BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum Keramik
2.1.1 Pengertian Museum Museum adalah tempat penyimpangan benda artistik dan pendidikan bagi keperluan umum. Benda yang disimpan itu disebut Koleksi. Koleksi museum terdiri atas spesimen yang berupa karya seni, bebatuan bumi, teknologi, makhluk hidup, peninggalan bersejarah, dan lain-lain. Museum merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. 2.1.2 Acuan Pendirian Museum Acuan pendirian atau syarat berdirinya sebuah museum, berpatok pada : 1. Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah : -
Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok atau bagian satau sisanya yang berumur minmal 50 5ahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
-
Benda-benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1992 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum 4. Keputusan
Menteri
Kebudayaan
33/PL.303/MKP/2004 tentang Museum
5
dan
Pariwisata
Nomor
KM.
6 2.1.3 Jenis Museum Berdasarkan koleksi yang dimiliki, museum dibagi menjadi : 1. Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungan yang dapat berkaitan dengan berbagai cabang seni, ilmu dan teknologi. 2. Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni atau satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi
Berdasarkan kedudukannya, museum dibagi menjadi : 1. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah yang bersifat nasional. 2. Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan dari suatu provinsi dimana museum tersebut berada. 3. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan manusia atau lingkungan dari suatu wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada. Berdasarkan penyelenggara, museum dibagi menjadi : 1. Museum Pemerintah, museum yang dikelola sepenuhnya oleh lembaga pemerintahan 2. Museum Swasta, museum yang dikelola oleh perseorangan atau sekelompok orang tanpa ada campur tangan pemerintah.
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Museum Tujuan dari museum antara lain : a. Memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat dan sivitas akademika tentang eksistensi dan peran museum pendidikan.
7 b. Memberikan informasi tentang perkembangan pendidikan nasional baik secara horisontal atau vertikal, baik jenis maupun jenjang pendidikan melalui berbagai koleksi, simbol, dan dokumen yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun. c. Memberdayakan
sivitas
akademika
dan
masyarakat
pemerhati
pendidikan untuk berkreasi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. d. Memberikan penghargaan kepada para perintis, tokoh dan pejuang pendidikan nasional. e. Menambah dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana wisata kampus yang bersifat edukatif-rekreatif. Manfaat dari museum antara lain : a. Sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme melalui dunia pendidikan. b. Menciptakan laboratorium pendidikan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi sivitas akademika dan anggota masyarakat. c. Menumbuhkembangkan
semangat
dan
komitmen
bagi
sivitas
akademika dan anggota masyarakat untuk selalu memperhatikan dan berkreasi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
2.1.5 Penyajian Koleksi Penyajian koleksi merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya (Pedoman Museum Indonesia, 2008) A. Prinsip-prinsip penyajian koleksi Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki : 1. Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampain informasi koleksi museum kepada masyarakat
8 2. Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubung dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran
B.
Jenis Pameran Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pameran tetap dan pameran khusus/temporer 1. Pameran Tetap, adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2-4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25-40% dari koleksi yang dimiliki museum dan dilakukan pergantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu 2. Pameran Khusus / Temporer, adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam wakti relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap agar dapat lebih banyaj mengundang pengunjung untuk datang ke museum
C. Metode Pameran Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari : 1. Metode pendekatan intelektual, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna arti dan fungsi benda koleksi museum 2. Metode pendekatan romantic (evokatif), adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan 3. Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistic yang ada pada benda koleksi museum 4. Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang menggunakan symbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung
9 5. Metode pendekatan kontemplatif, adalah cara penyajian koleksi di museum uantuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan 6. Metode pendekatan interaktif, cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsusng dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi
D. Penataan Koleksi Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara : 1. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema 2. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klarifikasi 3. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usia dari yang tertua hingga sekarang
E. Panil-panil Informasi Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal atau pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan sub tema pameran, kelompok koleksi. 2. Label Individu yang berisikan nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif dan informatif yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.
10 2.1.6 Pengguna dan Kegiatan dalam Museum A. Pengguna Museum 1. Pengelola Adalah petugas yang berada dan melaksanakan tanggung jawab sebagai pengurus museum. Sebuah museum dikepalai oleh kepala museum yang membawahi dua bagaian yakni bagian administrasi dan bagian teknis. a. Bagian Administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, suratmenyurat, kerumahtanggaam, pengamanan dan registrasi koleksi. b. Bagian Teknis terdiri dari pengelola koleksi (bertugas untuk melakukan inventaris dan kajian setiap koleksi museum), tenaga konservasi (bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan koleksi), tenaga reparasi (bertugas dalam menyediakan saran dan prasaran dalam penataan pameran), tenaga bimbingan dan humas (bertugas sebgai pemberi informasi dan mempublikasikan koleksi kepada masyarakat) 2. Pengunjung Berdasarkan intensitas kunjungan, pengunjung dapat dibedakan menjadi : a. Sekelompok orang yang datang secara rutin seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuan, mahasiswa, dan pelajar b. Sekelompok orang yang baru mengunjungi museum Berdasarkan tujuannya, pengunjung dibedakan menjadi : a. Pengunjung yang memiliki tujuan untuk studi b. Pengunjung yang memiliki tujuan untuk rekreasi c. Pengunjung yang memiliki tujuan tertentu penelitian
11 B. Kegiatan dalam Museum Kegiatan pelayanan museum kepada pengunjung meliputi kegiatan pameran tetap temporary, bimbingan dan pemananduan keliling museum, ceramah, bimbingan karya tulis, pemutaran film dan slide, dan museum keliling (Ayo Kita Mengenal Museum, 2009). Menurut SUTAARGA, 1989/1990 kegiatan dalam museum secara garis besar meliputi : 1. Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain jual-beli koleksi, peminjaman koleksi, pembuatan film documenter dan kegiatan lainnya. 2. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian dan penggadaan. 3. Preservasi, kegiatan ini antara lain meliputi reproduksi (sebagai cadangan
untuk
menyelamatkan
koleksi
asli),
penyimpanan
(menyelamatkan koleksi asli dari faktor merugikan) dan registrasi (menyususn keterangan yang bersangkutan dengan benda koleksi) 4. Observasi, melakukan penseleksian koleksi yang sesuai dengan persyaratan koleksi museum 5. Apresiasi, kegiatan meliputi : -
Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal
-
Rekreatif, museum digunakan sebagai objek rekreasi dengan menyajikan acara yang menghibur
6. Komunikasi, kegiatan ini antara lain : -
Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat atau pengunjung dengan materi koleksi. Komunikasi antara penunjung dengan materi koleksi dapat dibantu dengan adanya guide (sebenarnya antara dengan tour guide atau dengan pemberian informasi yang jelas)
-
Pertemuan antara pengelola dengan masyarakat
-
Administrasi
12 2.1.7 Pedoman Penyelenggaraan Museum A.
Material Material bangunan menentukan kondisi lingkungan baik didalam maupu diluar museum. Hal ini dikarenakan jenis material bangunan memberikan efek terhadap suhu dan kelembaban pada ruangan. Dengan penggunaan material yang buruk akan mempengaruhi bangunan tersebut termasuk pada koleksi itu sendiri. Contohnya kondisi lingkungan yang sangat asam dapa merusak bangunan apabila menggunakan material dari kayu. Lalu kondisi lingkungan yang labil dan sering terjadi gempa tidak kondusif apabila didirikan dengan material semen
B. Arsitektur Arsitektur bangunan museum menentukan keindahaan dan keserasian dengan lingkungan sekitar. Bangunan yang ada harusnya bangunan yang bersifat permanent. Gaya dan bentuk bangunan disesuaikan dengan arstitektur tradisional lingkungan sekitar. Bangunan museum apabila memiliki terlalu banyak jendela menyababkan intensitas cahaya atahari yang masuk kedalam bagunan sangat tinggi. Intensitas tersebut dapat mengganggu kelestarian koleksi
museum
tersebut.
Selain
itu
perancanaan
arsitektur
harus
mempertimbangkan pembagian antara zona publik dan zona tertutup karena harus tetap memperhatikan akses bagi penyandang cacat dan akses apabila terjadi bencana C. Kelengkapan Bangunan museum haris memiliki kelengkapan fasilitas untuk menunjang aktifitas pengelola, antara lain: a. Ruang penyimpanan koleksi b. Ruang studi koleksi c. Ruang perawatan d. Ruang preparasi e. Ruang pameran f. Ruang audiovisual
13 g. Ruang kantor h. Ruang perpustakaan Kelengkapan fasilitas tersebut dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan D. Sarana dan Prasarana Pengelolaan suatu museum situs memerlukan sarana dan prasarana yang akan menunjang aktifitas penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan fungsi museum secara memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi : 1. Peralatan Teknis, diperlukan dalam seluruh kegiatan yang berlangsung di museum dapat disesuaikan dengan peralatan teknis museum pada umumnya, antara lain meliputi: peralatan laboratorium konservasi, peralatan dokumentasi, peralatan pengaman, peralatan pencahayaan, alat mengatur suhu dan kelembaban, peralatan tata suara, dan peralatan keadaan darurat. 2. Peralatan Administrasi. kelengkapan peralatan administrasi dapat menunjang
pekerjaan
agar
lebih
sistematis,
dan
mempermudah
pengarsipan berbagai dokumen kegiatan yang berlangsung di museum situs. Peralatan administrasi tersebut meliputi : alat pengelolah data, ATK,
formulir-formulir
kegiatan
pengelolaan
koleksi,
dan
lain
sebagainya. 3. Perpustakaan, merupakan suatu jenis perpustakaan khusus yang harus memiliki referensi yang berkaitan dengan koleksi dan situs, serta terbuka untuk umum. 4. Media Penyebarluasan Informasi, pada museum adalah berupa tata pameran atau penyajian informasi kepada masyarakat tentang museum dan koleksinya. Dalam penyebarluaskan informasi di perlukan berbagai jenis media penunjang, antara lain sebagainya. 5. Aksesbilitas, menuju museum diperlukan untuk memberikan kamudahan kepada masyarakat pengunjung museum. Oleh karena itu dalam penentuan lokasi museum perlu dipertimbangkan kemudahan tersebut tanpa mengabdikan aspek keamanan bagi penunjang maupun kelestarian situs. Selain itu aksesibilitas juga harus ditunjang oleh infrastruktur yang
14 memadai, seperti adanya penunjuk arah, sanitasi, serta kamudahan memperoleh informasi tentang museum situs tersebut, dan sebagainya.
