5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Produksi (Manufaktur) Sebelum mengenal sistem produksi lebih jauh lagi, di bawah ini merupakan gambaran mengenai aliran sistem produksi dari awal sampai akhir:
Sumber: Production Planning and Inventory Control, Gaspersz
Gambar 2.1 Proses Produksi Dipandang Sebagai Suatu Sistem
Sumber: Production Planning and Inventory Control, Gaspersz
Gambar 2.2 Roda Deming dalam Sistem Industri Modern Roda Deming Gambar 2.2 menjelaskan bahwa informasi mengenai keinginan pasar (konsumen) diperoleh melalui riset pasar yang komprehensif.
6 Keinginan konsumen menjadi dasar bagian produksi dalam menentukan model dan spesifikasi yang dapat dirancang sehingga menghasilkan produk berkualitas dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektifitas proses produksi. Pemasaran produk dengan pelayanan yang baik perlu dilakukan agar produk dapat diterima oleh pasar (konsumen) (Gaspersz, 1998). Proses pada gambar 2.2 berlangsung secara berkelanjutan dan terus mengalami perbaikan. Suatu survei yang pernah diadakan menyatakan alasan pelanggan meninggalkan perusahaan adalah meninggal dunia (1%), pindah (3%), membentuk kelompok lain (5%), pesaing lebih baik (9%), produk mengecewakan (14%) dan sikap tidak berbeda dari perusahaan dalam memberikan pelayanan dari waktu ke waktu (68%). Alasan-alasan ini menunjukkan
perlu
adanya
perbaikan
terus-menerus
(continuous
improvement) dalam proses produksi untuk mempertahankan loyalitas pelanggan kepada perusahaan (Gaspersz, 1998).
2.2
Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Fast Moving Consumer Goods (FMCG) adalah produk yang dijual dengan cepat dan dengan biaya yang relatif rendah (Amarnath & Vijayudu, 2009). Meskipun keuntungan dari produk FMCG relatif kecil, tetapi umumnya perusahaan FMCG menjual dalam jumlah yang besar sehingga laba kumulatif yang didapat pada produk tersebut sangat besar (Sean Brierley, 2002). Produk FMCG memiliki umur penyimpanan relatif singkat akibat dari permintaan konsumen yang tinggi atau produk dengan kondisi cepat rusak. Menurut Sean Brierley (2002), berikut ini adalah karakteristik utama dari FMCG: 1. Dari perspektif konsumen: a. Frekuensi pembelian produk b. Harga produk rendah c. Keterbatasan dalam pemilihan produk sejenis 2. Dari perspektif produsen: a. Tingginya permintaan konsumen b. Kontribusi margin rendah c. Jaringan distribusi yang luas
7 2.3
Resource-Based View (RBV) Resource-Based View (RBV) merupakan teori terapan dari strategi manajemen SDM (Strategic Human Resources Management) yang dapat digunakan untuk mengembangkan model-model dan memungkinkan prediksi serta pemahaman terhadap pengaruh dari praktik-praktik sumber daya pada fungsi organisasi. Namun, sampai sekarang salah satu dari kekurangan yang paling nyata dari strategi manajemen SDM adalah kurangnya basis teori yang kuat untuk pengkajian fungsi dari strategi tersebut di dalam organisasi yang lebih besar (Mahoney & Deckop, 1986). Grant (1991) menyatakan ketidakpuasan dengan model keseimbangan statis dari organisasi ekonomi industri yang mendominasi bidang strategi, para peneliti meninjau kembali teori-teori lama tentang laba dan kompetisi yang berkaitan dengan pernyataan Ricardo (1817) dan Penrose (1959). RBV ini berbeda dari pandangan strategi tradisional dalam hal penekanan pada keunggulan kompetitif dalam konteks antara strategi dan sumber daya internal perusahaan. RBV berfokus pada internal perusahaan sedangkan pandangan analisis strategi tradisional lebih berfokus pada industri dan lingkungan. Menurut Barney (1991) keunggulan bersaing yang berkelanjutan hanya ada apabila upaya pihak lain gagal untuk meniru keunggulan tersebut, sedangkan teori RBV menyatakan keunggulan bersaing hanya dapat muncul dalam situasi heterogenitas dan imobilitas sumber daya perusahaan. Asumsi inilah yang berfungsi untuk membedakan model berbasis sumber daya dari model manajemen strategi tradisional. Model strategi tradisional menyatakan sumber daya selalu bergerak, dalam hal ini perusahaan dapat membeli atau membuat sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. Agar sumber daya tersebut memberikan keunggulan bersaing yang berkelanjutan, maka sumber daya harus memiliki 4 kriteria sebagai berikut: a) Memberikan nilai positif bagi perusahaan. b) Mempunyai sifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing yang ada sekarang ini. c) Sukar ditiru. d) Tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan pesaing.
