BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Umum Galeri Dikemukakan dari The New Lexicon Webster Dictionary of The English
Language (1988:220), galeri adalah sebuah ruang tertutup yang panjang (lorong), sebuah pengkiatan ruang yang digunakan untuk pameran benda-benda seni dengan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan pengertian galeri seni dari Webster’s Collegiate Dictionary adalah suatu wadah tetap berupa bangunan tertutup yang merupakan tempat menampung kegiatan komunikasi visual di dalam suatu ruangan, selasar-selasar dan lorong yang panjang antara kolektor atau seniman dengan masyarakat luas melalui kegiatan pameran. Walaupun dipergunakan sebagai tempat pameran
karya
seni,
galeri
seni
juga
terkadang
dipergunakan
untuk
menyelenggarakan kegiatan seni lainnya, seperti seni pertunjukkan, konser musik, atau pembacaan puisi. Melalui keberadaan sebuah galeri di suatu wilayah dapat menjadi media bertemunya para seniman lokal, berkumpulnya seniman lokal dengan dan masyarakat melalui karya-karya baru yang nantinya akan dipublikasikan untuk umum. Selain itu masyarakat dapat mengetahui karya-karya seperti apa yang sedang berkembang. 2.1.1. Fungsi dan Macam Galeri Fungsi baru yang menjadi tujuan galeri seni dicoba untuk diungkapkan sebagai servis baru untuk publik di bidang seni rupa. Terjemahan fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut : (Harjendro, 2004:37) 1. Sebagai tempat mengumpulkan hasil karya seni. 2. Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat. 3. Sebagai memelihara hasil karya seni agar tidak rusak.
11
12
4. Sebagai tempat mengajak / mendorong / meningkatkan apresiasi masyarakat. 5. Sebagai
tempat
transaksi
jual
beli
untuk
merangsang
kelangsungan seni. Dari perkembangan galeri seni rupa tampak jelas bahwa fungsi galeri seni rupa menuju penyesuaian antara kebutuhan seni dan tuntutan masyarakat,yang makin lama aktifitas-aktifitas yang timbul didalamnya makin didominasi oleh kegiatan servis. Untuk mengetahui macam-macam galeri seni dilakukan pendekatan metode analisis, maka galeri dapat dikelompok berdasarkan: (Rahayu, 2000:23) 1. Bentuk a. Galeri tradisional: merupakan galeri yang mempunyai kegiatan pada selasar atau lorong. b. Galeri modern : merupakan galeri yang menggunakan sebuah perencanaan ruang. 2. Kepemilikan a. Galeri privat: merupakan galeri yang dimiliki oleh satu orang dan memamerkan karya- karya dari pemilik sendiri. b. Galeri publik: merupakan galeri yang sifatnya umum, yaitu milik badan / lembaga. 3. Isi / Benda yang dipamerkan a. Galeri Primitif : merupakan galeri yang memamerkan karya karya seni primitif. b. Galeri Klasik : merupakan galeri yang memamerkan karyakarya seni klasik. c. Galeri Modern : merupakan galeri yang memamerkan karyakarya seni modern. 2.1.2. Penggolongan Jenis Pameran 1. Berdasarkan dari sifat penyelenggaranya, terbagi atas: a. Pameran Tetap
13
Pameran ini berlangsungnya relatif lama bisa berbulan-bulan (3-5 bulan ) bahkan tahunan dengan sistem penataan produk yang diatur dalam unit-unit showroom, panel dan mock-up b.
Pameran Temporal Pameran ini waktu berlangsungnya relatif pendek (1-2 minggu) namun kadang sampai 4 minggu tergantung dari pihak swasta (sponsor) selaku panitia penyelenggara suatu event pameran.
2. Berdasarkan wilayah jangkauan seniman a. Pameran Lokal Pameran seni rupa yang hanya dilaksanakan hanya satu orang seniman dengan menggelar karya pribadi. b. Pameran Bersama Pameran seni rupa yang dilaksanakan secara kolektif dengan mengambil satu tema. Pameran ini biasanya dilakukan oleh para perupa muda. c. Pameran Internasional Pameran seni rupa yang diikuti oleh beberapa seniman terkenal mancanegara di dunia. 3. Berdasarkan dari bentuk/materi obyek yang dipamerkan, terbagi menjadi 2 macam yaitu : a. Dua dimensi (2D), bentuk obyek pamer yang hanya dapat dilihat dalam satu bidang (sisi) pamer dengan dimensi panjang dan lebar. b. Tiga dimensi (3D), bentuk obyek pamer dapat dilihat dari segala bidang dan arah dengan dimensi panjang, lebar dan tinggi. 4. Berdasarkan dari fasilitas yang disediakan, terbagi atas : a. Pameran Tetap •
Showroom, memiliki modul ruang yang bervariasi disesuaikan dengan obyek yang akan dipamerkan.
14
•
Panel Promotion, memiliki unit ruang pamer / display terkecil.
•
Mock-Up, mempunyai ruang yang digunakan untuk memamerkan obyek barang dengan teknik sampel / contoh satu ruang dalam yang dilengkapi dengan produk seni rupa dan memiliki skala yang sebenarnya.
b. Pameran Temporal Exhibition hall dan area kavling pamer, penyediaan kaplingkapling pamer ini dengan modul yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan obyek pamer. 5. Berdasarkan dari tempat / area lokasi penyelenggaraan, terbagi atas : a. Area Outdoor, pameran dilakukan di luar bangunan atau ruang terbuka (open space). b. Area Indoor, pameran dilakukan di dalam ruangan bangunan. 6. Berdasarkan dari tata letak obyek karya seni rupa yang dipamerkan, terbagi menjadi beberapa macam, yaitu : a. Digantung. b. Ditempelkan di dinding dan plafon. c. Diletakkan di lantai (split level). d. Sistem panel. e. Disangga (materi masif, rak/lemari, kotak kaca, dan lainnya) 7. Berdasarkan tata letak obyek pamer yang dilihat oleh pengamat, terbagi menjadi beberapa macam yaitu : a. Sejajar dengan pengamat b. Dibawah pengamat c. Diatas pengamat 2.1.3. Standar Ruang Pamer Didalam perancangan, perlu beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan penataan ruang dan bentuk sebuah galeri, antara lain:
15
1. Ditemukan tema pameran untuk membatasi benda-benda yang termasuk dalam kategori pameran 2. Merencanakan sistematika penyajian sesuai dengan tema yang terpilih, jenis penyajian tersebut terdiri dari: •
Sistem menurut kronologis
•
Sistem menurut fungsi
•
Sistem menurut jenis koleksi
•
Sistem menurut bahan koleksi
•
Sistem menurut asal daerah
3. Memilih metode penyajian agar dapat tercapai maksud penyajian berdasarkan tema yang dipilih •
metode pendekatan estetis
•
metode pendekatan romantic/tematik
•
metode pendekatan intelektual (Susilo Tedjo, 1988).
2.1.4. Sistem Pamer Koleksi Sistem pamer koleksi terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1. Metode estetik, yaitu meningkatkan penghayatan terhadap nilainilai artistik dari warisan budaya yang tersedia. 2. Metode tematik dan intelektual, yaitu berupa penyebarluasan mengenai arti, fungsi dan guna koleksi. 3. Metode romantic, yaitu dengan mengubah suasana penuh dengan pengertian dan harmoni pengunjung mengenai suasana dan kenyataan-kenyataan social budaya diantara berbagai suku bangsa. Salah satu unsur penting di dalam pelaksanaan suatu pameran adalah cara memajang karya. Memajang karya adalah memasang karya seni rupa yang dipamerkan agar dapat dinikmati pengunjung secara nyaman. Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya Penataan Koleksi dapat menggunakan :
16
1. Panel Digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Selain itu digunakan menempelkan label atau koleksi penunjang lainnya seperti peta, grafik.
Panel yang
digunakan pada galeri ini:
(Gambar 2.1. Konstruksi Panil dan Ukurannya) Sumber : DPK,1994 : 32
2. Vitrin, digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya tiga dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan.Berdasarkan dimensinya a. Vitrin Tunggal Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang saja b. Vitrin Ganda Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang dan tempat penyimpanan benda koleksi.
