10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi
Accounting Information System is a subsystem of a management system (MIS) that provides accounting and financial information as well as other information in the routine processing of accounting transactions.(Rama dan Jones, p24.2006). Accounting Informationn System that gathers data describing the firm’s activities, transform the data into information, and makes the information available to users both inside and outside the firm.(McLeod,p219.2001). Dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi merupakan sekumpulan subsistem yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dimana kumpulan subsistem tersebut akan mengolah data - data yang ada menjadi suatu informasi yang berguna.
2.1.1
Komponen S istem Informasi Akuntansi
M enurut pendapat Romney dan Steinbart (2003), komponen Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari : 1. People : siapa yang mengoperasikan sistem dan melakukan fungsi –fungsi yang bervariasi.
11 2. Procedures : kegiatan organisasi baik secara manual ataupun secara otomatis mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. 3. Data perusahaan 4. Software yang digunakan oleh perusahaan untuk memproses data. 5. Information technology infrastructure, meliputi komputer dan jaringan komunikasi.
2.1.2
Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
M enurut Rama dan Jones (2006, p6), an AIS does gives five uses of accounting information : 1. Producing External Reports 2. Supporting Routine Activities 3. Decision Support 4. Planning and Control 5. Implementing Internal Control
Berdasarkan kesimpulan kami, poin terpenting dari lima kegunaan tersebut adalah fungsi SIA sebagai pendukung keputusan. SIA memang mampu memberikan kontrol bagi kehidupan keuangan suatu organisasi, dan juga harus dapat menyediakan laporan keuangan yang memadai, dan reliable, bukan hanya untuk organisasi tersebut tapi juga bagi pihak luar atau stakeholder ataupun dewan pajak.
2.1.3
Characteristics of the Accounting Information System
12
M enurut M cLeod (2001,p220), there are several characteristics of data processing that clearly distinguish the AIS from the other CBIS subsystems. The AIS: 1. Performs necessary tasks. The firm does not decide whether it wants to perform data processing. The firm is required by law to maintain a record of its activity. Elements in the environment such as the government, stockholders and owners, and the financial community demand that the firm engage in data processing. But even if the environment did not demand it, the firm’s management invariably would implement the AIS as a means of achieving and maintaining control. 2. Adheres to relatively standardized procedures. Regulations and accepted practices spell out how data processing is to be performed. Organizations of all types process their data basically the same way. 3. Handles detailed data. Since the data processing records describe the firm’s activities in a detailed way, they provide an audit trail. An audit trail is a chronology of activities that can be traced from the beginning to the end, and from the end to the beginning. 4. Has a primarily historical focus. The data gathered by the AIS generally describes what happened in the past. That is certainly the case when batch processing is used. 5. Provides minimal problem-solving information. The AIS produces some information output. The standard accounting reports, such as the income statement and the balance sheets, are examples.
13 2.2
Analisis Sistem
M enurut Widjajanto (2001, p65), Analisis Sistem adalah proses pengujian sistem yang ada dan lingkungannya dengan tujuan untuk menentukan berbagai perbaikan yang diperlukan. M enurut Hartono (2005,p129), Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian – bagian komponennya
dengan
maksud
untuk
mengidentifikasikan
dan
mengevaluasi
permasalahan – permasalahan, kesempatan –kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan – perbaikannya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis sistem secara umum adalah sebuah proses identifikasi terhadap komponen – komponen sistem yang sedang berjalan yang kemudian akan dievaluasi masalah – masalah yang terjadi pada sistem yang nantinya akan diberikan usulan – usulan perbaikan terhadap sistem. 2.3
Sistem Informasi Manajemen
2.3.1. Rancangan Sistem M enurut M cLeod (2001, p192) yang diterjemahkan oleh Teguh sebagai berikut : “Rancangan Sistem adalah penentuan proses data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang digunakan.”
14 M enurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004, p39) : “System Design is the specification or construction of a technical, computer based solution for the business requirement identified in a system analysis.” Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Perancangan Sistem adalah spesifikasi atau perwujudan dari solusi teknis berbasiskan komputer untuk kebutuhan bisnis yang diidentifikasikan di sistem analisis” Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, rancangan sistem merupakan suatu solusi dari permasalahan yang terjadi pada sistem yang berbasiskan komputer dan juga spesifikasi dari system hardware yang digunakan.
2.3.2. Computer Based Information System (CBIS) M enurut M cLeod(2001,p23) yang diterjemahkan oleh Teguh, “ Dalam beberapa hal, subsistem CBIS menyerupai suatu organism hidup-lahir,tumbuh,menjadi matang, berfungsi dan akhirnya mati. Proses evolusi ini disebut, siklus hidup sistem (system life cycle-SLC), dan tediri dari tahap-tahap berikut : Perencanaan, Analisis, Rancangan, Penerapan,Penggunaan. “ Berdasarkan pengertian diatas, computer based information system merupakan suatu solusi yang digunakan oleh perusahaan untuk memadukan antara para pengembang sistem, dan membuat suatu sistem informasi yang berbasiskan komputer untuk menghasilkan informasi yang akurat.
