BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum 2.1.1
Studi Korelasional Menurut Sekaran (2003, p.126), correlational study is when the researcher is interested in delineating the important variables associated with the problems. Dimana disebut studi korelasional ketika peneliti tertarik dalam pembuatan variabel-variabel penting yang mempunyai hubungan dengan permasalahan. Menurut Suryabrata (2000, p.24), tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Menurut http://yudhiher.files.wordpresss.com/2007/04/transparan si-5-1.ppt, studi korelasional yaitu suatu studi untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah. Berdasarkan teori-teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa studi korelasional adalah studi yang dilakukan untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan faktor masalah yang diteliti dengan tujuan untuk mendeteksi sejauh mana koefisien korelasi berkaitan dengan variasi-variasi pada faktor-faktornya.
9
10 2.1.2
Sistem Informasi Menurut O’Brien dan Marakas (2004, p.6), sistem informasi merupakan susunan kombinasi dari sumber daya manusia, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber-sumber daya yang disimpan, memberikan respon, mentransformasi dan menyebarkan informasi pada sebuah organisasi. Menurut Stair (2006, p.4), sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan dan menganalisa data serta menyediakan feed back untuk mencapai suatu tujuan. Mekanisme feed back membantu organisasi mencapai tujuan mereka seperti meningkatkan keuntungan atau meningkatkan pelayanan bagi pelanggan. Menurut Hall (2001, p7), mendefinisikan sistem informasi sebagai sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada pemakai. Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sistem informasi adalah sistem informasi merupakan suatu rangkaian prosedur yang terdiri dari komponen yang telah diproses dan dianalisa sehingga menghasilkan suatu informasi dan digunakan oleh pemakai untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan tercapainya tujuan perusahaan.
11 2.1.3
Informasi Menurut O’Brien dan Marakas (2008, p.32), information is data placed in a meaningful and useful context for an end users. Dimana informasi adalah data yang ditempatkan di dalam suatu konteks yang bermanfaat dan penuh arti yang digunakan oleh user. Menurut Laudon dan Laudon (2003, p.7), information is data that have been shaped into a form that is meaningful and useful to human beings. Informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi manusia. Menurut Stair dan Reynold (2006, p.5), information is a collection of facts organized in such a way that they have additional value beyond the value of the facts themselves. Dimana informasi dapat diartikan sebagai kumpulan dari fakta yang diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai tambah selain dari nilai fakta itu sendiri. Menurut Stair (2006 p.7), supaya informasi dapat digunakan oleh manajer
dan
pengambil
keputusan,
informasi
harus
memiliki
karakteristik yang juga berguna bagi perusahaan. Karakteristik informasi yang baik adalah: 1) Akurat, bebas dari error atau kesalahan. Dalam beberapa kasus, secara
umum
ketidakakuratan
informasi
disebabkan
oleh
ketidakakuratan data yang ditransformasi. Hal ini sering disebut Garbage in, garbage out (GIGO).
12 2) Lengkap, berisi semua fakta-fakta yang penting. Contohnya, laporan investasi yang tidak menyajikan semua biaya-biaya yang penting, adalah informasi yang tidak lengkap. 3) Ekonomis, informasi juga harus relatif dapat dihasilkan secara ekonomis. Pengambilan keputusan harus selalu menyeimbangkan nilai dari informasi dengan biaya untuk menghasilkannya. 4) Fleksibel, informasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Contohnya, laporan jumlah inventory yang ada di gudang, dapat digunakan oleh bagian representasi penjualan, oleh manajer produksi untuk menentukan jumlah tambahan inventory yang diperlukan, dan di bagian keuangan digunakan untuk menentukan total nilai perusahaan yang telah diinvestasikan di inventory. 5) Reliabel, informasi dapat dipercaya. Dalam beberapa kasus, reliabilitas
informasi
tergantung
pada
reliabilitas
metode
pengumpulan data. Pada contohnya lainnya, reliabilitas tergantung pada sumber informasi tersebut. 6) Relevan, informasi berkaitan dengan permasalahan yang sedang dialami oleh pengambil keputusan. 7) Simpel/sederhana informasi harus sederhana, tidak terlalu kompleks. Informasi yang canggih dan detail mungkin tidak dibutuhkan. Kenyataannya, terlalu banyak informasi dapat menyebabkan informasi overload, dimana pengambil keputusan memiliki terlalu banyak dan tidak memberikan kemampuan untuk menentukan apa yang sungguh-sungguh penting.
13 8) Tepat waktu, informasi dihasilkan tepat pada saat dibutuhkan. Mengetahui kondisi cuaca minggu lalu tidak akan meolong, ketika akan mencoba menentukan jas apa yang akan dipakai. 9) Dapat diverifikasi. Ini berarti bahwa informasi dapat meyakinkan kebenarannya, mungkin dengan memeriksa beberapa sumber-sumber informasi yang sama. Berdasarkan teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah dikumpulkan, diolah dan diproses, kemudian menjadi suatu bentuk yang memiliki arti dan bermanfaat bagi manusia.
2.1.4 Kualitas Sistem Informasi Menurut DeLone dan McLean (Guimares, et al, 2009), dalam mengukur kesuksesan sebuah sistem informasi, kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan komponen kualitas yang paling penting. Kualitas dari sebuah sistem informasi merupakan hal yang penting untuk diukur. Dari prespektif user kualitas sistem menjadi faktor motivasi yang penting untuk user dalam menggunakan sistem tersebut, dan dalam mendapatkan keuntungan untuk perusahaan atas timbal balik dari investasi yang telah dilakukan. Menurut McKimney, et al (2002), bahwa kepuasan user terhadap pemakai web merupakan pengaruh dari kualitas informasi dan kualitas sistem. Kesuksesan sebuah sistem dapat diukur dengan kepuasan user dalam menggunakan sistem tersebut, mungkin dari sisi kualitas
14 sistemnya maupun informasi yang dihasilkan. Kualitas Sistem memiliki tiga dimensi yaitu access, usability, dan navigation. Kualitas informasi berpengaruh karena informasi merupakan hal yang sangat penting sehingga harus memiliki keakuratan yang tinggi. Sehingga kualitas informasi memiliki dimensi yaitu understandability, reliability, dan usefulness. Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi dapat mengukur sebuah kualitas sistem informasi pada web yang akan mempengaruhi kepuasan user.