8 Barney (1991) menyatakan bahwa dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil keunggulan bersaing berkelanjutan yang dimiliki suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan.
2.3.1 Sumber Daya Internal Perusahaan Menurut teori RBV sumber daya internal lebih penting untuk perusahaan
dibandingkan
faktor
eksternal
dalam
mencapai
dan
mempertahankan keunggulan bersaing (Brahmana, 2007). Menurut Fred R. David (2009) kinerja organisasi ditentukan oleh sumber daya internal yang dapat dikelompokan dalam 3 kategori: 1. Sumber daya fisik, meliputi semua pabrik dan peralatan, lokasi, sistem dan teknologi, bahan baku dan mesin. 2. Sumber daya manusia meliputi semua karyawan, pelatihan, pengalaman, kepandaian dan kemampuan. 3. Sumber daya organisasi meliputi struktur perusahaan, proses perencanaan dan strategi perusahaan.
2.3.2 Komponen Sumber Daya Internal Berikut ini komponen sumber daya internal perusahaan berdasarkan ketiga kategori sumber daya internal: 1. Human Capital Human capital merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan yang professional (Coff, 1997). Konsep human capital menjadi masalah menarik sejak terjadinya pergeseran ekonomi yang berbasis industri ke arah ekonomi yang mengarah pada kehandalan sistem komunikasi, informasi, dan pengetahuan. Menurut Derek Stockley (2003), perlunya human capital pada masa sekarang berdasarkan pada: a) Kuatnya tekanan persaingan keuntungan finansial dan non finansial. b) Pemimpin bisnis dan politik mulai mengakui bahwa memiliki orang dengan kemampuan dan motivasi tinggi dapat memberikan perbedaan peningkatan kinerja yang signifikan.
9 c) Untuk tumbuh dan beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus mengenali nilai dan kontribusi manusia. d) Terjadinya perubahan yang cepat dengan ditandai adanya proses teknologi baru tidak dapat bertahan lama apabila pesaing mampu mengadopsi teknologi yang sama. 2. Strategi Dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (2002) mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder). WF Glueck dan LR Launch (2008) mendefinisikan strategi sebagai
rencana
yang
disatukan,
luas
dan
berintegrasi
yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Secara umum strategi dapat didefinisikan sebagai rencana tentang serangkaian manuver yang mencakup seluruh elemen tangible maupun intangible untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan. 3. Sistem Terdapat dua aspek yang bisa menjelaskan pengertian sistem, yaitu aspek fisik dan aspek fungsi. Ditinjau dari aspek fisik, Scott (1996) mengatakan sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing), dan keluaran (output). Ada 4 ciri pokok sistem, yaitu sistem yang beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsurunsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi serta tujuan utama. Sedangkan ditinjau dari aspek fungsi, sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan dikembangkan
sesuai
dengan
skematis
yang
terintegrasi
dalam
melaksanakan suatu aktivitas utama dalam bisnis. Mc.Leod (1995) mendefinisikan
sistem
sebagai
sekelompok
elemen-elemen
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
yang
10 2.3.3 Kinerja Perusahaan Menurut Tika (2006) kinerja merupakan hasil fungsi pekerjaan seorang atau kelompok dalam organisasi yang dipengaruhi berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Oleh karena itu, kinerja perusahaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu berdasarkan pada standar yang ditetapkan.
2.3.4 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) adalah sumber daya yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan peran sebagai makhluk sosial adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri. Dalam pengertian praktis, SDM merupakan bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi (Greer, 1995). Untuk mendapatkan SDM berkualitas harus melewati serangkaian pelatihan dan pengembangan. Menurut Mathis (2002) pelatihan adalah suatu proses mencapai kemampuan tertentu untuk membantu tujuan organisasi. Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi: 1. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau need assessment. 2. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan. 3. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. 4. Menetapkan metode pelatihan. 5. Mengadakan percobaan dan revisi. 6. Mengimplementasikan dan mengevaluasi.