15 2.3.3 Konsep Database dan Database Management System M enurut M cLeod (2001,p258) yang diterjemahkan oleh Teguh,”Database adalah koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali “ M enurut M cLeod (2001,p269) yang diterjemahkan oleh teguh , “DBM S memungkinkan untuk menciptakan database dalam penyimpanan akses langsung ke komputer, memelihara isinya, dan menyediakan isi tersebut bagi pemakai tanpa pemrograman khusus yang mahal.” M enurut M cLeod (2001,p271) yang diterjemahkan oleh teguh, “DBM S dapat mengurangi pengulangan data, mencapat independensi data,mengintegrasikan data dari beberapa file, memperoleh data atau informasi secara cepat, dan meningkatkan keamanan DBM S dapat member keuntungan tersebut, tetapi dengan biaya tambahan perangkat keras, perangkat lunak dan spesialis informasi Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, database merupakan suatu struktur data yang menjadi suatu tempat dimana untuk melakukan penyimpanan data dengan skala kecil, menengah ataupun besar, sedangkan DBM S adalah merupakan software yang menyediakan layanan untuk melakukan penyimpanan data dalam database.
16 2.4
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Oriented Pada Object
2.4.1 Rich Picture
M enurut M athiassen, Nielsen dan Stage (2002, p26), “A Rich Picture is an information drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation.” Berdasarkan pengertian diatas bahwa rich picture merupakan suatu gambaran umum dari suatu situasi / proses bisnis suatu perusahaan yang digambarkan untuk memudahkan pengguna dalam memahami proses bisnis yang terjadi.
2.4.2
UML (Unified Modeling Language)
M enurut Rama dan Jones (2006, p60), Unified Modeling Language (UML), “a language used for specifying, visualizing, construction, and documentation an information system”. Berdasarkan pengertian diatas UM L merupakan salah satu dari beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan proses bisnis. UM L dapat digunakan untuk memahami berbagai dokumen sistem informasi.
17
2.4.2.1 Activity diagram
M enurut Rama dan Jones (2006, p60), “the UML activity diagram plays the role of a “map” in understanding business process by showing the sequences of activities in the process”. Dari pengertian diatas, UML activity diagram merupakan suatu diagram yang menggambarkan urutan kegiatan dari suatu proses bisnis suatu perusahaan, agar memudahkan user dalam memahami proses bisnis yang ada.
Klasifikasi Activity Diagram
1.
Overview Activity Diagram
M enurut Rama dan Jones (2006, p61), “The overview activity diagram presents a high level view of the business process by documenting the key events, the sequence of these events, and the information flows among these events.” Dapat disimpulkan bahwa kunci dalam mengambarkan overview activity diagram, adalah dengan memilah dan mencari event – event dalam proses bisnis, mengolah urutan rangkaian event tersebut, kemudian memaparkan alur informasi dan data yang berlangsung di tengah – tengah event – event tersebut.
18 2.
Detailed Activity Diagram
M enurut Rama and Jones (2006,p87), Detailed Activity Diagram. “A UML activity diagram that provides a detailed representation of the activities associated with one or two of the events shown on an overview activity diagram”. Dapat disimpulkan di sini bahwa detailed activity diagram adalah penggambaran kelanjutan dari activity diagram yang ada sebelumnya. Dengan cara lebih merinci aktivitas-aktivitas yang terjadi.
Simbol – Simbol Activity Diagram
1. Activity State M enunjukkan hasil dari beberapa behaviour pada arus kerja (workflow). 2. Control Flow atau transistion M enunjukkan jalannya arus kontrol dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya. 3. Initial State M engindentifikasi awal state ketika state diminta. 4. Final State M enggambarkan state telah mengakhiri aktivitasnya.
19 5. Swimlane Digunakan sebagai pemisah pada activity diagram. Biasanya menunjukkan seseorang atau organisasi yang bertanggungjawab untuk suatu aktivitas yang berada dalam swimlane. 6. Constraint Digunakan dalam overview activity diagram dan detailed activity diagram untuk menggambarkan dokumen-dokuemn yang dihasilkan di dalam suatu perusahaan. 7. Table Digunakan untuk menggambarkan sebagai tempat penyimpanan data-data, baik transaksi rutin atau pun data permanen. 8. Object Flow Digunakan untuk menggambarkan hubungan antara state dengan dokumen dan hubungan antara state dengan table atau sebalik nya. 2.4.2.2 Identifikasi Event
M enurut M athiassen, M adsen, Nielsen dan Stage (2002,p54), “we define an event generally as an instantaneous incident involving one or more objects”. Dengan kata lain pengertian event dapat dimengerti lebih mudah sebagai kejadian yang berlangsung di dalam suatu proses bisnis yang melibatkan aktor atau pelaku di dalam nya.
20 2.4.2.3 Workflow Table
M enurut Rama and Jones (2006,p87), workflow table, “A two-column table that identifies the actors and actions in a process”. Dengan kata lain, workflow table ialah untuk mempermudah pemahaman menggambarkan activity diagram. Supaya illustrator dapat memahami pembagian tugas dalam rangkaian event di dalam proses bisnis tersebut.
2.4.2.4 UML Class Diagram
2.4.2.4.1 Class M enurut M athiassen, M adsen, Nielsen dan Stage (2000,p53), Class : “A description of a collection of objects sharing structure, behavior pattern and attributes”. Biasanya setelah kita mengidentifikasikan semua objek dan event yang ada, maka kita akan menyertakannya dalam model problem domain. Untuk mempermudah pengembangan problem domain. Untuk mempermudah pengembangan problem domain tersebut, maka kita kelompokkan beberapa objek dan event tersebut ke dalam class.