17
(Gambar 2.2. 1. Vitrin Tunggal, 2. Vitin Ganda) Sumber : DPK,1994 : 37
(Gambar 2.3. Vitrin Dinding / Vitrin Tepi) Sumber : DPK,1994 : 40
(Gambar 2.4. Vitrin Tengah) Sumber : DPK,1994 : 43
18
(Gambar 2.5. Vitrin Sudut) Sumber : DPK,1994 : 45
3. Pedestal Pedestal atau alas koleksi, meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya.
(Gambar 2.6. Pedestal / alas kaki yang disesuaikan dengan benda koleksi) Sumber : DPK,1994 : 47
19
2.1.5. Standar Luas Ruang Objek Pamer Dalam luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang lebih banyak (dalam kaitannya dengan luas lantai) dibandingkan dengan penyediaan ruang yang besar. Hal ini sangat diperlukan untuk lukisan-lukisan besar dimana ukutan ruang tergantung pada ukuran lukisan. Sudut pandang manusia biasanya 54⁰ atau 27⁰ dari ketinggian dapat disesuaikan terhadap lukisan yang diberi cahaya pada jarak 10m, artinya tinggi gantungan lukisan 4900 diatas ketinggian mata dan kira-kira 700 di bawahnya.
Tabel 2.1. Standar Luas Objek Pamer Ruang yang Dibutuhakan
Objek Pamer
Lukisan
3-5 m² luas dinding
Patung
6-10 m² luas lantai
Benda-benda kecil / 400 keping
1 m² ruang lemari kabinet
(Sumber: Neufert, 1997:135)
2.1.6. Standar Visual Objek Pamer Galeri dan Ruang pameran harus merupakan sebuah lingkungan visual yang murni, tanpa kekacauan visual (thermostat), alat pengukur suhu/kelembapan, alat pemadam kebakaran, akses panel, signage, dll). Bahan permukaan display tidak boleh dapat teridentifikasi (secara pola atau tekstur). Permukaannya harus dapat dengan mudah di cat, sehingga warna dapat diatur menyesuaikan setiap pameran. Dinding display dengan tinggi minimal 12 kaki diperlukan bagi sebagian besar galeri seni baru, namun museum yang didedikasikan untuk seni kontemporer harus memiliki langi-langit yang lebih tinggi, 20 kaki adalah ketinggian yang cukup fleksibel.
20
(Gambar 2.7. Jarak Pengamatan) Sumber : Neufert, 1997
Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping, tinggi tempat gantung yang baik antara 30⁰ dan 60⁰ dengan ketinggian ruang 6700 dan tinggi ambang 2130 untuk lukisan 3040-3650 2.1.7. Sistem Display Pengelompokan benda-benda menurut bentuk dan jenisnya dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang paling tepat. Cara penyajian koleksi dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Berdasarkan bentuk penyajian (tempat materi koleksi yang ditampilkan) a. Bentuk sistem panel (panel sistem) b. Bentuk sistem box standart c. Bentuk sistem box khusus d. Bentuk vitrin e. Bentuk diorama 2. Berdasarkan aspek aksentualisasi yang ditampilkan Hal ini dilakukan sebagai upaya benda/materi sebagai point of interest,
aspek
estetika
lebih
ditonjolkan,
persepsi
dan
penghayatan komunikasi dapat lebih detail dan teliti. Adapun cara yang dilakukan yaitu : a. Perbedaan tinggi lantai
21
Penyajian untuk benda Peralatan, miniatur, replika patung, dan lain-lain. Aksentualisasi yang ditampilkan : •
Materi koleksi sebagai point of interest
•
Kecenderungan komunikasi visual lebih detail.
b. Sistem mezanin, memungkinkan pengamat berinteraksi dari ruang atas dengan materi koleksi di bawah Dipakai pada ruang pamer yang multi level, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pengamat dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah penyajian untuk benda 3D seperti : Peralatan miniatur, replika patung, dan lain-lain c. Memasukkan ke dalam dinding dengan dekorasi mural Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan dengan dekorasi mural. Aksentualisasi yang ditampilkan adalah : Materi koleksi diperagakan pada lubang dinding dengan •
penerangan di atasnya yang terfokus.
•
Aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih
•
menonjol.
d. Split level plafon Penyajian untuk benda 3D Aksentualisasi yang ditampilkan adalah: •
Penurunan ceiling pada materi koleksi dengan fokus penerangan yang dapat meningkatkan daya tarik obyek pamer.
•
Materi koleksi sebagai pusat utama.
3. Berdasrkan faktor teknologi Teknologi
sebagai
sarana
yang
mampu
menambah
dan
mendukung fungsi yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat informatif, edukatif, dan rekreatif. Hal ini lebih menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti. Dilakukan dengan cara : a. sistem display film/cinematografi b. Sistem display komputer
22
c. Sistem display remote control d. Sistem materi koleksi berputar Jarak pengamatan
mencakup batasan-batasan rentang
pergerakan kepala. Seberapa jauh seorang pengamat dapat merotasi kepalanya dalam bidang vertikal dan bidang horizontal yang membatasi bidang-bidang pandangan. Rentang gerakan mata ke atas atau ke bawah, serta dari sisi satu ke sisi lainnya, menambah kemampuan pengamat untuk menandai display-display visual.
(Gambar 2.8. Bidang Pandang Optimal) Sumber : Panero, 2003 :200
(Gambar 2.9. Rotasi Kepala Manusia) Sumber : Panero, 2003 :113
23
(Gambar 2.10. Daerah Visual dalam Bidang Horizontal) Sumber : Panero, 2003 :290
(Gambar 2.11. Daerah Visual dalam Bidang Vertikal) Sumber : Panero, 2003 :290
(Gambar 2.12. Ketinggian Jarak Pengamatan Display Pameran) Sumber : Panero, 2003 :200
Persyaratan media display koleksi antara lain: 1. Kerangka harus kuat dan kokoh. 2. Tahan debu dan kutu
24
3. Tahan terhadap kelembaban. 4. Aman terhadap pencuri, namun mudah dibuka. 5. Kelihatan baik pada saat digunakan. 6. Penutupnya harus terkunci.
2.2.
Tinjauan Umum Karya Seni Rupa Menurut Sulastianto,dkk (2006:2), berdasarkan kajian terhadap artefak
prasejarah dan kelompok suku primitif yang masih hidup di zaman modern ini, dapat dipastikan bahwa seni tumbuh dan berkembang seiring dengan peradaban manusia serta bersifat universal. Berikut ini beberapa pengertian seni yang dikemukakan oleh filsuf, pakar seni, hingga pakar kebudayaan: 1. Plato (428-348SM), menyatakan bahwa seni adalah hasil tiruan alam (arts imitator naturam). 2. S. Soedjojono, salah seorang pelukis terkemuka Indonesia menyatakan bahwa seni adalah jiwa tampak. 3. Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional, berpendapat bahwa seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang hidup dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. (Sulastianto,dkk, 2006:2), Menurut Ensiklopedia Indonesia, seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena keindahannya orang senang melihatnya atau mendengarnya. Argumen yang dirasa cukup kuat dari definisi sebuah seni dikemukakan pula oleh Read (1998) bahwa, “sebuah sensibilitas dari expresi sebuah seni yang menjadi kunci utama penggambaran perasaan individu maupun emosi kepada suatu objek di dunia dari setiap manusia”. Selain itu Aristoteles mengemukakan pengertian seni sebagai peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal. Dari perbedaan-perbedaan pandangan tersebut itu yang membuktikan definisi seni sangat beragam bahkan ada yang sangat bertentangan, hal ini menunjukan bahwa “definisi seni tidak mungkin diseragamkan atau dibuat tunggal karena masing – masing definisi seni mewakili baik jenis, sifat maupun bentuk seni tersebut yang sesuai dengan kondisi serta zamannya” (Read, 1998).
