BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Museum 2.1.1 Pengertian Museum Menurut asal katanya, “museum” berasal dari bahasa Yunani “Mouseion” yang memiliki arti rumah dari sembilan dewi Yunani yang memberikan inspirasi bagi seniman. Yang kemudian mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi tersebut. Pada perkembangannya, mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah dan persembahan untuk dewa dari para umat (Encarta Researcher, 2003) Pengertian museum Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 601) museum / museum / n gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, ilmu dan tempat menyimpan barang kuno. Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangnya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesengan, branag pembuktian manusia dan lingkunganya (Direktorat Museum, 2008) Musuem di Indonesia tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di museum. Isi dari peraturan pemerintah tersebut menjelaskan bahwa museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia, serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan pengertian museum secara Internasional berdasarkan konfrensi umum ICOM (International Council Of Museums) yaitu 6
7
Museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan, diabdikan untuk kepentingan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum,
yang
mengumpulkan,
melestarikan,
meneliti,
mengkomunikasikan dan memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan 2.1.2 Sejarah Museum di Dunia Perkembangan
museum
dapat
tergambar
pada
buku The
Handbook for Museums (Edson dan Dean, 1996) yang menjelaskan perkembangan museum yang terjadi selama ini. Museum dalam berbagai bentuknya telah mulai dikenal pada tahun 1000-an sebelum masehi. Pada waktu itu museum didedikasikan untuk para 9 dewa muda yang berbagai hal berkaitan dengan kesejahteraan, seperti sajak, musik, puisi cinta, pidato, sejarah, tragedi kehidupan, komedi, tarian, dan astronomi. Hal ini terjadi di wilayah Yunani kuno. Konon, Kata museum bagi orang Yunani klasik berasal dari kata muze, artinya kumpulan sembilan dewi perlambang ilmu dan kesenian (Bejoharyono, 2012). Sejarah mencatat pula bahwa organisasi museum ditemukan pertama kali di Alexandria, Mesir, sekitar 3000 tahun sebelum masehi oleh Prolemy Soter. Museum tersebut hancur ketika terjadi kerusuhan 600 tahun kemudian. Museum pada waktu itu merupakan tempat komunitas pemikir atau universitas dan filsafat yang merupakan induk dari pengetahuan. Museum pada waktu itu fokus pada pendidikan, khususnya koleksi-koleksi yang memiliki keunikan dan nilai-nilai berharga secara materi. Perkembangan museum periode berikutnya seiring dengan adanya gerakan Renaissance di Eropa Barat. Perubahan koleksi museum pada masa itu dimulai pada abad 14 dan berlanjut sampai abad 16, seiring dengan kejayaan seni dan ilmu pengetahuan. Hal ini seiring pula dengan perubahan cara berpikir manusia ke arah pengembangan intuisi pengetahuan dan pengalaman individu dalam proses mencari tahu. Fokus beralih dari hubungan sosial ke kemanusiaan yang menjadi pusat. Dalam banyak arah keadaan waktu itu berkaitan dengan saat ini. Perubahan saat
8
ini dari yang berpusat pada kemanusiaan ke arah global. Perubahan ini terlihat pada abad 15, Florence Italia menjadi pusat pertumbuhan intelektual yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan seni terbaik pada saat itu. Kota tersebut menjadi kota pertama menggunakan kata museum untuk menggambarkan keindahan atas koleksi kedokteran. Museum muncul
perannya
sebagai
pusat
pencerahan
untuk
memahami
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya berbagai metodologi yang berkaitan dengan kemanusiaan dan alam. 200 tahun setelah adanya Medici Gallery dan museum untuk publik ada beberapa perkembangan selanjutnya. The Ashmolean di Oxford, Inggris, menjadi salah satu museum umum pertama yang tercatat. Museum ini dibuka tahun 1683. The British Museum dibuka tahun 1753, The Louvre di Prancis terbuka untuk umum setelah Revolusi Perancis tahun 1789. Museum terus mengalami perubahan konsep, yaitu dengan munculnya konsep yang awalnya koleksi privat atau pribadi menjadi dapat diakses publik. Perkembangan ini berevolusi di seluruh museum di Eropa. Di Amerika Serikat, koleksi tumbuh dan tersedia bagi masyarakat umum cenderung berkembang dari tangan ke tangan. Museum yang mempromosikan konsep sebagai bagian dari fasilitas publik dan mengembangkan pendidikan dilakukan oleh Museum yang diprakarsai oleh Charleston Library Society of South Carolina pada awal tahun 1773. (ruangpustaka.info) Dengan demikian awal fungsi museum, yaitu sebagai pusat ilmu pengetahuan dan seni. Kemudian terbentuknya galeri yang memamerkan keindahan dan koleksi kedokteran. Setelah itu karena minat masyarakat tinggi maka museum yang tadinya berorientasi kepada koleksi privat atau pribadi menjadi umum atau dapat di akses oleh publik. 2.1.3 Sejarah Museum di Indonesia Sejarah museum di indonesia terbagi dalam periode dari zaman penjajahan sampai Indonesia merdeka. Tiga periodesasi, yaitu: 1. Periode Belanda
9
2. Periode Inggris 3. Periode Indonesia Penjelasan singkat mengenai sejarah museum di Indonesia yaitu sebagai berikut : 1. Periode Belanda Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17
telah
memanfaatkan
tentang Ambonsche
waktunya
Landbeschrijving yang
untuk
menulis
antara
lain
memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, di samping
penulisan
tentang
keberadaan
kepulauan
dan
kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan berdirinya lembagalembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal 24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,
lembaga
tersebut berstatus lembaga
setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi. Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: pembukuan
(boekreij),
kepurbakalaan,
himpunan
himpunan prehistori,
etnografis, himpunan
himpunan keramik;
himpunan muzikologis, himpunan numismatik, pening dan capcap serta naskah-naskah (handschriften), termasukperpustakaan. Lembaga tersebut mempunyai kedudukan yang penting bukan saja sebagai perkumpulan ilmiah, tetapi juga karena para anggota pengurusnya terdiri dari tokoh-tokoh penting dari lingkungan pemerintahan, perbankan dan perdagangan. Yang menarik dalam pasal 20 Statuten menyatakan bahwa benda yang telah menjadi himpunan museum atau Genootschap tidak boleh dipinjamkan dengan cara apapun kepada pihak ketiga dan anggota-anggota atau bukan anggota untuk dipakai atau
10
disimpan, kecuali mengenai perbukuan dan himpunan naskahnaskah (handschiften) sepanjang peraturan membolehkan. 2. Periode Inggris Pada waktu Inggris mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles sendiri yang langsung mengepalai Batavia Society of Arts and Sciences. Jadi waktu inggris kegiatan perkumpulan itu tidak pernah berhenti, bahkan Raffles memberi tempat yang dekat dengan istana Gurbenur Jendral yaitu di sebelah Harmoni
(Jl.
Majapahit
No.
3
sekarang).
Selama kolonial Inggris nama lembaga diubah menjadi "Literary Society". Namun ketika kolonial Belanda berkuasa kembali pada nama semula yaitu "Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschapen " dan memusatkan perhatian pada ilmu kebudayaan, terutama ilmu bahasa, ilmu sosial, ilmu bangsa-bangsa, ilmu purbakala, dan ilmu sejarah. Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan alam mendorong berdirinya lembaga-lembaga lain. Di Batavia anggota lembaga bertambah terus, perhatian di bidang kebudayaan berkembang dan koleksi meningkat jumlahnya, sehingga gedung di Jl. Majapahit menjadi sempit. Pemerintah kolonial belanda membangun gedung baru di Jl. Merdeka Barat No. 12 pada tahun 1862. Karena lembaga tersebut sangat berjasa dalam penelitian ilmu pengetahuan maka pemerintah Belanda memberi gelar "Koninklijk Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Watenschapen". Lembaga yang menempati gedung baru tersebut telah berbentuk museum kebudayaan yang besar dengan perpustakaan yang lengkap. Sejak pendirian Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi museumnya telah diprogramkan antara lain berasal dari koleksi benda-benda bersejarah dan kepurbakalaan baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat. Semangat itu telah mendorong untuk
11
melakukan upaya pemeliharaan, penyelamatan, pengenalan bahkan
penelitian
terhadap
peninggalan
sejarah
dan
purbakala. Kehidupan kelembagaan tersebut sampai masa Pergerakan Nasional masih aktif bahkan setelah Perang Dunia I masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia Belanda menaruh perhatian terhadap pendirian museum di beberapa daerah di samping yang sudah berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor yang terus berkembang di Bogor. Von Koenigswald mendirikan Museum Zoologi di Bogor pada tahun 1894. Lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Radyapustaka didirikan di Solo pada tanggal 28 Oktober 1890, Museum Geologi didirikan di Bandung pada tanggal 16 Mei 1929, lembaga bernama Yava Instituut didirikan di Yogyakarta tahun 1919 dan dalam perkembangannya pada tahun 1935 menjadi Museum Sonobudoyo. Mangkunegoro VII di Solo mendirikan Museum Mangkunegoro pada tahun 1918. Ir. H. Haclaine mengumpulkan benda purbakala di suatu bangunan yang sekarang dikenal dengan Museum Purbakala Trowulan pada tahun 1920. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Museum
Herbarium
di
Bogor
pada
tahun
1941.
Di luar Pulau Jawa, atas prakarsa Dr.W.F.Y. Kroom dengan raja-raja, seniman dan pemuka masyarakat, didirikan suatu perkumpulan yang dilengkapi dengan museum yang dimulai pada tahun 1915 dan diresmikan sebagai Museum Bali pada tanggal 8 Desember 1932. Museum Rumah Adat Aceh didirikan di Nanggro Aceh Darussalam pada tahun 1915, Museum Rumah Adat Baanjuang didirikan di Bukittinggi pada tahun 1933, Museum Simalungun didirikan di Sumatera Utara pada tahun 1938 atas prakarsa raja Simalungun 3. Periode Indonesia
12
Sesudah tahun 1945 setelah Indonesia merdeka keberadaan museum diabadikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Para ahli bangsa Belanda yang aktif di museum dan lembagalembaga yang berdiri sebelum tahun 1945, masih diijinkan tinggal di Indonesia dan terus menjalankan tugasnya. Namun di samping para ahli bangsa Belanda, banyak juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti permuseuman yang berdiri sebelum tahun 1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan bangsa Belanda. Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat mengakibatkan orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia dan termasuk orang-orang pendukung lembaga tersebut. Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada tanggal 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). LKI membawahkan 2 instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada tahun 1962 LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk perencanaan medirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah kesulitan tersebut, pada tahun 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada tahun 1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada tahun 1966. Pada tahun 1975, Direktorat Museum diubah menjadi Direktorat
Permuseuman.
Pada tanggal 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah Indonesia dengan nama Museum Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional
13
pada
tanggal28Mei1979.
Penyerahan museum ke pemerintah pusat diikuti oleh museum-museum lainnya. Yayasan Museum Bali menyerahkan museum ke pemerintah pusat pada tanggal 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat Museum. Begitu pula dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium dan museum lainnya di luar Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia sejak museum-museum diserahkan ke pemerintah pusat, museum semakin berkembang dan museum barupun bermunculan baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
yayasan-yayasan
swasta.
Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada tagun 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2000. Pada tahun 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pada tahun 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada tahun 2004. Akhirnya pada tahun 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata. (arkeologi.web.id) 2.1.4 Landasan Pendirian Museum Landasan hukum pendirian museum mengacu pada : 1. Undang-undang RI
Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya 2. Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang
14
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum 5. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 33 Tahun 2004 tentang Museum 6. Peraruran Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM/17 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depbudpar 2.1.5 Klasifikasi Museum Museum yang ada saat ini terdiri dari berbagai macam museum. Menurut Drs. Moh Amir Sutaarga museum diklasifikasikan 5 jenis yaitu : 1. Berdasarkan Tingkat Wilayah dan Sumbar Lokasi : a. Museum Internasional b. Museum Nasional c. Museum Regional d. Museum Lokal 2. Berdasarkan Jenis Koleksi : a. Museum Umum b. Museum Khusus 3. Berdasarkan Penyelenggaraanya : a. Museum Pemerintah b. Museum Yayasan c. Museum Pribadi 4. Berdasarkan Sifar Pelayanannya : a. Museum Berjalan/Keliling b. Museum Umum c. Museum Lapangan d. Museum Terbuka 5. Berdasarkan Golongan Ilmu Pengetahuan yang tersirat dalam Museum :
15
a. Museum Ilmu Alam dan Teknologi, contoh : Museum Zoologi, Museum Geologi, dll b. Museum Ilmu Sejarah dan Kebudayaan, contoh : Museum Seni Rupa, Museum Ethnografi, Museum Arkeologi, dll
2.1.6 Fungsi Museum Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 menyebutkan museum
memiliki
tugas
menyimpan,
merawat,
mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar (Pedoman Museum Indoneisa, 2010), yaitu : 1. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan kegiatan sebagai berikut: a. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi. b. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. c. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia. 2. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. a. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan berdasarkan izin dari kepala museum yang bersangkutan, dan copy hasil penelitian diserahkan kepada museum. b. Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya melalui pameran, panduan keliling museum,
16
bimbingan karya tulis, ceramah, pemutaran slide atau film, dan museum keliling. 2.1.7 Unsur-Unsur Museum Museum menurut Luthfi Asiarto memilik unsur-unsur seperti bangunan atau lokasi, koleksi, pengelola, dan pengunjung. Bangunan museum itu sendiri biasanya memiliki area publik dan area non publik yang berisi koleksi dan non koleksi.
1. Bangunan atau lokasi Tabel 2.1 Pembagian Area Museum
Area Publik + Koleksi
Area Non Publik + Koleksi
Area Publik + Non Koleksi
Area Non Publik + Non Koleksi
Sumber : Pedoman Museum Indonesia
Bangunan museum ialah bangunan yang dapat berfungsi untuk menyimpan, merawat, memgamankan, dan memanfaatkan koleksi. Oleh sebab itu museum memiliki bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut : a. Ruang pameran tetap. b. Ruang pameran temporer. c. Ruang Audiotorium. d. Ruang kantor. e. Ruang perpustakaan. f. Ruang laboratorium. g. Ruang penyimpanan koleksi. h. Ruang edukasi. i. Ruang transit koleksi. j. Bengkel kerja preparasi.