2.2
Tinjauan Umum Keramik
2.2.1 Pengertian Keramik Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi perkembangan keramik yang menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru terjadi pada jaman Neolitik atau kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun yang lalu. Bukti ini dapat kita saksikan pada penemuan-penemuan bendabenda purbakala yang tertanam didalam tanah, dimana sesuai penandaaan arkeologis dilakukan memperkuat dugaan itu. Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau belanga yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya ditegaskan lagi bahwa keramik merupakan barang yang dibuat dari tanah liat dengan melalui proses pembakaran. Dalam kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. Keramik adalah suatu bahan yang sangat berguna, karena sifat-sifat khusus/uniknya yang sangat luas. Dari definisi tersebut keramik dibagai menjadi 2 golongan utama : a. Keramik Tradisional Adalah produk keramik yang berbahan utama tanah liat, yang merupakan salah satu mineral silikat. Contoh dari keramik tradisional yaitu tungku, gerabah, tempayan, pottery, tableware, whiteware, barang-barang porseline, patung, benda saniter, semen, ubin dll b. Keramik Modern Merupakan keramik yang tersebuat dari bahan tanah liat atau material yang berbasis silikat , tetapi dibuat dari panduan senyawaan oksida
15 tertentu dan biasanya dihasilkan material sintesis yang tidak terdapat di alam. Contoh pengaplikasian keramik modern misalkan biokeramik, superkonduktor, katalis, refraktor, optik, dll
2.2.2 Sejarah Keramik Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini dapat ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah. Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah benda-benda keramik berupa wadah wadah: guci, peralatan makan minum, alat sesaji dan lain-lain; disamping penemuan benda-benda yang terbuat dari batu dan logam. Ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa manusia dan binatang. Hasil dari benda-benda keramik walaupun masih terlihat sederhana, namun terdapat aplikasi seni berupa motif-motif hewan atau tumbuhan yang digunakan tidak hanya untuk memperindah namun juga untuk menyiratkan symbol atau koden yang menandakan kemajuan suatu peradaban A. Sejarah Singkat Keramik Dunia Kemungkinan orang-orang Afrika Timur awal mula menggunakan peralatan batu pada jaman Paleolitik (2,6 juta tahun yang lalu), namun perkembangan budaya manusia baru terjadi pada jaman neolitik kira-kira setelah 10.000 SM. Cerita tentang keramik kemungkinan dimulai sejak 30 ribu tahun yang lalu. Periode ini dalam sejarah disebut Jaman Palaeolithic atau Jaman Batu Kuno (500 ribu–10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata tajam pada masa itu terbuat dari batu. Penemuan tembaga, perunggu, dan besi masih jauh dari jaman ini. Nenek moyang kita adalah pemburu dan peramu makanan yang hidupnya berpindah-pindah. Mereka belajar bagaimana membuat api untuk pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang buas, memasak daging dan juga membakar tanah liat
16 Gambar 2.1 Lukisan Bison pada jaman batu akhir dan Caves of Lascaux
Sumber : Buku SMK 10, Kriya Keramik, Wahyu Gatot Sugianto, dkk Walaupun gaya hidup mereka masih primitif, orang-orang di jaman batu mampu membuat gambar-gambar hidup dan realis, sebagian besar ditorehkan dan dipahat pada dinding batuan. Akan tetapi beberapa karya mereka dimodelkan dengan tanah liat. Sebagian gambar-gambar tersebut berupa gambar hewan yang mereka buru. Lukisan jaman batu kuno yang sangat menakjubkan adalah Caves of Lascaux di Perancis dan Caves of Altamira di Spanyol. Para ahli memperkirakan lukisan tersebut sudah sangat tua dan kemungkinan berumur 20 ribu tahun. B. Keramik Seni Kuno Meskipun lebih rapuh dibanding lukisan di gua, tetapi gambar-gambar pada tanah liat mampu bertahan. Sebagian besar kemungkinan dibuat 20 ribu tahun yang lalu. Banyak gambar yang mereka buat di gua yang sangat dalam, sehingga membutuhkan cahaya buatan yang mungkin berasal dari obor berbahan bakar lemak binatang. Tempat-tempat yang sulit dan rahasia ini menunjukkan gambar-gambar yang mereka buat memiliki arti sangat penting. Gambar 2.2 Tanah liat dari zaman baru dengan bentuk bison yang ditemukan di Tuc d 'Audoubert gua di S.W. Perancis.
Sumber : www.ceramicstudies.me.uk
17 C. Penemuan Keramik Para ahli arkeologi meyakini bahwa manusia menemukan prinsip menggunakan apo untuk membakar keramik pada 30.000 tahun yang lalu, dengan ditemukannya figurin kecil dari lempung pada situs prasejarah di Republik Czech yang diperkirakan ada pada awal 27.000 riby tahun SM. Figurines Tertua berwarna hitam ini ditemukan bersama dengan benda-benda bakaran yang lain
Gambar 2.3 Dolni Vestonice “Venus” dari situ prasejarah di Morovia dekat Bmo, diyakini sebagai figurin keramik tertua
Sumber : www.ceramicstudies.me.uk Campuran abu tulang dan lempung dibentuk menjadi figurin perempuan atau binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa dikatakan sebagai tungku sederhana di sebuah dusun pada jaman batu. Tingginya sekitar 4½ inchi dikenal dengan Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di Morovia
dekat
Brno,
di
bagian
selatan
Republic
Czech.
Jika
penandaannya/penanggalannya benar, maka benda ini menjadi keramik terkuno yang ditemukan sejauh ini. Selain bentuk binatang dan orang, perkembangan pottery dari jaman ke jaman mengalami perkembangan desain. Jika diperhatikan bentuk yang berkembang merupakan pengembangan bentuk-bentuk bulat (setengah bola), silinder dan tirus (kerucut terbalik). Berikut adalah rangkuman perkembangan bentuk produk pada beberapa periode arkeologis :
18 Gambar 2.4 Karakteristik bentuk keramik pada beberapa periode
Sumber : www.centuryone/pottery.html D. Sejarah Keramik di Indonesia Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM–1000 SM. Peninggalan zaman ini diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara berupa pengetahuan tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu. Kebutuhan manusia dalam
kehidupan
sehari-hari
selalu
mengalami
perubahan
sesuai
perkembangan zaman. Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air. Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil
19 tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia. Peninggalan-peninggalan
prasejarah
ini
juga
ditemukan
didaerah
Banyuwangi, Kelapa Dua-Bogor, Kalumpang serta Minanga di Sulawesi, Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis di sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto. Termasuk juga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan batabata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, namun juga benda-benda seperti celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di Karawang Jawa Barat. Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai penandaaan maka tembikartembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4 masehi. Gambar tembikar juga terdapat pada relief hiasan bangunan dan patung-patung, contohnya terdapat pada relief candi Prambanan dan Borobudur. Keramik rakyat dari zaman ke zaman berkembang secara evolusioner, demikian dengan bentuk dan teknik pengolahan serta pembakarannya. Pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun tau ranting-ranting pohon yang telah kering. 2.2.3 Asal Usul Tanah Liat Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir di seluruh belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain memiliki sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi tanah liat yang dapat digunakan untuk pembuatan benda keramik harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang dibutuhkan untuk dapat dibuat benda keramik adalah memiliki daya kerja yang memungkinkan tanah liat tersebut untuk dibentuk dan dapat mempertahankan bentuknya hingga menjadi benda keramik melalui proses pemanasan (pembakaran). Tanah liat (clay) merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras dan tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan pembakaran. Ada beberapa jenis tanah liat yang dapat langsung digunakan untuk pembuatan benda keramik, sedangkan lainnya harus dimurnikan terlebih dahulu atau harus dicampur dengan bahan lain agar dapat digunakan untuk membuat benda keramik. Contoh tanah liat yang langsung dapat
20 digunakan tanpa mencampur dengan bahan lain adalah tanah liat earthenware dan stoneware, sedang tanah jenis porselen harus dicampur dengan bahan lain yang plastis (seperti: ballclay atau bentonite) agar mudah dibentuk. Tanah liat dan mineral anorganik non logam adalah produk alam yang merupakan bahan baku pembuatan benda keramik seperti: perangkat makan-minum, bahan bangunan, bahan tahan api, alat elektronik, benda seni, benda kerajinan dan sebagainya. Tanpa bahan-bahan alam tersebut produk keramik tidak mungkin dibuat. A. Proses Pembentukan Tanah Liat Secara Alami Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut “lempung”. Lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik, berupa batuan granit dan batuan beku. Sebelum berpindah, tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada batuan panas dan padat yang kemudian larut. Batuan yang larut bukan lagi batuan yang keras seperti aslinya namun sudah berubah menjadi batuan yang lunak dan terurai serta berubah warna karena terbawa arus air. Hasil peristiwa tersebut terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan induk dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada. Tanah tanah liat alam yang paling mumi masih mengandung butiran-butiran bebas dan bahan-bahan pasir atau debu. Umumnya unsur-unsur tambahan ini terdiri dari kwarsa, feldspar, besi dan sebagainya juga ada unsur organic Iainnya menentukan sifat-sifat dari bermacam tanah liat dan penggunaannya untuk tujuan-tujuan tertentu. Beberapa sifat tanah liat yang umum adalah sifat untuk hancur dalam air, warna sebelum dan setelah dibakar, plastis sebelum dibakar, keras dalam keadaan kering, padat dan kuat setelah dibakar. B. Sifat-Sifat Umum Tanah Liat Keberhasilan atau kegagalan dalam membuat benda keramik tergantung pada bagaimana mengolah tanah liat agar sesuai dengan persyaratan yang disyaratkan karena akan sangat berpengaruh pada proses pembentukan dan
21 pada hasil akhir. Oleh karena itu agar tanah liat dapat digunakan untuk membentuk benda keramik, harus ada sifat-sifat yang dipersyaratan : a. Sifat Plastis, merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat keplastisan yang di persyaratkan, apabial tidak memenuhi makan haris ditambah dengan bahan-bahan yang plastis. Juga merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat. Berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau pecah atau berubah bentuk. Yang mempengaruhi pastisitas yaitu kehalusan partikel tanah liat, bentuk partikel tanah liat, zat organik (sisa tumbuhan dan binatang), jumlah air, struktur (susunan partikel) dan jenis tanah liat b. Memiliki kemampuan bentuk, yaitu kualitas yag menopang bentuk selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai penyangga. Tanah liat yang memiliki kemampuan ini akan berdiri sendri tanpa mengalami perubahan bentuk sewaktu proses berlangsung dan setelah pembentukan selesai. Apabila tanah liat tersebut memiliki kemapuan bentuk yang kurang karena tingkat plastisitasnya, maka harus diperlakukan secara khusus dengan menambahkan fire clay atau crog atau mengurangi ball clay Gambar 2.5 Tanah liat yang memiliki daya kerja atau plastisitas yang baik
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan c. Susut Kering dan Susut Bakar, selama tanah liat dibentuk menjadi benda keramik maka akan mengalami penyusutan ketika keramik tersebut kering. Hal ini terjadi karena menguapnya air pembentuk dan air selaput pada badan dan permukaan benda keramik sehingga menyebabkan butiran-butiran tanah liat menjadi rapat satu sama lain. Penyusutan terjadi
22 2 kali, penyusutan yang terjadi dari keadaan basah ke kering dinamakan susut kering, sedangkan penyusutan ketika proses pembakaran dinamakan susut bakat. Jumlah presentasi penyusustan (susut kering dan baar) dipersyaratkan antara 5%-15%. Apabila tanah liat tersebut menyusut lebih dari 15% maka dapat beresiko pecah atau retak. d. Suhu Kematangan, suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan yaitu keadaan benda keramik yang telah mencapai kematangan yang tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Agar tanah liat dapat menjadi keramik, harus mengalami proses pembakaran 600oC walalupun tanah liat sudah mengalami perubahan keramik namun belum mencapai
pembakaran
600oC
dapat
dikatakan
belum
mencapai
kematangan yang tepat. Masing-masing dari jenis tanah liat memiliki tingkat suhu kematangan yang berbeda, suhu yang terlalu panas akan membuat kekuatan tanah liat tersebut turun bahkan melelah. e. Porositas, merupakan sifat penyerapan air oleh badan benda keramik atau bisa dikatakan tingkat kepadatan bedan benda setelah dibakar. Sifat ini sangatlah penting bagi tanah liat karena : -
Mempengaruhi proses penguapan ketika proses pengeringan, sehingga terjadi susut kering
-
Mempengaruhi pada saat proses pembakaran, sehingga air yang terkandung dalam tanah liat dapat keluar dengan mudah dan terhindar dari letusan-letusan upan dan retak-retak. Selain itu agar gas yang timbul karena proses pembakaran zat-zat organic dapat keluar sehingga dapat terjadi susut bakar
f. Kekuatan Kering, merupakan sifat yang penting karena benda keramik harus cukup kuat untuk diangkat, disempurnakan dan disusun dalam tungku pembakaran. Kekuatan kering ini dipengaruhi oleh kehalusan butir,
plastisitas,
waktu
pemeraman,
jumalah
air
pembentuk,
pencampuran dengan bahan lain dan teknik pembentukan g. Warna Bakar, warna sebelum pembakaran atau warna mentah dengan warna setelah pembakaran berbeda karena kotoran yang bersifat organic akan terbakar habis selama proses pembakaran. Warna tanah liat mentah yaitu krem, kuning kecoklatan, merah kecoklatan, abu-abu dan hitam.