25
2.2.1 Sejarah Perkembangan Seni Hingga abad ke-18, pemahaman mengenai seni di Eropa selalu berkaitan dengan hal yang bersifat indah, halus, dan luhur. Pada perkembangan selanjutnya kata indah dipadankan artinya dengan mempunyai nilai estetis yang biasa dipergunakan untuk mengaitkan seni dengan alam. Namun pada perkembangan mutakhir seni tidak selalu berkenaan dengan kata indah atau keindahan karena makna, tujuan, proses, dan bentuk seni terus tumbuh secara dinamis. Sedangkan seni rupa yang merupakan cabang dari seni merupakan seni yang penerapan utamanya menggunakan indra penglihatan. Seni rupa sudah tumbuh sejak zaman prasejarah. Hal ini dapat ditelusuri dari benda-benda peninggalannya, baik yang berupa karya dua dimensi maupun karya tiga dimensi. Seni
Kontemporer adalah
perkembangan seni yang
terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batasbatas ruang dan waktu. Khalayak seni visual di Indonesia, mencatat istilah ini sejak awal '70-an, ketika Gregorius Sidharta memberi judul pamerannya sebagai Seni Patung Kontemporer. Pelaku seni lain, Gerakan Seni Rupa
Baru-dimediasikan Sanento
Yuliman dan Jim
Supangkat-
berusaha menegaskan keberadaan praktik seni yang percaya dengan adanya berbagai tata acuan untuk masyarakat yang tidak tunggal. Bagi Sanento, seni rupa modern Indonesia bukanlah lanjutan dari seni rupa tradisional. Perkembangan karya seni kontemporer di setiap Negara berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan, baik yang menyangkut politik, sosial, maupun budaya serta aspek
26
lainnya dari masing-masing Negara yang bersangkutan. Di Negaranegara
yang sudah
maju
peradabannya,
perkembangan
seni
mendapatkan perhatian yang cukup serius dibandingkan di Negara berkembang. Oleh karena itu, di Negara maju banyak dibangun galeri dan ruang pamer untuk memfasilitasi para seniman dalam menggelar karyanya. Melalui pameran, masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, dan menilai karya seni yang disuguhkan sehingga dapat meningkatkan apresiasi seni di kalangan masyarakat. (Margono, dkk, 2007) 2.2.2. Kategori Seni Menurut Oswald Kulpe, berdasarkan pemanfaatan indra, media, dan paduan unsur-unsurnya, cabang seni dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Seni Penglihatan / Visual Art a. Seni dua dimensi yang terdiri atas: 1) Seni dua dimensi tanpa gerak, misalnya seni lukis dan gambar; 2) Seni dua dimensi dengan gerak, misalnya seni film dan kembang api. b. Seni tiga dimensi yang terdiri atas: 1) Seni tiga dimensi dengan gerak, misalnya seni pahat dan ukiran; 2) Seni tiga dimensi dengan gerak, misalnya seni tari dan pantomime tanpa musik. 3) Seni integral yang memadukan unsur permukaan dan bentuk, misalnya arsitektur dan pertamanan. 2. Seni Pendengaran / Auditory Art a. Seni nada yang terdiri atas: 1) Musik instrumental dari alat tunggal, misalnya piano dan biola; 2) Musik instrumental dari gabungan beberapa alat musik, misalnya konser band dan orkes simfoni.
27
b. Seni kata yang terdiri atas: 1) Puisi berirama, misalnya sajak; 2) Puisi tidak berirama, misalnya novel dan cerita pendek. c. Seni integrasi yang memadukan nada dan kata, misalnya nyanyian dan tembang. 3. Seni Penglihatan-Pendengaran / Auditory-Visual Art a. Seni gerak dan nada, misalnya tarian koreografis dan musik. b. Seni gerak, kata, dan pemandangan, misalnya drama. c. Seni gerak, kata, pemandangan, dan nada misalnya opera. Sejalan dengan perkembangan jaman dan peradapan manusia maka berkembanglah pula seni dalam kehidupan. Kategori seni berdasarkan fungsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fungsi individual dan fungsi sosial. 1. Fungsi Individual Seni Fungsi individu merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pribadi individu itu sendiri. Terdapat dua macam fungsi seni untuk individu antara lain: a. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting. Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture, seni pakaian/ textile, seni kerajinan dan lain-lain. b. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional Untuk memenuhi kebutuhan emosaonal manusia memerlukan dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai contoh menonton hiburan teater, menonton film di bioskop, konser, pameran seni rupa. 2. Fungsi Sosial Seni a. Fungsi Religi/Keagamaan Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lago rohani Seni
28
yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan. b. Fungsi Pendidikan Seni sebagai media pendidikan misalnya musik. Contoh : Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin. Pelajaran menggunakan bantuan karya seni. c. Fungsi Komunikasi Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan, poster, drama komedi, dan reklame. d. Fungsi Rekreasi/Hiburan Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan, sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain. e. Fungsi Artistik Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer, dan
seni
rupa
kontemporer,
tidak
biasa
dinikmati
pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para seniman dan komunitasnya. f. Fungsi Guna (seni terapan) Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus
29
mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah dan rotan. g. Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi) Menurut Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron otak. Menurut Gregorian bahwa gamelan dapat mempertajam pikiran. 2.2.3. Klasifikasi Karya Seni Rupa Dilihat dari tujuan, nilai dan fungsinya karya seni rupa dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu karya seni rupa murni dan seni terapan. 1. Karya Seni Rupa Murni (Fine Art) Sebuah karya seni rupa murni mengutamakan nilai dan ekspresi perupanya dibandingkan nilai terapannya. Misalnya, lukisan dan patung. 2. Karya Seni Rupa Terapan (Applied Art) Tujuan penciptaan karya seni rupa terapan lebih diutamakan pada nilai pakainya daripada nilai ekspresinya. Pertimbangan aspek gagasan, media, teknik, prosedur, dan keahlian berkarya seorang perupa harus mengikuti fungsi terapan atau pakainya. Misalnya, karya seni kriya dan desain. 2.2.4. Cabang Seni Rupa Murni dan Terapan Seni rupa murni (purelfine art) merupakan seni rupa yang tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya. Dalam seni rupa murni terdapat beberapa aliran gaya. Aliran gaya yaitu aliran dalam gerakan seni rupa yang memliki ideologi dan ciri khas yang unik dan baru dalam karya-karya yang dihasilkannya. Aliran
seni
rupa,
diantaranya
romantisme,
ekspresionisme,
impresionisme, dan surealisme. Cabang-cabang seni rupa murni di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
30
1. Seni Lukis
(Gambar 2.13. Seni Lukis) Sumber : http://yanartsoul.blogspot.com/ 2. Seni Grafis
(Gamba 2.14. Seni Grafis) Sumber : http://www.tituitbom.com/
3. Seni Patung
(Gambar 2.15. Seni Patung) Sumber : http://seni-syakiyahrosi.blogspot.com/
31
4. Seni Keramik
(Gambar 2.16. Seni Keramik) Sumber : http://www.anneahira.com/seni-kerajinan-keramik.htm
Seni rupa terapan merupakan cabang seni rupa yang mengkhususkan penciptaannya pada nilai praktis karya yang dihasilkan. Salah satu cabang seni rupa terapan yaitu desain. Desain merupakan aktivitas seni rupa yang mengutamakan unsur, guna, ekonomi, promosi dan kebutuhan masyarakat. Cabang-cabang seni desain dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Desain Produk Desain prodak adalah cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan persoalan kebutuhan masayrakat akan peralatan dan benda-benda sehari-hari untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Diantaranya alat transportasi, alat rumah tangga, mebel,sepatu, mainan, dan lain sebgainya.
(Gambar 2.17. Seni Desain Produk) Sumber: http://hana2apheiro.wordpress.com/
32
2. Desain Grafis / Desain Komunikasi Visual desain grafis merupakan cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan kebutahan masyarakat akan komunikasi rupa yang dicetak, seperti poster, undangan , majalah,surat kabaar, logo perusahaan.
(Gambar 2.18. Seni Desain Grafis) Sumber : http://indramaji-art.blogspot.com/
3. Desain Arsitek Desain Arsitek merupakan kegiatan yang berusaha memecahkan kebutuhan dalam masalah hunian masyarakat yang indah dan nyaman. Karya desain arsitektur diantaranya rumah tempat tinggal, perkantoran, rumah sakit.
(Gambar 2.19. Seni Desain Arsitektur) Sumber : http://www.skyscrapercity.com/
33
4. Desain Interior desain interior merupakan suatu kegiatan yang berusaha memecahkan kebutuhan manusia untuk mempunyai ruangan yang nyaman dan indah. Contoh karyanya adalah ruangan museum, restoran, hotel, kafe, dan pusat hiburan.
(Gambar 2.20. Seni Desain Interior) Sumber : http://www.rumahuni.com/
2.3. Tinjauan umum Budaya Jawa Disebut kebudayaan Jawa dikarenakan penjabaran berbagai informasi mengenai sejarah, tokoh, ataupun seluk beluk sosialitas yang berkembang. Hal ini berkaitan dengan penelitian kultur dan peninggalan sejarah yang dilakukan oleh intelektual colonial yang bertujuan untuk mempelajari keberagaman dan kekayaan kebudayaan Jawa. Kedatangan kebudayaan Hindhu di Jawa melahirkan kebudayaan Islam Jawa. Kedatangan bangsa Barat untuk berdagang dan menjajah beserta kebudayaannya melahirkan kebudayaan Barat Jawa yang cenderung materialistik. Masa HinduBudha membuka babakan sejarah karena pada masa inilah orang Jawa mulai menggunakan tulisan, baik aksara Siddamatrka (atau disebut juga aksara Pre-Nagari yang hanya digunakan pada tahapan awal masa Hindu-Budha) ataupun turunan dari aksara Pallawa (yaitu aksara Jawa Kuno yang untuk selanjutnya berkembang ke dalam berbagai gaya dan akhirnya menjadi aksara Jawa seperti yang dikenal sekarang) (Sedyawati, 2006: 425). Daerah kebudayaan Jawa luas yaitu meliputi seluruh bagian Tengah dan Timur dari Pulau Jawa. Sesungguhnya demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut daerah kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status
34
wilayah seperti sekarang ini, daerah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta,
Madiun,
Malang
dan
Kediri.