2.4.2.4.2 Atribut M enurut M athiassen et al. (2000,p89), Attribute : “a descriptive property of a class or event”.
21 M enurut Jones dan Rama (2006,p155), Attributes. The smallest units of data that can have meaning to user. The columns in a relational database that are equivalent to fields in a file. Dapat disimpulkan bahwa , dalam pendekatan analisa object oriented , yang dimaksud atribut adalah spesifikasi dari definisi class.
2.4.2.4.3 Behavior M enurut M athiassen, Nielson dan Stage (2000, p90), “in the class activity behavior simply as the unordered set of events that involve an object”. Secara lebih mudah dapat dikatakan bahwa behavior adalah event – event yang memungkinkan dilakukan oleh semua object dalam suatu class.
2.4.2.4.4 Event M enurut M athiassen et al. (2000, p54) “events is an instaneous incident involve one or more object.” M enurut Rama dan Jones (2006, p4) “events are activities that happen at a particular point in time” Dengan kata lain event adalah kegiatan atau kejadian yang merupakan bagian proses dari suatu sistem.
2.4.2.4.5 UML Class Diagram M enurut Jones dan Rama (2006,p181): “ UML class Diagram is a database that can used to the document table in an AIS. Relationship between tables and attributes of
22 tables”. Yang diterjemahkan sebagai berikut: “ UM L class diagram adalah suatu database yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan table dalam sistem informasi akuntansi dan menjelaskan hubungan antar table dan perlengkapan dalam table tersebut. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa UM L class diagram adalah diagram yang digunakan untuk menunjukkan hubungan antara class yang satu dengan lain.
Hubungan dalam Class
M enurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004, p411 - 416) hubungan class diagram dapat dibedakan menjadi :
1. Multiplicity. Hubungan ini adalah jumlah kejadian minimum dan maksimum dari suatu object atau kelas yang terkait.
2. Agreggation. Hubungan ini merupakan dimana satu class “whole” yang lebih besar berisi satu atau lebih class atau “part” atau yang lebih kecil. Aggregation memiliki hubungan komposisi, yakni hubungan aggregation dimana “whole” bertanggung jawab atas pembuatan dan perusakan “bagian-bagian”. Jika “whole” rusak maka “part” juga akan rusak.
23 3. Generalization. Sebuah teknik dimana atribut dan behavior yang umum ada beberapa tipe class object, dikelompokan atau (diabstraksi) ke dalam class nya sendiri yang disebut supertype, sebuah entitas yang berisi atribut dan behavior yang umum bagi satu atau lebih subtypes class. Atribut dan metode class object supertypes kemudian diwariskan oleh class object disebut subtypes, sebuah class object mewarisi atribut dan behavior dari sebuah class supertypes dan kemudian mengisikan atribut dan behavior unik ke dalamnya.
2.4.2.4.6 Use Case Diagram
Use Case M enurut M athiassen, Nielsen, Stage (2000, p119), use case : “a pattern for interaction between the system and actor in the application domain.” Dengan kata lain use case adalah penggambaran interaksi atau interface yang terjadi antara aktor dengan sistem.
Actor M enurut M athiassen et al. (2000, p119), actor : “an abstraction of users or other system that interact with the target system.” Dengan kata lain aktor adalah subjek yang berhubungan langsung dengan sistem. Dimana mereka haruslah internal agent dalam sistem, dan memiliki pola interaksi dengan sistem.
24 Use Case Diagram
M enurut M athiassen et al. (2000, p343), “ a use case diagram shows the relationship among actors and use cases.” Actor and use case adalah sebagai elemen utama dalam use case diagram. M ereka dihubungkan satu sama lain dengan sistem. Tiap use case menunjukan beberapa sequence yang memungkinkan dalam interaksi aktor dengan sistem.
Simbol Use Case Diagram
1. Use Case Digunakan untuk menggambarkan interaksi atau interface yang terjadi antara aktor dengan sistem. 2. Actor Simbol ini digunakan sebagai penggambaran subjek yang berhubungan langsung dengan sistem. Dimana mereka haruslah internal agent dalam sistem, dan memiliki pola interaksi dengan sistem 3. Communicates Simbol ini digunakan untuk menghubungkan antara aktor dan use case yang saling berhubungan di dalam sistem tersebut.
25 4. System Boundary Simbol ini digunakan untuk membatasi antara sistem yang satu dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Dengan kata lain batas sistem ini merupakan ruang lingkup atau scope dari sistem / subsistem itu sendiri.
2.5
Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya
2.5.1 Biaya dan Klasifikasi Biaya
M enurut William K. Carter dan M ilton F. Usry (2006, p40), klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: 1. Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa) 2. Volume produksi 3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subsidi lain dari manufaktur 4. Periode akuntansi 5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi
1.
Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahanbaku langsung, tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
26 1.
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk
2.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu
3.
Overhead pabrik juga disebut overhead manufkatur, beban manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
4.
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan tersebut tidak menjadi bagian dari produk.
5.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komnposisi dari produk jadi
B.
Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
1.
Biaya variabel. Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke departemen operasi dengan cukup mudah dan akurat, dan dapat dikendalikan oleh supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Berikut
27 ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel: Perlengkapan; Bahan bakar; Peralatan kecil; Kerusakan, sisa dan beban reklamasi; Biaya penerimaan; Royalti; Biaya komunikasi; Upah lembur; Penanganan bahan baku.
2.