23 Perbedaan warna tersebut bergantung dari daerah asal dan kadar kandungan bahan yang terdapat dalam tanah liat Gambar 2.6 : Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar menjadi biskuit
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan h. Daya Suspensi, adalah sifat yang memungkinkan saatu bahan atas suatu campuran tetap dalam bentuk cairan, sifat ini sangat mempengaruhi tingkat plastisitas tanah liat i. Sifat Slaking, merupakan sifat yang berhubungan dengan pelunakan dari tanah liat ketika bertemu dengan air. Tanah liat dapat hancur dalam air menjadi butiran-butiran yang lebih halus dalam waktu tertentu dan pada suhu udara biasa j. Struktur Tanah Liat, perbandingan besar butiran dan bentuk butiran partikel-partikel tanah liat akan berpengaruh pada plastisitas, kekuatan kering, penyusutan, porotisitas dan karakter benda setelah dibakar. Struktur tanah liat berupa struktur halus (tanah liat) dan struktur kasar (pasir)
C. Badan Tanah Liat Secara umum benda keramik menurut bahan yang digunakan dan suhu bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Earthenware (900oC–1180oC) Yang termasuk jenis tanah liat earthenware adalah tanah liat gerabah, pottery, dan terracotta yang merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat benda keramik bakaran rendah (9000C–1180 0C). Tanah liat dalam keadaan mentah yang diperoleh dari tempat asalnya (deposit) memiliki berbagai warna krem, kuning kecoklatan, merah kecoklatan, abu-abu, dan hitam, perbedaan warna banyak dipengaruhi oleh
24 perbandingan kadar kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau kotoran humus (organik), oksida besi (Fe), oksida mangaan (Mn), oksida cupper (Cu), cksida cobalt (Co), dll. Pada waktu proses pembakaran berlangsung kotoran yang bersifat organik akan terbakar habis, sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi akan menyebabkan tanah liat menjadi berwarna. Pada umumnya tanah liat earthenware paling banyak mengandung oksida besi (Fe). Bentuk butiran atau partikel yang halus dan lembut akan memberikan sifat lentur atau plastis jika mengandung air yang berfungsi sebagai pelumas. Plastisitas tanah liat earthenware cukup tinggi sehingga susut kering dan susut bakarnya juga tinggi, jadi semakin tinggi plastisitas tanah liat semakin tinggi pula susut kering dan susut bakarnya. Sifat lain adalah porousitasnya yang cukup tinggi setelah mengalami proses pembakaran hal ini disebabkan karena tanah liat ini masih banyak mengandung pasir. Dengan adanya sifat porous ini memungkinkan air pembentuk keluar dari badan keramik selama proses pengeringan sehingga benda keramik tidak mudah pecah atau retak. Perubahan struktur tanah liat earthenware dari hasil proses pembakaran: -
Suhu bakar antara 7000C–9000C mudah pecah
-
Suhu bakar antara 9000C–10500C aman
-
Suhu bakar antara 10500C–11800C maksimal
-
Suhu bakar di atas 11800C akan gosong bahkan meleleh.
b. Stoneware (12000C–13000C) Keramik stoneware biasanya di bakar rata-rata pada cone 4-cone 11 (1186oC-1315oC), sehingga memiliki temperatur kematangan diantara earthenware dan porselin. Stoneware dikenal sebagai badan tanah liat yang bagus karena kekuatannya, memiliki warna-warna alami, bersifat keras dan agak mengkaca. Seperti halnya porselin, stoneware jika dibakar pada suhu dimana tanah liat tersebut menjadi mengkaca maka hasilnya akan menjadi kedap air, tetapi pada umumnya stoneware tidak terlalu mengkaca. Glasir dan badan stoneware masak pada suhu yang sama sehingga akan membentuk ketepatan glasir yang sempurna. Stoneware
25 pada masa lampau biasanya dihasilkan dan tanah liat alami yang mengandung feldspar dan silika yang dibakar sehingga menjadi padat dan tidak porous. Warna bakar Stoneware diantaranya abu-abu, krem, coklat, coklat tua, dan oranye. Biasanya tanah liat stoneware mengandung unsur besi (Fe), titanium (Ti), zinc (Zn) dan ini yang membedakan antara stoneware dengan Porselin karena Porselin tidak mengandung unsur besi sehingga memberikan ciri khas Porselin berwarna putih. Kandungan besi alami yang ada dalam tanah seperti besi, ilminite, atau mangaan akan merubah permukaan glasirnya yang apabila dibakar menghasilkan efek spot-spot besi berwarna kecoklatan. Kelebihan stoneware: -
Plastisitasnya yang memiliki keluasan penggunaan
-
Kuat tetapi tidak menggelas
-
Penyusutan yang rendah
-
Memiliki warna alami tanah
-
Memilki spot-spot besi
-
Memilki sifat pencegahan terhadap bloating (mengembang)
-
Padat dan kedap air
-
Memiliki sifat tahan terhadap kejut suhu
-
Memiliki sifat menyatu dengan glasirnya
c. Porselin (12500C–14600C) Porselin merupakan badan keramik yang terbuat dari tanah liat dan bahan halus lain berwarna yang putih. Badan ini setelah melalui proses pembakaran akan menghasilkan benda putih yang padat, keras, kedap air (porositasnya sangat kecil), seperti kaca dan transculent (setengah transparan/tembus bayang) dengan ketebalan 3 mm. Pada umumnya temperatur bakar porselin berkisar antara 1250oC–1460oC. Bahan utama porselin adalah kaolin, kata “kaolin“ berasal dan kata China “Kao” (tinggi) dan “Ling” (bukit), jadi kaolin merupakan sebuah bukit tinggi dimana lempung pertama kali ditemukan. Produk keramik biasanya terbuat dari campuran bahan seperti kaolin, kwarsa, ballclay, dan feldspar namun dengan bahan ballclay kadang-kadang mengakibatkan porselin menjadi kurang putih, sebagai pengganti dapat digunakan bentonite.
26 Untuk membuat formula badan keramik porselen yang bagus memerlukan waktu, kesabaran dan kemauan (usaha yang besar) untuk bereksperimen dan melakukan penelitian. Badan porselin dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: 1. Porselin keras, merupakan campuran yang sangat ulet dan dibakar pada temperatur tinggi 13800C–14600C. 2. Porselin lunak, sedikit resistant dengan temperatur bakar antara 12500C–13000C. Tingkat plastisitas tanah liat tergantung pada ukuran partikelnya, semakin kecil ukurannya, maka akan semakin elastis. Kaolin atau china clay partikelnya berukuran 10 kali lebih besar dari ballclay karena itulah maka kaolin tidak begitu plastis. Untuk menjaga keaslian sangatlah penting kiranya bila kita memilih kaolin atau china clay yang mempunyai kandungan besi. Tingkat keplastisan sangat dipengaruhi ukuran partikelnya, cara mempersiapkan, juga umur tanah liat itu. Karena alasan inilah maka bila kita akan memakai bahan porselen plastis untuk pembentukan dengan teknik putar maka perlu diperhatikan benar-benar bagaimana mempersiapkan tanah liat tersebut, yang perlu diingat bahwa pemeraman tanah hat yang disimpan selama beberapa bulan akan bersifat lebih kuat dari tanah liat yang sama sekali belum pernah disimpan. 2.2.4 Pembentukan Benda Keramik Bagan 2.1 Proses pembentukan benda keramik
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
27 Alat pokok dan fungsinya : a. Rol kayu, untuk membuat lempengan tanah b. Paddle dan anvil, untuk memadatkan dinding badan benda keramik yang dibentuk dengan teknik putar tatap yang dilakukan dengan cara memukul paddle pada dindung luar dan anvil untuk menahan bagian dalam benda c. Bow harp, untuk membuat lempengan tanah liat dengan bantuan kawat yang dikaitkan pada besi dengan berbagai ukuran untuk menentukan ketebalan lempengan tanah liat d. Slab roller, untuk membuat lempengan tanah liat plastis yang digerakkan dengan sistem mekanik (ukuran 122 x 82 cm) e. Hand extruder, untuk membuat pilinan tanah liat f. Alat putar manual tangan, untuk membentuk terutama benda keramik dengan teknik putar. Digerakkan dengan tangan dan terbuat dari besi. (ukuran diameter 25-40 cm dan) Gambar 2.7 Alat Putar Tangan
g. Alat putar kaki, untuk membentuk terutama benda keramik dengan teknik putar. Digerakkan dengan kaki melalui 2 cara, yaitu dengan roda pemutar dan pedal. Alat putar kaki dapat berupa manual dan berupa listrik, apabila manual maka alat putar tersebut digerakkan dengan kaki dan apabila listrik digerakkan dengan motor
Gambar 2.8 Alat Putar Kaki Manual dan Alat Putar Kaki Listrik
Sumber : www.google.com
28 Alat bantu serta fungsinya : a. Butsir
kawat
dan
kayu,
untuk
merapikan,
menghaluskan,
menggerok, membentuk detail dan membuat tekstur benda b. Kawat pemotong, untuk memotong ujung bibir, dasar benda kerja dan memotong tanah liat plastis c. Pisau pemotong, untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat d. Potter rib, untuk menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda e. Sponge, untuk menyerap kandungan air, menghaluskan benda dan membersihkan alat-alat kerja f. Sponge stick, untuk menghaluskan bagian dalam benda g. Jarum, untuk memotong bibir, menusuk gelembung udara dan menggores benda h. Kuas kecil, untuk mengolesi lumpur tanah pada bagian yang akan disambung serta mengolesi larutan pemisah pad model dan cetakkan gips i. Scrapper, untuk menghaluskan lempengan tanah liat, meratakan permukaan bidang tanah liat j. Keliper, untuk mengukur diameter benda k. Penggaris siku, untuk mengukur panjang dan posisi tegak lurus dari benda l. Waterpass, untuk mengukur kedataran model Perlengkapan serta fungsinya : a. Alas pembentukan, untuk alas selama proses pembuatan benda keramik agar memiliki alas yang datar b. Papan cetakan, untuk membuat batas cetakan gips yang berbentuk kotak c. Linoleum, untuk membuat batas cetakan gips yang berbentuk lingkaran d. Kain terpal, untuk alas menguli tanah liat plastis di atas meja kayu e. Meja gips, untuk alas menguli tanah liat plastis sebelum proses pembentukan benda keramik dimulai
29 2.2.5 Teknik Pembentukan Proses pembentukan benda keramik tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa teknik, yaitu : 1. Teknik Bebas (modeling) 2. Teknik Pijit (pinching) Adalah salah satu teknik yang dilakukan oleh pemula. Dalam teknik ini pembuatan keramik dilakukan dimana benda langsung dibentuk dengan tangan. Teknik ini terdiri dari teknik pembentukan tangan dengan berbagai cara seperti teknik pijit pilin, lempeng dan pembentukan bebas. Ukuran yang dapat dihasilkan melalui teknik ini yaitu benda keramik yang berukuran kecil hingga sedang. Hal yang harus diperhatikan dalam teknik ini adalah tanah liatyang digunakan tidak boleh terlalu lembek karena mempersulit pembentukan dan juga jangan terlalu kering karena keras dan sulit untuk dibentuk. Selain itu perlu menyediakan air untuk membasahi tanah yang sudah mulai mongering.
