BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Massa 2.1.1
Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21). Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca. Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan 8
9 komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3). Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diperoleh secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu:
1. Komunikator Terlembagakan Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
10
2. Pesan Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.
3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen Komunikator
tidak
mengenal
komunikan
(anonim),
karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
11 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas” Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).
Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Saverin, 2007:4), perubahan
teknologi
baru
menyebabkan
perubahan
dalam
defenisikomunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relative besar,heterogen dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
12 3.
Komunikator
cenderung
berada
atau
beroperasi
dalam
sebuahorganisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas: 1. Fungsi Pengawasan Berupa
peringatan
dan
kontrol
sosial
maupun
kegiatan
persuasif.Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. 2. Fungsi Social Learning Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. 3. Fungsi Penyampaian Informasi Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat. 4. Fungsi Transformasi Budaya Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersamasama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.
13 5. Hiburan Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16)
2.1.2
Media Massa
Media Massa (Mass Media) adalah chanel, media/medium, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri merupakan kependekan dari komunikasi melalui media massa (communicate with media).
Yang termasuk media massa terutama adalah suratkabar, majalah, radio, televisi, dan film sebagai The Big Five of Mass Media (Lima Besar Media Massa), juga internet (cybermedia, media online).
14 Jenis Media Massa:
1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi (a) koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat kita temukan di internet (situs web).
Peran Media Massa
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni:
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi.
15 2.
Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3.
Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan normal. 5.
Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat. Karakteristik Media Massa
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum). 3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. 4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
16 Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut. Harold D. Laswell:
1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain)
Wright: 1. Pengawasan (Surveillance) – terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses peliputan dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya –tahu, panik, terancam, gelisah, apatis, dsb. 2. Menghubungkan (Correlation) – mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa atau masalah. 3. Transmisi Kultural (Cultural Transmission) – pewarisan budaya, sosialisasi.
4. Hiburan (Entertainment).
De Vito:
1. Menghibur 2. Meyakinkan – e.g. iklan, mengubah sikap, call for action.
17 3. Menginformasikan 4. Menganugerahkan status – menunjukkan kepentingan orang-orang tertentu; name makes news. “Perhatian massa = penting”. 5. Membius – massa terima apa saja yang disajikan media. 6. Menciptakan rasa kebersatuan –proses identifikasi.
UU No. 40/1999 tentang Pers:
1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Pengawasan
Sosial
(social
control)
–pengawas
perilaku publik dan penguasa.
2.1.3
Film Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan
18 selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memenfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya. Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat
disimpan
Pada
media
selluloid,
analog
maupun
digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yeng mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
2.1.4
Jenis-Jenis Film Film ada beberapa jenis yakni:
1
Film Dokumenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga
19 puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film
20 dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program documenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film documenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau (Miles Production, 1995). Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi.
21 Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List.
2
Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium
eksperimen
dan
batu
loncatan
bagi
seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
3
Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
22 4
Profil Perusahaan (Corporate Profile) Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan “Usaha Anda” di SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi atau promosi.
5
Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk(iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara eksplisit, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.
6
Program Televisi (TV Programme) Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (populer lewat saluran televisi
23 SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quis, talkshow, dan liputan berita (news).
7
Video Klip (Music Video) Video klip adalah sarana bagi produser music untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang mengiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core busines) mereka. Di Indonesia tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahun.
2.1.5
Produksi Film Mengacu pada profesi yang pada keseluruhan proses produksi, berikut beberapa penjelasan tentang proses produksi dalam manajemen produksi film. 1. Pra produksi dan Development
Pra produksi adalah sebuah tahap persiapan sebelum kegiatan syuting dimulai. Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan
24 syuting nantinya. Oleh karena itu proses ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa pekerjaan pada pra produksi ini, diantaranya yaitu:
a. Pemilihan Style
Pemilihan style film yang akan dibuat harus sesuai dengan kemampuan skill yang kita miliki. Juga harus disesuaikan dengan budget yang tersedia. Apabila tidak, maka hasil dari film yang kita buat tidak akan maksimal, bahkan mungkin gagal total. Adapun beberapa style yang sering kita lihat yaitu : 1) Full animasi ( mengandalkan skill dibidang animasi ) 2) Full Cinematografi ( mengandalkan skill dibidang sinematografi ) 3) Gabungan antara keduanya.
b. Pemilihan Tema dan Ide Cerita
Tema merupakan garis besar visual yang akan kita buat. Pemilihan tema dilakukan secara brain storming. Misalnya temanya adalah alam, ghotic, humor, dan lain-lain. Setelah mendapatkan tema, kemudian kita buat detail dalam bentuk synopsis. Banyak melihat pada referensi adalah hal yang sangat baik. Bagi sebagian kita, referensi kadang membuat kita ingin membuat sesuatu diluar jangkauan ketrampilan kita. Hal ini kadang membuat kualitasnya tanggung atau jelek sama sekali. Pemilihan ide dan
25 referensi ini sesuai dengan keterampilan kita agar tantangannya tetap ada. Jangan terlalu terjebak dengan aturan-aturan dalam pembuatan cerita film. Menurut pengalaman, hal ini dapat membuat sebuah film cerita tidak sama dengan aturan sebuah video lainnya.
Dalam pencarian sebuah ide untuk synopsis, harus memperhitungkan hal penting ini : 1. Penyesuaian budget 2. Feel 3. Skill 4. Lihat referensi 5. dan peralatan yang ada
Setelah synopsis jadi, selanjutnya dibuatlah script, story board, director script. Menurut pengalaman story board, meskipun cukup sulit dibuat namun cukup berguna, hanya saja jangan sampai terjebak dalam proses ini, karena kadang pembuatannya terlalu memakan waktu dan kurang akurat dengan kondisi saat syuting. Director script cukup penting dibuat untuk kemudahan bagi sutradara pada pelaksanaan syuting. Director script juga sangat membantu dalam efesiensi waktu dan juga akurasi dalam memvisualisasikan script.
Adapun format lain dalam penyususnan desain pra produksi ini yaitu : a. Ide dan tema cerita
26 b. Sinopsis c. Outline d. Skenario e. Analisa scenario : 1. Analisa pesan 2. Analisa karakter 3. Analisa setting 4. Analisa property 5. Analisa wardrobe f. Breakdown & Sub breakdown g. Hunting Plan h. Hunting i. Hunting report ( pemain, property, wardrobe, lokasi, transportasi, logistic, akomodasi ) j. Direcror shot k. Floor plan l. Storyboard m. Desain proses & jadwal n. Desain budget o. Konsep penyutradaraan, art, kamera, sound, editing p. Estimasi budget art dan kamera termasuk kedalam desain budget q. List property dan wardrobe yang termasuk kedalam hunting report r. Crew list
27
c. Persiapan Produksi
Setelah proses diatas berjalan dan selesai, proses selanjutnya adalah sebagai berikut :
-Pembentukan tim kerja -Pemilihan talent dan ekstras (dengan audisi) -Penyediaan art properties, costum dll -Pencarian lokasi dan perijinan -Penyediaan peralatan syuting
Proses-proses tersebut diatas sangat penting demi kelancaran syuting. Apabila salah satu proses terabaikan, maka kegiatan syuting akan terganggu. Meskipun kita bekerja dengan budget yang rendah namun proses diatas harus tetap dijalankan. Penghematan biaya biasa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan meminimalkan jumlah kru ( tetap ada batasan maksimal ). Atau dengan menggunakan fasilitas gratis.