2.1.4.1 Kualitas Sistem Menurut Guimares, et al (2009), faktor yang digunakan dalam mengukur sebuah kualitas sistem, adalah: a) Ease of Use, apakah sistem mudah untuk digunakan b) Ease of Learning, apakah sistem rentan waktu untuk dipelajari bagi pengguna-pengguna baru c) Flexibility, informasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan lain d) Sophistication, informasi memiliki tampilan yang baik e) Customization, pengaturan ulang yang dilakukan oleh user pada software yang bersangkutan f) Functionality, kebutuhan
apakah
sistem
sudah
sesuai
dengan
15 g) Reliability, menunjukkan seberapa besar sistem dapat diandalkan untuk melakukan suatu proses yang dapat dipercaya h) Importance, kepentingan informasi untuk digunakan Menurut McKimney, et al (2002), kualitas sistem merupakan ukuran dari sistem pemrosesan informasi itu sendiri dan berfokus pada interaksi antara user dan sistem. Berikut indikator-indikator yang termasuk dalam pengukuran kualitas sistem, adalah : a) Responsif sistem ketika berkomunikasi dengan user Kemampuan sistem dalam berkomunikasi dengan user untuk diklarifikasi dalam bentuk pertanyaan dan konfirmasi. Karena dengan web, suatu perusahaan atau institusi dapat menyediakan informasi lebih cepat, interaktir dan real-time. b) Keaktifan/ketersediaan web setiap saat Dalam penyediaan pelayanan untuk user, web juga memampukan suatu institusi atau organisasi menyediakan informasi yang cepat dan setiap saat dibutuhkan. Sehingga keaktifan
atau
ketersediaan
web
setiap
saat
dapat
memberikan apa yang menjadi kebutuhan user. c) Tampilan informasi yang sederhana Tampilan didesain dengan tata letak dan komposisi yang tidak membosankan, memiliki ukuran dan warna huruf maupun gambar yang sesuai. Menggunakan tampilan
16 presentasi informasi yang sederhana pada web, merupakan poin penting dalam alasan untuk kesuksesan sebuah web yang luar biasa. d) Tampilan informasi yang mudah digunakan Hal yang terpenting dalam web adalah presentasi informasi yang disajikan dalam web yang mudah digunakan dan mendesain friendly interface atau dengan kata lain presentasi informasi dan navigasi yang disediakan mudah dikenali fungsi-fungsinya, sebagai sarana iklan dan penyajian informasi. User selalu menginginkan interface yang lengkap termasuk teks, gambar dan mungkin virtual reality dan yang paling mudah digunakan. e) Tampilan informasi yang tertata dengan baik (well organized) Dalam
mendesain
layar
perlu
memperhatikan
kepentingannya, sehingga desain penataannya harus dapat mendukung penggunaan website lebih cepat dan efisien. Layar harus didesain dengan dengan tata letak presentasi informasi dan komponen web yang mendukung, secara teratur, tetap dan konsisten setiap pagenya. Perlu diingat bahwa perspektif desainer tampilan dengan user tentang tampilan, seringkali berbeda. f) Navigasi mempermudah keluar masuk page
17 Dalam mendesain navigasi web site yang sukses disarankan untuk tidak lupa mengintegrasikan navigasi dengan content pada page-nya. Hal ini akan memudahkan visitor keluar maupun masuk ke setiap page. g) Navigasi mempercepat pengaksesan informasi Navigasi sebuah site yang disediakan berguna untuk menolong visitor lebih cepat dan mudah untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
2.1.4.2 Kualitas Informasi Menurut Guimares, et al (2009), yang menjadi faktor atau komponen dalam mengukur sebuah kualitas informasi adalah: a) Availability, apakah sistem dapat diakses pada saat dan dimana ia diperlukan b) Usability, informasi memiliki makna yang berguna untuk membantu user dalam menyelesaikan pekerjaannya c) Understandability,
informasi
yang
ditampung
dalam
laporan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai d) Relevance, informasi akan relevan jika memberikan manfaat bagi user
18 e) Format, informasi yang dihasilkan dalam bentuk atau susunan yang mudah dipahami/dimengerti f) Conciseness, tingkat penggabungan atau pengikhtisaran informasi (ringkas dan padat) g) Accuracy, keterandalan dan ketepatan informasi h) Timeliness, informasi yang diterim tidak boleh terlambat, kekinian informasi i) Completeness, informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan memiliki kelengkapan yang baik. Karena bila informasi yang
dihasilkan
mempengaruhi
sebagian-sebagian,
dalam
pengambilan
tentunya
akan
keputusan
atau
menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik j) Consistency, perkiraan dari response time dan kemampuan dalam proses mengalirkan data
Menurut McKimney, et al (2002), yang menjadi indikator dari kualitas informasi adalah: a) Informasi layak dipercaya, informasi yang memiliki nilai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan b) Informasi akurat, informasi memiliki nilai kekinian atau sering disebut up to date
19 c) Informasi
memiliki
kredibilitas,
informasi
memiliki
kebenaran yang konsisten d) Informasi memiliki makna yang jelas e) Informasi mudah dimengerti f) Informasi mudah dibaca g) Informasi bersifat informatif, informasi disajikan secara detail dan lengkap sesuai kebutuhan h) Informasi memiliki nilai kegunaan, informasi memiliki makna yang berguna untuk membantu user dalam menyelesaikan pekerjaannya
2.1.5
Sintesis Kualitas Sistem Informasi Business Trip Berdasarkan analisis teori-teori yang di atas, maka yang dimaksud dengan sistem informasi adalah susunan kombinasi dari sumber daya manusia, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber-sumber
daya
yang
disimpan,
memberikan
respon,
mentransformasi dan menyebarkan informasi pada sebuah perusahaan. Sistem informasi Business Trip merupakan sebuah sistem yang bermanfaat bagi karyawan untuk melakukan perencanaan perjalanan bisnis,
sehingga
dapat
mempercepat
proses
dan
fokus
dalam
pekerjaannya. Sistem informasi Business Trip merupakan sebuah solusi manajemen bisnis terintegrasi yang didesain untuk menyeimbangi persaingan pasar tingkat atas yang menginginkan kebebasan untuk fokus
20 pada bisnis mereka. Business Trip cocok untuk perusahaan yang mencari suatu solusi yang dapat diimplementasikan secara cepat, pembelajaran dan penggunaan yang mudah. Untuk mengukur kualitas dari sistem informasi Business Trip, dimensi yang berkaitan adalah : 1) Access dengan indikatornya adalah ketersediaan web, responsif sistem; 2) Usability dengan indikatornya adalah tampilan informasi sederhana, tampilan informasi mudah digunakan, dan tampilan informasi tertata dengan baik; 3) Navigation dengan indikatornya adalah navigasi mempermudah out in page, dan navigasi mempermudah pengaksesan informasi; 4) Reliability dengan indikatornya adalah informasi layak dipercaya, informasi akurat, dan informasi memiliki kredibilitas; 5) Understandability dengan indikatornya adalah informasi memiliki makna yang jelas, informasi mudah dimengerti, dan informasi mudah dibaca; 6) Usefulness dengan indikatornya adalah informasi bersifat informatif, dan informasi memiliki nilai guna.
2.1.6
Konstruk Kualitas Sistem Informasi Business Trip Berdasarkan sintesis di atas, maka yang dimaksud dengan sistem informasi adalah susunan kombinasi dari sumber daya manusia, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber-sumber daya yang disimpan, memberikan respon, mentransformasi dan menyebarkan informasi pada sebuah perusahaan. Sistem informasi Business Trip diterapkan pada PT. LG Electronics Indonesia untuk dapat digunakan oleh karyawan khususnya pada divisi Marketing (sub divisi MC
21 Marketing Communication) merupakan sebuah sistem yang dapat membantu karyawan untuk melakukan perencanaan perjalanan bisnis, sehingga dapat mempercepat proses dan lebih fokus dalam pekerjaannya. Business Trip diterapkan karena PT. LG Electronics Indonesia mencari suatu solusi yang dapat diimplementasikan secara cepat melalui proses pembelajaran dan penggunaan yang mudah serta menyeimbangkan persaingan pasar yang semakin tinggi. Dimensi yang berkaitan dengan kulitas sistem informasi Business Trip adalah : 1) Access dengan indikatornya adalah ketersediaan web, responsif sistem; 2) Usability dengan indikatornya adalah tampilan informasi sederhana, tampilan informasi mudah digunakan, dan tampilan informasi tertata dengan baik; 3) Navigation dengan indikatornya adalah navigasi mempermudah out in page, dan navigasi mempermudah pengaksesan informasi; 4) Reliability dengan indikatornya adalah informasi layak dipercaya, informasi akurat, dan informasi memiliki kredibilitas; 5) Understandability dengan indikatornya adalah informasi memiliki makna yang jelas, informasi mudah dimengerti, dan informasi mudah dibaca; 6) Usefulness dengan indikatornya adalah informasi bersifat informatif, dan informasi memiliki nilai guna. 2.1.7
Kinerja Menurut Wirawan (2009, p. 5), kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Suatu pekerjaan atau profesi
22 mempunyai sejumlah fungsi atau indikator yang dapat digunakan untuk mengukur hasil pekerjaan tersebut, Kinerja pergawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan eksternal organisasi, dan faktor internal karyawan atau pegawai. Faktor-faktor internal karyawan besinergi dengan faktor-faktor lingkungan internal organisasi dan faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi. Sinergi ini mempengaruhi perilaku kerja karyawan yang kemudian mempengaruhi kinerja karyawan. Kinerja karyawan kemudian menentukan kinerja organisasi.