Biaya tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen
menengah atau
manajemen
eksekutif dibandingkan dengan supervisor operasi. Berikut ini adalah biaya overhead pabrik yang biasnya diklasifikasikan sebagai biaya tetap: Gaji eksekutif produksi, Depresiasi, Pajak properti, Amortisasi paten, Gaji supervisor, Asuransiproperti dan kewajiban, Gaji satpam dan pegawai kebersihan, Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan, Sewa gudang.
3.
Biaya semivariabel. Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel, jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Berikut ini adalah contohcontoh lain dari biaya overhead semivariabel: Inspeksi; Jasa departemen biaya; Jasa departemen penggajian; Jasa departemen personalia; Jasa kantor pabrik; Jasa bahan baku dan persediaan; Air dan limbah; Pemeliharaan dan perbaikan mesinmesin pabrik; Asuransi kompensasi; Asuransi kecelakaan dan kesehatan; Pajak penghasilan; Beban hubungan industrial; Pemanasan, listrik, dan generator
28 C.
Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain
1.
Departemen Produksi Operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Jika dua atau tiga jenis mesin yang berbeda melakukan operasi pada satu produk dalam departemenn yang sama ,maka mungkin untuk meningkatkan akurasi dari biaya produk dengan membagi departemen tersebut menjadi dua pusat biaya atau lebih.
2.
Departemen Jasa jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Dalam beberapa kasus,jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa yang lain.M eskipun departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya produk. Jika suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya biaya tersebutberasal,maka biaya tersebut disebut sebagai biaya langsung departemen.Jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen yang M emperoleh manfaat dari biaya tersebut,maka biaya itu disebut sebagai Biaya tidak langsung departemen.
D.
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal atau sebagai pengeluaran pendapatan . Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa
29 depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aktiva akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya.
E.
Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan,tindakan atau evaluasi.
Biaya differensial adalah salah satu nama dari biaya-biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Biaya differensial sering kali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil, maka biaya tersebut juga disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternatif itu.
M enurut Horngren(2005,p34), biaya adalah suatu sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sejumlah nilai yang dikorbankan untuk barang atau jasa dengan harapan dapat mencapai tujuan tertentu.
Adapun klarifikasi biaya menurut Horngren (2005,p35), sebagai berikut: 1. Berdasarkan Objek Biaya Biaya dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Biaya Langsung
30 Adalah biaya yang terkait dengan suatu objek biaya dan dapat dilacak ke objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi. 2. Biaya Tidak Langsung Adalah biaya- biaya yang terkait dengan suatu objek biaya namun tidak dapat dilacak ke objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi.
2. Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya bervariasi langsung dengan perubahan volume produksi atau keluaran, sedang biaya lainnya relatif tidak berubah(fixed). M anajemen harus memperhatikan kecenderungan biaya yang bervariasi dengan keluran jika mereka ingin merencanakan suatu strategi perencanaan yang baik san mengendalikan biaya yang berhasil. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Biaya Variabel Adalah biaya yang secara proporsional berubah mengikuti perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait. 2. Biaya Tetap Adalah biaya yang tidak akan berubah secara total untuk jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume yang terkait.
31 3. Biaya Semivariabel Adalah beberapa biaya yang mengandung unsur- unsur tetap dan variabel. Biaya ini mencakup suatu jumlah yang sebagian tetp dalam rentang keluaran yang relevan, dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah keluaran.
3. Berdasarkan Biaya Manufaktur
Biaya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Adalah biaya perolehan seluruh bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses kemudian menjadi barang jadi) dan yang dapat dilacak ke objek biaya sengan cara ekonomis.
2. Biaya Tenaga Kerja M anufaktur langsung (Direct Manufacturing Labor Cost) Adalah biaya yang meliputi kompensasi atas seluruh tenga kerja manufaktur yang dapat dilacak ke objek biaya (barang dalam proses kemudian menjadi barang jadi) dengan cara ekonomis.
3. Biaya M anufaktur Tidak Langsung (Manufacturing Overhead Cost) Adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam proses kemudian menjadi barang jadi) namun tidak dapat dilacak ke objek biaya secara ekonomis.
32
4. Berdasarkan Hubungannya dengan Departemen Pabrikasi Departemen- departemen dalam sebuah pabrik pada umumnya dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu, departemen produksi dan departemen jasa. Dalam departemen produksi, operasi secara manual ataupun dengan mesin, seperti membentuk dan merakit, dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagian- bagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini akan dibebankan kepada produk tersebut. Departemen jasa memberikan jasa/ pelayanan yang bermamfaat bagi departemen lainnya. Kendati departemen jasa tidak pernah terlibat langsung dalam proses produksi, namun biayanya merupakan bagian dai total overhead pabrik, yaitu biaya dari bahan tidak langsung seperti minyak pelumas, minyak gemuk, dan lap pembersih, oleh karena itu harus dimasukkan dalam biaya produk.
2.5.2 Akuntansi Biaya
M enurut Horngren(2005,p3), Akuntansi biaya merupakan sebuah studi akuntansi yang mengukur dan melaporan informasi keuangan dan nonkeuangan serta informasi lain terkait dengan perolehan atau penggunaan sumber daya organisasi. Akuntansi biaya memasukkan bagian- bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana informasi biaya dikumpulkan dan dianalisis.
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan studi akuntansi yang menyediakan informasi mengenai unsur biaya
33 langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa yang dikumpulkan dan dianalisis untuk dilaporkan kepada pihak yang membutuhkan.
