BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Pemeriksaan (Auditing) Berikut ini adalah beberapa definisi-definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber yaitu: 1.
Menurut Agoes (2012:4) dalam bukunya yang berjudul Auditing menyatakan bahwa, “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”
2.
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2015:24) dalam bukunya yang berjudul Auditing and Assurance Services menyatakan bahwa, “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.” Dari beberapa definisi beberapa pengarang di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa auditing merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang didapat dari suatu entitas secara objektif dan dilakukan oleh pihak independen dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Jenis-jenis Audit Menurut Agoes (2012:11), audit bisa dibedakan atas: 1.
Audit Operasional (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
9
10 2.
Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris), maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bepepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.
3.
Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan KAP.
4.
Audit Terkomputerisasi (Computer Audit) Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.
2.1.3Standar Auditing Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: a.
Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
b.
Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan .
11 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit c.
Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan
auditor
harus
menunjukkan
atau
menyatakan,
jika
ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
2.2 Audit Operasional 2.2.1 Pengertian Audit Operasional Menurut Boynton dan Johnson (2006:991) menyatakan bahwa, “Operational auditing is a systematic process of evaluating an organization’s effectiveness, efficiency, and economy of operations under management’s control and reporting to appropriate persons the result of the evaluation along with recommendations for improvements.” Menurut Agoes (2012:11) menyatakan bahwa, “Audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah berjalan efektif, efisien, dan ekonomis.” Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa audit operasional adalah suatu proses sistematis untuk mengevaluasi kegiatan operasi suatu organisasi dalam menilai efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi suatu kegiatan operasi dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi dan melaporkan hasil dari evaluasi kepada orang-orang yang tepat beserta rekomendasi untuk perbaikan.
2.2.2 Tujuan Audit Operasional Menurut Tunggal(2012:40),tujuan dari audit operasionalantaralain: 1.
Mengungkapkankekurangandanketidakberesandalamsetiapunsuryangdiujioleh
12 auditor
operasional
dan
untuk
menunjukkan
perbaikan
apa
yang
dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan. 2.
Untukmembantumanajemenmencapaiadministrasi operasi yang paling efisien.
3.
Untukmembantumengusulkankepadamanajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapaitujuanapabilamanajemenorganisasi
sendiri
kurangpengetahuantentang pengelolaan yang efisien. 4.
Untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.
5.
Untukmembantumanajemen,auditoperasionalberhubungandengansetiapfasedar i aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen.
6.
Untukmembantumanajemenpadasetiaptingkatdalampelaksanaanyangefektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
2.2.3 Manfaat Audit Operasional Menurut Tunggal (2012:96), manfaat audit operasional adalah sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi permasalahan yang timbul, penyebabnya dan alternatif solusi perbaikannya.
2.
Menemukan peluang untuk menekan pemborosan dan efisien biaya.
3.
Menemukan peluang untuk meningkatkan pendapatan.
4.
Mengidentifikasi sasaran, tujuan, kebijakan, dan prosedur organisasi yang belum ditentukan.
5.
Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur pencapaian sasaran dan tujuan organisasi.
6.
Merekomendasikan perbaikan kebijakan, prosedur, dan struktur organisasi.
7.
Melaksanakan pemeriksaan atas kinerja individu dan unit organisasi.
8.
Menelaah ketaatan/kepatuhan terhadap ketentuan hukum, tujuan organisasi, sasaran, kebijakan dan prosedur.
9.
Menguji adanya tindakan – tindakan yang tidak diotorisasi, kecurangan, atau ketidaksesuaian lainnya.
10.
Menilai sistem informasi manajemen dan sistem pengendalian.
11.
Menyediakan media komunikasi antara level operator dan manajemen.
12.
Memberikan penilaian yang independen dan objektif atas suatu organisasi.
2.2.4 Karakteristik Audit Operasional
13 Menurut Tunggal(2012:37), karakteristik audit operasional adalah sebagai berikut: 1.
Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif.
2.