2. Produksi
Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya
28 untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan adalah :
a. Manajemen Lapangan
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
• Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan ) • Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll ) • Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat ) • Crew koordinasi ( koordinasi para kru )
Attitude dalm bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran, pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk mencapai sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude yang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saat syuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.
b. Kegiatan Shooting
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru sangat menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh
29 karena itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui.
1. Shooting outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah: - cahaya matahari ( hard, soft ) - reflector ( silver, gold ) - hujan buatan - camera setting ( irish, speed, white balance, focus) - crowd control ( working with ekstras )
2. Shooting indoor
Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
- penggunaan lighting sederhana - penggunaan filter - make up
30 - pemilihan back ground - monitor
3. Visual efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan lebih menarik antara lain dengan :
- reserve motion - fast motion ( normal lipsync ) - slow motion (normal lipsync ) - crhoma key ( blue screen )
Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan yaitu :
• makan/ logistik • sewa peralatan • film • transportasi • akomodasi • telekomunikasi • dokumentasi • medis
31
3. Pasca Produksi Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shooting yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kesalahan pada waktu shooting sebagian mungkin diselesaikan pada tahap ini.
a) Editing
Kerjasama sutradara dan editor adalah diperlukan. Editing sebuah film membutuhkan rasa, oleh karena itu diperlukan pemahaman emosi yang akan diedit. Pemahaman tentang software yang digunakan juga sangat membantu maksimalnya hasil editing. Beberapa yang dilakukan antara lain : o capturing ( optimalisasi ) o format file o feel o colouring o fades and cuts o kualitas gambar ( film look )
b) Pemilihan format akhir Format akhir dari film harus sesuai dengan yang telah disepakati bersama saat pra produksi.Beberapa yang menjadi acuan kerja, serta masuk dalam anggaran kerja pasca produksi adalah :
32 1. Lab/ ruang editing 2. Editor 3. Mixer 4. Sound, director, enginer 5. Telecine 6. Konsumsi 7. Transportasi 8. Telekomunikasi 9. Mastering 10. poster
4. Bedah Film ( The Making Of ) Adalah pembahasan tentang pembuatan film selama pra hingga pasca.
2.1.6
Pelaku Sinematografi Berikut beberapa penjelasan tentang profesi sinematografi yang ada pada proses pembuatan film :
Produser Adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kelahiran sebuah film. Seorang sosok produser adalah sosok sentral yang menjalankan sebuah produksi film. Tidak dengan uang tapi dengan visi. Sebab dengan modal visilah dia bisa memutuskan apakah cerita itu bisa dikembangkan menjadi film layer lebar, kemampuan yang harus dimiliki
33 yaitu : mengelola keuangan, mencari dana, berbicara dengan calon investor, menyatukan sejumlah orang untuk terjadinya sejumlah film. Para produser adalah orang yang bekerja lebih awal hingga paling akhir dari produksi film. Artinya seorang produser harus memiliki kemampuan yang sangat kompleks dari semua bagian yang ada di bawahnya untuk menjadikan dia mampu mengelola sebuah film.
Manajer Produksi Kerja manajer produksi bak coordinator harian yang mengatur kerja dan memaksimalkan potensi yang ada di seluruh departemen yang ada. Dalam produksi sebuah film. Ialah yang bertanggung jawab dalam operasi produksi mulai tahap pra produksi sampai produksi usai. Tiap hari ia membuat ceklist mendaftar apa yang sudah dan yang belum dikerjakan, sambil mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan menyiapkan alternative pemecahannya.
Sutradara Profesi inipun kerap kali menjadi cita-cita banyak orang. Ketajaman visi sangat diperlukan supaya dapat menghidupkan cerita untuk bisa dinikmati di layar lebar. Dia yang harus mengontrol aspek dramatis dan artistik selama proses produksi berlangsung. Ia juga harus mengarahkan seluruh kru dan artis untuk bisa mewujudkan film. Sutradara adalah story teller lewat medium film jauh lebih penting dari pada kepahaman tentang film sendiri. Kemampuan memimpin,
34 komunikasi, visi, sikap, dan pemahaman soal hidup sangat juga diperlukan.
Asisiten sutradara I Ditahap pra produksi, diperlukan seorang untuk membantu sutradara untuk menterjemahkan hasil direktor treatment kedalam script breakdown dan shooting schedule. Orang ini diberi predikat asissten sutradara I, orang inilah yang mendiskusikan segala keperluan shooting dan manajer produksi.
Penulis skenario Penilis skenario harus bisa mengatakan sesuatu dengan jelas. Memahami maksud dari cerita. Memahami maksud cerita (berperan sama seperti arsirek untuk membangun cerita ), menulis skenario adalah pekerjaan kolaboratif yang dilakukan si penulis dengan orang yang punya visi yang sama, dalam hal ini sutradara dan produser.
Produser pelaksana Menjadi produser pelaksana diperlukan kemampuan manajerial, kemampuan mengelola anggaran. Kepemimpin, dan komunikasi. Tugasnya adalah memotivasi dan visi buat terjadinya film, bekerja
35 selama
proses
produksi
berlangsung.
Tugas
utamanya
adalah
memaksimalkan hasil produksi dalam bentuk film.
Penata kamera/ fotografi ( DOP ) Menguasai cerita, paham alat, tahu bagaimana menceritakan sesuatu, bisa menentukan penggambaran cerita itu. Menguasai teknik pencahayaan. Menguasai kemampuan manajerial maupun membuat jaringan komunikasi serta mempunyai hubungan yang baik dengan sutradara.
Kameramen Adalah seorang yang menoprasikan kamera. Seorang kamera person
wajib
mengetahui
seluk
beluk
kamera
sehingga
dapat
menuangkan visual sesuai yang diinginkan sutradara.
Desain produksi Diperlukan sebagai asissten sutradara menentukan suasana dan warana yang tampil dalam film. Desain produksi menterjemahkan keinginan kreatif sutradara dan merancangnya. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang luas, kreatif dan teknis agar seseorang desian produksi mampu menuangkan keinginan sutradara menjadi rancangan yang mudah dimengerti tiap kepala departement.