17
Bangunan penunjang meliputi ruang sebagai berikut : a. Ruang cendremata dan kafetaria. b. Ruang penjualan tiket dan penitipan barang. c. Ruang lobi. d. Ruang toilet. e. Ruang parkir. f. Ruang pos jaga. Dalam rencan pembuatan desain sebuah harus memperhatikan ruang-ruang yang diperlukan untuk kepentingan museum berkaitan dengan fungsi, jumlah, ukuran, sirkulasi udara, pengamanan, dan sistem pengunaan cahaya. 2. Koleksi Benda yang akan menjadi koleksi dari museum harus memiliki syarat-syarat, sebagai berikut : a. Mempunyai nilai penting bagi perkembangan kebudayaan manusia dan lingkunganya. b. Dapat diidentifikasi dari aspek ruang, waktu, bentuk dan fungsinya. c. Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadiranya bagi penelitian. d. Dapat dijadikan suatu monumen atau calon monuemn dalam sejarah alam dan budaya . 3. Pengelola Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagina yaitu bagian Administrasi dan Bagian Teknis. a. Bagian Administrasi Petugas
administrasi
pengelola
ketenagakerjaan,
keuangan, surat-menyurat, kerumahtanggan, pengamanan, dan registrasi koleksi. b. Bagian Teknis
18
Bagian tenis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan, dan humas. 4. Pengunjung Berdasarkan intensitas kunjunganya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar. b. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum. Berdasarkan tujuannya pengunjung dibedakan atas : a. Pengunjung pelaku studi. b. Pengunjung bertujuan tertentu. c. Pengunjung pelaku rekreasi. 2.1.8 Pengelolaan Koleksi Koleksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “kumpulan yang berhubungan dengan studi atau penelitian”. Keberadaan koleksi di museum sangat penting sehingga penggelolaanya perlu memperhatikan berbagai aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Pengadaan koleksi. 2. Registrasi koleksi. 3. Inventarisasi koleksi. 4. Penghapusan koleksi. 5. Perawatan koleksi. 6. Penyimpanan koleksi. 7. Peminjaman koleksi. 8. Pemanfaaatn koleksi. 2.1.9 Penyajian Koleksi Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukung laiinya. (Pedoman Museum Indonesia, 2010)
19
A. Prinsip-Prinsip Penyajian Koleksi Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki : 1. Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampain informasi koleksi museum kepada masyarakat 2. Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubung dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran B. Jenis Pameran Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pameran tetap dan pameran khusus/temporer 1. Pameran Tetap Pameran tetap adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 2-4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25-40% dari koleksi yang dimiliki museum dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu. Penggantian koleksi tidak mengubah subjek / tema pameran. 2. Pameran Khusus / Temporer Pameran khusus / temporer adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat (1 minggu sampai 3 bulan). Fungsi utama pameran adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung untuk datang ke museum 3. Pameran Keliling Pameran keliling adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan diluar lingkungan museum dalam jangka waktu
tertentu
dengan
tema
berskala
luas.
Penyelenggaraan pameran keliling dimaksudkan untuk
20
menampilkan koleksi museum di tempay-tempat yang masyrakatnya jarang mengunjungi museum. C. Metode Pameran Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari : 1. Metode pendekatan intelektual, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti, dan fungsi benda koleksi museum. 2. Metode pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian
benda-benda
koleksi
museum
yang
mengungkapan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. 3. Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian bendabenda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum. 4. Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang menggunakan simbolsimbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung. 5.
Metode
pendekatan
kontemplatif,
adalah
cara
penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan. 6. Metode pendekatan interaktif, adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsusng dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
D. Perancangan Desain Dalam perancangan desain pameran, peran kurator adalah menyiapkan desain intelektual koleksi dan informasi yang dapat bercerita mengenai pokok-pokok isi dan alur pameran yang disajikan. Suatu pameran dapat disajikan secara :
21
1. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema. 2. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi. 3. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya dari yang tertua hingga sekarang. Penataan pameran dapat menggunakan beberapa cara, yaitu : 1. Panel, digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan.
Gambar 2.1 Berbagai macam panel di Museum Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
22
Gambar 2.2 Panel dan ukuran yang harus diperhatikan Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
Gambar 2.3 Panel yang dapat dilepas-lepas bentuknya Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
23
Gambar 2.4 Konstruksi panel Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
Gambar 2.5 Kombinasi panel dengan alas kaki Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
2. Vitrin, digunakan untuk meletakan benda-benda koleksi yang umumnya tiga dimensi dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan. Vitrin dibagi menjadi dua yaitu vitrin tunggal yang hanya dipakai untuk pajang saja dan vitrin ganda sebagai tempat pajang dan menyimpan koleksi.
24
Gambar 2.6 1. Vitrin tunggal 2. Vitrin Ganda Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
Gambar 2.7 Vitrin dan ukuran yang harus diperhatikan Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
25
Gambar 2.8 Vitrin dinding/vitrin tepi Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
Gambar 2.9 Vitrin Tengah Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
Gambar 2.10 Vitrin Sudut Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
26
3. Pedestal, digunakan untuk meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi yang diletakkan bernilai tinggi dan berukuran besar maka perlu mendapat ekstra pengamanan, yaitu diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung.
Gambar 2.11 Beberapa bentuk alas koleksi Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum
E. Panil-Panil Informasi Panil-panil
informasi
atau
label
secara
umum
dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal
atau
pengenalan
mengenai
pameran
yang
diselenggarakan, tema dan sub tema pameran, kelompok koleksi. 2. Label Individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita. 2.1.10 Sistem Pengamanan Museum
27
Pengamanan museum secara umum bertujuan menciptakan suatu museum yang utuh, lengkap, dan tentram. Pengaman museum secara khusus ditujukan terhadap keaslian, keutuhan dan kelengkapan koleksi museum dari gangguan atau kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam dan ulah manusia. (Pedoman Museum Indonesia, 2010) 1. Perangkat Pengamanan a. Pengamanan fisik Pengamanan fisik bangunan museum sebaiknya diawali dari tahap perencaan yang terpelihara secara berkelanjutan. Pengaman bangunan museum juga meliputi pengguna museum seperti pengunjung, tamu, personil dan pekerja lain. Pintu masuk atau keluar museum untuk keperluaan keamanan, pada prinsipnya hanya menggunakan satu pintu namun untuk mengantisipasi situasi darurat, museum dapat menggunakan beberapa pintu. b. Pengamanan elektronik Perangkat elektronik yang digunakan museum : •
Control panel, sebagai pusat dari semua kegiatan pada suatu sistem pengamanan elektronik.
•
Kontak magnetik, alat ini akan bekerja jika jendela, pintu dan vitrin rusak maka alarm akan berbunyi.
•
Kawat, aliran melalui kawat diletakan di pintu dan tombol akan bergerak bilan pintu terbuka maka alarm akan berbunyi.
•
Detektor getar, alarm akan berbunyi apabila jendela atau vitrin memperoleh getaran yang tidak normal.
•
Detektor kaca pecah, alat ini akan mendeteksi pada frekuensi kaca pecah.
•
Sensor infra merah pasif, sensor ini desain untuk mendeteksi panas tubuh.
•
Detektor asap, sensor ini mendeteksi asap bila terjadi kebakaran.
28
•
Dual
tone
sounder,
berfungsi
untuk
memberikan
peringatan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam ruangan. •
CCTV (Close Circuit Television)
2. Petugas Satuan Pengamanan Petugas satuan pengamanan adalah personil museum yang ditugaskan khusus mengawasi keamanan lingkungan serta didalam gedung museum yang berlangsung selama 24 jam. 3. Pengendalian Bencana Upaya penanggulangan bencan dapat dilakukan dengan tindakan preventif dan represif. Tindakan preventif merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi bencana dengan maksud mengurangi faktor yang menyebabkan timbulnya bencana. Tindakan represif merupakan usaha yang dilakukan saat terjadi bencana dengan maksud memperkecil kerugian-kerugian yang ditimbulkan.
2.1.11 Standar Kebutuhan Ruang Museum A.Standar Organisasi Ruang Organisasi ruang dalam bangunan museum secara umum terbagi menjadi lima zona berdasarkan kehadiran publik dan keberadaan koleksi/pajangan. Zona-zona tersebut (De Chiara & Crosbie, 2001), yaitu : 1. Zona Publik – Tanpa Koleksi 2. Zona Publik – Dengan Koleksi 3. Zona Non Publik –Tanpa Koleksi 4. Zona Non Publik – Dengan Koleksi 5. Zona Penyimpanan Koleksi B. Standar Kebutuhan Ruang
29
Ruang-ruang pada bangunan museum di kelompokan menjadi dua zona yaitu zona publik dan zona non-publik (Time Saver Standart for building Types), ruang-ruang tersebut yaitu : Tabel 2.2 Pembagian Ruang Museum
Sumber : Time Saver Standart for building Types
C. Standar Visual Objek Pameran Dalam memamerkan koleksi pameran harus menampilkan dengan cara yang memungkinkan masyarakat untuk melihat tanpa harus bekerja keras. Ini untuk mengatur benda koleksi dengan hati-hati, bentuk dan luas ruangan yang sesuai. Berikut ukuran-ukuran dalam meletakan benda-benda koleksi di dalam museum
30
Gambar 2.12 Ukuran Visual Objek Pameran Museum Sumber : Data Arsitek Jilid 2
D.Persyaratan Ruang Dalam museum benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan untuk di pamerkan harus memiliki syarat ( Ernst Neufert, 2002), yaitu : 1.
Terlindung
dari
pengerusakan,
pencurian,
kebakaran,
kelembaban, kekeringan, cahaya matahri langsung dan debu. 2.
Koleksi pada pameran harus mendapatkan pencahayaan yang baik.
Dalam museum juga terdapat persyaratan teknis. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer, yaitu : 1.
Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan pengawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21oC26oC. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut :
31
Gambar 2.13 Cahaya Alami pada Museum Sumber : Data Arsitek Jilid 3
Gambar 2.14 Cahaya buatan pada Museum Sumber : Data Arsitek Jilid 3
32
2.
Ergonomi Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan.Ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Tinggi rendahnya sangat relatif untuk patokan disesuaikan dengan tinggi rata-rata orang Indonesia. Umpama tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160cm s/d 170cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kirakira sekitar 30°, gerak ke atas ke bawah atau kesamping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210cm sudah cukup alas terendah 65-70cm dan tebal 50cm – ukuran dan bentuk vitrin harus memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimanan vitrine itu akan diletakkan.
Gambar 2.15 Ukuran, Bentuk Vitrin dan Panel yang ideal Sumber : Buku Pedoman Tata Pameran di Museum
33
2.2 Tinjauan Umum POLRI 2.2.1 Pengertian Polisi Pengertian polisi mempunyai arti yang berbeda dari pengertian awalnya, dalam bahasa yunani yaitu Politea seluruh pemerintah negara kota. Menurut Charles Reith (Anton Tabah, 2002:33) dalam bukunya “The Blind Eye Of History” yang mengatakan : “Police in the English language came to mean any kind of planning for improving of ordering communal existence”. Yaitu sebagai tiaptiap usaha untuk memperbaiki atau menertibkan susunan kehidupan masyarakat. Menurut Hoegeng (Ari Santoso dkk, 2009), polisi secara universal mencakup fungsi dan organ yang merupakan lembaga resmi yang diberi mandat untuk memelihara ketertiban umum, perlindungan orang serta segala sesuatu yang dimilikinya dari keadaan bahaya atau gangguan umum serta tindakan-tindakan melanggar hukum. Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia Tahun 2002 bab 1 pasal 1 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 ayat 1 pada undang-undang yang sama menyebutkan Kepolisian Negara Republika Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum serta memeberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2.2.2 Sejarah Polisi di Dunia Awal mula perkembangan polisi yaitu pada masa Yunani Kuno, hanya pekerja yang digunakan oleh hakim sebagai polisi. Di Athena, sekelompok 300 pekerja bangsa Scythian digunakan untuk menjaga ketertiban umum dan pengendalian massa, serta membantu juga untuk yang berurusan dengan penjahat, penanganan tahanan, dan melakukan penangkapan.
