10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Dasar Sistem Basisdata
2.1.1
Data Data adalah fakta atau observasi tentang fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih khusus, data adalah pengukuran objektif terhadap atribut (karakteristik) pada entitas seperti orang, tempat, benda, dan kejadian (O’Brien, 2003, p4). Dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta tentang fenomena fisik atau transaksi bisnis yang tersimpan, mempunyai arti dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.
2.1.2
Basisdata Basisdata adalah kumpulan data yang berhubungan secara logikal, dan uraian data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah organisasi (Connolly, 2005, p14). Basisdata juga dapat dikatakan sebagai kumpulan file yang saling berhubungan, hubungan tersebut dapat ditunjukkan dengan kunci dari tiap file yang ada.
2.1.3
Sistem Basisdata Sistem basisdata merupakan serangkaian program komputer yang mengendalikan pembuatan, pemeliharaan, dan pemanfaatan basisdata sebuah organisasi (O’Brien, 2003, p5). Sistem basisdata dapat diartikan juga sebagai
11
sistem perangkat lunak yang memungkinkan user mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengendalikan akses ke basisdata (Connolly, 2005, p16). Sistem basisdata juga dideifinisikan sebagai serangkaian program yang digunakan untuk mendefinisikan, mengatur, dan memproses basisdata dan aplikasinya (Kroenke, 2002, p638).
2.2
Perancangan Basisdata
2.2.1
Pendekatan Basisdata Basisdata adalah kumpulan data yang berhubungan secara logikal, dan uraian data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah organisasi (Connolly, 2005, p14). Basisdata juga dapat dikatakan sebagai kumpulan file yang saling berhubungan, hubungan tersebut dapat ditunjukkan dengan kunci dari tiap file yang ada. Basisdata yang besar, memerlukan sebuah perangkat lunak untuk mengaturnya secara keseluruhan. Sistem perangkat lunak yang memungkinkan user mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengendalikan akses ke basisdata disebut Database Management System (DBMS) (Connolly, 2005, p16).
2.2.2
Siklus Hidup Aplikasi Basisdata (Database Application Lifecycle) Karena sistem basisdata merupakan komponen dasar dari sistem informasi yang luas dari organisasi yang lebih besar, siklus kehidupan aplikasi
12
basisdata (database application lifecycle) dihubungkan dengan siklus hidup sistem informasi (Connolly, 2005, p282). Perlu diketahui bahwa tahapan dalam DBLC (database application lifecycle) tidak harus berurutan, namun juga melibatkan beberapa pengulangan ke tahapan sebelumnya (feedback loops). Tahapan-tahapan database application lifecycle dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Database Application Lifecycle (Connolly, 2005, p284)
13
2.2.2.1
Perencanaan Basisdata (Database Planning) Langkah-langkah dalam perencanaan basisdata adalah (Connolly, 2005, p285): •
Mendefinisikan pernyataan misi (mission statement) yang mendefinisikan tujuan
utama
aplikasi
basisdata.
Mission
statement
membantu
memperjelas tujuan proyek basisdata dan menyediakan jalur yang lebih jelas terhadap pembuatan aplikasi basisdata yang dibutuhkan dengan efisien dan efektif. •
Mendefinisikan
tujuan
misi
(mission
objectives)
yang
mengidentifikasikan suatu tugas khusus yang harus didukung basisdata. Mission statement dan mission objectives dapat disertai beberapa informasi tambahan yang menjelaskan secara umum apa yang harus dilakukan, sumber mana yang diperlukan untuk melakukannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu semua. Perencanaan basisdata juga harus meliputi pengembangan standar yang mengatur bagaimana data akan dikumpulkan, bagaimana format harus ditentukan, dokumentasi apa saja yang akan diperlukan, dan bagaimana rancangan dan pelaksanaan akan terjadi.
2.2.2.2
Pendefinisian Sistem (System Definition) Pendefinisian sistem menjelaskan lingkup dan batasan aplikasi basisdata dan user view utama (Connolly, 2005, p286) .
14
User view menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh aplikasi basisdata dari sudut pandang jabatan tertentu, seperti manajer atau pengawas, maupun dari sudut pandang bidang aplikasi perusahaan, seperti pemasaran, personalia, atau pengawasan persediaan, dalam hubungannya dengan data yang akan disimpan dan transaksi yang akan dijalankan terhadap data itu (Connolly, 2005, p287).
2.2.2.3
Pengumpulan Dan Analisis Kebutuhan (Requirements Collection And Analysis) Suatu
proses
resmi
dengan
menggunakan
teknik-teknik
seperti
wawancara atau kuesioner untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai sistem dan kebutuhan-kebutuhannya dinamakan teknik pencarian fakta (fact-finding techniques) (Connolly, 2005, p317). Teknik pencarian fakta yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu: •
Memeriksa Dokumentasi (Examining Documentation) Memeriksa dokumentasi dapat bermanfaat ketika mencoba memperoleh pemahaman mengenai bagaimana kebutuhan akan suatu basisdata muncul. Dengan memeriksa dokumen, formulir, laporan, dan file yang berhubungan dengan sistem sekarang, pengertian tentang sistem dapat diperoleh dengan cepat (Connolly, 2005, p317).
•
Wawancara (Interview) Wawancara dapat memberikan informasi dari seseorang secara langsung (Connolly, 2005 p317).