36
Penata kostum dan penata rias Bisa ditekuni oleh pria atau wanita. Berhubungan dengan kamera, jadi
harus
Memahami
mendiskusikan
kesemuanya
karakter
tokoh.
dari
dengan
Bertugas
penata
membantu
gambar. sutradara
menghidupkan karakter, bukan hanya mendadani pemain. Bekerja secara tim, punya sistem kerja, kemempuankomunikasi, bekerja keras dan tidak mudah panik.
Lighting Sesorang yang bertugas menjadi lighting mempunyai peranan yang cukup besar, karena kualitas gambar dari sebuah shot akan semakin baik jika cahaya yang digunakan tertata dengan baik.
Penyunting gambar/ editor Syarat menjadi editor adalah kesabaran. Mempunyai kemampuan bercerita, musik, rapi dan rajin mencatat. Ini jauh lebih penting dari pada kemampuan menggunakan komputer. Mampu berkomunikasi dengan sutradara. Keputusan pada ruang editing didasarkan pada kebutuhan cerita dan pertimbangan kebutuhan penonton.
Penata suara dan penata music Di Indonesia unsur audio belum menjadi prioritas. Padahal film bukan hanya membutuhkan gambar, itulah mengapa namanya film
37 se3bagai media audio visual. Profesi inin adalah pekerjaan seni namun membutuhkan kemampuan engineering. Profesi ini sesuai dengan orang yang gemar pada teknologi. Dalam mengerjakan film sesuai dengan script. Dalam memasukkan atau menghilangkan noise bisa menggunakan musik library, bisa juga dengan browsing, dengan syarat mencantumkan pada credit title.
Talent Mereka adalah figure yang ada kebutuhan dengan skenario dan syuting. Kebituhan mereka pada penyelenggara festival adalha mereka bisa melihat kualitas performa mereka saat di layar serta mampu untuk membandingkan kualitas mereka dengan film lainnya. Selain itu juga sebagai sarana belajar mereka untuk mengenal beragam karakter di film. Serta berkesempatan untuk bertemu dengan para pekerja film lainnya untuk mengembangkan jaringan.
Publisis Publikasi membutuhkan strategi komunikasi, sementara promosi lebih pada kegiatan pasang iklan di media sebanyak-banyaknya. Publikasi memungkinkan calon penonton untuk terinformasi soal film yang akan dia tonton. Dalam arti dia akan tahu lebih dari sekedar judul film itu apa. Dengan stratergi publikasi yang baik bisa juga menjadi penyelamat film yang mungkin jelek.
38 •
Dari yang dijelaskan diatas bahwa kru atau seluruh tim inti mempunyai tugas masing-masing yang sangat berpengaruh dalam produksi film ,maka dari semua itu diperlukan keefektivitasan dalam bekerja.
2.2.
Efektivitas 2.2.1
Pengertian Efektivitas Menurut Ravianto (1989:113), pengertian efektivitas adalah seberapa
baik
pekerjaan
yang
dilakukan,
sejauh
mana
orang
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif. Ndraha (2005:163), efisiensi digunakan untuk mengukur proses, efektivitas guna mengukur keberhasilan mencapai tujuan”. Khusus mengenai efektivitas pemerintahan ,Ndraha(2005:163) mengemukakan:
Efektivitas (effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak sebagai tingkat pencapaian tujuan, diukur dengan rumus hasil dibagi dengan (per) tujuan. Tujuan yang bermula pada visi yang bersifat abstrak itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit, yaitu sasaran (strategi). Sasaran adalah tujuan yang terukur, Konsep hasil relatif, bergantung pada pertanyaan, pada mata rantai mana dalam proses dan siklus pemerintahan, hasil didefinisikan. Apakah pada titik output? Outcome? Feedback? Siapa
39 yang mendefinisikannya : Pemerintah, yang-diperintah atau bersamasama?
Apapun
penilaiannya,
efektivitas
birokrasi
yang
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintah menjadi hal yang sangat penting dalam proses penyelenggaaan pemerintahan daerah.
Barnard
(dalam
Prawirosoentono,
1997:
27)
berpendapat
“Accordingly, we shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not.” Pendapat ini antara lain menunjukkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang ditentukan.
Mengutip Ensiklopedia administrasi, (The Liang Gie, 1967) menyampaikan pemahaman entang efektifitas sebagai berikut :
Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan denngan maksud tertentu yang memang dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki.
Dari diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan dengan yang
40 dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut.
Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :
“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin
besar
presentase
target
yang
dicapai,
makin
tinggi
efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektivitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut :
“ Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya
41 (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif ”.
Adapun pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah :
“ Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.
Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.
42 2.2.2
Efektivitas Kerja
Pengrtian efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuannya tepat atau peralatan-peralatan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas adalah hasil membuat keputusan untuk menunjukkan pengarahan tenaga kerja bawahan atau disebut juga manajemen efektivitas kepemimpinan, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan. Efektivitas adalah keadaan dan kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan. Untuk melihat efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu : Pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.
2.2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Richard M Steers ada empat faktor yaitu :
1. Karakteristik organisasi Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai
43 dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan
orang-orang
didalam
menyelesaikan
pekerjaan.
Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi didalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula.
2. Karakteristik Lingkungan Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar perusahaan misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya karyawan atau pegawai di perusahaan tersebut. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu : 1) Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan 2) Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan 3) Tingkat rasionalitas organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan makin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
44 3. Karakteristik pekerja Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan merupakan factor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumberdaya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
4. Kebijaksanaan dan praktek manajemen Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang
dan
proses
demi
keberhasilan
organisasi
semakin
sulit.
Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi. Dari penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh( Henry Fanyol dalam Sutarto ) yang menamakan asasnya dengan “Prinsiples of Organisasi” (asas-asas organisasi) sebagai berikut: 1. Devision of work (pembagian kerja) 2. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab) 3. Disiplin (disiplin) 4. Unity of commond (kesatuan perintah)
45 5. Unityof direction (kesatuan arah) 6. Subordination of individual interest general interest (kepentingan individu dibawah kepentingan umum) 7. Remunaration (pay) of personnel (gaji pegawai/karyawan) 8. Centralization (sentralisasi) 9. Scalarchain (rangkaian skala) 10. Order (ketertiban) 11. Equity (keadilan) 12.
