5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Pengguna 2.1.1 Kepuasan Menurut Oliver (Irawan, 2006, h3), kepuasan adalah hasil dari penilaian konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Menurut Kotler (2003, p61), “satisfaction is person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectations”. Yang artinya kepuasan adalah perasaan orang akan kesenangan atau kekecewaan yang disebabkan membandingkan hasil kinerja sebuah produk dengan harapannya. Jadi kepuasan adalah perasaan orang bahwa produk atau pelayanan telah memberikan kesenangan atau kekecewaan dari hasil membandingkan kinerja sebuah produk dengan harapannya.
2.1.2 Pengguna / End-User Menurut O’Brien (2005, p11), end users are people who use an information system or the information it produces. Yang artinya pengguna akhir adalah orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan oleh sistem.
6 Menurut McLeod (2004, p22), end users is synonymous with user; he or she uses the end product of a computer-based systems. Yang artinya pengguna akhir adalah sama dengan pengguna; dia menggunakan produk akhir dari sistem berbasis komputer. Jadi pengguna akhir atau end user adalah orang yang menggunakan sistem informasi dan orang tersebut menggunakan produk akhir dari sistem yang berbasis komputer, yaitu informasi.
2.1.3 User Information Satisfaction (UIS) Remenyi, Money, & Sherwood-Smith (2004, p153), dalam bukunya mengemukakan bahwa, user satisfaction is generally considered to result from a comparison of user expectations (or needs) of the IS with the perceived performance (or capability) of the IS on a number of different facts of the IS. This is considered to be a holistic approach to system effectiveness as it address the whole IS function rather than individual system. Yang dapat diartikan, kepuasan pengguna secara umum dianggap sebagai hasil dari perbandingan antara harapan (kebutuhan) pengguna dari sistem informasi dengan kinerja yang diterapkan terhadap SI dilihat dari berbagai segi. Hal ini dianggap sebagai pendekatan keseluruhan terhadap efektivitas sistem yang sebagaimana ditujukan ke seluruh fungsi sistem informasi daripada sistem individual).
2.2
Kualitas Pelayanan Menurut Irawan (2006, h58) dalam menentukan kualitas pelayanan terdapat 5 dimensi, yaitu:
7 1. Berwujud
(Tangible)
yaitu
pengguna
akan
menggunakan
indra
penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. 2. Kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk menberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada error. 3. Cepat Tanggap (Responsiveness) adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis. Harapan pengguna terhadap kecepatan pelayanan. 4. Kepastian (Assurance), meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara tepat, keterampilan dalam memberikan informasi kemampuan dalam memberikan keamanan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan. 5. Empati (Emphaty), pengguna dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi.
2.3
Kerangka Berpikir Dalam mengukur kepuasan pengguna aplikasi harus mengetahui harapan pengguna akan aplikasi tersebut dan bagaimana kinerja dari aplikasi tersebut setelah diimplementasikan. Dengan melihat dari sisi harapan dan kenyataan inilah kita bisa mengetahui kepuasan seorang pengguna akan sebuah aplikasi. Dan untuk mendapatkan data-data mengenai kepuasan seseorang diperlukan dimensi atau aspek yang mempengaruhi kepuasan tersebut. Dan dimensi kepuasan yang dipakai adalah (1) Berwujud (Tangible), dimensi ini menekankan pada kemampuan penyedia aplikasi untuk memberikan kepuasan yang dapat
8 dilihat dan dirasakan oleh pengguna, contohnya seseorang akan lebih yakin terhadap kualitas perusahaan karena image yang dimiliki oleh perusahaan sudah bagus; (2) Kehandalan (Reliability), dimensi yang menekankan pada kehandalan dari produk, bahwa sebuah produk harus memiliki daya tahan atau tidak mudah terjadi kesalahan; (3) Cepat Tanggap (Responsiveness), kemampuan penyedia barang / jasa menanggapi keluhan atau kebutuhan informasi oleh pengguna secara cepat dan tepat; (4) Kepastian (Assurance), dimensi ini menuntut agar pengguna merasa yakin bahwa barang dan jasa yang diperoleh atau digunakan memiliki kualitas seperti yang dijanjikan; (5) Empati (Emphaty), dimensi ini mengukur kemampuan penyedia aplikasi untuk membuat sebuah aplikasi yang benar-benar telah sesuai dengan kebutuhan dari pengguna, sehingga pengguna tidak merasa asing atau kesulitan saat menggunakan aplikasi ini.