15
Keuntungan teknik ini (Connolly, 2005, p318): -
Orang yang diwawancarai dapat menjawab pertanyaan dengan bebas dan terbuka
-
Orang yang diwawancarai merasa sebagai bagian dari proyek
-
Pewawancara dapat menindaklanjuti komentar yang menarik dari orang yang diwawancara
-
Pewawancara dapat menyesuaikan pertanyaan selama wawancara
-
Pewawancara dapat mengamati bahasa tubuh dari orang yang sedang diwawancara
Kerugian teknik ini (Connolly, 2005, p318): -
Memakan waktu dan biaya, tidak praktis
-
Kesuksesan wawancara tergantung pada kemampuan komunikasi pewawancara
-
Kesuksesan wawancara tergantung pada keinginan orang yang diwawancarai untuk berpartisipasi dalam wawancara
•
Mengamati perusahaan dalam operasinya (Observing) Teknik ini memungkinkan orang lain untuk berpartisipasi, melihat seseorang melakukan kegiatan secara langsung, untuk mempelajari sistem (Connolly, 2005, p319). Keuntungan teknik ini antara lain (Connolly, 2005, p319): -
Dapat memeriksa validitas fakta dan data yang akan diperiksa
-
Pengamat dapat melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan
16
-
Pengamat dapat memperoleh data yang menjelaskan lingkungan fisik tugas
-
Relatif tidak mahal
-
Pengamat dapat membuat pengukuran kerja
Kerugian teknik ini antara lain (Connolly, 2005, p319): -
Orang mungkin menampilkan dengan berbeda sewaktu diamati.
-
Mungkin melewatkan tugas-tugas pengamatan yang meliputi berbagai tingkatan kesulitan atau volume yang biasanya dialami selama jangka waktu itu.
-
Beberapa tugas tidak selalu dapat ditampilkan sama seperti ketika sedang dilakukan pengamatan.
•
Mungkin tidak praktis.
Penelitian (Research) Teknik pencarian fakta yang berguna yaitu melakukan penelitian terhadap aplikasi dan masalah (Connolly, 2005, p319). Keuntungan teknik penelitian (Connolly, 2005, p320): -
Menghemat waktu jika solusi telah tersedia
-
Peneliti dapat melihat bagaimana orang lain dapat mengatasi masalah serupa atau memenuhi kebutuhan serupa
-
Membuat peneliti selalu up-to-date dengan perkembangan baru
Kerugian teknik penelitian (Connolly, 2005, p320): -
Menghabiskan banyak waktu
-
Membutuhkan akses ke sumber informasi yang tepat
17
-
Dapat saja tidak membantu memecahkan masalah karena tidak terdokumentasi
2.2.2.4
Perancangan Basisdata (Database Design)
2.2.2.4.1 Pemodelan Entity-Relationship Pemodelan Entity-Relationship adalah sebuah pendekatan top-down untuk rancangan basisdata yang dimulai dengan mengidentifikasi data penting yang disebut entitas dan relationship antara data yang harus direpresentasikan dalam model (Connolly, 2005, p342). Konsep dasar model E-R, yaitu entitas, relationship, dan atribut. •
Jenis Entitas Jenis entitas adalah sekumpulan objek dengan properti yang sama, yang diidentifikasikan
oleh
perusahaan
karena
memiliki
keberadaan
independen (Connolly, 2005, p343). Sedangkan entity occurrence adalah objek dari suatu jenis entitas yang dapat diidentifikasikan secara unik (Connolly, 2005, p345). Nama jenis entitas umumnya adalah kata benda tunggal. •
Jenis Relationship Jenis relationship adalah sekumpulan hubungan antar jenis entitas yang memiliki arti (Connolly, 2005, p346). Sedangkan relationship occurrence adalah sebuah hubungan yang dapat diidentifikasikan secara unik, yang
18
meliputi sebuah kejadian (occurrence) dari setiap jenis entitas yang ada (Connolly, 2005, p346). Jenis
relationship
digambarkan
dengan
sebuah
garis
yang
menghubungkan jenis entitas yang berhubungan. Garis tersebut diberi nama sesuai dengan nama relasinya dan tanda panah hanya bersifat satu arah. Biasanya sebuah relationship dinamakan dengan menggunakan kata kerja, atau dengan sebuah frase singkat yang meliputi sebuah kata kerja. Sedangkan tanda panah mengindikasikan arah yang benar untuk mengartikan suatu relationship (Connolly, 2005, p347). •
Derajat Jenis Relationship Derajat dari jenis relationship adalah jumlah jenis entitas yang ada dalam sebuah relationship (Connolly, 2005, p347). Sebuah relationship yang memiliki derajat dua dinamakan binary (Connolly, 2005, p348). Sebuah relationship derajat tiga dinamakan ternary, dan jika sebuah relationship memiliki derajat empat dinamakan quaternary (Connolly, 2005, p348). Lambang belah ketupat digunakan untuk merepresentasikan relationship yang memiliki derajat lebih dari dua. Nama dari relationship tersebut ditampilkan di dalam belah ketupat dan tidak ada panah berarah (Connolly, 2005, p348).