2.5.2.1 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
M enurut William K. Carter dan M ilton F. Usry (2004, p127), Dalam sistem perhitungan biaya bedasarkan pesanan(job order costing atau job costing ),biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah; suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, satu untuk setiap item berikut : Pembelian bahan baku, Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik,pengakuan biaya overhead pabrik, penggunaan bahan baku, distribusi beban gaji tenaga kerja , pembebanan estimasi biaya overhead, penyelesaian pesanan, penjualan produk.
2.5.2.2 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing) M enurut William K. Carter dan M ilton F. Usry (2004, p156), Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses ,bahan baku,tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah department, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat
34 biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi;bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.
2.5.3 Peranan Akuntansi Biaya
M enurut Bastian Busnami dan Nurlela (2008,p4), peranan akuntansi biaya adalah membantu manajemen dalam: 1. Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran operasi perusahaan. 2. Penetapan metode dan prosedur perhitungan biaya, pengendalian biaya, pembebanan biaya yang akurat, dan perbaikan mutu yang berkesinambungan. 3. Penentuan nilai persediaan yang digunakan untuk kalkulasi biaya dan penetapan harga, evaluasi terhadap produk, evaluasi kinerja departemen atau divisi, dan pemeriksaan peersediaan secara fisik. 4. M enghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan, atau periode yang lebih singkat. 5. M emilih sistem dan prosedur dari alternatif yang terbaik, guna dapat menaikkan pendapatan maupun menurunkan biaya.
2.5.4 Sistem Informasi Akuntansi Biaya
M enurut M ulyadi(2007,p4), sistem informasi akuntansi biaya merupakan sistem informasi yang terpadu dan terkoordinasi terkait dengan penetapan sasaran laba perusahaan, targetdepartemen yang menjadi pedoman manajemen menengah dan
35 operasi menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi keefektifan rencana, mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam bentuk fisik, pengendalian biaya.
2.5.5 Biaya Produksi
M enurut M ulyadi (2007,p14), biaya produksi adalah biaya- biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya, biaya bahan baku, biaya bahan baku penolong dan gaji tenaga kerja. Berdasarkan definisi ditas maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa, yang termsuk didalamnya biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2.5.6 Biaya Overhead Pabrik
M enurut William K. Carter dan M ilton F. Usry (2004, p411), biaya overhead pabrik adalah biaya bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara nyaman diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau objek biaya lain yang spesifik Pembebanan Biaya Overhead
1. Biaya Overhead Pabrik yang Dianggarkan
36 Overhead pabrik yang dianggarkan adalah biaya bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya tidak langsung lainnya yang ditentukan ditentukan dimuka terlebih dahulu.
2.
Biaya Overhead Pabrik Aktual Overhead pabrik aktual adalah biaya tidak langsung yang terjadi selama periode
tersebut.
2.5.7 Varian dan Analisis Varian
M enurut Armanto Witjaksono (2008,p137), varian atau selisih adalah perbedaan antara suatu rencana atau target dan suatu hasil. Varian memberikan indikasi atau suatu peringatan bahwa operasi tidak berjalan sebagaimana yang direncanankan.
M enurut Armanto Witjaksono (2008,p139), analisis varian adalah melakukan dekomposisi atas perbedaan-perbedaan antara biaya aktual dan rencana menjadi jumlahjumlah yang terkait pada suatu realitas dan rencana. A.
Analisis Varian Bahan Baku
1.
Analisis Satu selisih Didapat dari : (Kuantitas Aktual x Harga Aktual)-(Kuantitas Standar x Harga Standar)
2.
Analisis Dua selisih
37 1. Selisih bahan/selisih kuantitas/selisih efisiensi (kuantitas aktual x harga standar)-(kuantitas standar x harga standar) 2. Selisih harga (kuantitas aktual x harga aktual) – (kuantitas aktual x harga standar) 3.
Analisis tiga selisih Terdiri atas 1. selisih harga bahan baku (harga standar-harga aktual) x kuantitas standar 2. selisih kuantitas bahan baku (kuantitas standar-kuantitas aktual) x harga standar 3. selisih harga / kuantitas bahan baku (harga standar – harga aktual) x (kuantitas standar – kuantitas aktual)
B.
Analisis Varian tenaga Kerja
1.
Analisis satu selisih Didapat dari (Jam kerja Aktual x Upah Aktual) – (Jam kerja standar x Upah standar).
2.
Analisis Dua selisih selisih 1. Selisih jam kerja/selisih efisiensi (upah aktual x upah standar)-(jam standar x upah standar) 2. Selisih harga (jam aktual x upah aktual) – (jam aktual x upah standar)
38 3.
Analisis tiga selisih Terdiri atas 1. selisih tarif upah (upah standar-jam aktual) x jam standar 2. selisih efisiensi/jam (jam standar-jam aktual) x upah standar 3. Selisih upah/jam (jam standar-jam aktual) x (tarif standar-tarif aktual)
C.
Analiisis Varian Untuk biaya Overhead
1.
Selisih Efisiensi Selisih Efisiensi adalah laba karena jumlah jam kerja aktual adalah lebih rendah dari yang direncanakan
2.
Selisih pengeluaran Selisih pengeluaran adalah rugi karena tarif tenaga kerja per jam lebih tinggi dari yang direncanakan.
3.