2.4
Penelitian 2.4.1 Pengertian Penelitian Menurut Sugiyono (2006, h3), secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya
9 proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang besifat logis. Menurut Sukandarrumidi (2004, h111), penelitian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu sistematika, metode ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu masalah yang setiap saat dapat timbul di masyarakat. Kesimpulannya, penelitian adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai suatu hal, atau memecahkan suatu masalah yang timbul, yang dilakukan dengan cara-cara yang sistematis dan ilmiah.
2.4.2 Jenis-jenis Penelitian Menurut Sukandarrumidi (2004, h112-116), penelitian dapat dibedakan antara lain: 1. Berdasarkan atas pemakaian hasil. a. Penelitian Dasar (Basic Research) 1. Pola pikir bertolak dari ilmu dasar yaitu ilmu alam, budaya dan kimia. 2. Berusaha untuk menemukan konsep-konsep ilmu yang baru. 3. Hasilnya belum dapat diaplikasikan secara langsung di masyarakat. Contoh: Kandungan zeolit pada abu sekan padi
10 Kandungan unsur kimia sarang burung walet Pengaruh kebutaan terhadap perkembangan anak b. Penelitian Terapan (Applied Research) 1. Merupakan aplikasi penelitian dasar. 2. Pola pikir bertolak dari ilmu terapan. 3. Hasilnya dapat diaplikasikan secara langsung di masyarakat. Contoh: Pembuatan air acu dari air limbah AC Pembuatan diatomea untuk bata ringan Pembuatan asam humat dari batubara 2. Berdasarkan atas data yang dikumpulkan. a. Penelitian Kuantitatif 1. Data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai absolut. 2. Pada umumnya dilakukan pada penelitian rekayasa. 3. Hasilnya bersifat lebih obyektif. Contoh: Penelitian kuat baja pasca bakar Evaluasi nilai ambang batas polutan di daerah permukiman Kelenturan beton berserat
11 b. Penelitian Kualitatif 1. Data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk relatif. 2. Pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial. 3. Hasilnya
bersifat
obyektif,
berlaku
sesaat
dan
setempat. Contoh: Evaluasi jam belajar masyarakat Frekuensi unjuk rasa pasca reformasi Tingkat pendidikan di daerah marginal 3. Berdasarkan atas pengelompokan ilmu. a. Penelitian ilmu-ilmu sosial 1. Data ditekankan pada pola tata hubungan masyarakat. 2. Kejadian lebih bersifat situasional dan dinamis. 3. Hasil penelitian dapat digeneralisir sejauh variabelnya sama. Contoh: Budaya masyarakat migran Persepsi masyarakat adat terhadap modernisasi Pola hidup mahasiswa di Yogyakarta b. Penelitian ilmu-ilmu eksakta 1. Data diutamakan dari hasil eksperimen. 2. Hasilnya dapat dites kapan saja.
12 3. Generalisasi hasil dapat dilakukan sejauh variabelnya sama. Contoh: Daya tembus sinar laser Pengaruh mercury terhadap kinerja syaraf 4. Berdasarkan atas tingkatannya. a. Penelitian Penjajagan (exploratory) 1. Tujuannya
untuk
mengenal
atau
memperoleh
pandangan baru tentang suatu gejala. 2. Dapat merumuskan masalah penelitian dengan lebih tepat. 3. Dapat merumuskan hipotesis. Contoh: Pencarian minyak bumi di lepas pantai Daya tembus sinar Rontgen Potensi sumber daya alam pulau Seribu b. Penelitian Penjelasan (explanatory) 1. Untuk menguji hubungan sebab-akibat. 2. Terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 3. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tidak simetrik yang diartikan penyebabnya ada terlebih dahulu baru terjadi akibat.