Stability
of
tenure
of
personnel
(kestabilan
masa
kerja
pegawai/karyawan) 13. Initiative (inisiatif) 14. Espritdecorp (kesatuan jiwa korp)
2.2.4
Tolok Ukur Efektivitas Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas kerja karyawan, peneliti menggunakan kriteria ukuran yang dikemukakan oleh Richard M. Steers yaitu dalam usaha membina pengertian efektivitas kerja yang semua bersifat abstrak itu menjadi sedikit banyak lebih konkrit dan dapat diukur, beberapa analis organisasi berusaha mengindentifikasikan segisegi yang lebih menonjol yang berhubungan dengan konsep ini, walaupun ada sederetan panjang criteria evaluasi yang dipakai, namun kriteria yang paling banyak dipakai meliputi berikut ini: a. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan) b. Produktivitas (prestasi kerja)
46 c. Kepuasan kerja d. Kemampuan berlaba e. Pencapaian sumber daya (Richard M Steers, terjemahan Magdalena 1985:134-135) Dalam hubungannya dengan penelitian ini lebih menekankan pada kreteria yang berhubungan langsung dengan para karyawan yang akan melaksanakan tugas pekerjaan yaitu :
a. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan) Kemampuan kerja manusia terbatas baik fisik, waktu, tempat, pendidikan serta faktor lain yang membatasi kegiatan
manusia.
Adanya keterbatasan ini yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan semua kebutuhannya tanpa melalui yang lain. Setiap orang yang masuk ke dalam organisasi dituntut untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang yang bekerja di dalamnya maupun dengan tugas pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Kemampuan menyesuaikan diri ini sangat penting karena hal tersebut merupakan sarana tercapainya kerjasama antara karyawan yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard M. Steers berikut ini : “Pada kenyataannya mudah dijelaskan bahwa kunci keberhasilan organisasi bagi pencapian tujuan” (Richard M. Steers, terjemahan Magdalena 1985: 134-135)
47 b. Prestasi Kerja Menurut penjelasan Richard M. Steers prestasi kerja
yaitu
suatu penyelesaian tugas pekerjaan yang sudah dibebankan sesuai dengan target yang telah ditentukan bahkan ada yang melebihi target yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut Richard M. Steers mengemukakan hal sebagai berikut ini : “secara sederhana umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu : 1. Kemampuan dan minat seorang pekerja. 2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan. 3. Peranan seorang pekerja dan tingkat motivasi kerja Untuk mencapai prestasi seperti yang diinginkan maka diperlukan kerja keras sesuai dengan fungsi peranan di dalam organisasi yang dimasukinya. Prestasi kerja dapat dirasakan bila seseorang telah berhasil melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Prestasi kerja yang telah dicapai akan mempengaruhi orang lain untuk dapat melakukan hal yang sama dengan demikian maka hasil kerja di dalam organisasipun mungkin lebih baik. Dari uiaraian diatas maka dapat disampaikan bahwa prestasi kerja juga merupakan faktor penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi, karena tanpa adanya prestasi kerja keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi akan sulit. Hal ini sesuai yang dikemukakan Richard M. Steers yaitu tanpa prestasi yang baik di
48 semua tingkat organisasi pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi suatu yang sulit.
c.
Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini Richard M. Steers mengemukakan hal sebagai berikut : Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaan dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu, bahwa mereka dapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan tentang pengertian kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan sebagai akibat dari imbalan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan, bila kebutuhan karyawan terpenuhi maka mereka akan merasa puas dan senang.
d.
Kemampuan berlaba. Kemampuan organisasi,
pekerja
sebagai
memberikan
imbangan
sumbangan
motivasi
pekerja
pada yang
suatu sangat
menentukan kehendak pekerja untuk menyumbang. Sifat-sifat ini dianggap relative mantap sepanjang waktu, walaupun mungkin akan timbul beberapa perubahan akibat intervensi dari luar (misalnya
49 latihan). Dalam penelitian ini yang diperhatikan adalah implikasi variasi sifat dalam pengaruhnya terhadap karya dan efektivitas. Hasil riset menunjukkan bahwa keberhasilan manajemen erat hubungannya dengan tingkat kemampuan intelektual seseorang. Organisasi yang orientasinya terpusat pada laba akan mengarahkan tenaga kerjanya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai pembagian
tugas
meningkatkan
agar
profit
tercapainya
organisasi
efisiensi
yang
akan
kerja
sehingga
berdampak
pada
tercapainya efektivitas.
e.
Pencapaian Sumber Daya. Sehubungan
dengan
pencapaian
sumber
daya
telah
diidentifikasi tiga bidang yang saling berhubungan. Pertama, mengintegrasikan dan mengkoordinasi berbagai sub sistem organisasi (yaitu produktif, pendukung pemeliharaan, penyesuai
dan
manajemen)
sehingga
setiap
sub
sistem
mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas utamannya. Jika sub sistem ini dikoordinasikan dengan tepat, energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang diarahkan ketujuan menjadi lebih efesien. Kedua, berhubungan dengan
penetapan,
pedoman-pedoman
pengimplementasian kebijakan.
Pedoman
dan
pemeliharaan
kebijakan
dapat
mendukung efektifitas organisasi dengan memastikan bahwa organisasi menarik manfaat dari keputusan dan tindakan yang lalu
50 dan menekan pemborosan enerji atau fungsi ganda dalam beberap bagian sampai seminimal mungkin. Ketiga, setiap ancangan sistem pada penelaah organisasi mengakui adanya serangkaian umpan balik dan lingkaran kendali yang menjalankan fungsi gyroskopik demi menjamin agar organisasi tetap pada terjadinya dalam usaha pencapaian tujuan. Walaupun
system
pengendalian
dapat
bermacam-macam
bentuknya (keuangan, fisik atau barang, manusia). Namun dalam penelitian ini tertutama diperhatikan aspek manusia dari sistem pengendalian.
Tekni-teknik
seperti
akunting
manusia
menunjukkan potensi untuk lebih mengakui pentingnya tingkah laku manusia sebagai factor penentu efektifitas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indicator variabel Efektifitas Kerja adalah : 1. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan). 2. Prestasi Kerja 3. Kepuasan Kerja
2.3.
Sumber Daya Manusia 2.3.1
Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
51 mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industriorganisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
52 2.3.2
Tujuan dan Manfaat pengembangan Sumber Daya Manusia
Tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Martoyo (1992) adalah dapat ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan/anggota organisasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi.
Menurut Manullang (1980), tujuan pengembangan pegawai sebenarnya sama dengan tujuan latihan pegawai. Sesungguhnya tujuan latihan atau tujuan pengembangan pegawai yang efektif, adalah untuk memperoleh tiga hal yaitu :
1. menambah pengetahuan 2. menambah ketrampilan 3. merubah sikap
Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :
a) Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
b) Meningkatkan produktivitas
53 Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
c) Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
d) Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e) Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan
54 tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
Jika disimak dari pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan pegawai, pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Agar pegawai dapat melakukan pekerjaan lebih efisien. 2. Agar pengawasan lebih sedikit terhadap pegawai. 3. Agar pegawai lebih cepat berkembang. 4. Menstabilisasi pegawai.
Manfaat dari pengembangan pegawai dapat dilihat dalam dua sisi yaitu :
A. Dari sisi individu pegawai yang memberi manfaat sebagai berikut :
1) Menambah pengetahuan terutama penemuan terakhir dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan, misalnya prinsip-prinsip dan filsafat manajemen yang terbaik dan terakhir.