Selisih anggaran fleksibel Selisih ini disebabkan biaya per unit produk jadi aktual lebih rendah dari yang direncanakan.
4.
Selisih volume produksi Selisih volume disini adalah nihil, artinya tidak terdapat perbedaan antara rencana dengan hasil aktual dalam hal volume produksi.
39
2.6
Perhitungan Biaya Produksi.
Dalam perhitungan biaya produksi pada setiap perusahaan mungkin memiliki perhitungan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang berbeda beda yang disesuaikan dengan skala dan jenis industri tersebut.
Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan biaya produksi, antara lain :
1. Metode tradisional
M enurut William K. Carter dan M ilton F. Usry (2004, p500) menyatakan bahwa, sistem perhitungan biaya dengan metode tradisional memiliki karakter khusus, yaitu dalam penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara ekslusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Dengan kata lain, sistem tradisional disebut juga dengan sistem berdasarkan unit.
M enurut Don R. Hansen dan M aryanne M . M owen (2006, p142), pembebanan biaya overhead metode tradisional melibatkan dua tahap yaitu: 1. Biaya overhead dibebankan ke unit organisasi (pabrik atau departemen). 2. Biaya overhead kemudian dibebankan ke produk.
40 Dalam metode tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit (unit-level activity drivers) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Penggunaan penggerak hanya berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead ke produk dengan asumsi bahwa overhead yang dikonsumsi adalah produk yang berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh dan departemental. Perusahaan yang menggunakan
pemerataan
biaya secara umum dalam
mengalokasikan biaya ke produk, terkadang tidak menghasilkan data biaya yang dapat diandalkan. Pemerataan biaya dengan menggunakan pemerataan secara umum dalam mengalokasikan biaya sumber daya secara seragam ke obyek biaya, padahal masingmasing barang dan jasa kenyatannya tidak menggunakan sumber daya dalam jumlah atau kapasitas yang sama.
Kelemahan metode tradisional adalah sebagai berikut : 1. M enimbulkan penyimpangan dalam perhitungan biaya produk. Terjadinya distorsi karena beberapa alasan yaitu:
1. Biaya overhead pabrik tidak ditelusuri ke produk individual. 2. Total biaya overhead dalam suatu produk senantiasa terus meningkat. Pada saat persentase biaya overhead pabrik semakin besar, maka distorsi biaya produk pun semakin besar.
41
2. Dalam sistem metode tradisional berorientasi fungsional. Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti gaji dan berdasarkan fungsi, seperti perekayasaan dalam setiap item lini, sedangkan fungsional tidak sesuai lagi dengan manufaktur modern.
3. Dalam sistem metode tradisional, biaya dialokasikan ke produk berdasarkan ke volume produksi, misalnya dengan jumlah jam tenaga kerja langsung. Dengan cara demikian maka informasi biaya menjadi terdistorsi, produk dengan volume produksi yang besar akan menyerap biaya yang lebih besar pula, yang mungkin saja justru sebaliknya hanya menyerap biaya yang relatif lebih kecil.
Sebaliknya pada biaya overhead memiliki masalah yang berbeda. Hubungan antara masukan-keluaran ataupun input-output yang diobservasi secara fisik bahan baku dan tenaga kerja langsung, tidak tersedia ada biaya overhead. Oleh sebab itu, penelusuran biaya overhead bergantung pada penggerakan dan alokasi.
2. Metode ABC
M enurut Hansen dan M owen (2006,p46),Activity Based Costing merupakan sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan kemudian pada produk. Karenanya,penghitungan harga pokok berdasarkan kegiatan juga merupakan proses dua tahap.
42
M enurut William K.Carter dan M ilton F.Usry (2004,p496),mendefinisikan ABC sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume(non-volume-related factor).
Konsep-konsep Dasar Sistem ABC Asumsi dan prinsip dasar yang menjadi landasan sistem ABC tidaklah sama dengan yang dianut oleh sistem akuntansi biaya tradisional yang sudah ada selama ini.
M enurut William K.Carter dan M ilton F.Usery(2004,p496),dalam ABC,dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai pemicu (driver), yang terdiri dari: 1. Pemicu sumber daya (Resource Driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. 2. Pemicu Aktivitas (Activity Driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk,pelanggan atau objek biaya final lainnya.
43 Tingkat Unit Dasar pengenaan biaya pada tingkat unit merupakan dasar pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk setiap unit produksi sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi.
Tingkat batch Dasar pengenaan biaya pada tingkat batch merupakan dasar pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch produksi sesuai dengan jumlah produksi.Biaya tingkat batch merupakan biaya yang tidak akan meningkat apabila satu atau lebih unit ditambahkan ke aktivitas batch tersebut.
Tingkat produk Dasar pengenaan biaya pada tingkat produk merupakan dasar pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi dan penjualan setiap produk yang berlainan. Semakin banyak produk dan lini produk, maka semakin tinggi biaya aktivitas-aktivitas tingkat produk.
Tingkat Fasilitas Dasar pengenaan biaya pada tingkat fasilitas merupakan dasar pengenaan biaya pada aktivitas yang dilakukan untuk memungkinkan suatu proses produksi dijalankan dengan melakukan penyerahan jasa oleh pihak tertentu.