•
Recursive Relationship Recursive relationship adalah sebuah jenis relationship di mana jenis entitas yang sama digunakan lebih dari sekali untuk peran yang berbeda
19
(Connolly, 2005, p349). Nama peran juga dapat digunakan jika dua buah entitas dihubungkan melalui lebih dari satu relationship. •
Atribut Atribut adalah properti sebuah entitas atau relationship (Connolly, 2005, p350). Domain atribut adalah sekumpulan nilai yang dibolehkan bagi satu atau lebih atribut (Connolly, 2005, p350). Atribut dapat diklasifikasikan menjadi: -
Simple attribute adalah atribut yang terdiri dari komponen tunggal dengan keberadaannya yang independen (Connolly, 2005, p351).
-
Composite attribute adalah atribut yang terdiri dari beberapa komponen, masing-masing dengan keberadaan yang independen (Connolly, 2005, p351).
-
Single-valued attribute adalah atribut yang hanya memiliki sebuah nilai untuk setiap occurrence dari sebuah jenis entitas (Connolly, 2005, p351).
-
Multi-valued attribute adalah sebuah atribut yang memiliki banyak nilai untuk setiap occurrence dari sebuah jenis entitas (Connolly, 2005, p352).
-
Derived attribute adalah atribut yang merepresentasikan sebuah nilai yang dapat diturunkan dari atribut atau kumpulan atribut yang berhubungan (Connolly, 2005, p352).
20
•
Keys Candidate key adalah himpunan minimal atribut yang secara unik mengidentifikasikan setiap occurrence dari sebuah jenis entitas (Connolly, 2005, p352). Composite key adalah sebuah candidate key yang terdiri atas dua atau lebih atribut (Connolly, 2005, p353). Primary key adalah candidate key yang dipilih untuk mengidentifikasikan secara unik setiap occurrence dari sebuah jenis entitas (Connolly, 2005, p353). Pada sebuah entitas biasanya terdapat lebih dari satu candidate key yang salah satunya harus dipilih untuk menjadi primary key.
•
Batasan Struktural Jenis utama dari batasan pada suatu relationship dinamakan multiplicity (Connolly, 2005, p356). Multiplicity adalah jumlah occurrence pada satu jenis entitas yang mungkin terjadi yang dapat menghubungkan ke suatu occurrence dari jenis entitas melalui relationship tertentu (Connolly, 2005, p356). Derajat yang paling umum digunakan pada suatu relationship adalah binary relationship, yang terdiri atas (Connolly, 2005, p356): -
One-to-one (1:1) Relationship Contoh:
21
Gambar 2.2 -
Gambar One-to-One Relationship
One-to-many (1:*) Relationship Contoh:
Gambar 2.3 Gambar One-to-Many Relationship
-
Many-to-many (*:*) Relationship Contoh:
Gambar 2.4
Gambar Many-to-Many Relationship
22
2.2.2.4.2 Perancangan Basisdata Konseptual Perancangan basisdata konseptual adalah proses membangun model informasi yang digunakan dalam organisasi, bebas dari semua pertimbangan fisik (Connolly, 2005, p439). Pertimbangan yang dimaksud meliputi DBMS yang akan digunakan, program aplikasi, bahasa pemrograman, platform perangkat keras, kinerja, dan pertimbangan fisik lainnya. Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan konseptual yaitu (Connolly, 2005, p440): •
Langkah 1 – Membangun model data konseptual lokal untuk setiap view Tugas-tugas yang terlibat dalam langkah 1 ini antara lain: Langkah 1.1 Mengidentifikasi jenis entitas Salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi entitas adalah mencari kata benda atau frase kata benda pada spesifikasi kebutuhan user. Dapat juga ditemukan objek utama seperti orang, tempat, benda, atau konsep. Langkah 1.2 Mengidentifikasi jenis relationship Bertujuan untuk mengidentifikasi relationship yang penting yang ada di antara jenis entitas yang telah diidentifikasi sebelumnya (Connolly, 2005, p445). Saat mengidentifikasi relationship dapat dilakukan dengan cara mencari kata kerja atau kata yang berhubungan dengan kata kerja.
23
Langkah 1.3 Mengidentifikasi dan menghubungkan atribut dengan entitas atau jenis relationship Bertujuan untuk menghubungkan atribut dengan entitas dan jenis relationship yang tepat (Connolly, 2005, p447). Langkah 1.4 Menentukan attribute domains Domain adalah sekumpulan nilai di mana satu atau lebih atribut memperoleh nilainya (Connolly, 2005, p450). Langkah 1.5 Menentukan atribut candidate key, primary key, dan alternate key. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi candidate key untuk setiap jenis entitas dan, jika ada lebih dari satu candidate key maka dipilih salah satu untuk menjadi primary key (Connolly, 2005, p451) dan yang tidak terpilih menjadi alternate key. Langkah 1.6 Pertimbangkan
penggunaan
enhance
modeling
concepts (optional) Tujuannya adalah untuk menentukan spesialisasi/generalisasi, agregasi, dan komposisi (Connolly, 2005, p453). Spesialisasi merupakan proses memaksimalkan perbedaan di antara anggota entitas dengan mengidentifikasi karakteristik yang membedakan entitas tersebut (Connolly, 2005, p453). Generalisasi merupakan proses meminimalisasi perbedaan di antara entitas dengan mengidentifikasi karakteristik yang umum (Connolly, 2005, p453).