2) Menambah dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama.
3) Merubah sikap.
4) Memperbaiki atau menambah imbalan/balas jasa yang diperoleh dari organisasi tempat bekerja.
55
B. Dari sisi organisasi, pengembangan pegawai dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1) Menaikkan produktivitas pegawai.
2) Menurunkan biaya.
3) Mengurangi turnover pegawai
4)
Kemungkinan memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena
direalisirnya ketiga manfaat tersebut terlebih dahulu.
2.4.
Freelance 2.4.1
Pengertian Freelance
Freelance menurut wikipedia adalah seseorang yang bekerja sendiri dan tidak berkomitmen kepada majikan jangka panjang tertentu.
Istilah "tenaga lepas" atau "pekerja lepas" adalah untuk seseorang yang melakukan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang mereka jalani sendiri disebut "pekerjaan lepas". Dalam bentuk bahasa Inggrisnya, "freelance", istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Sir Walter Scott (1771-1832) dari Britania Raya dalam novelnya "Ivanhoe" untuk menggambarkan seorang "tentara bayaran abad pertengahan" atau metafora
untuk
sebuah
"tombak
yang
bebas"
("free-lance")
56 (menunjukkan bahwa tombak tidak disumpah untuk melayani majikan apapun, bukan bahwa tombak tersedia gratis).
Jadi, secara singkat Freelance adalah sebuah profesi yang membuat pelakunya tidak terikat dalam sebuah komitmen yang panjang dengan pemberi kerja. Dengan kata lain, Freelance adalah bekerja sesuai dengan proyek yang telah diberikan, dan kemudian mendapatkan kompensasi setelah proyek selesai.
2.4.2
Keuntungan Bekerja Freelance
Fleksibel waktu
Umumnya, Anda bebas mengerjakan tugas Anda kapan saja asal bisa diselesaikan sebelum batas waktu (deadline) yang telah ditentukan. Jadi, Anda bisa libur semaunya dan bisa lebih dekat dengan keluarga. Anda juga tidak perlu pergi ke kantor yang mungkin harus melewati kemacetan yang membuat stres.
Tidak perlu mendapat tekanan dari atasan atau perusahaan
Anda bekerja untuk Anda sendiri, jadi tidak ada atasan yang akan memarahi Anda atau menyuruh Anda melakukan sesuatu yang tidak Anda suka. Tidak ada peraturan perusahaan yang akan menyulitkan Anda. Jika Anda tidak menyukai pekerjaan tersebut, Anda cukup mencari pekerjaan lain dengan mudah tanpa ada ikatan kontrak perusahaan.
57 Pendapatan yang Lebih Besar
Biasanya seorang pekerja lepasan mendapatkan pendapatan yang lebih besar karena semua keuntungan dapat dinikmati sendiri atau bila harus berbagi, porsinya lebih besar dibandingkan gaji yang biasa diterima. Sebagai pekerja freelance, Anda bisa mengatur sendiri besarnya pendapatan yang ingin Anda terima.
2.4.3
Kelemahan Bekerja Freelance
Tidak ada kepastian pendapatan tetap setiap bulan
Berbeda dengan pekerja kantoran yang menerima gaji setiap bulan, freelancer harus berjuang mencari proyek agar mendapatkan penghasilan tiap bulan.
Siap bekerja di hari libur
Anda mungkin harus menerima telapon atau terpaksa megerjakan proyek Anda pada hari Minggu akibat deadline yang sudah dekat. Atau pada saat orang lain sedang rekreasi, Anda terpaksa sibuk mengerjakan proyek tersebut karena pesanan pemilik proyek. Bahkan karena tidak dibatasi jam kerja, Anda harus mengerjakan pekerjaan tersebut hingga larut malam. Bahkan tidak jarang pekerja freelance tidak tidur untuk menyelesaikan proyek mereka.
58 Mengerjakan banyak hal sendiri
Selain mengerjakan proyek yang akan dibuat, bila Anda harus mencari proyek sendiri, berarti Anda harus bertindak seperti seorang tenaga penjualan (sales), belajar berbicara yang menarik seperti seorang public relation, mengatur pemasukan dan pengeluaran uang selama mengerjakan proyek seperti seorang akuntan, dan tentunya sebagai tenaga ahli di bidang yang Anda kerjakan.
2.4.4
Perlindungan Hukum Untuk Pekerja Freelance
Dalam pasal 1 UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang lakilaki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Perjanjian kerja ini dibuat atas dasar :
a. kemauan bebas kedua belah pihak;
59 b. kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja dibuat bisa untuk :
a. waktu tertentu, bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu; Perjanjian ini dibuat secara tertulis dan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Dibuat atas kemauan kedua belah pihak.
b. waktu tidak tertentu, bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja selama-lamanya 3 bulan. Selama masa percobaan , pengusaha dilarang membayar upah pekerjanya dibawah upah minimum yang ditetapkan oleh Menteri.
Perjanjian kerja yang sedang berlaku dapat diubah atau ditarik kembali asal ada persetujuan dari kedua belah pihak. Perubahan perjanjian kerja bukanlah membuat perjanjian kerja yang baru, melainkan isi dari perjanjian kerja diadakan perubahan.
Jika suatu perjanjian mengandung unsur-unsur dari beberapa perjanjian, perjanjian itu disebut perjanjian campuran. Jika ada perjanjian
60 campuran, dimana dalam perjanjian itu mengandung beberapa unsur perjanjian yang salah satu unsurnya adalah perjanjian kerja, maka menurut pasal 1601 c ayat (1) KUHPerdata ditentukan : "Jika suatu perjanjian memiliki unsur perjanjian kerja dan unsur perjanjian macam lain, maka yang berlaku adalah baik ketentuan mengenai perjanjian kerja, maupun ketentuan mengenai perjanjian macam lainnya itu yang unsurnya terkandung di dalamnya; jika ada pertentangan di antara ketentuanketentuan tersebut, maka yang berlaku ketentuan mengenai perjanjiankerja".
Dengan terjadinya perjanjian kerja akan menimbulkan hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang berisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi masing-masing pihak. Hak dari pihak yang satu merupakan kewajiban bagi pihak lainnya, demikian juga sebaliknya kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak lainnya.
Namun walaupun demikian ada berbagai peraturan Undangundang yang mengatur mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tenaga kerja yang biasanya setiap perusahaan mempunyai peraturan sendiri terhadap tenaga kerjanya mengenai syarat-syarat kerja yang ditetapkan oleh pengusaha tersebut. Dalam pembuatan peraturan perusahaan pekerja tidak ikut serta menentukan isinya, karena itu ada yang menyatakan bahwa peraturan perusahaan adalah peraturan yang berdiri sendiri yang terpisah dari perjanjian kerja.