Daerah
di
luar
itu
dinamakan pesisir dan Ujung Timur (Sedyawati, 2006: 429). 2.3.1. Pengertian Kebudayaan Menurut
Raymond
Williams,
pengamat
dan
kritikus
kebudayaan terkemuka, kata “kebudayaan” (culture) merupakan salah satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaannya dalam bahasa inggris. Kata culture yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colere atau berarti mengolah atau mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari kata ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam. Ruang lingkup kajian budaya yang sangat luas membuat sejumlah pakar kebudayaan mencari arti kebudayaan melalui pengertian etimologis. Koentjaraningrat (1983: 5) umpamanya menulis sebagai berikut “kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak “buddhi” yang berarti budi atau akal.” 2.3.1.1. Wujud Kebudayaan Koentjaraningrat (1983: 5-6) menyetujui pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada tiga wujud kebudayaan yaitu: 1. Sebagai suatu tindakan kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. 2.3.1.2. Komponen Kebudayaan Berdasarkan wujudnya tersebut, budaya memiliki beberapa elemen atau komponen yaitu :
35
1. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Contoh : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, 2. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. 3. Lembaga sosial Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. 4. Sistem kepercayaan Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun sistem kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi sistem penilaian di masyarakat. 5. Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. 6. Bahasa Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)
36
2.3.2. Kebudayaan Jawa Kebudayaan
dalam
arti
sempit
sering
diartikan
sebagai
kesenian. Menurut Koentjaraningrat (1978: 11-12) yang menunjukkan identitasnya suatu kebudayaan adalah unsur-unsur yang menonjol dari kebudayaan itu. Jadi yang menjadi identitas kebudayaan Jawa adalah unsur yang menonjol dari kebudayaan Jawa yaitu bahasa dan komunikasi, kesenian, dan kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam organisasi sosial. Masyarakat Jawa adalah suku yang terbesar jumlahnya di Indonesia. Hampir setengah dari sekitar 240 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan suku Jawa. Orang Jawa adalah pendukung dan penghayat kebudayaan Jawa. Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Reporter cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabarata. Sistem kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur. 1.
Kesenian dari jawa tengah Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut : a.
Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil
b.
Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagulagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung
c.
Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah
d.
Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak
2.
Kesenian dari jawa timur Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut : a.
Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping
b.
Seni pewayangan antara lain wayang beber
37
c.
Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya)
d. 3.
Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.
Rumah adat tipe jawa, antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo merupakan model rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura
4.
Pakaian adat jawa, Pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk, berbaju jas sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanita. Wanitanya memakai kain kebaya panjang dengan batik sanggulnya disebut bakor mengkurep yang diisi dengan daun pandan wangi. (Koentjaraningrat 1982:2)
Selain sistem kesenian Jawa di atas, terdapat penjabaran dari sumber lain yakni Indriyawati (2009:137) sebagai berikut: 1. Seni Bangunan Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli. Terdapat pula bagian atau dinding suatu bangunan yang berupa relief. Relief pada suatu bangunan ada yang mengandung cerita ataupun hanya hiasan belaka.
(Gambar 2.21. 1.Seni Bangunan Jaman dulu, 2.Bangunan Modern adat Jawa ) Sumber : http://www.google.com/
38
2. Seni Tari Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya sebagai berikut: a. Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara, seperti: khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan. b. Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng. c. Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut. d. Tari gambyong. e. Tari bedoyo.
Tabel 2.2. Tabel Ragam Seni Tari Jawa Nama Seni Tari
Tari Tayuban
Tari Reog
Tari Serimpi
Tari Gambyong
Gambar
39
3. Seni Musik Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.
(Gambar 2.22. Seni Musik “Gamelan”) Sumber: http://la.wikipedia.org/wiki/Musika
4. Seni Pertunjukkan Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga kethoprak, ludruk, dan kentrung
(Gambar 2.23. Pertunjukan “Matah Ati”) Sumber: http://ziahzone.blogspot.com/
40
Tabel 2.3. Tabel Ragam Seni Pertunjukkan Jawa Nama Seni Pertunjukkan
Wayang Orang
Wayang Kulit
Kethoprak
Ludruk
Kentrung
Gambar
41
2.3.3. Karya Seni Rupa Jawa Karya seni rupa yang ada di Indonesia telah ada sejak zaman purba, hal ini terbukti dari berbagai peninggalannya yang masih dapat kita lihat, Seperti arca, lukisan, dan dolmen. Adapun karya seni rupa yang terdapat di Indonesia yang diambil dari Siswandi,dkk,(2006) dapat dibedakan menjadi berbagai jenis berikut ini. 1. Seni Lukis
Seni lukis, yaitu karya seni yang dibuat dengan proses melukis. Karya seni lukis muncul sejak zaman prasejarah. Lukisan sebagai media ekspresi dan sekaligus media permohonan sehingga bentuk yang dilukis berupa simbol-simbol yang mengandung makna tertentu. Seni lukis terapan yang ada di Indonesia dapat dijumpai di berbagai daerah, seperti: a. Seni Lukis Batik Pekalongan Pekalongan terkenal sebagai kota batik karena banyak penduduknya yang membuat kerajinan batik. Hampir di seluruh wilayah Pekalongan terdepat sentra-sentra kerajinan batik. Batik tidak hanya digunakan sebagai bahan pakaian saja, tetapi dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk hiasan dinding, gorden, taplak meja, tutup saji, payung, dan kap lampu.
(Gambar 2.24. Seni Lukis Batik Pekalongan) Sumber: http://sehatcantikblog.blogspot.com/
42
b. Seni Lukis Sukaraja Sukaraja adalah sebuah kecamatan di Jawa Tengah. Selain itu, Sukaraja juga memiliki daerah yang menghasilkan lukisan. Lukisan Sukaraja tidak dibuat sebagai benda seni murni, tetapi lebih sebagai kegiatan kerajinan karena pembuatannya bersifat massal. Lukisan Sukaraja banyak mengambil tema-tema yang seragam, yaitu pemandangan alam, yang terdiri dari pohon, sungai, langit, awan, gunung, air pancuran, dan laut.
(Gambar 2.25. Seni Lukis Sukaraja) Sumber: http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Seni_Lukis_Sokaraja
2. Seni Patung
Seni patung adalah karya seni yang dibuat dengan proses membentuk sebuah benda, yang biasanya terbuat dari batu, kayu, semen, dan bahan lainnya. Karya seni patung sudah ada sejak zaman purba berupa patung-patung primitif. Patung-patung tersebut digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Contoh patung khas Jawa:
43
Tabel 2.4. Tabel Ragam Kerajinan Patung Jawa Nama Kerajinan Patung
Gambar
Patung Kasongan
Patung Ukir Jepara
Patung Akar Jati
3. Seni Relief
Seni Relief, yaitu karya seni yang dibuat dengan prose mengukir. Karya seni relief mulai nampak pada zaman Hindu, Budha, dan Islam. Tema yang dipakai biasanya berkaitan dengan kepentingan agama. Hal ini bisa dilihat dari relief pada dinding candi prambanan dan candi Borobudur.
44
(Gambar 2.26. Seni Ukir Menggambarkan Penyebaran Islam) Sumber: http://www.indonesiakaya.com/
4. Seni Grafis
Seni grafis, yaitu karya seni yang dibuat dengan proses dicetak. Ada beberapa teknik cetak yang biasa dipakai untuk membuat karya seni grafis, di antaranya adalah cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring (sablon). 5. Seni Keramik
Seni keramik, yaitu karya seni yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar dengan suhu tertentu. Karya seni ini lebih dikenal dengan nama gerabah. Daerah pengrajin karya seni keramik, diantaranya Plered Purwakarta, dan Kasongan-Yogyakarta.