13 Contoh: Kelelahan konstruksi baja pasca kebakaran Pengaruh gagal ginjal Berbagai alternatif pencegahan banjir c. Penelitian Deskriptif 1. Bertujuan menggambarkan lebih teliti ciri-ciri sesuatu. 2. Menentukan frekuensi terjadinya sesuatu. 3. Prosedur
penelitian
harus
mengikuti
ketentuan-
ketentuan yang baku. Contoh: Ciri-ciri fisik manusia purba Identifikasi masalah kenakalan remaja Sifat optik kuarsa sintetis 5. Berdasarkan atas jumlah bidang ilmu. a. Penelitian monodisiplin 1. Dilakukan secara mendalam pada suatu obyek tertentu. 2. Pengembangan ilmu mengarah ke vertikal sedangkan pengembangan
ke
arah
lateral
sudah
mulai
ditinggalkan. 3. Keterkaitan dengan bidang ilmu lain tidak terlihat nyata. Contoh: Budidaya udang galah air tawar Kesenian kuda lumping
14 b. Penelitian multidisiplin / interdisiplin 1. Melibatkan berbagai kepakaran ilmu. 2. Penelitian bersifat multisektoral. 3. Bertujuan menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat secara holistik. Contoh: Evaluasi pembangunan selama Pelita IV Gejala menurunnya persatuan dan kesatuan bangsa Budaya bohong merambah dikalangan atas 6. Berdasarkan atas jumlah peneliti. a. Penelitian Mandiri 1. Berarah pada pendalaman disiplin ilmu. 2. Ruang lingkup penelitian terbatas. 3. Kegiatan analisis, pembahasan dan penyimpulan dilakukan oleh seorang peneliti. Contoh: Evaluasi curah hujan tahunan Vaksinasi ternak pada usia produktif Budidaya burung walet b. Penelitian Kelompok 1. Mengarah pada penelitian multidisiplin. 2. Salah
satu
anggota
peneliti
bertindak
sebagai
penanggung jawab. 3. Berusaha mengambil kesimpulan secara holistik.
15 Contoh: Penelitian Daerah Aliran Sungai Serayu Konflik sosial di daerah perbatasan Dampak pembajakan kaset
2.4.3 Tujuan Penelitian Menurut Sukandarrumidi (2004, h117), tujuan penelitian dapat berupa: 1. Peneliti ingin mendapatkan sesuatu yang baru. 2. Peneliti ingin mengembangkan sesuatu yang sudah ada dengan peningkatan atau melakukan modifikasi. 3. Peneliti ingin membuktikan kebenaran dari suatu teori atau hasil penelitian yang lain.
2.5
Jenis-Jenis Skala 2.5.1 Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2006, h133), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Menurut Kountur (2005, h8), data harus dapat diukur, karena salah satu ciri data yaitu harus dapat diukur. Setiap ukuran, harus ada skalanya,
16 maka dari itu terdapat 4 macam skala pengukuran data yang antara lain adalah: 1. Skala Nominal Jenis data yang ukurannya hanya menunjukkan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. 2. Skala Ordinal Data yang ukurannya dapat membedakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya seperti dalam skala nominal, tetapi tidak menunjukkan tingkatan atau urutan antarkelompok. 3. Skala Interval Jenis data dalam skala interval sana dengan jenis data dalam skala ordinal. Bedanya, jika pada urutan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya adalah sama. Dengan demikian semua operasi matematik dapat digunakan untuk data dengan skala interval. 4. Skala Rasio Jenis data dalam skala rasio sama dengan jenis data dalam skala interval. Bedanya, pada skala interval, nol itu bukan berarti tidak ada.