2.4
Market-Based View Sebuah inovasi yang membuat peningkatan layanan informasi dan telekomunikasi dapat menumbuhkan persaingan pasar. Struktur industri telekomunikasi semakin kompleks dengan adanya perubahan teknologi dan institusi (Mansell, 1993). Terdapat dua perspektif dalam menginterpretasikan pengaruh dari perubahan tersebut (Mansell, 1993). Pertama, model idealis yang diperoleh dari teori yang menggambarkan munculnya pasar persaingan sempurna. Pasar
11 persaingan sempurna ditandai dengan ketiadaan halangan bagi perusahaan untuk masuk dan keluar (Clark, 1961). Kedua, model strategis yang menggambarkan teori persaingan tidak sempurna, monopolistik dan oligopolistik. Model ini mengasumsikan perusahaan tidak menentukan ketidakstabilan oligopoli dimana ada perubahaan kerja sama dengan sengaja menggunakan strategi harga jangka pendek untuk mencapai pertahaanan jangka panjang dan kekuatan monopoli (Melody, 1985). Menurut Mansell (1993), dalam model strategis terdapat persaingan di antara perusahaan yang dominan tetapi persaingan tersebut tidak memberikan keuntungan yang sama kepada seluruh perusahaan dalam pasar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh: 1. Perubahan dalam keseimbangan kekuatan di antara pemasok sebagai akibat dari strategi investasi dan keputusan mengenai pengaturan dan kebijakan persaingan. 2. Perbedaan tingkat perkembangan permintaan. 3. Pengaruh yang tidak diharapkan dari pengembangan teknis.
2.5
SAP SAP adalah perusahaan aplikasi terbesar keempat dunia yang berpusat di Jerman dan berdiri sejak tahun 1972. SAP memiliki solusi yang komprehensif untuk mengatasi kebutuhan industri terutama manufaktur dan dapat juga membantu pengguna dalam menangani Customer Relationship Management, ERP, Product Lifecycle, Supply Chain Management, dan Supplier Relationship Management. SAP mengutamakan produknya bagi perusahaan kelas menengah atas. Keunggulan SAP adalah: 1. Sebagai sebuah aplikasi ERP, SAP tergolong sangat lengkap karena terdiri dari berbagai macam modul yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna yang bergerak pada berbagai macam bidang usaha. Modulmodul tersebut antara lain dapat membantu pengguna dalam hal Financial and controlling, Project System, Sales and Distribution, Production Planning, dan Material Management. 2. Implementasi SAP terbukti secara signifikan dapat mengurangi proses administrasi, mendukung cost reduction, dan meningkatkan produktifitas.
12 3. Hambatan memperoleh informasi dapat dihilangkan karena informasi yang ada bukan lagi milik unit kerja melainkan milik perusahaan. 4. Analisis dengan multidimensi. 5. Membuat laporan keuangan konsolidasi dengan multi accounting system dan multi currency. Kelemahan SAP adalah: 1. Untuk mendapatkan keuntungan penuh dari penggunaan SAP harus terjadi penggantian 90% hingga 100 % teknologi yang ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan berubahnya budaya kerja yang telah ada sebelumnya. 2. Penggantian sistem memerlukan biaya
yang tinggi dan waktu
implementasi berkepanjangan.
2.5.1 SAP R/3 Modules SAP R/3 mempunyai 12 jenis modul, dan beberapa di antaranya sudah terintegrasi dan dikombinasi
satu
sama
lain.
Berikut adalah jenis-jenis modul yang umum digunakan: Sumber : www.sap-erp.com
Gambar 2.3 Jenis Modul SAP R/3 2.5.1.1 Financial Accounting (FI) Financial Accouning adalah sebuah modul inti penting yang dirancang untuk memenuhi semua kebutuhan akuntansi dan keuangan organisasi. Informasi keuangan di FI tersedia secara real-time untuk kebutuhan revisi ke depannya (Wagner, 2007). Menurut SAP- team (2012), modul FI dibentuk oleh beberapa sub modul, yaitu: 1. Account Receivables (Piutang): bertanggung jawab untuk menangani semua posting dan catatan sebagai hasil dari Customer Sales Activity.
13 2.