Gambar 2.9 : Teknik Pijit
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
3. Teknik Pilin (coiling) Merupakan salah satu teknik yang sudah terkenal sejak lama. Pembentukan dengan teknik ini dapat memnerikan keleluasaan untuk membuat benda keramik dengan ukuran yang relatif lebih besar dan kompleks. Teknik ini merupakan gabungan dari pilinan tanah yang ditumpuk satu persatu diantara pilian yang lain sehingga menjadi sebuh bentuk keramik. Bentuk pilihan tersebut berfungsi sebagai dinding benda dan dekorasi. Hal yang harus diperhatikan dalam teknik adalah tanah
30 liat harus benar-benar plastis dan apabila diantara sambungan pilinan terdapat rongga udara, harus segera dipadatkan untuk menghindari terjadi retak atau pecah ketika pembakaran
Gambar 2.10 & 2.11 : Teknik Pilin & Hasil keramik dari teknik pilin
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 4. Teknik Lempeng (slab building) Teknik ini digunakan untuk membuat bentuk-bentuk utamanya seperti bentuk yang memiliki sudut, bentuk kubus, persegi panjang, segitiga, dll. Benda keramik yang dihasilkan oleh teknik ini dapat digabung dengan teknik lain seperti teknik pilin, teknik bebas, dan sebagainya, cara penyambungannya dengan mengiris salah sati sisi dengan kemiringan 45 derajat
lalu
untuk memperkuat pada
bagian
sambungan
dapat
menggunakan pilinan tambahan atau dengan menggores bagian yang akan disambung dan mengolesinya dengan air kemudian disatukan. Dalam teknik ini terdapat 2 jenis tanah, lempengan lunak dan keras
Gambar 2.12 & 2.13 : Teknik slab dengan roll kayu & Teknik slab dengan slab roller
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
31 5. Teknik Mematung 6. Teknik Putar (throwing) Proses pembuatan benda keramik dengan cara membentuk bola tanah liat dengan cara menekan dengan tangan pada saat tanah liat berputar diatas alat putaran. Teknik ini membutuhkan keterampilan tangan dan diperluakan suatu kebiasaan akan keseimbangan antara gerakan tangan dan kaki, serta melatih kepekaan sentuhan tangan dalam mengatur gaya sentripetal tanah liat yang berputar. Tahap penting yang harus dilakukan dalam pembentukan dengan teknik : 1. Centering, tahap pemusatan tanah liat diatas putaran dengan cara menekan tanah liat. Tahap ini harus benar-benar dikuasi karena akan berpengaruh ketahapan berikutnya 2. Coning, tahap pembentukan tanah liat seperti kerucut. 3. Opening dan Raising, tahap melubangi dan menaikkan tanah liat atas 4. Forming, tahap membentuk ini sangat penting karena tahap ini merupakan pembentukan benda keramik yang diinginkan 5. Refining the countour, tahap pengecekan atau pengontrolan sisi bentk dan ukuran benda keramik yang dibuat. Pengukuran menggunakan penggaris dan kaliper atau jangka untuk mengukur diameter 6. Finishing,
tahap
menyelesaian
pembentukan
keramik,
yaitu
meratakan permukaan benda dengan menggunakan alat butsir, scraper atau ribbon dan dihaluskan dengan spon.
Gambar 2.14 : Pembuatan keramik dengan Teknik Putar
Sumber : http://richo-docs.blogspot.com
32 Pembentukan dengan teknik ini dibedakan menjadi 3 yaitu : a.
Teknik putar centering Biasanya dilakukan untuk membuat benda keramik dengan ukuran terbatas. Teknik ini dilakukan dengan membentuk benda keramik di atas meja putar dengan sekali putaran atau juga bisa menggabungkan dari beberapa hasil putaran. Produk hasil teknik ini berupa mangkok, vas bunga, pot, botol, tea set, cangkir, dll.
b. Teknik putar pilin c. Teknik putar tatap Teknik ini dilakukan untuk membuat produk-produk keramik yang berukuran lebih besar yang tidak bisa dilakukan dengan teknik putar centering. Teknik ini dilakukan dengan cara menggabungkan (menumpuk) pilinan tanah liat yang kemudian diratakan agar menjadi kuat. Hasil produk dari teknik ini berupa vas besar, pot besar, guci, kuali, gentong, dll
7. Teknik Cetak (mold) Pembentukan dengan teknik ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu membentuk dengan teknik cetak tekan, membentuk dengan teknik cetak tuang dan membentuk dengan teknik cetak jigger. Membentuk keramik dengan ketiga teknik tersebut diakukan dengan proses pembuatan model terlebih dahulu. Teknik ini sangat baik untuk sistem produksi karena memiliki ukuran dan bentuk yang sama, dapat diproduksi dengan waktu yang cepat dan diproduksi dengan jumlah yang banyak.
Gips merupakan bahan utama dalam membuat cetakan, cetakan yang dibuat
harus
sesuai
dengan
standarisasi.
Standarisasi
tersebut
diantaranyabutiran gips halus, apabila dicampur dengan air cepat hangat dan mengeras seta memiliki daya serap yang tinggi terdapat slip tanah liat. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat adonan gips adalah ketepatan campuran air dengan gips, apabila dalam campuran adonan gips terlalu banyak air mengakibatkan hasil cetakan menjadi lama mengeras dan lunan dan sebaliknya kalau terlalu sedikit air, hasil cetakkan gips menjadi lebih cepat mengeras
33 2.2.6 Pengertian Glazir Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu pada permukaan badan keramik. Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari satu atau lebih oksida basa (fux), oksida asam (silika), dan oksida netral (alumina), ketiga bahan tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir yang dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu kematangan glasir yang dikehendaki.
Dalam pengertian yang sederhana untuk membuat glasir diperlukan 3 bahan utama: a. Silika : berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk kaca) Silika (SiO2) juga disebut flint atau kwarsa yang akan membentuklapisan gelas bila mencair dan kemudian membeku. Silika murni berbentuk menyerupai kristal, dimana apabila berdiri sendiri titik leburnya sangat tinggi antara yaitu 16100C-17100C. b. Alumina : berfungsi sebagai unsur pengeras Alumina yang digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir, membantu membentuk lapisan glasir yang lebih kuat dan keras serta memberikan kestabilan pada benda keramik. Yang membedakan glasir dengan kaca/gelas adalah kandungan alumina yang tinggi. c. Flux : berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh) Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan glasir. Flux dalam bentuk oksida atau karbonat yang sering dipakai adalah; timbal/lead, boraks, sodium/natrium, potassium/kalium, lithium, kalsium, magnesium, barium, strontium, bersama-sama dengan oksida logam seperti: besi/iron, tembaga, cobalt, mangaan, chrom, nickel, tin,seng/zinc, dan titanium akan memberikan warna pada glasir, juga dengan bahan yang mengandung lebih sedikit oksida seperti: antimoni, vanadium, selenium, emas, cadmium, uranium.
34 A. Bahan Glazir Beberapa bahan yang sering digunakan untuk membuat glasir transparan penutup, matt, dan kristal, diantaranya adalah : a. Silika (SiO2), berfungsi sebagai unsur penggelas, sumber utama adalah flint. Sedangkan kwarsa/quartz adalah jenis silika dalam keadaan murni dan berujud kristal. b. Boric oxide (B2O3), bahan yang bertindak sebagai pendorong pembentuk gelas, dapat dimasukkan dalam bentuk borax (Na2O 2B2O3 10H2O) tetapi larut dalam air, barium oxide inii penting sebagai bahan pelebur. c. Feldspar, ada dua jenis Feldspar yang umum digunakan, yaitu Potash feldspar dan Soda feldspar. Kedua bahan tersebut banyak dipakai sebagai pelebur untuk keramik putih, juga sebagai bahan pengeras dan penambah kilap glasir. d. Kapur/Calcium oxide (CaO), Bahan pelebur untuk glasir bakaran menengah dan tinggi, juga memberikanpelengketan glasir pada badan keramik. e. Alumina (Al2O3), berfungsi meningkatkan daya tahan, kekerasan, dan kilap serta mengurangi pemuaian glasir. Dalam pembuatan glasir alumina sering disebut refractory element, karena mempunyai titik lebur yang tinggi (20500C). f. Barium oxide (BaO), dipakai sebagai bahan pelebur yang sekaligus bahan pembantu pembentuk glasir matt, dalam jumlah sedikit bahan ini akan menambah kilap glasir. g. Timbal oksida/Plumbum oxide/Lead oxide (PbO), bahan pelebur yang umum digunakan dalam glasir dan menyebabkan glasir sangat mengkilap. h. Zinc oxide (ZnO), dipakai sebagai bahan pelebur, untuk mencegah retakretak dan apabila dipakai bersama alumina akan menambah putihnya glasir opaque (penutup). i. Dolomite (CaMg(CO3) 2), Merupakan magnesium dengan karbonat ganda, bahan ini secara efektif digunakan dalam glasir stoneware dan akan memberikan tekstur serta warna yang menarik pada pembakaran reduksi. j. Magnesium carbonate/Magnesit (MgCO3), bertindak sebagai penutup sampai suhu 11700C setelah itu bahan ini akan menjadi flux yang aktif.
