BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1
Pengertian Sistem Menurut Anthony, dan Govindarajan (2010 : 04), “Sistem adalah sebuah cara yang ditentukan dan biasanya berulang-ulang melaksanakan sesuatu kegiatan atau serangkaian kegiatan.” Menurut Sarosa (2009 : 11), “Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kata kuncinya adalah sekumpulan komponen atau subsistem, sehingga sistem terdiri dari beberapa subsistem dan demikian juga sebaliknya.” Menurut Hall (2011 : 04), “Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling terkait yang melayani tujuan yang sama. Perusahaan menjual barang atau jasa kepada pelanggan melalui siklus pendapatan, uang melibatkan penjualan tunai dan penerimaan kas setelah penjualan kredit.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari beberapa interaksi antara ogranisasi dan entitas untuk dapat mencapai tujuan dan keinginan dari organisasi tersebut.
7
8
2.1.2
Pengertian Informasi Menurut Sarosa (2009 : 12), “Informasi adalah data yang sudah mengalami pemrosesan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya dalam membuat keputusan, setiap pembuat keputusan yang rasional membutuhkan informasi sehingga memperoleh hasil yang optimal dalam kondisi pada saat keputusan tersebut dibuat.” Menurut Davis (2011), “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusankeputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.” Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas, penulis menarik
kesimpulan
bahwa
informasi
adalah
sekumpulan
pengetahuan yang berbentuk data yang sangat penting dan siap untuk diproses sehingga dapat di distribusikan sebagai bahan dalam mencapai tujuan. 2.1.3
Pengertian Akuntansi Menurut Weygent, Kimmel, dan Kieso (2010), “Akuntansi adalah wawasan yang menyediakan sistem informasi keuangan. Akuntansi terdiri dari tiga aktivitas dasar yaitu, mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi yang terjadi dalam sebuah organisasi.”
9
Menurut Sarosa (2011 : 12), “Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi,
mencatat,
dan
mengkomunikasikan
peistiwa
ekonomis pada suatu organisasi pada pihak yang membutuhkan. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa akuntansi merupakan proses pencatatan informasi yang didapatkan dari masala-masalah ekonomi perusahaan, dimana peran akuntan sangat berguna untuk menghitung laporan keuangan yang terdiri atas laporan laba rugi, neraca, dan arus kas. 2.1.4
Siklus Akuntansi Menurut Reeve, Warren, dan Duchac (2012 : 164), “Akuntansi memiliki tujuh siklus dalam menganalisis, mencatat, dan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari beberapa langkah” 1. Menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal : Langkah
pertama
menganalisis
dalam
siklus
akuntansi
adalah
untuk
dan mencatat transaksi dalam jurnal menggunakan
sistem akuntansi double-entry. 2. Transaksi posting ke buku besar : Transaksi dicatat dalam jurnal yang diposting ke akun di buku besar secara berkala. 3. Menyiapkan neraca saldo disesuaikan : Neraca saldo disesuaikan disiapkan untuk menentukan apakah kesalahan telah dibuat dalam posting debit dan kredit ke buku besar. 4. Perakitan dan menganalisis data penyesuaian :
10
Sebelum laporan keuangan dapat disiapkan, rekening harus diperbaharui. Empat jenis rekening yang biasanya memerlukan penyesuaian meliputi biaya dibayar dimuka, pendapatan diterima dimuka, pendapatan yang masih harus dibayar, dan biaya yang masih harus dibayar. 5. Mempersiapkan akhir opsional periode spreadsheet : End-of-Period spreadsheet digunakan untuk menunjukkan aliran informasi akuntansi dari neraca saldo yang belum disesuaikan dengan neraca saldo disesuaikan. 6. Penjurnalan dan posting jurnal penyesuaian : Setiap jurnal penyesuaian mempengaruhi setidaknya satu akun laporan laba rugi dan neraca saldo. 7. Penyusunan laporan keuangan : Laporan laba rugi disiapkan pertama kali, kemudian diikuti oleh laporan pemilik ekuitas serta neraca saldo. Laba bersih atau laba kotor yang ditunjukkan pada laporan laba rugi dilaporkan pada laporan pemilik ekuitas bersama dengan tambahan penarikan investasi oleh pemilik modal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi memiliki berabagai macam siklus untuk di terapkan, seperti yang tertera di atas, dimana siklus akuntansi sendiri sangat berguna dalam pengumpulan, dan penyusunan laporan keuangan.