Account Payable (Hutang): posting rekaman akun yang dihasilkan sebagai hasil dari Vendor Purchasing Activity dan juga secara langsung dihasilkan ke dalam General Ledger.
3. Asset Accounting: digunakan untuk mengelola aset tetap perusahaan. SAP memungkinkan pengguna untuk mengkategorikan aset dan mengatur nilai perhitungan penyusutan di setiap kelas aset. 4. Bank Accounting: pengelolaan transaksi bank dalam sistem termasuk pengelolaan kas perbankan. 5. Consolidation: menggabungkan laporan keuangan dari beberapa entitas dalam sebuah organisasi dan memberikan gambaran tentang keseluruhan posisi keuangan perusahaan. 6. Funds Management: menyediakan manajemen anggaran pendapatan dan pengeluaran dari perusahaan serta melacak anggaran pendapatan ke bagian yang bertanggung jawab. 7. General Ledger: bagian ini sepenuhnya adalah modul SAP yang terintegrasi dengan lainnya. Modul SAP lain dalam General Ledger ini adalah semua posting akuntasi yang sudah direkam. Posting tersebut ditampilkan secara real-time untuk memberikan visibilitas yang up-todate dari rekening keuangan. 8. Special Purpose Ledger: mendefinisikan general ledger untuk tujuan pelaporan dan dikumpulkan dari aplikasi internal dan eksternal melalui proses SAP. 9. Travel Management: menyediakan manajemen semua kegiatan perjalanan termasuk perjalanan pemesanan dan penanganan biaya (expenses) yang berhubungan dengan perjalanan.
2.5.1.2 Controlling (CO) Controlling (CO) merupakan aliran dari biaya dan pendapatan yang memberikan dukungan informasi yang diperlukan oleh manajemen dengan tujuan perencanaan, pelaporan dan pengambilan keputusan. Pada dasarnya CO adalah alat manajemen untuk keputusan organisasi (Wagner, 2007). Menurut SAP-team (2012) modul CO ini memiliki beberapa sub modul, yaitu:
14 1. Cost Element Accounting: menyediakan semua informasi yang berkaitan dengan biaya dan pendapatan dalam sebuah organisasi. 2. Cost Center Accounting: menyediakan informasi yang berkaitan dengan biaya yang ditimbulkan oleh kegiatan bisnis. Cost Center Accounting biasanya ditugaskan untuk departemen atau manajer penanggung jawab untuk daerah-daerah tertentu dari bisnis dan bidang-bidang fungsional dalam organisasi. 3.
Internal Orders: digunakan sebagai metode untuk mengumpulkan biaya dan transaksi bisnis yang berhubungan dengan tugas tertentu.
4. Activity-Based Costing: meningkatkan Cost Center Accounting yang memiliki pandangan berorientasi pada proses dan lintas fungsional dari pusat biaya. 5. Product Cost Controlling: menyediakan kemampuan untuk menganalisis biaya produk sehingga mendapatkan harga optimal untuk memasarkan produk. 6. Profitability Analysis: membantu meninjau ulang informasi berkaitan dengan margin keuntungan atau kontribusi perusahaan yang ditangani oleh segmen usaha. Ada dua metode yang berguna dalam hal menganalisis: a. Account-Based Analysis: menggunakan pendekatan penilaian berbasis akun. b. Cost-Based Analysis: menggunakan pendekatan penilaian berbasis biaya sebagaimana ditetapkan oleh pengguna. 7. Profit Center Accounting: menyediakan visibilitas keuntungan organisasi dan kerugian profit center.
2.5.1.3 Material Management (MM) Modul
Material
Management
digunakan
untuk
penanganan
pengadaan raw material dari pemasok ke konsumen dan manajemen persediaan material dari storage ke work-in-process (WIP) kemudian ke bagian pengiriman barang jadi dan berakhir kepada konsumen (Wagner, 2007). Menurut SAP-team (2012) MM memiliki beberapa sub komponen, yaitu:
15 1. Consumption Based Planning: penawaran saham dengan memanfaatkan pengisian perencanaan kebutuhan material (MRP), menentukan prosedur lot-sizing dan melakukan peramalan. 2. Purchasing: menyediakan kemampuan untuk menentukan sumber-sumber untuk memasok bahan atau jasa, pelacakan pengiriman dari vendor, dan memantau pembayaran kepada vendor. 3. Inventory Management: mengendalikan persediaan material dan catatan pelayanannya, mengontrol dan melacak semua pergerakan barang, penerimaan, pengembalian penerimaan, transfer saham, pemesanan, persediaan fisik, penentuan saham, dan penanganan batch. 4. Invoice Verification: mendukung penilaian verifikasi dan material seperti Last In First Out (LIFO) dan First In First Out (FIFO), revaluasi untuk perubahan harga, perubahan pada faktur untuk kredit, pajak, diskon tunai, pemeriksaan faktur, mendefinisikan dampak rekening untuk faktur, membatalkan faktur, biaya pengiriman, dan menentukan varian faktur. 5. External Services Management: mendukung pelayanan pengadaan eksternal vendor dan memberikan perintah atau menerima jasa.