35 k. Colemanite/Gerstley borate/Calcium borate (2CaO. 3B2O3 .5H2O), mineral yang mengandung flux yang sangat menguntungkan, pemakaian bahan ini yang terlalu banyak akan menyebabkan glasir meleleh pada shelves (plat tahan api). l. Kaolin/China clay (Al2O3 .2SiO2 .2H2O), berfungsi sebagai sumber alumina dan silika sehingga dapat berfungsi untuk menambah kekuatan dan kekerasan glasir sekaligus untuk menambah kilap glasir. m. Rutile/Titanium oxide (TiO2), berfungsi sebagai penutup/opacifier. n. Tin oxide/Stannic oxide (SnO2), berfungsi sebagai opacifier dalam glasir. o. Talk (3MgO.4SiO2.H2O), berfungsi sebagai pengisi/filler dan bahan penutup. Keuntungan talk lainnya adalah gelasir dapat menyesuaikan diri dengan bahan yang mengandung talk tanpa ada retak-retak yang tertunda, mudah dijadikanmassa tuang tetapi sukar untuk diputar.
B. Bahan Pewarna Glazir Berbagai macam oksida Logam atau pigmen warna (stain) dapat ditambahkan untuk memberikan warna pada glasir yang digunakan. Sedangkan untuk mendapatkan glasir penutup atau matt dapat ditambahkan beberapa oksida yang dapat memberikan sifat dove. a. Oksida Pewarna Oksida pewarna merupakan kombinasi (persenyawaan) suatu senyawa oksigen dengan unsur lain. Yang perlu diperhatikan adalah persentase yang digunakan dalam suatu formula glasir. Gambar 2.15 Bahan Pewarna Oksida
(dari kiri atas : Cobalt, Cupper, Chrome, Iron, Mangaan, Rutile)
36 Sumber : Buku SMK 12 Kriya Keramik, Wahyu Gatot Budyanto, dkk
b. Pewarna Stain/Pigmen Pewarna stain/pigmen merupakan bahan pewarna glasir atau tanah liat yang terbuat dari bahan-bahan oksida logam melalui proses pembakaran sehingga dihasilkan warna yang lebih stabil. Untuk menghasilkan glasir warna, bahan pewarna stain dicampurkan ke dalam campuran glasir. Gambar 2.16 Bahan Pewarna stain
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan C.
Jenis Glazir a. Menurut Cara Pembuatan -
Glasir Frit, glasir yang sebelum digunakan, dilakukan proses peleburan pada bahan dasarnya menjadi suatu massa gelas yang tidak larut dalam air.
-
Glasir Non Frit/mentah, dibuat dari material keramik terolah atau tanah tanpa melalui proses peleburan. Bahan-bahan untuk glasir jenis ini tidak larut dalam air.
-
Glasir Campuran, adalah jenis glasir yang dibuat dari bahan mentah dan bahan glasir yang sudah di-frit.
b. Menurut Temperatur Pembakaran -
Glasir Bakaran Rendah Jenis glasir bakaran rendah pada umumnya dibakar diantara 7920C 11200C, jenis glasir ini akan menghasilkan glasir yang halus dan mengkilkap dengan ciri khas selalu berwarna terang dan mengkilap.
37 -
Glasir Bakaran Menengah Glasir yang matang antara cone 02-6. Glasir jenis ini mengandung flux untuk bakaran rendah dan juga flux untuk bakaran tinggi. Secara umum glasir jenis ini memadukan sifat-sifat glasir bakaran rendah (halus, glossy, cerah) dengan sifat-sifat glasir bakaran tinggi yang tahan panas.
-
Glasir Bakaran Tinggi Glasir yang matang pada suhu 12300C - 13700C. Glasir jenis ini bersifat matt, halus (tetapi tidak menampakkan sifat kilap seperti pada glasir bakaran rendah), sangat keras (tidak bisa digores dengan logam), tahan terhadap asam.
c.
Menurut Bahan yang Digunakan -
Glasir Timbal (lead-glaze), glasir yang didalam komposisi bahannya masih menggunakan timbal. Glasir jenis ini tidak boleh digunakan untuk benda-benda fungsi karena beracun.
-
Glasir Non Timbal (leadless-glaze), glasir yang didalam komposisi bahannya tidak menggunakan timbal.
d. Menurut Kondisi Pembakaran -
Oksidasi, dibakar pada kondisi pembakaran dimana oksigen (udara) yang dibutuhkan cukup terpenuhi.
-
Reduksi , dibakar pada kondisi pembakaran dengan oksigen (udara) terbatas.
e.
Menurut Sifat Setelah Pembakaran -
Transparan,
glasir
yang
dihasilkan
bening
tembus
cahaya
(transculent) sehingga warna asli badan keramik dapat terlihat. -
Opaque/menutup, untuk menutup warna badan benda setelah baker biskuit dipakai glasir penutup/tidak transparan
D. Faktor yang Mempengaruhi Glazir Beberapa faktor yang dapat menyebabkan resep atau formula glasir tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan ini dipengaruhi oleh : a. Bahan-bahan yang digunakan Bahan-bahan glasir kadang-kadang berbeda umur, asalnya, cara pengambilan, pemurniannya yang akan dapat mengakibatkan perbedaan
38 kualitas jenis bahan. Perbedaan tersebut kadang-kadang menimbulkan permasalahan, untuk itu berbagai macam tes bahan perlu dilakukan atau dapat juga melakukan rekalkulasi resep glasir yang sudah ada. b. Badan tanah liat untuk barang-barang keramik Tanah liat yang digunakan untuk membuat badan keramik juga memegang peranan penting dalam kualitas warna dan penampilan akhir dari glasir. Penggunaan tanah liat juga dapat mempengaruhi ketepatan glasirnya. c. Panas dalam ruang pembakaran Panas ini juga sangat berpengaruh apabila dalam penyusunan barangbarang keramik memerlukan tingkat atau sap yang akan dapat mengakibatkan hasil pembakaran glasir tiap tingkat akan berbeda. Volume (ukuran) tungku juga dapat menyebabkan hasil pembakaran glasir yang berbeda walaupun glasir yang digunakan sama, hal ini disebabkan oleh panas pada glasir selama pelelehan dan pendinginan. Ada kalanya jenis glasir harus disesuaikan dengan waktu pembakarannya. d. Tipe tungku dan bahan bakarnya Tungku dengan bahan bakar minyak, gas, listrik, atau kayu akan menghasilkan hasil pembakaran yang berbeda-beda. Bahan bakar kayu dapat langsung mempengaruhi kualitas glasir abu, abu dari tempat pembakaran yang jatuh pada permukaan glasir dan mempengaruhi beberapa bagian permukaannya. Bahan bakar minyak juga memberikan kualitas yang berbeda, kotoran pada minyak dapat bereaksi langsung dengan glasir. Tungku dengan bahan bakar gas cenderung menghasilkan glasir yang lebih bersih, relatif lebih efisien dan mudah dibakar. e.
Atmosfer tungku Atmosfer tungku juga berpengaruh pada glasir, sebagai contoh glasir warna merah tembaga (copper) saat dibakar reduksi menghasilkan warna merah tetapi bila dibakar oksidasi akan menghasilkan warna hijau muda atau turkish.
39 E. Teknik Pengglasiran Pada dasarnya proses pengglasiran benda keramik adalah proses melapisi benda keramik mentah dan biskuit dengan bahan glasir dengan berbagai teknik yaitu : a. Teknik tuang (pouring) Gambar 2.17 Teknik Tuang
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. Teknik celup (dipping) Gambar 2.18 Teknik Celup
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
c. Teknik semprot (spraying) Gambar 2.19 Teknik Semprot
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
40 d. Teknik kuas (brush) Gambar 2.20 Teknik Kuas
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2.2.7 Tungku Membakar benda keramik merupakan tahapan cukup kritis untuk merubah benda mentah (greenware) menjadi benda keramik yang matang dan keras. Proses pembakaran tersebut merupakan salah satu tahapan yang sangat penting pada proses pembuatan benda keramik, karena tanpa melalui proses pembakaran maka benda keramik belum dapat disebut produk keramik. Jadi suatu benda keramik dapat dikatakan sebagai produk keramik harus melalui proses pembakaran. Tungku pembakaran atau kiln adalah suatu tempat/ruangan dari batu bata tahan api yang dapat dipanaskan dengan bahan bakar atau listrik dan dipergunakan untuk membakar benda-benda keramik.
Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang memuaskan, tungku jenis apapun harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: a. dapat mencapai suhu yang diinginkan dengan mudah b. suhu seluruh bagian tungku pada ruang pembakaran merata c. pemakaian bahan bakar efisien (hemat) d. dapat digunakan dalam waktu yang lama (umur pemakaian lama) e. memiliki prosedur pengoperasian dan pemeliharaan yang mudah dan murah f. memudahkan untuk proses penyusunan dan pembongkaran benda keramik
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau merancang tungku pembakaran keramik ialah :
41 a. Jenis tungku. b. Kapasitas tungku pembakaran c. Suhu akhir yang ingin dicapai, d. Kondisi pembakaran yang diinginkan e. Jenis barang yang akan dibakar f. Jenis bahan bakar g. Lokasi tungku h. Ukuran plat/shelves
A. Klasifikasi Tungku 1. Klasifikasi Tungku menurut Bahan Bakarnya Tungku jenis ini banyak digunakan di studio-studio atau di sekolah sekolah karena mudah dioperasikan. Tungku ini dilengkapi dengan kumparan-kumparan yang akan membara apabila dialiri arus listrik. Jenis tungku berdasarkan bahan bakar (sumber panas) yang digunakan dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu: a.
Tungku bahan bakar gas Gambar 2.21 Tungku Gas
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
42 b. Tungku listrik Gambar 2.22 Tungku Listrik dan Detail Tungku
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan c. Tungku bahan bakar padat (kayu, batu bara) d. Tungku bahan bakar minyak e. Tungu bahan bakar batu bara
2.
Klasifikasi Tungku menurut Arah Aliran Panas/Sirkulasi Api a. Tungku api naik (up draft kiln) Ciri-ciri tungku api naik ialah : -
pemakaian bahan bakar cukup boros
-
suhu pemakaian relative rendah (dibawah 1000oC)
-
Perbedaan suhu bagian atas, bawah dan tenah cukup besar
-
Cara pengoperasian mudah
-
Biaya konstruksi dan pemeliharaan lebih mudah dan murah
Gambar 2.23 Tungku dengan sirkulasi api naik
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
43 b. Tungku api berbalik (down draft kiln) Dengan menggunakan jenis tungku ini akan dihasilkan suhu ruang pembakaran yang lebih merata dan dapat mencapai suhu yang lebih tinggi 14000C.