23 GAMBAR 2.1 PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU KINERJA KARYAWAN Lingkungan Eksternal: • Kehidupan ekonomi • Kehidupan politik • Budaya dan agama masyarakat • Kompetitor
Faktor Internal Karyawan: • Bakat dan sifat pribadi • Kreativitas • Pengetahuan dan Keterampilan • Pengalaman kerja • Keadaan fisik • Keadaan psikologi
Perilaku kerja karyawan: • Etos kerja • Disiplin kerja • Motivasi kerja • Semangan kerja • Sikap kerja • Stres kerja • Keterlibatan kerja • Kepemimpinan • Kepuasan kerja • Keloyalan
Kinerja Karyawan
Lingkungan Internal Organisasi: • Visi, misi dan tujuan organisasi • Kebijakan organisasi • Bahan mentah • Teknologi (robot, sistem produksi, dsb) • Strategi organisasi • Sistem manajemen • Kompensasi • Kepemimpinan • Modal • Budaya organisasi • Iklim organisasi • Teman sekerja
Kinerja Organisasi
Sumber: Wirawan,, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia (Jakarta 2009, hal. 7)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. a) Faktor internal pegawai, yaitu faktor- faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat.
24 Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh misalnya pengetahuan. Setelah dipengaruhi oleh lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal, faktor internal pegawai ini menentukan kinerja pegawai. Jadi, dapat diasumsikan bahwa makin tinggi faktor-faktor internal tersebut, makin tinggi pula kinerja pegawai. b) Faktor-faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat memengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Oleh karena itu,manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas karyawan. c) Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang memengauhi kinerja karyawan.
Menurut Wirawan (2009 p.54), dimensi kinerja adalah unsurunsur dalam pekerjaan yang menunjukkan kinerja (Henderson). Secara umum, dimensi kinerja dapar dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: a) Hasil kerja Hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa yang dapat dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnya. b) Perilaku kerja
25 Perilaku kerja diperlukan karena persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan berperilaku kerja tertentu, karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. Perilaku kerja dicantumkan dalam standar kinerja, prosedur kerja, kode etik, dan peraturan organisasi. Perilaku kerja dapat digolongkan menjadi perilaku kerja general dan perilaku kerja khusus. Perilaku kerja general adalah perilaku yang diperlukan semua jenis pekerjaan. Perilaku khusus adalah perilaku yang hanya diperlukan dalam satu jenis pekerjaan. c) Sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan adalah sifat pribadi karyawan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya. Sifat pribadi yang dinilai dalam evaluasi kinerja hanya sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
TABEL 2.1 CONTOH INDIKATOR DIMENSI KINERJA Indikator Dimensi Hasil Kerja
•
Indikator Dimensi Perilaku Kerja
Kuantitas hasil produksi
•
•
Kuantitas hasil produksi
•
•
Kecepatan dalam melaksanakan • pekerjaan
Ramah kepada pelanggan Perilaku yang disyaratkan oleh prosedur kerja Perilaku yang disyaratkan oleh kode etik
Indikator Dimensi Sifat Pribadi yang Ada Hubungannya dengan Pekerjaan •
Pengetahuan
•
Keterampilan
•
Kejujuran
•
Kebersihan
•
Keberanian
•
Kemampuan
26 •
Jumlah kecelakaan kerja
•
Jumlah unit produk yang terjual
•
Jumlah keuntungan
•
beradaptasi (Adaptabilitas)
Perilaku yang disyaratkan oleh peraturan organisasi
•
Inisiatif
•
Disiplin kerja
•
Kecerdasan
•
Profesionalisme
•
Kerajinan
•
Kerja sama
•
Penampilan
•
Kepuasan pelanggan
•
•
Sikap terhadap pekerjaan
•
Kepemimpinan dalam tim kerja
Efisiensi pengguna sumber
•
Memanfaatkan waktu
•
Kecerdasan emosional
•
Efektivitas melaksanakan tugas
•
Semangat kerja
•
Kecerdasan social
•
Jumlah poin karena melanggar peraturan lalu lintas (sopir)
•
Jumlah nasabah yang dilayani Sumber: Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia (Jakarta 2009, hal 7)
Menurut http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpens-s1-2007-51402056-6752-pakuwon_darma-chapter2.pdf, yang menjadi indikator dalam penilaian kinerja (Gomes, 1995) adalah: 1. Quantity of Work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan 2. Quality of Work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syaratsyarat kesesuaian dan kesiapannya
27 3. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya 4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul 5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain sesama anggota organisasi 6. Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja 7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya 8. Personal
Qualities,
menyangkut
kepribadian,
kepemimpinan,
keramahtamahan, dan integritas pribadi Menurut Mangkunegara (2006, p.67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan, kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikannya dalam waktu tertentu.
28 2.1.8
User Menurut O’Brien dan Marakas (2008, p.20), end user (juga disebut sebagai user atau klien) adalah orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan oleh sistem Menurut Stair dan Reynold (2006, p.558), individual who will interact with the system regurarly. Dimana user adalah individu yang akan berinteraksi dengan sistem secara rutin.
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p81), end users are
representatives of departments outside the information systems group for whom applications are developed. Dimana user adalah pengguna akhir adalah perwakilan dari departemen sistem informasi diluar kelompok untuk aplikasi yang dikembangkan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa user adalah orang yang menggunakan dan berinteraksi secara rutin dengan sistem informasi untuk aplikasi yang telah dikembangkan.
2.1.9
Kinerja User Menurut (http://saulcarliner.home.att.net/idbusiness/value3.htm), user performance is users ability to perform these task. Purpose of user performance is to measures the extent to which users can perform the main task. Kinerja pengguna adalah kemampuan yang dimiliki pengguna untuk menyelesaikan semua tugasnya. Tujuan dari kinerja pengguna
29 adalah untuk mengukur sejauh mana pengguna dapat menyelesaikan tugas-tugas utamanya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja user (user performance) adalah kemampuan user dalam memberikan hasil kerja terbaiknya dengan menyelesaikan tugas-tugas yang utama, dimana kinerja seorang user dapat didukung dari sarana lain seperti sistem.