2.5.1.4 Sales and Distribution (SD) Modul sales and distribution (SD) adalah bagian dari modul logistik yang mendukung konsumen. Modul dimulai dari catatan pesanan, keseluruhan cara pendistribusian sampai berakhir pada billing konsumen. Modul SD terintegrasi dengan modul fungsional Material Management (MM) dan Production Planning (PP). Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memasukkan harga penjualan konsumen dan memeriksa pesanan terbuka serta perkiraan (Wagner, 2007). Menurut SAP-team (2012) integrasi antara modul SD dengan modul PP dan MM terjadi pada bagian: 1. Shipping: ketika menjual produk yang tersedia di gudang, pegawai penjualan dapat memulai kegiatan pengiriman dengan membuat dokumen pengiriman keluar (Delivery Order). 2. Billing:
Departemen
Keuangan
perusahaan
menyusun
dokumen
penagihan dan mengirim formulir faktur kepada pelanggan. Isi faktur adalah meminta pelanggan untuk membayar produk yang sudah dikirim
16 pada kondisi harga dan syarat pembayaran telah disepakati dalam dokumen Sales Order.
2.5.1.5 Production Planning (PP) Tujuan dari modul PP adalah untuk mengatur informasi produksi dan memastikan manufaktur berjalan efektif serta efisien sehingga menghasilkan produk sesuai kebutuhan pelanggan. Modul SAP ini menangani Master Data yang diperlukan seperti Bill Of Material (BOM), Routing (rute) dan Work Center (pusat kerja) serta menyimpannya dalam satu komponen terpisah (Wagner, 2007). Menurut SAP-team (2012) ada beberapa sub modul PP yang terintegrasi dengan komponen SAP, yaitu: 1. Master Data: termasuk material master, work centers, routing dan bill of material (BOM). 2. Sales
and
Operation
Planning:
menyediakan
berbagai
macam
perlengkapan untuk peramalan penjualan dan perencanaan produksi berdasarkan data masa lalu, saat ini dan masa depan. 3. Distribusi Resource Planning: memungkinkan untuk merencanakan permintaan untuk pusat distribusi. 4. Production
Planning:
termasuk
peramalan
material,
manajemen
permintaan, perencanaan jangka panjang dan master production scheduling (MPS). 5. Material
Requirements
Planning:
bergantung
pada
unsur-unsur
permintaan dan penawaran dengan parameter perhitungan untuk menghitung kebutuhan bersih sejak dibuatnya perencanaan awal. 6. Shop Floor Control: termasuk proses pesanan produksi, pergerakan barang, konfirmasi dan alat-alat pelaporan untuk produksi. 7. Planning Capacity: mengevaluasi kapasitas yang digunakan berdasarkan kapasitas
pekerjaan
pusat
yang
tersedia
untuk
menunjukkan
keterbatasannya. 8. Repetitive Manufacturing: proses manufaktur ini biasanya sederhana dalam memproduksi produk yang sama dalam jangka waktu yang lama. 9. Cost Product Planning: mengevaluasi semua nilai waktu dan nilai bahan komponen untuk menentukan biaya produk.
17 2.6
Teori Regresi Linier Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen, prediktor; X). Menurut Akbar (2006), ada dua macam regresi yang sering dipakai pada kasus-kasus permasalahan tertentu, yaitu: 1. Analisis Regresi Tunggal yaitu analisis hubungan fungsional antara satu variabel dependent dan variabel independent. 2. Analisis Regresi Ganda yaitu analisis hubungan fungsional lebih dari satu variabel independent. Menurut Gujarati (2006) tujuan analisis regresi, yaitu: 1. Mengestimasi dan memprediksi nilai rata-rata variabel dependent dan variabel independent. 2. Menguji hipotesis mengenai hubungan-hubungan kausalitas antara variabel dependent dan variabel independent.