34
Dalam Kekaisaran Romawi,Penjaga lokal dipekerjakan oleh kota-kota untuk memberikan keamanan ekstra kepada Hakim seperti prokurator fiskal dan menyelidiki kejahatan. Tidak ada konsep penuntutan publik, sehingga korban kejahatan atau keluarga mereka harus mengatur dan mengelola penuntutan sendiri. Di bawah pemerintahan Augustus, ketika modal telah tumbuh hampir satu juta penduduk, 14 bangsal diciptakan untuk menahan para pelaku kejahatan, bangsal yang dilindungi oleh tujuh regu dari 1.000 laki-laki yang disebut " vigiles " , yang bertindak sebagai petugas keamanan dan penjaga malam. Tugas mereka termasuk menangkap pencuri, perampok dan menangkap budak pelarian. Para vigiles didukung oleh tentara perkotaan yang bertindak sebagai petugas anti huru-hara. (Virginia J Hunter, 1994) 2.2.3 Sejarah Polisi di Indonesia Polisi di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang dari zaman kerajaan sampai zaman berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia. berikut di jelaskan perkembangan singkat yang ada sampai saat ini (Awaloedin Djamin, 2007): a. Pada zaman kerajaan Majapahit Pada zaman kerjaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara menunjukan bahwa fungsi kepolisian sudah ada dengan adanya king police yang bertugas sebagai pengawal Raja. King police ini adalah pasukan Bhayangkara di Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada. Amanat Gajah Mada yang terkenal pada anggota pasukannya adalah Satyahaprabu, Hanyaken Musuh, Gineung Pratidina, dan Tan Satrisna. Pada tanggal 4 April 1961 Amanat Gajah Mada ini disahkan sebagi Catur Prasetya atau Pedoman Kerja Polri. b. Pada masa penjajahan Hindia Belanda Pada masa penjajahan Belanda perkembangan kedudukan dan peran Kepolisian mengikuti kebijakan pemerintah kolonial dengan inderect rule system. Sistem ini membedakan jabatan bagi bangsa Eropa dan rakyat pribumi. Pada zaman ini diterapkan dual system di pemerintahan termasuk Kepolisian yakni pembedaan jabatan
35
dan kepangkatan. Bentuk-bentuk Kepolisian pada zaman ini adalah Algemene politie, Stadpolitie, Gewapende politie, Veld politie, Culture politie, dan Bestuur politie. c. Pada masa pendudukan Jepang Pada periode pendudukan Jepang, kedudukan Kepolisian disesuaikan dnegan kepentingan penduduk militer dan membagi Kepolisian ke dalam empat wilayah yaitu Jawa, Sumatera, Timur Besar ( Sulawesi, Maluku, Irian Barat, Makassar) dan Kalimantan. d. Pada Masa kemerdekaan Pada saat Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945,
Jepang
membubarkan Peta, Gyu-Gun, dan Hei-Ho. Kepolisian tetap bertugas dan ikut menjaga saat proklamasi. Setelah itu, secara spontan Kepolisian di daerah menyatakan dirinya menjadi Kepolisian Republik Indonesia. Inspektur Polisi kelas I m. Jasin di Surabaya (21 Agustus 1945), ada dengan mengambil alih kantor Polisi dari tangan Jepang, seperti Inspektur Polisi kelas II R. Bambang Suprapto di Semarang (19 Agustus 1945), Inspektur Polisi Ori Sastroatmojo (22 September 1945), Inspektur Polisi kelas I Domopranoto di Surakarta, Rustam Effendi (akhir Agustus 1945) di Medan. Pada tanggal 19 Agustus 1945 organisasi Kepolisian ditempatkan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Pada tanggal 29 September 1945, berdasarkan Maklumat Pemerintah, Raden Said Soekanto diangkat menjadi Kepala Kepolisian Pusat. Pada tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah No. 11/SO dibentuk Jawatan Kepolisian Negara yang dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara dan bertanggung jawab kepada Perdana Menteri. Dengan penetapan tersebut secara resmi lahirlah Kepolisian Nasional Indonesia (Indonesia National Police)
yang melaksanakan seluruh tugas kepolisian dan
mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia. Sejak saat itu, Polri yang mandiri telah mengembangkan kreativitas dan inovasi
36
dalam mempertahakan kemerdekaan dan sekaligus melaksanakan tugas kepolisian. Pada masa berlaku UUD RIS R. S. Soekanto menjabat sebagai Kepala Polisi RIS selama 7 bulan. Pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali mnjadi negara kesatuan, tetapi tidak dengan Konstitusi UUD 1945 tetapi UUDS 1950. Sistem pemerintahan berubah dari presidensial menjadi parlementer. Pada masa pemerintahan R. S. Soekanto, beliau menyatukan anggota-anggota polisi di daerah-daerah bergabung dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan peraturan gaji Polisi, maka kedudukan Polisi sebagai Pegawai Negeri Sipil berubah menjadi dari Angkatan Bersenjata
Republik
Indonesia.
Dalam
era
Demokrasi
Parlementer, Polisi menjadi kepolisian modern, professional dan mandiri. Polri tidak terpengaruh oleh partai-partai politik. Pemilihan umum pertama setelah Proklamasi tahun 1945 dilaksanakan secara demokratis dan aman pada tahun 1955. Akan tetapi hasil pemilu tidak mencapai permufakatan karena itu Presiden
Soekarno
kembali
memberlakukan
UUD
1945.
Berdasarkan SK Presiden No.1/MPR/RI/1959 sebutan Kepala Kepolisian Negara berubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian. Pada masa orde baru tanggal 1 Juli 1969 sebutan Pangak kembali menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan mengganti singkatan KKN menjadi KAPOLRI. Pada tanggal 5 Oktober 1969 untuk pertama kali Polri memakai tanda Pol. di kerah kemeja mereka. Dalam masa pemerintah ini diundangkan KUHAP yang mana menyatakan Polri adalah penyidik utama, kejaksaan sebagai penuntut umum dan selanjutnya pengadilan. Sejak itu Indoenesia memeliki Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Pada era reformasi Polri dipisahkan dari ABRI dan lahirlah Undang-undang Nomor 28 Tahun 1997 diganti dengan Undang-
37
undang Nomer 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai landasan operasional dan pembinaan Polri yang mengatur fungsi, tugas pokok, tugas-tugas, dan wewenang yang harus dilaksanakan setepat dan sebaik mungkin. 2.2.4 Lambang Polri
Gambar 2.16 Lambang Kepolisian Negara Republik Indonesia Sumber : www.polri.go.id
Lambang Polri bernama Rastra Sewakottama yang berarti Polri adalah abdi utama rakyat. Sebutan ini adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954. Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat dan untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai pelindung dan pengayom rakyat. Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna : 1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara. 2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh. 3. Penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap. 4. Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaan. 5. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedang 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan
38
Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jendral Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmojo. 6. 3 bintang di atas logo bernama Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. 7. Sedang warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri. 8. Warna kuning keemasan : Perlambang kebesaran jiwa dan keagungan hati nurani segenap prajurit Polri. 9. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun. 2.2.5 Visi dan Misi Polri Dalam rangka pencapaian tujuan dan strategi Polri, maka perlu disusun Visi dan Misi Polri 2009 kemudian 2010-2014 sebagai jangka menengah. (www.polri.go.id) Visi “Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat
yang
selalu
dekat
dengan
masyarakat,
penegak hukum yang profesional dan proporsional yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.” Misi 1. Memberikan
perlindungan,
pengayoman
dan
pelayanan
kepada masyarakat (meliputi aspek Security, Surety, Safety and Peace) sehingga masyarakat terbebas dari segala gangguan baik fisik maupun psikis. 2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya Pre-Emtif dan Preventif yang dapat meningkatkan kesadaran, kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.
39
3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia menuju kepada kepastian hukum dan rasa keadilan. 4. Memelihara Kantibmas dengan tetap memperhatikan norma / nilai yang berlaku dan tetap dalam bingkai Negara Kesatuan RI. 5. Mengelola sumber daya manusia POLRI secara profesional. 6.
Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam.
7. Memelihara solidaritas institusi. 8. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa tempat / wilayah Indonesia. 9. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa masyarakat Indonesia. 2.2.6 Janji dan Sumpah Polri Tribrata dalam pengertian lama merupakan dua kata yang ditulis tidak terpisahkan. Tri artinya tiga dan brata / wrata artinya jalan / kaul. Maka artinya adalah tiga jalan / kaul. Sedangkan tribrata dalam pengertian baru telah menjadi satu sukukata Tribrata yang artinya tiga azas kewajiban. Maka dalam pengucapannyapun tidak boleh lagi ada pemenggalan kata antara TRI dan BRATA ( TRI — BRATA ) melainkan menjadi satu ucapan kata yaitu TRIBRATA. Tribrata adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya. Tribrata : 1. Berbakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menjujung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. 3. Senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keihlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
40
Catur Prasetya memiliki makna yaitu Catur artinya empat dan Prasetya artinya janji, kesanggupan, tekad dan kesetiaan. Jadi Catur Prasetya : Setiap anggota Polri dalam bekerja harus berpedoman kepada janji yang empat tersebut.
Catur Prasetya : Sebagai insan Bhayangkata kehormatan saya adalah berkorban demi masyarakat bangsa dan negara untuk : 1. Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan 2. Menjaga keselamatan jiwa raga harta benda dan hak asasi manusia 3. Menjalin kepastian berdasarkan hukum 4. Memelihara perasaan tentram dan damai 2.2.7 Tugas dan Wewenang Polri A. Tugas Kepolisian Republik Indonesia Tugas Pasal 13 Negara
polisi
secara
Undang-Undang
umum
sebagaimana
tercantum
dalam
No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakkan hukum c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat Demi mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi memilik tugastugas tertentu sebagaimana terdapat pada Pasal 14 ayat 1 UndangUndang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagi berikut :
41
1. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. 2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan. 3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan. 4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional. 5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. 6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. 7. Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. 8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. 9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk
memberikan
bantuan
dan
pertolongan
dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia. 10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi/ atau pihak berwenang. 11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian.
B. Wewenang Kepolisian Republik Indonesia Selain Tugas-tugas tersebut polisi memiliki wewenang dijelaskan dalam
Pasal 15 ayat 1
Undang-Undang
No. 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
42
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancampersatuan dan kesatuan bangsa. e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian. f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan. g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian. h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang. i. Mencari keterangan dan barang bukti. j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional. k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat. l. Memberikan
bantuan
pengamanan
dalam
sidang
dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat. m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. Dalam proses pidana kepolisian memilik wewenang yang dijelaskan dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagi berikut : a. Melakukan
penangkapan,
penahanan,
penggeledahan,
dan
penyitaan. b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan. c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
43
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri. e. Melakukan pemeriksaan – pemeriksaan surat. f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. Mengadakan penghentian penyidikan. i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana. k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum. l. Mengadakan
tindakan
lain
bertanggungjawab
2.2.8 Struktur Organisasi Polri A. Struktur Organisasi Polri
menurut
hukum
yang
44
Diagram 2.1 Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sumber : www.polri.go.id
Keterangan Jabatan : 1. Kapolri dijabat oleh seorang Jendral Polisi dengan pangkat Jendral Bintang 4. 2. Wakapolri dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 3. KaItwasum (Inspektorat Pengawasan Umum) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 4. Waitwasum (Wakil Inspektorat Pengawasan Umum) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat
45
jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 5. Ka As Ops (Asisten Operasional Kapolri) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 6. Ka As Rena (Asisten Perencanaan Kapolri) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 7. Ka As SDM (Asisten Sumber Daya Manusia Kapolri) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 8. Ka As Pras (Asisten Sarana dan Prasarana) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 9. KaDivhumas (Divisi Humas Markas Besar Polri) ) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 10. KaDivpropam (Divisi Profesi dan Pengamanan) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 11. KaDivkum (Divisi Hukum) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1 12. KaDivhubint (Divisi Hubungan Internasional) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat
46
jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 13. KaDivTI (Divisi Teknologi dan Informasi) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 14. KaBaintelkam (Badan Intelijen dan Keamanan) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 15. Wabaintelkam (Wakil Badan Intelijen dan Keamanan) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 16. KaBaharkam (Badan Pemeliharaan Keamanan) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 17. Wabarhakam (Wakil Badan Pemeliharaan Keamanan) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 18. KaBareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 19. Wabareskrim (Wakil Badan Reserse dan Kriminal) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 20. KaKorLantas (Korps Lalu Lintas) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 21. Wakorlantas (Wakil Korps Lalu Lintas) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral
47
Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 22. KaKorBrimob (Korps Brigade Mobil) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 23. Wakorbrimob (Wakil Korps Brigade Mobil) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 24. KaKor 88 AT (Korps Detasemen 88 Anti Teror) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 25. KaPuslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) dijabat oleh seorang Brigjen Jendral Polisi (Brigjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 1. 26. KaPuskeu (Pusat Keuangan) dijabat oleh seorang Brigjen Jendral Polisi (Brigjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 1. 27. KaPusdokes (Pusat Kedokteran dan Kesehatan) dijabat oleh seorang Brigjen Jendral Polisi (Brigjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 1. 28. KaPusjarah (Pusat Sejarah) dijabat oleh seorang Brigjen Jendral Polisi (Brigjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 1. 29. Kalemdikpol (Kepala Lembaga Pendidikan Polisi) dijabat oleh seorang Komisaris Jendral Polisi ( Komjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 3. 30. KaSespimpol (Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian) ) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 31. KaAkpol (Kepala Akademi Kepolisian)) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1.
48
32. KaSTIK (Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian) dijabat oleh seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2. Dibawahnya dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1. 33. KAPOLDA (Kepala Polisi Daerah) dijabat oleh seorang seorang Inspektur Jendral Polisi ( Irjen Pol) dengan pangkat jendral Bintang 2 untuk POLDA tipe A. Atau dijabat oleh seorang Brigadir Jendral dengan pangkat bintang 1 untuk POLDA tipe B. Sesuai dengan kualifikasi daerah masing-masing.