Mencakup semua aspek perusahaan.
3.
Yangdiauditadalahseluruhperusahaanatausalahsatuunitnya(bagianpenjualan, bagian perencanaan, produksi, dan sebagainya) atau suatu fungsi, atau salah satu subklasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem pelaporan, pembinaan pegawai, dan sebagainya).
4.
Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan, unit, atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, dan tugasnya.
5.
Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar.
6.
Tujuan utamaaudit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif–tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi.
2.2.5 Tahap-tahap Audit Operasional Menurut Bayangkara (2015:11),secara garis besar ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit operasional, yaitu: 1.
Audit Pendahuluan Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan terkait dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh
untuk
mengidentifikasi
hal–hal
yang
potensialmengandung
kelemahan pada perusahaan yang diaudit. 2.
Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen
dalam
mendukung
pencapaian
tujuan
perusahaan.
Dari
hasilpengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku padaobyek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensipotensiterjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan.
3.
Audit Terinci
14 Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dankompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahapini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan lain dalam menguji permasalahan yang berkaitandengan tujuan audit. 4.
Pelaporan Pelaporan bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak – pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
5.
Monitoring Tindak Lanjut Tahap ini bertujuan untuk mendorong dan memastikan pihak – pihak yang berwenang telahmelaksanakan perbaikan sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudahmerupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut.
2.2.6 Temuan Hasil Audit Menurut Bayangkara (2015:5), terdapat 3 elemen pokok dalam melaksanakan temuan audit: 1.
Kondisi (Condition) Kondisi adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap pekerjaan lapangan (fieldwork).
2.
Kriteria (Criteria) Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu atau kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
3.
Penyebab (Cause) Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program atau aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggiatau sebaliknya bersifat negatif, program atau aktivitas berjalan dengan
15 tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan. 4.
Akibat (Effect) Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program atau aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan bahwa program atau aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
5.
Rekomendasi (Recommendation) Rekomendasi menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan masalah yang dikemukakan dalam temuan. Rekomendasi haruslah masuk akal diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa kondisi ini terjadi, penyebabnya, dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berulangnya hal tersebut.
2.2.7 Pengertian Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomisasi Dari berbagai uraian sebelumnya terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan inti persoalan dari kegiatan audit operasional, yaitu efisiensi, efektivitas,dan ekonomisasi.Menurut Bayangkara (2015:14), pengertian efisien, efektif dan ekonomis adalah sebagai berikut: 1.
Efisiensi(efficient) Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki.Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi).
2.
Efektivitas (effective) Efektivitas yaitu tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.Efektivitas merupakan ukuran dari output.
3.
Ekonomisasi (economic) Ekonomisasi berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas. Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola.
16 2.2.8 Hubungan Ekonomisasi, Efisiensi, Efektivitas Berikut ini disajikan diagram yang menjelaskan hubungan antara ekonomisasi, efisiensi, dan efektifitas adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hubungan Ekonomisasi-Efisiesi-Efektivitas Sumber : Bayangkara Gambar 2.1 menjelaskan bahwa, peningkatan customer realization menuntut kemampuan perusahaan untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan kemampuan (daya guna) produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Sementara di sisi lain, upaya memperkecil pengorbanan pelanggan menuntut perusahaan untuk mampu beroperasi secara ekonomis dan efisien. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan harus melibatkan aktivitas-aktivitas yang menambah nilai (value added activity) dalam operasinya. Pembahasan mengenai hubungan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas lebih menekankan pada bagaimana perusahaan memperkecil pengorbanan pelanggan dalam meningkatkan customer value, karena hal ini lebih mudah dihubungkan dengan topik pada bab ini tentang bagaimana perusahaan memperbaiki berbagai kelemahan yang terjadi melalui meningkatkan efisiensi proses dalam operasinya dan efektivitas pencapaian tujuan.