2.5.2 Skala Sikap Menurut Sugiyono (2006, h134-141), skala sikap yang dapat digunakan dalam penelitian antara lain:
17 1. Skala Likert Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. 2. Skala Guttman Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positifnegatif” dan lain-lain. 3. Semantic Deferential Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 4. Rating Scale Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data
18 mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dan menurut Sugiyono, keempat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio.
2.6
Populasi dan Sampel 2.6.1 Populasi Dalam buku Sugiyono (2006, h117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
2.6.2 Sampel Menurut Sugiyono (2006, h118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
19 2.7
Aplikasi / Software / Perangkat Lunak Menurut Madura (2001, h309), perangkat lunak adalah program komputer yang bertujuan untuk penanganan tugas khusus yang akan dijalankan setiap saat. Menurut O’Brien (2006, p28), application software, which are programs that direct processing for a particular use of computer by end users. Yang dapat diartikan, aplikasi perangkat lunak adalah program-program yang melaksanakan proses untuk penggunaan khusus komputer oleh pengguna akhir. Jadi aplikasi atau perangkat lunak adalah program komputer yang digunakan oleh pengguna akhir untuk melaksanakan tugas khusus / atau membantu proses pekerjaan yang akan dijalankan setiap saat.
2.8
Metode Pengumpulan Data 2.8.1 Observasi Menurut
Sukandarrumidi
(2004,
h69),
observasi
adalah
pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. 2.8.2 Wawancara Menurut Sukandarrumidi (2004, h88) wawancara atau interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya. Fungsi interview adalah: a. Sebagai metode primer apabila berfungsi sebagai metode utama dalam pengumpulan data.
20 b. Sebagai metode pelengkap apabila dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang belum dapat diperoleh dengan metode lain. c. Sebagai kriterium ( pengukur) apabila dipergunakan untuk meyakinkan / mengukur suatu kebenaran informasi.
2.8.3 Kuesioner / Angket Menurut Nasution (2006, h128), angket atau questionnaire adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. Dan jenis-jenis angket menurut sifat jawaban terdiri dari: a. Angket Tertutup Terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden mencek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. b. Angket Terbuka Angket ini memberikan kesempatan penuh memberi jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden. c. Kombinasi Angket Terbuka dan Angket Tertutup Di samping angket yang tertutup yang mempunyai sejumlah jawaban ditambah alternatif terbuka yang memberi kesempatan kepada responden memberi jawaban di samping atau di luar jawaban yang tersedia. Menurut
Sugiyono
(2006,
h199),
kuesioner
merupakan
teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
21 Jadi kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang berisi sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis, yang penyeberannya dapat melalui pos atau langsung dibagikan kepada responden untuk dijawabnya.
2.9
Metode Pengolahan Data 2.9.1
Manual Menurut Supranto (2000, h25), pengolahan data secara manual umumnya
dilakukan untuk jumlah observasi yang tidak terlalu banyak. Pengolahan secara manual biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, karena harus meneliti satu per satu dari setiap observasi.
2.9.2
Microsoft Excel 2003 Menurut Firmansyah (2005, h9), Microsoft Excel 2003 adalah suatu
program aplikasi yang digunakan untuk mengadakan perhitungan data angka, membuat dan menganalisa data, membuat grafik dan lain-lain. Excel 2003 adalah pengembangan dari program sebelumnya yaitu Microsoft Excel XP atau 2002.
2.9.3
Statistical Package for Social Science (SPSS) Menurut Wahyono (2006, h1), SPSS atau Statistical Package for Social
Science, merupakan sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan cara pengoperasian yang cukup sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Aplikasi tersebut merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak yang
22 banyak digunakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di mana banyak institusi yang menginginkan adanya penelitian di berbagai bidang (penelitian yang banyak berhubungan dengan data-data yang akan diolah menggunakan suatu metode analisis statistik).