61 Menurut Undang-undang, apabila suatu perusahaan menerapkan peraturan perusahaan, tenaga kerja diperusahaan tersebut harus menyetujui secara tertulis pada waktu membuat perjanjian kerja baik secara lisan maupun secara tertulis. Oleh karena itu peraturan perusahaan lainnya dipandang sebagai tambahan atau pelengkap.
Begitu pula dengan tenaga kerja freelance, sebelum menyatakan setuju untuk bekerja di rumah produksi sebaiknya memperhatikan isi perjanjian kerja yang ditawarkan di rumah produksi tersebut sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari atau tidak dirugikan hak-haknya oleh rumah produksi tersebut. Apabila ada ketidakjelasan akan isis perjanjian yang di berikan oleh rumah produksi sebaiknya ditanyakan kejelasannya.
Jika dalam hubungan kerja berlangsung ditetapkan suatu peraturan perusahaan yang baru atau diadakan perubahan pada peraturan perusahaan pada peraturan perusahaan yang sudah ada, maka dalam hal ini pekerja mandapat perlindungan dari pasal 1601 k KUHPerdata yaitu: pekerja harus diberi waktu yang cukup untuk mempertimbangkan peraturan perusahaan yang baru atau perubahan dari peraturan perusahaan yang sudah ada.
Dengan adanya UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan pokok tenaga kerja dalam pasal 10 disebutkan sebagai berikut: "Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup antara lain
62 norma kerja." Atas dasar tersebut Pemerintah Indonesia membuat ketentuan tentang Peraturan Perusahaan yang sifatnya memaksa artinya bahwa setiap perusahaan harus membuat peraturan perusahaan.
Dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan perusahaan atau rumah produksi adalah untuk mengusahakan agar pekerja mengetahui dengan pasti apa yang menjadi haknya, sehingga tercipta dan terpelihara keserasiaan yang lebih menjamin keseimbangan antara kesejahteraan tenaga kerja dan peningkatan produksi.
Peraturan perusahaan atau rumah produksi selain dimaksudkan untuk memberikan kepastian bagi tenaga kerja atas hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, hal tersebut juga untuk mempermudah dan mendorong pembuatan perjanjian kerja.
2.5.
Rumah Produksi Rumah Produksi ( dalam bahasa inggris adalah production house) adalah perusahaan yang bertanggung jawab atas terjadinya produksi dalam bentuk fisik yang berhubungan dengan new media, perfoming arts, film, radio, atau TV program. (Wikipedia)
2.6.
Teori Kewenangan Teori komunikasi kewenangan dikemukakan oleh Chester Barnard. Pikiran-pikiran
baru
mengenai
organisasi
muncul
sejak
Barnard
63 mempublikasikan The Functions of the Executive-nya. Ia menyatakan bahwa organisasi adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis. Suatu struktur yang mekanis yang jelas dan baik tidaklah cukup. Kelompokkelompok alamiah dalam struktur birokratik dipengaruhi oleh apa yang terjadi, komunikasi ke atas adalah penting, kewenangan berasal dari bawah alih-alih dari atas, dan pemimpin berfungsi sebagai kekuatan yang padu. Definisi Barnard mengenai organisasi formal menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Tekanannya pada aspek-aspek kooperatif organisasi mencerminkan pentingnya unsur manusia. Barnard menyatakan bahwa eksistensi suatu organisasi bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Maka ia
menyimpulkan
bahwa
“Fungsi
pertama
seorang
eksekutif
adalah
mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi.” Barnard juga menyatakan bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerja sama. Ia menyebutkan empat syarat yang harus dipenuhi sebelum
seseorang
menerima
suatu
pesan
yang
bersifat
otoritatif:
1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud 2. Orang tersebut percaya bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi 3. Orang tersebut percaya, pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama, bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya 4. Orang tersebut memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan.
64 Seperangkat premis ini menjadi terkenal sebagai Teori Penerimaan Kewenangan, yakni kewenangan yang berasal dari tingkat atas organisasi sebenarnya merupakan kewenangan nominal. Namun, Barnard menunjukan bahwa banyak pesan yang tidak dapat dianalisis, dinilai dan diteima, atau ditolak dengan sengaja. Tetapi kebanyakan arahan, perintah dan pesan persuasive termasuk ke dalam zona acuh-tak-acuh (zone of indifference) seseorang. Untuk
menggambarkan
gagasan
tentang
suatu
zone
of
indifference,
bayangkanlah suatu garis horizontal yang mempunyai skala 0% sebagai titik pusatnya dan 100% di kedua ujungnya. Semakin lebar zona tersebut, semakin jauh ia memanjang menuju ujung-ujungnya. Kemauan yang 100% untuk bekerja sama memperlihatkan zona yang memanjang dengan kedua arahnya menuju skala 100%. Suatu penolakan pesan yang mutlak (arahan, perintah, permohonan) menunjukkan
suatu
zona
yang
nilai-nilainya
adalah
nol.
Banyak pesan dari suatu organisasi dirancang untuk memperlebar zona acuh-takacuh pegawainya. Lebar zona setiap bawahan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seorang bawahan boleh jadi mau menerima suatu pesan dengan kehangatan dan penerimanaan, bawahan lainnya tidak mau menerima tetapi juga tidak berarti menolaknya, sedangkan seorang bawahan ketiga sama sekali menolak pesan tersebut. Barnard menyamakan kewenangan dengan komuniksi yang efektif. Penolakan suatu komunikasi sama dengan penolakan kewenangan kominikator. Dengan menerima suatu pesan atau perintah dari orang lain, seseorang memberikan kewenangan kepada perumus pesan dan karenanya menerima kedudukannya sebagai bawahan.
65 Terlepas dari kaitan erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard menganggap teknik-teknik komunikasi (lisan dan tulisan) penting untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga menganggap teknik-teknik tersebut sebagai sumber masalah organisasi. Barnard menjadikan komunikasi sebagai bagian penting dari teori organisasi dan manajemen. Ia percaya bahwa komunikasi merupakan kekuatan organisasi.
2.7.
Teori Elton Mayo Elton Mayo (1880-1949) terkenal dengan eksperimen tentang perilaku manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. " Gejala ini disebut Hawrthorne effect yaitu karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka yakin
bahwa
manajemen
memikirkan
kesejahteraan
mereka.
Hasil percobaan Mayo dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas. Yang justru mempu meningkatkan produktivitas itu adalah satu sikap yang dimiliki karyawan yang merasa manajer dan atasanya memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka.
Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruh nya terhadap produktivitas. Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terkenal dengan yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian manajemen dalam arti
66 konsep
"social
man”(manusia
sosial/manusia
dapat
dimotivasi
dengan
pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan konsep “rational man”(manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong sematamata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan rational "economic man”. Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pen-didikan dan latihan bagi para manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada “engineering atau technical skills”. Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara perseorangan. Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organi-sasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju. Sekarang dapat kita ketahui bahwa Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja antar manajer dengan karyawan. Aliran ini mempelopori studi baru dalam bidang
67 dinamika kelompok, dimana perhatian ditunjukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok
2.8.