45
Tabel 2.5. Tabel Ragam Kerajinan Karya Seni Jawa Nama Karya Seni Keramik
Gambar
Gerabah Kasongan
Karya Keramik Bentuk Wanita Jawa
6. Seni Desain
Seni desain, yaitu karya seni yang dibuat dengan proses pembuatan suatu rencana. Ada berbagai macam seni desain, di antaranya adalah desain interior, desain produk, desain arsitektur, dan desain grafis. Karya seni ini lebih dikenal pada zaman modern.
2.4. Tinjauan Umum Epos Mahabarata Dalam kasusastraan kuna kita mengenal dua epos yang besar, yaitu Ramayana dan Mahabarata, yang dahulunya ditulis dalam bahasa sansekerta. Pengarang-penyair epos mahabarata dikatakan Bhagawan Wyasa. Adapun etimologi kata Mahabarata itu berasal dari kata Maha yang berarti besardan kata bharata yang berarti bangsa
46
bharata (Pendit, 2003). Pujangga Panini menyebut Mahabhrata itu sebagai “Kisah Pertempuran Besar Bangsa Bharata”. Yaitu Kaurawa dan Pandawa. Kitab-kitab parwa yang terdapat dalam epos Mahabarata banyak dijumpai ajaran-ajaran spiritual keagamaan. Kitab Mahabarata itu sendiri terdiri dari 18 Parwa (Purwadi,2007:1016). Berikut Silsilah Kaurawa dan Pandawa:
(Diagram 2.1. Silsilah Mahabarata Versi Pustaka Raja Purwa) Sumber: DPK,1983 : 43
Seperti telah disebutkan di atas, epos Mahabarata mengalami tambahantambahan dari berbagai pengarang penyair dari masa ke masa. Epos Mahabarata dalam bentuknya yang sekarang, jika dibaca secara keseluruhan, mengandung berbagai dongeng, legenda (purana), mitos, falsafah, sejarah (itihasa), kosmologi,
47
geografi, geneologi, dan sebagainya. Dalam bentuknya yang kita kenal sekarang, epos Mahabarata adalah naskah yang lebih besar dibandingkan kitab-kitab suci Weda. Menurut Prof. Heinrich Zimmer, isi Mahabarata delapan kali lebih besar daripada Odyssey and Illiad. Epos Ramayana dan Mahabarata dengan ekspresi yang lain di Indonesia ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Sebagai contoh, Ramayana dan Mahabarata secara ringkas telah disusun di Jawa Timur dalam bentuk yang disebut kakawin. Kakawin-kakawin tersebut sesungguhnya bukan salinan dari karya asalnya. Selanjutnya, secara verbal serta khas kakawin-kakawin tersebut divisualkan dalam bentuk drama/teater atau wayang yang pelaku-pelaku utamanya diambil dari epos Ramayana dan Mahabarata (misalnya Rama, Kaurawa dan Pandawa) dan dilengkapi dengan tokoh-tokoh sejarah dan kesusastraan tradisional, serta tokoh-tokoh lain yang diambil dari mitos daerah di Indonesia (Pendit, 2003). Nama-nama candi peninggalan kerajaan Kalingga dan nama tempat yg terletak di dataran tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara semuanya berasal dari dunia pewayangan ataupun kisah Mahabarata. misalnya : 1.
Candi Gatotkaca, candi Arjuna, candi Semar, candi Srikandi (istri arjuna), candi Puntadewa (yudhistira), candi Sembadra (istri arjuna), candi Bima.
2.
Kawah Candradimuka (bener kawah), Sumur Jalatunda (kaldera dengan tebing yg curam dan danau di dasarnya)
3.
Goa Semar (goa vulkanik dengan bau belerang yg sangat menyengat, serasa berada di puncak gunung Merapi), telaga Merdada (danau vulkanik)
2.4.1. Mahabrata Jawa 2.4.1.1.
Ringkasan Cerita Isi epos Mahabarata secara garis besar mengisahkan : 1. Prabu Santanu dan Keturunannya
48
(Diagram 2.2. Silsilah Prabu Santanu dan Keturunannya) Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mahabarata
2. Pandawa dan Korawa
Ketika Kunti dan Madrim kawin dengan dewa-dewa, Kunti melahirkan 3 orang anak masing dengan dewa Darma lahirlah Yudistira, dengan dewa Bayu lahir Werkodara atau Bima dan dengan dewa Surya lahirlah Arjuna. Sedangkan Madrim yang menikah dengan dewa kembar A win, lahir anak kembar bernama Nakula dan Sadewa.Selanjutnya, keturunan-keturuan itu dibagi dua yakni keturunan Destarasta disebut Kaum Kurawa sedangkan keturunan Pandu disebut kaum Pandawa. Dimulailah perpecahan antara kaum Pandawa dan Kurawa dalam memperebutkan takhta sampai berlarutlarut, hingga akhirnya pecah perang dahsyat yang disebut baratayuda yang berarti peperangan memperebutkan kerajaan Barata. 3. Permainan Dadu
Yudhistira yang gemar main dadu main dadu dijebak oleh pihak Kurawa. hal ini dilakukan untuk menipu Pandawa mengundang Yudistira untuk main dadu dengan
49
taruhan. Pada permainan ini Pandawa kalah dan harus meninggalkan kerajaan 12 tahun. 4. Pertempuran di Kurukshetra
Terjadi pelanggaran janji oleh Kurawa sehingga terjadliah perang 18 hari yang menyebabkan lenyapnya kaum Kurawa. Dengan demikian, kaum Pandawa dengan leluasa mengambil alih kekuasaan di Barata. 5. Penerus Wangsa Kuru
Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama,
ia
menyerahkan
yaitu Parikesit. Parikesit
tahta
kepada
memerintah
cucu Arjuna,
kerajaan
Kuru
dengan bijaksana. 2.4.1.2.
Perbedaan pada Mahabarata Jawa Cerita Mahabarata memang berasal dari India yang notabene adalah pemeluk agama Hindu. Tetapi Mahabarata juga sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum Sunan Kalijaga menciptakan pementasan Wayang Kulit untuk pertama kali. Pengaruh kisah legenda ini sangat penting bagi orang Jawa disebabkan Nilai-nilai universal etika Hindu telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam budi pekerti Jawa. Terdapat dasar-dasar budi pekerti Jawa yang mengutamakan ketentraman Kejawen atau pandangan hidup orang Jawa yang sesungguhnya dibentuk berdasarkan dari agama Hindu dan Buddha (Guntur 2007:18). Meskipun cerita dalam wayang itu berasal dari agam Hindu, tidak semua ceritanya diserap orang Jawa. Artinya ketika agama Hindu diperkenalkan kepada orang Jawa dengan segala sistem keimanan dan kepatuhannya, orang Jawa tidak serta merta menerimanya. Ada hal-hal yang perlu diterima dan ada pula yang ditolak serta digantikan dengan sistem Jawa (Chodjim, 2003:346). Berikut beberapa hal yang merupakan gubahan dari Sunan Kalijaga ini yang hingga saat ini diyakini dalam kebudayaan Jawa:
50
1. Beliau menambahkan tokoh punakawan yang tidak ada di versi India. Sosok Punakawan ini (Semar, Gareng, Petruk, Bagong serta Togog dan Mbelung) menjadi sangat penting karena secara logika, tidak mungkin sebuah kerajaan tidak menyertakan Abdi/Rakyat yang disebut punakawan oleh Kalijaga dalam perjalanannya. Hal yang tidak ada di India hingga jika kita membaca Mahabarata India, kesannya sangat garing. Puna bisa juga disebut Pana yang berarti terang, sedangkan kawan berarti teman atau saudara. Jadi penafsiran lain dari arti kata Punakawan adalah teman atau saudara yang mengajak ke jalan yang terang.