44
Kelebihan dari sistem ABC adalah
1. M enghasilkan perhitungan biaya produk lebih baik. 2. M eningkatkan profitabilitas. 3. M embantu pihak manajemen dalam membuat keputusan,baik mengenai keputusan harga dan bauran produk,pengurangan harga dan perbaikan proses,rancangan serta perencanaan dan pengelolaan aktivitas. 4. M embantu pihak manajemen dalam melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai titik impas atas produl yang bervolume rendah. 5. M elalui daya analisis biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat memulai merekayasa kembali proses memanufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
2.7 Computer Integrated Manufacturing
2.7.1 Otomasi Dalam Sistem Manufaktur M enurut M ikell P.Groover(p11,2005), “otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang terkait dengan masalah penerapan system mekanik,elektronika dan sistem berbasis komputer dengan tujuan pengoperasian dan pengendalian suatu sistem produksi. Elemen yang teotomasi dalam sistem produksi dapat dibagi menjadi dua
45 kategori : (1) sistem manufaktur terotomasi pada lantai produksi dan (2) sistem penunjang manufaktur berbasis komputer.”
2.7.2 Sistem Manufaktur Terotomasi M enurut M ikell P.Groover(p12,2005),”Sistem manufaktur berlangsung di lantai pabrik
pada suatu
produk
fisik.
Sistem ini
menunjukkan
operasi seperti
pemrosesan,perakitan, inspeksi atau pemindahan bahan dimana dalam beberapa kasus dua atau lebih kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu sistem. Kegiatan ini disebut terotomasi, karena dilakukan dengan tingkat partisipasi manusia yang sangat minimal dibandingkan dengan proses sejenis yang dilaksanakan secara manual. Sistem manufaktur terotomasi dapat dikelompokkan menjadi tiga model dasar.(1)otomasi tetap,(2) otomasi terprogram ,(3)dan otomasi fleksibel. Otomasi Tetap, otomasi ini adalah suatu sistem yang melaksanakan untuk proses pengerjaan secara tetap yang disebabkan oleh konfigurasi fisik peralatannya.Otomasi terprogram, di dalam otomasi terprogram, perangkat produksi dirancang agar memiliki kemampuan mengubah urutan operasi untuk menangani konfigurasi produk yang berbeda.Otomasi fleksibel, otomasi fleksibel sebenarnya merupakan kelanjutan dari otomasi terprogram. Suatu sistem otomasi yang fleksibel memiliki kemampuan untuk membuat segala macam part atau produk yang secara maya tidak terdapat kehilangan waktu untuk perubahan dari satu style produk ke style selanjutnya.”
2.7.3 Sistem Penunjang Manufaktur Terkomputerisasi
46 M enurut
M ikell
P.Groover(p14,2005),
“otomasi
dari
system penunjang
manufaktur bertujuan untuk mengurangi usaha yang harus dilakukan secara manual atau kerja dasar dalam bidang perancangan produk , perencanaan dan pengendalian manufaktur serta fungsi-fungsi usaha dalam satu perusahaan. Istilah sistem manufaktur terintegrasi berbasis komputer (CIM ) menandai penggunaan komputer secara luas dan intensif untuk merancang produk, merencanakan produksi, mengendalikan operasi, dan melaksanakan fungsi-fungsi usaha terkait yang dibutuhkan perusahaan.sistem CIM yang tepat melibatkan proses integrasi semua fungsi-fungsi di atas ke dalam satu sistem yang akan beroperasi keseluruhan perusahaan.”
2.7.4 Alasan – alasan penerapan otomasi
M enurut M ikell P.Groover(p16,2005),”Beberapa alasan yang dapat dipakai untuk menilai peranan otomasi adalah : 1. Untuk
meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
M engotomasikan
operasi
manufktur biasanya dapat meningkatkan laju produksi dan produktivitas tenaga kerja. Hal ini berarti lebih besar output per jam untuk jumlah tenaga kerja tertentu. 2. Untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja terus meningkat dan cenderung terus berlangsung pada masyarakat industrialis di dunia.konsekuensinya adalah
memiliki
invenstasi lebih
tinggi untuk
otomasi sehingga dapat
dipertimbangkan secara ekonomi untuk pekerjaan manual. M esin produksi sudah semakin banyak menggantikan tenaga kerja untuk mengurangi biaya produk satuan.
47 3. Untuk meringankan pengaruh
kelangkaan tenaga kerja.Umumnya selalu ada
kekurangan tenaga kerja pada bangsa-bangsa yang telah maju, dan hal ini mendorong perkembangan operasi yang terotomasi sebagai pengganti tenaga kerja. 4. Untuk mengurangi atau menghilangkan tugas-tugas manual dan kasar, suatu argumen dapat dikedepankan bahwa ada nilai social yang wajar untuk mengotomasikan operasi-operasi yang bersifat rutin, membosankan, meletihkan dan mungkin menjemukan. Pengotomasian pekerjaan tersebut memenuhi tujuan untuk memperbaiki tingkat kondisi kerja secara umum. 5. Untuk memperbaiki keselamatan pekerja. Dengan mengotomasikan operasi tertentu dan menggeser pekerja dari secara aktif berpartisipasi dalam proses menjadi berperan mengawasi, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih aman.keselamatan dan kebugaran fisik dari pekerja telah menjadi tujuan nasional dengan penetapan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. 6. Untuk memperbaiki kualitas produk. Penerapan otomasi tidak hanya menghasilkan laju produksi lebih tinggi dari pada operasi manual, tapi otomasi juga dapat mengerjakan proses manufaktur dengan keseragaman dan kesamaan lebih besar mengacu pada spesifikasi kualitas yang ada. 7. Untuk mengurangi waktu tunggu (lead-time) manufaktur. Otomasi bertujuan untuk menurunkan waktu tunggu antara masuknya pesanan pelanggan dan penyerahan produk, selanjutnya memberikan kelebihan kompetitif produsen untuk order di masa datang. 8. Untuk melaksanakan proses-proses yang tidak dapat dilakukan secara manual. Pekerjaan tertentu ada yang memang tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan mesin.