Tradisi Sibernetika Ada tiga teori yang mewakili tradisi sibernetika, yaitu teori Weick tentang proses berorganisasi, teori Taylor tentang co-orientasi, dan teori tentang jaringan.
2.8.1
Teori Weick Tentang Proses Berorganisasi Teori Weick menggunakan komunikasi sebagai sebuah dasar bagi pengorganisasian manusia dan memberikan sebuah pemikiran untuk memahami bagaimana manusia berorganisasi. Menurut teori ini, organisasi bukanlah susunan yang terbentuk oleh posisi dan peranan, tetapi oleh aktivitas komunikasi. Organisasi itu sendiri merupakan suatu proses komunikasi yang berkelanjutan. Ketika manusia melakukan interaksi sehari-hari, kegiatan yang mereka lakukan menciptakan organisasi. Semua perilaku dihubungkan karena perilaku seseorang bergantung pada perilaku orang lain. Interaksi yang membentuk sebuah organisasi terdiri atas sebuah tindakan, pernyataan, atau perilaku seorang individu, yang penting adalah bagaimana orang lain merespons tindakan tersebut. Weick yakin bahwa semua kegiatan berorganisasi adalah interaksi ganda. Kegiatan
berorganisasi
berfungsi
untuk
mengurangi
ketidakpastian informasi. Istilah kunci teoritis Weick adalah equivocality,
68 yang
berarti
ketidakpastian,
kesulitan,
ambiguitas,
dan
kurang
keterdugaan. Menurut Weick, semua informasi dari lingkungan sekitar bersifat ambigu pada beberapa tingkatan. Proses menghilangkan kesamaran adalah proses yang berkembang dengan tiga bagian, yaitu pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan. Pembuatan (enactment) adalah definisi tentang situasi, atau menyatakan adanya informasi yang samar-samar dari luar. Proses kedua adalah pemilihan, dimana anggota organisasi menerima beberapa informasi sebagai suatu relevan dan menolak informasi lain. Pemilihan bertujuan untuk mempersempit bidang dan menghilangkan pilihan yang tidak ingin dihadapi oleh pelaku pada saat itu. Proses ketiga adalah penyimpanan, dimana hal-hal tertentu akan disimpan untuk penggunaan di masa mendatang. Informasi yang disimpan digabungkan pada kesatuan informasi yang sudah ada untuk menjaankan organisasi. Setelah terjadi penyimpanan, anggota organisasi menghadapi sebuah titik pilihan (choice point). Saat manusia berkomunikasi untuk mengurani ketidakpastian, mereka menjalani sebuah rangkaian siklus perilaku (behavior cycles) atau kebiasaan
yang
memungkinkan
kelompok
menjelaskan
segala
sesuatunya. Dalam sebuah siklus perilaku, tindakan anggota diatur oleh aturan tindakan (assembly rules) yang menuntun pilihan kebiasaan yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang sedang dijalankan (pembuatan, pemilihan, atau penyimpanan). Aturan-aturan tersebut
69 merupakan kriteria dimana anggota organisasi memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi kesamaran. Elemen-elemen dasar dari model Weick, yaitu lingkungan, kesamaran, pembuatan, pemilihan, penyimpanan, titik pilihan, siklus perilaku, dan aturan tindakan semuanya berkontribusi terhadap pengurangan kesamaran. Elemen ini bekerja bersama dalam sebuah sistem, masing-masing elemen ini saing berhubungan.
2.8.2
Teori Co-orientasi Taylor Tentang Organisasi Teori co-orientasi taylor tentang organisasi, James Taylor memulai pemikirannya dengan gagasan bahwa kegiatan berorganisasi terjadi ketika dua orang berinteraksi fokus seputar masalah tertentu. Taylor menyebut proses ini dengan co-orientasi, gagasan bahwa dua orang yang berorientasi pada sebuah objek umum (topik, isu, keprihatinan, situasi, gagasan, tujuan, orang lain, kelompok, dan sebagainya). Ketika berorientasi bersama pada suatu masalah, para pelaku komunikasi mencoba untuk membicarakan makna yang sesuai terhadap objek tersebut. Kadang-kadang mereka berhasil melakukannya, dan kadang-kadang tidak, dan membutuhkan interaksi yang besar untuk mencapai beberapa pemaknaan tertentu. Meskipun demikian, manusia saling terhubung dalam apa yang taylor sebut dengan tritunggal A-B-X. A adalah orang ke-1, B adalah orang ke-2, dan X adalah objek yang menjadi fokus interaksi mereka.
70 Dalam sebagian besar kasus, dua individu memiliki sudut pandang yang berbeda. Taylor menggambarkan hal ini sebagai membedakan pandangan dunia (worldviews). Dalam hal ini mengambil manajer dan pegawai sebagai hipotesis yang berselisih paham tentang suatu kebijakan yang diajukan, harus melakukan setidaknya tiga hal dalam menciptakan pemaknaan yang berkaitan : (1) mereka harus mendapatkan persetujuan tentang fakta-fakta yang mereka hadapi bersama; (2)mereka harus menyetujui siapa yang akan melakukan sesuatu pada fakta-fakta ini; (3) mereka harus menciptakan sebuah konteks atau dasar untuk interaksi yang terus berjalan. Kegitaa hasil ini penting untuk tritunggal a-b-x dalam sebuah organisasi. Sebagai contoh, pegai dan manajer mungkin berbagi pendapat bahwa kebijakan diperlukan untuk mengurangi kesalahan (fakta), yang berarti dibutuhkan perubahan dalam praktik kerja (siapa yang akan melakukan apa), dan manajer memiliki otoritas untuk membuat perubahan (dasar interaksi). Saat semua hasil ini diraih (ada co-orientasi positif) dua individu tersebut menjadi semacam tim. Organisasi juga dibentuk dasan sebuah proses “scaling up”, interaksi di atas interaksi. Menurut Taylor, organisasi adalah sebuah proses sirkuler dengan interaksi dan penafsiran yang saling mempengaruhi, dengan kata lain, interkasi menghasilkan pemaknaan bersama yang selanjutnya membentuk interaksi kita. Hal ini akan lebih mudah dipahami jika kita dapat membedakan dua istilah teoritis, percakapan (conversation) dan naskah (text).