24
Agregasi merepresentasikan hubungan ”has-a” atau ”is-part-of” antara jenis entitas, di mana yang satu merepresentasikan ”whole” (seluruhnya) dan yang lain mewakili ”part” (bagian) (Connolly, 2005, p453). Komposisi
merupakan
bentuk
spesifik
dari
agregasi
yang
merepresentasikan hubungan di antara entitas, di mana ada kepemilikan yang kuat antara ”whole” dan ”part” (Connolly, 2005, p453). Langkah 1.7 Memeriksa redundansi model Ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini: -
Memeriksa kembali one-to-one (1:1) relationship
-
Menghilangkan relationship yang berulang
-
Memperhatikan dimensi waktu
Langkah 1.8 Memvalidasi
model
konseptual
lokal
terhadap
transaksi user Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa model data konseptual lokal mendukung transaksi yang dibutuhkan: -
Menjelaskan transaksi
Memeriksa semua informasi (entitas, relationship, dan atribut) yang dibutuhkan oleh setiap transaksi yang disediakan model (Connolly, 2005, p456). -
Menggunakan transaction pathways
Memvalidasi
model
data
terhadap
transaksi
yang
dibutuhkan
menggunakan diagram yang merepresentasikan pathways yang diambil
25
setiap transaksi secara langsung pada ER diagram (Connolly, 2005, p457).
Langkah 1.9 Meninjau model data konseptual lokal dengan user Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa model adalah representasi view yang benar.
2.2.2.4.3 Pemilihan Database Management System DBMS (Database Management System) adalah perangkat lunak khusus yang
digunakan
untuk
mendefinisikan,
membuat,
memelihara,
dan
mengendalikan akses pada basisdata (Connolly, 2005, p16). Tujuan pemilihan DBMS adalah untuk memilih sebuah sistem yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini maupun di masa yang akan datang, yang seimbang dengan biaya-biaya yang dikeluarkan termasuk dalam pembelian produk DBMS, perangkat lunak maupun perangkat keras tambahan yang dibutuhkan untuk mendukung sistem basisdata, dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan perubahan dan pelatihan pegawai (Connolly, 2005, p295): Tahapan utama dalam pemilihan DBMS (Connolly, 2005, p297): •
Mendefinisikan kerangka acuan studi Tahapan ini menetapkan tujuan dan ruang lingkup studi, tugas-tugas yang akan dikerjakan, uraian kriteria (berdasarkan spesifikasi kebutuhan user) untuk mengevaluasi produk DBMS, daftar awal produk-produk yang
26
mungkin, dan semua batasan-batasan dan skala waktu yang dibutuhkan untuk studi. •
Mendaftar dua atau tiga produk Kriteria yang dianggap penting dalam keberhasilan implementasi dapat digunakan untuk membuat daftar awal produk-produk DBMS dalam evaluasi, seperti dana yang tersedia, tingkat dukungan penjual, kecocokan dengan perangkat lunak lain, dan apakah produk hanya berjalan pada perangkat keras tertentu.
•
Mengevaluasi produk Fitur-fitur yang digunakan dalam evaluasi produk-produk DBMS dikelompokkan
menjadi
pendefinisian
data,
pendefinisian
fisik,
kemampuan akses, penanganan transaksi, pengembangan, dan lain-lain. •
Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan Langkah terakhir adalah mendokumentasikan proses dan membuat pernyataan dalam penemuan dan merekomendasikan produk DBMS tertentu.
2.2.2.4.4 Perancangan Basisdata Logikal Perancangan basisdata logikal adalah proses membangun model informasi yang digunakan organisasi berdasarkan model data tertentu, tetapi tidak
tergantung
dari
Database
Management
System
(DBMS)
dan
pertimbangan fisik lainnya (Connolly, 2005, p462). Langkah-langkah dalam metodologi perancangan basisdata logikal yaitu :
27
•
Langkah 2 – Membangun dan memvalidasi model data logikal Tujuannya adalah untuk memetakan setiap model data konseptual lokal ke model data logikal lokal. Yang dilakukan pada langkah ini meliputi : Langkah 2.1 Membuat relationship untuk model data logikal lokal Dengan menggunakan Database Definition Language (DBDL), pertama kali menentukan nama relasi, selanjutnya daftar simple attribute yang diakhiri dengan tanda kurung. Kemudian primary key beserta alternate key dan/atau foreign key dari relasi diidentifikasi. Relationship antara entitas yang satu dengan yang lainnya direpresentasikan dengan mekanisme primary key/foreign key. Membuat relasi untuk model data logikal guna merepresentasikan entiti, relasi, dan atribut yang telah diidentifikasi. Adapun gambaran relasi apa saja yang dapa diturunkan dari struktur model konseptual yang ada adalah sebagai berikut: •
Tipe entiti kuat
•
Tipe entiti lemah
•
One – to – many (1:*) tipe relasi binary
•
One – to – one (1:1) tipe relasi binary
•
One – to – one (1:1) tipe relasi rekursif
•
Superclass / subclass tipe relasi
•
Many – to – many (*:*) tipe relasi binary
•
Tipe relasi kompleks
28
•
Atribut multi – valued
Langkah 2.2 Memvalidasi relationship menggunakan normalisasi Normalisasi adalah teknik untuk membuat sekelompok relasi dengan properti yang diinginkan, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan data dalam perusahaan (Connolly, 2005, p401). Proses normalisasi dimulai dengan memindahkan data dalam bentuk formulir ke dalam format tabel dengan baris dan kolom. Tabel ini dalam bentuk yang belum normal (UNF) dan biasa disebut unnormalized table (Connolly, 2005, p401). UNF adalah suatu tabel yang terdiri dari satu atau lebih kelompok yang berulang (repeating group) (Connolly, 2005, p403). Repeating group adalah sebuah atribut atau kelompok atribut di dalam tabel yang memiliki lebih dari satu nilai (multiple values) untuk sebuah primary key pada tabel tersebut (Connolly, 2005, p403). Ada empat tingkatan normalisasi yang digunakan sebagai landasan penulisan skripsi ini, yaitu: -
First Normal Form (1NF) Suatu hubungan dikatakan 1NF jika titik temu setiap baris dan kolom mengandung satu dan hanya satu nilai (Connolly, 2005, p403). Untuk mengubah unnormalized table menjadi first normal form (1NF), dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menghilangkan repeating group dalam tabel. Ada dua pendekatan untuk menghilangkan repeating group dari unnormalized table:
29
¾
Dengan memasukkan data yang sesuai dalam kolom kosong dari baris yang mengandung data berulang.