11
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Sarosa (2009 : 13), “SIA adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan.” Menurut Hall (2011 : 08), “Sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga subsistem utama : 1.
Sistem pemrosesan transaksi yang mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di seluruh organisasi.
2.
Pernyataan umum buku besar / pelaporan keuangan, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak, dan laporan-laporan lainnya yang diperlukan oleh hukum.
3.
Sistem pelaporan manajemen, yang menyediakan manajemen ineternal dengan laporan keuangan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti anggaran, laporan varians, dan tanggung jawab. Jadi, penulis menyimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi
merupakan sebuah subjek untuk menentukan berjalannya metode perancangan
akuntansi
yang
sudah
diterapkan
berdasarkan
pengelolaan data informasi yang siap untuk lebih dikembangkan lagi. 2.1.6
Siklus Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2011 : 45), “Siklus akuntansi memiliki tiga bagian transaksi untuk memproses sebagian besar dari kegiatan
12
ekonomi perusahaan, yaitu : siklus pengeluaran, siklus konversi, dan siklus pendapatan. Siklus ini ada di semua jenis usaha baik untuk mencari
keuntungan
dan
tidak
untuk
profit.
Setiap
bisnis
menimbulkan pengeluaran dalam pertukaran untuk sumber daya, memberikan nilai tambah melalui produk atau jasa, dan menerima pendapatan dari sumber-sumber luar.” 1. Siklus pengeluaran adalah kegiatan usaha yang dimulai dengan akuisisi bahan, properti, dan tenaga kerja dengan imbalan uang tunai. Sebagian besar transaksi pengeluaran didasarkan pada hubungan kredit antara pihak trading. 2. Siklus konversi terdiri dari dua subsistem utama, yaitu sistem produksi dan sistem akuntansi biaya. Sistem produksi melibatkan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian produk fisik. 3. Perusahaan menjual barang jadi kepada pelanggan melalui siklus pendapatan yang melibatkan penjualan tunai, dan penerimaan kas setelah penjualan kredit. 2.2
Siklus Pendapatan Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba rugi menunjukkan pendapatan yang
13
diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan. 2.2.1
Pengertian Pendapatan Menurut godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, dan Holmes (2011 : 292), “Pendapatan adalah kunci elemen akuntansi dan mendasar untuk melaporkan kegiatan perusahaan, sehingga sangat penting untuk diartikan. Pendapatan harus dilakukan dengan meningkatkan gross dalam nilai aset dan modal, dan bahwa kenaikan pada akhirnya berkaitan dengan uang tunai. Untuk pengoperasian bisnis, arus kas dibuat secara dominan oleh produksi dan penjualan output dari entitas.” Menurut Sarosa (2009 : 18), “Pendapatan terdiri dari semua aktivitas penjualan dan penerimaan kas. Aktivitas yang harus dicatat adalah penerimaan order dari konsumen, penjualan, dan penerimaan kas.” Menurut Kuswandi, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode, arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal (ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Menurut Gibson (2011 : 47), “Pendapatan berasal dari barang atau jasa yang dijual ke pelanggan. Perusahaan memperoleh
14
pendapatan dari penjualan produk utamanya, dan penjualan biasanya dtampilkan bersih dari diskon, retur, serta tunjangan. Menurut Kieso, Weygant, dan Warfield (2011 : 954), “Pendapatan adalah suatu hal yang diperoleh dari operasi biasa dan disebut dengan berbagai nama seperti penjualan, biaya, sewa, bunga, royalti, dan pendapatan jasa. Keuntungan, di sisi lain, mungkin atau mungkin tidak akan timbul dalam kegiatan usaha normal. Pendapatan khas adalah keuntungan atas penjualan aset tidak lancar atau keuntungan yang belum direalisasi berhubungan dengan investasi atau aset tidak lancar. Prinsip pengakuan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke perusahaan dan manfaat sehingga dapat diukur dengan handal.” Empat transaksi pendapatan dapat diakui sesuai dengan prinsip berikut ini : 1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk pada tanggal penjualan. Tanggal ini biasanya ditafsirkan dengan tanggal pengiriman ke pelanggan. 2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, pada saat jasa telah dilakukan dan dapat ditagih. 3. Perusahaan mengakui pendapatan dari memungkinkan orang lain untuk menggunakan aset interprise, seperti bunga, sewa, dan royalti, seiring berjalannya waktu atau sebagai aset yang digunakan.