Gambar 2.17 Lambang Unsur Pelaksana Tugas Pokok Sumber : www.polri.go.id
B. Tokoh-Tokoh Kapolri 1. Jendral R Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (29 Sept 1945 – 14 Des 1959) 2. Jendral Soekarno Djojonegoro (15 Desember 1959 – 29 Desember 1963) 3. Jendral Soetjipto Danoekoesoemo (30 Desember 1963 – 8 May 1965) 4. Jendral Soetjipto Joedodihardjo (9 May 1965 – 8 May 1968)
49
5. Jendral Hoegeng Imam Santoso (9 May 1968 – 2 Oktober 1971) 6. Jendral Moch. Hasan (3 Oktober 1971 – 24 Juni 1974) 7. Jendral Widodo Budidharmo (26 Juni 1974 – 25 September 1978) 8. Jendral Awaluddin Djamin (26 September 1978 – 1982) 9. Jendral Anton Soedjarwo (4 Desember 1982 – 6 Juni 1986) 10. Jendral Mochammad Sanoesi (1986 – 19 Februari 1991) 11. Jendral Kunarto (20 February 1991 – April 1993) 12. Jendral Banurusman Astrosemitro (April 1993 – Maret 1996) 13. Jendral Dibyo Widodo (Maret 1996 – 28 Juni 1998) 14. Jendral Roesmanhadi (29 Juni 1998 – 3 Januari 2000) 15. Jendral Roesdihardjo (4 Januari 2000 – 22 September 2000) 16. Jendral Suroyo Bimantoro (23 September 2000 – 28 November 2001) 17. Jendral Da'i Bachtiar (29 November 2001 – 7 Juli 2005) 18. Jendral Sutanto (8 Juli 2005 – 30 September 2008) 19. Jendral Bambang Hendarso Danuri (30 September 2008 – Oktober 2010) 20. Jendral Timur Pradopo (Oktober 2010 – 25 Oktober 2013) 21. Jendral Sutarman (25 Oktober 2013 – 16 Januari 2015)
C. Struktur Organisasi POLDA
50
Gambar 2.18 Lambang Polda Kepolisian Republik Indonesia Sumber : www.polri.go.id
Diagram 2.2 Struktur Organisasi Kepolisian Daerah tipe A Sumber : www.polri.go.id
51
Diagram 2.3 Struktur Organisasi Kepolisian Daerah tipe B Sumber : www.polri.go.id
Keterangan Jabatan Polisi Daerah (Polda) : 1. Direktorat Reserse Kriminal •
Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)
•
Subdit Remaja Anak dan Wanita
•
Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) / Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)
2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus •
Subdit Tindak Pidana Korupsi
•
Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)
•
Subdit Cyber Crime
3. Direktorat Reserse Narkoba •
Subdit Narkotika
•
Subdit Psikotropika
52
4. Direktorat Intelijen dan Keamanan 5. Direktorat Lalu Lintas •
Subdit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa)
•
Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)
•
Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)
•
Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)
•
Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)
•
Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)
6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra) 7. Direktorat Sabhara 8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit) 9. Direktorat Polisi Air (Polair) 10. Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) 11. Biro Operasi 12. Biro SDM 13. Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik) 14. Bidang Keuangan 15. Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) 16. Bidang Hukum 17. Bidang Hubungan Masyarakat 18. Bidang Kedokteran Kesehatan D. Tanda Pangkat Polri Ada pun sebutan untuk tanda pangkat Polri tersebut adalah: 1. Perwira Tinggi Jenderal Polisi (Jenderal Pol) Komisaris Jenderal Polisi ( Komjen PoL) Inspertur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Brigadir jenderal Polisi (Brigjen Pol) 2. Perwira Menengah (Pamen) Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) sebelumnya Senior Superintendent (d/h Kolonel)
53
Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP Pol) sebelumnya Superintendent (d/h Letnan Kolonel) Komisaris Polisi (Kom Pol) sebelumnya Asisten Superintendent (d/h Mayor) 3. Perwira Pertama (Pama) Ajun Komisaris Polisi (AKP) sebelumnya Senior Inspektur (d/h Kapten) Inspektur Polisi I (Iptu I) sebelumnya Inspektur I (d/h Letnan Satu) Inspektur Polisi II (Ipda II) sebelumnya Inspektur II (d/h Letnan Dua) 4. Bintara Tinggi Ajun Inspektur Polisi I (AIPTU) (d/h Pembantu Letnan Satu) Ajun Inspektur Polisi II (AIPDA) (d/h pembantu letnan Dua) 5. Bintara Brigadir Polisi Kepala (BRIPKA) sebelumnya Sersan Kepala Brigadir Polisi (BRIGADIR) sebelumnya Sersan Mayor Brigadir Polisi I (BRIPTU) sebelumnya Sersan Satu Brigadir Polisi II (BRIPDA) sebelumnya Sersan Dua 6. Tamtama Ajun Brigadir Polisi (ABRIP) sebelumnya Kopral Kepala Ajun Brigadir Polisi I (ABRIPTU) sebelumnya Kopral I Ajun Brigadir Polisi II (ABRIPDA) sebelumnya Kopral II Bhayangkara Kepala (BHARAKA) sebelumnya Prajurit Kepala Bhayangkara I (BHARATU) sebelumnya Prajurit I Bhayangkara II (BHARADA) sebelumnya Prajurit II
2.2.9 Persenjataan Polri A. Handgun / Pistol
54
Gambar 2.19 Handgun / Pistol Kepolisian Sumber : www.google.com
1. Pistol colt commander Asal : Amerika Serikat. Tahun 1948. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 11.5 cm. Panjang : 20 cm. Tinggi : 14.5 cm. Pengganti revolver yang di pakai oleh Polisi. 2. Pistol swissvale / M1911A1 Asal : Amerika Serikat. Tahun 1948. Kaliber .45. Dimensi Panjang : 21 cm. Tinggi : 15 cm. Pistol yang digunakan setelah terbentuknya jawatan Kepolisian. 3. Pistol Ithaca Asal : Amerika Serikat. Tahun 1948. Kaliber .45. Dimensi barrel : 12.7 cm. Panjang : 22.25 cm. Tinggi : 15 cm Pistol yang digunakan setelah terbentuknya jawatan Kepolisian. 4. Pistol Cz 75 BD Asal : Republik Ceko. Tahun 2006. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 11.4 cm. Panjang : 20.6 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang digunakan mulai tahun 2006. 5. Pistol Remington Asal : Amerika Serikat. Tahun 1948. Kaliber .45. Dimensi barrel : 13 cm. Panjang : 22 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol
55
yang digunakan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan. 6. Pistol Pindad Revolver R1-V1 Asal : Indonesia PT.Pindad. Tahun 2005. Kaliber .38. Dimensi barrel : 10.1 cm. Panjang : 23 cm Tinggi : 13 cm. Pistol yang digunakan mulai tahun 2005. 7. Pistol Revolver Taurus .38 Special Asal : Brasil. Tahun 2000. Kaliber .38. Dimensi barrel : 10.1 cm. Panjang : 23 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang digunakan mulai tahun 2000 untuk pengamanan seharihari. 8. Pistol Revolver .38 COP Asal : Amerika Serikat. Tahun 1950. Kaliber .38. Dimensi barrel : 10.1 cm. Panjang : 23 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang digunakan mulai tahun 2000 untuk pengamanan sehari-hari. 9. Pistol Revolver .38 CPPS Asal : Amerika Serikat. Tahun 1950. Kaliber .38. Dimensi barrel : 12.7 cm. Panjang : 24 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang digunakan untuk pengamanan sehari-hari. 10. Pistol LS 3844 Asal : Jepang. Tahun 1945. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 13 cm. Panjang : 23 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang merupakan sitaan dari tentara Jepang. 11. Pistol FN Browning Asal : Belgia. Tahun 1920. Kaliber .38. Dimensi barrel : 9 cm. Panjang : 1.8 cm. Tinggi : 14 cm. Pistol yang digunakan sejak masa kolonial belanda. 12. Pistol Glock 17 Asal : Austria. Tahun 2000an. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 11 cm. Panjang : 20 cm. Tinggi : 13.8 cm. Pistol yang digunakan oleh pasukan elite di Kepolisian Republik Indonesia yaitu Gegana, Densus 88.
56
13. Pistol Pindad P-1 Asal : Indonesia PT. Pindad. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 10 cm. Panjang : 17 cm. Tinggi : 13.8 cm. Pistol yang digunakan oleh pasukan brimob di Kepolisian Republik Indonesia. 14. Pistol Pindad P-2 Asal : Indonesia PT. Pindad. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 10 cm. Panjang : 17 cm. Tinggi : 13.8 cm. Pistol yang digunakan oleh pasukan brimob di Kepolisian Republik Indonesia. B. Rifle / Senapan 1. Senapan M1-Garand Asal : Amerika Serikat. Tahun : 1917. Kaliber 30.06mm. Dimensi barrel : 60 cm. Panjang : 110 cm. Tinggi : 21 cm. Senapan
yang
digunakan
pada
masa
perang
mempertahankan kemerdekaan.. 2. Senapan Karabin Lee Enfield Asal : Inggris. Tahun : 1917. Kaliber .303. Dimensi barrel : 76 cm. Panjang : 111 cm. Tinggi : 20 cm. Senapan yang digunakan pada awal pembentukan Kepolisian. 3. Senapan Mauser Asal : Jerman. Tahun : 1920-1938. Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 76 cm. Panjang : 111 cm. Tinggi : 20cm. Senapan yang digunakan sejak zaman penjajahan Belanda, kemudian direbut oleh Kepolisian Republik Indonesia. 4. Senapan Sks M-59 Asal : Uni Soviet. Tahun : 1944. Kaliber 7,6a. Dimensi barrel : 52 cm. Panjang : 102 cm. Tinggi : 21 cm. Senapan yang digunakan pada zaman demokrasi terpimpin. 5. Senapan Locok Asal : Jerman. Tahun : 1910. Kaliber 45mm. Dimensi barrel : 76 cm. Panjang : 111 cm. Tinggi : 20 cm. Senapan
57
yang digunakan sejak zaman kolonial dengan cara merampas dari tentara Belanda. Senapan inilah yang digunakan Kepolisian pada awal kemerdekaan. C. Sub Machine Gun / Senapan Semi Otomatis 1. Heckler & Koch MP-5 Asal : Jerman. Tahun 2000an. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 22.5 cm. Panjang : 68 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan elite di Kepolisian Republik Indonesia yaitu Gegana, Densus 88. 2. Heckler & Koch MP-7 Asal : Jerman. Tahun 2000an. Kaliber 9mm. Dimensi barrel : 18 cm. Panjang : 63 cm. Tinggi : 17 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan elite di Kepolisian Republik Indonesia yaitu Gegana, Densus 88. D. Assault Rifle / Senapan Serbu
Gambar 2.20 Assault Rifle/ Senapan Serbu Kepolisian Sumber : www.google.com
1. AK-56 Asal : Uni Soviet. Tahun 1956 . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 41 cm. Panjang : 87.4 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Barat
58
untuk mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dari pemberontak PRRI. 2. AK-M.58 Asal : Uni Soviet. Tahun 1947 . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 41 cm. Panjang : 87.4 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian karena mampu bertahan di medan yang berat saat perang gerilya di dalam hutan. 3. AK-57 Asal : Uni Soviet. Tahun 1947 . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 41 cm. Panjang : 87.4 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh kepolisian untuk mempertahankan kesatuan
Republik
Indonesia
dari
pemberontak
PRRI/Permesta tahun 1956. 4. AK-101 Asal : Rusia. Tahun 1995 . Kaliber 5,56 mm. Dimensi barrel : 41 cm. Panjang : 94.3 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob untuk menunjang tugas sehari-hari. 5. Pindad SS1-V1 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 5,56 mm. Dimensi barrel : 45 cm. Panjang : 99.7 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob dan Gegana untuk menunjang tugas sehari-hari. 6. Pindad SS1-V5 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 5,56 mm. Dimensi barrel : 25 cm. Panjang : 77 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob dan Gegana untuk menunjang tugas sehari-hari. 7. Pindad SS2-V1 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 5,56 mm. Dimensi barrel : 45 cm. Panjang : 99.7 cm. Tinggi : 26 cm.
59
Senapan yang digunakan oleh Brimob dan Gegana untuk menunjang tugas sehari-hari.
8. Pindad SS2-V5 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 5,56 mm. Dimensi barrel : 25 cm. Panjang : 85 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob, Gegana, dan Densus 88 untuk menunjang tugas sehari-hari. 9. Pindad Sabhara V1 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 36 cm. Panjang : 92 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob dan Sabhara. 10. Pindad Sabhara V2 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 24,7 cm. Panjang : 79 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh Brimob dan Sabhara. 11. Carbine M4 Asal : Amerika Serikat. Tahun 2000an . Kaliber 5,56mm. Dimensi barrel : 36.3 cm. Panjang : 83.8 cm. Tinggi : 26 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 12. Steyr AUG Asal : Austria. Tahun 2000an . Kaliber 5,56mm. Dimensi barrel : 50.8 cm. Panjang : 79 cm. Tinggi : 30 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 13. Heckler & Koch G36 Asal : German. Tahun 2000an . Kaliber 5,56mm. Dimensi barrel : 48 cm. Panjang : 99 cm. Tinggi : 30 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 14. Heckler & Koch 416
60
Asal : German. Tahun 2000an . Kaliber 5,56mm. Dimensi barrel : 36.8 cm. Panjang : 89 cm. Tinggi : 24 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. E. Machine Gun / Senapan Mesin 1. Bren Mk II Asal : Inggris. Tahun 1938 . Kaliber .303. Dimensi barrel : 63 cm. Panjang : 115.6 cm. Tinggi : 27 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian untuk mengamankan situasi ketika terjadi pemberontakan PKI 1965. 2. Bren Mk III Asal : Inggris. Tahun 1937 . Kaliber .303. Dimensi barrel : 63 cm. Panjang : 115.6 cm. Tinggi : 27 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian untuk pertempuran melawan sekutu dan NICA yang coba kembali berkuasa. 3. SG-43/HMG-43 Asal : Inggris. Tahun 1946 . Kaliber .303. Dimensi barrel : 36.8 cm. Panjang : 89 cm. Tinggi : 24 cm. Senapan yang digunakan olehresimen II Brimob Jawa Barat untuk menangkis serangan udara pada pengamanan Pepera 1963. 4. Bren Ceko Asal : Ceko. Tahun 1937 . Kaliber .303. Dimensi barrel : 63 cm. Panjang : 115.6 cm. Tinggi : 27 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Barat untuk mempertahankan
kesatuan
Republik
Indonesia
dari
pemberontak PRRI. F. Shotguns 1. Remington 870 Asal : Amerika Serikat. Tahun 2000an . Cartridge 12 gauge. Dimensi barrel : 46 cm. Panjang : 94.6 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 2. Benelli M4
61
Asal : Amerika Serikat. Tahun 2000an . Cartridge 12 gauge. Dimensi barrel : 47 cm. Panjang : 88.5 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. G. Sniper Rifles / Senapan Penembak Jitu 1. Armalite AR-10 Asal : Amerika Serikat. Tahun - . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 61 cm. Panjang : 101 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 2. Sigsauer SG-550 Asal : Amerika Serikat. Tahun - . Kaliber 5,58mm. Dimensi barrel : 65 cm. Panjang : 113 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 3. Pindad SPR-1 Asal : Indonesia PT. Pindad. Tahun - . Kaliber 7,62mm. Dimensi barrel : 65 cm. Panjang : 113 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 4. Barret MRAD 338 Asal : Amerika Serikat. Tahun - . Kaliber .388 Lapua. Dimensi barrel : 62 cm. Panjang : 119 cm. Tinggi : 25 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. 5. Barret M-82 .50 Cal Asal : Amerika Serikat. Tahun - . Kaliber .416 Barret. Dimensi barrel : 74 cm. Panjang : 140 cm. Tinggi : 30 cm. Senapan yang digunakan oleh pasukan Gegana dan Densus 88 Anti Teror. H. Mortir / Artileri 1. Yu-60 mm
62
Asal :Uni Soviet. Tahun 1943 . Kaliber .416 Barret. Dimensi barrel : 74 cm. Panjang : 140 cm. Tinggi : 30 cm. Senapan yang digunakan oleh Kepolisian dalam operasi memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera Barat saat bergrilya di dalam hutan. 2. Roket SPG 82 Asal : Uni Soviet. Tahun 1946 . Kaliber 82mm. Dimensi barrel : 74 cm. Panjang : 140 cm. Tinggi : 30 cm. Senapan yang digunakan olehresimen II Brimob Jawa Barat untuk menangkis serangan udara pada pengamanan Pepera 1963. 2.2.10 Peralatan dan Perlengkapan Polri A. Alat sadap 1. SIPE Electronic 640S Alat penyadap buatan jerman ini digunakan dalam proses investigasi dan alat ini disamarkan di dalam koper B. Alat Mata-mata 1. Lighter Camera Peralatan buatan tahun 1981 digunakan untuk mengambil gambar atau memotret target secara sembunyi. 2. Pen 570 B Peralatan khusus yang dipergunakan sejak tahun 1991 ini adalah pemancar suara yang bekerja pada frekuensi UHF yang disamarkan dalam bentuk Pulpen. 3. Noctovision 1000s Peralatan yang digunakan sebagi alat bantu untuk sasaran pada malam hari, alat ini dibuat tahun 1981. 4. Kamera Tersamar Chinon Kamera tersembunyi dalam koper kulit coklat ini dipakai dalam tugas penyamaran dan penyelidikan reskrim. 5. Lock Picking Peralatan tahun 1981 ini merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk membuka berbagai macam kunci. 6. Box 570B
63
Peralatan khusus ini dipergunakan sejak tahun 1981 adalah pemancar suara yang bekerja pada frekuensi UHF yang disamarkan dalam bentuk box.