17 Ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna) merupakan tiga hal penting yang tidak dapat dipisahkan yang harus dicapai perusahaan dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya. Operasi yang berjalan hemat dan berdaya guna tanpa mengabaikan pencapaian tujuan perusahaan (hasil guna) akan mampu menghasilkan produk dengan harga pokok yang relative rendah dengan kualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produk yang dihasilkan dengan harga yang lebih rendah dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai pelanggan melalui pengorbanan yang lebih kecil, karena dalam hal ini perusahaan dapat menjualan produknya dengan harga relative lebih rendah daripada harga pesaing tanpa mengganggu keuntungan yang diharapkan.
2.3 Pengendalian Internal (Internal Control) 2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Krismiaji (2010:218), menyatakan bahwa, ”pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.” Menurut IAPI (2011:319.2) menyatakan bahwa, “Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan.” Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pengendalian internal adalah suatu proses yang dilakukan untuk melindungi kekayaan organisasi, mewujudkan efisiensi dan efektivitas operasi, dan memberikan kepastian mengenai kepatuhan terhadap peraturan, kebijakan, dan prosedur yang ditetapkan perusahaan.
2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Suhayati dan Rahayu (2010:221), tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga kategori berikut ini: 1.
Keandalan pelaporan keuangan Pengendalian yang dimaksudkan untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang disusun oleh manajemen untuk pemakai
18 eksternal telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2.
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan manajemen dalam pencapaian tujuan diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan.
3.
Efektivitas dan efisiensi operasi Pengendalian yang dimaksudkan untuk mendorong kemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan dalam
pengeloaan sumber daya perusahaan dan menyediakan informasi mengenai kinerja perusahaan serta pedoman bagi manajemen perusahaan dalam menetapkan perencanaan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian internal yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.3.3 Hubungan Audit Operasional dengan Pengendalian Internal Mengacu pada Tunggal(2012:21), dijelaskan bahwa pengendalian internal dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk membantu dalam pencapaian tujuannya. Dengan adanya internal control yang baik maka pengendalian sample untuk diaudit dapat dibatasi. Sebaiknya semakin lemah sistem Internal Control maka semakin banyak sample yang diambil. 1.
Internal Control yang sangat lemah, tidak menghalangi auditor dalam memberikan pendapat. Auditor menolak memberikan pendapat, apabila ruang lingkupnya dibatasi.
2.
Menentukan program pemeriksaan, jumlah sampel, jenis sampel, dan waktu pengujian yang harus dilaksanakan. Karena pertimbangan faktor biaya dan hasil pemeriksaan, maka tidak dapat dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan dari pos-pos neraca laba rugi, disamping pemeriksaan seluruhnya tidak menjamin bahwa pembukuan sudah benar.
19 2.4
Fungsi Penjualan, Penerimaan Kas, dan Piutang
2.4.1 Pengertian Penjualan Menurut Arens, Elder dan Beasley (2015:462) menyatakan bahwa, “Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan”. Menurut
Romney
dan
Steinbart
(2008:15),
penjualan
adalah
rangkaianaktivitasbisnisdankegiatanpemrosesaninformasiterkait
yang
terusberulangdenganmenyediakanbarangdanjasake
para
pelanggandanmenagihkassebagaipembayarandaripenjualan–penjualantersebut. Secara umum, penjualan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1.
Penjualan Tunai Penjualan tunai adalah sistem yang diberlakukan oleh perusahaan dalam menjual barang dengan cara mewajibkan pembeli untuk melakukan pembayaran harga terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli.
2.
Penjualan Kredit Penjualan kredit adalah sistem penjualan dimana pembayarannya dilakukan setelah barang diterima pembeli dengan jumlah dan jatuh tempo pembayaran yang disepakati oleh kedua pihak.
2.4.2 Pengendalian Internal Penjualan Menurut Agoes (2012:193) beberapa internal control yang baik adalah: a.
Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
b.
Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered)
c.
Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
d.
Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate.
e.
Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang).
f.
Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
20 g.
Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada masingmasing pelanggan.
h.
Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya.
i.