2.1.10 Sintesis Kinerja User Berdasarkan analisis diatas, kinerja user merupakan kemampuan user dalam memberikan hasil kerja terbaiknya dengan menyelesaikan tugas-tugas utama yang berinteraksi dengan teknologi informasi dalam suatu organisasi yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan serta hasil yang diinginkan. Dimensi yang berkaitan dengan kinerja user adalah : 1) Hasil kerja dengan indikatornya adalah kuantitas kerja, dan kualitas kerja; 2) Perilaku kerja dengan indikatornya adalah kerjasama, dan perilaku yang disyaratkan organisasi; 3) Sifat pribadi dengan indikatornya adalah pengetahuan, kreatif, dapat dipercaya, dan inisiatif.
2.1.11 Konstruk Kinerja User Berdasarkan sintesis di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja user PT. LG Electronic Indonesia adalah kemampuan kerja user untuk
30 memberikan hasil kerja terbaiknya dimana kinerja user pada PT. LG Electronics Indonesia (Divisi Marketing, sub divisi MC Marketing Communication) didukung oleh sistem informasi
Business Trip.
Dimensi yang berkaitan dengan kinerja user adalah : 1) Hasil kerja dengan indikatornya adalah kuantitas kerja, dan kualitas kerja; 2) Perilaku kerja dengan indikatornya adalah kerjasama, dan perilaku yang disyaratkan organisasi; 3) Sifat pribadi dengan indikatornya adalah pengetahuan, kreatif, dapat dipercaya, dan inisiatif.
2.1.12 Tabel kisi-kisi Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian
TABEL 2.2 TABEL KISI-KISI VARIABEL, DIMENSI DAN INDIKATOR PENELITIAN Variabel
Dimensi
Kualitas Sistem Informasi
Indikator 1. Responsif sistem ketika
Access
berkomunikasi dengan user 2. Keatifan/Ketersediaan setiap saat
Business Trip
1. Tampilan informasi yang Usability
sederhana 2. Tampilan informasi yang mudah digunakan 3. Tampilan informasi yang tertata dengan baik
31 Navigation
1. Navigasi mempermudah out in page 2. Navigasi mempermudah pengaksesan informasi
Reliability
1. Informasi layak dipercaya 2. Informasi akurat 3. Informasi punya kredibilitas 1. Informasi memiliki makna yang
Undestandability
jelas 2. Informasi mudah dimengerti 3. Informasi mudah dibaca
Usefulness
1. Informasi bersifat informatif 2. Informasi memiliki nilai guna
Kinerja User
Hasil Kerja
1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 1. Kerja sama
Perilaku kerja
2. Perilaku yang disyaratkan oleh peraturan organisasi 1. Pengetahuan
Sifat Pribadi
2. Kreatif 3. Dapat dipercaya 4. Inisiatif
32 2.1.13 Kerangka Berpikir Pengertian kualitas sistem informasi Business Trip adalah kualitas dari sebuah sistem informasi yang menjadi faktor motivasi penting bagi user dalam menggunakan sistem tersebut, yang dapat mengahasilkan keuntungan untuk perusahaan atas timbal balik dari investasi yang telah dilakukan. Dengan kualitas sistem informasi Business Trip yang baik, maka dapat menggambarkan kesuksesan suatu sistem informasi tersebut. Dalam mengukur kesuksesan sistem informasi Business Trip yang berbasis web maka dimensi yang berkaitan adalah : 1) Access dengan indikatornya adalah ketersediaan web, responsif sistem; 2) Usability dengan indikatornya adalah tampilan informasi sederhana, tampilan informasi mudah digunakan, dan tampilan informasi tertata dengan baik; 3) Navigation dengan indikatornya adalah navigasi mempermudah out in page, dan navigasi mempermudah pengaksesan informasi; 4) Reliability dengan indikatornya adalah informasi layak dipercaya, informasi akurat, dan informasi memiliki kredibilitas; 5) Understandability dengan indikatornya adalah informasi memiliki makna yang jelas, informasi mudah dimengerti, dan informasi mudah dibaca; 6) Usefulness dengan indikatornya adalah informasi bersifat informatif, dan informasi memiliki nilai guna. Kinerja user adalah kemampuan pengguna dalam memberikan hasil kerja terbaiknya dimana kinerja pengguna pada PT. LG Electronics Indonesia (Divisi Marketing, Sub Divisi CE Marketing Communication)
33 didukung oleh informasi Business Trip. Selain itu, kinerja user harus mencakup semua kriteria dimensi : 1) Hasil kerja dengan indikatornya adalah kuantitas kerja, dan kualitas kerja; 2) Perilaku kerja dengan indikatornya adalah kerjasama, dan perilaku yang disyaratkan organisasi; 3) Sifat pribadi dengan indikatornya adalah pengetahuan, kreatif, dapat dipercaya, dan inisiatif. Dengan demikian, berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka terdapat hubungan antara kualitas informasi Business Trip dengan kinerja user pada PT. LG Electronic Indonesia. Kesuksesan sebuah sistem informasi Business Trip dapat digambarkan melalui kualitas sistem informasi Business Trip yang semakin baik, yang berdampak pada kepuasan user dan hal ini akan meningkatkan kinerja user itu sendiri. Dengan meningkatnya kinerja user, maka akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Sehingga diduga bahwa terdapat korelasi antara kualitas informasi Business Trip dengan kinerja user pada PT. LG Electronics Indonesia.
2.1.14 Hipotesis Penelitian Menurut Sarwono (2006, p.66), secara garis besar ada dua jenis hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan bentuknya. Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi : 1. Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris : Hipotesis jenis ini berkaitann dengan pernyataan-
34 pernyataan yang bersifat umum yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya 2. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal : Pada kenyataanya dunia
ini
sangat
kompleks,
maka
untuk
mempelajari
kekompleksitasan dunia tersebut kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada 3. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variabel : hipotesis ini merumuskan hubungan antar dua atau lebih variabelvariabel yang diteliti
Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga : 1. Hipotesis
penelitian/kerja
:
Hipotesis
penelitian
merupakan
anggapan dasar penelitian terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. 2. Hipotesis operasional : Hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata
berdasarkan
anggapan
dasarnya,
tetapi
juga
berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji menggunakan data yang ada. 3. Hipotesis statistik : Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang merumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan penelitian terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).
35 Menurut Sugiyono (2006, p.51), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan. Bentukbentuk hipotesis penelitian ada 3, yaitu: a) Hipotesis Deskriptif, merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenan dengan variabel mandiri. b) Hipotesis Komparatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumus ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. c) Hipotesis Asosiatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian : a) Hipotesis kerja, atau disebut juga dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. b) Hipotesis nol, atau disebut juga dengan hipotesis statistik, disingkat H0. Karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap Y. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
36 Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesisnya merupakan hipotesis Asosiatif yang dirumuskan sebagai berikut : a) Rumusan masalah Asosiatif : Adakah hubungan antara kualitas sistem informasi Business Trip dengan kinerja user pada PT. LG Electronics Indonesia? b) Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan antara kualitas sistem informasi Business Trip dengan kinerja user pada PT. LG Electronics Indonesia c) Hipotesis Statistik : H0 : ρ = 0,
berarti tidak ada hubungan
Ha : ρ ≠ 0,
berarti ada hubungan
(ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan)
2.2
Teori Khusus 2.2.1
Penelitian Menurut Sarwono (2006, p.1), pada hakikatnya penelitian adalah proses yang dijalankan untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian sebaiknya mencerminkan hubungan antara dua variabel atau lebih karena pada praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p.25), berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
37 a) Penelitian Historis Merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena masa lalu. Tujuan penelitian historis adalah melakukan rekonstruksi fenomena masa lalu secara sistematis, obyektif dan akurat untuk menjelaskan fenomena masa yang akan datang. b) Penelitian Deskriptif Merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subyek yang diteliti. Metode pengumpulan data menggunakan metode survey, yaitu : 1) kuisioner dan 2) wawancara. c) Studi Kasus dan Lapangan Merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. d) Penelitian Korelasional Merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel. e) Penelitian Kausal Komparatif Merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat dengan dua variabel atau lebih.