(Gambar 2.27. Punakawan) Sumber : www.wayang.wordpress.com
2. Dari beberapa editan Kalijaga, adanya konsep Demokrasi dan penghilangan kasta khas Hindu yang disembunyikan oleh Kalijaga dalam sosok Semar. Semar sebagai sosok abdi/rakyat dan juga berposisi sebagai Dewa ini secara tidak langsung telah mengubah sistem kasta yang tadinya linear vertical, maka kehadiran Semar menempati 2 posisi sekaligus yaitu Brahmana dan Sudra yang membuat sistem kasta menjadi melingkar. Letak konsep Demokrasi ala Kalijaga adalah dimana seorang Semar selalu menjadi pemberi nasihat dan masukan kepada Pandawa yang berposisi sebagai para Raja. Hal ini
51
Menyimbolkan bahwa dalam pengambilan suatu keputusan, Raja harus meminta pertimbangan kepada para rakyatnya, dimana rakyat ini memiliki posisi tertinggi. 3. Dalam wayang Jawa, gandarwa, yaksa, serta raksasa dianggap sama. Dalam cerita India, itu adalah kelompok makhluk yang berbeda. 4. Dalam cerita Jawa, Pandu adalah anak Abiyasa dan cucu Palasara. Dalam versi India, Pandu adalah cucu Santanu dan keponakan Bhisma. 5. Dewi Drupadi dalam cerita mahabarata yg asli dr India merupakan istri dari kelima pandawa (yudhistira, bima, arjuna, nakula, sadewa), sedangkan dalam mahabarata versi Indonesia merupakan istri dari Yudhistira karena dalam Islam tidak mengenal Poliandri. 6. Dalam Mahabarata asli India dewa tertinggi adalah (Syiwa, Wisnu, dan Brahma). Mahabarata versi Indonesia terdapat karakter Dewa Ruci (dikenal dengan nama Sang Hyang Wenang atau Sang Hyang Tunggal) yg merupakan dewa dari para dewa. 7. Dalam cerita mahabarata versi Indonesia, dewa Syiwa digambarkan sebagai karakter egois yang selalu ingin menang sendiri.
2.5. Tinjauan Khusus Hasil Survei Untuk kebutuhan penulis agar semakin dapat memperluas wawasan dan menguatkan desain perancangan Galeri Karya Seni dan Budaya Jawa, maka dilakukan survey sebanyak tiga Galeri yang berlokasikan di Jakarta dan Bandung. 2.5.1. Selasar Soenaryo Art Space di Bandung 2.5.1.1.
Informasi Selasar Soenaryo Art Space
A. Informasi Umum Selasar Soenaryo •
Jam Operasional : Selasa – Minggu pk 10.00 – 17.00
52
•
Alamat
: Bukit Pakar TImur no. 100 Bandung-40198, Jawa Barat, Indonesia
(Gambar 2.28. Lokasi Selasar Sunaryo) Sumber: https://www.google.com/maps/place/Selasar
•
Selasar Soenaryo Art Space Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan
praktik
dan
pengkajian
seni
dan
kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada tahun 1998 oleh Sunaryo, SSAS aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada edukasi publik. Fokus
utama
SSAS
program-program
adalah
seni
rupa
pada
penyelenggaraan
kontemporer,
melalui
pameran, diskusi, residensi dan lokakarya. SSAS
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan dengan desain, kriya, seni pertunjukan, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya. Selain memajang koleksi
permanen,
pameran-pameran
SSAS
juga
tunggal
atau
menyelenggarakan bersama
yang
menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior, dari Indonesia maupun mancanegara.
53
Semua jenis kegiatan di SSAS mencakup program anak-anak, konser musik, pementasan tetaer, pemutaran film, pembacaan karya sastra, ceramah dan berbagai aktivitas lainnya. SSAS juga berkiprah dalam jejaring seni rupa kontemporer internasional melalui kerjasama dengan berbagai insitusi di luar negeri. (Sumber : www.selasarsunaryo.com)
(Gambar 2.29. Selasar Sunaryo) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
•
Menerima tur sekolah dan tur kelompok.
•
Aturan bagi pengunjung selama berada di dalam galeri: o Dilarang menyentuh karya seni dan menjaga jarak o Mengambil gambar dan perekaman video o Makan dan minum di dalam galeri o Dilarang merokok di dalam galeri
B. Sejarah Berdirinya Selasar Soenaryo Soenaryo Art Space (SSAS), yang dahulu dikenal dengan nama ‘Selasar Seni Sunaryo’, dirintis sebagai realisasi dari mimpi berkepanjangan Sunaryo untuk mewujudkan sebuah ‘rumah’ bagi karya-karyanya. SSAS mulai dibangun pada tahun 1994 di atas lahan seluas 5000 m² oleh Sunaryo dan arsiteknya adalah Baskoro Tedjo. Penyelesaiannya hingga tiga tahun.
54
Soenaryo Art Space (SSAS), secara resmi dibuka pada bulan September tahun 1998 dengan pamerang tunggal dari karya seni Sunaryo sendiri dengan berjudulkan ‘Titik Nadir’. Pameran tersebut merupakan refleksi Sunaryo terhadap kondisi socialpolitik di Indonesia. Didorong oleh situasi tersebut Sunaryo membungkus sebagian besar bangunan dna karya-karyanya dengan kain hitam. C. Visi & Misi •
to support the development of arts and culture, and the development of sustainable cultural infrastructure in Indonesia;
•
to deliver opportunities to the general public to engage with cultural activities, the visual arts and educational arts programs;
•
to become a resource centre, offering access to information about Indonesian and International fine arts; and,
•
to house and study Sunaryo's artworks as one of the leading figures in the development of Indonesian art.
(Sumber : www.selasarsunaryo.com) D. Struktur Organisasi Selasar Sunaryo Selasar Sunaryo Art Space didukung dan dibawahi hukun dari Yayasan Selasar Sunaryo. Berikut susunan organisasi dari yang tertinggi: The Curatorial Board: •
Bambang Sugiharto
•
Garin Nugroho
•
Hendro Wiyanto
Direktur
: Sunaryo
Wakil Direktur
: Siswadi Djoko M
Manajer
: Rosiyani Aman
55
Kurator
: Chabib Duta Hapsoro
Keuangan
: Conny Rosmawati
Manajer Program
: Elaine V. B. Kustedja
Arsip & dokumentasi
: Diah Handayani
IT Research and Development : Maksi Nirwanto Front Desk Officer
: Irma Melati
Manajer Operasional
:Yus Herdiawan
Koordinator Keamanan :Suherman E. Informasi Khusus Terdapat program yang terbagi atas dua prioritas berdasarkan waktu pelaksanaannya: a. Program Regular Berupa karya-karya terpilih Sunaryo dan seniman lain yang dipajang setiap hari buka. b. Program Khusus Program temporer dalam skala tahunan (secara periodik). Program khusus mencakup seni rupa, seni pertunjukkan, desain, kriya, sastra, dan film. 2.5.1.2.
Desain dan Fasilitas Selasar Soenaryo Art Space
A. Desain Bangunan Selasar Sunaryo Bangunan SSAS dirancang dengan konsep museum seni rupa moder, selain itu mengambil inspirasi dari karakter artistik karyakarya Sunaryo. Selasar yang berarti beranda mencerminkan konsep desain ruang yang terbuka yang mampu menyambut semua para penikmat seni.
56
(Gambar 2.30. Signage Selasar Sunaryo) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
Terlihat sebuah bangunan dengan dinding yang besar bertuliskan Selasar Sunaryo, dari luar terlihat seperti vila diatas gunung. Didepannya terdapat sebuah sculpture kecil yang berupa 2 batu yang juga memiliki Nilai estetis. Selasar Sunaryo terdiri dari beberapa ruang indoor dan outdoor yang begitu mendukung kenyamanan bagi pengunjungnya untuk menikmati setiap karya. Bagian-bagian dari bangunan Selasar Sunaryo: 1) Ruang A (Galeri A) Ruang A (sekitar 177 m²), digunakan untuk rumah dan pameran karya Sunaryo. Ruangan ini juga digunakan untuk pameran skala besar mempromosikan seniman Indonesia dan luar negeri.
(Gambar 2.31. Ruang A) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
57
2) Stone Garden Stone Garden (sekitar 190 m²), sebuah ruang yang digunakan untuk memperlihatkan Sunaryo karya seni yang terbuat dari batu. 3) Ruang Sayap Ruang Sayap (sekitar 48 m²), digunakan untuk menampilkan pameran karya seniman muda dari Indonesia maupun luar negeri. Ruang ini juga digunakan untuk menyajikan koleksi permanen yang mencakup karya-karya yang dipilih seniman dari Indonesia dan luar negeri. 4) Ruang B (Galeri B) Ruang B (sekitar 210 m²), digunakan untuk menyajikan pameran seniman muda dari Indonesia maupun luar negeri. 5) Kopi Selasar (kafe) Kopi Selasar (sekitar 157 m²), sebuah kafe outdoor yang besar. Tersedia kopi, makanan ringan, dan makan siang.
(Gambar 2.32. Selasar Kafe) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
58
6) Cinderamata selasar Pengunjung dapat membeli karya seni dan budaya seperti buku, souvenir, kartu, poster, kerajinan dan lain sebagainya. 7) Amphitheater Amphitheatre (sekitar 198 m²), ruang melingkar terbuka dengan layar lebar, memiliki kapasitas maksimal 300 orang dan khusus dibangun dan terstruktur untuk pementasan acara pertunjukkan seni, pembacaan puisi, pemutaran dan acara budaya lainnya.