Gambar 2.24 Tungku dengan sirkulasi api berbalik
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan c. Tungku api mendatar (cross draft kiln) Panas yang dihasilkan dari ruang bakar oleh jenis tungku ini akan mengalir ke ruang pemanasan sejajar lantai, memanaskan barang keramik, kemudian keluar melalui cerobong asap. Suhu yang paling tinggi terletak dekat ruang bakar dan menurun ke arah cerobong asap.
Gambar 2.25 Tungku dengan sirkulasi api mendatar
Sumber : Wahyu Gatot Budiyanto, dkk. (2008). Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
44 2.2.8 Pembakaran Pembakaran adalah suatu reaksi yang cepat antara oksigen dengan kumparan bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara kumparan bahan bakar dan oksigen. Oksigen yang berasal dari udara mempunyai bagian volume sebesar 21%, Nitrogen 78%, dan molekulmolekul gas lainnya 1%. Proses pembakaran yaitu menggunakan kompor pembakar dengan bahan bakar minyak memerlukan kecermatan dan ketelitian, yang akan menentukan keberhasilan. Beberapa faktor yang akan sangat menentukan keberhasilan proses pembakaran : a. Jenis tungku pembakaran. b. Kompor pembakar. c. Cara pengoperasian. d. Bahan bakar. 2.2.9
Perubahan Keramik (Ceramic Change). Untuk menjadi suatu benda yang permanen, tanah liat/keramik harus dibakar terlebih dahulu, sebab tanah liat yang telah mengeras karena sinar matahari dapat hancur oleh air. Tanah liat mengalami pembakaran melewati suhu 6000C maka tanah liat tersebut mengalami perubahan fisik dan kimia menjadi keramik yang tidak hancur atau lapuk oleh air. Peristiwa itu disebut perubahan keramik atau ceramic change, sebab keramik tidak bisa dikembalikan lagi menjadi tanah liat.
Kematangan (vitrifikasi) adalah kondisi keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, hal ini ditentukan oleh peleburan bahan-bahan feldspatik dan kwarsa bebas dalam badan keramik, yang berfungsi sebagai pelekat partikel-partikel tanah liat, sehingga setelah proses pendinginan partikel-partikel tanah tersebut seolaholah direkatkan satu sama lain membentuk badan keramik yang keras. Suhu matang tanah liat memiliki jarak antara (range) yang cukup besar, biasanya antara 500C-2000C. Misalnya tanah liat earthenware dari lokasi tertentu memiliki suhu matang antara 9500C-10500C, artinya jika dibakar
45 dibawah suhu 9500C tanah liat tersebut belum mengalami perubahan keramik secara sempurna. Sebaliknya jika dibakar melebihi suhu 10500C, tanah liat akan mengalami perubahan bentuk atau bahkan meleleh, karena pemanasan yang berlebihan dan partikel-partikel tanah ikut melebur menjadi mineral yang meleleh.
A. Perubahan yang Terjadi Pada Pembakaran Keramik Secara keseluruhan, proses pembakaran dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, sbb a. Tahap Pengeringan Pada tahap ini terjadi penguapan air mekanis, yaitu sisa air pembentukan atau yang terikat karena kelembaban udara. Jumlah air yang terkandung dalam tanah liat (massa badan benda) tergantung dari : 1. Cara pembentukan barang 2. Penggeringan sebelum dibakar 3. Jenis tanah liat yang digunakan Untuk menentukan berapa suhu berakhirnya tahap pengeringan ini, umumnya suhu 50°C dianggap sebagai suhu akhir tahap pelepasan air mekanis, atau tahap terjadinya penyusutan. Agar pengeluaran air dapat berlanjut dan tidak membahayakan benda keramik mentah karena susut, maka kenaikan suhu harus dijaga, tidak boleh terlalu cepat. b. Pemanasan Pendahuluan Pada tahap ini terjadi pembakaran kimia, yaitu proses pelepasan air kristal, penguraian menjadi oksida-oksida dan oksidasi. Tahap ini secara normal dianggap mulai dari 300°C sampai 800°C, pada daerah temperatur reaksi kimia yang umum terjadi pada periode ini adalah: 1. Dekomposisi (penguraian) dari garam-garam sulfat atau karbora menjadi oksida-oksida basa, serta penguraian komponen tanah liatmenjadi oksida-oksidanya. Disini oksida basa dan asam mulai bereaksi. Bila jumlah basa cukup, maka akan menurunkan titik lebur senyawa silika dan mulai terbentuk gelas 2. Oksida terjadi pada periode ini, komponen c.
Pembakaran Tahap pembakaran penuh, merupakan reaksi-reaksi fisika dan kimia yang telah dimulai sebelumnya dan akan berlangsung terus dengan kecepatan
46 yang lebih tinggi. Pada tahap ini terjadi rekasi-reaksi rekombinasi, peleburan sebagian dan dekristalisasi. Bila suhu dinaikkan lagi atau waktunya lebih lama, hasil peleburan akan menembus ke pori-pori yang lebih dalam dan menghasilkan bahan padat.
B. Prinsip-Prinsip Reaksi Pembakaran Bahan bakar kayu, arang, minyak untuk pembakaran dalam tungku merupakan bahan bakar yang mengandung karbon dan akan bereaksi dengan oksigen (udara) sehingga membangkitkan panas. Dalam reaksi pembakaran ini yang utama adalah bagaimana mengalirkan udara secukupnya dengan mengandung oksigen pada bahan bakar yang mengandung karbon. Pada prinsipnya, sebelum proses pembakaran terjadi, bahan bakar yang berbentuk padat (kayu dan arang) maupun cairan (minyak) harus berubah menjadi gas agar dapat menimbulkan panas. Perubahan bahan bakar menjadi gas hanya akan terjadi apabila suhu pembakaran naik. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat terjadi proses pembakaran. Selama proses pembakaran berlangsung perlu ada pengendalian dalam hal berikut: a. Temperatur Temperatur atau suhu selama proses pembakaran dapat diukur denga thermocouple dan pyrometer yang terpasang dalam tungku pembakaran. b.
Kecepatan Kompor Pembakar (Burner) Kecepatan pembakaran dapat diatur dengan menambah atau mengurangi jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran dengan mengatur kran bahan bakar. Dengan menambah bahan bakar, udara yang masuk dan diperlukan
untuk
pembakaran
harus
ditambah
sehingga
ada
keseimbangan. c.
Waktu Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tinggi rendahnya suhu pembakaran yang akan dicapai, kecepatan kenaikan suhu, dan yang penting kapasitas tungku pembakaran.
d.
Tarikan Cerobong Tarikan cerobong akan mempengaruhi efisiensi pemakaian bahan bakar dan kenaikan suhu. Bila tarikan cerobong terlalu tinggi/cepat gas panas
47 tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan panas kepada benda keramik sehingga dibutuhkan bahan bakar yang lebih banyak untuk dapat menaikkan suhu. e.
Suasana pembakaran (oksidasi, reduksi, dan netral) Suasana pembakaran yang dimaksud adalah oksidasi, reduksi, atau netral. Suasana oksidasi akan terjadi bila udara yang diperlukan untuk pembakaran berlebihan dibanding dengan bahan bakar, reduksi akan terjadi apabila udara yang dibutuhkan kurang sedangkan netral akan terjadi bila udara dan bahan bakar seimbang.
2.3
Tinjauan Khusus
2.3.1 Museum Seni Rupa dan Keramik A. Lokasi Museum Lokasi museum berada di Kawasan Kota Tua, yang lebih tepatnya berada di Jalan Pos Kota no 2, Jakarta Barat. Letak Museum Seni Rupa dan Keramik dikelilingi oleh tempat-tempat bersejarah seperti Museum Wayang, Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Indonesia, Toko Merah, Café Betawi, Stasiun Jakarta Kota, dll. B. Sejarah Gedung Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai
Lembaga
Peradilan
tertinggi
Belanda (Raad
van
Justitie), kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta. Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
48 Gambar 2.26 Pintu Masuk Museum Seni Rupa dan Keramik
Sumber : Dokumen Pribadi
C. Visi dan Misi VISI : Menjadikan Museum Seni Rupa dan Keramik sebagai pusat pelestarian seni rupa Indonesia dan sebagai tujuan kunjungan wisata seni dan budaya yang bertaraf internasional. MISI : Meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan pelayanan pengunjung,
melakukan
penataan
ruang
koleksi
secara
berkala,
meningkatkan kerjasama dengan mitra museum.
D. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok Museum Seni Rupa dan Keramik adalah melayani masyarakat dan pengungjung serta mengadakan, menyimpan, merawat, mengamankan, meneliti koleksi, memperagakan dan mengembangkan untuk kepentingan pendidikan, sejarah, kebudayaan, rekreasi, sosial dan ekonomi baik langsung maupun tidak langsung Fungsi dari Museum antara lain : a.
Penyusunan program dan rencana kegiatan operasional
b.
Pengusulan pengadaan koleksi serta sarananya
c.
Penyelenggaraan usaha-usaha, publikasi, pameran koleksi dan pemasaran
d.
Pelaksanaan pembuatan deskripsi dan registrasi koleksi
e.
Penyimpanan, penataan dan perawatan koleksi
f.
Penelitian koleksi
g.
Pemberian bimbingan dan pelayanan edukatif kultural kepada masyarakat
49 h.
Penyelenggaraan pengelolaan perpustakaan museum
i.
Pelayanan informasi tentang Seni Rupa dan Keramik
j.
Penyusunan kegiatan ketatausahaan
E. Struktur Organisasi Bagan 2.2 Struktur Organisasi Museum Seni Rupa dan Keramik
Sumber : hasil wawancara dengan pihak museum F. Fasilitas Museum Fasilitas umum museum berupa musholla, lahan parkir yang cukup luas serta toilet. Sedangkan fasilitas khusus berupa perpustakaan, studio gerabah, serta toko cinderamata. 1. Perpustakaan, dilengkapi dengan buku-buku seni rupa dan keramik yang dijadikan panduan akan seni rupa. Namun karena perpustakaan masih dalam tahap pembetulan, maka tidak dibuka untuk umum 2. Workshop, merupakan tempat pelatihan untuk membuat gerabah. Dalam mengikuti pelatihan diajari teknik mulai dari pinching (pijat), cetak dan roda putar. Selain itu juga disediakan oven untuk pembakaran gerabah. Kapasitas yang dimiliki oleh studio ini berkisar 10 orang. Apabila terdapat rombongan yang datang dalam jumlah yang sangat banyak, aktifitas tersebut akan dipindahkan ke ruang serba guna atau teraa
50 Gambar 2.27 Workshop diteras
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.
Toko Cindera Mata, memiliki souvenir untuk pengunjung berupa kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa, lukisan, keramik, dll
G. Aktifitas / Kegiatan dalam Museum Kegiatan yang diselenggarakan Museum Seni Rupa dan Keramik setiap tahunnya adalah : a. Penyuluhan permuseuman b. Pameran temporer c. Partisipasi kegiatan diluar museum
H. Elemen Interior a. Lantai Untuk material lantai area lukisan menggunakan tegel dan vinly yang digunakan sebagai alur dari jalannya pengunjung. Sedangkan untuk lantai area keramik menggunakan tegel dan PVC yang juga digunakan sebagai alur dari jalannya pengunjung. Perbedaan material lantai yang digunakan tidak memiliki sambungan dengan level yang sama serta adanya beberapa tegel yang rusak yang menjadi berbahaya ketika dilalui oleh anak-anak ataupun lansia.