Mutasi kredit diperkirakan piutang yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwewenang.
j.
Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham, dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan dikenakan bunga atau tidak.
2.4.3 Siklus Penjualan Menurut Arens, Elder dan Beasley(2015:462), terdapat beberapa siklus penjualan yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pemrosesan pesanan pelanggan Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal keseluruhan siklus. Penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.
2.
Persetujuan penjualan secara kredit Sebelum barang dikirim, seseorang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut. Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali menyebabkan besarnya piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha menjadi tidak tertagih.
3.
Pengiriman barang Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumen pengiriman diperlukan untuk kepastian untuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan.
4.
Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek terpenting dari penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke pelanggan mencakup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara simultan memuktahirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk piutang usaha.
5.
Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga penjualan
21 Jika pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterimanya, bagian penjualan sering kali menerima pengembalian barang dan kemudian diberikan pengurangan harga retur dan pengurangan harga penjualan dan berkas induk piutang usaha. 6.
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Dalam pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian utama adalah memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat diberkas termasuk penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas memperbaharui berkas induk piutang usaha.
7.
Penghapusan piutang tak tertagih Penghapusan piutang tak tertagih terjadi ketika perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih lagi, maka jumlah tersebut harus dihapuskan dan biasa ini terjadi setelah pelanggan pailit dan piutang dialihkan ke agen penagihan.
8.
Penyisihan piutang tak tertagih Penagihan piutang tak tertagih merupakan gambaran dari penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan.
2.4.4 Tujuan Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan Menurut Arens, Elder & Beasley(2015:470), tujuan audit operasional atas fungsi penjualan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penjualan
tercatat
adalah
untuk
pengiriman
aktual
yang
dilakukan
kepadapelanggan non fiktif (keberadaan). 2.
Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan).
3.
Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat dengan benar (akurasi).
4.
Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi).
5.
Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat (tepat waktu).
6.
Transaksi penjualan dimasukan dengan pantas dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran).
22 2.4.5 Pengertian Kas Kas merupakan aktiva lancar, dimana dapat dipakai sebagai alatpembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan perhatian khusus karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan dalam kas.Kas disajikan pada urutan pertama dari aktiva. Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian kas, menurut Dunia (2008:125) menyatakan bahwa, “Kas (cash) adalah asset perusahaan yang paling likuid dank arena itu dicantumkan pada urutan asset yang pertama dalam kelompok asset lancar”. Yang dimaksud dengan kas adalah uang kas yang ada di perusahaan dan uang yang disimpan di bank, yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Unsur-unsur yang dapat di anggap sebagai kas adalah: a. Rekening giro di bank b. Cek-cek tunai yang diterima c. Pos wesel d. Traveler’s check e. Uang kas perusahaan (rupiah dan koin) Sehingga dapat disimpulkan bahwa kas merupakan pos aktivadalam neraca yang paling likuid, maksudnya dapat dengan mudah dipergunakan sebagai alat pertukaran dan menunjukkan daya beli secara umum, dimana dalam berbagai bentuk dinyatakan dengan nilai sekarang yang jelas dan pasti dapat ditetapkan. Dan kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan.Jadi suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas.Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen.
2.4.6 Pengertian Penerimaan Kas Menurut Hery (2013:173) penerimaan kas berasal dari hasil kegiatan normalbisnis perusahaan melalui penjualan tunai baik untuk perusahaan dagang
23 maupunperusahaan jasa, ataupun sebagian hasil penagihan piutang usaha dari pelanggan.Sedangkan penerimaan kas lain timbul dari kegiatan non – operasional perusahaan. Menurut Sucipto, Moelayati dan Sumardi (2011:3), Prosedurpengawasan penerimaan kas dapat dilakukan dengan cara berikut ini : 1. Adakan pembagian tugas antara fungsi penerimaan, pencatatan danpengiriman kas. 2. Setiap penerimaan kas dibuatkan bukti penerimaan kas dan segera dicatat kemudian disetorkan ke bank. 3. Bedakan fungsi pengelolaan kas dan fungsi penerimaan kas. 4. Buat laporan kas setiap hari. 5. Secara internal, tanpa pemberitahuan dulu adakan pemeriksaan kas.