¾
Dengan menempatkan data berulang bersama salinan atribut kunci
pada
hubungan
terpisah.
Sebuah
primary
key
diidentifikasikan untuk hubungan yang baru. -
Second Normal Form (2NF) Hubungan dikatakan 2NF jika hubungan sudah dalam 1NF dan setiap atribut yang bukan primary key bergantung penuh (fully functionally dependent) pada primary key (Connolly, 2005, p407). Full functional dependency terjadi jika A dan B merupakan atribut dari suatu hubungan, dan B dikatakan bergantung penuh terhadap A (A→ B) jika B bergantung terhadap A, namun bukan bagian dari A. Normalisasi dari 1NF ke 2NF dilakukan dengan menghilangkan ketergantungan parsial (partial dependency) dan menempatkannya dalam relasi yang baru bersama salinan atribut penentunya (determinant attribute).
-
Third Normal Form (3NF) Suatu hubungan dikatakan 3NF jika hubungan tersebut sudah dalam bentuk 1NF dan 2NF, dan tidak ada atribut yang bukan primary key yang bergantung secara transitif (transitive dependent) terhadap primary key (Connolly, 2005, p409). Transitive dependency adalah kondisi di mana A, B, dan C adalah atribut suatu hubungan yang jika A→B dan B→C, maka C
30
bergantung secara transitif terhadap A melalui B (asalkan A tidak functionally dependent terhadap B atau C). Normalisasi dari hubungan 2NF ke 3NF melibatkan penghilangan ketergantungan transitif (transitive dependency). Langkah 2.3 Memvalidasikan hubungan terhadap transaksi user Bertujuan untuk memastikan hubungan dalam model data logikal lokal mendukung transaksi yang diperlukan oleh view. Langkah 2.4 Mendefinisikan integrity constraint Integrity constraint adalah batasan-batasan yang akan ditentukan untuk menjaga basisdata tetap konsisten (Connolly, 2005, p474). Ada enam jenis integrity constraint: -
Data yang diperlukan Beberapa atribut tidak boleh null. Batasan seperti ini harus telah diidentifikasi ketika menyimpan atribut di kamus data.
-
Batasan attribute domain Setiap atribut mempunyai domain, yaitu kumpulan nilai yang sah. Misalnya attribute domain jenis kelamin adalah karakter ‘P’ atau ‘L’. Batasan ini harus diidentifiikasi ketika memilih attribute domain untuk model data.
-
Multiplicity adalah sebuah batasan kuantitatif dalam relasi antara data dan basisdata. Misalnya sebuah entitas A memiliki banyak batasan pada entitas B, tetapi entitas B hanya memiliki satu batasan ke entitas A.
31
-
Entity Integrity Primary key sebuah entitas tidak boleh null. Batasan ini harus diperhatikan ketika mengidentifikasi primary key untuk setiap jenis entitas.
-
Referential integrity Referential integrity memaksudkan jika foreign key berisi suatu nilai, nilai tersebut harus menunjuk ke baris yang ada di hubungan parentnya. Ada beberapa hal sehubungan dengan foreign key yang harus ditentukan.
Yang
pertama
adalah
menentukan
apakah
null
diperbolehkan untuk foreign key. Secara umum, jika hubungannya adalah mandatory, null tidak diperbolehkan. Jika hubungannya adalah optional,
null
diperbolehkan.
Hal
kedua
adalah
bagaimana
memastikan referential integrity-nya. Untuk melakukannya, existence constraints harus didefinisikan untuk menentukan apa yang akan terjadi jika sebuah candidate key atau foreign key dimasukkan, diupdate, atau dihapus. Ada lima strategi yang dapat dipertimbangkan (Connolly, 2005, p476): ¾
NO ACTION Mencegah penghapusan dari hubungan parent jika masih ada baris child yang berhubungan.
¾
CASCADE Jika baris parent dihapus, baris child yang berhubungan secara otomatis dihapus juga.
¾
SET NULL Jika baris parent dihapus, nilai foreign key pada baris child yang berhubungan akan secara otomatis dijadikan null.
32
¾
SET DEFAULT Jika baris parent dihapus, nilai foreign key pada baris child harus secara otomatis diubah menjadi nilai default.
¾
NO CHECK Jika baris parent dihapus, tidak perlu memastikan terpeliharanya referential integrity.
-
Batasan umum Kadang-kadang batasan perusahaan disebut aturan bisnis. Jadi, pengubahan entitas dibatasi oleh aturan perusahaan yang mengatur transaksi sebenarnya yang direpresentasikan oleh update.
