konstruksi model dan notasi yang dikembangkan dengan cara khusus di dalam pengembangan berorientasi objek.
2.11.3 Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 242-244), use caseadalah suatu kegiatan yang dikerjakan sistem, secara umum berjalan dengan cara menanggapi permintaan user. Use case diagram adalah diagram di dalam use case yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem yang bekerja selama use case itu berlangsung. Pada tabel 2.1 berikut ini.terdapat notasi di dalam use case diagram.
34 Tabel 2. 1 Notasi Use Case Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd. (2009: 242)
2.11.4 Domain Class Diagram Domain class diagram, menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 187), adalah sebuah UML class diagram yang menggambarkan proses bekerja problem domain classes, associations, dan attributes. Pada tabel 2.2 berikut ini.terdapat deskripsi gambar di dalam use case diagram. Tabel 2. 2 Notasi domain class diagram Deskripsi
Gambar
Class
Class -Attribute +operation()
Multiply
0…1
Zero or One
1
One and the only one One and the only one
1…1
(Alternate)
35 0…*
Zero or More
*
Zero or More (Alternate)
1…*
One or more
Communication
Sumber:Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 192)
Keterangan tambahan mengenai isi dari domain class diagram: •
Attribute : karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya.
•
Class : Tipe atau klasifikasi dari objek yang sama.
•
Methods :Behaviorsatau operasi sebagai gambaran apa yang dapat dilakukan oleh sebuah objek.
•
Message : Komunikasi dari objek yang saling berhubungan.
2.11.5 Design Class Diagram Design class diagram, menurut Satzinger, Jackson dan Burd
(2009: 192),
adalahclass diagram yang diperbaiki menjadi lebih baik dan digunakan sebagai representasi kelas – kelas yang berada di dalam sistem baru. Tujuan utama dari diagram ini adalah untuk mendokumentasikan dan mendeskripsikan kelas – kelas yang digunakan untuk membangun sistem baru.
36
Gambar 2. 4 Design class diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009:419)
2.11.6 Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan
Burd
(2009: 242),System Sequence
Diagramdigunakan sebagai diagram yangmenggambarkan aliran informasi yang mengalir dalam sistem. Tabel 2. 3 Notasi System Sequence Diagram Actor
Input Massage A return value
37 An Object (Representing The Automated System)
Object Lifeline
Optional Note (Explaining something in diagram) Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 242)
Penggunaan notasi di atas jika digambarkan pada sebuah contoh maka akan seperti pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2. 5 Contoh System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 253).
Contoh Three Layered Sequence Diagram dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.
38
Gambar 2. 6Three Layered Sequence Diagram Sumber: Satzinger (2009: 452)
39
2.11.7 Package Diagram Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 457), berpendapat bahwa Package Diagram adalah sebuah diagram level tinggi (high-level diagram) yang memperbolehkan desainer untuk mengasosiasikan class-class pada kelompok yang saling berkaitan. Terdapat 3 bagian untuk mengilustrasikan tiga lapisan desain yang meliputi view layer, domain layer dan data access layer. Pada gambar 2.7 merupakan contoh dari Package Diagram :
Gambar 2. 7Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009:459)
40
2.11.8 User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 531), User Interface mencakup input dan output yang membutuhkan sedikit keterlibatan dari manusia. Input ini dapat diambil secara otomatis menggunakanscanner. Banyak output yang dapat dianggap sebagai User Interface apabila secara utama bekerja untuk mengirim pesan atau informasi ke sistem lain atau apabila mereka menghasilkan laporan atau dokumen untuk aktor – aktor yang ada tanpa adanya keterlibatan manusia di dalamnya. Jadi, User Interface adalah sebuah sistem yang memiliki sedikit interaksi manusia untuk memasukan input dan mengeluarkan hasil berupa output.User Interface meliputi input-input dan output-output yang membutuhkan keterlibatan yang minim dari manusia. Pengambilan input-input ini dapat diambil secara otomatis dengan menggunakan alat khusus input seperti scanner atau alat-alat sejenis lainnya. Banyak output yang dianggap sebagai User Interface apabila mereka secara primer mengirim pesan atau informasi ke sistem lain atau apabila mereka mengeluarkan laporan-laporan, dokumen untuk aktor-aktor tanpa adanya kerlibatan manusia di dalamnya. Sehingga bila disimpulkan maka User Interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari manusia untuk memasukkaninput dan menghasilkan output.
41
2.12
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 8 Kerangka Pemikiran