51 Gambar 2.28 Material lantai yang digunakan
Sumber : Dokumentasi Pribadi b. Dinding Dinding yang digunakan merupakan dinding bata dengan finishing cat. c. Plafon Plafon yang digunakan merupaan tripleks yang di finishing dengan car berwarna hijau. Plafon tersebut di ekspos sehingga ruangan terlihat tinggi, tinggi dari lantai hingga plafon kurang lebih mencapai 5 meter
Gambar 2.29 Plafon Museum
Sumber : Dokumentasi Pribadi d. Penghawaan Penghawaan yang digunakan berupa AC central yang terdapat diseluruh area indoor museum. Ketika ramai pengunjung, udara mejadi lebih panas yang dikarenakan lalu-lalang pegunjung diarea pintu masuk e. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan berupa spotlight dengan tracking serta lampu LED didalam display artefak. Pencahayaan yang terdapat di museum secara garis besar sudah mendapatkan pencahayaan yang baik namun kurang memanfaatkan pencahayaan alami
52 Gambar 2.30 Pencahayaan Museum
Sumber : Dokumentasi Pribadi f. Display Display yang digunakan dalam museum sudah baik dan ergonomis, namun apabila dilihat dari segi desain, kurang tertata dengan baik. Sehingga secara keseluruhan menjadi kurang menarik
Gambar 2.31 Display Museum
sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.32 Display Museum
sumber : Dokumentasi Pribadi
I. Analisa Interior Secara keseluruhan, museum ini sudah dapat menampilkan koleksinya dengan baik dan sesuai dengan ergonomi ketika manusia melihat sebuah karya seni. Fungsi dan kegunaan ruang yang terdapat dalam museum sudah
53 sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan pengunjung terutama dengan adanya perpustakaan dan area workshop. Akan tetapi terdapat beberapa kendala dalam museum ini, baik dari sisi pengunjung maupun sisi pengelola, berikut penjelasannya : 1. Dari segi informasi, kurangnya informasi atau penjelasan akan suatu artefak yang dipajang serta informasi seperti brosur sulit untuk didapatkan dari pihak museum 2. Dari kondisi bangunan, banyak area-area yang belum diperbaiki atau rusak seperti plafon yang bolong dan berwarna kekuningan karena air yang merembes ke plafon. Lalu lantai yang tidak diperbaiki yang menjadi sangat berbahaya ketika lantai tersebut dilalui oleh anak-anak dan lansia 3. Banyak pengunjung yang tidak menaati peraturan seperti membuang sampah sembarangan, serta memegang artefak-artefak terutama lukisan 4. Adanya bau tak sedap dibeberapa area yang menganggu pengunjung 5. Kurangnya lahan atau area untuk workshop, yang membuat para rombongan harus ‘mengemper’ di teras
2.3.2 Gallery F. Widayanto A. Lokasi Galeri Gallery F. Widayanto terletak di Jalan Setiabudi 2 no. 11, Jakarta Selatan. Lokasi galeri ini terdapat di kompleks perumahan, oleh karena itu galeri ini memiliki luasan yang seukuran dengan rumah tinggal serta memiliki gaya geleri yang tropical
B. F. Widayanto F. Widayanto lahir di Jakarta pada tahun 1953, lulus pada tahun 1981 dari Bagian Keramik Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB. Pada tahun 1991 Widayanto mendirikan studio sendiri di Tapos, menandai awal dari produk fungsional dan dekoratif, termasuk aksesoris. Untuk melajnutkan karya artistiknyaia mengadakan pameran solo patung keramik yang diadakan setiap 2-3 tahun sekali. Selain keahliannya dalam seni keramik, Widayanto juga mengembangkan keterampilannya dalam menggambar. Pada tahun 2000 ia
54 menampilkan beberapa gambar dengan menggunakan arang dalam pameran tunggal di Regent Hotel, Jakarta F. Widayanto memiliki dua tempat galeri dan workshop pribadi. Tempat pertama berlokasi di Setiabudi dengan nama Gallery F. WIdayanto, koleksi yang terdapat digaleri tersebut sangat banyak, mulai dari aksesoris hingga koleksi masterpiece yang hanya diproduksi satu buah saja. Tempat kedua berlokasi di Depok dengan Nama Rumah Model Keramik & Wisata Keramik, koleksi yang terdapat di Rumah Model Keramik ini tidak sebanyak koleksi yang berada di Setiabudi, namun Rumah Model ini lebih memfokuskan ke wisata keramik sehingga dengan tujuan agar para pengunjung dapat bermain dan mempelajari pembuatan keramik. Sedangkan workshop pribadi Pak Widayanto berada di Tapos, yang merupakan lokasi yang tidak sembarang orang dapat datang tempat tersebut, harus melalui ijin terlebih dahulu, karena workshop tersebut merupakan tempat untuk memproduksi hasil dari semua koleksi yang dijual oleh Pak Widayanto. Kesamaan dari ketiga tempat tersebut adalah gaya rumahnya, yaitu tropical
C. Fasilitas dan Aktifitas Galeri Fasilitas yang terdapat dalam Gallery F. Widayanto antara lain : a. Area penjualan Area penjualan terletak disemua area galeri, tidak ada pembagian khusus akan jenis-jenis keramik yang dipamerkan. Hanya saja aksesorisaksesoris seperti kalung dan keramik-keramik berukuran kecil diposisikan di area dekat kasir dan patung-patung yang termasuk masterpiece dari karya F. Widayanto diletakkan di ruang koleksi tersendiri yang dapat juga dilihat oleh umum. Gambar 2.33 Area Penjualan Koleksi
Sumber : www.fwidayanto.com
55 b. Ruang Koleksi masterpiece karya F. Widayanto Ruang ini merupakan ruangan khusus yang merupakan hasil masterpiece yang berupa patung-patung yang memiliki sertifikat dan hanya diproduksi satu saja.
Gambar 2.34 Ruang Koleksi Masterpiece
Sumber : www.fwidayanto.com
c. Studio Keramik/workshop Studio ini digunakan ketika terdapat rombongan atau orang-orang yang memang tertarik untuk mengikuti kursus membuat keramik. Kursus yang diberikan memiliki beberapa tahap, mulai dari beginner hingga professional. Yang membedakan dari tahapan tersebut adalah teknik yang diajarkan, semakin ke tahap professional, maka semakin banyak teknik yang dikuasai serta apabila telah menyelesaikan tahapan tersebut akan diberikan sertifikat dari galeri tersebut. Studi yang terdapat di galeri tersebut merupakan studio semi terbuka, alasan dari semi terbuka itu tidak hanya memberikan unsur penghawaan yang baik bagi pengguna namun juga agar bisa dijadikan tempat untuk mendinginkan keramik sebelum keramik tersebut dibakar.
56 Gambar 2.35 Area Workshop
Sumber : Dokumentasi Pribadi d. Gudang penyimpanan Gudang untuk menyimpan koleksi-koleksi keramik tidak memiliki standarisasi seperti berapa suhu yang harus digunakan untuk menyimpan koleksi tersebut, hal ini terjadinya karena keramik tersebut sudah mengalami proses pembakaran sehingga cukup kuat dalam kondisi apapun. Penyimpanan untuk koleksi keramik ini berupa rak-rak besi e. Kamar Pribadi milik F. Widayanto Kamar pribadi tersebut digunakan beliau ketika beliau mengunjungi galeri tersebut selama beberapa hari. Pak Yanto sendiri kesehariannya adalah memantau galeri yang berada di Setiabudi, Ciganjur dan workshop pribadi yang berada di Tapos. f. Toilet umum
Aktifitas yang dilakukan oleh pengunjung pada umumnya adalah melihatlihat barang koleksi serta membeli atau bertanya untuk detail koleksi. Selain itu beberapa rombongan pada umumnya ketika datang ke galeri ini akan mengikuti kursus pembuatan keramik di studio dan diikuti dengan paket pemesanan makanan. Paket makanan yang disediakan harus melalui pemesanan terlebih dahulu dan biasanya memang dilakukan oleh para rombongan yang datang.
Sedangkan aktifitas dari pengelola galeri yang utama adalah melayani pengunjung yang datang. Biasa yang dilakukan adalah menemani pengunjung tersebut melihat-lihat koleksi, sehingga ketika pengunjung ingin bertanya mengenai pembuatan atau harga maka dapat dijawab dengan seketika.
57 Aktifitas lainnya berupa pengepakan barang, yang dilakukan ketika adanya pemesanan atau pengiriman barang. Serta untuk beberapa karyawan, yang ditunjuk sebagai pengajar dalam kursus tersebut dan terkadang juga melakukan aktifitas pembuatan keramik berukuran kecil untuk diperjual belikan
D.