38 f) Penelitian Eksperimen Merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah yang sama dengan penelitian karakteristik masalah yang sama dengan penelitian kausal komparatif, yaitu mengenai hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian eksperimen peneliti melakukan manipulasi atau pengendalian (control) terhadap setidaknya satu variabel independen, sedang pada penelitian komparatif tidak ada perlakuan (treatment) dari peneliti terhadap variabel independen. Menurut Sugiyono (2006, p.10), penilitian menurut tingkat eksplanasinya adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan hal ini, penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Penelitian Deskriptif Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. b) Penelitian Komparatif Penelitian yang bersifat membandingkan, variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. c) Penelitian Asosiatif Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan.
39 Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka menurut karakteristik penelitian yang dilakukan masuk ke dalam penelitian korelasional. Dan menurut tingkat eksplanasinya, penelitian yang dilakukan masuk ke dalam penelitian asosiatif.
2.2.2
Variabel Penelitian Menurut Sarwono (2006, p.37), variabel adalah sebuah simbol atau konsep yang dapat diberi berbagai macam nilai. Tipe-tipe variabel adalah sebagai berikut: a) Variabel Independent (Variabel Bebas) Variabel bebas dapat diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi, atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. b) Variabel dependent (Variabel Tergantung) Variabel tergantung adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas atau variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. c) Variabel Moderat Variabel moderat adalah variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah variabel tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. d) Variabel Kontrol
40 Dalam penelitian peneliti selalu berusaha menghilangkan pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Suatu variabel yang pengaruhnya akan dihilangkan disebut variabel kontrol. e) Variabel Intervening (perantara) Variabel
intervening
adalah
variabel
yang
secara
teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
2.2.3
Populasi Menurut Rosalina (2005, p.1), secara umum populasi bisa didefinisikan sebagai sekumpulan data atau obyek yang menjadi perhatian kita. Menurut Sarwono (2006, p.111), populasi didefinisikan sebagai perangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono (2006, p.72), populasi adalah wilayah generalisasi obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah kumpulan dari orang obyek, kejadian atau sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang memiliki daya tarik untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
41 2.2.4
Sampel Menurut Sarwono (2006, p.111), sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari. Menurut Sekaran (2003, p.266), a sample is a subset of the population.It comprises some members selected from it. Dimana sampel masih terkait dengan populasi. Yang beberapa anggotanya dipilih dari populasi tersebut.
GAMBAR 2.2 HUBUNGAN SAMPEL - POPULASI Sampel
Populasi
Statistik (X, s, s²)
Parameter (µ, σ, σ²) Estimasi
Sumber : Sekaran, Research Methods For Business (John Wiley & Son Inc., 2003) p.267
Menurut Rosalina (2005, p.2), sampel adalah sekumpulan data yang diambil atau dipilih dari suatu populasi. Dalam banyak praktek, sangat jarang penelitian dilakukan dengan menggunakan populasi, pada umumnya yang dipakai adalah sampel dengan alasan bahwa: a. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data lebih singkat b. Dana yang diperlukan lebih sedikit c. Data yang diperoleh lebih akurat
42 d. Dengan statistik inferensi dapat dilakukan generalisasi. Dalam hal hasil perhitungan yang diperoleh dari sampel akan dipakai untuk mengumpulkan karakteristik dari populasinya. Untuk menghindari kendala-kendala di atas, maka penelitian sering menggunakan sebagian dari obyek yang diteliti atau biasa disebut sampel.
2.2.5
Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2006, p.73), secara garis besar ada dua desain sampel utama, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. a) Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 1) Simple Random Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, bila populasi homogen 2) Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional 3) Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional 4) Cluster Sampling (Area Sampling)
43 Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas b) Non-Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel 1) Sampling Sistematis Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut 2) Sampling Kuota Teknik
untuk
menentukan
sampel
dari
populasiyang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan 3) Sampling Aksidental Teknik untuk menentukan sampel berdarakan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dianggap cocok sebagai sumber data 4) Sampling Purposive Teknik untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu 5) Sampling Jenuh Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel 6) Snowball Sampling
44 Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling – simple random sampling, dimana pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi. Ukuran sampel merupakan jumlah anggota sampel, jumlah sampel yang 100% (seratus persen) mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian tergantung pada tingkat kesalahannya (dipengaruhi oleh sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia). Makin besar tingkat kesalahan, maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan. Dalam penentuan jumlah anggota sampel dari populasi diperlukan tingkat kesalahan 1% (satu persen), 5% (lima persen), dan 10% (sepuluh persen).
45 TABEL 2.3 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5%,DAN 10%
N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270
1% 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192
S 5% 10% 10 10 14 14 19 19 23 23 28 27 32 31 36 35 40 39 44 42 48 46 51 49 55 53 58 56 62 59 65 62 68 65 72 68 75 71 78 73 84 78 89 83 95 88 100 92 105 97 110 101 114 105 119 108 123 112 127 115 131 118 135 122 139 125 142 127 146 130 149 133 152 135
N 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600
1% 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529
S 5% 10% N 155 138 2800 158 140 3000 161 143 3500 167 147 4000 172 151 4500 177 155 5000 182 158 6000 186 162 7000 191 165 8000 195 168 9000 198 171 10000 202 173 15000 205 176 20000 213 182 30000 221 187 40000 227 191 50000 233 195 75000 238 199 100000 243 202 150000 247 205 200000 251 208 250000 255 211 300000 258 213 350000 265 217 400000 270 221 450000 275 224 500000 279 227 550000 283 229 600000 286 232 650000 289 234 700000 292 235 750000 294 237 800000 297 238 850000 301 241 900000 304 243 950000 307 245 1000000 ∞
1% 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 563 655 658 659 661 661 662 662 662 662 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 664
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Alfabeta Jakarta 2004), p.81
S 5% 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349
10% 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272
46 Keterangan : n = Jumlah Populasi s = Tingkat Kesalahan / Error
2.2.6
Skala Pengukuran Menurut Sarwono (2006, p.93), ada empat tipe skala pengukuran dalam penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio. a)
Nominal Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi obyek,
individual
atau
kelompok;
sebagai
contoh
mengklasifikasikan jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angkaangka sebagai simbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal
maka
statistik
non-parametik
digunakan
untuk
menganalisis datanya. Hasil analisis dipresentasikan dalam bentuk presentase. 2) Ordinal Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. 3) Interval Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat
47 melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau obyek dengan yang lainnya. Skala pengukuran interval merupakan angka.
Untuk
melakukan
analisis,
skala
pengukuran
ini
menggunakan statistik parametik. 4) Rasio Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dimiliki oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.