2.10
Metode Analisis 2.10.1 Gap Analysis Remenyi, Maney, & Sherwood-Smith (2004, p153), dalam bukunya mengemukakan bahwa, Gap positif yang besar dapat dianggap menunjukkan bahwa sumber daya SI digunakan dengan baik sehingga pengguna puas dengan penggunaan SI. Sedangkan Gap negatif yang besar menunjukkan sumber SI yang digunakan kurang memuaskan, maka perlu dilakukan peningkatan kinerja SI. Ada 2 model pendekatan mengenai UIS: 1. Model Kim (1990) In this approach, UIS is measured by the discrepancy between the user’s perception score of the IS performance and the user’s expectation score of the IS. Yang dapat berarti, pada pendekatan ini, UIS diukur dengan menyelisihkan antara persepsi nilai pengguna untuk kinerja aplikasi dan nilai harapan user untuk SI. 2. Model Miller & Doyle (1987) The instrument is designed to measure the perceived effectiveness of the overall IS function and involves the use of a questionnaire. The questionnaire comprises five parts, A to E.
23 Part A consists of 34 questions which measure the extent to which certain facets of the IS are perceived to be important in ensuring the organisation’s IS will be effective and succesful. The attitudes are rated on a semantic differential scale of 1 (irrelevant) to 7 (very critical). Part B consists of four questions on the future needs for IS; Part C consists of the same 34 questions as Part A but in this case the respondent is asked to rate the 34 questions with respect to the actual performance achieved within the organisation. Again a seven-point scale is used but in this case the levels of perceived importance go from 1 (vey poor) to7 (excellent); Part D consists of four questions relating to the organisation’s performance in developing new systems; Part E consists of four questions which capture certain demographic data. There is also a question which asks for a rating of the organisation’s overall IS performance on a scale of 1 (complete failure) to 7 (very successful). The importance ratings in Parts A and B capture perceptions on the business needs, while the performance ratings in Parts C and D capture perceptions of the organisation’s IS capabilities. (Instrumen dirancang untuk mengukur keefektifan yang dirasakan dari fungsi SI secara keseluruhan dan melibatkan penggunaan kuesioner. Kuesioner terdiri dari lima bagian, A sampai E. Bagian A terdiri dari 34 pertanyaan yang mengukur secara luas dimana bagian tertentu dirasakan penting untuk memastikan SI organisasi akan efektif dan sukses. Pengukurannya menggunakan skala semantic differential pada skala 1 (menyimpang) sampai 7 (sangat kritikal). Bagian B terdiri dari empat pertanyaan mengenai kebutuhan SI di masa depan; Bagian C terdapat
24 34 pertanyaan seperti Bagian A tapi dalam hal ini responden diminta untuk menilai 34 pertanyaan berdasarkan kinerja nyata yang dicapai oleh organisasi. Skala tujuh-poin digunakan tapi dalam hal ini tingkat kepentingan dimulai dari 1 (sangat buruk) sampai 7 (sempurna); Bagian D terdiri dari empat
pertanyaan
berhubungan
dengan
kinerja
organisasi
dalam
mengembangkan sistem baru; Bagian E terdiri dari empat pertanyaan yang menangkap data demografis tertentu. Ada juga sebuah pertanyaan mengenai skala kinerja SI perusahaan secara keseluruhan pada skala 1 (kegagalan total) sampai 7 (sangat sukses). Penilaian penting pada Bagian A dan B menangkap persepsi pada kebutuhan bisnis, sementara penilaian kinerja pada Bagian C dan Bagian D mengenai persepsi kemampuan SI organisasi.