7. Calculator Transmitter 580c Peralatan khusus yang dipergunakan sejak tahun 1991 ini adalah pemancar suara yang bekerja pada frekuensi UHF yang disamarkan dalam bentuk Pulpen. C. Alat Anti Hura-Hara 1. Helm Anti Hura-Hara Helm pasukan Anti Huru-Hara in merupakan peralatan perlengkapan pengendalian massa. 2. Tameng dan Tongkat Rotan Alat ini berfungsi untuk menahan dan menjaga diri dari serangan
atau
tindakan
anarkis.
Perlengkapan
ini
digunakan ketika terjadi situasi yang diduga dapat menggangu ketertiban umum. 3. Tameng Rotan Bulat tameng rotan ini berdiamter 50cm ini digunakan dalam tugas pengendalian massa sejak tahun 1980-anoleh pasukan Brimob. D. Alat Foto 1. Kamera Single Yashica 635 Kamera medium format yang diproduksi tahun 1958 leh yashica jepang. Kamera terbaik pada zamanya ini memakai fil 120mm 6x6. Kegunaan kamera ini diantara lain untuk pemotretan TKP,pemotretan tersangka,dan lainlain. 2. Kamera Polaroid 195 Landa Camera Kamera ini digunakan oleh Pusat Identifikasi Polri sejak 1975.
Kamera
ini
digunkan
untuk
pengembangan
penyelidikan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
64
E. Alat Penjinak Bom / EOD (Explosive Ordance Disposal) 1. Robot Hobo Asal : Irlandia Reamda. Tahun 2000-an. Dimensi panjang 155 cm, lebar 72 cm, tinggi 100 cm. Robot ini digunakan oleh pasukan Jibom Brimob dan Gegana. Dikendalikan menggunakan console dengan layar. Terdapat 4 kamera sebagai mata dari robot ini. 2. Robot Brat Asal : Inggris cobham. Tahun 2000-an. Dimensi panjang 155 cm, lebar 72 cm, tinggi 100 cm. Robot ini digunakan oleh pasukan Jibom Brimob dan Gegana. Dikendalikan menggunakan console dengan layar. Terdapat 4 kamera sebagai mata dari robot ini. 3. Robot Telemax Asal : Inggris cobham. Tahun 2000-an. Dimensi panjang 80 cm, lebar 75 cm, tinggi 40 cm. Robot ini digunakan oleh pasukan Jibom Brimob dan Gegana. Dikendalikan menggunakan console dengan layar. Terdapat 4 kamera sebagai mata dari robot ini. 4. Robot Gegana Asal : Indonesia Gegana & PT.DI . Tahun 2000-an. Dimensi panjang 80 cm, lebar 40 cm, tinggi 100 cm. Robot ini digunakan oleh pasukan Jibom Brimob dan Gegana. Dikendalikan menggunakan console dengan layar. Terdapat 3 kamera sebagai mata dari robot ini. F. Alat Identifikasi 1. Mickroskop Leitswetzlar Mikroskop ini digunakan untuk proses pemeriksaan biologis seperti darah dari DNA dan pemeriksaan mata uang palsu. 2. Koper Identifikasi Sidik Jari Koper Identifikasi ini terdiri dari 2 buah koper. Peralatan ini digunakan mendeteksi sidik jari pada Tempat Kejadian
65
Perkara
(TKP).
Koper
pertama
digunakan
untuk
identifikasi sidik jari menggunakan kimia kering untuk yang terdapat benda-benda yang tidak menyerap air. Koper kedua menggunakan kimia basah untuk yang terdapat pada benda-benda yang menyerapa air. Kemudian hasil dari sidik jari tersebut direkam di kartu AK-23 yang di dalamnya memuat rumus sidik jari. G. Alat Deteksi 1. Lie Detector Jenis : Polygrpah Calibrator LX-2000 W-305. Pembuat : Lafayette Instrument Company. No. Seri : 61014877. Tahun pengadaan 1997. Alat deteksi kebohongan ini menggunakan pemeriksaan pneuma calibrate (aliran darah), cardio calibrate (pemeriksaan denyut jantung) dan galvanic skin response calibrate (pemeriksaan terhadap kulit). Jika dalam produk analisi terdapat indikasi kebohongan akan dilanjutkan
dengan proses interogasi
tersangka. H. Alat komunikasi 1. Samsonite HT Tranceiver Kit Alat komunikasi yang digunakan oleh polisi dalam proses investigasi. 2. HT SIPE A 400 FUG Special Handy Talky buatan Jerman Tahun 1981 merupakan peralatan khusus yang digunkan sebagai pendukung saran komunikasi intelijen. 3. Signal Generator Radio Alat komunikasi bermerk Motorola T-1034A, negara pembuat Amerika Serikat. Alat ini digunakan untuk membantu tugas Polda Metro Jaya tahun 1962 4. Handie Talkie
66
Alat komunikasi bermerk Motorola FM Radio PT 400, negara pembuat Amerika Serikat. Alat ini digunakan untuk membantu tugas Polda Metro Jaya. 5. Radio Punggung Alat komunikasi bermerk Racal/PRM 4021 System HF SSB, negara pembuat Inggris. Alat ini digunakan untuk membantu tugas Polda Metro Jaya tahun 1981. 6. Radio Punggung Alat komunikasi bermerk Electrospace RT-841/PRC-77 System HF SSB,negara pembuat Amerika Serikat. Alat ini digunakan untuk membantu tugas Polda Metro Jaya tahun 1981. 2.2.11 Seragam Polri Seragam-seragam
yang
dikenakan
oleh
Kepolisian
Republik
Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dari pakaian akademi kepolisian, pakaian dinas harian, pakaian dinas upacara, seragam khusus Anti teror, seragam khusus pengendalian masa, dan lain-lain. Berikut foto-foto seragam tersebut :
Gambar 2.21 Seragam Akademi Kepolisian Sumber : www.google.com
67
Gambar 2.22 Pakaian Dinas Harian Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.23 Seragam Brimob dan Gegana Sumber : www.google.com
Gambar 2.24 Seragam Detasemen 88 Anti Teror Sumber : www.google.com
68
Gambar 2.25 Seragam Dalmas atau Pasukan Anti Huru-Hara Sumber : www.google.com
Gambar 2.26 Seragam Penjinak Bom Gegana Sumber : www.google.com
Gambar 2.27 Seragam Polisi Lalu Lintas Sumber : www.google.com
69
Gambar 2.28 Seragam FPU pasukan PBB Sumber : www.google.com
2.2.12 Peristiwa Yang Ditangani Polri A. Operasi Trikora Pada operasi Trikora 1962 Polri terlibat dalam penyusupan ke Rumbati, Papua dari Pulau Gorom di wilayah kepulauan Seram. Penysupan pertama terjadi pada 4 April 1962 gagal karena kerusakan perahu. Penyusupan kembali dilakukan pada 13 mei 1962, namun operasi ini terlacak dan terkepung oleh kalap angkatan laut belanda. Pasuka ini kemudia mnyerah namun sebleumnya telah membakar dokumen-dokumen rahasia. Pasukan pelopor ini kemudian di tempatkan di Pulau Hundi bersama pasukan RPKAD, Brawijaya, dan Dipenogero. Pada 7 agustus komandan detasemen pelopor memberangkatkan 65 orang pasukan. Pasukan berhasil mendaray di Pulau Rumbati dan menguasai keadaan. B. Bom Bali I
70
Gambar 2.29 Paddy’s Club Sumber : www.google.com
Bom bali I pada 12 oktober 2002 merupakan peristiwa besar yang pertama kali terjadi di Indonesia yang telah menjadi pusat perhatian dunia. Kejadian ini terjadi di Legian, Kuta, Bali pada ledakan pertama terjadi di Paddy’s Club, ledakan kedua terjadi di Sari Club dan ledakan ketiga terjadi di kantor Konsulat Jendral Amerika Serikat. Peristiwa bom bali yang pertama ini menelan korban sebanyak 202 orang dan 209 orang luka-luka, korbankorban
merupakan banyak
kewarganegaraan asing.
Pihak
kepolisian dari berbagai unsur seperti polda bali, mabes polri dan tim forensik dari australia ikut diterjunkan untuk menginvestigasi seluruh kejadian ini. Dan beberapa orang dijadikan tersangka seperti Amrozi, Imam Samudra, dll kemudian pihak kepolisian yaitu gegana melakukan penggerebakan terhadap rumah-rumah persembunyian tersangka. C. Bom JW Marriot Peristiwa Bom di Hotel JW Marriot ini merupakan Bom yang ledakanya cukup besar yang terjadi di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2003. Pelaku menggunakan mobil kijang sebagai bom bunuh diri. Ledakan ini menewaskan 12 orang dan 150 orang luka-luka terkan serpihan. Dan pada tahun 17 Juli 2009 bom JW Marriot kedua terjadi, korban yang tewas saat itu berjumlah 9 orang dan 53 orang luka-luka. Bom bunuh diri terjadi di lobby hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.
71
D. Bom Kedubes Australia Peristiwa Bom di Kedutaan Besar Ausralia ini merupakan Bom kedua yang terjadi di Jakarta pada tanggal 9 September 2004. Pelaku menggunakan mobil box sebagai bom bunuh diri yang melintas di depan gedung Kedutaan Besar Australia. Kejadian ini menewaskan 9 orang dan 161 luka-luka. Pelaku diketahui merupakan jaringan Nurdin M Top dan Dr. Azhari. E. Bom Bali II Bom bali kedua terjadi pada tanggal 1 oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman seperti bom bali pertama, pertama di kuta dan dua bom di jimbaran. Kejadian ini menewaskan 23 orang tewas dan 196 orang luka-luka. Bom ini menggunakan bom bunuh diri dengan membawa menggunakan tas punggung, bom ini bukan merupakan bom kimia seperti pada bom bali pertama, kali ini menggunakan rangkaian yang menggunakan serpihan tajam yaitu bola bearing.
2.3 Studi Permasalahn Interior 2.3.1. Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk A. Garis 1. Garis Vertikal
Gambar 2.30 Garis Vertikal
Garis vertikal menggambarkan ketegasan, kekuatan dan dapat mempertinggi suatu objek benda maupun ruangan. 2. Garis Horizontal
72
Gambar 2.31 Garis Horizontal
Garis
horizontal
menggambarkan
keluasan,
ketenangan
memperpendek suatu objek dan memperbesar ruangan. 3. Garis Miring
Gambar 2.32 Garis Horizontal
Garis miring menggambarkan ketidak stabilan, sesuatu yang bergerak atau dinamis. 4. Garis Zig-zag
Gambar 2.33 Garis Zig-zag
Garis zig-zag menggambarkan ketajaman, kekerasan dan sesuatu yang bergerak lebih dinamis dan ritmis.
5. Garis Lengkung
Gambar 2.34 Garis Lengkung
Garis lengkung menggambarkan fleksibel, lentur, lembut dan tidak kaku. B. Bentuk 1. Bentuk Beraturan atau Geometris
Gambar 2.35 Bentuk geometris
73
Bentuk beraturan atau geometris adalah bentuk yang terukur secara sistematis, bersifat stabil dan simetris. Persegi menggambarkan bentuk statis dan netral. Segitiga menggambarkan
kestabilan dan
keseimbangan. Lingkaran menggambarkan kestabilan dan pusat dari lingkuanganya.
2. Bentuk Tidak Beraturan atau Organik
Gambar 2.36 Bentuk organik
Bnetuk organik adal bentuk yang tidak simetris yang memiliki sifat terkesan bebas.
2.3.2. Tinjauan Furniture Furniture pada ruangan museum sangat penting diperhatikan karena merupakan elemen interior yang berguna sebagai tempat untuk menampilkan benda-benda koleksi museum. Furniture pada museum dirancang sesuai dengan kebutuhan ruang yang disesuaikan dengan jumlah dan bentuk benda koleksi yang dipamerkan. Furniture pada museum juga dibagi atas sifat benda yang dipamerkan, yaitu : 1. Benda koleksi langka atau memiliki nilai tinggi, furniture yang digunakan harus memiliki tingkat keamanan tinggi, seperti tertutup kaca, memberikan jarak dengan pengunjung dan memakai sensorsensor keamanan. 2. Benda koleksi yang tidak langka, furniture yang digunakan bisa menggunakan sistem terbuka namun tetap terjaga keamananya. Jenis-jenis furniture yang digunakan pada museum, yaitu : a. Panel Panel digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. b. Vitrin Vitrin digunakan untuk meletakan benda-benda koleksi yang umumnya tiga dimensi dan relatif bernilai tinggi serta mudah
74
dipindahkan. Vitrin dibagi menjadi dua yaitu vitrin tunggal yang hanya dipakai untuk pajang saja dan vitrin ganda sebagai tempat pajang dan menyimpan koleksi. c. Pedestal Pedestal digunakan untuk meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi yang diletakkan bernilai tinggi dan berukuran besar maka perlu mendapat ekstra pengamanan, yaitu diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung.