Menurut Rosalina (2005, p.3), data dalam statistik berdasarkan pada tingkat pengukurannya (Level of Measurement) ada dua jenis, yaitu: a. Data Kualitatif Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam ukuran kategori atau biasa disebut dengan data yang bukan berupa angka. Data kualitatif bisa dibagi atas dua tipe, yaitu: 1) Data Nominal Data nominal adalah data yang paling ‘rendah’ dalam level pengukuran data (suatu pengukuran data
yang hanya
menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori). 2) Data Ordinal
48 Data ordinal adalah data kualitatif yang dikelompokkan ke dalam urutan-urutan atau rangking. Data ini merupakan data yang paling ‘tinggi’ dalam level pengukuran data dari pada data nominal. Misalnya data mengenai pendidikan yang dapat dinyatakan kedalam urutan jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi). b. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah nilai data yang dinyatakan dalam skala numeric atau biasa juga disebut dengan data berupa angka dalam arti yang sebenarnya. 1) Data Interval Data interval (jarak) yaitu data kuantitatif yang mempunyai jarak yang sama dan tetap antara titik satu dengan titik lainnya pada skala pengukuran. Titik nol pada skala itu dapat berubahubah. Misalnya suhu udara yang dinyatakan dalam derajat celcius. 2) Data Rasio Data rasio adalah data kuantitatif yang mempunyai titik nol dan rasio antara dua nilai data adalah bermakda. Data rasio merupakan data yang bersifat data yang bersifat angka dalam arti yang sesungguhnya dan bisa dioperasikan secara matematika (+, -, × , /). Misalnnya harga yang dinyatakan dalam rupiah, mobil yang harganya nol rupiah, artinya mobil tersebut gratis.
49 2.2.7
Skala Pengukuran Sikap Menurut Sugiyono (2006, p.86), berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain adalah : a. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diuku dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval b. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas; yaitu “ya – tidak”, “benar – salah”, “pernah – tidak pernah”, “positif – negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalai pada skala likert terdapat 1, 2, 3, 4 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian ini dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. c. Semantic Deferential / Skala Osgood Skala pengukuran yang berbentuk sematic deferential dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya
50 bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak pada bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatifnya terletak pada bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. d. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka, kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif sehingga di dalam skala ini, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Rating scale ini lebih fleksibel karena tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena-fenomena lainnya; seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain. Data yang diperoleh dari skala tersebut dapat berbentuk data interval maupun rasio, tergantung dari apa yang diukur dan bagaimana pengukuran dilakukan.
51 Untuk keperluan analisis secara kualitatif, maka jawaban-jawaban harus diberi arti. Contoh: Berilah jawaban angka: 4 – bila tata ruang itu sangat baik 3 – bila tata ruang itu cukup baik 2 – bila tata ruang itu tidak tahu 1 – bila tata ruang itu sangat tidak baik Seberapa baik tata ruang kerja yang ada di perusahaan A? 1
2
3
4
Berdasarkan skala-skala pengukuran yang telah dipaparkan diatas, maka skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Karena dalam variabel yang diberikan akan diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel. Dan indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan dan pertanyaan.
2.2.8
Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2006, p. 129), teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. a. Interview (wawancara)
52 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. b. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Uma Sekaran : 1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket, yaitu: 1) Prinsip penulisan Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka – positif negatif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan dan urutan pertanyaan. 2) Prinsip pengukuran Instrumen/angket harus dapat digunakan untk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen tersebut diberikan kepada responden, perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel juga.
53 3) Penampilan fisik angket Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. c. Observasi Sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan kuesioner, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-obyek alam yang lain. Teknik ini digunakan bila, penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
2.2.9
Pengujian Hipotesis Menurut Sarwono, (2006 p.43), hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima. Jika H1 ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan. Menurut Sugiyono (2006, p.160), terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak (two tail), pihak kanan, dan pihak kiri (one tail). Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis. 1) Uji Dua Pihak (Two Tail Test)
54 Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (H0) berbunyi ”sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi ”tidak sama dengan” (H0 = ; Ha ≠). Contoh hipotesis asosiatif : Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara X dengan Y Hipotesis alternatif : Terdapat hubungan X dengan Y H0 : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan) 2) Uji Pihak Kiri Uji pihak kiri digunakan apabila : hipotesis nol (H0) berbunyi ” lebih besar atau sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi ”lebih kecil” (<), kata lebih kecil atau sama dengan sinonim ” kata paling sedikit atau paling kecil”. Contoh hipotesis asosiatif : Hipotesis nol : Hubungan antara X dengan Y paling sedikit (< 0,65) Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih kecil dari 0,65 H0 : ρ ≥ 0 Ha : ρ < 0 3) Uji Pihak Kanan
55 Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesi nol (H0) berbunyi ”lebih kecil atau sama dengan” (≤), dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ”lebih besar” (>). Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dalam kata ”paling besar”. Contoh hipotesis asosiatif : Hipotesis nol : Hubungan antara X dengan Y paling besar 0,65 Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih besar dari 0,65 H0 : ρ ≤ 0 Ha : ρ > 0 Dalam uji dua pihak, taraf kesalahan α dibagi menjadi dua yaitu yang diletakan dalam pihak kiri dan kanan. Harganya setengah (½ α) sedangkan pada uji datu pihak (kanan maupun kiri) harga terletak pada satu pihak saja, yaitu terletak di pihak kanan saja atau kiri saja. Taraf kesalahannya adalah α.
2.2.10 Pengujian Validitas Menurut Sekaran (2003, p.205), validity ensure the ability of a scale to measure the intended concept. Dimana validitas berarti memastikan kemampuan dari suatu skala untuk mengukur konsep yang diharapkan. Menurut Abdulwahab (2005, p.17), instrumen yang digunakan untuk penelitian perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Diperlukan juga
56 uji coba instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui butir soal yang dapat dipergunakan dan butir soal yang tidak dapat dipergunakan. Instrumen yang valid atau sah apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, kalau yang ingin diukur itu minat, maka instrumen tersebut harus mengukur minat, dan bukan sikap atau pendapat dan seterusnya. Karena itu setiap instrumen perlu diketahui validitasnya. Menurut Sarwono (2006, p.218), suatu skala pengukuran dikatakan apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu: 1) Validitas Isi (Content Validity) Validitas isi menyangkut tingkatan item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Dimensidimensi dalam suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semuanya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional. 2) Validitas Konstruk (Construct Validity) Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan di mana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk secara alamiah bersifat teoritis dan statistik. 3) Validitas Kriteria (Criterion Validity)
57 Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan di mana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variabel yang dirancang sebagai kriteria.