2.4.7 Prosedur Penerimaan Kas Menurut Krismiaji (2010:331) kas dapat dengan mudah dicuri, maka kasperlu memperoleh perlindungan yang memadai. Perlindungan untuk penerimaan kasmasuk memiliki prosedur. Berikut adalah prosedur penerimaan kas : 1. Bagian Surat Masuk a. Departemen ini menerima surat pelunasan dari pelanggan, kemudian petugasmembuka dan mengeluarkan cek beserta bukti kas masuk. b. Setelah dilakukan pemeriksaan visual, departemen ini akan mengesahkan cek dengan membubuhkan tanda tangan di balik lembar cek, dan membuat daftar penerimaan kas sebanyak 3 lembar. c. Departemen ini pula mendistribusikan daftar penerimaan kas sebagai berikut Lembar ke – 1 diserahkan ke bagian kasir yang akan digunakan untuk menyiapkan setoran ke bank.Lembar ke – 2 diserahkan ke bagian internal audit yang akan digunakan untuk membuat rekonsiliasi bank setiap bulan.Lembar ke – 3 diserhkan ke bagian piutang untuk digunakan sebagai dasar memutakhirkan catatan piutang. 2. Bagian Piutang Bagian ini mula – mula menerima daftar penerimaan kas dan bukti kas masuk, kemudian memasukkan data penerimaan kas ke komputer dan mengarsipkan dokumen tersebut urut tanggal. 3. Bagian Pengolahan Data
24 Setelah komputer menerima data penerimaan kas, departemen ini menjalankan program edit untuk memverifikasi akurasi entry data, sebagai berikut : a. Cek validitas terhadap nomor pelanggan dan nomor faktur. b. Closed-loop verification untuk menjamin bahwa rekening yang dikreditkan telah tepat. Setelah petugas memasukkan nomor rekening pelanggan, sistem menayangkan nama pelanggan yang berhubungan dengan nomor tersebut dan menanyakan untuk konfirmasi bahwa nama yang ditayangkan telah benar. c. Cek field data untuk menjamin bahwa hanya nilai numerik yang dimasukkan untuk field nilai pembayaran. d. Penjumlahan seluruh nilai yang dimasukkan dan pembandingan total tersebut dengan total batch yang telah dimasukkan sebelumnya oleh petugas. Departemen ini akan menjalankan program pembaruan piutang untuk mengkredit file induk pelanggan sebesar nilai pelunasan, mencap lunas faktur dan mencatatnya, mencatat seluruh kas yang diterima file penerimaan kas. Selanjutnya, komputer akan mencetak bukti setor bank sebanyak 2 lembar dan diserahkan kepada kasir. 4. Kasir Bagian ini mula – mula menerima daftar penerimaan kas dan cek dari petugas penanganan surat masuk. Selanjutnya bagian ini menerima 2 lembar bukti setor bank dan membandingkan bukti setor bank dengan cek dan daftar penerimaan kas, setelah memverifikasi dokumen-dokumen tersebut. Selanjutnya, kasir menyetorkan kas dan bukti setor bank ke bank dan mengarsipkan daftar penerimaan kas urut tanggal. 5. Bagian Piutang Setiap bulan, bagian ini akan membuat dan mencetak laporan pelanggan bulanan dan mengirimkannya kepada setiap pelanggan.