71 Percakapan adalah interaksi para pelaku percakapan terhadap satu sama lain, mereka menggunakan kata-kata, sikap, dan gerak tubuh. Naskah adalah apa yang dikatakan, isi dan gagasan yang ditanamkan dalam bahasa yang digunakan. Walaupun kita memiliki kebebasan untuk berkomunikasi dalam beragam cara, tapi kurang lebih kita terbatas dalam mengatakan sesuatu karena adanya ketentuan bahasa dan bentuk komunikasi yang telah terbentuk dalam organisasi. Naskahlah (lisan atau tulisan) yang merepresentasikan secara simbolis bagaimana anggota organisasi mendefinisikan organisasinya. Naskah-naskah ini sangat penting sebagai pola karena mereka memberikan sebuah gambaran batasan, kegiatan, dan peran anggota organisasi yang diterima secara umum. Susunan permukaan (surface structure) adalah cara-cara manusia berkomunikasi, pola-pola interaksi, dan hubungan mereka yang dihasilkan dari susunan dalam (deep structure). Susunan dalam adalah sebuah jaringan aturan yang rumit tentang pola-pola interaksi yang diizinkan oleh organisasi, kewajiban anggota, tugas, dan tanggung jawab yang diharapkan. Ini merupakan sebuah timbal balik maju dan mundur antara susunan dalam dan susunan permukaan yang melibatkan hubungan antara dua bentuk penerjemah, dari naskah ke percakapan dan dari percakan ke naskah. Kadang, hubungan ini sangat stabil sehingga kehidupan organisasi sangat mudah diduga. Kadang hubungan ini sangat tidak stabil karena naskah dan percakapan organisasi mengalami perubahan.
72 2.8.3
Teori Jaringan Teori jaringan, jaringan (networks) adalah susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antarindividu dan kelompok. Saat manusia saling berkomunikasi, maka terciptalah mata rantai yang merupakan jalur komunikasi dalam sebuah organisasi. Beberapa diantaranya ditentukan oleh aturan-aturan organisasi (seperti susunan birokrasi yang dinyatakn oleh weber) dan yang mendasari jaringan formal (formal networks), tapi ini hanya mengungkapakan bagian susunan organisasi. Sebaliknya, jaringan yang berkembang (emergent networks) adalah saluran-saluran informal yang dibangun oleh regulasi formal organisasi, tetapi oleh kontak regular sehari-hari antaranggotanya. Gagasan struktural dasar dari teori jaringan adalah keterkaitan (conectedness), yaitu adanya pola komunikasi yang cukup stabil antarindividu. Setiap orang memiliki susunan hubungan yang khusus dengan orang lain dalam organisasi. Hal ini disebut dengan jaringan pribadi (personal networks), yaitu hubungan yang dimiliki dari komunikasi yang dijalin dengan orang lain dalam organisasi, dan susunan jaringan pribadi yang berbeda dengan orang lain. Manusia terhubung ke dalam kelompok(jaringan kelompok / group networks), dan kelompok terhubung ke dalam sebuah yang lebih besar (jaringan organisasi / organizational networks). Satuan dasar dari organisasi adalah mata rantai (link) antara dua orang. Sebuah mata rantai dapat didefinisikan dengan maksud atau tujuaannya, bagaimana tujuan tersebut dibagi, dan fungsi mata rantai
73 tersebut dalam organisasi. Mata rantai juga dapat mendefinisikan sebuah peranan jaringan (network role) tertentu, yang berarti bahwa mereka menghubungakan kelompok-kelompok dalam cara-cara tertentu. Ketika anggota organisasi saling berkomunikasi, mereka memenuhi beragam peranan dalam jaringan tersebut. Sebagai contoh, sebuah jembatan (bridge) adalah anggota dari sebuah kelompok yang juga merupakan anggota dari kelompok lain. Sebuah hubungan (liaison) menghubungkan dua kelompok, tetapibukan merupakan anggota kelompok tersebut. Sebuah pemisah (isolate) adalah individu yang tidak terhubung dalam kelompok manapun. Tingkatan (degree) ada beberapa jenis, yaitu tingkatan dalam (in-degree) yang menunjukkan jumlah kontak antara seseorang dengan orang lain, tingkatan luar (out-degree) adalah jumlah mata rantai yang digunakan seseorang kepada orang lain, sentralitas (centrality) adalah tingkatan dimana seseorang dan kelompok saling terhubung. Sebuah organisasi yang sangat terpusat memiliki garis-garis dari kelompok-kelompok. Sistem dessentralisasi memiliki lebih banyak keterkaitan antara seluruh anggotanya tanpa ada kelompok yang mengendalikannya. Mata rantai dapat bersifat langsung (direct) dengan menggunakan mata ranitai lurus antara dua orang, atau tidak langsung (indirect) dimana dua orang saling terhubung melalui pihak ketiga. Jumlah mata rantai antara seseorang dengan orang lain disebut tingkat pemisahan (degrees of separation). Mata rantai juga berbeda dalam frekuensi dan stabilitasnya, atau seberapa
74 sering mata rantai tersebut terjadi dan seberapa terduganya mata rantai tersebut. Cara-cara jaringan bekerja dalam organisasi yaitu : ·
Jaringan dapat mengatur arus informasi,
·
Menyatukan orang-orang dengan minat yang sama,
·
Membentuk penafsiran yang sama,
·
Meningkatkan pengaruh sosial,
·
Memungkinkan adanya pertukaran sumber daya. Kesimpulan dari teori sibernetika yaitu interaksi menciptakan
pengaruh mutual dan jaringan yang dihasilkan membentuk keseluruhan sistem itu sendiri. Hal ini dijelaskan dari Weick yang memberikan sebuah pandangan mikro dimana interaksi (respons maju mundur) menciptakan kejelasan dan mendefinisikan sistem bagi para anggotanya. Taylor menunjukkan bagaimana co-orientasi dibentuk
untuk menciptakan
kesepakatan organisasi. Dan teori jaringan menjelaskan bahwa pada saat yang sama, interaksi membentuk dirinya sendiri menjadi garis-garis komunikasi dan pengaruh yang menyebar melalui organisasi.
75 2.9.
Kerangka Berfikir Gambar 2.1 Kerangka Pikir Komunikasi Massa
Produksi Film
Efektivitas Kerja
Kemampuan Menyesuaikan diri
Prestasi Kerja
Kepuasan Kerja
(Keluwesan)
Penggunaan Tenaga Freelance Dalam Industri Film Di Indonesia (Studi Kasus Keberadaan Tenaga Freelance Di Rumah Produksi 700 Pictures Dalam Film Catatan Harian Si Boy)
2.10.
Hubungan Efektivitas Dengan Penggunaan Tenaga Freelance Dalam Produksi Film Efektivitas yang berarti menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Yang dimaksud disini yakni apakah dengan
menggunakan tenaga freelance lebih efektif baik waktu,tenaga,dan
76 budgeting serta yang lainnya dalam mencapai tujuan rumah produksi yakni rampungnya produksi film dalam target baik Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan), Produktivitas (prestasi kerja), Kepuasan kerja dibandingkan tanpa menggunakan tenaga freelance dalam produksi film.