2.7
Konsep Structural Equation Modeling (SEM) Menurut Wijanto (2008) ada beberapa karakteristik SEM yang dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen model SEM yang terdiri dari: 1. 2 Jenis Variabel, yaitu Variabel Laten (Latent Variable) dan Variabel Teramati (Observed atau Measured atau Manifest Variable). 2. 2 Jenis Model, yaitu Model Struktural (Structural Model) dan Model Pengukuran (Measurement Model). 3. 2 Jenis Kesalahan, yaitu Kesalahan Struktural (Structural Error) dan Kesalahan Pengukuran (Measurement Error). Agar komunikasi dalam penyampaian tentang ide konsep dasar SEM dapat berjalan secara efektif, maka dapat menggunakan path diagram sebagai sarana komunikasi. Path diagram menggambarkan atau menspesifikasikan model SEM dengan lebih jelas dan mudah, terutama jika dibandingkan dengan menggunakan model matematika SEM. Selain itu path diagram juga dapat mempermudah konversi model ke dalam perintah atau sintak dari SEM. Demikian juga, jika path diagram model digambar secara benar dan
18 mengikuti aturan yang telah ditetapkan, maka model dapat diturunkan menjadi model matematika.
2.8
Pengujian Hipotesis Hasil pengujian dengan analisis statistik dapat memberikan suatu keputusan untuk menolak atau tidak
. Jika
diterima, maka
ditolak,
dan begitu juga sebaliknya (Akbar, 2006). Dalam pengujian hipotesis dapat terjadi dua macam kesalahan, yaitu: kesalahan tipe 1, menolak hipotesis yang seharusnya tidak ditolak, dan tipe 2, tidak menolak hipotesis yang seharusnya ditolak. Untuk mengatasi ini, maka perlu ditentukan risiko kesalahan yang diambil, yaitu dengan menentukan besarnya taraf kesalahan (signifikansi) atau α nya (Akbar, 2006). Taraf signifikansi dinyatakan dalam dua atau tiga desimal atau dalam persen. Lawan dari taraf signifikansi adalah taraf kepercayaan (confidence interval) dimana jika taraf signifikansi = 5%, maka taraf kepercayaan (confidence interval) = 95%. Penentuan besarnya α tergantung pada keinginan peneliti sebelum analisis statistik dilakukan. Dalam pengujian hipotesis perlu disebutkan asumsi yang dipakai, yaitu data sampel dan populasi yang berdistribusi normal. Penentuan bahwa
ditolak atau
diterima tergantung dari perbandingan nilai t-value dengan t-tabel (Akbar, 2006).
2.9
Uji Normalitas Untuk mengetahui data yang digunakan berdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas. Salah satu cara dalam pengujian normalitas data adalah uji skewness dengan membandingkan nilai Z kritis dengan Z skewness data. Apabila Z skewness < Z tabel, maka data memenuhi syarat normalitas (Ghozali, 2005). Nilai Z statistik untuk Skewness dapat dihitung dengan rumus (Ghozali, 2005):
ZSkewness =
Skewness 6N
Dimana : S
: Nilai Skewness
19 N
2.10
: Jumlah Kasus
Aplikasi MS Excel, Minitab, dan LISREL
2.10.1 Aplikasi MS Excel MS Excel merupakan salah satu paket program pengolah angka (spreadsheet) yang paling popular dan sangat mudah digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka (Retna, 2007). Ms Excel sangat membantu untuk menyelesaikan permasalahan administratif mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
2.10.2 Aplikasi Minitab Minitab adalah aplikasi statistik yang umum yang digunakan karena memiliki kemampuan analisis data yang baik dalam menangani analisis percobaan dengan faktor tetap dan acak (termasuk model campuran) (Montgomery, 2011).
2.10.3 Aplikasi LISREL Linear Structural Relationships (LISREL) secara teknis merupakan sebuah program komputer yang ditemukan oleh Karl.G Joreskog dan Dag Sorbom. LISREL berguna dalam menghitung analisis statistik, salah satunya adalah perhitungan kecocokan dan validitas model serta analisis struktur kovarian (Siguaw, 2000).