15
4. Perusahaan mengakui pendapatan dari membuang aset selain produk pada tanggal penjualan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan suatu hasil kegiatan transaksi berjalan dari sebuah kegiatan jual beli dalam perusahaan, dimana biaya yang dikeluarkan setara dengan pendapatan bahkan dapat melewati modal usaha yang sudah dikeluarkan dengan memberikan pengakuan sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan. 2.2.2
Karakteristik Pendapatan Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses perbandingan. 1.
Sumber Pendapatan Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal; laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap; surat berharga; ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan; hadiah, sumbangan atau penemuan; revaluasi aktiva tetap; dan penjualan produk perusahaan.
16
2.
Produk dan Kegiatan Utama Perusahaan Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.
3.
Jumlah
Rupiah
Pendapatan
dan
Proses
Penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan
kali
kuantitas
terjual.
Perusahaan
umumnya
akan
mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto. 2.2.3
Pengakuan Pendapatan Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraanperkiraan
dan
laporan
keuangan
seperti
aktiva,
kewajiban,
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
17
Berikut ini dipaparkan empat kriteria mendasar pendapatan yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui : 1.
Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
2.
Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3.
Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
4.
Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral. Jadi, semua pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan harus
melalui pengakuan terhadap beberapa item atau produk yang dipasarkan. Pendapatan juga mempengaruhi modal yang telah di keluarkan sehingga merubah pelaporan keuangan yang berkaitan dengan aktiva, kewajiban, dan beban. 2.3
Penelitian Terdahulu 2.3.1
Prosedur-prosedur dalam Siklus Pendapatan (Friska 2012 : 20-23), “Menguji dan memodifikasi teori menurut Romney dan Steinbart (2006, p356) terhadap prosedur atau kegiatan kerja dalam siklus pendapatan, diantaranya sebagai berikut :
18
A.
Sales order entry ( Proses Penerimaan Pesanan ) Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p356-362 ), dapat disimpulkan bahwa kagiatan siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggannya. Proses penerimaan pesanan pelanggan sendiri terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1.
Taking Customer Order, merupakan tahap dimana data pesanan pelanggan dicatat kedalam sales order yang berupa nomor barang, jumlah barang, harga dan keterangan penjualan lainnya.
2.
Credit Approval, untuk penjualan kredit, maka harus melalui tahap persetujuan kredit terlebih dahulu, artinya batasan kredit untuk seorang pelanggan harus disetujui terlebih dahulu sebelum melakukan proses lebih lanjut. Penentuan limit kredit seorang
pelanggan
tergantung
dari
kebijakan
manajemen
perusahaan yang penentuannya berdasarkan sejarah pembayaran kredit masing – masing pelanggan. 3.
Checking Inventory Availability, merupakan tahap untuk mengecek ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan untuk kemudian diinformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman pesanan pelanggan.
B.