2.3.3. Tinjauan Material A.Lantai 1. Marmer Marmer memiliki daya tahan yang kuat dan mampu menahan berat. Memberikan kesan mewah karena adanya serat-serat batuan di permukaan marmer. Harganya relatif mahal, sulit dipasang dan apabila terkena noda sulit dihilangkan karena poripori yang cukup besar.
2. Granit Granit memiliki daya tahan terhadap berat yang baik dan tahan terhadap api. Granit memberikan kesan indah karena di permukaanya terdapat bintik-bintik. Harganya relatif mahal dan apabila terkana noda sulit untuk dihilangkan 3. Parket Parket memiliki kesan yang hangat dan alami. Pemasangan parket cukup mudah namun tidak tahan terhadap benturan atau goresan dan tidak tahan panas. 4. Vinyl Vinyl memiliki daya tahan yang lama. Mudah dibersihkan, tahan air dan terdapat beragam motif. Kekurangan vinyl yaitu mudah tergores dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
75
5. Keramik Keramik
memiliki
dibershikan,tidak
daya
tembus
tahan air,
dan
yang
lama,
mudah
perawatan
mudah.
Kekurangan keramik yaitu mudah berlumut pada bagian nat. 6. Tegel Tegel memiliki kesan tradisional, rustic / modern ekletik. Tidak tahan terhadap air, oleh karena itu hariis diberi glasir / coating. B. Dinding 1. Beton Beton memiliki kelebihan yaitu mudah dibentuk, tahan terhadap temperatur tinggi dan mampu menahan beban yang berat. Kekuranganya yaitu apabila sudah dibentuk sulit untuk diubah, mempunyai bobot yang berat dan memiliki daya pantul yang besar. 2. Bata merah Bata merah memiliki kelebihan yaitu proses pemasangnya yang mudah, murah dan tahan panas. Kekurangan bata merah yaitu menyerap panas pada museum panas dan menyerap dingin pada museum dingin, dan waktu pemasangan yang cukup lama.
3. Bata ringan atau Hebel Hebel memiliki kelebihan yaitu lebih ringan dibandingkan bata merah biasa, proses pemasangya lebih cepat, tahan terhadap api, dan terhadap air. Kekurangnya yaitu harganya yang lebih mahal dan memerlukan keahlian khusus dalam pemasangan. 4. Gypsum Gypsum memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap api, mudah dibentuk, tidak terlalu berat dan mampu meredam suara. Kekuranganya yaitu tidak tahan terhadap air dan mudah rusak. 5. Kayu Kayu memiliki kelebihan yaitu dapat dibuat dengan berbagai macam desain dan warna, memberikan efek hangat dan mamou
76
meredam suara. Kekuranganya yaitu mudah menyerap air, mengalami kembang-susut dan kurang tahan terhadap cuaca.
C.Ceiling 1. Tripleks Tripleks memeliki kelebihan yaitu proses pengerjaanya mudah, ringan dan mudah di dapat dipasaran. Kekuranganya yaitu tidak tahan terhdap api dan air. 2. Gypsum Gypsum memeliki kelebihan yaitu tahan terhadap api, mudah dibentuk, tidak terlalu berat dan mampu meredam suara. Kekuranganya yaitu tidak tahan terhadap air dan mudah rusak. 3. Pvc Pvc memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap air, beragam bentuk dan beragam warna. Kekurangnya yaitu tidak tahan terhadap api dan pemasangnya membutuhkan keahlian khusus. 4. Alumunium Alumunium memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap air, beragam bentuk dan beragam warna. Kekurangnya yaitu tidak tahan terhadap api dan pemasangnya membutuhkan keahlian khusus. 2.3.4. Tinjauan Warna a. Warna Merah
Gambar 2.37 warna merah
Warna merah memiliki arti berani, cinta, kekuatan, menarik. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan berat dan mengganggu, pada bagian dinding memberikan kesan semangat dan agresif, dan pada bagian lantai memberikan kesan siaga dan waspada. b. Warna Kuning
77
Gambar 2.38 warna kuning
Warna kuning memiliki arti kehangatan, kebahagiaan, semangat dan ceria. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan terang dan semangat, pada bagian dinding memberikan kesan semangat dan hangat, dan pada bagian lantai memberikan kesan memecahkan konsentrasi dan mencolok mata. c. Warna Orange
Gambar 2.39 warna orange
Warna Orange memiliki arti kehangatan dan bersemangat. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan semangat, pada bagian dinding memberikan kesan hangat, dan pada bagian lantai memberikan kesan keaktifan.
d. Warna Hijau
Gambar 2.40 warna hijau
Warna Hijau memiliki arti warna alam dan mampu memberikan suasana tenang dan santai. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan yang melindungi ruang, pada bagian dinding memberikan kesan dingin dan lembut, dan pada bagian lantai memberikan kesan merilekskan dan natural. e. Warna Biru
78
Gambar 2.41 warna biru
Warna biru memiliki arti damai, lembut, setia. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan dingin, pada bagian dinding memberikan kesan jauh , dan pada bagian lantai memberikan kesan merilekskan dan menginspirasi. f. Warna Ungu
Gambar 2.42 warna ungu
Warna ungu tua memiliki arti misterius, mistis dan angkuh. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan berat dan membat ruangan terlihat pendek, pada bagian dinding memberikan kesan santai dan tenang, dan pada bagian lantai memberikan kesan merilekskan dan lembut.
g. Warna Hitam
Gambar 2.43 warna hitam
Warna hitam memiliki arti gelap, suram dan menakutkan namun elegan. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan berat dan membat ruangan terlihat pendek, pada bagian dinding memberikan kesan mistis dan elegan, dan pada bagian lantai memberikan kesan elegan. h. Warna Putih
79
Gambar 2.44 warna putih
Warna putih memiliki arti bersih, murrni, lugu, suci. Merupakan salah satu warna netral. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan tinggi ruangan, pada bagian dinding memberikan kesan luas dan bersih, dan pada bagian lantai memberikan kesan bersih. i. Warna Cokelat
Gambar 2.45 warna cokelat
Warna Cokelat memiliki arti kesan hangat, nyaman dan aman, kuat, dapat diandalkan. Dapat memberikan kesan modern dan expensive. Untuk penggunaan pada element interior pada bagian ceiling memberikan kesan kuat, pada bagian dinding memberikan kesan tenang, dan pada bagian lantai memberikan kesan menginspirasi.
2.3.5. Tinjauan Pencahayaan a. Penerangan simetris, langsung
Gambar 2.46 penerangan langsung sumber: Data Arsitek jilid 1
80
Diutamakan untuk penerangan umum pada ruang kerja, ruang rapat. Untuk mencapai suatu tingkat penerangan yang telah ditentukan diperlukan daya kerja listrik yang relatif tidak begitu besar.Sudut untuk mengurangi penyilauan lampu di ruang rapat dan kerja 30°, untuk keamanan penglihatan yang sangat tinggi sudutnya pada 40° atau lebih besar. Untuk merencana penerangan harus dimulai dari suatu sudut penyinaran antara 70° dan 90°.
b. Lampu sorot dinding-cahaya yang menghadap kebawah
Gambar 2.47 lampu sorot penerangan langsung sumber: Data Arsitek jilid 1
Untuk pemasangan pada bidang dinding untuk penerangan dinding yang merata. Efeknya terhadap dinding adalah penerangan dari suatu penerangan langsung.
c. Lampu sorot dengan komponen ruang pada rel aliran
Gambar 2.48 lampu sorot dengan komponen ruang sumber: Data Arsitek jilid 1
81
Penerangan dinding yang merata dengan bagian ruang, Tergantung pada jarak yang dipilih antar lampu, kuat penerangan dapat dicapai hingga 500 lx. Pemasangan lampu bahan bercahaya dan lampu pijar halogen dimungkinkan.
d. Sorot untuk instalasi langit-langit
Gambar 2.49 lampu sorot dinding sumber: Data Arsitek jilid 1
Pada bagian ruang yang kurang untuk penerangan dinding yang eksklusif, penggunaan menggunakan lampu pijar halogen dan lampu bahan bercahaya. e. Lampu sorot terarah cahaya mengarah ke bawah Suatu penerangan yang dibeda-bedakan sesuai dengan ruangnya. Pemantulan 40° dan diputar 360°. Pemasangan lampu pijar halogen, terutama lampu halogen voltase rendah.
Gambar 2.50 lampu sorot terarah sumber: Data Arsitek jilid 1
f. Penerangan tidak langsung
82
Gambar 2.51 penerangan tidak langsung sumber: Data Arsitek jilid 1
Kesan ruang yang terang, Juga pada tingkat penerangan yang kecil, dan tidak adanya penyilauan pantulan merupakan konsep cahaya. Tinggi ruangan yang cukup merupakan persyaratan, penyelarasan penerangan yang hati-hati diperlukan untuk arsitektur langit-langit. Untuk penerangan tempat kerja harus diperhatikan batasan kerapatan lampu langit-langit sebesar 400 cd/m². Sampai ke pemakaian energi yang lebih tinggi 3 kali lipat terhadap suatu penerangan yang langsung.
g. Penerangan tidak langsung Kesan ruang yang terang dan pemakaian energi yang dapat dibenarkan (70% langsung, 30% tidak langsung), diutamakan pada tinggi ruang yang memadai (h ≥ 3m). Suatu penerangan yang tidak langsung-langsung terutama pemasangan lampu bahan bercahaya, pada struktur cahaya juga dalam kombinasi dengan lampu pijar.
Gambar 3.52 penerangan tidak langsung-langsung
83
sumber: Data Arsitek jilid 1
h. Lampu sorot langit-langit dan Lampu sorot Lantai
Gambar 3.53 lampu sorort langit dan lantai sumber: Data Arsitek jilid 1
Untuk
penerangan
bidang
langit-langit
atau
bidang
lantai,
penggunaan lampu pijar halogen atau lampu bahan bercahaya dapat digunakan, juga dimungkinkan lampu pengosongan tekanan tinggi.
i. Lampu sorot dinding
Gambar 2.54 lampu dinding penerang tidak langsung-langsung sumber: Data Arsitek jilid
Untuk penerangan dinding dekorasi juga dengan efek cahaya, misalnya dengan filter warna dan prisma. Dalam kondisi terbatas dapat juga untuk penerangan langit-langit atau lantai.
84
j. Lampu sorot dinding dan rel
Gambar 2.55 lampu sorot pada rel aliran listrik sumber: Data Arsitek jilid
Dipasang pada bagian ruangan, terutama di ruang pameran dan museum. Tingkat penerangan yang vertikal sebesar 50 lx. 150 lx dan 300 lx harus dicapai sebagai sepesifikasi yang khusus di daerah pameran. Dekorasi yang diutamakan dengan lampu pijar dan lamp bahan bercahaya.
k. Lampu sorot rel
Gambar 2.56 lampu sorot pada rel aliran listrik sumber: Data Arsitek jilid
Sudut penyinaran yang lebih disukai 10° (bintik), 30° (banjir), 90° (lampu sorot). Perubahan kerucut cahaya pada penyinaran oleh lensa (lensa patung dan lensa fresnel), perubahan spektrum oleh filter pelindung IR dan UV (daerah museum, pameran, penjualan) dan filter warna. Pelindung diafragma terjadi karena raster dan klep pelindung diafragma.
85
2.3.6. Tinjauan Penghawaan Penghawaan pada interior museum yang penting karena selain memberi pengaruh terhadap pengunjung juga berpengaruh terhadap benda-benda koleksi di dalam museum. Untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban ruangan museum lebih baik menggunakan penghawaan buatan sehingga pengontrolan terhadap suhu dan kelembaban bisa di atur sesuai
kebutuhan.
Ruang
pameran
pada
museum
harus
mempertimbangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi koleksi, seperti kelembaban udara yang berada pada 40%-60% dan suhu udara yang berada pada 20o-40oC. Untuk mengatur kelembaban udara menggunakan alat dehumidifier dan untuk mengurangi kekeringan menggunakan humidfier. Alat-alat inii ada yang menggunakan listrik maupun bahan-bahan alami seperti arang bambu.
2.3.7. Tinjauan Akustik Akustika pada interior museum berfungsi sebagai pengatur suara pada ruangan agar ruangan bisa memberikan bunyi yang jelas, tidak bergema dan merata. Untuk mendapatkan kualitas akustik yang baik dari suatu ruangan dibutuhkan material bangunan yang dapat memenuhi syarat akustika, antara lain : a. Pemantul bunyi atau Sound Reflector Menggunakan material berkarakteristik permukaan yang keras dan rata. Berfungsi sebagai pemantul bunyi apabila menabrak beberapa permukaan sebelum sampai ke pendengar Contohnya papan gypsum, plywood, fleksiglass, fiber, dan plastik keras b. Penyerapan bunyi atau Sound Absorption Menggunakan bahan-bahan berpori lebih efisien untuk frekuensi tinggi, semakin bertambah tebal akan semakain baik untuk frekuensi
86
rendah. Saat bunyi menabrak permukaan yang lembut dan berpori maka bunyi akan terserap olehnya. c. Perambatan bunyi atau Sound Propagation Perambatan suara dengan memperhatikan sifat-sifat material akustik bisa membantu mendapatkan suara yang jernih seperti aslinya. d. Penyebaran bunyi atau Sound Diffuser Bunyi dapat menyebar menyebar ke atas, ke bawah maupun ke sekeliling ruangan. Suara juga dapat berjalan menembus saluran, pipa atau koridor ke semua arah di dalam ruang tertutup. e. Pembelokan bunyi atau Sound Difraction Difraksi bunyi merupakan gejala akustik yang menyebabkan gelombang
bunyi
dibelokkan
atau
dihamburkan
di
sekitar
penghalang seperti sudut (corner), kolom, tembok dan balok. 2.3.8. Tinjuan Sistem Keamanan dan Signage 1. Sistem Pengamanan a. Pengamanan elektronik dari tindak kejahatan Perangkat
elektronik
yang
digunakan
museum
untuk
mengamankan benda-benda koleksi dari tindak kejahatan, yaitu •
Control panel, sebagai pusat dari semua kegiatan pada suatu sistem pengamanan elektronik.