Langkah 2.5 Melihat kembali model data logikal lokal yang dibuat dengan user Tujuannya adalah untuk memastikan model logikal lokal dan dokumentasi pendukung yang menjelaskan model adalah representasi view yang benar (Connolly, 2005, p478). Langkah 2.6 Menggabungkan model data logical menjadi model global Langkah ini didesain untuk banyak user yang saling berintegrasi. Local logical data model hanya menggambarkan satu user saja, tetapi global logical data model menggambarkan semua user yang menggunakan database. Setiap local logical data model harus benar, komprehensif, dan tidak ambigu (Connoly, 2005, p479). Sewaktu kita ingin menggabungkannya menjadi global logical data model maka harus menghapus semua konflik user yang ada dan mencocokan setiap persamaan mereka. Aktivitas proses ini meliputi:
33
•
Menggabungkan local logical data model menjadi model global
•
Memvalidasi global logical data model
•
Melihat ulang dan memeriksanya dengan user
2.2.2.4.5 Perancangan Basisdata Fisikal Rancangan basisdata fisikal adalah proses yang menghasilkan uraian tentang pelaksanaan basisdata pada tempat penyimpanan kedua (secondary storage); rancangan basisdata fisikal menjelaskan hubungan dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien ke data, dan batasan integritas dan langkah-langkah pengamanan yang berkaitan (Connolly, 2005, p496). Langkah-langkah metodologi rancangan basisdata fisikal adalah sebagai berikut: •
Langkah 3 – Menerjemahkan model data logikal global untuk DBMS sasaran Bertujuan untuk menghasilkan skema basisdata yang berhubungan dari model data logikal global yang dapat diimplementasikan dalam DBMS sasaran (Connolly, 2005, p497). Kegiatan yang tercakup dalam langkah ini antara lain: Langkah 3.1 Merancang hubungan dasar Tujuannya
adalah
untuk
memutuskan
bagaimana
merepresentasikan
hubungan dasar yang diidentifikasi dalam model
data logikal global
dalam DBMS sasaran (Connolly, 2005, p498).
34
Langkah 3.2 Merancang representasi data turunan Tujuannya
adalah
untuk
memutuskan
bagaimana
merepresentasikan data turunan yang ada di model data logikal global dalam DBMS sasaran (Connolly, 2005, p499). Atribut turunan adalah atribut yang nilainya dapat diperoleh dengan memeriksa nilai atribut lain. Langkah 3.3 Merancang batasan umum Update hubungan dapat dibatasi oleh aturan perusahaan yang mengatur transaksi sebenarnya yang direpresentasikan dengan update tersebut. Rancangan batasan-batasan tersebut bergantung pada pemilihan DBMS di mana beberapa menyediakan lebih banyak fasilitas daripada yang lain dalam mendefinisikan batasan perusahaan. •
Langkah 4 – Merancang organisasi file dan indeks Bertujuan untuk menentukan organisasi file yang optimal untuk menyimpan hubungan dasar dan indeks yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, yaitu cara di mana hubungan dan baris akan ditampung dalam tempat penyimpanan kedua (secondary storage) (Connolly, 2005, p501). Faktor utama untuk mengukur efisiensi: -
Volume data transaksi (transaction throughput) adalah jumlah transaksi yang dapat diproses dalam waktu tertentu.
-
Waktu respon (response time) adalah waktu yang diperlukan untuk penyelesaian satu transaksi.
35
-
Penyimpanan disk (disk storage) adalah besar tempat penyimpanan yang dibutuhkan untuk menyimpan file basisdata.
Kegiatan dalam langkah ini antara lain: -
Menganalisis transaksi Tujuannya adalah untuk memahami kegunaan transaksi yang akan berjalan pada basisdata dan menganalisis transaksi-transaksi yang penting (Connolly, 2005, p502).
-
Memilih organisasi file Tujuannya adalah untuk menentukan organisasi file yang efisien untuk setiap hubungan dasar (Connolly, 2005, p506).
-
Memilih indeks Tujuannya adalah untuk menentukan apakah penambahan indeks akan meningkatkan kinerja sistem (Connolly, 2005, p508).
-
Memperkirakan persyaratan tempat penyimpanan Pada umumnya, perkiraan didasarkan pada ukuran setiap baris dan jumlah baris dalam hubungan (Connolly, 2005, p514).
•
Langkah 5 – Merancang user view Tujuannya adalah untuk merancang user view yang diidentifikasi selama tahap pengumpulan dan analisis kebutuhan (Connolly, 2005, p515).
•
Langkah 6 – Merancang mekanisme keamanan Tujuannya adalah untuk merancang langkah-langkah pengamanan untuk basisdata sebagaimana ditetapkan user (Connolly, 2005, p516).
36
Keamanan sistem mencakup akses dan penggunaan basisdata pada
tingkat sistem, seperti user name dan password. Keamanan data
mencakup akses dan penggunaan objek basisdata (seperti hubungan dan view) dan tindakan yang dapat dilakukan user terhadap objek.
2.3
Beberapa Pengertian Dalam Bidang Perasuransian
2.3.1
Pengertian Asuransi Seperti kita ketahui salah satu cara penanggulangan resiko adalah dengan mengasuransikan suatu resiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap sebagai metode yang paling penting dalam upaya menanggulangi resiko. Karenanya banyak orang yang berpendapat bahwa manajemen resiko sama dengan asuransi. Padahal keadaaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung
dan
penanggung.