Shipping (Proses Pengiriman Barang) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p363-365) dapat disimpulkan bahwa kegiatan selanjutnya setelah penerimaan pesanan
19
pelanggan adalah pengisian pesanan pelanggan dan pengiriman pesanan pelanggan. Proses ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu : 1.
Picking And Packing The Order, merupakan tahap dimana fungsi gudang akan menggunakan Picking ticket untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah masing – masing produk yang akan dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikeluarkan tersebut harus dihitung dan dicatat dalam picking ticket, untuk kemudian diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirimkan.
2.
Shipping The Order, merupakan tahap dimana fungsi pengiriman akan membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang ada pada picking ticket dan sales order. Fungsi pengiriman akan membawa bill of lading yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan tanggung jawab terhadap barang yang dikirimkan.
C.
Billing (Proses Penagihan) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p367-369) dapat disimpulkan bahwa, kegiatan selanjutnya setelah proses pengiriman barang adalah berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1.
Invoicing, merupakan tahap pemrosesan informasi yang di kumpulkan kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai pada kegiatan pengiriman. Tahap ini menggunakan dokumen Sales Invoice yang menegaskan pada pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh
20
pelanggan
dan
kemana
pelanggan
harus
mengirimkan
pembayaran. 2.
Maintain Accounts Receivable, merupakan tahap dimana fungsi pihutang dibagi menjadi 2 tugas utama yaitu menggunakan informasi dalam invoice untuk men-debit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Tiga cara untuk mengendalikan pihutang, antara lain sebagai berikut : a)
Open Invoice Method, Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing – masing invoice. Biasanya, terdapat 2 rangkap invoice yang akan di kirimkan kepada pelanggan dimana 1 rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini dinamakan remittance advice.
b)
Balance Forward Method, pelanggan biasanya akan melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah yang ada pada laporan bulanan, yang kemudian dibandingkan dengan invoice satuan. Laporan bulanan akan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta menginformasikan kepada pelanggan mengenai jumlah saldo piutang terakhir pelanggan bersangkutan.
c)
Cash collection (Proses Penerimaan Kas) Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p371 ) dapat disimpulkan bahwa, aktivitas siklus pendapatan diakhiri
21
dengan penerimaan kas. Fungsi kasir akan melaporkan penerimaan,
menangani
remittance
pelanggan
dan
menyetorkan uang yang diterimanya ke bank.
2.4
Anggaran Anggaran yang lebih baik dapat meningkatkan departemen dan karir anda ke tingkat yang lebih tinggi dari kinerja dan keberhasilan. Setiap orang menggunakan proses penganggaran untuk mengambil stok arah mereka, dan memperbaiki tujuan. Penganggaran mengungkapkan posisi mereka di pasar, menempatkan sumber daya yang belum dimanfaatkan di bawah perintah, dan memotivasi semua karyawan untuk lebih menaikkan produktivitas yang lebih besar. Menurut Shim, dan Siegel (2009 : 03), “Penganggaran adalah perencanaan dan sistem kontrol yang berkomunikasi dengan semua anggota organisasi sesuai dengan apa yang diharapkan dari mereka. Perencanaan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.”
2.4.1
Tipe Anggaran Beberapa bagian anggaran yang diperlukan untuk memahami seluruh
gambaran
berhubungan.
1. Anggaran Induk
dan
bagaimana
anggaran
tersebut
saling
22
Anggaran induk adalah rencana keuangan dan operasional secara keseluruhan untuk kalender yang akan datan atau tahun fiskal.
2. Operasi dan Anggaran Keuangan Anggaran operasional berkaitan dengan biaya untuk barang atau jassa yang dihasilkan. Anggaran keuangan meliputi aset yang diharapkan, kewajiban, dan ekuitas bisnis.
3. Anggaran Kas Anggaran kas adalah untuk perencanaan kas dan kontrol, serta membantu manajemen menjaga saldo kas dalam hubungan yang wajar dengan kebutuhan dan membantu dalam menghindari kemungkinan kekurangan kas.