•
Kontak magnetik, alat ini akan bekerja jika jendela, pintu dan vitrin rusak maka alarm akan berbunyi.
•
Kawat, aliran melalui kawat diletakan di pintu dan tombol akan bergerak bilan pintu terbuka maka alarm akan berbunyi.
•
Detektor getar, alarm akan berbunyi apabila jendela atau vitrin memperoleh getaran yang tidak normal.
•
Detektor kaca pecah, alat ini akan mendeteksi pada frekuensi kaca pecah.
•
Sensor infra merah pasif, sensor ini desain untuk mendeteksi panas tubuh.
87
•
Detektor asap, sensor ini mendeteksi asap bila terjadi kebakaran.
•
Dual
tone
sounder,
berfungsi
untuk
memberikan
peringatan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam ruangan. •
CCTV (Close Circuit Television)
b. Sistem pengamanan dari kebakaran Perangkat
keamanan
yang
digunakan
museum
untuk
mencegah dari musibah kebakaran, yaitu : •
Membuat tanda dilarang merokok
•
Menggunakan alat pendeteksi panas (thermal detector)
•
Menggunakan alat pendeteksi asap (smoke detector)
Sedangkan untuk menanggulangi musibah kebakaran pada museum menggunakan perangkat, yaitu: •
Sistem penyemprotan (sprinkler system)
•
Tabung pemadam kebakaran (fire extingusher)
•
Penempatan sumber air (hydrant)
2. Papan Informasi atau Signage Papan Informasi atau Signage merupakan aspek penting dalam interior museum keguanaanya sebagai petunjuk dalam ruang. Jenis-jenis signage pada interior beranekaragam, yaitu : 1.
Sebagai
Informasi,
kegunanaanya
menyampaikan
informasi tentang layanan dan fasilitas, seperti peta, direktori, atau tanda-tanda instruksional. 2.
Arah: tanda-tanda yang menunjukkan lokasi layanan, fasilitas, ruang fungsional dan bidang utama, seperti posting tanda atau arah panah.
3.
Identifikasi: tanda-tanda yang menunjukkan layanan dan fasilitas, seperti nama dan nomor kamar, tanda-tanda toilet, atau sebutan lantai.
88
4.
Keselamatan dan Peraturan: tanda-tanda peringatan atau memberikan
keselamatan
instruksi,
seperti
tanda-tanda
peringatan, rambu lalu lintas, tanda keluar. Sedangkan Macam-macam Signage pada interior terbagi menjadi 5, yaitu : 1. Interior Signage (Direktori, berlampu, dan tidak berlampu). 2. Primary Signage (Berlampu, tanda exit yang berlampu). 3. Directional
Signage
(Contoh
:
simbol
panah
ke
kiri/kanan/atas/bawah). 4. Secondary Signage (Plaque, panel, window, frames, dan fixture signs). 5. Desk and Counter Signs (information display, poster holders, tackboards, changeable letterboards, literature organizer, dan perpetual calendars Dari segi aspek-aspek yang menjadi syarat signage yang baik adalah: 1. Visibilitas, yaitu tingkat kemudahan sign dapat dilihat 2. Readibilitas, sign tersebut dapat dimengerti oleh orang lain 3. Legibilitas, informasi paling penting dalam signage dapat dibaca dengan jelas. 2.4 Tinjauan Khusus 2.4.1 Museum Polri A. Lokasi Museum
89
Gambar 2.57 Denah lokasi museum Polri Sumber : www.google.com
Museum Polri berada di kawasan Mabes Polri di Kebayoran, Jakarta selatan tepatnya di Jalan Trunojoyo No.3. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis karena berada di persimpangan jalan Trunojoyo dan B. Sejarah Museum Awal mula keinginan pembangunan museum ini dinyatakan oleh Kapolri periode 2008-2010 yaitu Jend. Drs. H. Bambang Hendarso Danuri, M. M. Konsep awal museum tersebut akan merestorasi bangunan museum di lingkungan kompleks Akademi Kepolisian Republik Indonesia yaitu berada di Kota Semarang namun karena gedung yang akan di pakai tersebut lokasinya kurang strategis, maka Kapolri memberikan gagasan baru untuk lokasi museum yang baru yaitu berupa gedung Kompolnas yang berada di Trunojoyo, Jakarta. Gedung Kompolnas ini kemudian di renovasi selama 3 bulan dengan memperkerjakan sebanyak 300 orang, karena museum ini akan diresmikan pada 29 Juni 2009 sebelum Hari Bhayangkara 1 Juli 2009.
C. Misi Misi 1. Menjadi instrumen yang menunjukan posisi dan peran Polri dalam perkembangan sejarah masyrakat Indonesia. 2. Menjadi cermin yang menampilkan seluruh kiprah dan kinerja segenap anggota kepolisian RI. 3. Sebagai alat pembelajaran bagi seluruh jajaran anggota kepolisian RI tentang peran dan fungsi mereka di tengah masyarakat Indonesia. D. Struktur Organisasi
90
Diagram 2.4 Struktur Organisasi Musuem Polri Sumber : Staff Pemandu Museum Polri
E. Ruangan-Ruangan Museum 1. Lobi dan Informasi 2. Ruang Koleksi dan Peristiwa
Gambar 2.58 Ruang koleksi dan peristiwa Sumber : Dokumen pribadi
3. Ruang Sejarah
91
Gambar 2.59 Ruang Sejarah Sumber : Dokumen pribadi
4. Hall of Fame
Gambar 2.60 Hall of Fame Sumber : Dokumen pribadi
5. Ruang RS Soekanto 6. Ruang Kepahlawanan
Gambar 2.61 Ruang kepahlawanan Sumber : Dokumen pribadi
7. Ruang Simbol Kepolisian
92
Gambar 2.62 Ruang simbol kepolisian Sumber : Dokumen pribadi
8. Ruang Kesatuan
Gambar 2.63 Ruang kesatuan Sumber : Dokumen pribadi
9. Ruang penegakan hukum 10. Ruang labfor dan identifikasi
Gambar 2.64 Ruang labfor dan identifikasi Sumber : Dokumen pribadi
11. Kid’s Corner
93
Gambar 2.65 Kid’s corner Sumber : Dokumen pribadi
12. Souvenir
Gambar 2.66 Souvenir Sumber : Dokumen pribadi
13. Audio Visual
Gambar 2.67 Ruang Audio visual Sumber : Dokumen pribadi
14. Ruang Pameran Temporer 15. Ruang Rapat
94
16. Ruang Staff 17. Perpustakaan 18. Toilet F. Fasilitas Museum Fasilitas-fasilitas yang ada pada museum Polri yaitu : 1. Ruang RS Soekanto Ruang RS Soekanto berada di Lantai 1, merupakan ruangan khusus yang berupa VIP atau biasa dipakai untuk menjamu tamutamu penting yang berkunjung ke museum Polri seperti para Duta Besar Negara sahabat maupun Pejabat Kepolisian Negara-negara sahabat. 2. Penjualan Souvenir Tempat penjualan souvenir berada di lantai 2. Souvenir-souvenir yang diperjual belikan berupa kaos, mug, dan lain-lain 3. Kid’s Corner Kid’s corner berada di lantai 2 museum Polri, merupakan tempat untuk pengunjung anak-anak. Menyediakan informasi mengenai fungsi dan tugas-tugas polisi di dalam masyarakat dengan cara yang mengasyikan. Banyak terdapat perlengkapan seperti motor mainan, mobil mainan, pakaian seragam kepolisian yang berukuran kecil, dan permainan yang lain. 4. Ruang Audio Visual Ruang Audio Visual berada di lantai 3 merupakan tempat untuk menyajikan visualisasi mengenai Kepolisian Negara Republik Indonesia berupa video,film maupun presentasi. Ruanganya cukup luas untuk menampung pengunjung. Kapasistas ruangan audio visual berjumlah 60 kursi untuk dewasa. Terdapat ruang kontrol yang berada di belakang layar utama. 5. Perpustakaan Ruang perpustakaan berada di lantai berdekatan dengan ruang staff museum Polri. Perpustakaan di museum Polri menyediakan koleksi-koleksi buku mengenai Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengetahuan tentang hukum di negara Indonesia dan
95
sebagian kecil pengetahuan umum. Terdapat pula koleksi-koleksi penghargaan yang di peroleh oleh Pusat Sejarah Polri atau para staff museum polri. 6. Loker Loker terdapat di lantai 1 yang berada di bagian lobby terdapat dibelakang area informasi. 7. Toilet Setiap lantai yang berada di Museum Polri memiliki Toilet yang cukup bersih. G. Aktifitas Museum Museum Polri memiliki kegiatan setiap harinya yaitu buka setiap hari Senin-Jumat dari jam 09.00-15.00. Jam kegiatan tersebut berubah dari yang awalnya setiap hari Selasa-Minggu di rubah menjadi SeninJumat karena disesuaikan dengan jam kerja Pegawai Negara Sipil dilingkungan pemerintah. Museum Polri memiliki kegiatan setiap harinya menerima kunjungan dari berbagai pengunjung hampir 75% pengujung merupakan anak sekolah, dari taman kanak-kanak hingga SMA maupun kunjungan dari Mahasiswa. Ruangan di lantai 3 terdapat ruangan temporer yang dipergunakan untuk memamerkan koleksi berbagai macam unsur-unsur kepolisian maupun peristiwaperistiwa terbaru yang pernah ditanggani pihak kepolisian. H. Elemen Interior 1. Lantai Penggunaan material untuk lantai pada museum Polri ini pertama kali saat memasuki ruangan museum menggunakan lantai marmer di bagian lobby museum, memasuki ruangan sejarah terdapat pembatas menggunakan granit hitam dan pada bagian ruangan sejarah menggunakan marmer. Pada pembatas ruangan sejarah dengan ruangan koleksi peristiwa menggunakan lantai parket sedangkan pada ruangan koleksi menggunakan marmer dengan aksen pada bagian lorong peristiwa menggunakan lantai conbloc. Pada bagian tangga menggunakan lantai berbahan granit hitam.
96
Pada lantai 2 dan 3 secara keselurahan memakai lantai berbahan keramik. 2. Dinding Dinding pada museum Polri secara keseluruhan menggunakan dinding bata yang di lapisi cat, namun pada bagian koleksi memakai dinding bata ekspose dan setiap ruangan-ruangan memakai panel berupa panel kayu, panel stainless steel, dan pada bagian kolom-kolom menggunakan batu andesit dengan plat bordes. 3. Plafon Plafon yang digunakan setiap lantai yaitu bebahan gypsum yang divariasikan dengan drop ceiling dengan finishing cat putih. 4. Penghawaan Pengahawaan yang dipergunakan berupa AC central yang dipergunakan di seluruh lantai museum Polri 5. Pencahayaan Pencahayan yang digunakan pada setiap ruangan yaitu berupa lampu down light, lampu TL, lampu spotlight dengan tracking. Pada bagian display yang berada di dalam vitrine menggunakan lampu TL. Secara keseluruhan pencahayaan yang digunakan sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan untuk menerangi koleksi-koleksi yang berada di museum Polri. 6. Display Display yang dipergunakan yaitu berupa display koleksi terbuka dan koleksi yang berada di dalam vitrine. Vitrine yang di pergunakan yaitu berupa kaca dengan stainless steal dan kayu. 7. Keamanan dan Keselamatan Sistem keamanan yang diterapkan pada musem Polri yaitu setiap pengujung yang memasuki museum wajib melaporkan kepada bagian infromasi dengan meninggalkan kartu tanda pengenal dan jika membawa barang wajib dititpkan di bagian loker. Setiap koleksi yang berada di museum Polri di awasi oleh Close Circuit Television (CCTV). Pada bagian koleksi persenjataan yang
97
terbuka atau tidak berada di dalam vitrine menggunakan rantai yang di kunci. Untuk sistem keselamatan terdapat smoke detector dan terdapat tombol alarm kebakaran di bagian dinding tertentu. I. Analisa Interior Interior museum Polri secara keseluruhan memamerkan koleksikoleksinya dengan cukup baik, dengan terdapat penjelasan di setiap benda berupa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun terdapat beberapa kekurangang, yaitu : 1. Kondisi interior, pada plafon-plafon yang berada di setiap lantai terdapat bercak air kekuningan akibat jalur ducting AC yang berembun, dan pada lantai 3 di area pameran temperor terdapat plafon yang sudah bolong. 2. Kondisi pameran temporer, pada bagian pameran temporer terdapat display-display yang sengaja di kosongkan sehingga membuat suasana kurang rapih dan terkesan berantakan.
2.4.2 Museum Satria Mandala A. Lokasi Museum
Gambar 2.68 Denah lokasi museum Satriamandala Sumber : www.google.com
98
Lokasi museum Satria Mandala berada di Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta. museum Satria Mandala berada di jalan protokol yang berada di kawasan perkantoran di pusat kota Jakarta.
B. Sejarah Museum Museum Satria Mandala pada awalnya merupakan rumah dari salah satu istri dari Presiden Pertama Ir. Soekarno yaitu Ibu Dewi Soekarno yang memiliki luas 56.670 m2. Pembangunan museum Satria Mandala di bangun dalam pembinaan mental dan pewarisan Nilai-nilai Juang 1945 dan Nilai-nilai Luhur. Untuk itu Kepala Sejarah TNI pertama Brigjen TNI Nugroho Notosusanto ditigaskan mempersiapkan rencana dan
pelaksaan
pembangunanya.
Pembangunan
tahap
pertama
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 5 Oktober 1972 yang sekaligus memberi nama Museum Satria Mandala. Satria Mandala merupakan bahasa sansekerta yang berarti lingkungan keramat para ksatria.