(Gambar 2.33. Amphitheater) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis 8) Rumah Bambu Luas sekitar 76 m², rumah yang terbuat dari bambu. Berfungsi sebagai tempat menginap dan beristirahat para seniman/ tamu tertentu.
(Gambar 2.34. Rumah Bambu) Sumber: http://www.selasarsunaryo.com/
59
9) Bale Handap Bale handap adalah ruang serba guna yang digunakan untuk
diskusi,
pertunjukan,
acara
dan
lokakarya. Bangunan ini terinspirasi oleh arsitektur tradisional jawa dengan teras terbuka. Kapasitas orang duduk sebanyak 250 orang.
(Gambar 2.35. Bale Handap) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
B. Fasilitas Selasar Sunaryo Pada dasarnya fasilitas Selasar Sunaryo Art Space dibagi dua, yaitu fasilitas di lantai atas dan fasilitas di lantai bawah. 1) Lantai atas Menunjukkan karya seni yang memamerkan gaya kontemporer dari
seniman-seniman
Indonesia
pameran seni visual dari wilayah Asia Pasifik.
(Gambar 2. 36. Denah Lantai atas) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
dan
60
2) Lantai bawah Terdapat pameran dalam dan di luar ruangan yang mempertunjukkan karya seni yang terpilih dari Sunaryo termasuk lukisan, patung, seni cetakan dan seni instalasi.
(Gambar 2.37. Denah Lantai Bawah) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2.5.1.3.
Analisa S.W.O.T Selasar Soenaryo Art Space
Strength •
Selasar Soenaryo Art Space sudah memiliki jam terbang sangat lama diantara galeri seni di Bandung.
•
Desain dan perancangannya berbeda dari galeri seni biasanya.
•
Memiliki pemandangan yang indah sekaligus udara yang mendukung
Weakness •
Peraturan bagi pengunjung yang terlalu ketat di dalam galeri
•
Lokasi yang agak susah dijangkau
Opportunity •
Adanya pasar yang luas dikarenakan terbuka untuk umum dan memiliki banyak fasilitas dan ruang yang beragam
61
Thread •
Jalanan menuju lokasi semakin padat dan membuat para calon pengunjung lebih memilih tempat yang dapat dijangkau lebih mudah.
2.5.2. Lawangwangi Art Space di Bandung 2.5.2.1.
Informasi Lawangwangi Art Space
A. Informasi Umum Lawangwangi Art Space •
•
Jam Operasional : Selasa – Kamis
Alamat
pk 11.00-22.00
Jumat – Sabtu
pk 10.00-23.00
Minggu
pk 11.00-22.00
: Jl. Dago Giri 99 Warungcaringin-Mekarwangi Bandung 40391, Indonesia
(Gambar 2.38. Lokasi Lawangwangi) Sumber: https://www.google.com/maps/place/Lawangwangi
•
Lawangwangi Art Space Lawangwangi merupakan resto yang menawarkan tempat makan sekaligus juga galeri karya seni dari kalangan seniman kenamaan. Selain itu merupakan tempat bagi mereka yang mencintai seni dan pemandangan. Galeri ini
menyediakan
wadah
untuk
seniman
Indonesia
menunjukkan karya seni mereka kepada publik atau kepada
sesama
seniman.
di
samping
galeri
seni,
lawangwangi juga memiliki lounge bagi para pengunjung
62
yang ingin bersantai dan menikmati perpaduan seni dan pemandangan sambil menikmati makanan dan minuman. Dengan keberadannya yang ada di bukit dago atas, mampu
meraih
pemandangan
kota
Bandung,
dari
persawahan/perkebunan, pohon-pohon tinggi, dan hawa yang sejuk. Di dalamnya pengunjung disuguhkan banyak karya seni yang unik dan kreatif. Letak cafe ada di lantai paling atas sehingga tidak mengganggu pengunjung yang datang untuk sekedar melihat bagian galeri. B. Sejarah Lawangwangi Art Space Lawangwangi merupakan sebuah bangunan dengan fungsi ‘creative space’ yang pada bangunannya terdapat galeri, resto & café, sekaligus laboratorium matematika. Didirikan pada tahun 2007.
Januari 2010, Lawangwangi diresmikan sebagai Art &
Science Estate, sebuah infrastruktur yang menyerupai model Taman Seni dan Sains. Tidak hanya galeri pameran seni rupa saja, ditambah dengan restoran yang dioperasikan sejak November 2012, tempat ini resmi dibuka untuk umum. Pemiliknya bernama Andonowati yang merupakan pemerhati dan pecinta karya seni Indonesia dan ahli di bidang matematika. Sepulangnya dari Belanda, ia membutuhkan sebuah tempat untuk kantor sekaligus galeri. Karena itu ia membangun Lawangwangi Art and Science Estate dengan lahan seluas 6000 m² dengan luas bangunan kurang lebih 2000m². Bangunan tersebut dirancang oleh arsitek bernama Baskoro Tedjo.
63
(Gambar 2.39. Bangunan Lawangwangi) Sumber: http://kazwini13.wordpress.com/
C. Visi dan Misi Didasari karena lambatnya pemerintah dalam membangun infrastruktur kesenian serta tidak ada visi yang aplikatif mendorong masyarakat untuk 'berjalan sendiri' dalam menghidupi keseniannya, muncul lembaga pecinta karya seni visual yakni ARTSociate (pihak yang ikut serta dan membawahi Lawangwangi Art Space). ARTSociate yang menunjukkan visi dan misinya dalam memajukan gagasan artistik perupa muda dan membangun jejaring pasarnya yang sehat di Indonesia, Asia, sampai Eropa. Dalam rangka membangun tatanan seni rupa Indonesia yang lebih baik itulah ARTSociate membangun sebuah lingkungan atau kawasan dimana produsen, konsumen dan alat produksinya dipertemukan dalam sebuah ruang dan waktu dan di tempat yang nyaman. Visi misi tersebut yang secara garis besar melandasi perancangan Lawangwangi Art Space. 2.5.2.2.
Desain dan Fasilitas Lawangwangi Art Space
A. Desain Bangunan Lawangwangi Bangunan Lawangwangi merupakan bangunan publik yang memmiliki beragam fungsi. Pencapaian antar ruang pameran memudahkan pengunjung untuk dapat menikmati seluruh karya. Lawangwangi memiliki ikon tersendiri yakni jembatan kayu yang mengarah ke pemandangan kota Bandung dengan kapasitas maksimal 10 orang.
64
(Gambar 2.40. Jembatan Kayu Lawangwangi) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
Pertengahan 2012, bangunan utama Lawangwangi berubah fungsi menjadi Creative Space, yang terdiri dari 3 fondasi utama perusahaan yang bergerak di bidang Art Gallery, Design Space dan Café.
(Gambar 2.41. Design Space) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
B. Fasilitas Lawangwangi 1) Amphitheatre Dapat dipakai sebagai area pertunjukkan dengan latar belakang pemandangan alam kota Bandung. 2) Area Taman 3) Ruang Multifungsi
65
Bisa dipakai sebgai galeri dan Ruang seminat/konferensi
(Gambar 2.42. Ruang Multifungsi/Galeri) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
4) Ruang Workshop Dengan kapasitas 30-50 orang 5) Ruang private lunch/ dinner (Informal meeting) 6) Design Store Berada di lantai 1
(Gambar 2.43. Design Store pada Lawangwangi) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
7) Creative Lounge dengan teras yang dapat menampung kurang lebih 150 orang. Ruang pamer Creative Design & Fine Craft yang dilengkapi dengan Cafe dengan suasana artistik dan pemandangan alam yang luar biasa yang dapat dilihat dari anjungan.
66
(Gambar 2.44. Café pada Lawangwangi) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2.5.2.3.
Analisa S.W.O.T
Strength •
Pemanfaatan lahan sangat baik dan tercapai semua fungsinya
•
Karena letak bangunan tinggi, pemandangan ke sekitarnya sangat mendukung
•
Tidak terdapat peraturan yang terlalu ketat bagi para pengunjung
•
Desain yang ditawarkan sangat atraktif dan bersifat universal
Weakness •
Tidak dilalui kendaraan umum
•
Lokasi perlu melalui jalur yang cukup sulit
•
Terdapat beberapa pola sirkulasi yang membingungkan
Opportunity •
Adanya nilai lebih dalam meraih perhatian para senimanseniman
muda
untuk
memamerkan
karyanya
di
Lawangwangi dan membuatnya semakin dirambah olrh generasi muda. Thread •
Hadirnya tempat yang lebih kompetitif dengan lokasi yang lebih mudah dijangkau.