2.10.2 Interval Kelas Menurut Supranto (2000, h75), nilai kelas interval adalah selisih antara dua lower limit (batas atas kelas). Dan rumus untuk mencari nilai kelas interval (Supranto, 2000, h64) adalah:
c = Xn-X1 k C : perkiraan besarnya (class width, class size, class length) k : banyaknya kelas Xn : nilai observasi terbesar X1 : nilai observasi terkecil
25 2.10.3 Mean Menurut Supranto (2002, h85), rata-rata hitung atau mean adalah nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data. Nilai rata-rata umumnya terletak di tengah suatu kelompok data yang disusun menurut besar kecilnya nilai. Rumus untuk menghitung rata-rata sebenarnya (populasi) adalah: N
µ=
1 N
Σ
Xi
i=1
µ : rata-rata populasi N: jumlah populasi
Σ X : jumlah data mulai dari i = 1 sampai i ke-N i
2.11
Validitas Menurut Nasution (2006, h74), suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Meter itu dikatakan valid karena memang mengukur jarak. Demikian pula timbangan valid karena mengukur berat. Bila timbangan tidak mengukur berat akan tetapi hal yang lain, timbangan itu tidak valid untuk itu. Menurut Sugiyono (2006, h363), validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
26 Kesimpulannya validitas adalah pengujian untuk menentukan apakah suatu alat ukur benar-benar telah dapat memberikan data yang akurat untuk suatu hal yang diukurnya.
2.12
Reliabilitas Menurut Stainback (Sugiyono, 2006, h364), “reliability is often defined as the consistency and stabilitiy of data or findings. From a positivistic perspective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by different researchers (e.g interrater reliability), by the same researcher at different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split half)”. Yang artinya reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Menurut Nasution (2006, h77), suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala dalam waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama. Jadi reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsistensi sebuah alat ukur dalam menghasilkan data bila digunakan untuk mengukur hal yang sama.
27 2.13
Rumus Korelasi (r) Product-Moment Pearson Menurut Supranto (2002, h152), kuat tidaknya hubungan antara X dan Y apabila dinyatakan dengan fungsi linear (paling tidak mendekati), diukur dengan suatu nilai yang disebut Koefisien Korelasi. Sedangkan menurut Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2004, h130), uji hubungan lewat teknik statistik korelasi dapat dilakukan terhadap bermacam data, baik data yang berskala interval, ordinal, maupun nominal. Korelasi yang dipergunakan untuk uji hubungan antarsesama data interval adalah korelasi (r) product-moment dari Pearson (Pearson product-moment correlation). Dan masih menurut Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, jika koefisien korelasi (r) yang diperoleh ≥ daripada koefisien di tabel nilai-nilai kritis r, yaitu pada taraf signifikansi 5% atau 1%, instumen tes yang diujicobakan tersebut dapat dinyatakan valid. Rumus untuk menghitung nilai koefisien korelasi (r) adalah:
r=
NΣXiY - (ΣXi)(ΣY) √(NΣXi2 - (ΣXi)2)(NΣY2 - (ΣY)2)
r = korelasi Pearson N = Jumlah Frekuensi Xi = variabel X ke-i Y = variabel Y
28 2.14
Rumus Alpha Cronbach Menurut Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2004, h349), untuk mengukur reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas Alpha Cronbach dapat dipergunakan baik untuk instrumen yang jawabannya berskala maupun, jika dikehendaki, yang bersifat dikhotomis. Jawaban yang bersifat dikhotomis hanya mengenal dua jawaban, yaitu benar (1) dan salah (0). Rumus Alpha Cronbach yang dipergunakan adalah:
r=
k k-1
(1 -
Σσi² ) σ²
r : koefisien reliabilitas yang dicari k : jumlah butir pertanyaan σi² : varians butir pertanyaan ke-i σ² : varians skor total Untuk mencari nilai varians (σi²) tiap butir pertanyaan dapat menggunakan rumus berikut ini:
σi² =
ΣXi² -
(ΣXi)² N
N
σi² : varians butir pertanyaan ke-i ΣXi : jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke-i
29 Menurut Santoso (2006, h134), dasar pengambilan keputusan dalam Alpha Cronbach adalah: a. Jika α positif dan α ≥ 0,7, butir atau variabel tersebut reliabel. b. Jika α positif tetapi α < 0,7, butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Banyak pendapat menyatakan bahwa angka α ( disebut Alpha Cronbach) minimal adalah 0,7 untuk menyatakan bahwa pertanyaan dapat dikatakan reliabel.