Menurut Masrun (Sugiyono, 2006 p. 124), item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Pengujian
validitas
instrumen
di
dalam
penelitian
ini
menggunakan koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total. Hasil pengujian validitas kemudian akan dibandingkan dengan r tabel. Dasar pengambilan keputusan pengujian validitas instrumen ini adalah sebagai berikut : a) Jika r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Dalam artian indikator tersebut memang sesuai untuk mengukur apa yang ingin diukur. b) Jika r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Dalam artian indikator tersebut tidak sesuai untuk mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mendapatkan nilai r tabel, dapat digunakan tabel nilai-nilai r product moment yang dapat dilihat dari tabel 2.4. Sedangkan untuk mendapatkan nilai r hitung digunakan teknik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut: rxy =
n∑ xi y i − (∑ xi )(∑ y i ) {n∑ xi − (∑ xi ) 2 }{n∑ y i − (∑ y i ) 2 } 2
2
58 Keterangan : r = Menunjukkan koefisien antara skor butir soal dengan skor total n = Jumlah responden Xi = Skor butir Yi = Skor butir
TABEL 2.4 NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
N 3 4 5
TARAF SIGNIF 5% 1% 0,997 0,999 0,950 0,990 0,878 0,959
N 27 28 29
5% 0,381 0,374 0,367
1% 0,487 0,478 0,470
N 55 60 65
5% 0,266 0,254 0,244
1% 0,345 0,330 0,317
6 7 8 9 10
0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
30 31 32 33 34
0,361 0,355 0,349 0,344 0,339
0,463 0,456 0,449 0,442 0,436
70 75 80 85 90
0,235 0,227 0,220 0,213 0,207
0,306 0,296 0,286 0,278 0,270
11 12 13 14 15
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641
35 36 37 38 39
0,334 0,329 0,325 0,320 0,316
0,430 0,424 0,418 0,413 0,408
95 100 125 150 175
0,202 0,195 0,176 0,159 0,148
0,263 0,256 0,230 0,210 0,194
16 17 18 19 20
0,497 0,482 0,468 0,456 0,444
0,623 0,606 0,590 0,575 0,561
40 41 42 43 44
0,312 0,308 0,304 0,301 0,297
0,403 0,398 0,393 0,389 0,384
200 300 400 500 600
0,138 0,113 0,098 0,088 0,080
0,181 0,148 0,128 0,115 0,105
21 22 23
0,433 0,482 0,413
0,549 0,537 0,526
45 46 47
0,294 0,291 0,288
0,380 0,376 0,372
0,074 0,070 0,065
0,097 0,091 0,086
24
0,414
0,515
48
0,284
0,368
700 800 900 100 0
0,062
0,081
TARAF SIGNIF
TARAF SIGNIF
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2006), p.317
59 2.2.11 Pengujian Reliabilitas Menurut Abdulwahab (2005, p.20), reliabilitas tes merupakan suatu konsep statistik yang dinyatakan dalam bentuk koefisien reabilitas ( r ). Hal yang mempengaruhi tes secara garis besarnya sebagai berikut: 1) Panjang tes dan kualitas butir soal 2) Hal yang berhubungan dengan testee 3) Penyelenggaraan tes Menurut Sarwono (2006, p.219), reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Untuk menghitung reliabilitas, digunakan 3 model sebagai berikut: 1. Tes Ulang: Tes ini dilakukan dengan cara menguji kuisioner kepada kelompok tertentu, misalnya A, kemudian dilihat skornya. Beberapa waktu kemudian kuesioner yang sama diujikan pada kelompok yang sama. Kedua skor dikorelasikan. Jika hasil korelasinya > 0,8 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. 2. Tes Paralel: tes ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner terhadap kelompok tertentu, kemudian kelompok tersebut juga dites dengan menggunakan instrumen yang isi pertanyaannya ekuivalen. Kemudian nilai kedua tes tersebut dikorelasikan. Jika hasil korelasinya > 0,8 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. 3. Tes Belah Dua: Tes ini dilakukan dengan cara membagi skor-skor secara random dalam bentuk genap dan ganjil dari semua jawaban
60 responden. Kemudian kelompok genap dan ganjil dihitung. Hasilnya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi Spearman Brown. Jika hasil korelasinya > 0,8 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Untuk mendapatkan nilai alpha secara manual, digunakan teknik Croanbanch’s Alpha. Croanbanch’s Alpha (α) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu instrumen berupa kuesioner untuk mengukur laten variabel yang paling sering digunakan karena dapat digunakan pada kuesioner yang jawaban atau tanggapannya lebih dari dua pilihan. Diperoleh melalui cara sebagai berikut: 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑ σ b r11 = ⎜ ⎟ 1− σ 21 ⎝ k - 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varians butir σ21 = Varians total
Untuk mengerjakan rumus diatas dalam uji reliabilitas maka terlebih dahulu harus menghitung varians butir. Rumus yang digunakan adalah Rumus Varian (S2 / σ2), sebagai berikut :
σ
2
∑ (X =
i
− X) 2
n
Sumber : Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (CV Alphabeta : Bandung 1999) p.50
61 Keterangan :
σ 2 = Varians sampel xi = Jumlah skor pertanyaan ke-n N
= Jumlah sampel
TABEL 2.5 TABEL ANALISIS RELIABILITAS Nilai <0.20
Hubungan Hubungan sangat kecil dan bisa diabaikan
0.21 – 0.40
Hubungan yang kecil (Tidak erat)
0.41 – 0.70
Hubungan yang cukup erat
0.71 – 0.90
Hubungan yang erat (Reliabel)
0.91 – 1.00
Hubungan yang sangat erat (Sangat reliable)
Sumber : http://olahdata.com/analisisvaliditas&reliabilitas
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan realiabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
2.2.12 Statistik Menurut Rosalina (2005, p.1), statistika adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan data (collecting), analisis data (analyze) dan penafsiran data (interpreting). Definisi statistika tersebut
62 memberikan gambaran bahwa statistika merupakan ilmu yang sangat erat hubungannya dengan data. Aplikasi ilmu statistik dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1) Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang
mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data dalam penelitian. Kegiatan yang termasuk dalam kategorri ini antara lain kegiatan pengumpulan data, pengelompokan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, pembuatan grafik, diagram dan gambar. Tujuan utama dari operasi statistik deskriptif adalah memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan dalam statistik deskriptif, yaitu: a) Distribusi frekuensi b) Presentasi grafis dengan Histogram c) Mencari Central Tendency seperti Mean, Median, Modus, dan sebagainya 2) Statistik Inferensi Merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara penarikan
suatu
kesimpulan
dari
sesuatu
populasi
tertentu
berdasarkan sebagian data (sampel) yang dikumpulkan. Tindakan inferensi tersebut misalnya melakukan perkiraan, peramalan, pengambilan keputusan dan sebagainya.
63 Di dalam statistik inferensi, berbagai uji statistik yang dapat digunakan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu uji statisik parametrik dan non parametik. a) Statistik Parametrik Suatu uji statistik yang sudah diketahui terlebih dahulu sebaran (distribusi) datanya, yakni berdistribusi normal. Jika dilihat dari jumlah data, maka biasanya data berjumlah besar sekurang-kurangnya lebih besar atau sama dengan 30 case. Sebab, semakin besar data maka akan mendekati asumsi normal. b) Statistik Non Parametrik Suatu uji statistik yang belum diketahui sebaran datanya dan tidak perlu harus berdistribusi normal. Dengan demikian statistik ini dapat dapat dikatakan sebagai uji statistic terasumsi bebas. Dari segi data, pada dasarnya data berjumlah kecil, yakni kurang dari 30 case bahkan mungkin 5 case saja.