48 Proses-proses ini menuntut miniaturisasi dan kerumitan geometri yang tidak dapat dicapai menggunakan proses-proses secara manual. 9. Untuk menghindari biaya tinggi karena tidak terotomasi. Terdapat keunggulan kompetitif yang signifikan dalam mengotomasikan pabrik manufaktur. Keunggulan ini tidak dapat dengan mudah ditunjukkan dalam bentuk format proyek perusahaan. Sering keuntungan otomasi terlihat secara tidak sengaja dan dengan cara yang tidak nyata seperti adanya perbaikan kualitas produk, kenaikan tingkat penjualan, hubungan antar tenaga kerja yang semakin membaik dan image perusahaan yang membaik. 2.7.5 Batasan dan Kemampuan Pabrik Manufaktur
M enurut M ikell P.Groover(p47,2005) ,” Kemampuan manufaktur berhubungan dengan batasan-batasan teknis maupun fisik dari perusahaan manufaktur dan bagian terkecil pada pabriknya. Kemampuan Teknologi Pemrosesan. Kemampuan teknologi pemrosesan pabrik(perusahaan) adalah tersedianya sejumlah proses manufaktur. Pabrikpabrik tertentu melakukan operasi pemesinan. Kemampuan teknologi pemrosesan meliputi tidak hanya proses fisik, tetapi juga keahlian yang dimiliki oleh para personel pabrik dalam teknologi pemrosesan ini. Batasan Fisik Pabrik, aspek kedua dari kemampuan manufaktur ditunjukkan oleh produk secara fisik. Keterbatasan atas produk yang besar dan berat selanjutnya juga menenteukan kapasitas fisik peralatan manufaktur.Kapasitas Produksi , batasan ketiga dari kemampuan pabrik manufaktur adalah kuantitas produksi yang dapat dicapai untuk satu periode waktu yang diberikan. Batasan kuantitas ini biasanya disebut kapasitas pabrik atau kapasitas produksi yang
49 didefinisikan sebagai laju produksi pabrik maksimum per periode yan dapat dicapai dalam kondisi operasi yang diasumsikan.”
2.7.6 Pemanatauan Proses dengan Komputer
M enurut M ikell P.Groover(p118,2005),” Pemantauan proses dengan komputer adalah salah satu cara yang dipakai untuk menghubungkan komputer dengan suatu proses. Pemantauan proses dengan komputer meliputi penggunaan komputer untuk mengamati proses dan peralatan yang terkait serta mengumpulkan dan mencatat data dari suatu operasi. Data yang dikumpulkan komputer dalam pemantauan proses dengan komputer secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori : a) Data Proses. Data-data ini merupkana nilai pengukuran parameter input dan variable output yang menunjukkan
kinerja proses.
Bila nilai yang
mengindikasikan masalah ditemukan, maka operator melakukan tindakan koreksi. b) Data Peralatan. Data-data ini menunjukkan status perlatan dalam sel kerja, fungsi-fungsi yang dihasilkan oleh data tersebut meliputi pemantauan utilisasi mesin, penjadwalan pergantian perkakas, penghindaran mesin rusak, diagnosis kegagalan-fungsi peralatan dan perencanaan perawatan preventif. c) Data
Produk. Peraturan-peraturan pemerintah
meminta industri-industri
manufaktur tertentu untuk mengumpulkan dan menyimpan data produksi produk-produknya. Industri pemasok farmasi dan kedokteran merupakan contoh utama.Pemantauan dengan komputer .
50
2.8
Unsur Pengendalian Internal dalam Akuntansi Biaya .
M enurut M ulyadi (2001,p430),unsur pengendalian internal sistem akuntansi biaya sebagai berikut: Organisasi : 1. Fungsi pencatat biaya harus terpisah dari fungsi produksi. 2. Fungsi pencatat biaya harus terpisah dari fungsi yang menganggarkan biaya. 3. Fungsi gudang harus terpisah dari fungsi produksi. 4. Fungsi gudang harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem Organisasi dan Prosedur Pencatatan:
1. Surat Order Produksi diotorisasi oleh kepala fungsi produksi. 2. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang diotorisasi oleh kepala fungsi produksi yang bersangkutan. 3. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi keuangan. 4. Daftar kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi dibuat oleh fungsi perencanaan dan pengawasan produksi dan diotorisasi oleh kepala fungsi produksi. 5. Kartu jam kerja diotorisasi oleh kepala fungsi produksi yang bersangkutan.
51
Praktik yang sehat: 1. Surat order produksi,bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang,bukti kas keluar
dan
bukti memorial ,
bernomor
urut
cetak
dan
penggunaannya
dipertanggungjawabkan. 2. Secara periodik dilakukan rekonsiliasi kartu biaya dengan rekening kontrol biaya. 3. Secara periodik dilakukan penghitungan persediaan yang ada di gudang untuk dicocokkan dengan kartu persediaan.