2.4.8 Tujuan Audit Operasional Atas Fungsi Penerimaan Kas Menurut Agoes (2012:167), tujuan diadakannya audit operasional atas fungsi penerimaan kas adalah sebagai berikut: 1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian internal yang cukup baik atas kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
25 2. Untuk memeriksa apakah saldo kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan. 3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas. 4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut di konversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
2.4.9 Pengendalian Internal atas Transaksi Penerimaan Kas Penerimaan kas merupakan hasil dari beberapa aktivitas.Sebagai contoh, kas diterima dari hasil transaksi penjualan, pinjaman jangka pendek atau jangkapanjang, serta aktiva lainnya. Lingkup bagian ini dibatasi pada penerimaan kas daripenjualan tunai dan penagihan dari pelanggan atas penjualan kredit. Menurut Agoes (2012:167), pengendalian internal yang baik atas penerimaan kas adalah sebagai berikut: a.
Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima dan mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas.
b.
Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan buku bank.
c.
Digunakan imprest fund system untuk mengelola kas kecil.
d.
Penerimaan kas, check, dan giro harus disetorkan ke bank dalam jumlah seutuhnya (intact)paling lambat keesokan harinya.
e.
Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brangkas atau di bank.
f.
Uang kas harus dikelola dengan baik, dalam arti jangan dibiarkan menganggur atau terlalu banyak disimpan di rekening giro, karena tidak memberikan hasil yang optimal.
g.
Blanko check dan giro harus disimpan ditempat yang aman supaya tidak disalahgunakan, selain itu harus dihindari penandatanganan check dalam bentuk blanko.
26 h.
Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan check/giro ditandatangani oleh 2 orang untuk menghindari penyalahgunaan.
i.
Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk back up seandainya terjadi kehilangan uang atau kecurangan yang dilakukan oleh kasir.
j.
Digunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered).
2.4.10 Pengertian Piutang Dalam bukunya yang berjudul Accounting Principles, Kieso (2011:398) menyatakan bahwa, “Accounts receivables are amounts owed by customers on account. They result from the sale of goods and services. Companies generally expect to collect these receivables within 30 to 60 days. Accounts receivables are the most significant type of claim held by a company.” Dari definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa piutang merupakan suatu substansi penting dalam perusahaan dimana akan berpengaruh pada aktiva perusahaan. Piutang yang memiliki jangka waktu kurang dari dua bulan atau lebih dari dua bulan tetapi kurang dari satu tahun, maka piutang tersebut akan diklasifikasikan ke dalam aktiva lancar. Namun ketika piutang diperkirakan akan dibayar dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, maka aktiva tersebut harus dikalsifikasikan sebagai aktiva tidak lancar, karena akan ada kemungkinan piutang tersebut tidak dapat dibayar oleh pelanggan. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Piutang Lancar dan Piutang Tidak Lancar Piutang lancar merupakan piutang yang dapat ditagih sebelm tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan perusahaan, sedangkan piutang tidak lancer merupakan piutang yang dibayarkan setelah jatuh tempo yang telah ditetapkan perusahaan.
b.
Piutang Dagang dan Piutang Non-dagang Piutang dagang adalah jumlah terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih. Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual.
27 Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30-60 hari. Wesel tagih adalah kontrak tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu dimasa depan. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Piutang Non-dagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa kontrak tertulis untuk membayar untuk mengirimkan sesuatu.
2.4.11 Pengendalian internal atas Piutang Usaha Menurut Agoes (2012:94), dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan, auditor melakukan 6 prosedur audit, antara lain: 1.
Unsur saldo piutang usaha yang tercantum dineraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
2.
Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.
3.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang.
4.
Unsur saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang ke kertas kerja tahun yang lalu.
5.
Usur posting pendebitan akun piutang usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.
6.
Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu piutang usaha.
2.5
Flowchart
2.5.1 Pengertian Flowchart Menurut Wiratna (2014), Flowchart atau diagram alir adalah diagram yang menggambarkan
aliran
proses
dari
suatu
sitem.