Menurut Sugiyono (2006, p. 142), terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam suatu penelitian yaitu: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
64 atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik ini adalah analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisanya
dapat
menggunakan
statistik
deskriptif
maupun
inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang digunakan adalah statistik inferensial. Perhitungan yang termasuk di dalam statistik deskriptif yaitu : 1) Mean Mean
merupakan
teknik
penjelasan
kelompok
yang
disarankan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Ratarata (mean) didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi menjadi jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Perhitungan Mean :
Me =
∑x
i
n
Keterangan : Me = Mean (rata-rata) ∑
= Epsilon (baca jumlah)
Xi = Nilai X ke-i sampai dengan ke-n n
= Jumlah individu
65 2) Median Median adalah nilai yang ada ditenga-tengah sekelompok data jika nilai-nilai tersebut diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Jika jumlah data dalam kelompok ganjil, maka mediannya adalah nilai yang berada ditengah (setelah diurut). Sedangkan jika jumlah urutan data dalam kelompok adalah genap, maka mediannya adalah dua angka tengah dibagi dua, atau rata-rata dari dua angka yang ada di tengah (setelah diurut). Perhitungan Median dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Untuk n Ganjil Kalau k adalah suatu bilangan konstan dan n ganjil, maka Selalu dapat ditulis : n = 2k + 1 atau n -1 k= 2
Median = X k +1 , atau nilai ke (k + 1) Untuk Genap Kalau k adalah suatu bilangan konstan dan n genap, maka n Selalu dapat ditulis n = 2k, atau k = 2 1 Median = ( X k + X k +1 ) 2
3) Modus Modus adalah nilai dari sekelompok data yang mempunyai frekuensi tertinggi atau nilai yang paling banyak terjadi
66 (muncul) dalam suatu kelompok nilai. Suatu distribusi mungkin tidak mempunyai Mod atau mungkin mempunyai dua Mod atau lebih. Distribusi disebut Unimodal, kalau mempunyai satu Mod. Bimodal, kalau mempunyai dua Mod, atau Multimodal, kalau mempunyai lebih dari dua Mod. Perhitungan Modus : X (10) X1 X2 . . Xi . . Xn
F (2) f1 f2 . . fi . . fn
f i > f i +1 ⎫ ⎬ untuk semua i f i > f i −1 ⎭
Xi = Modus = Mod kalau fi mempunyai nilai terbesar dibandingkan dengan frekuensi lainnya. 4. Rentang Data Rentang data dapat diketahui dengan jalan mengurangi data yang terbesar dengan data yang terkecil yang ada pada kelompok itu. Rumusnya adalah : R = Xt – Xr Dimana : R = Rentang Xt = Data terbesar dalam kelompok Xr = Data terkecil dalam kelompok
67 5. Standar Deviasi Standar deviasi adalah akar dari varians. Varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Standar deviasi dari sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : n ∑ X i − (∑ X i ) 2 2
S2 =
n(n − 1)
S = S2 Keterangan : s = Standar deviasi s2 = Varians sampel Xi= Skor pertanyaan ke-n n = Jumlah sampel
6. Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi adalah pengelompokkan data ke dalam beberapa
kelompok
(kelas)
dan
kemudian
dihitung
banyaknya data yang masuk ke dalam tiap kelas.
b. Statistik Inferensial Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel dari
68 populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu, kebenarannya bersifat peluang (probability).
2.2.13 Pengujian Persyaratan Analisis
Menurut Abdulwahab (2005, p.39), Uji persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui persyaratan apakah distribusi normal atau tidak. Bila distribusi normal maka digunakan statistika parametrik dan bila distribusi tidak normal maka digunakan analisis dengan statistika non parametik.
2.2.13.1 Pengujian Normalitas
Menurut Anuddin (2005, p.103), kenormalan data cukup penting peranannya secara teoritis. Uji Bartlett sering digunakan untuk memeriksa kehomogenan ragam dalam bentuk pengujian hipotesis. Dalam menguji kenormalan dilakukan pemeriksaan dapat dilakukan dengan grafik peluang. Oleh karena salah satu asumsi analisis ragam adalah kenormalan data. Kalau data yang dimiliki didekati oleh pola sebaran teoritik tertentu (katakanlah sebaran
69 normal), maka pola yang terbentuk dalam grafik akan cenderuk mengumpul dari garis lurus khayal. Menurut Abdulwahab (2005, p. 39), untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dapat menggunakan uji Liliefors atau uji yang lain seperti Kolmogorof
Smirnoff. Sebagai contoh uji normalitas menggunakan uji Liliefors.
2.2.13.2 Pengujian Homogenitas
Menurut
Abdulwahab
(2005,
p.114),
bila
akan
membandingkan atau membedakan dua kelompok sampel dan dibutuhkan bahwa ke dua kelompok harus homogen, maka perlu dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas untuk dua kelompok adalah dengan menguji kesamaan dua varians. Sedangkan uji Barlett digunakan untuk uji homogenitas distribusi data yang lebih dari dua kelompok. Pengujian
normalitas
dan
homogenitas
merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi agar regresi linear digunakan untuk menguji hipotesis. Pengujian normalitas dilakukan untuk ^
menguji kenormalan distrubusi galat taksiran (Y- Y ). Menurut Sudjana (2005, p.466), pengujian normalitas yang digunakan dikenal dengan nama Uji Liliefors. Sedangkan pengujian homogenitas yang dilakukan menggunakan Uji
70
Barlett. Pengujian dilakukan untuk menguji kesamaan varians dari pasangan variabel Y dan variabel X.
2.2.14 Analisis Regresi Linear Sederhana
Menurut Rosalina (2005, p.61), adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, atau bisa juga digunakan untuk prediksi (peramalan) antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dimana dalam model ini ada dua buah varaiabel yaitu: a) Variabel Dependen (terikat) b) Variabel Independen (bebas) Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk pengujian hubungan antara satu variabel dependen (Y) dengan satu variabel independen (X). Menurut Sugiyono (2006, p.204), regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linear sederhana adalah :
Y' = a + bX Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut : a=
(∑ Yi )(∑ X i ) − (∑ X i )(∑ X i Y i )
b=
n ∑ X i Yi − (∑ X i )(∑ Yi )
2
Keterangan :
n ∑ X i − (∑ X i ) 2 2
n ∑ X i − (∑ X i ) 2 2
71 Y’ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan) b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan maupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen X = Subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
2.2.15 Analisis Korelasi Sederhana
Menurut Sugiyono (2006, p.203), antara korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada korelasinya. Menurut Rosalina (2005, p.61), analisis korelasi adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode korelasi akan membahas keeratan hubungan, yang berarti dalam hal ini keeratan hubungan antara kualitas sistem informasi Business Trip dengan kinerja user. Seberapa erat hubungan antara dua atau lebih variabel disebut koefisien korelasi (r), dimana;
r=
[(n∑ x
n∑ xy − ∑ ( x).∑ ( y )
Keterangan : r
= Koefisien korelasi
X
= Variabel bebas
Y
= Variabel terikat
2
][
) − ∑ ( x) 2 (n∑ y 2 − ∑ y ) 2
]
72 n
= Banyaknya pasangan data
Adapun ketentuan nilai koefisien korelasi (r), adalah sebagai berikut: 1. Apabila r = 0, maka kedua variabel itu tidak mempunyai hubungan sama sekali. 2. Apabila r = +1 (positif), maka hubungan antara kedua variabel bersifat sempurna atau searah, artinya apabila variabel bebas bertambah besar maka variabel terikatpun bertambah besar. 3. Apabila r = -1 (negatif), maka hubungan antara dua variabel bersifat sempurna dan terbalik, artinya apabila variabel bebas bertambah besar, maka variabel terikat semakin kecil, atau sebaliknya apabila variabel bebas bertambah kecil maka variabel terikat semakin besar. 4. Apabila r = >0,6, maka hubungan antara variabel dianggap kuat atau erat. 5. Apabila r = <0,6, maka hubungan antara variabel dianggap lemah
TABEL 2.6 PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien 0.00 – 0.199
Tingkat Hubungan Sangat rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Alfabeta, Bandung 2006), p.183