Elemen Interior a. Lantai Lantai yang digunakan dalam galeri ini menggunakan tegel, lantai ekspos semen dengan cetakkan bentuk-bentuk seperti daun, bunga yang disertai dengan material keramik, lantai homogenous tile ukuran 60 x 60 cm, parquet yang terdapat dibagian tangga. Penggunaan lantai tegel dan ekspos semen digunakan untuk menunjang gaya tropical dari rumah tersebut b. Dinding Dinding yang digunakan dalam galeri ini sebagian besar menggunakan finishing bata yang berasal dari Bogor, berbeda dengan batu bata yang digunakan digunakan sebagai material bangunan, bata tersebut lebih lebar dan lebih tipis. Lalu menggunakan batu alam untuk interior yang semi terbuka dan sisanya menggunakan dinding bata dengan finishing cat abu c. Plafon Plafon yang digunakan dalam galeri ini menggunakan palfon gypsum yang dilapisi dengan karung goni atau istilahnya adalah bagor dengan tujuan sebagai elemen estetis. Lalu di ruang koleksi masterpiece menggunakan menggunakan tanaman padi sebagai unsur estetis pada ruangan tersebut. Sisa dari plafon tersebut di finishing dengan cat d. Penghawaan Sistem penghawaan yang terdapat digaleri ini menggunakan split AC dan kipas angin. Split AC berada di ruangan tertutup dan kipas angin digunakan diruangan yang semi terbuka. Secara keseluruhan, galeri ini hampir memiliki area yang terbuka yang disesuaikan dengan rumah yang bergaya tropical yang menjadi ciri khas dari Gallery F. Widayanto
58 e. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang terdapat digaleri ini menggunakan pada umumnnya menggunakan spotlight
lamp dengan tracking agar
mempermudah mengatur cahaya, karena koleksi yang dijual dapat sewaktu-waktu berubah tempat. General lighting yang digunakan berada hanya di area studio sedangkan untuk wall lamp berada di area dinding sebagai dekorasi dinding ketika malam hari
Gambar 2.36 Pencahayaan dalam Galeri F. Widayanto
Sumber : www.fwidayanto.com
2.3.3 MuNti Keramik A. Lokasi MuNti Keramik Lokasi MuNti Keramik berada di Jalan Guntur No. 2, Bogor, Jawa Barat. Area MuNti ini mudah diakses oleh orang awam karena letakkanya tidak jauh dari jalan tol dan jalan utama di Bogor. MuNti ini berada di area perumahan, sehingga tingkat kebisingannya rendah. MuNti ini tidak hanya menjual keramik namun juga memiki café dan restoran yang berada di satu lokasi yang sama. B. MuNti Keramik MuNti Keramik merupakan salah satu dari hasil pengerajin keramik yang ternama. Desain yang dihasilkan merupakan kombinasi dari seniman dan arsitektur sehingga membuat hasil keramik tersebut tidak hanya berseni namun juga memiliki fungsi yang baik. Hasil keramik tersebut dibuat dengan menggunakan olahan tangan yang memiliki skill yang baik sehingga terlihat pada detail-detail yang ada disetiap hasil karyanya. Keramik yang dihasilkan oleh MuNti terinspirasi dari alam yang dimiliki oleh Indonesia yang
59 memberikan timeless feeling pada dunia yang modern ini. Hasil yang dihasilkan oleh MuNti berupa dekorasi untuk interior, peralatan mandi, peralatan makan, peralatan kantor, lampu dan lantai Gambar 2.37 Pintu masuk MuNti Keramik
Sumber : Dokumentasi Pribadi
C. Fasilitas dan Aktifitas MuNti Keramik Fasilitas yang terdapat dalam MuNti Keramik, antara lain : a. Area penjualan Area penjualan berada di ruangan indoor dengan sistem penjualan yang menggunakan rak-rak pajangan serta meja. Ada beberapa klasifikasi dalam memajang hasil karya seperti ada rak yang menjual barang-barang paket seperti teko, gelas, piring dan cangkir, lalu rak yang menjual aksesoris kalung. Namun secara keseluruhan memang tidak ada pengklasifikasian barang yang signifikan, jadi dapat dikatakan tidak ada susunannya tersendiri. Gambar 2.38 Area penjualan keramik
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b.
Area penyimpanan keramik Area penyimpanan keramik tidak memiliki ruangan khusus tersendiri, hanya berupa rak-rak penyimpanan yang berada di bagian belakang
60 rumah. Tidak ada pengklasifikasian keramik-keramik tersebut, hanya saja, benda-benda yang berukuran kecil diletakkan dibagian depan rak.
Gambar 2.39 Rak penyimpanan keramik
Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Café dan Restoran “Coffee Time” Café dan restoran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk menarik minat pengunjung, jadi pengunjung yang datang tidak hanya fokus pada hasil keramik namun bisa menikmati sajian dari MuNti sendiri. Sajian yang diberikan tidak hanya makanan barat namun juga makanan lokal. Pengunjung yang menikmati café ini tidak tidak hanya para keluarga namun juga para muda-mudi
Gambar 2.40 Area restoran, semi indoor
Sumber : Dokumentasi Pribadi d. Dapur e. Kamar Mandi
61 Aktifitas yang dilakukan pengunjung pada umumnya adalah makan dan minum, sehingga aktiftas untuk melihat-lihat keramik merupakan aktifitas penunjang saja. Pengunjung yang memang merupakan klien tetap di MuNti biasanya datang untuk melihat-lihat atau melakukan pemesanan keramik. Sedangkan aktifitas yang dilakukan oleh pengelola terbagi menjadi 2, yaitu yang mengurusi bagian café dan bagian keramik. Untuk bagian mengurusi café sudah pasti aktifitasnya berupa melayani dan menerima pesanan dari pengunjung yang datang, serta adanya karyawan yang mengelola bagian dapur dan mengurusi bagian keuangan atau kasir café. Sedangkan untuk bagian keramik aktifitasnya adalah melayani transaksi pembelian serta mengurusi bagian packing untuk barang-barang dibeli oleh pengunjung
D. Elemen Interior Gambar 2.41 & 2.42 Area makan & Area penjualan
Sumber : Dokumentasi Pribadi a. Lantai Untuk material lantai yang digunakan terbagi menjadi dua area. Untuk area indoor menggunakan material keramik berwarna putih dan untuk bagian semi indoor menggunakan material batu serta semen ekspos yang terdapat cetakkan berupa keramik. Perbedaan material tersebut disesuaikan dengan lingkungan sekitar, karena bagian semi indoor digunakkan material batu b. Dinding Untuk material dinding yang digunakan yaitu dinding bata dengan finishing cat putih, sedangkan untuk area semi indoor menggunakan dinding bata ekspos yang hanya dijadikan kolom pendek untuk menyanggah antara plafon dengan tiang penyanggah
62 c. Plafon Untuk material plafon yang digunakan berupa tripleks yang difinishing dengan cat. Sedangkan untuk area semi indoor hanya ditutupi dengan genteng d. Penghawaan Karena tempat ini memiliki banyak bukaan dan terdapat banyak pohon maka hanya menggunakan kipas angin yang terdapat di area indoor. Keadaan pintu dan jendela pada umumnya selalu dalam keaadaan terbuka yang membantu perputaran udara e. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan menggunakan lampu spotlight, hanging lamp, wall lamp, table lamp serta lampu TL yang berada dirak penjualan. Penggunaan wall dan table lamp digunakan sebagai display lampu-lampu yang dijual dan untuk hanging lamp digunakan untuk area makan dan juga terbuat dari keramik yang merupakan salah satu hasil produksi MuNti
63 2.3.4 Kesimpulan Hasil Survei dan Observasi
Tabel 2.1 Tabel Kesimpulan Hasil Survei dan Observasi Subjek Lokasi Arsitektur Desain Material Lantai Material Dinding Material Ceiling Ambience Tata Ruang Display Workshop Kamar Mandi Souvenir Perpustakaan Informasi Café Gudang Signage Keamanan Perawatan Pencahayaan Penghawaan
Museum Seni Rupa dan Keramik *** *** * * * ** * *** * * * tidak beroperasi * * tidak ada *** * ** * ** *
Gallery F. Widayanto ** ** *** ** *** *** *** ** ** *** ** tidak ada tidak ada *** tidak ada ** * ** *** *** ***
MuNti Keramik * * * ** ** ** ** * * tidak ada *** tidak ada tidak ada * *** * * * ** ** **
Keterangan : ***
Sangat Baik
**
Baik
*
Cukup Baik
* Dalam subjek terdapat material lantai, dinding, dan ceiling yang dimaksud dengan penilainan terhadap subjek tersebut adalah pengolahan lantai, dinding, ceiling yang baik sehingga selain menunjang desain namun juga aman untuk dilalui oleh pengunjung
Masing-masing tempat survei memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dalam perancangan interior museum, Museum Seni Rupa dan Keramik dapat dijadikan landasan untuk mendesain museum terutama dari segi fasilitas dan susunan atau struktur aktifitas. Sedangkan dari segi fasilitas F. Widayanto
64 dan MuNti Keramik tidak sebanyak atau selengkap museum karena basis dari dua tempat tersebut adalah galeri. Namun secara desain dan kenyaman, F. Widayanto dan MuNti Keramik dapat lebih unggul karena dikelola oleh pribadi sehingga perawatan interior dapat lebih mudah dan dari segi desain karena selain pemiliknya yang memiliki selera yang baik juga karena good design good business. Dengan lokasi yang dapat dikatakan tidak terlalu strategis maka tidak semua orang mengenal atau berkunjung ke lokasi baik Gallery F. Widayanto maupun MuNti Keramik sehingga pengunjung yang datang hanya pengunjung yang berupa pelanggan tetap atau pelanggan yang memiliki tujuan tertentu dengan catatan sudah mengetahui tempat tersebut atau kualitas koleksi tersebut dengan sangat baik. Lokasi yang kurang strategis tersebut membuat pengunjung yang datang tidak sepadat pengunjung yang datang ke museum, sehingga kenyaman pengunjung akan lebih baik ditambah dengan keramahan dari pengelola galeri.
Untuk teknik mendisplay antara museum cukup berbeda dengan teknik display di galeri. Tujuan pendisplay-an koleksi dimuseum adalah agar koleksi museum tersebut dapat dilihat tanpa harus mengurangi resiko hilang atau rusaknya benda koleksi tersebut, oleh karena itu semua benda koleksi ditutup atau dibatasi dengan kaca. Sedangkan untuk galeri, galeri memiliki tujuan agar barang atau koleksi tersebut dapat dibeli sehingga, tidak menggunakan keamanan seperti penggunaan kaca yang berada disekitar koleksi dan dapat dipegang oleh pengunjung. Keamanan yang diberikan oleh pihak galeri berupa ketika pengunjung melihat barang-barang koleksi, biasanya akan ditemani oleh salah satu staff dari galeri, dengan adanya staff yang selalu menemani pengunjung kelebihan yang didapat adalah pengunjung dapat mendapatkan informasi yang lebih banyak dan cepat baik mengenai detail koleksi atau hal-hal lain yang ingin ditanyakan.
Fasilitas yang berada dimasing-masing tempat survei memiliki perbedaan, faslitas perpustakaan yang dimiliki oleh museum bertujuan sebagai salah satu persyaratan dari pendirian museum serta sebagai sumber informasi yang bisa didapat yang sehubungan dengan seni selain dari hasil koleksi yang dipamerkan. Sedangkan untuk fasilitas café yang berada di MuNti Keramik
65 bertujuan sebagai fasilitas penunjang yang memberikan nuansa baru ketika ingin berbelanja keramik, selain itu café disini juga digunakan sebagai salah satu pendapatan bagi MuNti. Untuk F.Widayanto, sebenarnya juga memiliki area makan atau semacam restoran hanya dapat digunakan untuk acara tertentu dan harus melalui proses pemesanan terlebih dahulu. Merupakan faslitas yang cukup menarik namun tidak digunakan oleh umum, penggunaan area makan tersebut biasanya ketika terdapat acara gathering atau adanya kelompok yang melakukan aktifitas workshop sekaligus ingin menikmati nuansa di galeri sambil mencicipi makanan khas F. Widayanto.
Workshop yang dimiliki oleh F. Widayanto lebih baik dibandingkan dengan yang dimiliki museum, pertama dari fasilitas yang memadai, kedua karena areanya yang dimiliki semi terbuka dan disekitar area workshop terdapat taman, yang bertujuan sebagai penghawaan yang baik namun juga sebagai sumber inspirasi baik untuk pengunjung maupun staff yang sedang membuat hasil karya untuk dijual nantinya.
Dari hasil survei, ketertarikan masyarakat untuk datang ke museum dan galeri memilik ketertarikan yang cukup baik, hanya saja diperlukan publikasi dan dilakukan pendesainan yang lebih baik tertutama untuk pendesain-an museum serta kejelasan koleksi, sehingga masyarakat akan lebih tertarik untuk mendatangi tempat tersebut dan mendapat informasi yang berguna dan bermanfaat.
66