4. Anggaran Tetap Anggaran tetap ialah anggaran yang dianggarkan pada tingkat kapasitas yang diharapkan. Tunjangan yang ditetapkan untuk tujuan tertentu dengan keterbatasan moneter digunakan ketika keuangan sebuah perusahaan relatif stabil. 5. Anggaran Fleksibel Anggaran fleksibel ini paling sering digunakan oleh perusahaanperusahaan. Memungkinkan untuk variabilitas dalam bisnis dan
23
untuk perubahan yang tak terduga. Hal ini bersifat dinamis, bukan statis.
6. Anggaran Belanja Modal Anggaran belanja modal adalah daftar proyek-proyek jangka panjang yang penting untuk dilakukan dan modal yang akan dibeli. Perkiraan biaya proyek dan waktu belanja modal yang disebutkan bersamaan dengan bagaimana modal tersebut harus dibiayai.
7. Program Anggaran Pemograman anggaran adalah memutuskan pada program yang akan didirikan dan seberapa banyak. Sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan review program yang ada dan baru. Jadi setiap pengendalian dan penerapan hubungan antara sistem informasi akuntansi dan pengendalian manajemen ialah harus sesuai dengan prinsip serta siklus akuntansi yang brekaitan dengan anggaran pendapatan dimana perusahaan Umum DAMRI menggunakan sistem tersebut sebagai pedoman dalam menghitung dan menganalisis setiap pendapatan yang mereka terima. 2.5
COSO Framework Teori dasar yang penulis digunakan dan menjadi standar mendasar pengamatan adalah Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang menyebabkan kecurangan pelaporan keuangan dan membuat
24
rekomendasi untuk mengurangi insiden. COSO telah mendirikan sebuah definisi umum dari kontrol internal, standar dan kriteria terhadap perusahaan dan organisasi bisa menilai sistem kontrol mereka. COSO didirikan pada tahun 1985 dan disponsori oleh 5 asosiasi akuntansi besar seperti; American Association Akuntansi (AAA), Ikatan Akuntan Manajemen (IMA), Institute of Internal Auditors (IIA), AICPA, dan Financial Eksekutif Internasional (FEI). Model COSO sendiri digunakan sebagai metode pengendalian internal pada tahun 1992, dan AICPA mengadopsi COSO sebagai pernyataan Standar Auditing (SAS) Nomor 78, "Pertimbangan Pengendalian Internal dalam Audit Laporan Keuangan" (Kim, 2008). Menurut kerangka COSO, pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait. Komponen-komponen ini memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menggambarkan dan menganalisis sistem pengendalian intern diimplementasikan dalam sebuah organisasi. Kelima elemen itu: Control Environment, Risk Assessment, Control Activities, Information and Communication, and Monitoring Activities (Kim, 2008). Berikut merupakan penjelasan yang lebih lanjut kelima komponen tersebut : 1. Control Environment, yang didirikan landasan bagi sistem pengendalian intern dengan menyediakan disiplin dan struktur dasar. 2. Risk Assessment, yang melibatkan identifikasi dan analisis oleh manajemen-tidak internal kontrol risiko yang relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
25
3. Control Activities, atau kebijakan, prosedur, dan praktek-praktek yang menjamin tujuan manajemen tercapai dan strategi mitigasi risiko yang dilakukan. 4. Information and Communication, yang mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan mengkomunikasikan tanggung jawab kontrol untuk karyawan dan dengan memberikan informasi dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan orang untuk menjalankan tugasnya. 