Dimana
penanggung
menjamin
pihak
tertanggung, bahwa tertanggung akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan diderita oleh tertanggung sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat / kapan terjadinya. Sebagai kontraprestasinya si tertanggung di wajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan, yang biasa disebut "premi". (http://www.asuransi-mobil.com/asuransi-pengertian.htm).
37
2.3.2
Pengertian Reasuransi Adanya ketidapastian terhadap kerugian-kerugian yang mungkin akan terjadi (Uncertainty Of Loss) merupakan factor yang utama seseorang atau perusahaan menutup asuransi kepada perusahaan asuransi atau penanggung. Dengan menutup asuransi, seseorang akan memperoleh kepastian akan adanya ganti rugi dari suatu perusahaan asuransi apabila menghadapi musibah yang akan terjadi, misalnya kebakaran, cacat tetap, meninggal dunia dan lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan suatu cara atau alat untuk mengalihkan resiko (Transfer Of Risks). Namun demikian, pengalihan resiko dari tertanggung mengakibatkan perusahaan asuransi juga diliputi ketidakpastian menghadapi kerugian-kerugian yang mungkin terjadi atas pertanggungan yang telah diterima sebelumnya. Objek pertanggungan yang mempunyai tingkat dan nilai resiko yang tinggi, seperti pesawat udara, satelit, pabrik semen, dan lain-lain. Kemungkinan tidak dapat ditanggulangi oleh perusahaan asuransi itu sendiri, apabila objek pertanggungan tersebut mengalami kecelakaan. Begitu pula untuk objek pertanggungan yang sangat kecil misalnya rumah tinggal, namun mempunyai jumlah kumulatif pertanggungan yang sangat besar, cukup me membahayakan perusahaan asuransi apabila terjadi kerugian yang bersifat katastropik, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan lain-lain. Untuk memperoleh kepastian atas pertanggungan
yang
telah
dirutup,
perusahaan
asuransi
juga
harus
menyebarkan resiko yang melampaui batas kemampuan sendiri, kepada penganggung-penanggung
lainnya.
Dengan
adanya
penyebaran
resiko
38
(Spreading Of Risks) suatu perusahaan asuransi hanya akan menanggung kerugian yang mungkin timbul sesuai dengan kemampuan sendiri, dan selebihnya dialihkan kepada penanggung-penanggung lainnya (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p4). Terdapat 2 cara penyebaran resiko yang dilakukan oleh perusahaan asuransi yaitu : a.
Ko-Asuransi
b.
Re-Asuransi Cara penyebaran resiko secara Ko-Asuransi dilakukan apabila penutupan
asuransi dilakukan secara bersama oleh beberapa penanggung, sedangkan ReAsuransi adalah asuransi kembali yang dilakukan oleh penanggung kepada penanggung lainnya. Perbedaan kedua cara penyebaran resiko ini dapat dilihat dalam gambar 2.5 berikut :
39
Ko – Asuransi
Re - Asuransi
Gambar 2.5 Penyebaran Resiko (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p5)
Dari gambar 2.5 tersebut diatas penyebaran resiko dengan cara reasuransi, maka dapat dilihat bahwa tertanggung/nasabah tidak mengetahui perusahaan mana yang dijadikan sebagai perusahaan reasuransi dari pihak PT. Asuransi Eka Lloyd Jaya.
2.3.2.1
Fungsi Reasuransi Secara umum fungsi atau kegunaan reasuransi dapat dirinci sebagai berikut (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p7) :
40
a.
Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi Lazimnya perusahaan asuransi dalam menerima suatu pertanggungan selalu
memperhatikan
tanggungannya
sendiri.
batas
kemampuan
Dengan
adanya
yang
akan
dukungan
menjadi
penanggung-
penanggung lain melalui reasuransi, maka perusahaan asuransi tersebut dapat menerima pertanggungan yang memiliki nilai dan tingkat resiko melebihi batas kemampuan sendiri. b.
Mendukung stabilitas keuangan perusahaan asuransi Tuntutan ganti rugi (klaim) yang timbul baik bersifat individual maupun katastropik cukup membahayakan stabilitas keuangan perusahan asuransi. Terjadinya kebakaran atas sebuah hotel, jatuhnya pesawat terbang, terjadinya gempa bumi yang mengakibatkan rusaknya ratusan rumah tinggal, membawa pengaruh yang cukup buruk terhadap stabilitas keungan perusahaan asuransi. Dukungan reasuransi yang dimiliki akan dapat
mengurangi
beban
finansial
perusahaan
asuransi
yang
bersangkutan, mengingat tidak semua klaim-klaim tersebut ditanggung sendiri, tetapi juga ditanggulangi oleh penanggung lainnya. c.
Membantu perusahaan asuransi dalam fleksibilitas underwriting dan manajemen perusahaan. Metode, syarat dan ketentuan dalam perjanjian reasuransi akan membantu operasional perusahaan asuransi, khususnya aspek underwriting Reasuransi juga memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada manajemen dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan asuransi,
41
seperti pengurangan pengembangan produk asuransi baru, sehingga keuntungan perusahaan dapat tercapai.