Flowchart
menggambarkan proses terjadinya suatu kegiatan perusahaan terjadi. Simbol-simbol utama yang digunakan dalam Flowchart: Terminal
Proses
Pertanyaan/ keputusan
juga
dapat
28 Input/ output (pada layar)
Output/ input (dalam bentuk file)
Penjelasan: 1. Terminal: menyatakan awal atau akhir dari suatu proses 2. Proses: menggambarkan proses atau aktifitas yang dilakukan, atau suatu proses kalkulasi 3. Pertanyaan/ keputusan: menggambarkan suatu pertanyaan dengan jawaban “Ya” atau “Tidak” 4. Input/ output: menggambarkan input data dari luar sistem dan output pada layar 5. Output: menggambarkan hasil yang ditampilkan dalam bentuk file
2.5.2 State Transition Diagram (STD) State Transition Diagram (STD) merupakan suatu modelling tool yang menggambarkan sifat ketergantungan pada waktu dari suatu sistem. Pada mulanya STD hanya digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang memiliki sifat real-time, seperti process control, telephone switching system, high speed data acquisition system, millitary command and control system, dan lainnya. Notasi yang digunakan pada STD adalah: State
Perubahan State Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun STD, yaitu: 1. State awal (initial state) hanya boleh ada satu 2. State akhir (final state) boleh lebih dari satu
2.6
Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah jurnal nasional dan internasional terkait dengan penelitian yang telah dilakukan:
29 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Julian Susanto (2013) dengan judul Audit Operasional Atas Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Aritma Mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas, menganalisis setiap kelemahan yang ada, mengetahui dan memberikan rekomendasi bagaimana cara perusahaan mengatasi kelemahan yang terdapat pada kegiatan operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Aritma Mandiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa fungsi penjualan dan penerimaan kas secara keseluruhan sudah terlaksana cukup baik, namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam kegiatan operasional perusahaan yang masih harus diperhatikan dan perusahaan perlu melakukan perbaikan dari kelemahankelemahan atas fungsi penjualan dan penerimaan kas, agar kegiatan operasional perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Bumi Maestroayu. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dengan pihak yang terkait, observasi, penelusuran dokumen yang terkait dengan fungsi penjualan dan penerimaan kas, membuat kuesioner yang berkaitan dengan pengendalian intern, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini secara umum aktivitas fungsi penjualan dan penerimaan kas telah dilaksanakan dengan cukup baik sesuai tetapi masih terdapat beberapa kelemahan yaitu perusahaan tidak menetapkan prosedur dan kebijakan penjualan dan penerimaan kas secara tertulis, tidak memiliki bagian personalia.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Alireza Khalili dan Reza Tehrani (2012) yang berjudul Prioritizing the Factors Influencing the Development of Operational Audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu pengembangan audit operasional didasarkan oleh 3 perspektif, yaitu individu, lingkungan dan organisasi. Ketiga perspektif tersebut ternyata merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pengembangan audit operasional. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan faktor penentu dalam pengembangan audit operasional.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Hussein Abdi (2013) yang berjudul Internal AuditingPractices and Internal Control System in Somali Remittance Firms.
30 Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit internal perusahaan remittance di Somalia memiliki situasi yang menguntungkan. Berarti bahwa perusahaan remittance di Somalia mendirikan audit internal yang efektif, mereka menggunakan audit internal untuk meninjau dan mengontrol kegiatan mereka, dan juga auditing mengukur kinerja manajemen sesuai dengan sistem pengendalian. Untuk dapat bertahan dan menjadi sukses maka perusahaan remittance harus mempertahankan sistem pengendalian internalnya. 5.
Penelitian yang dilakukan oleh Weixing Wang (2010) pada jurnal yang berjudul The Establishment of the Internal Control Frame System of Colleges. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam membangun system kerangka pengendalian internal pada perguruan tinggi adalah dengan mengkonfirmasi faktor dan target pengendalian internal. Faktor pengendalian internal terdiri dari lingkungan pengendalian, sistem kontrol, pengawasan, dan evaluasi. Target pengendalian internal terdiri dari efektivitas dan efisiensi sekolah, keamanan, dan integritas asset, informasi manajemen dan akuntansi yang sesuai fakta, lengkap, berguna, dan mengikuti hokum dan peraturan nasional.