5. Monitoring Activities, yang meliputi pengawasan eksternal pengendalian internal oleh manajemen atau pihak lain di luar proses, atau penerapan metodologi independen; seperti prosedur disesuaikan atau daftar standar, oleh karyawan dalam proses. Perusahaan akan menilai sejauh mana dokumentasi yang diperlukan, manajemen berdasarkan keputusannya pada tingkat risikio berikut ini (Ketua, et.al, 2005) : a. Area berisiko tinggi, kategori daerah berisiko tinggi jika ada proses kritis yang memerlukan dokumentasi proses, termasuk risiko / kontrol matriks untuk menggambarkan risiko utama dan kontrol yang mengurangi risiko. Peta proses dan narasi juga dikembangkan untuk menggambarkan aliran transaksi dalam proses dan untuk mengidentifikasi titik kontrol. Kontrol diidentifikasi sebagai preventif atau detektif; dan apakah manual atau sistem berbasis. Kebijakan dan prosedur juga dikembangkan bahwa panduan membantu karyawan dan kegiatan pengendalian. b. Area berisiko sedang, kategori daerah berisiko menengah jika ada proses yang manajemen mempersiapkan dokumentasi proses yang meliputi risiko / mengontrol matriks untuk menggambarkan risiko utama dan kontrol yang
26
mengurangi risiko. Peta proses dan narasi yang dikembangkan di mana berlaku pada tingkat tinggi. Kebijakan dan prosedur dikembangkan, tetapi mungkin kurang formal di dokumentasikan. c. Low Risk Lokasi, kategori daerah berisiko rendah jika ada proses yang membutuhkan dokumentasi proses minimal. Tingkat dokumentasi dapat mencakup kebijakan / prosedur dan kontrol yang berlaku. 2.5.1
Sejarah COSO Framework COSO sebelum tahun 2000. US Securities and Exchange Commission (SEC) didirikan COSO bersama dengan lembaga lain pada tahun 1985 karena beberapa skandal dan penipuan yang terjadi di awal 80-an. Pada tahun 1992, Committe of Sponsoring Organizations of Treadway
Commission
(COSO),
mengeluarkan
laporan
yang
komprehensif tentang pengendalian internal. Motivasi untuk laporan COSO khawatir tentang kurangnya standar pengendalian internal seragam. Laporan COSO dimaksudkan untuk manajer dan auditor untuk digunakan dalam mengembangkan dan mengevaluasi sistem pengendalian internal. The COSO definisi menekankan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses dan bahwa itu adalah tanggung jawab dari organisasi manajemen, karyawan, dan direksi. Kontrol teknologi Informasi Bisnis (COBIT), pertama diterbitkan oleh ISACA pada tahun 1996, pengendalian internal yang terintegrasi dengan teknologi informasi. COBIT merupakan salah satu alat yang dapat membantu COSO pada meneliti dan mendeteksi masalah
27
pengendalian internal terkait dengan istilah teknologi informasi (Kim, 2008). COSO sejak tahun 2000. Kasus Enron dan Worldcom mungkin dianggap sebagai skandal akuntansi terbesar dalam sejarah. Karena kerugian yang telah dibuat, COSO dan lembaga audit lainnya dan organisasi, harus memeriksa dan meninjau standar mereka tentang pengendalian internal. Pada tahun 2002, SOX (Sarbanes-Oxley) menambahkan ekstensi dalam bagian 404 tentang pengendalian internal (Lembaga Auditor Internal, 2008). 2.5.2
Objektivitas COSO Framework COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai sebuah proses, dipengaruhi oleh dewan entitas direksi, manajemen dan personel lainnya. Ini dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam : 1. Efektivitas dan efisiensi operasi 2. Keandalan pelaporan keuangan 3. Kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku. Efektivitas dan efisiensi operasi juga merupakan tujuan utama dari sistem pengendalian internal, karena kebutuhan efektivitas dan efisiensi sangat penting untuk menentukan apakah pengendalian internal sudah sepenuhnya dilaksanakan atau tidak. Keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan hukum dan peraturan yang
28
berlaku juga akan terpenuhi jika kerangka COSO diterapkan sebagai alat sistem pengendalian intern perusahaan.