2.3.2.2
Tujuan Reasuransi Berdasarkan fungsi atau kegunaan tersebut, maka tujuan reasuransi adalah sebagai berikut (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p7) : a. Beban perusahaan asuransi yang menutup resiko tersebut dapat sesuai dengan batas kemampuan sendiri. b. Perusahaan asuransi dapat menutup resiko untuk pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya atau objek pertanggungan yang tingkat resikonya cukup tinggi (High Risks), seperti pabrik tekstil, kertas, dan lainlain. c. Operasional perusahaan asuransi akan semakin lebih baik.
2.3.2.3
Bentuk Reasuransi Bentuk reasuransi dapat digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu : a.
Reasuransi Proportional
b.
Reasuransi Non Proportional Prinsip utama pemakaian kedua bentuk reasuransi diatas adalah sebagai
berikut: a.
Reasuransi Proportional Reasuransi proportional adalah bentuk reasuransi atas suatu resiko dengan pembagian saham yang telah ditetapkan, baik untuk ceding
42
company maupun reasuradur. Saham yang telah ditetapkan dan merupakan ciri dalam bentuk reasuransi ini adalah yang berkaitan denga premi, klaim dan liability ceding company dan reasuradur. Tanggung jawab masing-masing pihak dalam suatu kerugian (klaim) adalah sesuai dengan saham yang ditetapkan dalam pembagian premi dan liability-nya (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p14). b.
Reasuransi Non Proportional Dalam reasuransi non proportional ini, ceding company dan reasuradur tidak membagi proporsi setiap kerugian dengan premi dan liability dalam suatu perbandingan yang tetap (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p15).
2.3.2.4
Prosedur Penempatan Reasuransi Dalam praktek dikenal 4 cara penempatan reasuransi yaitu (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p4) : a.
Fakultatif (Facultative)
b.
Treaty
c.
Fakultative Obligatory
d.
Pool
a.
Fakultatif (Facultative) Ciri pokok penempatan reasuransi secara facultative adalah adanya kebebasan baik untuk ceding company maupun reasuradur. Ceding company bebas untuk mereasuransikan pertanggungan yang ditutup, dan
43
reasuradur
bebas
pula
untuk
menerima
atau
menolak
objek
pertanggungan tersebut (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p9). b.
Treaty Penempatan reasuransi dengan cara treaty dilakukan melalui suatu perjanjian ceding company dengan reasuradur berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disetujui bersama. Dalam perjanjian ini, ceding company
wajib mereasuransi dan reasuradur wajib menerima
seluruh resiko yang
termasuk dalam perjanjian tersebut (Lembaga
Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p10). c. Facultative Obligatory Facultative Obligatory merupakan kombinasi dari cara fakultatif pada ceding company dan adanya kewajiban (obligation) bagi reasuradur menerima
resiko
yang
direasuransikan.
Ceding
company
tidak
mempunyai
keharusan untuk memberikan resiko kepada reasuradur,
dan wajib
menerimaoleh
reasuradur
bila
resiko
tersebut
direasuransikan oleh ceding company (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p11). d. Pool Pool adalah suatu bentuk perjanjian diantara beberapa perusahaan asuransi untuk menempatkan jenis asuransi tertentu dalam suatu sentral, yang kemudian akan dikembalikan ke masing-masing anggota, atau diretrosesikan kepada retrocessionare. Pembentukan pool antara lain
44
disebabkan oleh adanya persetujuan untuk mengaksep resiko-resiko besar dan mempunyai tingkat resiko besar (Large And Hazardous Risks) yang disebut dengan “Market Pool”, adanya intervensi pemerintah yang disebut “Government Pool” (Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, 2006, p11). Diagram metode dalam penempatan reasuransi dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut : Risk Proposition
Nonproportional
Proportional
Facultative
Treaty
Facultative Obligatory
Quota Share
Surplus
Facultative
Agreed Terms
Treaty
Excess Loss
Stop Loss
Gambar 2.6 Metode Penempatan Reasuransi (Australian and New Zealand Institute of Insurance and Finance, 2006, p33)
2.3.2.5
Dokumen-Dokumen Pada Sistem Perasuransian Dalam sistem perasuransian terdapat dokumen-dokumen dalam menutup suatu resiko. Beberapa contoh dokumennya adalah : a.
Slip Penawaran Reasuransi Fakultatif
45
Yaitu surat penawaran kepada penanggung lainnya untuk menutup resiko. b.
Polis Standar Kebakaran Indonesia Yaitu polis yang berisi data-data si tertanggung untuk menutup resiko kebakaran yang dipertanggungkan.
c.
Nota Premi (Premium Note) Berisi tentang premi yang didapat oleh
penanggung terhadap suatu
resiko yang telah disetujui. d.
Slip Penutupan Fakultatif Reasuransi (Facultative Reinsurance Closing Slip) Yaitu suatu slip penutupan asuransi yang telah disetujui oleh satu penanggung dengan penanggung yang lainnya. Slip tersebut berisi tentang data-data dari objek pertanggungan beserta jumlah yang dipertanggungkan.
e.
Endorsement Facultiative Reinsurance Closing Slip Yaitu slip pengesahan data jika terjadi perubahan terhadap suatu objek pertanggungan. Misalnya terjadinya perubahan pada tingkat suku bunga, jumlah pertanggungan, nama tertanggung, dan lain-lain.
Dokumen-dokumen yang telah dijelaskan diatas adalah sebagian kecil dokumen-dokumen yang digunakan dalam dunia perasuransian. Terdapat lebih banyak lagi dokumen-dokumen yang digunakan dalam dunia perasuransian.