67
2.5.3. Galeri Nasional di Jakarta 2.5.3.1.
Informasi Galeri Nasional
A. Informasi Umum Galeri Nasional •
Jam Operasional : Pameran Tetap, Selasa-Minggu, pk 10.00-15.00 Pameran Temporer, Selasa-Minggu Pk 10.00-19.00
•
Alamat
: Jl. Medan Merdeka Timur No.14 Jakarta 10110 – Indonesia
(Gambar 2.45. Lokasi Galeri Nasional) Sumber: https://www.google.com/maps/place/Galeri+Nasional
•
Galeri Nasional Galeri Nasional Indonesia hadir sebagai sebuah lembaga museum (Art Museum) dan pusat kegiatan seni rupa yang resmi beroperasi sejak 8 Mei 1999. Institusi ini mengemban peran penting dalam meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap karya-karya seni rupa melalui
agenda
perlindungan,
pengembangan
dan
pemanfaatan karya-karya seni rupa di Indonesia. Keberadaan Galeri Nasional Indonesia memberikan peluang bagi masyarakat umum, pelajar dan pecinta seni untuk memanfaatkan sarana yang bermuatan edukatif, kultural dan rekreatif. Galeri Nasional Indonesia semakin
68
penting kehadirannya sebagai salah satu museum seni rupa di Indonesia yang memiliki sekitar 1750 koleksi karyakarya seni rupa. Galeri
Nasional
Indonesia
dalam
memantapkan
langkahnya di masa mendatang diharapkan akan menjadi barometer perkembangan seni rupa Indonesia serta sekaligus menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi perupa Indonesia dalam peta regional dan internasional. (Sumber: www.galeri-nasional.or.id)
(Gambar 2.46. Galeri Nasional) Sumber: http://v2.garudamagazine.com/department.php?id=234
B. Sejarah Galeri Nasional Berdirinya Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu wujud dari upaya pembentukan Wisma Seni Nasional/Pusat Pengembangan Kebudayaan Nasional yang telah dirintis sejak tahun 60'an. Setelah diperjuangkan secara intensif sejak tahum 1995, kemudian institusi GNI terbentuk tahun 1998 dan diresmikan operasionalnya pada tanggal 8 Mei 1999. Gedung ini terletak di Koningsplein Cost No. 14, yang sekarang disebut Jalan Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat.
Pada
tahun
1817
G.C.
van
Rijck
membangun
sebuah Indische Woonhuis diatas kavling ini dengan material
69
yang diambil dari bekas Kasteel Batavia. Pada tahun 1900 gedung ini merupakan bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh Yayasan
Kristen
Carpentier
Alting
Stiching
(CAS)
Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda ini dipergunakan untuk Asrama khusus bagi wanita, sebagai usaha pendidikan yang pertama di Hindia Belanda. Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia melarang kegiatan pemerintah dan masyarakat Belanda. Bangunan dan pengelolaan usaha pendidikan tersebut kemudian dialihkan kepada Yayasan Raden Saleh. Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan penguasa perang tertinggi No. 5 tahun 1962, yang ditandatangani oleh Presiden Sukarno, gerakan Vrijmetselaren Lorge dilarang dan Yayasan Raden Saleh dibubarkan. Sekolah-sekolah beserta segala peralatannya diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 28 Februari 1982, pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jendral Kebudayaan. Bangunan induk (Gedung A) tersebut selanjutnya difungsikan sebagai Gedung Pameran Seni Rupa (kini Galeri Nasional Indonesia). (Sumber: www.galeri-nasional.or.id) C. Visi dan Misi Galeri Nasional Visi Menjadi pusat pelestarian dan pameran karya seni rupa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang kreatif, apresiatif dan mencintai karya budaya bangsa di era globalisasi. Misi •
Menghimpun,
melindungi,
mengembangkan
dan
memanfaatkan karya seni rupa dalam lingkup nasional maupun internasional. •
Menganalisis dan menyebarluaskan data informasi tentang koleksi Galeri Nasional Indonesia.
•
Meningkatkan kreativitas dan apresiasi seni rupa di kalangan perupa, pelajar dan masyarakat umum.
70
•
Mengembangkan pemikiran (wacana), wawasan, perluasan komunitas dan jaringan kerjasama dibidang seni rupa.
•
Memberikan
bimbingan,
pemanduan
(guiding)
dan
keterampilan seni rupa (edukasi) melalui program kegiatan yang bersifat edukatif dan rekreatif. (Sumber: www.galeri-nasional.or.id) D. Struktur Organisasi
(Diagram 2.3. Bagan Struktur Organisasi Galeri Nasional) Sumber: www.galeri-nasional.or.id
2.5.3.2.
Desain dan Fasilitas Galeri Nasional
A. Desain Bangunan Galeri Nasional Desain Gedung berarsitektural Kolonial Belanda. Berikut denah dan keterangan dari bangunan Galeri Nasional:
71
(Gambar 2.47. Denah dan Keterangan Ruang Galeri Nasional) Sumber: www.galeri-nasional.or.id
B. Fasilitas Galeri Nasional Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Adapun fasilitas tersebut terdiri dari: 1) Ruang pameran temporer : Gedung A (luas 1350 m² - kapasitas 150 karya), Gedung B (luas 180 m² - kapasitas 50 karya), Gedung C (luas 840 m² - kapasitas 100 karya). Gedung D (luas 600 m² - untuk pameran, workshop dan pertunjukan seni, dll).
(Gambar 2.48. Ruang Pameran Temporer Gedung A) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
72
(Gambar 2.49. Ruang Pameran Temporer Gedung C) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2) Ruang pameran tetap : Gedung B (luas 1400 m²), Gedung C (luas 840 m²).
(Gambar 2.50. Ruang Pameran Tetap) Sumber: www.galeri-nasional.or.id
3) Ruang Seminar (luas 95 m² - kapasitas 150 orang).
(Gambar 2.51. Ruang Seminar) Sumber: www.galeri-nasional.or.id
73
4) Ruang Auditorium (luas 75 m² - kapasitas 100 orang). 5) Plaza (luas 4000 m²). 6) Areal Parkir (kapasitas 200 kendaraan). 7) Gedung Perpustakaan Kebudayaan dan Pariwisata.
(Gambar 2.52. Gedung Perpustakaan) Sumber: www.galeri-nasional.or.id
8) Ruang Laboratorium (Konservasi / Restorasi). Pekerjaan
konservasi-restorasi
dilakukan
pada
Laboratarium Konservasi dengan fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultra-violet. Bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air distilasi. 9) Kedai Galeri (Galnas Café dan Galnas Shop).
(Gambar 2.53. Kedai Galeri) Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
74
10) Ruang Administrasi / Tata Usaha. 11) Kuratorial. 12) Ruang Simpan Koleksi. Karya-karya Indonesia
seni rupa koleksi Galeri Nasional
sebagian
besar
di
tempatkan
di
ruang
penyimpanan /storage yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu, panel geser, panel kawat dan panel kayu, serta dilengkapi juga dengan alarm sistem sebagai sarana pengamanannya. 13) Gudang. 14) Mushola. 15) Toilet. (Sumber : www.galeri-nasional.or.id)
2.4.1.1.
Analisa S.W.O.T
Strength •
Satu-satunya Galeri terbesar dan terluas di Jakarta dan telah berada bertahun-tahun lalu. (Dikarenakan merupakan Galeri milik Negara)
•
Memiliki fasilitas dan ruang yang memadai dengan jumlah kapasitas yang besar
•
Berada di lokasi yang mudah dijangkau dan sering dilewati kendaraan umum
Weakness •
Bentuk maupun perubahan desain dan bangunan masih tergolong kuno (Kolonial Belanda)
•
Kurang mengikuti perkembangan jaman dan keinginan generasi muda / masa kini.
•
Cenderung kaku dan formal
75
Opportunity •
Dapat meraih pasar internasional dikarenakan memiliki koleksi yang terbilang banyak dan merupakan karya seniman-seniman terkenal. Selain itu sangat terkenal dikarenakan satu-satunya galeri milik pemerintah di Jakarta.
Thread •
Tertinggal oleh jaman dan peminat maupun seniman muda lebih memilih menuju ke galeri-galeri lain yang lebih interaktif dengan desain yang lebih baru dan tidak membosankan.