C. Visi dan Misi Visi Menjadi Museum yang profesional sebagai penyelenggara pembina kesejarahan
dan
keprajuritan
dalam
pengembangan rangka
jiwa
pembinaan
korsa
serta
semangat
kemampuan
kekuatan
pertahanan negara.
Misi 1.
Melaksanakan pembinaan kesejarahan dan tradisi TNI melalui museum.
99
2.
Mewujudkan Museum Satriamandala menjadi museum yang menjadi rujukan museum di lingkungan TNI.
3.
Mewujudkan Museum Satriamandala menjadi salah satu andalan destinasi kunjungan wisata di Provinsi DKI Jakarta.
D. Struktur Organisasi
Diagram 2.5 Struktur Organisasi Museum Satriamandala Sumber : Pasi Bim Info Museum Satriamandala
E. Ruangan-Ruangan Museum 1. Ruang Panji-Panji
100
Gambar 2.69 Ruang panji-panji Sumber : Dokumen pribadi
2. Ruang Diorama I
Gambar 2.70 Diorama I Sumber : Dokumen pribadi
3. Ruang Jendral Besar TNI Soedirman
Gambar 2.71 Ruang Jend. Besar TNI Soedirman Sumber : Dokumen pribadi
4. Ruang Letnan Jendral Oerip Soemohardjo
Gambar 2.72 Letnan Jendral Oerip Soemahardjo
101
Sumber : Dokumen pribadi
5. Ruang Jendral Besar TNI A.H. Nasution
Gambar 2.73 Ruang Jend. Besar TNI A.H. Nasution Sumber : Dokumen pribadi
6. Ruang Jendral Besar TNI Soeharto
Gambar 2.74 Ruang Jend. Besar TNI Soeharo Sumber : Dokumen pribadi
7. Ruang Foto TNI dalam era pembangunan
Gambar 2.75 Ruang Foto TNI dalam era pembangunan Sumber : Dokumen pribadi
102
8. Ruang Dirorama II, Koleksi Kontingen Garuda, Koleksi Tanda Pangkat Dan Jasa, Serta Brevet TNI
\ Gambar 2.76 Diorama II, Koleksi Kontingen Garuda, Tanda Pangkat Sumber : Dokumen pribadi
9. Ruang Senjata
Gambar 2.77 Ruang Senjata Sumber : Dokumen pribadi
10. Ruang Diorama III
103
11. Ruang Diorama IV 12. Ruang Seragam TNI 13. Ruang Bailrung Pahlawan 14. Koleksi Kendaraan Temput 15. Dermaga Mini Armada RI Dan Koleksi Kapal Perang 16. Taman Dirgantara 17. Museum Waspada Purbawisesa
F. Fasilitas Museum Fasilitas-fasilitas yang ada pada museum Satriamandala yaitu : 1. Parkir Museum Satriamandala memiliki fasilitas parkiran yang cukup luas untuk menampung pengunjung yang datang ke museum. Kapasitas untuk mobil sebanyak 300 mobil namun bisa juga untuk dipakai parkir bus-bus pariwisata. 2. Mushola dan Masjid Fasilitas ibadah yang berada Museum Satriamandala yaitu mushola yang berada di area museum dan masjid yang berada di komplek museum Satriamandala. 3. Toko souvenir 4. Kantin 5. Toilet 6. Aula serbaguna Di museum Satriamandala terdapat aula serbaguna yang dapat menampung kurang lebih 600 orang. Fasilitas ini dipergunakan untuk umum sebagai tempat acara gathering dan lain-lain G. Aktifitas Museum Museum Satriamandala memiliki kegiatan untuk bagian staff setiap harinya yaitu setiap hari Senin-Kamis dari jam 07.00-15.30 dan pada hari Jumat dari jam 07.00-16.00. untuk jam operasional dari hari Selasa-Minggu dari jam 09.00-14.30. Museum Satriamandala memiliki kegiatan setiap harinya menerima kunjungan dari berbagai
104
pengunjung hampir 80% pengujung merupakan anak sekolah, dari taman kanak-kanak hingga SMA maupun kunjungan dari Mahasiswa. H. Elemen Interior 1. Lantai Penggunaan material untuk lantai pada museum Satriamandala ini pertama kali saat memasuki ruangan museum menggunakan lantai marmer di bagian bendera TNI, memasuki ruangan diorama pertama menggunakan laminated flooring. Pada ruang-ruang Jendral menggunakan lantai keramik. Ruang diorama II, koleksi kontingen Garuda, Koleksi Tanda Pangkat dan jasa, serta Brevet TNI menggunakan lantai berbahan keramik. Pada bagian ruang senjata di lantai dasar memggunakan lantai berbahan keramik. 2. Dinding Dinding
pada
museum
Satriamandala
secara
keseluruhan
menggunakan dinding bata yang di lapisi cat. Pada pada ruangan Jendral terdapat panel-panel multipleks yang di finishing dengan cat duco. 3. Plafon Pada bagian plafon museum ini menggunakan plafon bermaterial gypsum dengan variasi dropceiling dengan finishing cat putih. 4. Penghawaan Unsur penghawaan pada museum ini sangat penting karena ruangan-ruangan di museum Satriamandala memiliki luasan yang cukup besar. Museum Satriamandala menggunakan AC dengan sistem central dan AC split. 5. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan pada museum Satriamandala menggunakan lampu TL yang diletakan dengan sistem hidden lamp dan lampu spot untuk digunakan di beberapa titik. 6. Display Pada museum Satriamandala ketika memasuki ruangan panji TNI terdapat area bendera yang di berikan pembatasa berupa kaca. Pada
105
ruangan Jendral terdapat pakaian maupun seragam yang di tempatkan di vitrine kayu dan kaca. Untuk bagian pangkat, tanda jasa dan brevet menggunakan vitrine kayu dan kaca. Pada bagian koleksi persenjataan menggunakan vitrine kayu dan kaca. 7. Keamanan dan Keselamatan Museum Satriamandala memiliki sistem keamanan 24jam dengan dijaga oleh tim keamanan maupun menggunakan teknologi CCTV. I. Analisa Interior Interior museum Satriamandala secara keseluruhan memamerkan koleksi-koleksinya
dengan
cukup
baik,
dengan
terdapat
penjelasan di setiap benda berupa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun terdapat beberapa kekurangan, yaitu : 1. Kondisi interior, pada bagian diorama pertama sampai ruangan Jendral-Jendral suasana interior yang digunakan cukup modern dengan treatment pada bagian dinding bertema futuristic, namun ketika memasuki ruangan diorama ke II, pangkat,dll sampai di ruang koleksi persenjataan suasana interior masih kurang senada dengan sentuhan interior modern. 2. Kondisi ruang koleksi senjata, pada bagian display senjata kurang pencahayaan untuk menerangi koleksi-koleksi yang berada di dalam display.
2.4.3 Museum Keprajuritan A. Lokasi Museum
106
Gambar 2.78 Denah lokasi museum Keprajuritan Sumber : www.google.com
Lokasi museum Keprajuritan berada di jalur luar selatan komplek Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Museum Keprajuritan berada dekat dengan museum pusak dan museum serangga dan di antara museum transportasi dengan dunia air tawar. Keberadaan museum sangat mudah ditemui karena bentuk arsitektur bangunan berbentuk benteng besar. B. Sejarah Museum Museum ini dibangun pada lahan seluas 4,5 Ha dengan luas keseluruhan bangunan seluas 7.545 m2 dan diresmikan pada tanggal 5 juli 1987 oleh Presiden Soeharto. Bentuk museum ini sengaja
dibuat
berbentuk
benteng
persegilima
karena
melambangkan pertahanan Indonesia dari segala ancaman dan kekukuhan pancasila. Area sekeliling bangunan di kelilingi parit yang terdapat diorama-diorama di dinding bangunan.
C. Misi Museum Misi
107
Misi pembangunan adalah untuk melestarikan bukti dan rekaman
sejarah
perjuangan
bangsa
pada
perjuangan sejak abad ke-7 sampai abad ke-19. D. Ruangan-Ruangan Museum 1. Ruang Koleksi
Gambar 2.79 Ruang Koleksi Sumber : Dokumen pribadi
Gambar 2.80 Ruang Koleksi Sumber : Dokumen pribadi
2. Penitipan barang 3. Ruang staff 4. Toilet
E. Fasilitas Museum 1.
Panggung terbuka
masa-masa
108
Panggung terbuka berada di bagian luar tengah area museum.
Panggung
ini
biasa
dipergunakan
untuk
mengadakan pentas seni atau kegiatan lain yang membutuhkan panggung pada siang maupun malam hari. 2.
Ruang Koleksi Ruang koleksi berada di lantai 2 museum keprajuritan, yang berisi 14 diorama yang menggambarkan peperangan di Indonesia, tiruan senjata, meriam, pakaian perang, panji-panji, formasi tempur serta boneka yang memakai pakaian perang.
3.
Toilet
F. Aktifitas Museum Museum Keprajuritan memiliki kegiatan
setiap hari yaitu
untuk jam operasional dari hari Selasa-Minggu dari jam 09.0016.00. Museum Keprajuritan memiliki kegiatan setiap harinya menerima kunjungan dari berbagai pengunjung hampir 75% pengujung merupakan anak sekolah, dari taman kanak-kanak hingga SMA maupun kunjungan dari Mahasiswa. Namun tingkat kedatangan ke museum keprajuritan sangat sedikit. Setiap tahun pada bulan Oktober untuk memperingati hari sumpah pemuda di adakan acara berupa pawai prajurit tradisional yang diikuti oleh berbagai daerah Provinsi di Indonesia. G. Elemen Interior 1. Lantai Penggunaan
material
untuk
lantai
pada
museum
keprajuritan yaitu pada lantai 1 menggunakan material marmer dan pada lantai 2 menggunakan material granit.
2. Dinding
109
Dinding pada museum Keprajutitan secara keseluruhan menggunakan dinding bata yang di lapisi cat dan ada beberapa bagian yang sengaja tidak di cat agar suasana tetap kuno. 3. Plafon Pada bagian plafon museum ini menggunakan plafon bermaterial tripleks dengan variasi dropceiling dan ekspose balok dengan finishing cat putih. 4.
Penghawaan Unsur penghawaan pada museum ini sangat penting karena ruangan-ruangan di museum Keprajuritan memiliki luasan yang cukup besar. Museum Keprajuritan menggunakan AC dengan sistem central.
5. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan pada museum keprajuritan menggunakan lampu downlight. Keadaan pencahayaan yang sangat minim memberikan kesan seram karena jarangnya pengunjung yang datang ke museum ini. 6. Display Pada museum keprajuritan display yang dipergunakan yaitu vitrine kaca karena mayoritas koleksi museum ini merupakan benda yang sudah lama, untuk meminimalisasi pelapukan yang terjadi. 7. Keamanan dan Keselamatan Museum Keprajuritan memiliki sistem keamanan 24jam dengan dijaga oleh tim keamanan Taman Mini Indoenesia Indah maupun menggunakan teknologi CCTV.
H. Analisa Interior Interior
museum
Keprajuritan
secara
keseluruhan
memamerkan koleksi-koleksinya dengan cukup baik. Namun terdapat beberapa kekurangan, yaitu :
110
1. Kondisi interior, pada bagian diorama dan koleksi yang kurang terawat seperti dari pencahyaan yang kurang, penghawaan yang kurang cukup dan ceiling yang masih belum di renovasi. 2. Kondisi bangunan yang jarang di renovasi sehingga banyak terdapat coretan dan terlihat kurang terawat.
111
2.4.4 Kesimpulan Hasil Survei Tabel 2.3 Tabel Kesimpulan Hasil Survei
Subjek
Museum Polri
Lokasi Arsitektur Desain Material Lantai Material Dinding Material Ceiling Ambience Tata Ruang Display Kamar Mandi Souvenir Perpustakaan Informasi Gudang Signage Keamanan Perawatan Pencahayaan Penghawaan
*** ** *** *** *** ** *** ** ** ** ** ** ** ** ** *** ** ** **
Museum Satriamandala *** ** ** *** *** *** *** ** ** ** ** tidak ada ** ** ** *** ** ** **
Museum Keprajuritan ** ** * ** * * * * * * tidak ada tidak ada * * * ** ** * *
Keterangan : ***
Sangat Baik
**
Baik
*
Cukup Baik
Dari seluruh survei yang telah dilakukan setiap museum memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Survei dilakukan dari beberapa sisi seperti tata cara pameran, elemen-elemen interior, desain ruangan, tema museum dan alur cerita museum. Museum pertama yaitu museum Polri, museum ini masih tergolong dalam museum yang baru sehingga penggunaan material, tata pameran, dan lain-lain termasuk modern. Fasilitas yang ada juga cukup dibutuhkan oleh pengunjung, oleh karena itu museum ini dapat dijadikan bahan rujukan utama dalam perancangan. Pada museum kedua yaitu museum Satrimandala,
112
museum ini adalah museum pertama yang dibangun oleh Tentara Nasional Indonesia, sehingga bangunan bekas rumah pribadi Ibu Dewi Soekarno istri Presiden pertama Indonesia ini tergolong museum tua, namun museum ini sudah beberapa kali di renovasi yang membuat interior museum satriamandala lebih modern. Ruangan-ruangan di dalam museum juga ditata dengan rapih namun ada beberapa ruangan yang belum di renovasi. Museum Satrimandala cukup unik karena lokasinya berada di jalan utama di Jakarta yang berada di tengah-tengah gedung tinggi di Jakarta. Dan museum ketiga yaitu museum Keprajuritan yang berada di Taman Mini Indonesia Indah, museum ini juga seperti museum Satriamandala yang tergolong berusia tua, namun museum ini kurang terawat dan kurang menarik di kunjungi. Renovasi yang dilakukan hanya beberapa kali dan tidak pernah merenovasi interior secara keseluruhan, sehingga ruangan terasa kurang nyaman. Kesimpulan dari seluruh survei yaitu dalam pembangunan museum harus memperhatikan aspek-aspek interior sehingga pengunjung merasa tertarik dan nyaman di dalam ruangan tersebut. Masyarakat di Indonesia kurang tertarik terhadap museum karena museum biasanya hanya menyimpan barang-barang kuno dengan interior yang kurang menarik dan kurang nyaman untuk dikunjungi.